Abstrak
Peningkatan penderita penyakit jiwa menyebabkan masalah di bidang kesehatan salah satunya mengalami
gangguan halusinasi berupa halusinasi pendengaran. Hal ini dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi non farmakologi yang dapat digunakan berupa terapi musik klasik. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi eksperimen dengan disain
penelitian pre and post test without control. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total
populasi dengan sampel 30 responden di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Hasil analisa statistik
menggunakan uji paired t test menunjukkan p value sebesar 0,000 artinya terdapat efektivitas pemberian terapi
musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran. Saran bagi keluarga pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran untuk dapat mengaplikasikan terapi musik klasik dengan bantuan tenaga
kesehatan untuk mengurangi tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
Kata kunci : Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran, Terapi Musik Klasik,
Abstract
Increased illness sufferers causes problems in the health field one misbehaving hallucinations in the form of
auditory hallucinations. This can be overcome with pharmacological and non-pharmacological therapy. Non
pharmacological therapies that can be used in the form of classical music therapy. The purpose of this research
was to know classical music therapy's effectiveness against a decrease in signs and symptoms of auditory
hallucinations. Type of this research is quantitative research uses quasi experiment design with design research
pre and post test without control. Sampling techniques in the study using a sample with a total population of 30
respondents in Mental Hospital Dr. Soeharto Heedjan Jakarta. The results of the statistical analysis using the
paired t test test indicates p value of 0.000 means there is the effectiveness of the grant of a classical music
therapy against a decrease in signs and symptoms of auditory hallucinations. Advice for the families of patients
who experience auditory hallucinations to be able to apply the classical music therapy with the help of health
workers to reduce the signs and symptoms of auditory hallucinations.
189
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
RS Jiwa Provisi Sumatra Utara menunjukkan seseorang melamun atau merasa dirinya berada
adanya perbedaan tanda dan gejala skizofrenia dalam suasana hati yang emosional atau tidak
yang bermakna antara kelompok intervensi dan terfokus, musik klasik dapat membantu
kelompok kontrol (P-value<0.05). Skizofrenia memperkuat kesadaran dan meningkatkan
menurun secara bermakna pada kelompok organisasi metal seseorang jika didengarkan
intervensi (P-value< 0.05). Sedangkan pada selama sepuluh hingga lima belas menit.16
kelompok kontrol Skizofrenia menurun secara Berdasarkan data rekam medik RSJ dr.
tidak bermakna (P-value> 0.05).10 Soeharto Heerdjan Jakarta periode Januari
Gold, dkk. (2005) melakukan penelitian sampai dengan Juni 2015, jumlah kunjungan
mengenai efektifitas terapi musik sebagai pasien sebanyak 35.396 dan yang dirawat inap
terapi tambahan pada pasien skizofrenia. Hasil sebanyak 1474. 10 besar diagnosa penyakit
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi pasien rawat inap diantaranya Skizofrenia
musik yang diberikan sebagai terapi tambahan Paranoid (766), Skizofrenia yang tak Terinci
pada perawatan standar dapat membantu (216), Skizoafektif, Tipe Manik (51),
meningkatkan kondisi mental pasien Skizofrenia Residual (37), Psikotik Akut (32),
skizofrenia.11 Skizofrenia Hebrefenik (28), GMO (Gangguan
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu Mental Organik (20), Skizoafektif (20),
terapi dan musik. Kata terapi berkaitan dengan Skizoafektif, Tipe Depresi (18), dan Gangguan
serangkaian upaya yang dirancang untuk Afektif Bipolar, Manik dengan Gejala Psikotik
membantu atau menolong orang. Biasanya kata (14). Penderita gangguan jiwa halusinasi
tersebut digunakan dalam konteks masalah sebanyak 136 pasien dan 30 diantaranya
fisik dan mental. Terapi musik adalah sebuah mengalami halusinasi pendengaran. Peneliti
terapi kesehatan yang menggunakan musik di mengambil khusus diagnosa halusinasi
mana tujuannya adalah untuk meningkatkan pendengaran murni, agar penelitian lebih
atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif spesifik dalam penerapan terapi musik klasik.
dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
usia. Bagi orang sehat, terapi musik bisa dengan cara wawancara terhadap 10 perawat
dilakukan untuk mengurangi stres dengan cara di ruang rawat inap RS Jiwa dr. Soeharto
mendengarkan musik.12 Heerdjan tanggal 18 Agustus 2015 didapatkan
Terapi musik sangat mudah diterima organ perawat mengatakan tindakan keperawatan
pendengaran dan kemudian melalui saraf yang dilakukan pada pasien halusinasi adalah
pendengaran disalurkan ke bagian otak yang mengidentifikasi halusinasi, cara mengontrol
memproses emosi yaitu sistem limbik.8 Pada halusinasi, dan terapi aktivitas kelompok:
sistem limbik di dalam otak terdapat stimulasi persepsi sensori halusinasi dan
neurotransmitter yang mengatur mengenai perawat mengatakan pernah melakukan terapi
stres, ansietas, dan beberapa gangguan terkait musik klasik sebagai terapi nonfarmakologi
ansietas.13 Musik dapat mempengaruhi pada pasien dengan masalah gangguan
imajinasi, intelegensi, dan memori, serta dapat persepsi sensori: halusinasi, namun RS lebih
mempengaruhi hipofisis di otak untuk sering melakukan TAK dalam 1 minggu sekali
melepaskan endorfin.14 sehingga peneliti ingin mengetahui sejauh
Musik dibagi atas 2 jenis yaitu musik mana efektivitas terapi musik terhadap
“acid” (asam) dan “alkaline” (basa). Musik penurunan tanda dan gejala halusinasi
yang menghasilkan acid adalah musik hard pendengaran.
rock dan rapp yang membuat seseorang Berkaitan dengan hal tersebut diatas
menjadi marah, bingung, mudah terkejut dan mengingat tingginya angka penderita gangguan
tidak fokus. Musik yang menghasilkan alkaline jiwa di Indonesia, dan kurangnya tindakan
adalah musik klasik yang lembut, musik terapi musik oleh perawat di RS Jiwa dr.
instrumental, musik meditatif dan musik yang Sorharto Heerdjan, peneliti tertarik untuk
dapat membuat rileks dan tenang seperti musik melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas
klasik. 15 terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
Musik klasik Mozart mampu memperbaiki dan gejala pada pasien halusinasi
konsentrasi, ingatan dan presepsi spasial. Pada pendengaran di ruang rawat inap elang,
gelombang otak, gelombang alfa mencirikan merak dan perkutut RS Jiwa dr. Soeharto
perasaan ketenangan dan kesadaran yang Heerdjan Jakarta tahun 2015”.
gelombangnya mulai 8 hingga 13 hertz. Tujuan dari penelitian ini adalah
Semakin lambat gelombang otak, semakin mengidentifikasi efektivitas terapi musik klasik
santai, puas, dan damailah perasaan kita, jika terhadap penurunan tanda dan gejala pada
191
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
pasien halusinasi pendengaran di ruang rawat elang RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
inap elang, merak dan perkutut RS Jiwa Dr. yaitu sampel dan tempat tersebut sesuai dengan
Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2015. kriteria penelitian dan mudah dijangkau
sehingga dapat memperoleh data dasar yang
Metode diperlukan. Penelitian ini dimulai dari bulan
Agustus 2015 sampai dengan Februari 2016
Metode penelitian adalah suatu cara untuk Prosedur pengumpulan data adalah suatu
memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau proses pendekatan kepada subjek dan proses
pemecahan masalah, pada dasarnya pengumpulan karakteristik subjek yang
menggunakan metode ilmiah.21 Pada bagian diperlukan dalam suatu penelitian.23 Alat
metode penelitian ini akan diuraikan mengenai pengumpulan data yang digunakan adalah
desain penelitian, populasi, sampel, sumber lembar observasi. Obrservasi merupakan salah
data, instrumen dan prosedur analisa data. satu teknik pengumpulan data yang tidak
Rancangan penelitian yang digunakan hanya mengukur sikap dari responden
adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi (wawancara dan angket) namun juga dapat
eksperimen adalah penelitian yang menguji digunakan untuk merekam berbagai fenomena
coba suatu intervensi pada sekelompok subjek yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini
dengan atau tanpa kelompok pembanding digunakan bila penelitian ditujukan untuk
namun tidak dilakukan randomisasi untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
memasukkan subjek ke dalam kelompok gejala-gejala alam dan dilakukan pada
perlakuan atau kontrol.22 responden yang tidak terlalu besar.17
Desain penelitian yang digunakan Jenis skala pengukuran yang digunakan
yaitu kuantitatif dengan pre and post test adalah skala Likert. Lembar observasi terdiri
without control. Pada desain penelitian ini, dari: data demografi, cara melakukan terapi
peneliti hanya melakukan intervensi pada satu musik, ceklist observasi yang berisikan
kelompok tanpa pembanding. Efektifitas pernyataan tentang tanda dan gejala halusinasi.
