Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TANAH LONGSOR
Mata Kuliah : Keperawatan Bencana
Dosen Koordinator : Ns. Kiki Hardiansyah S,M.Kep.,Sp.Kep.MB

Disusun oleh :
Kelompok 4
Ellen Retno Sari 16.0367.702,01
Erna Fazirah 16.0370.705.01
Irena Christine 16.0379.714.01
Heri Saputra 16.0378.713.01
Muhammad Derianto 16.0388.723.01
Ridha Amelia Noor Aini 16.0409.744.01
Salmah Assegaf 16.0367.702.01
Vivin Sumarni 16.0424.759.01
Zumiatullah Al Utari 16.0426.761.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada tuhan yang Maha Esaa yang telah
melimpahkaan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyususn dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ’Tanah Longsor”

Makalah ini kami susun berdasarkan berbagai macam sumber buku-buku


referensi, dan media elektronik. Kami mengharapkan agar para pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang bencana tanah longsor.

Selama penyusunan makalah ini kami banyak mendapaat masukan dan


bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ns. Kiki Hardiansyah S,M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku dosen dan pembimbing


mata kuliah Keperawatan Bencana yang penuh semangat dan serta dalam
membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan-masukaan selama
proses penyusunan samapai terselesaikannya makalah ini.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan baik bersifat moril
maupun material.
3. Rekan-rekan yang sama-sama melakukan penyusunan dan penelitian dalam
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penyusus menyadari masih banyak kekurangan


dalam makalah ini, semoga para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian dan dapat dijadikan acuan
terhadap penyusunan makalah selanjutnya.

Samarinda,29 September 2019


Kelompok 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam adalah yang diakibatkan oleh peristiwa serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007. Bencana alam pada dasarnya adalah
gejala atau proses alam yang terjadi akibat upaya alam mengembalikan
keseimbangan ekosistem yang terganggu baik oleh proses alam itu sendiri
ataupun akibat ulah manusia dala memanfaatkan sumber daya alam.
Bencana alam adalah gejala atau proses alam yang terjadi akibat upaya
alam mengembalikan keseimbangan ekosistem yang terganggu baik oleh
proses alam itu sendiri ataupun akibat ulah manusia dala memanfaatkan
sumber daya alam. Untuk mengidentifikasi bencana alam yang mungkin
terjadi tersebut berkenan dengan peristiwa peristiwa alam yang pernah (dalam
sejarah kebencanaan) dan mungkin akan di masa yang ayang akan datang,
maka pada tahap pertama adalah dilakukan Kajian Geologis, Hidrogeologis
dan Geomorfologis wilayah dengan menggunakan data Geologi berupa peta
Geologi, Peta Lereng, Peta Hidrologi, Peta Penggunaan Lahan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami bencana
hidrometeorologi, yaitu bencana yang disebabkan karena perubahan iklim dan
cuaca. Nugroho (2016) menyampaikan bahwa telah terjadi 1.681 bencana
yang menyebabkan korban jiwa sebanyak 259 orang, yang sebagian besar
merupakan korban bencana tanah longsor. Hal ini disebabkan banyaknya
wilayah Indonesia yang termasuk daerah rentan terhadap longsor. Terdapat
918 lokasi rentan longsor yang tersebar di berbagai wilayah, diantaranya Jawa
Tengah 327 lokasi, Jawa Barat 276 lokasi, Sumatera Barat 100 lokasi,
Sumatera Utara 53 lokasi, Yogyakarta 30 lokasi, Kalimantan Barat 23 lokasi,
sisanya tersebar di NTT, Riau, Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur
(BNPB, 2012).
Kerentanan tanah longsor menurut Paimin, Sukresno, & Pramono
(2009) terjadi pada kondisi: 1) lereng curam, 2) adanya bidang luncur (kedap
air) di lapisan bawah permukaan tanah, dan 3) terdapat air tanah diatas lapisan
kedap jenuh air. Selain itu, Paimin et al., (2009) juga menambahkan terdapat
2 variabel/ faktor penentu kerentanan longsor, yaitu: faktor alami dan faktor
manajemen. Faktor alami diantaranya: 1) curah hujan harian kumulatif 3 hari
berturutan, 2) kemiringan lahan, 3) geologi/ batuan, 4) keberadaan sesar/
patahan/ gawir, 5) kedalaman tanah sampai lapisan kedap; sedangkan dari
faktor manajemen diantaranya: 1) penggunaan lahan, 2) infrastruktur, 3)
kepadatan permukiman. Rahman, Purwanto, & Suprihatin (2014)
menyampaikan bahwa selain iklim dan geotektonik, faktor manusia yaitu
aktivitas manusia di atas lahan yang membebani lereng juga berkontribusi
dalam terjadinya tanah longsor.
Secara umum, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2015)
menyampaikan bahwa tanah longsor memiliki beberapa gejala yang dapat
diamati secara visual diantaranya: terjadi setelah hujan, timbul retakan-retakan
pada lereng yang sejajar dengan arah tebing, bangunan yang mulai retak,
pohon atau tiang listrik yang miring, serta muncul mata air baru. Meskipun
indikasi kerentanan longsor dapat diamati, namun jarang dapat diantisipasi
dengan tepat, sehingga korban jiwa masih terjadi.
Mitigasi bencana harus dilakukan dengan tepat karena banyaknya
kerugian yang ditimbulkan. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana menerangkan bahwa mitigasi merupakan suatu
upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui upaya fisik maupun
sosial yang meliputi kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana
alam.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa pengertian tanah longsor?
2. Mengetahui tanda dan gejala tanah longsor?
3. Mengetahui bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
4. Mengetahui apa penyebab terjadinya tanah longsor?
5. Mengetahui bagaimana usaha menanggulangi tanah longsor?

