ABSTRAK
Halusinasi merupakan salah satu diagnosa dalam gangguan jiwa atau gangguan mental. Halusinasi didefinisikan
sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak ada stimulus. Pasien akan merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara. Salah satu tipe halusinasi
adalah halusinasi pendengaran (auditory-hearing voices or sounds) dan menjadi tipe halusinasi yang paling
banyak diderita. Pasien yang mengalami halusinasi dengar ditandai dengan mendengar suara bisikan atau
melihat bayangan dan merasakan sesuatu melalui indera baik perabaan, penciuman, pengecapan, penglihatan
dan pendengaran serta mampu menimbulkan respon yang tidak sesuai. Cara menangani pasien dengan
halusinasi salah satunya adalah menggunakan perawatan di rumah sakit dengan strategi pelaksanaan secara rutin
dan juga dengan terapi okupasi. Terapi okupasi yang digunakan adalah menggambar. Penerapan menghardik
dan menggambar pada pasien halusinasi bertujuan untuk mengontrol halusinasi. Tujuan dilakukannya penerapan
menghardik dan menggambar pada klien dengan halusinasi pendengaran adalah untuk menurunkan tanda gejala
halusinasi pendengaran pada pasien di UPTD Puskesmas Metro tahun 2021. Rancangan karya tulis ilmiah ini
menggunakan desain studi kasus (case study). Subyek yang digunakan sebanyak 2 (dua) pasien halusinasi.
Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil persentase tanda – gejala sebelum diberikan
terapi musik klasik pada subyek I 55% dan subyek II 36%, persentase tanda – gejala sesudah diberikan terapi
musik klasik pada Subyek I 45% dan subyek II 9%. Hasil penerapan menunjukkan bahwa setelah dilakukan
penerapan musik klasik terjadi penurunan tanda gejala halusinasi pendengaran.
ABSTRACT
Hallucinations are one of the diagnoses in mental disorders or mental disorders. Hallucinations are defined as a
disturbance in a person's sensory perception, in which there is no stimulus. The patient will feel a stimulus that
is not really there. The patient feels sound even though there is no sound stimulus. One type of hallucination is
auditory-hearing voices or sounds and is the most common type of hallucination. Patients who experience
auditory hallucinations are characterized by hearing whispers or seeing shadows and feeling things through the
senses of touch, smell, taste, sight and hearing and are able to cause inappropriate responses. One way to deal
with patients with hallucinations is to use hospital care with routine implementation strategies and also with
occupational therapy. Occupational therapy used is drawing. The application of rebuking and drawing in
patients with hallucinations aims to control hallucinations. The purpose of implementing rebuking and drawing
on clients with auditory hallucinations is to reduce signs of auditory hallucinations in patients at the Metro
Public Health Center UPTD in 2021. The design of this scientific paper uses a case study design. The subjects
used were 2 (two) patients with hallucinations. Data analysis was carried out using descriptive analysis. The
results of the percentage of signs - symptoms before being given classical music therapy on subject I 55% and
subject II 36%, the percentage of signs - symptoms after being given classical music therapy on Subject I 45%
and subject II 9%.The results of the application showed that after the application of classical music there was a
decrease in signs of auditory hallucinations.
skizofrenia dengan waktu penerapan 10-15 lembar wawancara dan observasi untuk
menit selama 5 hari7. Musik klasik dengan mengukur dan mengamati tanda gejala
judul efektivitas terapi music terhadap halusinasi dan kemampuan pada pasien
penurunan tingkat halusinasi pendengaran halusinasi pendengaran.
pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit
Pada proses pengumpulan data, penulis akan
Jiwa Prof. Dr. M. Ilderm yang menyatakan
mengkaji pasien halusinasi pendengaran secara
bahwa terdapat pengaruh terhadap tanda gejal
langsung. Cara pengkajian yang penulis
halusinasi pasien dengan waktu penerapan 2x
gunakan adalah wawancara dan observasi.
sehar8.
Penulis terlebih dahulu melakukan wawancara
Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan kepada pasien, kemudian memanfaatkan
secara ringkas, yang menjelaskan bahwa catatan perkembangan pasien dari puskesmas
halusinasi adalah suatu bentuk persepsi atau untuk mengetahui informasi yang berkaitan
pengalaman indera dimana tidak terdapat dengan halusinasi pendengaran, biodata dan
stimulasi terhadap reseptor-reseptornya. juga semua informasi menunjang yang
Halusinasi merupakan persepsi sensori yang berkaitan dengan masalah yang sedang dialami
salah, yang mungkin meliputi salah satu dari pasien. Penulis juga akan melakukan observasi
kelima indera. Hal tersebut membuat penulis selama proses penerapan dengan melakukan
sangat ingin membahas masalah halusinasi terapi musik klasik. Dimulai dari observasi
dengan mengangkat judul Penerapan Terapi sebelum dan sesudah penerapan untuk
Musik Klasik Terhadap Tanda dan Gejala mengetahui perubahan tanda dan gejala pada
Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di UPTD pasien halusinasi pendengaran menggunakan
Puskesmas Metro. lembar observasi. Observasi dimaksudkan
untuk megumpulkan data-data objektif pada
METODE
pasien, dengan wawancara dan observasi9.
Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan
Analis data pada karya ilmiah ini berfokus
metode deskriptif dengan metode penerapan.
pada evaluasi tindakan yaitu keberhasilan
Subyek dalam penerapan berjumlah 2 pasien
tindakan perawatan dimana evaluasi
dengan kriteria pasien bersedia menjadi subjek,
keperawatan ini terbagi menjadi dua evaluasi,
pasien tidak memiliki masalah fisik atau
yaitu pertama berfokus pada perawat dan
penyakit menyertai, pasien yang kooperatif.
partisipasi perawat dalam membina hubungan
Penerapan di lakukan di Puskesmas Metro
dan evaluasi kedua yaitu berfokus pada
selama selama 5 hari dengan 2 kali pertemuan
perilaku pasien dan perilaku yang harus
yaitu pagi dan sore selama 10-15 menit pada
difasilitasi oleh perawat. Tanda dan gejala
bulan Juni 2021. Instrumen penerapan yang
digunakan pada pengumpulan data adalah
Maharani, Penerapan Terapi Musik… 26
Cendikia Muda, Volume 2, Nomor 1, Maret 2022
yang muncul akan dinilai dan dihitung skor didapat menyendiri, kooperatif
suka berbicara dan rajin
akhirnya dengan rumus sebagai berikut : sendiri, tidak meminum
bisa diajak obatnya,
N = a/b x 100% komunikasi terbuka dan
dan dalam mampu
Keterangan : keadaan diajak kerja
katatonik. sama dalam
N = Nilai proses
a = jumlah poin penerapan.
Pemeriksaan Suhu : 35,8°C Suhu : 36°C
b = jumlah item (tanda dan gejala) Fisik Nadi : Nadi :
92x/menit 101x/menit
RR : RR :
21x/menit dan 20x/menit
Tekanan dan Tekanan
Darah : 125/95 Darah :
mmHg. 120/90
HASIL
mmHg.
Tabel 2 : Tanda Gejala Halusinasi Sebelum
Tabel 1 : Gambaran Subyek Penerapan
dan Sesudah Dilakukan Penerapan Terapi
Data Keterangan
Nama Tn. D Ny. B Musik Klasik pada Tn. D
Usia 71 Tahun 62 Tahun Tanda Gejala Pre Post
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Faktor Subjek gagal Subjek H0 H1 H2 H3
Predisposisi menjalin sangat ingin A. Subjektif (DS)
hubungan menjadi Mendengar suara √ √ √ √
sehingga biarawati bisikan
belum sejak remaja, B. Objektif (DO)
menikah namun tidak Distorsi sensori - - - -
hingga usia 71 pernah Bersikap seolah √ √ √ √
tahun, subjek terwujud. mendengar sesuatu
bersikap Respon tidak sesuai - - - -
tertutup dan Menyendiri √ √ √ √
menyimpan Melamun √ √ √ √
semua Disorietasi waktu, -
masalahnya tempat, orang atau
sendirian. situasi
Faktor Putus obat Subjek Curiga - - - -
Presipitasi pada saat tinggal Mondar-mandir - - - -
proses sendirian Melihat ke satu √ √ √ -
pengobatan dan sesekali arah
sudah berjalan mendapat Bicara sendiri √ √ √ √
dan beralih ke kekerasan Jumlah 6 6 6 5
pengobatan fisik dari Presentase 55 55 55 45
alternative dan adiknya. % % % %
kembali
berhenti Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui
melakukan
pengobatan. bahwa skore sebelum dilakukan penerapan
Tn. D sempat
menjadi ASN musik klasik adalah 6 (55%) dari 11 penilaian.
sebelum Setelah dilakukan penerapan pada hari
menderita
gangguan pertama, skore tetap 6 (55%), pada hari ke dua
jiwa.
Data yang Tn. D Ny. B
setelah penerapan masih juga sama, yaitu 6
Maharani, Penerapan Terapi Musik… 27
Cendikia Muda, Volume 2, Nomor 1, Maret 2022
(55%). Pada hari ketiga setelah penerapan Penerapan dilakukan pada Tn. D yang
menjadi 5 (45%). berjenis kelamin laki-laki dan Ny. B
yang berjenis kelamin perempuan.Jenis
Tabel 3 : Tanda Gejala Halusinasi Sebelum
kelamin merupakan salah satu aspek
dan Sesudah Dilakukan Penerapan Terapi
sosial budaya dari faktor predisposisi
Musik Klasik pada Ny.B
dan faktor presipitasi terjadinya
Tanda Gejala Pre Post
gangguan jiwa.
H0 H1 H2 H3
A. Subjektif (DS) 2) Faktor Predisposisi
Mendengar suara √ √ √ - Faktor predisposisi yang dapat
bisikan
B. Objektif (DO) menyebabkan terjadinya halusinasi
Distorsi sensori - - - -
Bersikap seolah - - - - pada klien skizofrenia meliputi
mendengar sesuatu beberapa faktor yaitu :
Respon tidak sesuai - - - -
Menyendiri - - - - a) Perkembangan
Melamun - - - -
Disorietasi waktu, - - - -
Tn. D memiliki pendidikan sampai
tempat, orang atau dengan sarjana, sedangkan Ny. B
situasi
Curiga √ √ - - hanya bersekolah sampai
Mondar-mandir - - - -
pendidikan SMP. Beberapa hal
Melihat ke satu √ √ √ √
arah yang terjadi saat proses
Bicara sendiri √ √ - -
Jumlah 4 4 2 1 perkembangan. Jika tugas
Presentase 36 36 18 9% perkembangan mengalami
% % %
hambatan dan hubungan
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui interpersonal terganggu, maka
bahwa pada hari pertama sampai dengan hari individu akan mengalami stress dan
ketiga setelah penerapan, subjek mengalami kecemasan5.
penurunan tanda gejala, dimana presentase Pada kedua subjek, yaitu subjek I
sebelum penerapan skore subjek adalah 4 (Tn. D) didapatkan data bahwa
(36%), setelah dilakukan penerapan terapi subjek tamatan Sarjana.Sedangkan
musik pada hari pertama, skore tetap 4 (36%). pada subjek II (Ny.B) adalah SMP,
Pada hari kedua skore kembali menurun dan subjek sangat ingin menjadi
menyisakan 2 tanda gejala (18%), sedangkan biarawati namun tidak pernah
pada hari ketiga 1 (9%). tercapai, subjek merasa tidak
memiliki kemampuan apapun yang
PEMBAHASAN menyebabkan subjek mengalami
A. Kriteria Pasien stress dan kecemasan yang
1) Jenis kelamin membuat proses perkembangan
menjadi salah satu faktor gangguan namun tak pernah mendapatkan apa
jiwa pada subjek II (Ny.B). Namun yang diinginkannya sehingga
teori perkembangan tidak sesuai merasa sangat malu dengan
dengan subjek I (Tn.D) lingkungan sekitar. Faktor
dikarenakan latar belakang sosiokultural, berbagai faktor di
pendidikan dan tingkat masyarakat dapat menyebabkan
perkembangan secara pendidikan seorang merasa disingkirkan oleh
yang tergolong tinggi pada subjek I kesepian terhadap lingkungan
(Tn. D). tempat klien dibesarkan11.
b) Psikologis 3) Faktor presipitasi
Tn. D gagal membina hubungan Ditemukan data bahwa Tn. D
sehingga menyebabkan subjek mengalami putus obat, sedangkan Ny.
tidak menikah hingga saat ini, B mengalami kekerasan dari adiknya
sedangkan Ny. B sangat ingin setiap kali berkunjung kerumah. Faktor
menjadi biarawati namun tidak presipitasi adalah stimulus yang
pernah tercapai. Beberapa kondisi dipersepsikan oleh individu sebagai
psikologis yang menjadi faktor tantangan, ancaman/tuntutan yang
predisposisi skizofrenia, salah memerlukan energi ekstra untuk koping.
satunya adalah adanya kegagalan Adanya rangsang lingkungan yang
yang berulang. Tipe kepribadian asing dapat meningkatkan stress dan
lemah dan tidak bertanggung jawab kecemasan yang merangsang tubuh
mudah terjerumus pada mengeluarkan zat halusinogenik3.
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan Faktor gejala pemicu di temukan pada
pasien dalam mengambil keputusan subjek I (Tn.D) yaitu putus putus obat,
sesaat dan lari dari alam nyata perkembangan subjek dimana tidak ada
kepada orang lain. Sedangkan Ny. ketidak patuhan minum obat, sangat