perlakuan dinilai dengan cara membandingkan Dalam hal ini lembar observasi diisi sebelum
nilai post test dengan pre test.22 Alasan dilakukan terapi musik klasik dan setelah
menggunakan desain tersebut dalam penelitian dilakukan terapi musik klasik.
ini untuk mengetahui efektifitas pemberian Analisa yang digunakan adalah analisa
terapi musik klasik terhadap penurunan tanda univariat digunakan untuk mendapatkan
dan gejala pada pasien halusinasi pendengaran gambaran tentang karakteristik responden,
di ruang rawat inap elang, merak dan perkutut mendeskripsikan tingkat halusinasi
RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun pendengaran sebelum dan sesudah dilakukan
2015. terapi musik klasik dan analisa bivariat
Dalam penelitian ini populasinya adalah digunakan untuk melihat pengaruh terapi
pasien jiwa dengan masalah keperawatan musik klasik terhadap tingkat halusinasi
Gangguan Sensori Presepsi: Halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi dengar.
Pendengaran yang rawat di ruang rawat inap di
merak, perkutut dan elang RS Jiwa dr. Hasil
Soeharto Heerdjan Jakarta sejumlah 30 orang. Analisa Univariat
Sampel yang terlibat dalam penelitian ini Penyajian hasil penelitian disusun
adalah semua pasien dengan Gangguan Sensori berdasarkan sistematika yang dimulai dengan
Presepsi: Halusinasi Pendengaran yang rawat gambaran analisa univariat yang bertujuan
di ruang rawat inap merak, perkutut dan elang untuk melihat distribusi frekuensi variabel
RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta dengan dependen dan independen. Sedangkan analisa
menggunakan total populasi yaitu sebanyak 30 bivariat untuk melihat efektivitas pemberian
orang. Alasan mengambil total populasi karena terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
jumlah populasi kurang dari 100 dan seluruh dan gejala halisinasi dengar.
populasi dijadikan sampel penelitian. Dengan Penelitian ini dilakukan di RS Jiwa dr.
kriteria pasien dengan halusinasi pendengaran Soeharto Heerdjan Jakarta di ruang rawat inap
murni. elang, perkutut dan merak. Penelitian ini
Sumber data diperoleh dari pasien dengan dilakukan selama 14 hari yaitu pada tanggal 27
halusinasi pendengaran di ruang rawat inap Desember 2015 hingga 09 januari 2016.
merak, perkutut dan elang RS Jiwa dr. Semua responden tersebut diberikan terapi
Soeharto Heerdjan Jakarta. Alasan peneliti musik klasik secara bersamaan di ruangan
memilih ruang rawat inap merak, perkutut dan
192
Vol. 7 No. 1 Maret 2017 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
193
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
194
Vol. 7 No. 1 Maret 2017 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
positif bagi kehidupan manusia. Sehubungan 3 menjadi 2, dapat disimpulkan bahwa adanya
dengan itu ia mengatakan: "Without music, life penurunan tingkat halusinasi pada kelompok
would be an error." Dalam kenyataannya eksperimen yang telah diberikan terapi musik
musik memang memiliki fungsi atau peran klasik. Hasil uji pada kelompok kontrol yang
yang sangat penting sehingga tidak satupun tidak diberikan terapi musik klasik didapatkan
manusia yang bisa lepas dari keberadaan nilai significancy (p value) 0,414 atau p value
musik. > α (0,05), maka Ha ditolak. Hal ini berarti
Efektivitas pemberian terapi musik klasik tidak ada perbedaan yang signifikan antara
terhadap penuruan tanda dan gejala pretest dan posttest pada kelompok kontrol.