C. Tujuan
Tujuan penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman
tentang Bencana Tanah Longsor.

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan kepada
pembaca mengenai bencana tanah longsor. Dan bagi kelompok, makalah ini
dapat digunakan sebagai masukan untuk memperhatikan  bagaimana bencana
tanah longsor itu terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanah Longsor


Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat di terangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot
tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

B. Jenis Tanah Longsor


Ada enam jenis tanah longsor, yakni longsoran tranlasi, rongsoran rotasi,
pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.
Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.
Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia
adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada


bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada


bidang gelincir berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang


gelincir berbentuk rata. Longsoran ini di sebut juga longsoran translasi blok
batu.
4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng
yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar
yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergeraklambat. Jenis


tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenistanah longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan
ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong
oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan
tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah
danmampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempatbisa
sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai disekitar gunungapi.
Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

C. Gejala Umum Tanah Longsor


1. Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
2. Biasanya terjadi setelah hujan
3. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
4. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

D. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor


Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng
lebih besar dari pada gaya penahan. Gaya penahan umumnya di pengaruhi
oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong di
pengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah
batuan.

E. Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor


1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November
karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang
akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar.
Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga
terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup ke bagian yang retak sehingga tanahdengan cepat mengembang
kembali. Pada awal musim hujan, intensitashujan yang tinggi biasanya
sering terjadi, sehingga kandungan air padatanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor,
karenamelalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di
bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila
adapepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena
airakan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi
mengikat tanah.
2. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong.Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata
air, airlaut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsoradalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya
mendatar.
3. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah
liatdengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220.Tanah
jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila
terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat rentan terhadappergerakan tanah
karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketikahawa terlalu panas.
4. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat.Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang
terjal.
5. Jenis Tata Lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi
longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena
akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoranyang dalam dan
umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,
getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
7. Susut Muka Air Danau atau Bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan
lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi
longsoran dan penurunan tanah yang biasanya di ikuti oleh retakan.
8. Adanya Beban Tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan
kendaraan akan memperbesa gaya pendorong terjadinya longsor, terutama
di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering
terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan atau erosi
Pengikisan banyak di lakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi
terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan
pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asliyang
berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah
yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada
saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama
memilki ciri:
a. Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuktapal kuda.
b. Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena
tanahnya gembur dan subur.
c. Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
d. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
e. Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran
kecil pada longsoran lama.
f. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan
longsoran kecil.
g. Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
a. Bidang perlapisan batuan
b. Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
c. Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
d. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan
yang tidak melewatkan air (kedap air).
e. Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat
13. Penggundulan Hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul
di mana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi di
tambah dengan guyuran hujan.

F. Pencegahan Terjadinya Bencana Tanah Longsor


1. Jangan mencetak sawah dan membuat kolan pada lereng bagian atas di
dekat pemukiman.
2. Buatlah terasering (ada lereng yang terjal bila membangun pemukiman).
3. Segera menutup retakan tanah dan di padatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan.
4. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
5. Jangan menebang pohon di lereng.
6. Jangan membangun rumah di bawah tebing.
7. Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal.
8. Pembangunan rumah yang benar di lereng bukit.

G. Tahapan Mitigasi Bencana Tanah Longsor


1. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam
geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau
pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk
melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
2. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat
digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana
pengembangan wilayah.
3. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,
sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
4. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis
secara ekonomidan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh
pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
5. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten
/Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan
akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara
antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara
langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
H. Selama dan Sesudah Terjadi Bencana
1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah
penyelamatan dan pertolongankorban secepatnya supaya korban tidak
bertambah. Ada beberapa hal yang harusdiperhatikan, antara lain:
a. Kondisi medan
b. Kondisi bencana
c. Peralatan
d. Informasi bencana
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,
ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan
tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak
berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bilatanah longsor
sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor
tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang
disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-
bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir100%. Ada
beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempat-tempat hunian, antara lain:
a. Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa
menyerap).
b. Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-bangunan).
c. Vegetasi kembali lereng-lereng.
d. Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi
hunian.
I. Tahapan-tahapan Bantuan Bencana
Tahapan-tahapan atau fase-fase dalam bantuan bencana dikenal
dengan istilah siklus penanganan bencana (disaster management cycle).
Siklus manajemen bencana menggambarkan proses pengelolaan bencana
yang pada intinya merupakan tindakan pra bencana, menjelang
bencana, saat bencana dan pasca bencana, seperti terlihat pada tabel 1
berikut:
Nama Tahapan yang di rekomendasikan
Peneliti
Wolenksy a. Sebelum bencana
(1990) b. Tanggap darurat
c. Pemulihan jangka dekat ( dua tahun)
d. Pemulihan jangka panjang (sepuluh tahun)
Waugh a. Peringatan
(2000) b. Perencanaan dan persiapan
c. Tanggap
d. pemulihan
Helsloot and a. peringatan
Ruitenberg b. emergency
(2004) c. pemulihan

J. Kunci Respon Pada Setiap Tahapan


Memahami setiap tahapan dalam manajemen risiko bencana adalah hal
yang sangat penting. Efektifitas manajemen risiko bencana tidak hanya
aktivitas pada saat penanganan bantuan bencana saja, namun meliputi seluruh
aktivitas seperti dalam model 4 (empat) fase manajemen risiko bencana
sebagai berikut:
1. Tahap preparedness
pemerintah perlu menekankan pada keselamatan jiwa masyarakat di
lingkungan wilayah bencana. Praktek manajemen risiko bencana secara
terpadu dan komprehensif mutlak diperlukan. Pada sisi lain, pemahaman
bencana pada masyarakat merupakan bagian penting pada fase ini. Dalam
hal ini masyarakat perlu memahami response dan tindakan mereka dalam
peristiwa bencana tersebut.
2. Tahap mitigation
manajemen risiko bencana bahwa kegiatan emergency memfokuskan
pada pengurangan akibat negatif bencana. Kunci response selama masa
mitigasi meliputi keputusan tentang pengembangan ekonomi, kebijakan
pemanfaatan lahan, perencanaan infrastruktur seperti jalan dan fasilitas
umum dan identifikasi penemuan sumber daya guna mendukung investasi.
3. Tahap response sangat diperlukan koordinasi yang baik dari berbagai
pihak. Koordinasi memungkinkan pemberian bantuan kepada masyarakat
yang terkena bencana dapat diberikan secara cepat, tepat dan efektif.
4. Tahap recovery merupakan fase aktivitas penilaian dan rehabilitasi
kehancuran akibat bencana. Pada fase ini ditekankan pada proses
pendistribusian bantuan. Proses tersebut meliputi penentuan dan
monitoring bantuan pada masyarakat yang terkena bencana.
BAB III
ANALISA KASUS

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan


29 September 2019
kaltimkece.id Sahabudin baru saja duduk bersila sembari menghadapi makan
siangnya pada Ahad siang, 29 September 2019. Belum sempat menyuap sendok
pertamanya, pekerja keramba di Desa Jembayan, Loa Kulu, Kutai Kartanegara, itu,
merasakan keramba tempatnya bekerja bergoyang hebat.
Dari luar ruang tempat dia hendak menyantap makan siang, terdengar suara gemuruh
dan kayu yang dipatah paksa. Di tengah hujan deras pukul 13.00 Wita itu, rumah
tempat keramba ditambatkan roboh. Tanah di bawah rumah longsor. Rumah berbahan
kayu itu tenggelam di Sungai Mahakam. Pria yang akrab disapa Budin itu dengan
sigap mengambil tali tambatan keramba. Keramba bergeser menjauh dari daratan dan
menjauh dari reruntuhan rumah.

"Semua ada empat rumah yang roboh," ujarnya. Empat rumah tersebut tak lain milik
tetangganya.

