Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Cendikia Muda

Volume 2, Nomor 4, Desember 2022


ISSN : 2807-3469

PENERAPAN TERAPI PSIKORELIGIUS DZIKIR PADA PASIEN HALUSINASI


PENDENGARAN

APPLICATION OF DZIKIR PSYCHORELIGIOUS THERAPY IN HEARING


HALLUCINATION PATIENTS

M. Aldi aulia akbar1,Uswatun hasanah2, Indhit tri utami3


1,2,3
Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro
Email: auliaakbarmuhammadaldi765@gmail.com

ABSTRAK

Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi
terhadap reseptor-reseptornya. Pasien yang mengalami halusinasi ditandai dengan mendengar suara
bisikan atau melihat bayangan dan merasakan sesuatu melalui indera baik perabaan, penciuman,
pengecapan, penglihatan dan pendengaran serta mampu menimbulkan respon yang tidak sesuai. Salah
satu cara untuk menangani pasien dengan halusinasi adalah melakukan terapi lingkungan salah satunya
pada aspek spiritual dengan penerapan religius dzikir. Penerapan religius dzikir pada pasien halusinasi
bertujuan untuk mengontrol halusinasi dan menurunkan tanda gejala halusinasi pada pasien di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung tahun 2021. Rancangan karya tulis ilmiah ini menggunakan desain
studi kasus (case study). Subyek yang digunakan sebanyak 2 (dua) pasien halusinasi pendengaran di
ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2021. Analisa data dilakukan
menggunakan analisis deskriptif. Hasil penerapan menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan
psikoreligius dzikir terjadi penurunan tanda gejala halusinasi pendengaran.

Kata Kunci :Halusinasi Pendengaran, Psikoreligius Dzikir.

ABSTRACT

Hallucinations are a form of sensory perception or experience in which there is no stimulation of the
receptors. Patients who experience hallucinations are characterized by hearing whispers or seeing images
and feeling things through the senses of touch, smell, taste, sight and hearing and are able to cause
inappropriate responses. One way to treat patients with hallucinations is to do environmental therapy, one
of which is on the spiritual aspect with the application of religious dhikr. The application of religious
dhikr in hallucinatory patients aims to control hallucinations and reduce symptoms of hallucinations in
patients at the Lampung Provincial Mental Hospital in 2021. The design of this scientific paper uses a
case study design. The subjects used were 2 (two) auditory hallucinations patients in the Nuri room of the
Lampung Provincial Mental Hospital in 2021. Data analysis was carried out using descriptive analysis.
The results of the application showed that after the application of psychoreligious dhikr there was a
decrease in signs of auditory hallucinations.

Keywords:Auditory Hallucinations, Psychoreligious Dhikr.

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 471


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 4, Desember 2022

PENDAULUAN Berdasarkan data pada bulan Agustus tahun


Kesehatan jiwa individu bisa dilihat melalui 2019 s.d Februari tahun 2020 di Rumah Sakit
beberapa hal, seperti individu berada dalam Jiwa Daerah Provinsi Lampung khususnya di
kondisi fisik, sosial dan mental yang terbebas Ruang Nuri terdapat 96 pasien dengan 34 (35%)
dari gangguan (penyakit) sehingga pasien dengan halusinasi5.
memungkinkan individu untuk mampu
melakukan hubungan sosial yang memuaskan Halusinasi yang tidak ditangani secara baik
1
dan hidup sebagai manusia yang produktif . dapat menimbulkan resiko terhadap keamanan
diri pasien sendiri, orang lain dan juga
Jiwa yang tidak memenuhi gambaran diatas, lingkungan sekitar, oleh sebab itu halusinasi
akan disebut jiwa yang terganggu atau gangguan harus diatasi dengan sungguh-sungguh. Hal ini
jiwa. Gangguan jiwa adalah kondisi jiwa yang dikarenakan halusinasi dengar pasien sering
terganggu yang biasanya ditandai dengan tidak berisi ejekan, ancaman dan perintah untuk
memiliki hubungan harmonis dengan individu melukai dirinya sendiri maupun orang lain2.
lain, bermusuhan dan mengancam serta sering Salah satu cara untuk menangani pasien dengan
kali tidak produktif di masyarakat bahkan halusinasi adalah melakukan terapi lingkungan
cenderung merugikan2. salah satunya pada aspek spiritual dengan
penerapan religius dzikir. Penerapan religius
Data gangguan jiwa dunia menyebutkan bahwa dzikir pada pasien halusinasi bertujuan untuk
pada umumnya gangguan jiwa yang terjadi mengontrol halusinasi, karena aspek ini
adalah gangguan kecemasan dan gangguan ditujukan untuk memaksimalkan manfaat dari
depresi yang merupakan faktor-faktor terkait dan pengalaman, pengobatan dan perasaan damai
penyebab dalam menimbulkan banyak masalah bagi pasien, sehingga perlu disediakan sarana
kejiwaan seperti halusinasi, resiko perilaku ibadah seperti bacaan dzikir, kitab suci dan
kekerasan hinggan resiko bunuh diri3. sebagainya6.

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Penerapan religius dzikir juga dilakukan dalam
Indonesia mengalami kenaikan menjadi 1,8 per penelitian dengan judul pengaruh terapi dzikir
mil dari nilai sebelumnya tahun 2018 adalah 1,7 terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi
per mil. Kabupaten/kota yang memiliki pada pasien halusinasi dengan hasil yang
penduduk dengan gangguan jiwa terbanyak menunjukkan bahwa terapi dzikir mampu
adalah Bogor 23.998 dan Bandung 15.2944. menurunkan tanda gejala halusinasi pada pasien
halusinasi pendengaran yang menjadi subjek

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 472


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 4, Desember 2022

dalam penelitiannya dengan pemberian terapi Psikoreligius Dzikir Pada Pasien Halusinasi
selama 7 hari terhadap 21 responden7. Penerapan Pendengaran Di Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa
terapi religius dzikir juga diterapkan oleh Daerah Provinsi Lampung.
Dermawan (2017) dengan judul pengaruh terapi
psikoreligius dzikir pada pasien halusinasi Adapun Tujuan dari penerapan ini adalah untuk
dengar di Rumah Sakit Jiwa dr. Arif Zainudin mengetahui Penerapan Terapi Psikoreligius
Surakarta, dengan hasil yang menyatakan Dzikir Pada Pasien halusinasi pendengaran.
bahwasannya penerapan religius dzikir bekerja
secara efektif dan mampu menurunkan METODE
halusinasi pasien setelah diberikan terapi selama Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan desain
2 minggu dengan pelaksanaan dzikir saat waktu studi kasus (case study). Di rumah sakit jiwa
luang, saat mendengar suara palsu dan saat derah provinsi lampung dan dilakukan 3 hari
sesudah sholat dengan bacaan Subhanallah, dalam 1 hari dilakukan 2x penerapan pada waktu
Alhamdulillah, Allahuakbar, Laillahailallah, dan pagi dan siang hari. Subyek yang digunakan
Bismillahirohmannirrahim8. dalam studi kasus yaitu dua orang dengan
memiliki gangguan jiwa halusinasi. Instrument
Pengalaman penulis selama di Rumah Sakit Jiwa Yang di gunakan dalam pengumpulan data yaitu
Daerah Provinsi Lampung, pasien pada saat itu lembar observasi yang berisikan tanda gejala
diberikan terapi namun tidak terlalu intens halusinasi pendengaran. Pengisian lembar
dikarenakan jumlah pasien yang banyak dan observasi di lakukan dengan memberikan tanda
perawat yang tidak mampu menghandle 1 pasien ceklist ().
1 perawat sehingga memang beberapa pasien
HASIL
akan sering ditemui menggunakan waktu
luangnya dengan melamun. Penulis mengamati Gambaran subyek penerapan yang di dapatkan
bahwa aktivitas-aktivitas yang bermanfaat dan pada saat pengkajian sesuai dengan tahapan
rencana penerapan adalah sebagai berikut:
mampu menyibukkan pasien akan sangat
membantu supaya pasien tidak menggunakan
waktunya hanya untuk melamun dan
berhalusinasi terus –menerus.

Berdasarkan berbagai penjelasan yang telah


disebutkan secara ringkas, penulis sangat ingin
membahas masalah halusinasi dengan
mengangkat judul Penerapan Terapi

