Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN 

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
PENDENGARAN

Oleh :
Winda Greena Febriani
1130017050

Fasilitator :
Syiddatul Budury, S.Kep.,Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendauluan dan asuhan keperawatan jiwa ini dibuat dan disusun sebagai
bukti bahwa mahasiswa dibawah mengikuti praktikum

Nama : Winda Greena Febriani


NIM : 1130017050
Waktu pelaksanaan : 24 Mei-04 Juni 2021

Surabaya, 25 Mei 2021


Mahasiswa

Winda Greena Febriani


1130017050

Mengetahui ,
Pembimbing Akademik

(Syiddatul Budury, S.Kep.,Ns., M.Kep)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi presepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengarkan
suara padahal tidak ada orang yang berbicara. Setiap saat dapat terjadi 450 juta
orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun
perilaku dan jumlahnya terus meningkat.

Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-


negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat
pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan
dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar
50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa
(Nurdwiyanti, 2008).
1.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa
dengan gangguan Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Pohon masalah pada
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Evidance Based Practice.
3. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan jiwa dengan
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
BAB 2
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN
2.1 Pohon Masalah

Resiko mencedarai diri


Efek sendiri, orang lain dan
lingkungan

Core Gangguan sensori persepsi: Halusinasi


Pendengaran

Isolasi sosial: menarik diri


Causa
2.2 Evidance Based Practice Keperawatan Jiwa Terbaru
Judul: EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN
GANGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR.M. ILDREM
Penulis: DIAN ANGGRI YANTI1, ABDI LESTARI SITEPU2, KUAT SITEPU3, PITRIANI4, WINA NOVITA Br. PURBA5
Jurnal : Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (JKF)
Tahun : 2020

P I C O T
(Patient/Clinical Problem) (Intervention) (Comparasion) (Outcome) (Time)
Halusinasi adalah salah satu Penelitian ini adalah penelitian Hasil Intervensi Berdasarkan Subjek dalam penelitian ini 2020
kuantitatif, menggunakan hasil penelitian yang menjadi adalah Berdasarkan hasil
gejala gangguan persepsi
pendekatan Eksperimen Semu responden adalah pasien penelitian terhadap 22 responden
sensori yang dialami oleh (Quasy Experiment). Penelitian halusinasi pendengaran di di RSJ Prof M. Ildrem Provinsi
Quasi Eksperiment adalah RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Sumatera Utara dapat
penderita gangguan jiwa
penelitian yang menguji coba Medan. Responden penelitian disimpulkan bahwa,
(Keliat, Akemat, Helena, & suatu intervensi pada ini berjumlah 22 orang yang karakteristik responden pada
sekelompok subyek dengan akan didistribusikan penelitian ini berdasarkan jenis
Nurhaeni, 2013). Halusinasi
atau tanpa kelompok berdasarkan jenis kelamin dan kelamin yaitu jenis kelamin laki-
merupakan distorsi persepsi pembanding. Metode penelitian umur. Hasil penelitian yang laki terdapat sebanyak 14 orang
dengan pendekatan one grup telah dilakukan Damayanti, (63,6%), dan jenis kelamin
palsu yang terjadi pada respon
pre test-post test design yaitu Jumaini, & Utami (2014) di perempuan sebanyak 8 orang
neurobiologist maladaptive, dengan cara pengamatan awal RSJ Tampan yaitu 23 orang (36,4%). Karakteristik
(pretest) terlebih dahulu dari 34 orang responden responden berdasarkan usia,
penderita sebenarnya
sebelum intervensi, kemudian adalah berjenis kelamin laki- yaitu usia 30-40 tahun sebanyak
mengalami distorsi sensori dilakukan post test setelah laki dengan jumlah 67,6% 8 orang (36,4%), usia 41-50
diberikan intervensi (Sugiono, dan 11 orang responden tahun sebanyak 14 orang
sebagai hal yang nyata dan
2013). lainnya dengan jenis kelamin (63,6%).
meresponnya. Diperkirakan ≥ Penelitian ini yang akan perempuan yaitu 32,4%. Untuk analisis Bivariat didapat
90% penderita gangguan jiwa diidentifikasi adalah Rata-rata penderita gangguan hasil berdasarkan uji Paired
eksperimen antara variabel jiwa dengan masalah
jenis halusinasi. dengan bentuk Sample T-Test terdapat
independen yaitu musik dengan diagnosa utama halusinasi
yang bervariasi tetapi sebagian variabel dependen yaitu pendengaran yang menjalani perbedaan yang signifikan
halusinasi pendengaran. Hal ini pengobatan di RSJ adalah
besarnya mengalami Antara sebelum dan sesudah
dilakukan oleh peneliti selama berjenis kelamin laki-laki
halusinasi pendengaran yang 7 hari setiap pagi dan sore hari. dimana sering terjadi dengan hasil nilai sebelum
Akhir perlakuan diberikan pada perubahan peran dan adanya
dapat berasal dari dalam diri dilakukan tindakan terapi musik
hari ke 7 dan halusinasi penurunan interaksi soasial
individu atau dari luar individu pendengaran diobservasi serta karena kehilangan klasik meliputi nilai mean
kembali. pekerjaan, hal inilah yang
tersebut, suara yang didengar adalah 4,32 , nilai standar
menyebabkan laki-laki lebih
bisa dikenalnya, jenis suara rentan untuk mengalami deviation adalah ,646, nilai
gangguan mental hingga
tunggal atau yang dianggapnya minimum adalah 3, nilai
sampai depresi
dapat memerintahkantentang (Damayanti, Jumaini, & maximum 5, dan nilai sesudah
Utami, 2014).
perilaku individu itu sendiri dilakukan tindakan terapi musik
(Yosep & Sutini, 2016). klasik: nilai mean adalah 1,68,
nilai standar deviation adalah ,
568, nilai minimum adalah 1,
nilai maximum 4. Maka ditarik
kesimpulan Ada pengaruh
sebelum dan sesudah tindakan
terapi musik terhadap penurunan
tingkat halusinasi pendengaran
pada penderita gangguan jiwa di
RSJ Prof M. Ildrem Provinsi
Sumatera Utara dengan nilai
0,000 (p < 0.05), sehingga Ha
diterima.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa : Winda greena febriani Tanggal Pengkajian : 24 Mei 2021