Budin menuturkan, rumah yang roboh adalah milik Mahyudi, Bain, dan Rapingi
Yudin Nur. Rumah pertama yang roboh adalah milik Bain, diikuti dua buah rumah
rumah milik Mahyudi, kemudian milik Rapingi. Rumah para korban di RT 4 Dusun
Margasari, Desa Jembayan, Loa Kulu, Kukar.

Pergeseran tanah telah diketahui para empunya rumah sejak Minggu dini hari, sekitar
pukul 02.30 Wita. Yang pertama kali merasakan ada pergeseran tanah adalah Bain.
Kepada kaltimkece.id, Bain menuturkan, dia segera memindahkan perabotan ke
bagian depan rumah. "Semua saya taruh di ruang tamu," tuturnya.
Melihat tanah terus bergerak, Bain segera memberi tahu Mahyudi. Mahyudi pun
berbuat sama. Ia mengeluarkan barang-barang dari rumah. "Saya khawatir longsor
sebentar lagi," ujarnya. Pasalnya, tanah di sekitar tempat tinggalnya terus bergerak.
Kekhawatirannya sempat reda, sekitar pukul 03.30 Wita pergerakan tanah berhenti.
Namun saat dia mengeluarkan barang-barang, tanah longsor datang lewat tengah hari.
Ketika hujan deras mengguyur Samarinda dan beberapa wilayah di Kukar.

Bukan Kejadian Pertama


Kepala Kepolisian Sektor Loa Kulu, Inspektur Satu Aksaruddin Adam, menuturkan
bahwa petugas segera menuju lokasi longsor sekitar 15 menit selepas kejadian.
"Syukur, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini," ujarnya. Warga disebut sudah
mengetahui tanda-tanda longsor. Longsor diduga karena abrasi.

Peristiwa serupa sebenarnya pernah terjadi pada Agustus 2019 lalu. Lokasinya tak
lebih dari 100 meter dari lokasi yang sekarang. Dari olah tempat kejadian perkara dan
wawancara warga, total kerugian yang dialami warga mencapai Rp 600 juta.

Longsor juga membuat akses jalan poros Loa Kulu-Tenggarong hanya bisa dilewati
kendaraan roda dua. Sementara untuk roda empat ke atas, mesti memutar melalui
jalan milik perusahaan. "Sudah terjadi retakan-retakan di jalan makanya kendaraan
bertonase menengah hingga tinggi dilarang melintas," kuncinya. (*)
Editor: Fel GM

Analisa Kasus
Kasus diatas kejadian bencana alam Tanah Longsor di daerah, Loa Kulu. Pada
tanggal 29 September 2019 pada pukul 13:00 WITA. Tidak terjadi korban jiwa
dibencana tersebut hanya terjadi 4 kerusakan rumah warga. Warga menyelamatkan
barang-barang mereka menggunakan gerobak dan mobil pick up. Dan tidak ada
penyakit yang terjadi didaerah tersebut.
Bapak Budin mengatakan Tanah longsor tersebut terjadi akibat pergeseran tanah serta
diguyurnya hujan. Melihat tanah terus bergerak bapak bain segera memberi tahu
bapak mahyudi. Ketika hujan deras mengguyur samarinda dan wilayah dikukar.
Tanah longsor datang lewat tengah hari. Tanah longsor ini disebabkan, Aliran Bahan
Rombakan, jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh
air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan tanah, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang rumah warga dan mampu
mencapai ratusan meter jauhnya.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat di terangkan
sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot
tanah. Jenis tanah longsor juga memiliki beberapa jenis serta dampak yang
dapat di timbulkan juga sangat beragam seperti kerugian tempat tinggal dan
sebagainya.

B. Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bias ditambah untuk
tempat-tempat hunian, antara lain :
1) Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bias menyerap)
2) Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum melakukan
pembangunan)
3) Vegetasi kembali lereng-lereng tersebut
4) Beton-beton yang menahan tembok mungkin bias menstabilkan lokasi hunia.
Selain itu, ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah
longsor, adalah :
a) Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas
didekat pemukiman.
b) Buatlah terasering (sengkedan), apabila ada lereng yang terjal saat
membangun pemukiman.
c) Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk
kedalam tanah melalui retakan tersebut.
d) Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
DAFTAR PUSTAKA

https://kaltimkece.id/warta/terkini/longsor-lagi-di-loa-kulu-empat-
rumah-roboh-dan-jalan-yang-nyaris-putus

Paidi. 2012. Pengelolaan manajemen risiko bencana alam di Indonesia. STIE


Dharma Bumiputera, Jakarta. No 321 juli-agustus.
VSI (Vulcanological Survey of Indonesia) Departemen energi dan sumber
daya mineral.

Anda mungkin juga menyukai