Oleh :
Winda Greena Febriani
1130017050
Fasilitator :
Syiddatul Budury, S.Kep.,Ns., M.Kep
Laporan pendauluan dan asuhan keperawatan jiwa ini dibuat dan disusun sebagai
bukti bahwa mahasiswa dibawah mengikuti praktikum
Mengetahui ,
Pembimbing Akademik
P I C O T
(Patient/Clinical Problem) (Intervention) (Comparasion) (Outcome) (Time)
Halusinasi adalah salah satu Penelitian ini adalah penelitian Hasil Intervensi Berdasarkan Subjek dalam penelitian ini 2020
kuantitatif, menggunakan hasil penelitian yang menjadi adalah Berdasarkan hasil
gejala gangguan persepsi
pendekatan Eksperimen Semu responden adalah pasien penelitian terhadap 22 responden
sensori yang dialami oleh (Quasy Experiment). Penelitian halusinasi pendengaran di di RSJ Prof M. Ildrem Provinsi
Quasi Eksperiment adalah RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Sumatera Utara dapat
penderita gangguan jiwa
penelitian yang menguji coba Medan. Responden penelitian disimpulkan bahwa,
(Keliat, Akemat, Helena, & suatu intervensi pada ini berjumlah 22 orang yang karakteristik responden pada
sekelompok subyek dengan akan didistribusikan penelitian ini berdasarkan jenis
Nurhaeni, 2013). Halusinasi
atau tanpa kelompok berdasarkan jenis kelamin dan kelamin yaitu jenis kelamin laki-
merupakan distorsi persepsi pembanding. Metode penelitian umur. Hasil penelitian yang laki terdapat sebanyak 14 orang
dengan pendekatan one grup telah dilakukan Damayanti, (63,6%), dan jenis kelamin
palsu yang terjadi pada respon
pre test-post test design yaitu Jumaini, & Utami (2014) di perempuan sebanyak 8 orang
neurobiologist maladaptive, dengan cara pengamatan awal RSJ Tampan yaitu 23 orang (36,4%). Karakteristik
(pretest) terlebih dahulu dari 34 orang responden responden berdasarkan usia,
penderita sebenarnya
sebelum intervensi, kemudian adalah berjenis kelamin laki- yaitu usia 30-40 tahun sebanyak
mengalami distorsi sensori dilakukan post test setelah laki dengan jumlah 67,6% 8 orang (36,4%), usia 41-50
diberikan intervensi (Sugiono, dan 11 orang responden tahun sebanyak 14 orang
sebagai hal yang nyata dan
2013). lainnya dengan jenis kelamin (63,6%).
meresponnya. Diperkirakan ≥ Penelitian ini yang akan perempuan yaitu 32,4%. Untuk analisis Bivariat didapat
90% penderita gangguan jiwa diidentifikasi adalah Rata-rata penderita gangguan hasil berdasarkan uji Paired
eksperimen antara variabel jiwa dengan masalah
jenis halusinasi. dengan bentuk Sample T-Test terdapat
independen yaitu musik dengan diagnosa utama halusinasi
yang bervariasi tetapi sebagian variabel dependen yaitu pendengaran yang menjalani perbedaan yang signifikan
halusinasi pendengaran. Hal ini pengobatan di RSJ adalah
besarnya mengalami Antara sebelum dan sesudah
dilakukan oleh peneliti selama berjenis kelamin laki-laki
halusinasi pendengaran yang 7 hari setiap pagi dan sore hari. dimana sering terjadi dengan hasil nilai sebelum
Akhir perlakuan diberikan pada perubahan peran dan adanya
dapat berasal dari dalam diri dilakukan tindakan terapi musik
hari ke 7 dan halusinasi penurunan interaksi soasial
individu atau dari luar individu pendengaran diobservasi serta karena kehilangan klasik meliputi nilai mean
kembali. pekerjaan, hal inilah yang
tersebut, suara yang didengar adalah 4,32 , nilai standar
menyebabkan laki-laki lebih
bisa dikenalnya, jenis suara rentan untuk mengalami deviation adalah ,646, nilai
gangguan mental hingga
tunggal atau yang dianggapnya minimum adalah 3, nilai
sampai depresi
dapat memerintahkantentang (Damayanti, Jumaini, & maximum 5, dan nilai sesudah
Utami, 2014).
perilaku individu itu sendiri dilakukan tindakan terapi musik
(Yosep & Sutini, 2016). klasik: nilai mean adalah 1,68,
nilai standar deviation adalah ,
568, nilai minimum adalah 1,
nilai maximum 4. Maka ditarik
kesimpulan Ada pengaruh
sebelum dan sesudah tindakan
terapi musik terhadap penurunan
tingkat halusinasi pendengaran
pada penderita gangguan jiwa di
RSJ Prof M. Ildrem Provinsi
Sumatera Utara dengan nilai
0,000 (p < 0.05), sehingga Ha
diterima.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny.R
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM :
Informan : Klien
Keluhan Utama : halusinasi.
B. KONDISI KLIEN
Pasien mengatakan bahwa dirinya Sering diam, melamun dan mendengar suara bisikan-
bisikan yang menyuruhnya untuk mati. Pasien mengalami halusinasi pendengaran dan pengelihatan.
Klien mengatakan pernah depresi karena dirinya sudah tidak mampu melakukan rumah tangga seperti
dulu, badanya lemas, merasa malas, sebab faktor usia sehingga klien merasa dirinya tidak berguna.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? √Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil √ Kurang berhasil Tidak berhasil
3. Pengalaman klien
Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Kekerasan dalam rumah tangga - - - - - -
Tindakan criminal - - - - - -
Jelaskan nomor 1, 2, 3 :
Ny.R memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, Ny.R pernah masuk rumah sakit 4 kali,
pengobatan kurang berhasil karena klien tidak pernah minum obat.
Jelaskan :
: Klien
: Perempuan
: Laki-laki
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Garis Serumah
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
√ Rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Penampilan klien tampak rapi dan klien memakai baju yang sesuai
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat √Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Klien tampak keras jika berbicara
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
3. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasing Tremor Kompulsif
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Ansietas
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa √Khawatir Gembira berlebihan
Jelaskan :
Klien mengatakan ingin segera pulang
Masalah keperawatan :
Tidak ada maslaah keperawatan
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan :
Afek sesuai stimulus
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan :
Klien kooperatif dan kontak mata positif dan memperhatikan dengan baik lawan bicaranya
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi halusinasi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Pembauan
Jelaskan :
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang suka menyuruh dia mati karena sudah tidak
berguna, suara muncul di siang hari, frekuensi 2 menit bila suara muncul klien hanya diam, tidak
menghiraukannya
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran
Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking √ Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : Klien mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh
dia mati dan mengatakan sudah tidak berguna, tetapi suara itu muncul tidak sering dan hanya
sesaat.
Masalah keperawatan : halusinasi
Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokodria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siap pikir Kontrol pikir
Jelaskan :
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat
Gangguan daya ingat jangka pendek Konfabulasi
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
G. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Makanan : √ Ya Tidak
Pakaian : √ Ya Tidak
Transportasi : √ Ya Tidak
Keamanan : √ Ya Tidak
Uang : √ Ya Tidak
Tempat tinggal : √ Ya Tidak
Perawatan kesehatan : √ Ya Tidak
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
2. Aktivitas hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Mandi : √ Bantuan minimal Bantuan total
Eliminasi uri/alvi : √ Bantuan minimal Bantuan total
Kebersihan : √ Bantuan minimal Bantuan total
Ganti pakaian : √ Bantuan minimal Bantuan total
Makan : √ Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Apakah puas dengan pola makan? √ Ya Tidak
Apakah memisahkan diri saat makan? Ya √ Tidak
Jika ya, jelaskan :
Klien mengatakan merasa puas dengan pola makan saat ini meskipun terkadang pola makan
klien di pantau.
Frekuensi makan/hari : 3x sehari
Frekuensi kudapan/hari : __________________________
Nafsu makan √Meningkat Menurun Berlebih √ Sedikit-sedikit
0 BB tertinggi = 60 kg
BB terendah = kg
Diet khusus : Tidak melakukan diet khusus hanya mengurangi porsi makan
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
c. Istirahat tidur
Apakah ada masalah? √ Ya Tidak
Apakah merasa segar setelah bangun tidur? √ Ya Tidak
Apakah kebiasaan tidur siang? √ Ya Tidak
Apa yang menolong untuk tidur? Ya √ Tidak
Waktu tidur malam : 22.00
Waktu bangun : 04.00
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
√ Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Semnabolisme Berbicara saat tidur
Jelaskan :
Klien mengatakan terlalu pagi agar bisa shalat shubuh berjamaah di masjid
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
3. Kemampuan klien
Mengantisipasi kebutuhan sendiri Ya √ Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri Ya √ Tidak
Mengatur penggunaan obat Ya √ Tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) Ya √ Tidak
Jelaskan :
Dalam kemampuan klien di bantu oleh ayah dan ibu
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
4. Sistem pendukung klien
Keluarga : √ Ya Tidak
Teman sejawat : Ya Tidak
Kelompok sosial : Ya Tidak
Profesional/terapis : Ya Tidak
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
5. Apakah klien menikmati saat bekerja atau melakukan hobi? √ Ya Tidak
Jelaskan : mendengarkan musik
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relakasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya, __________________ Lainnya, __________________
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
I. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan perumahan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan ekonomi, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah lainnya, spesifik
Tidak ada masalah
Masalah keperawatan :
Waham
J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa √ Sistem pendukung
Faktor presipitasi √ Penyakit fisik
√ Koping √ Obat-obatan
Lainnya, ___________________________________________________________
Masalah keperawatan :
Defisit pengetahuan
K. DATA LAIN-LAIN
Tidak ada
L. ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : Tidak ada
Terapi medis :
Tidak terkaji
M. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Klien
1. Gangguan Persepsi sensori halusinasi
Pendengaran
2. Ketidakpatuhan minum obat
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Gangguan Proses Pikir
5. Defisit Pengetahuan
6. Isolasi sosial: menarik diri
POHON MASALAH
Nama Pasien : Ny.R Ruangan :
Umur : 60 tahun No. Register :
Klien
Resiko mencedarai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
125
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
====================================================================================
=======
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28
1,2,3,4,5
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
Jl. Sudirman No.38 Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang e-mail:
diananggriyanti87@gmail.com
DOI : 10.35451/jkf.v3i1.527
Abstract
Increased illness causes problems in the health field one misbehaving in the
from of auditory hallucinations. This can be overcome with pharmacological
and non-pharmacological therapies. Non pharmacological therapy which can
be used in the form of classical music therapy. Research objectives the
effectiveness of classical music therapy to decrease the level of hallucinations
in patients with auditory hallucinations. Type of this research is quantitative
research uses quasi-experimental design with design research pre and post
test without control. Sampling techniques in this study using a sample with a
population of 22 respondents at Mental Hospital Prof. Dr. M. Ildrem Medan.
The results of statistical analysis using the Paired t test indicates p value of
0,000 means that there is effectiveness in the administration of classical music
therapy to decrease the level of hallucinations in patients with auditory
hallucinations. The result is expected of music therapy to be one nursing
intervention to decrease level hallucination with auditory of hallucination.
126
Hallucination.
1. PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) 2018 menyatakan kesehatan jiwa adalah ketika
seseorang dalam keadaan sehat dan bisa merasakan kebahagiaan serta mampu dalam menghadapi
tantangan hidup, bersikap positif terhadap diri sendirii maupun orang lain, dan bisa menerimaa orang
lain sebagimana mestinya. Selain itu, dikatakan kesehatan jiwa adalah dimana kondisi seorang
individu berkembangg secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga menyadari kemampuan
sendiri, mampu mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan memberikann kontribusi untuk
komunitasnya, namun jika kondisi perkembangan individu tersebut tidak sesuai disebut gangguan
jiwa (UU No.18 tahun 2014).
American Psychiatric Association (APA) Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau
psikologis atau pola perilaku secara klinis, yang terjadi pada individu dan dihubungkan dengan
adanya distress, disabilitas atau disertai adanya peningkatan resiko yang bermakna seperti
kehilangan kebebasan, ketidakmampuan, menyebabkan sakit atau bahkan kehilangan nyawa
(Prabowo, 2016).
Berdasarkan fenomena saat ini kejadian gangguan jiwa jenis halusinasi semakin meningkat. Bentuk
persepsi atau pengalaman indera yang tidak distimulasi terhadap reseptornya dikenal sebagai
gangguan jiwa halusinasi, yang bisa menimbulkan dampak seperti histeria, kelemahan,
ketidakmampuan mencapai tujuan, rasa takut berlebihan, pikiran yang buruk serta risiko tindak
kekerasan jika tidak ditangani dengan segera (Rahmawati, 2014). Upaya Pemerintah dengan
melakukan pendekatan manajemen pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat untuk penanganan masalah ganguan jiwa selama ini belum berhasil
dengan maksimal (Ersida, Hermansyah, & Muriawati, 2016).
WHO (2018) mengatakan prevalensi kejadian gangguann mental mental kkronik dan parah yang
menyerang 21 jutaa jiwa dan secara umum terdapat 23 juta jiwa di seluruh dunia, ≥ 50% jiwa
dengan skizofrenia tidak menerima pperawatan yang ttepat, 90% jiwa dengan skizoprenia yang
tidak diiobati tinggal di Negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Prevalensi pasien
dengan gangguan jiwa di Indonesia tahun 2013 sebanyak 1,7 per mil dan terjadi peningkatan
jumlah menjadi 7 per mil tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan persepsi sensori yang dialami oleh penderita
gangguan jiwa (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2013). Halusinasi merupakan distorsi
persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya
mengalami distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Diperkirakan ≥ 90%
penderita gangguan jiwa jenis halusinasi. dengan bentuk yang bervariasi tetapi sebagian besarnya
mengalami halusinasi pendengaran yang dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar
individu tersebut, suara yang didengar bisa dikenalnya, jenis suara tunggal atau multiple yang
dianggapnya dapat memerintahkan tentang perilaku individu itu sendiri (Yosep & Sutini, 2016).
National Association for Music Therapy (NAMT) merupakan organisasi profesional tahun
1950 didirikan melalui kolaborasi para terapis musik yang bekerja secara khusus menangani pasien
yang terdiri dari para veteran perang, penderita gangguan mental, gangguan halusinasi pendengaran
dan penglihatan, dan sebagai populasi pasien psikiatri. Perkembangan baru selanjutnya tahun 1998,
NAMT melakukan kerja sama dengan organisasi terapi musik lain dan bersatu di bawah nama
American Music Therapy Association (AMTA) sampai saat ini. Terapi musik diberikan
untuk membangkitkan gelombang otak alfa yang dapat memberikan rasa relaksasi sehingga
menimbulkan perilaku yang tenang bagi penderita gangguan jiwa jenis halusinasi sehingga
menurunkan risiko timbulnya dampak dari tingkat stresor (Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono, 2016).
265
Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi yang tujuannya untuk memberikann
rasa tenang, membantu mengendalikan emosi serta menyembuhkan gangguan psikologi. Terapi
musik ini juga digunakan oleh psikolog dan psikiater dalam mengatasi berbagai macam gangguan
jiwa dan juga gangguan psikologis. Tujuan terapi musik adalah memberikan relaksasi pada tubuh
dan pikiran penderita, sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan
gangguan psikososialnya (Purnama, 2016).
Musik memiliki 3 komponen penting yaitu beat, ritme, dan harmoni. Beat atau disebut juga
dengan ketukan mempengaruhi tubuh, ritme dapat mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni dapat
mempengaruhi roh (Sulahyuningsih, 2016). Ekawati (2013) menyatakan bahwa musik dapat
berfungsi meningkatkan vitalitas fisik individu, menghilangkan kelelahan, meredakan kecemasan
dan ketegangan, membantu meningkatkan konsentrasi, memperdalam hubungan, memperat
persahabatan, merangsang kreativitas, kepekaan, dan dapat memperkuat karakter serta perilaku yang
positif. Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) tahun 1996 dalam (Djohan, 2005) mengungkapkan
bahwa terapi musik dengan penggunaan musik atau elemen musik (suara, irama, melodi, dan
harmoni) oleh seorang terapis musik untuk proses membangun suatu komunikasi, meningkatkan
relasi interpersonal, belajar, meningkatkann mobilitas, membantu mengungkapkan ekspresi, menata
diri serta untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya.
Berbagai jenis terapi musik digunakan untuk bermacam kondisi termasuk gangguan kejiwaan,
masalah medis, kondisi cacat fisik, gangguan sensorik, cacat perkembangan, masalah penuaan,
untuk meningkatkan konsentrasi belajar, mendukung latihann fisik, mengurangi stres serta
kecemasan (Chandra & Gama, 2014). Studi mengenai kesehatan jiwa, menunjukkan bahwa adanya
terapi musik sangat efektif dalam meredakan kegelisahan dan stres, membantu mendorong
perasaan rileks serta meredakan depresi individu. Terapi musik dapat membantu seseorang dengan
masalah emosional untuk mengeluarkan perasaan, membuat perubahan positif, membantu dalam
memecahkan masalah serta memperbaiki masalah (Amelia &
Trisyani, 2015).
Angka prevalensi gangguan jiwa menurut Dinas Kesehatan Sumatera Utara (DINKES SUMUT,
2019) terdapat sebanyak 20.388 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat yang berisiko
mendapatkann perilaku yang salah di SUMUT. September 2019, banyak yang mengalami
pemasungan sekitar 428 orang. Dari jumlah yang dipasung ini, sebanyak 353 orang sudah
mendapatkan pelayanan dan 40 orang sudah dipulangkan. Selain itu, jumlah ODGJ yang sudah
berobat ke Puskesmas ada sebanyak 4.139 orang.
Angka prevalensi gangguan jiwa menurut survey pendahuluan yang saya lakukan diapat data dari
RSJ PROF. Dr. M. ILDREM Medan sebanyak 28 orang yang mengalami halusinasi pendengaran,
dan 15 (4,2%) orang sudah mendapatkan pelayanan, dan 2 orang sudah dipulangkan kepada
keluarga.
Berdasarkan angka kejadian diatas membuktikan bahwa masih banyak penderita gangguan jiwa
dengan masalah utama halusinasi pendengaran yang dapat menyebabkan kecemasan, perilaku bunuh
diri, menciderai diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian
yang berjudul “Efektivitas terapi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada
pasien gangguan jiwa di RSJ PROF. Dr. M. ILDREM
Medan”
2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan pendekatan Eksperimen Semu (Quasy
Experiment). Penelitian Quasi Eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu
intervensi pada sekelompok subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding. Metode penelitian
dengan pendekatan one grup pre test-post test design yaitu dengan cara pengamatan awal
266
(pretest) terlebih dahulu sebelum intervensi, kemudian dilakukan post test setelah diberikan
intervensi (Sugiono, 2013).
Penelitian ini yang akan diidentifikasi adalah eksperimen antara variabel independen yaitu musik
dengan variabel dependen yaitu halusinasi pendengaran. Hal ini dilakukan oleh peneliti selama 7 hari
setiap pagi dan sore hari. Akhir perlakuan diberikan pada hari ke 7 dan halusinasi pendengaran
diobservasi kembali.
3. HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang menjadi responden adalah pasien halusinasi pendengaran di RSJ
Prof.Dr.M.Ildrem Medan. Responden penelitian ini berjumlah 22 orang yang akan didistribusikan
berdasarkan jenis kelamin dan umur.
2 Perempuan 8 36,4
Jumlah 22 100,0
Jumlah 22 100,0
Berdasarkan Tabel 3.1 hasil penelitian diperoleh informasi bahwa mayoritas responden di RSJ
Prof.dr. M. Ildrem Medan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki 14 orang (63,6%)
danminoritasberjeniskelaminperempuan 8 orang (36,4%). Berdasarkan umur dapat diketahui bahwa
dari 22 responden mayoritas berumur 41-50 Tahun sebanyak 14 orang (63,3%) dan
minoritasberumur30-40 Tahun sebanyak 8 orang (36,4%).
267
N Tingkat Mean N Persentase
o Halusinasi (%)
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa halusinasi pendengaran sebelum diberikan tindakan
terapi musik dengan sample 22 orang didapatkan mean 4.32 dan standar deviation didapatkan 0,646.
Dan sesudah diberikan terapi musik klasik dengan sample 22 orang didapatkan mean 1,68 dan
standar deviation didapatkan 0,568.
,000
Post 2 1,68 ,568 1,00 4,00
pemberian 2
Terapi Musik
Dr.M.Ildrem Medan
Berdasarkan tabel 3.3 diatas dengan menggunakan Wilcoxon dikarenakan data tidak berdistribusi
normal. pada penelitianini dapat disimpulkan pada pretest dan posttest dengan sampel 22 responden
memiliki rata-rata sebelum (mean= 4,32), standar deviasi sebesar 0,646 sedangkan pada posttest
dengan sampel 22 responden memiliki ratarata sesudah (mean= 1,68), standar deviasi sebesar 0,568
dengan P-value (0,000) < α 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh
Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada pasien
gangguan jiwa Di RSJ Prof. Dr.M. Ildrem Medan.
4. PEMBAHASAN
268
Penelitian ini dilakukan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof M. Ildrem Provinsi
Sumatera Utara sebanyak 22 pasien dan pada penelitian yang dilakukan pada 22 pasien mengenai
pemberian terapi musik diruang inap rumah sakit jiwa berdasarkan sosiodemografi yang meliputi
dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas laki-laki sebanyak 14
orang (63,6%) dan mayoritas perempuan 8 orang (36,4%) ,dapat diketahui responden usia 30-40
tahun 8 orang (36,4%) , usia 41-50 tahun 14 orang (63,6%).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Damayanti, Jumaini, & Utami (2014) di RSJ Tampan yaitu 23
orang dari 34 orang responden adalah berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 67,6% dan 11 orang
responden lainnya dengan jenis kelamin perempuan yaitu 32,4%.
Rata-rata penderita gangguan jiwa dengan masalah diagnosa utama halusinasi pendengaran yang
menjalani pengobatan di RSJ adalah berjenis kelamin laki-laki dimana sering terjadi perubahan
peran dan adanya penurunan interaksi soasial serta karena kehilangan pekerjaan, hal inilah yang
menyebabkan laki-laki lebih rentan untuk mengalami gangguan mental hingga sampai depresi
(Damayanti, Jumaini, & Utami, 2014).
Sebelum dan sesudah terapi musik pada penderita halusinasi pendengaran Di RSJ Prof.Dr.M.
Ildrem Medan
Dapat diketahui bahwa halusinasi pendengaran sebelum diberikan tindakan terapi musik dengan
sample 22 orang didapatkan mean 4.32 dan standar deviation didapatkan 0,646. Dan sesudah
diberikan terapi musik klasik dengan sample 22 orang didapatkan mean 1,68 dan standar deviation
didapatkan 0,568.
Frekuensi Dan Persentase Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi
Pendengaran Di RSJ Prof. Dr.M.Ildrem Medan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Wilcoxon pada penelitian ini dapat disimpulkan
pada pre-test dan post-test dengan sampel 22 responden memiliki rata-rata sebelum (mean=
4,32), standar deviasi sebesar 0,646 sedangkan pada post-test dengan sampel 22 responden memiliki
ratarata sesudah (mean= 1,68), standar deviasi sebesar 0,568 dengan P-value (0,000) < α 0,05
maka H0 ditolak Ha diterima yang artinya terdapat Pengaruh Efektivitas Terapi Musik Terhadap
Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada pasien gangguan jiwa Di RSJ Prof. Dr.M. Ildrem
Medan.
Penelitian Hendricks (2010) dengan judul a study of the use of music therapy techniques
in a group for the treatment of adolescent depression menunjukkan bahwa
penggunaan teknik terapi musik berkorelasi positif dengan pengurangan skor depresi dengan adanya
perbedaan yang signifikan (p <0,0001) antara kelompok yang menggunakan teknikteknik terapi
musik dan kelompok yang tidak menggunakan teknik terapi musik. Stuart (2016) mengungkapkan
bahwa mendengarkan musik yang dipilih sendiri setelah terpapar stressor dapat menyebabkan
terjadinya pengurangan kecemasan, kemarahan, dan membuat sistem saraf simpatis bergairah, dapat
meningkatkan relaksasi dibandingkan dengan yang duduk diam saja.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 22 responden di RSJ Prof M. Ildrem Provinsi Sumatera
Utara dapat disimpulkan bahwa, karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan jenis
kelamin yaitu jenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 14 orang (63,6%), dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 8 orang (36,4%). Karakteristik responden berdasarkan usia, yaitu usia 30-40
tahun sebanyak 8 orang (36,4%), usia 41-50 tahun sebanyak 14 orang (63,6%).
269
Untuk analisis Bivariat didapat hasil berdasarkan uji Paired Sample T-Test terdapat
perbedaan yang signifikan Antara sebelum dan sesudah dengan hasil nilai sebelum dilakukan
tindakan terapi musik klasik meliputi nilai mean adalah 4,32 , nilai standar deviation adalah ,646,
nilai minimum adalah 3, nilai maximum 5, dan nilai sesudah dilakukan tindakan terapi musik klasik:
nilai mean adalah 1,68, nilai standar deviation adalah ,568, nilai minimum adalah 1, nilai maximum
4. Maka ditarik kesimpulan Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan terapi musik terhadap
penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada penderita gangguan jiwa di RSJ Prof M. Ildrem
Provinsi Sumatera Utara dengan nilai 0,000 (p < 0.05), sehingga Ha diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D. & Trisyani, M. Terapi music terhadap penurunan tingkat depresi: Literature
review. AFIYAH 2, 2(1), 2015.
Chandra, & Gama. Terapi music klasik terhadap perubahan gejala perilaku agresif
pasien skizofrenia. Junal Keperawatan Denpasar. 7(1), 2014.
Damayanti, Jumaini, & Utami.
Pengaruh terapi music terhadap penurunan halusinasi pasien skizofrenia di RSJ Tampan
Prov. Riau. JOM PSIK, 1(2), 1-9 Tahun 2014.
Ekawati. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Nn. S dengan perubahan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ daerah
Surakarta, 2013.
Ersida, Hermansyah & Muriawati, E. Home Visite Perawat dan Kemandirian Keluarga dalam
Perawatan halusinasi pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan, Volume 4 Tahun
2016.
Djohan. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik, 2005.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni, H. Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas: CMHN (basic course). Jakarta: EGC; 2012
Prabowo, E. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Tahun
2016.
Purnama, G., Yani, D.I., & Sutini, T. Gambaran Stigma MAysrakat Terhadap Klien Gangguan Jiwa.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 29-37 Tahun 2016.
Rahmawati, Y. Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran di RSJ daerah
Surakarta. Skripsi. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id
Riset Kesehatan Dasar. Riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018.. sumatera utara: Depkes
RI; 2018.
Sugiono. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R7D. Bandung: Alfabeta.CV. 2013
Sulahyuningsih, E. Pengalaman Perawat mengimplementasikan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien halusinasi di RSJ Surakarta. Doctoral Dissertation. Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. 2016.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014, diakses dari internet melalui website
http://binfar.kemkes.go.id/?wpd mact+process&did+MjAxLm.
World Health Organization. 2018. gangguan jiwa Fakta dan Angka.
http://www.depkes.go.id>infoda tin-gangguan jiwa s.
Yosep, I., & Sutini, T. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing. Bandung :
Refika Aditama, 2016.
270
271