NIM : 1130017050 Jam pengkajian : 10.00
Tempat Praktik :

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny.R
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM :
Informan : Klien
Keluhan Utama : halusinasi.
B. KONDISI KLIEN
Pasien mengatakan bahwa dirinya Sering diam, melamun dan mendengar suara bisikan-
bisikan yang menyuruhnya untuk mati. Pasien mengalami halusinasi pendengaran dan pengelihatan.
Klien mengatakan pernah depresi karena dirinya sudah tidak mampu melakukan rumah tangga seperti
dulu, badanya lemas, merasa malas, sebab faktor usia sehingga klien merasa dirinya tidak berguna.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? √Ya  Tidak
2. Pengobatan sebelumnya  Berhasil √ Kurang berhasil  Tidak berhasil
3. Pengalaman klien
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Kekerasan dalam rumah tangga - - - - - -
Tindakan criminal - - - - - -

Jelaskan nomor 1, 2, 3 :
Ny.R memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, Ny.R pernah masuk rumah sakit 4 kali,
pengobatan kurang berhasil karena klien tidak pernah minum obat.

Masalah keperawatan : Ketidakpatuhan minum obat dan harga diri rendah

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?  Ya √Tidak

Hubungan dengan keluarga :


Tidak ada masalah
Gejala :
Tidak ada masalah
Riwayat pengobatan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
TD = 119/80 mmHg N = 84x/menit S = 36, oC RR = 20x/menit
2. Antopometri
TB = 152 cm BB = 55 Kg IMT = ______________
3. Keluhan fisik : Ya √Tidak
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Jelaskan :

: Klien

: Perempuan

: Laki-laki

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Garis Serumah

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.
b. Identitas : Klien bernama “R” alamatnya Surabaya jenis kelamin perempuan dan klien bangga
menjadi perempuan.
c. Peran : Klien berperan menjadi istri.
d. Ideal diri : Klien berharap bertemu dengan suami dan anak cucunya dan sakitnya tidak
kambuh lagi dan tidak mendengar suara-suara.
e. Harga diri : Klien mengatakan malu terhadap dirinya karena tidak mampu melakukan hal yang
berguna bagi orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.Masalah keperawatan :
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : suami,anak,dan cucunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mempunyai hambatan untuk
berhubungan dengan orang lain
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mempercayai adanya Allah SWT
b. Kegiatan ibadah : Klien selalu melakukan sholat dan menjaga masjid
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
√ Rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Penampilan klien tampak rapi dan klien memakai baju yang sesuai
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
 Cepat √Keras Gagap  Inkoheren
 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Klien tampak keras jika berbicara
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
3. Aktivitas motorik
Lesu  Tegang Gelisah  Agitasi
 Tik  Grimasing  Tremor  Kompulsif
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Ansietas
4. Alam perasaan
Sedih  Ketakutan  Putus asa √Khawatir  Gembira berlebihan
Jelaskan :
Klien mengatakan ingin segera pulang
Masalah keperawatan :
Tidak ada maslaah keperawatan
5. Afek
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Jelaskan :
Afek sesuai stimulus
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang  Defensif  Curiga
Jelaskan :
Klien kooperatif dan kontak mata positif dan memperhatikan dengan baik lawan bicaranya
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi halusinasi
√ Pendengaran  Penglihatan  Perabaan
 Pengecapan  Pembauan
Jelaskan :
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang suka menyuruh dia mati karena sudah tidak
berguna, suara muncul di siang hari, frekuensi 2 menit bila suara muncul klien hanya diam, tidak
menghiraukannya
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran
Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
 Sirkumtansial  Tangensial  Kehilangan asosiasi
 Flight of ideas  Blocking √ Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : Klien mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh
dia mati dan mengatakan sudah tidak berguna, tetapi suara itu muncul tidak sering dan hanya
sesaat.
Masalah keperawatan : halusinasi
Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Obsesi  Fobia  Hipokodria
 Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran magis

Waham
 Agama  Somatik Kebesaran  Curiga
 Nihilistik  Sisip pikir  Siap pikir  Kontrol pikir

Jelaskan :
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
 Bingung  Sedasi  Stupor
Disorientasi
 Waktu  Tempat  Orang

Jelaskan :
Tidak ada masalah

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat
 Gangguan daya ingat jangka pendek  Konfabulasi
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
G. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Makanan : √ Ya  Tidak
Pakaian : √ Ya  Tidak
Transportasi : √ Ya  Tidak
Keamanan : √ Ya  Tidak
Uang : √ Ya  Tidak
Tempat tinggal : √ Ya  Tidak
Perawatan kesehatan : √ Ya  Tidak
Jelaskan :
Tidak ada masalah

Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. Aktivitas hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi : √ Bantuan minimal  Bantuan total
Eliminasi uri/alvi : √ Bantuan minimal  Bantuan total
Kebersihan : √ Bantuan minimal  Bantuan total
Ganti pakaian : √ Bantuan minimal  Bantuan total
Makan : √ Bantuan minimal  Bantuan total
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Apakah puas dengan pola makan? √ Ya  Tidak
Apakah memisahkan diri saat makan?  Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan :
Klien mengatakan merasa puas dengan pola makan saat ini meskipun terkadang pola makan
klien di pantau.
Frekuensi makan/hari : 3x sehari
Frekuensi kudapan/hari : __________________________
Nafsu makan √Meningkat  Menurun  Berlebih √ Sedikit-sedikit
0 BB tertinggi = 60 kg
BB terendah = kg
Diet khusus : Tidak melakukan diet khusus hanya mengurangi porsi makan
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
c. Istirahat tidur
Apakah ada masalah? √ Ya  Tidak
Apakah merasa segar setelah bangun tidur? √ Ya  Tidak
Apakah kebiasaan tidur siang? √ Ya  Tidak
Apa yang menolong untuk tidur?  Ya √ Tidak
Waktu tidur malam : 22.00
Waktu bangun : 04.00
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
√ Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
 Semnabolisme  Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Klien mengatakan terlalu pagi agar bisa shalat shubuh berjamaah di masjid
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

3. Kemampuan klien
Mengantisipasi kebutuhan sendiri  Ya √ Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri  Ya √ Tidak
Mengatur penggunaan obat Ya √ Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up)  Ya √ Tidak
Jelaskan :
Dalam kemampuan klien di bantu oleh ayah dan ibu
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
4. Sistem pendukung klien
Keluarga : √ Ya  Tidak
Teman sejawat :  Ya  Tidak
Kelompok sosial :  Ya  Tidak
Profesional/terapis :  Ya  Tidak
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
5. Apakah klien menikmati saat bekerja atau melakukan hobi? √ Ya  Tidak
Jelaskan : mendengarkan musik
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih
 Teknik relakasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olahraga  Mencederai diri
 Lainnya, __________________  Lainnya, __________________
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
I. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan perumahan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan ekonomi, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah lainnya, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Waham
J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Penyakit jiwa √ Sistem pendukung
 Faktor presipitasi √ Penyakit fisik
√ Koping √ Obat-obatan
 Lainnya, ___________________________________________________________
Masalah keperawatan :
Defisit pengetahuan
K. DATA LAIN-LAIN
Tidak ada

L. ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : Tidak ada
Terapi medis :
Tidak terkaji
M. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Klien
1. Gangguan Persepsi sensori halusinasi
Pendengaran
2. Ketidakpatuhan minum obat
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Gangguan Proses Pikir
5. Defisit Pengetahuan
6. Isolasi sosial: menarik diri

N. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan Persepsi sensori halusinasi Pendengaran


ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. R Ruangan :


Umur : 60 tahun No. Register :

3.2 Analisa Data


Tanggal Data Etiologi Masalah
24 Mei 2021 Data Subyektif: Mendengar suara- Halusinasi
Klien mengatakan sering suara yang pendengaran
mendengar suara – suara yang menyurug dirinya
menyuruh dirinya mati dan mati dan
menganggap sudah tidak berguna, menanggap sudah
suara itu muncul di saat siang hari tidak berguna.
dan frekuensi 2 kali, suara itu
muncul selama 2 menit, apabila
suara itu muncul klien hanya dim Menarik diri
dan mengabaikannya.
Halusinasi
Data Obyektif: pendengaran
1. Klien terlihat sering sendiri
2. Ada kontak mata
3. Klien tampak bersih dan
rapi

POHON MASALAH
Nama Pasien : Ny.R Ruangan :
Umur : 60 tahun No. Register :

Klien
Resiko mencedarai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran

Isolasi sosial: menarik diri

3.3 Diagnosa Keperawatan


DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.R Ruangan :


Umur : 60 tahun
No. Register :

No. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Halusinasi pendengaran berhubungan dengan suara-suara yang sering muncul
3.4 Intervensi Keperawatan

no Diagnosa Tujuan Perencanaan Rasional


Kriteria Evaluasi Tindakan keperawatan
1 Gangguan 1. Membantu Setelah dilakukan rencana maka SP1
sensori klien untuk klien dapat menunjukan tanda- 1. BHSP
persepsi : mengenal tanda: a.Beri salam/panggilan nama
Halusinasi halusinasinya 1. Klien mau membalas salam jabat b. Sebut nama perawat sambal panggil
pendengaran meliputi (isi, tangan, menyebutkan nama, nama
jenis, waktu, tersenyum, kontak mata, c.Beri rasa aman dan sikap empati
frekuensi dan mengetahui nama perawat. d. Lakukan kontrak singkat tapi sering
respon) 2. Klien dapat menyebutkan waktu, 2. Bantu klien mengenal halusinasinya
2. Membantu isi, dan frekuensi timbulnya a.Jika menemukan klien sedang
klien untuk halusinasinya. berhalusinasinya tanyakan apakah ada
mengontrol yang sedang didengar atau mendengar
halusinasinya bisikan-bisikan.
. b. Katakana bahwa perawat percaya
klien mendengar suara-suara itu sendiri
tidak mendengarnya (dengan nada
bersahabat)
c.Katakana bahwa klien lain juga seperti
klien
d. Katakana bahwa perawat akan
membantu klien
3. Mengontrol cara halusinasi
a.Identifikasi bersama klien tindakan
yang dilakukan jika terjadi halusinasi
(teriak, marah, menyibukan diri, dan
lain-lain)
b. Diskusikan dengan klien tentang
cara halusinasinya.
4. Diskusikan dengan klien cara baru
mengontrol halusinasinya
a.Menghardik/ mengusir/ tidak
memperdulikan
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
jika halusinasinya muncul
c.Melakukan kegiatan sehari-hari

2 Gangguan Membantu klien Setelah dilakukan rencana SP2


sensori untuk mengotrol keperawatan klien dapat : 1. Beri contoh percakapan dengan orang
persepsi : halusinasinya Mendemostrasikan cara menghardik lain: “mbak, saya mendengar suara-suara
Halusinasi dengan cara atau mengusir atau tidak itu muncul, tolong temani saya
pendengaran bercakap-cakap memperdulikan halusinasinya. mengobrol”
dengan orang 2. Minta klien mengikuti/ mendengar
lain contoh suara apa dan mengulanginya
3. Beri pujian atas keberhasilan klien
4. Susun jadwal klien untuk melatih diri,
mengisi kegiatan dengan bercakap-cakap
5. Tanyakan pada klien bagaimana
perasaan klien setelah bercakap-cakap
3 Gangguan Membantu klien Setelah dilakukan interaksi klien SP3
sensori mengontrol dapat menyebutkan: 1. Diskusikan dengan klien tentang
persepsi : halusinasinya Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan harian yang dapat dilakukan di
Halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain rumah dan di rumah sakit ( untuk
pendengaran melaksanakan halusinasi dengan perilaku kekerasan,
jadwal aktivitas sesuaikan dengan control perilaku
terjadwal kekerasan)
2. Latih klien melakukan aktivitas yang
disepakati, masukkan dalam jadwal
kegiatan
4 Gangguan Melatih klien Setelah dilakukan interaksi SP4
sensori minum obat diharapkan klien mampu 1. Klien dapat menyebutkan jenis,
persepsi : secara teratur menyebutkan: dosis,waktu minum obat serta manfaat
Halusinasi 1. Nama obat obat secara teratur (prinsip 5 benar)
pendengaran 2. Kerugian bila tidak minum obat 2. Diskusikan dengan klien tentang jenis
3. Manfaat minum obat obat yang diminum (nama,warna dan
besarnya, waktu minum (jika3 kali: jam
07:00, jam 13:00dan jam 19:00) serta
kerugian bila tidak minum obat
3. Diskusikan dengan klien dengan manfaat
minum obat secara teratur
5 Gangguan SP Keluarga Setelah dilakukan tindakan keluarga SP1
sensori 1. dapat Memberikan Pendidikan kesehatan tentang
persepsi : Keluarga 1. Menjelaskan perasaannya pengertian halusinasinya, jenis
Halusinasi dapat terlibat 2. Menjelaskan cara merawat klien halusinasinya yang dialami klien, tanda dan
pendengaran dalam halusinasinya pendengaran gejala halusinasinya,dan cara-cara merawat
perawatan klien halusinasinyapendengaran
klien, baik di
rumah sakit
dan di rumah
3.5 Implementasi dan evaluasi klien
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Tanda
tangan
25 Mei Halusinasi SP 1.1 BHSP S: klien mengatakan
2021 pendengaran 1. Memperkenalkan diri mendengar suara-suara
dan menyampaikan bisikan yang isinya
tujuan menyuruh klien untuk
2. Mengobservasi tanda- mati dan sudah tidak
tanda vital berguna lagi, klien
3. Menjelaskan kontrak mampu menyebutkan
waktu yang akan Namanya”R” dan
dating alamatnya rumahnya
4. Melihat kondisi klien O: Klien bersedia
5. Membantu klien berjabat tangan, ada
mengenal kontak mata, nada suara
halusinasinya pelan tapi jelas
A: SP 1.1 tercapai
P: lanjut SP 1.2
26 Mei Halusinasi SP 1.2 Bantu klien S: Klien mengatakan
2021 pendengaran mengenali mendengar suara-suara
halusinasinya bisikan yang isinya
1. Mengidentifikas menyuruh klien untuk
i jenis halusinasi mati dan sudah tidak
2. Mengidentifikas berguna lagi, frekuensi
i isi halusinasi jarang dan respon klien
3. Mengidentifikas hanya diam dan
i waktu halusinasi menghiraukannya
4. Mengidentifikas O: klien menceritakan
i frekuensi halusinasi suara-suara apa yang
5. Mengidentifikas didengarkannya
i respon klien terhadap A: SP 1.2 tercapai
halusinasi P: Lanjut SP 1.3
27 Mei Halusinasi SP 1.3 Cara mengontrol S: klien mengatakan jika
2021 pendengaran halusinasinya suara itu muncul klien
1. Identifikasi hanya diam dan tidak
bersama klien menghiraukanya
tindakan yang O: Ada kontak mata
dilakukan jika terjadi A: SP 1.3 tercapai
halusinasi (teriak, P: Lanjut SP 1.4
marah,menyibukan
diri)
2. Diskusikan
dengan klien tentang
cara baru mengontrol
halusinasinya
28 Mei Halusinasi SP 1.4 Mendiskusikan S: Klien mengatakan
2021 pendengaran bersama klien tentang mengerti dengan apa
cara baru untuk yang diajarkan, dan klien
mengontrol mau untuk melakukannya
halusinasinya O: klien tampak antusias
1. Mengajarkan ketika diajari dank lien
cara menghardik/ mau untuk mencobanya,
mengusir ada kontak mata
halusinasinya A: SP 1.4 tercapai
2. Bercakap-cakap P: Lanjut SP2
dengan orang lain jika
halusinasinya
3. Melakukan
kegiatan sehari hari
28 Mei Halusinasi SP 2 S: Klien mengatakan
2021 pendengaran 1. Melatih klien disaat halusinasi itu
mengontrol muncul klien langsung
halusinasi dengan mengobrol dengan orang
bercakap-cakap di sekitarnya
bersama orang lain O: Klien tenang, sering
2. Menyusun jadwal berbicara dengan teman
kegiatan klien untuk dekat
melatih diri, mengisi
kegiatan dengan
bercakap-cakap
29 Mei Halusinasi SP 3 S: Klien mengatakan
2021 pendengaran 1. Membantu klien aktivitas yang sering
mengontrol dilakukan,dzikir,sholat
halusinasinya dengan dan bersih-bersih. Iya
aktivitas terjadwal nanti saya melakukannya
2. Mendiskusikan suster
dengan klien tentang O: klien tampak
harian yang dapat mengerti, paham, klien
dilakukan di rumah sering senyum pada
dan dirumah sakit orang yang dikenalkanya,
3. Melatih klien ada kontak mata, klien
untuk melakukan apa kooperatif
yang sudah disepakati A: SP 3 tercapai
dengan kegiatan P: Lanjut SP 4
harian
29 Mei Halusinasi SP 4 S: Klien mengatakan
2021 pendengaran 1. Melatih klien minum rutin minum obat setiap
obatsecara teratur hari dank lien mengerti
2. Klien dapat kerugian tidak minum
menyebutkan jenis, obat secara rutin
dosis, waktu minum O: Klien mengkonsumsi
obat serta manfaat obat yang diberikan
obat serta tersebut secara rutin tiap hari
(prinsip 5 benar) A: SP 4 tercapai
3. Mendiskusikan P: Pertahankan SP 4
dengan klien tentang
jenis obat yang
diminum (jika 3 kali:
jam 07:00,jam 13:00,
jam 19:00)
4. Mendiskusikan
dengan klien manfaat
minum obat
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
====================================================================================
=======
Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
DAFTAR PUSTAKA
Akbar Amar, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Kesehatan Jiwa: Teori
dan Aplikasi Praktik Klinik.Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.
Kusumawati, Farida. Hartono,Yudi. 2010.Buku Ajar Keperawatan
Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Nihayati Endang Hanik. 2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pustaka
Pelajar
Rusdi, Dermawan Deden. 2013.Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyen publishing
Yusuf, Ah dkk. 2015.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

125
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
====================================================================================
=======
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28

EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT


HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN GANGUAN JIWA
DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR.M. ILDREM

DIAN ANGGRI YANTI1, ABDI LESTARI SITEPU2, KUAT SITEPU3,


PITRIANI4, WINA NOVITA Br. PURBA5

1,2,3,4,5
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang e-mail:
diananggriyanti87@gmail.com

DOI : 10.35451/jkf.v3i1.527

Abstract
Increased illness causes problems in the health field one misbehaving in the
from of auditory hallucinations. This can be overcome with pharmacological
and non-pharmacological therapies. Non pharmacological therapy which can
be used in the form of classical music therapy. Research objectives the
effectiveness of classical music therapy to decrease the level of hallucinations
in patients with auditory hallucinations. Type of this research is quantitative
research uses quasi-experimental design with design research pre and post
test without control. Sampling techniques in this study using a sample with a
population of 22 respondents at Mental Hospital Prof. Dr. M. Ildrem Medan.
The results of statistical analysis using the Paired t test indicates p value of
0,000 means that there is effectiveness in the administration of classical music
therapy to decrease the level of hallucinations in patients with auditory
hallucinations. The result is expected of music therapy to be one nursing
intervention to decrease level hallucination with auditory of hallucination.

Keywords: Patients with hallucination, music therapy, level of auditory

126
Hallucination.

1. PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) 2018 menyatakan kesehatan jiwa adalah ketika
seseorang dalam keadaan sehat dan bisa merasakan kebahagiaan serta mampu dalam menghadapi
tantangan hidup, bersikap positif terhadap diri sendirii maupun orang lain, dan bisa menerimaa orang
lain sebagimana mestinya. Selain itu, dikatakan kesehatan jiwa adalah dimana kondisi seorang
individu berkembangg secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga menyadari kemampuan
sendiri, mampu mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan memberikann kontribusi untuk
komunitasnya, namun jika kondisi perkembangan individu tersebut tidak sesuai disebut gangguan
jiwa (UU No.18 tahun 2014).
American Psychiatric Association (APA) Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau
psikologis atau pola perilaku secara klinis, yang terjadi pada individu dan dihubungkan dengan
adanya distress, disabilitas atau disertai adanya peningkatan resiko yang bermakna seperti
kehilangan kebebasan, ketidakmampuan, menyebabkan sakit atau bahkan kehilangan nyawa
(Prabowo, 2016).
Berdasarkan fenomena saat ini kejadian gangguan jiwa jenis halusinasi semakin meningkat. Bentuk
persepsi atau pengalaman indera yang tidak distimulasi terhadap reseptornya dikenal sebagai
gangguan jiwa halusinasi, yang bisa menimbulkan dampak seperti histeria, kelemahan,
ketidakmampuan mencapai tujuan, rasa takut berlebihan, pikiran yang buruk serta risiko tindak
kekerasan jika tidak ditangani dengan segera (Rahmawati, 2014). Upaya Pemerintah dengan
melakukan pendekatan manajemen pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat untuk penanganan masalah ganguan jiwa selama ini belum berhasil
dengan maksimal (Ersida, Hermansyah, & Muriawati, 2016).
WHO (2018) mengatakan prevalensi kejadian gangguann mental mental kkronik dan parah yang
menyerang 21 jutaa jiwa dan secara umum terdapat 23 juta jiwa di seluruh dunia, ≥ 50% jiwa
dengan skizofrenia tidak menerima pperawatan yang ttepat, 90% jiwa dengan skizoprenia yang
tidak diiobati tinggal di Negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Prevalensi pasien
dengan gangguan jiwa di Indonesia tahun 2013 sebanyak 1,7 per mil dan terjadi peningkatan
jumlah menjadi 7 per mil tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan persepsi sensori yang dialami oleh penderita
gangguan jiwa (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2013). Halusinasi merupakan distorsi
persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya
mengalami distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Diperkirakan ≥ 90%
penderita gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang bervariasi tetapi sebagian besarnya
mengalami halusinasi pendengaran yang dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar
individu tersebut, suara yang didengar bisa dikenalnya, jenis suara tunggal atau multiple yang
dianggapnya dapat memerintahkan tentang perilaku individu itu sendiri (Yosep & Sutini, 2016).
National Association for Music Therapy (NAMT) merupakan organisasi profesional tahun
1950 didirikan melalui kolaborasi para terapis musik yang bekerja secara khusus menangani pasien
yang terdiri dari para veteran perang, penderita gangguan mental, gangguan halusinasi pendengaran
dan penglihatan, dan sebagai populasi pasien psikiatri. Perkembangan baru selanjutnya tahun 1998,
NAMT melakukan kerja sama dengan organisasi terapi musik lain dan bersatu di bawah nama
American Music Therapy Association (AMTA) sampai saat ini. Terapi musik diberikan
untuk membangkitkan gelombang otak alfa yang dapat memberikan rasa relaksasi sehingga
menimbulkan perilaku yang tenang bagi penderita gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga
menurunkan risiko timbulnya dampak dari tingkat stresor (Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono, 2016).

265
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang tujuannya untuk memberikann
rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi. Terapi
musik ini juga digunakan oleh psikolog dan psikiater dalam mengatasi berbagai macam gangguan
jiwa dan juga gangguan psikologis. Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh
dan pikiran penderita, sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan
gangguan psikososialnya (Purnama, 2016).
Musik memiliki 3 komponen penting yaitu beat, ritme, dan harmoni. Beat atau disebut juga
dengan ketukan mempengaruhi tubuh, ritme dapat mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni dapat
mempengaruhi roh (Sulahyuningsih, 2016). Ekawati (2013) menyatakan bahwa musik dapat
berfungsi meningkatkan vitalitas fisik individu, menghilangkan kelelahan, meredakan kecemasan
dan ketegangan, membantu meningkatkan konsentrasi, memperdalam hubungan, memperat
persahabatan, merangsang kreativitas, kepekaan, dan dapat memperkuat karakter serta perilaku yang
positif. Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) tahun 1996 dalam (Djohan, 2005) mengungkapkan
bahwa terapi musik dengan penggunaan musik atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan
harmoni) oleh seorang terapis musik untuk proses membangun suatu komunikasi, meningkatkan
relasi interpersonal, belajar, meningkatkann mobilitas, membantu mengungkapkan ekspresi, menata
diri serta untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya.
Berbagai jenis terapi musik digunakan untuk bermacam kondisi termasuk gangguan kejiwaan,
masalah medis, kondisi cacat fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan, masalah penuaan,
untuk meningkatkan konsentrasi belajar, mendukung latihann fisik, mengurangi stres serta
kecemasan (Chandra & Gama, 2014). Studi mengenai kesehatan jiwa, menunjukkan bahwa adanya
terapi musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stres, membantu mendorong
perasaan rileks serta meredakan depresi individu. Terapi musik dapat membantu seseorang dengan
masalah emosional untuk mengeluarkan perasaan, membuat perubahan positif, membantu dalam
memecahkan masalah serta memperbaiki masalah (Amelia &
Trisyani, 2015).
Angka prevalensi gangguan jiwa menurut Dinas Kesehatan Sumatera Utara (DINKES SUMUT,
2019) terdapat sebanyak 20.388 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat yang berisiko
mendapatkann perilaku yang salah di SUMUT. September 2019, banyak yang mengalami
pemasungan sekitar 428 orang. Dari jumlah yang dipasung ini, sebanyak 353 orang sudah
mendapatkan pelayanan dan 40 orang sudah dipulangkan. Selain itu, jumlah ODGJ yang sudah
berobat ke Puskesmas ada sebanyak 4.139 orang.
Angka prevalensi gangguan jiwa menurut survey pendahuluan yang saya lakukan diapat data dari
RSJ PROF. Dr. M. ILDREM Medan sebanyak 28 orang yang mengalami halusinasi pendengaran,
dan 15 (4,2%) orang sudah mendapatkan pelayanan, dan 2 orang sudah dipulangkan kepada
keluarga.
Berdasarkan angka kejadian diatas membuktikan bahwa masih banyak penderita gangguan jiwa
dengan masalah utama halusinasi pendengaran yang dapat menyebabkan kecemasan, perilaku bunuh
diri, menciderai diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian
yang berjudul “Efektivitas terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada
pasien gangguan jiwa di RSJ PROF. Dr. M. ILDREM
Medan”