halusinasi pendengaran Hal ini ditunjukkan tidak adanya perubahan
Secara umum beberapa musik klasik nilai rata-rata antara pretest dan posttest pada
dianggap memiliki dampak psikofisik yang kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa
menimbulkan kesan rileks, santai, cenderung tidak ada penurunan tingkat halusinasi pada
membuat detak nadi bersifat konstan, memberi kelompok kontrol. Perbedaan tingkat
dampak menenangkan, dan menurunkan stress. halusinasi posttest pada kelompok eksperimen
Tetapi pemakaian musik jenis ini perlu dan kelompok kontrol didapatkan p value
pertimbangan tentang waktu tampilan musik, 0,000 < α (0,05), maka Ho ditolak berarti ada
taraf usia perkembangan, dan latar belakang perbedaan yang signifikan tingkat halusinasi
budaya, serta aktivitas motorik yang sesuai dan setelah (posttest) diberikan terapi musik klasik
diassosiasikan dengan kasih sayang dan antara kelompok eksperimen dan kelompok
estetika. Waktu yang ideal dalam mendengrkan kontrol.19
terapi musik adalah 10 sampai dengan 15 Hal ini sesuai dengan teori bahwa terapi
menit. musik klasik merupakan sebuah terapi
Musik klasik Mozart adalah musik klasik kesehatan yang menggunakan musik klasik
yang muncul 250 tahun yang lalu. Diciptakan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
oleh Wolgang Amadeus Mozart. Musik klasik memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan
Mozart memberikan ketenangan, memperbaiki sosial bagi individu dari berbagai kalangan
persepsi spasial dan memungkinkan pasien usia. Dalam penilitan ini dengan menggunakan
untuk berkomunikasi baik dengan hati maupun musik klasik sebagai terapi yang diketahui
pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi
irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat fisik, emosi, kognitif dan sosial akan
merangsang dan menguatkan wilayah kreatif membantu mengurangi penurunan tanda dan
dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart gejala halusinasi pendengaran responden. 8
memiliki efek yang tidak dimiliki komposer Menurut Stuart & Laraia tanda dan gejala
lain. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan halusinasi antara lain: respon terhadap realita
yang membebaskan, mengobati dan dan tidak tepat, tersenyum dan tertawa sendiri,
menyembuhkan.18 berbicara sendiri, melakukan aktivitas fisik
Berdasarkan tabel 7 terlihat nilai mean yang merefleksikan isi halusinasi, bersikap
perbedaan skor antara sebelum dan sesudah seperti mendengarkan sesuatu / memiringkan
adalah 5,200 dengan standar deviasi 2,882. kepala ke satu sisi seperti jika seorang sedang
Hasil uji statistik didapatkan 0,000 (p < 0,05), mendengarkan sesuatu, kurangnya interaksi
maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara dengan orang lain, dan kurang dapat
tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada berkonsentrasi. Jenis-jenis halusinasi terdiri
pasien halusinasi pendengaran sebelum dan dari: halusinasi audio/dengar, halusinasi
sesudah terapi musik klasik atau ada efektivitas visual/lihat, halusinasi olfaktorik/penciuman
terapi musik klasik terhadap penurunan tanda (bau/hidu), halusinasi gustatorik/kecap, dan
dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi taktil/raba-rasa/kinestetik.6
halusinasi pendengaran. Pemberian intervensi terapi musik klasik
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian membuat seseorang menjadi rileks,
terdahulu oleh Rafina Damayanti, Jumaini, Sri menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
Utami (2014) yang menyatakan bahwa Pada melepaskan rasa gembira dan sedih,
kelompok eksperimen didapatkan nilai melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat
significancy (p value) 0,003 atau p value < α stres, sehingga dapat menyebabkan penurunan
(0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada kecemasan.20
perbedaan antara pretest dan posttest dan Menurut peneliti, penelitian yang peneliti
terjadi penurunan nilai rata-rata pretest dan lakukan sejalan dengan teori dan penelitian
posttest diberikan terapi musik klasik yaitu dari sebelumnya. Bahwa terapi musik klasik
195
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia