Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. EDUKASI

1.1. Pengertian edukasi

Edukasi adalah suatu proses usaha memberdayakan perorangan, kelompok, dan

masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui

peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan yang dilakukan dari, oleh,

dan masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat (Depkes RI, 2012) dalam

keperawatan kesehatan komunitas).

Menurut Fitriani (2011), edukasi atau pendidikan merupakan pemberian

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui pembelajaran, sehingga

seseorang atau kelompok orang yang mendapat pendidikan dapat melakukan

sesuai yang diharapkan pendidik, dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang

tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi mandiri.

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk produktif secara sosial dan ekonomi

(Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah adalah proses untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya

(Notoadmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

sosial, ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu

seseorang atau kelompok (Notoatmodjo, 2012).


Pendidikan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu

keadaan individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin

hidup sehat, sadar, tahu dan mengerti serta melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan secara perseorangan (individu) maupun

kelompok.

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa pendidikan

kesehatan/edukasi adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan/pemahaman

kesehatan khususnya pada pasien agar dapat meningkatkan perilaku hidup sehat,

supaya terhindar dari berbagai ancaman penyakit.

1.2 Tujuan Pendidikan kesehatan / Health Education

Menurut Susilowati (2018), tujuan dari Health Education sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan menurut WHO

a) Tujuan Umum

Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan

b) Tujuan Khusus

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi

masyarakat.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat

sarana pelayanan kesehatan yang ada.

c) Tujuan Operasional

1. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang


eksistensi dan perubahan-perubahan sistem dalam pelayanan

kesehatan serta cara memanfaatkannya secara efisien & efektif.

2. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih

besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan

masyarakatnya.

3. Agar orang melakukan langkah – langkah positif dalam mencegah

terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih

parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui

rehabilitasi cacat karena penyakit.

4. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan

bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada

sistem pelayanan kesehatan yang normal.

1.3 Metode

Metode pendidikan kesehatan merupakan suatu cara teratur yang

digunakan untuk melaksakan proses perubahan dari seseorang yang dihubungan

dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat (Kamus Besar

BahasaIndonesia, 2019). Seperti yang diunggah tim DetikEdu , April 2021,

bahwa metode pendidikan kesehatan menjadi salah satu bagian penting yang

harus diperhatikan. Untuk itu, jika ingin mencapai tujuan dari pendidikan

kesehatan, harus dipastikan metode yang tepat yang dapat mengembangkan

komunikasi dua arah.

Menurut Notoatmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin

dicapai, penggolongan metode edukasi yaitu :

1) Metode berdasarkan pendekatan perorangan


Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku

baru, membina seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasa yang berbeda- beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

a) Bimbingan dan penyuluhan

b) Wawancara

2) Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluhan berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian

edukasi dengan metode ini, perlu dipertimbangkan besarnya kelompok sasaran

dan tingkat pendidikannya.

3) Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan – pesan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran metode ini bersifat umum,

dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status

social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan yang ingin

disampaikan harus dirancang agar mudah dipahami oleh massa.

1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan / Health Education

Menurut Notoadmojo (2012), ada beberapa factor yang mempengaruhi

keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan pendidikan keshatan

diantaranya yaitu :

1.4.1 Promosi Kesehatan dalam factor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadran, memberikan

atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang


pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,

keluarganya, maupun masyarakatnya. Disamping itu dalam konteks

promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi

kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan

maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini

dilakukan dengan penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan, dan

sebagainya.

1.4.2 Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat

memberdayakan masyarakat dan mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara bantuan teknik, 3 memberikan

arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan

prasarana.

1.4.3 Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan

bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri

dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi

teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.

2. Kecemasan

2.1 Pengertian kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2016) kecemasan adalah keadaan

emosi tanpa objek tertentu. Kecemasan dipicu oleh hal yang tidak

diketahui dan menyertai semua pengalaman baru, seperti masuk sekolah,

memulai pekerjaan baru atau melahirkan anak. Karakteristik kecemasan


ini yang membedakan dari rasa takut. Menurut Zakariah (2015) kecemasan adalah

suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang digambarkan dengan kegelisahan

atau ketegangan dan tanda – tanda hemodinamik yang abnormal sebagai

konsekuensi dari stimulasi simpatik, parasimpatik dan endokrin. Kecemasan ini

terjadi segera setelah prosedur bedah direncanakan Kecemasan adalah suatu

kejadian yang mudah terjadi pada seseorang karena suatu faktor tertentu tidak

spesifik (Sari & Batubara, 2017). Anxietas / kecemasan adalah suatu keadaan

aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi. Dikuatkan oleh Sarlito Wirawan bahwa kecemasan merupakan

ketakutan yang tidak jelas pada suatu objek dan tidak memiliki suatu alasan

tertentu (Annisa & Ifdil, 2016).

Setelah dipaparkan definisi kecemasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak jelas disertai perasaan

ketidakpastian terhadap kehidupan sehari – hari .

2.2 Penyebab Kecemasan

2.2.1 Faktor predisposisi

a. Faktor biologis , system GABA ( Neotransmitter Gamma – Aminobutyric Acid )

adalah pengaturan untuk mengontrol aktivitas dar neuron di bagian otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kondisi cemas ( Keliat dan Pasaribu, 2016 ).

b. Faktor psikologis

1) Pandangan psikoanalitik, konflik emosional yang terjadi antara dua

elemen kepribadian id dan superego

2) Pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal


3) Pandangan perilaku, kecemasan timbul dari segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Faktor sosial buadaya

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga, faktor ekonomi

dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

2.2.2 Faktor presipitasi

a. Ancaman terhadap integritas seseorang melalui ketidakmampuan secara

fisiologis untuk melakukan aktivitas sehari- hari.

b. Ancaman terhadap system diri seseorang yang dapat membahayakan identitas,

harga diri, dan fungsi social seseorang(Yusuf dkk, 2015)

2.3 Rentang respon kecemasan

Rentang respon dalam tingkat kecemasan adalah ( Videbeck,2008 ; Yusuf

dkk,2015 ) :

1. Kecemasan ringan , berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari, menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya.Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu focus untuk

belajar, menyelaesaikan masalah,

2. Kecemasan sedang berhubungan dengan perhatian seseorang dengan hal yang

penting dan mengesampigkan hal lain, sehingga mengalami perhatian selektif.

3. Kecemasan berat, adanya kecenderungan memusatkan sesuatu yang terperinci dan

spesifik dan tidak memikirkan hal lain.

4. Panik , berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu

melakukan apapun walau sudah diarahkan.

Tabel 1 Rentang Kecemasan


Tingkat Respon Fisik Respon Kognitif Respon
Emosional
Kecemasa

Kecemasan Ketegangan otot ringan Lapang persepsi luas Perilaku otomatis


Sadar akan lingkungan Terlihat tenang, percaya sedikit tidak
Ringan Rileks atau sedikit gelisah diri sabar, Aktivitas
Penuh perhatian Rajin Perasaan sedikit gagal menyendiri
Memperhatikan banyak Terstimulasi
hal Tenang
Mempertimbangkan
informasi
Tingkat pembelajaran

optimal

Kecemasan Ketegangan otot sedang Lapang Tidak nyaman


Tanda-tanda vital Mudah
Sedang meningkat persepsi menurun tersinggung
Pupil ilatasi, mulai Tidak perhatian secara Kepercayaan
berkeringat selektif goyah
Sering mondar-mandir Nada Fokus Tidak sabar
suara bergetar dan tinggi
Kewaspadaan meningkat terhadap stimulus
meningkat Rentang
Seringberkemih,
perhatian menurun
sakit kepala, Memfokuskan

polatidur berubah pembelajaran

Kecemasan Ketegangan otot berat Lapang persepsi terbatas Sangat cemas,


Hiperventilasi Kontak mata Sulit berpikir dan takut
Berat Agitasi, bingung
buruk Proses berpikir Menarik diri
terpecah-pecah Penyangkalan
Pengeluaran keringat Penyelesaian masalah Merasa tidak
buruk adekuat
meningkat Tidak mampu
mempertimbangkan
Nada suara tinggi informasi
Egosentris
Tindakan tanpa tujuan

Rahang menegang dan


menggertakkan gigi

Mondar-mandir, berteriak,

meremas- remas

tangan dan

gemetar

Panik Flight, fight, atau freeze Persepsi sangat sempit Merasa terbebani
Ketegangan otot sangat Pikiran tidak logis Merasa tidak
berat Kepribadian kacau mampu, tidak
Agitasi motorik kasar Pupil Tidak dapat berdaya
dilatasi, menyelesaikan masalah Lepas kendali
tanda- Fokus pada diri sendiri Mengamuk,
tanda vital Tidak rasional putus asa
Sulit memahami Marah, sangat
meningkat kemudian takut
menurun stimulus eksternal Mengharapkan
Tidak dapat tidur Hormon hasil yang buruk
stres dan Halusinasi, waham
neurotransmiter berkurang
Wajah menyeringai,mulut
ternganga

2.4 Manifestasi klinis kecemasan dalam tubuh manusia

Kecemasan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang akan tampak pada

beberapa sistem organ, diantaranya adalah sebagai berikut (Stuart, 2016):

2..4.1 Respon Fisiologi

a. Kardiovaskuler , Manifestasi klinis yang terjadi yaitu : jantung berdebar,

tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi

menurun.

b. Pernafasan , Manifestasi klinis yang terjadi yaitu : nafas cepat, rasa tertekan

pada dada, nafas dangkal. Pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik dan

terengah-egah.
c. Neuromuskular .Seseorang akan merasakan refleksnya meningkat, gelisah,

wajah terasa dan tampak tegang, kelemahan umum, kaki bergoyang- goyang,

tremor.

d. Gastrointestinal , seseorang yang cemas akan kehilangan nafsu makan, rasa

tidak nyaman pada abdomen, mual dan diare.

e. Traktus urinarius , manifestasi yang terjadi yaitu, tidak dapat menahan kencing

dan atau sering berkemih.

f. Integument, wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal,

rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat dan berkeringat seluruh tubuh.

2.4.2 Respon perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat, kurang

koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghindari, melarikan diri

dari masalah, cenderung mendapat cedera.

2.4.3 Respon kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah

dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreativitas menurun, bingung.

2.4.4 Respon afektif: meliputi hambatan berpikir, bidang persepsi menurun,

kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran

meningkat, kehilangan objektivitas, khawatir kehilangan kontrol, khawatir pada

gambaran visual, khawatir cedera, mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,

kekhawatiran, tremor, gelisah.

2.5 Alat ukur kecemasan

Menurut Moerman dalam Pramantara (2016), ada beberapa alat ukur kecemasan

sebagai berikut :

2.5.1. Zung self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS).


Zung self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada

pasien yang dirancang oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala

kecemasan dalam Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM-

II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4. Keterangan :

1= Tidak pernah 2= Kadang kadang 2 = Sebagian waktu 3 = Hampir setiap

waktu

Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah

penurunan kecemasan (Zung self-Rating Anxiety Scale dalam Ian Mcdowell,

2006). Rentang penilaian alat ukur ini adalah 20-80, dengan keterangan

pengelompokan sebagai berikut:

Nilai 20–44 = kecemasan ringan , Nilai 45-59 = kecemasan sedang , Nilai 60-74 =

kecemasan berat, Nilai 75-80 = kecemasan panik

b. Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) APAIS

merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur praoperatif yang

divalidasi, diterima dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. APAIS

bertujuan untuk melakukan skrining secara praoperatif kecemasan dan kebutuhan

akan informasi pasien, sehingga dapat diidentifikasi pasien-pasien yang

membutuhkan dukungan tambahan. Kuesioner ini terdiri dari 6 soal yang terdiri

dari 4 pertanyaan (1,2,4 & 5) untuk mengkaji kecemasan, dan 2 pertanyaan (3&6)

untuk mengkaji kebutuhan informasi. Nilai APAIS dihitung dengan ketentuan:

Sama sekali tidak bernilai = 1 Tidak bernilai = 2 Sedikit bernilai = 3 Agak bernilai

= 4 Sangat bernilai = 5 Keterangan:

Jenjang berat = 15 ≤ X

Sedang = 9 ≤ X < 15
Ringan = X < 9

c. Hamilton Rating ScaleFor Anxiety ( HRS-A ).

Skala ini dibuat oleh Max Hamilton. Tujuannya adalah untuk menilai kecemasan

sebagai gangguan klinikal dan mengukur gejala kecemasan . Kuesioner HRS-A

terdiri dari 14 kategori pertanyaan tentang gejala kecemasan dan satu kategori

perilaku saat wawancara yang terdiri dari skala yang umumnya ditemukan sebagai

karakteristik kecemasan (7 gejala psikologis dan 7 gejala fisiologis).

Tabel 2 Rentang nilai pengukuran HRS-A Nilai Keterangan

Nilai Keterangan

0 Tidak ada gejala sama sekali

1 Satu dari gejala yang ada

2 Sedang atau separuh dari gejala yang ada

3 Berat atau lebih dari tengah gejala yang ada

4 Sangat berat, semua gejala ada

Sumber: Nixson, 2016

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor item 1-14 dengan

hasil:

1. Skor <6 : tidak ada kecemasan

2. Skor 6-14 : kecemasan ringan

3. Skor 15-27 : kecemasan sedang

4. Skor >27 : kecemasan berat

d. State Anxiety Score dari Spielberger State-Trait Anxiety Inventory (STAI)

STAI merupakan instrumen berupa kuesioner yang dikembangkan oleh

Spielberger pada tahun 1970 untuk menilai kecemasan. Kuesioner STAI terdiri
dari dua bentuk, pertama untuk mengukur kecemasan trait dan yang kedua untuk

mengukur kecemasan state. Kecemasan trait adalah perbedaan kecenderungan

untuk mengalami kecemasan yang relatif stabil pada individu, sedangkan

kecemasan state adalah kecemasan pada situasi khusus yang dihadapi. Setiap

bentuk Kuesioner STAI terdiri atas 20 pernyataan yang diberi nilai oleh pasien

sendiri menurut skala likert 1 sampai 4. Waktu yang dibutuhkan relatif lama bagi

responden mengisi kuesioner STAI yaitu sekitar 10 menit.

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor item 1-14 dengan

hasil:

1. Skor <6 : tidak ada kecemasan

2. Skor 6-14 : kecemasan ringan

3. Skor 15-27 : kecemasan sedang

4. Skor >27 : kecemasan berat

B. KERANGKA TEORI

Covid -19 Tindakan pencgahan penularan : 3M ( Memakai

masker,mencuci Tangan dengan sabun dan air Mengalir, menjaga jarak)

3T ( Test) Swab Antigen

Tracking

Treatment

Kecemasan

tanda :

1. Cemas
2. Khawatir

3. Firasat buruk

4. Tidak tenang

5. Gangguan pola

tidur

Edukasi

1. Metode Perorangan

2. Metode kelompok

3. Metode massa

B. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

C. Edukasi tentang Swab Antigen Hipotesis Tingkat Kecemasan Pasien


Rawat Inap
Hipotesis dalam penelitian berarti jawaban sementara

dalam penelitian. , patokan duga atau dalil sementara dari penelitian

(Notoadmodjo, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan hipotesis

alternatif ,yaitu adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau

lebih variable ( Nursalam, 2016 ). Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Ada

pengaruh edukasi sebelum tindakan swab antigen terhadap tingkat kecemasan

pasien rawat inap di IGD RSU Astrini Wonogiri”.

Anda mungkin juga menyukai