2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan pendekatan Eksperimen Semu (Quasy
Experiment). Penelitian Quasi Eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu
intervensi pada sekelompok subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding. Metode penelitian
dengan pendekatan one grup pre test-post test design yaitu dengan cara pengamatan awal

266
(pretest) terlebih dahulu sebelum intervensi, kemudian dilakukan post test setelah diberikan
intervensi (Sugiono, 2013).
Penelitian ini yang akan diidentifikasi adalah eksperimen antara variabel independen yaitu musik
dengan variabel dependen yaitu halusinasi pendengaran. Hal ini dilakukan oleh peneliti selama 7 hari
setiap pagi dan sore hari. Akhir perlakuan diberikan pada hari ke 7 dan halusinasi pendengaran
diobservasi kembali.

3. HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi responden adalah pasien halusinasi pendengaran di RSJ
Prof.Dr.M.Ildrem Medan. Responden penelitian ini berjumlah 22 orang yang akan didistribusikan
berdasarkan jenis kelamin dan umur.

Tabel 3.1 Distibusi Karakteristik


Responden Halusinasi Pendengaran berdasarkan jenis kelamin dan
umur Di RSJ Prof. Dr.M.Ildrem Medan.
No. Jenis ekuensi Persentase
Kelamin (f) (%)
1 Laki-Laki 14 63,6

2 Perempuan 8 36,4

Jumlah 22 100,0

No. Umur ekuensi Persentase


(f) (%)
1 41-50 14 63,6
Tahun
2 30-40 8 36,4
Tahun

Jumlah 22 100,0

Berdasarkan Tabel 3.1 hasil penelitian diperoleh informasi bahwa mayoritas responden di RSJ
Prof.dr. M. Ildrem Medan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki 14 orang (63,6%)
danminoritasberjeniskelaminperempuan 8 orang (36,4%). Berdasarkan umur dapat diketahui bahwa
dari 22 responden mayoritas berumur 41-50 Tahun sebanyak 14 orang (63,3%) dan
minoritasberumur30-40 Tahun sebanyak 8 orang (36,4%).

3.2 Analisa Univariat


Tingkat halusinasi sebelum diberikan terapi musik merupakan rata-rata hasil ukur yang dilakukan
sebelum diberikan intervensi. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan observasi yang
telah dilakukan di RSJ Prof.M.Dr.Ildrem dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Distibusi Frekuensi sebelum dan sesudah terapi musik


pada penderita halusinasi
pendengaran Di RSJ Prof.Dr.M.
Ildrem Medan

267
N Tingkat Mean N Persentase
o Halusinasi (%)

1 sebelum terapi 4.32 22 0.646

2 Sesudah terapi 1,68 22 0.568

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa halusinasi pendengaran sebelum diberikan tindakan
terapi musik dengan sample 22 orang didapatkan mean 4.32 dan standar deviation didapatkan 0,646.
Dan sesudah diberikan terapi musik klasik dengan sample 22 orang didapatkan mean 1,68 dan
standar deviation didapatkan 0,568.

3.3 Analisa Bivariat


Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable
bebas dengan variable terikat secara independen. Untuk mengetahui hubungan antara variable bebas
dan variable terikat secara independen dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Paired Sample
TTest.

Tabel 3.3 Distibusi Frekuensi Dan Persentase Terapi Musik Terhadap


Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran Di RSJ Prof.
Tindakan N Mean Std. Min 3,00 Max Nilai P
pemberian Deviation
Terapi
Musik

Pre 2 4, 32 ,646 5,00


pemberian 2
Terapi Musik

,000
Post 2 1,68 ,568 1,00 4,00
pemberian 2
Terapi Musik

Dr.M.Ildrem Medan

Berdasarkan tabel 3.3 diatas dengan menggunakan Wilcoxon dikarenakan data tidak berdistribusi
normal. pada penelitianini dapat disimpulkan pada pretest dan posttest dengan sampel 22 responden
memiliki rata-rata sebelum (mean= 4,32), standar deviasi sebesar 0,646 sedangkan pada posttest
dengan sampel 22 responden memiliki ratarata sesudah (mean= 1,68), standar deviasi sebesar 0,568
dengan P-value (0,000) < α 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh
Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada pasien
gangguan jiwa Di RSJ Prof. Dr.M. Ildrem Medan.

4. PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Halusinasi Pendengaran berdasarkan jenis


kelamin dan umur Di RSJ Prof. Dr.M.Ildrem Medan.

268
Penelitian ini dilakukan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof M. Ildrem Provinsi
Sumatera Utara sebanyak 22 pasien dan pada penelitian yang dilakukan pada 22 pasien mengenai
pemberian terapi musik diruang inap rumah sakit jiwa berdasarkan sosiodemografi yang meliputi
dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki sebanyak 14
orang (63,6%) dan mayoritas perempuan 8 orang (36,4%) ,dapat diketahui responden usia 30-40
tahun 8 orang (36,4%) , usia 41-50 tahun 14 orang (63,6%).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Damayanti, Jumaini, & Utami (2014) di RSJ Tampan yaitu 23
orang dari 34 orang responden adalah berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 67,6% dan 11 orang
responden lainnya dengan jenis kelamin perempuan yaitu 32,4%.
Rata-rata penderita gangguan jiwa dengan masalah diagnosa utama halusinasi pendengaran yang
menjalani pengobatan di RSJ adalah berjenis kelamin laki-laki dimana sering terjadi perubahan
peran dan adanya penurunan interaksi soasial serta karena kehilangan pekerjaan, hal inilah yang
menyebabkan laki-laki lebih rentan untuk mengalami gangguan mental hingga sampai depresi
(Damayanti, Jumaini, & Utami, 2014).

Sebelum dan sesudah terapi musik pada penderita halusinasi pendengaran Di RSJ Prof.Dr.M.
Ildrem Medan
Dapat diketahui bahwa halusinasi pendengaran sebelum diberikan tindakan terapi musik dengan
sample 22 orang didapatkan mean 4.32 dan standar deviation didapatkan 0,646. Dan sesudah
diberikan terapi musik klasik dengan sample 22 orang didapatkan mean 1,68 dan standar deviation
didapatkan 0,568.
Frekuensi Dan Persentase Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi
Pendengaran Di RSJ Prof. Dr.M.Ildrem Medan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Wilcoxon pada penelitian ini dapat disimpulkan
pada pre-test dan post-test dengan sampel 22 responden memiliki rata-rata sebelum (mean=
4,32), standar deviasi sebesar 0,646 sedangkan pada post-test dengan sampel 22 responden memiliki
ratarata sesudah (mean= 1,68), standar deviasi sebesar 0,568 dengan P-value (0,000) < α 0,05
maka H0 ditolak Ha diterima yang artinya terdapat Pengaruh Efektivitas Terapi Musik Terhadap
Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada pasien gangguan jiwa Di RSJ Prof. Dr.M. Ildrem
Medan.
Penelitian Hendricks (2010) dengan judul a study of the use of music therapy techniques
in a group for the treatment of adolescent depression menunjukkan bahwa
penggunaan teknik terapi musik berkorelasi positif dengan pengurangan skor depresi dengan adanya
perbedaan yang signifikan (p <0,0001) antara kelompok yang menggunakan teknikteknik terapi
musik dan kelompok yang tidak menggunakan teknik terapi musik. Stuart (2016) mengungkapkan
bahwa mendengarkan musik yang dipilih sendiri setelah terpapar stressor dapat menyebabkan
terjadinya pengurangan kecemasan, kemarahan, dan membuat sistem saraf simpatis bergairah, dapat
meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan yang duduk diam saja.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 22 responden di RSJ Prof M. Ildrem Provinsi Sumatera
Utara dapat disimpulkan bahwa, karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan jenis
kelamin yaitu jenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 14 orang (63,6%), dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 8 orang (36,4%). Karakteristik responden berdasarkan usia, yaitu usia 30-40
tahun sebanyak 8 orang (36,4%), usia 41-50 tahun sebanyak 14 orang (63,6%).

269
Untuk analisis Bivariat didapat hasil berdasarkan uji Paired Sample T-Test terdapat
perbedaan yang signifikan Antara sebelum dan sesudah dengan hasil nilai sebelum dilakukan
tindakan terapi musik klasik meliputi nilai mean adalah 4,32 , nilai standar deviation adalah ,646,
nilai minimum adalah 3, nilai maximum 5, dan nilai sesudah dilakukan tindakan terapi musik klasik:
nilai mean adalah 1,68, nilai standar deviation adalah ,568, nilai minimum adalah 1, nilai maximum
4. Maka ditarik kesimpulan Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan terapi musik terhadap
penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada penderita gangguan jiwa di RSJ Prof M. Ildrem
Provinsi Sumatera Utara dengan nilai 0,000 (p < 0.05), sehingga Ha diterima.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D. & Trisyani, M. Terapi music terhadap penurunan tingkat depresi: Literature
review. AFIYAH 2, 2(1), 2015.
Chandra, & Gama. Terapi music klasik terhadap perubahan gejala perilaku agresif
pasien skizofrenia. Junal Keperawatan Denpasar. 7(1), 2014.
Damayanti, Jumaini, & Utami.
Pengaruh terapi music terhadap penurunan halusinasi pasien skizofrenia di RSJ Tampan
Prov. Riau. JOM PSIK, 1(2), 1-9 Tahun 2014.
Ekawati. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Nn. S dengan perubahan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ daerah
Surakarta, 2013.
Ersida, Hermansyah & Muriawati, E. Home Visite Perawat dan Kemandirian Keluarga dalam
Perawatan halusinasi pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan, Volume 4 Tahun
2016.
Djohan. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik, 2005.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni, H. Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: EGC; 2012
Prabowo, E. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Tahun
2016.
Purnama, G., Yani, D.I., & Sutini, T. Gambaran Stigma MAysrakat Terhadap Klien Gangguan Jiwa.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 29-37 Tahun 2016.
Rahmawati, Y. Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran di RSJ daerah
Surakarta. Skripsi. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id
Riset Kesehatan Dasar. Riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018.. sumatera utara: Depkes
RI; 2018.
Sugiono. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R7D. Bandung: Alfabeta.CV. 2013
Sulahyuningsih, E. Pengalaman Perawat mengimplementasikan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien halusinasi di RSJ Surakarta. Doctoral Dissertation. Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. 2016.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014, diakses dari internet melalui website
http://binfar.kemkes.go.id/?wpd mact+process&did+MjAxLm.
World Health Organization. 2018. gangguan jiwa Fakta dan Angka.
http://www.depkes.go.id>infoda tin-gangguan jiwa s.
Yosep, I., & Sutini, T. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing. Bandung :
Refika Aditama, 2016.

270
271

Anda mungkin juga menyukai