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 473


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 4, Desember 2022

Table 1 Tabel 2
Data Subjek I (Tn. A) Data Subjek II (Tn.R)
Data Keterangan Data Keterangan
Nama Tn. A Nama Tn. R
Usia 29 Tahun Usia 28 Tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam Agama Islam
Suku Bangsa Jawa Suku Bangsa Jawa
Pendidikan SD Pendidikan SMP
Terakhir Terakhir
Status Menikah Status Belum menikah
Perkawinan Perkawinan
Pekerjaan Pengangguran Pekerjaan Pengangguran
Tanggal Masuk 01 Juli 2021 Tanggal Masuk 01 Juli 2021
RS RS
Riwayat Tidak ada Riwayat Ada, ibu subjek
Keluarga Keluarga dengan
dengan gangguan gangguan jiwa
jiwa Frekuensi Masuk 2x tahun 2019, 2021
Frekuensi Masuk 1x tahun 2021 RS
RS Alasan Masuk RS Gelisah, pemarah,
Alasan Masuk RS Pasien sering berbicara berbicara sendiri dan
sendiri, berteriak-teriak berjalan-jalan merusak
tanpa sebab. lingkungan umum.
Faktor 6 bulan yang lalu Faktor Subjek mengalami
Predisposisi pasien amuk, dan Predisposisi putus obat karena
berbicara sendiri tanpa kurangnya kontrol
sebab dan merusak keluarga
barang serta Faktor Presipitasi Subjek sering marah
lingkungan sekitar. setelah putus obat
Faktor Presipitasi 3 bulan terakhir pasien Data yang Tn. R sering berbicara
semakin sering marah didapat sendiri, tertawa
dan berbicara sendiri, terbahak-bahak
gelisah serta tidak bisa didepan tembok dan
diajak komunikasi bebicara dengan
dengan tenang karena tembok.
merasa gagal dalam hal Pemeriksaan Suhu : 37.2°C Nadi :
apapun dari para teman Fisik 96x/menit RR :
dan tetangganya. 20x/menit dan
Data yang Tn. A tampak gelisah, Tekanan Darah :
didapat berbicara sendiri, 120/80 mmHg.
melihat-lihat sekitar
ruangan sambal seolah
berbicara dengan Adapun perkembangan tanda dan gejala
beberapa orang.
Pemeriksaan Suhu : 36,1 C Nadi : halusinasi pendengaran sebelum dan setelah
Fisik 85x/menit RR :
20x/menit dan intervensi terapi psikoreligius: dzikir dapat
Tekanan Darah : dilihat pada tabel berikut:
110/70 mmHg.

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 474


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 4, Desember 2022

laki-laki seperti hanya memendam perasaan


yang dihadapi atau malu mengekspresikan
masalahnya yang dapat memicu stress. Maka
Tabel 3. dari itu jenis kelamin laki-laki cenderung bersiko
Tanda Gejala Halusinasi Sebelum dan tinggi mengalami skizofrenia9.
Sesudah Dilakukan Penerapan Terapi
Psikoreligius Dzikir pada Tn.A dan Tn. R b.Usia
Rata- rata tanda gejala kedua subyek Tn.A berusia 29 tahun dan Tn.R berusia 28
Tn.A Tn.R tahun, yaitu tergolong usia dewasa. Masa
Sebelum 55% 82%
Sesudah 27% 36% dewasa merupakan masa kematangan dari aspek
Selisih 37% kognitif, emosi, dan perilaku. Kegagalan yang
PEMBAHASAN
dialami seseorang untuk mencapai tingkat
1. Karakteristik Subyek Penerapan kematangan tersebut akan sulit memenuhi
a. Jenis kelamin tuntutan perkembangan pada usia tersebut dapat
Subjek Tn. A dan Tn.R berjenis kelamin laki- berdampak gangguan jiwa10. Pengkajian dari 8
laki. Jenis kelamin merupakan salah satu aspek responden sebanyak 6 responden berusia antara
sosial budaya dari faktor predisposisi dan faktor 25-45 tahun, hal itu menyebabkan masalah yang
presipitasi terjadinya gangguan jiwa. Pernyataan dialami oleh responden akan lebih bervariasi.
diatas didukung oleh penelitian yang Usia dewasa muda berisiko lebih tinggi
menunjukkan bahwa karakteritik responden mengalami gangguan jiwa terutama halusinasi
skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah karena pada tahap ini kehidupan penuh dengan
216 orang berjenis kelamin laki-laki (70%) dan stressor, masa dewasa muda mengalami masa
berusia rata-rata 27 tahun9. Sesuai dengan ketegangan emosi dan itu berlangsung hingga
penelitian bahwa 70% dari 216 responden adalah usia 30-an. Dalam usia tersebut individu akan
laki-laki menunjukkan bahwa adanya mudah mengalami ketidakmampuan
kecenderungan jenis kelamin laki-laki dengan menghadapi masalah sehingga akan lebih mudah
skizofrenia. Sehingga jenis kelamin subjek pada emosi
karya tulis ilmiah ini sesuai dengan karakteristik c. Pekerjaan
klien halusinasi dimana bahwa laki-laki Kedua subjek tidak memiliki pekerjaan atau
kebanyakan malu mengekspresikan masalahnya menganggur, pekerjaan sendiri mencerminkan
atau tidak bisa menceritakan masalah yang produktivas dan penghasilan seseorang, hal
dihadapi dan memicu stress yang tak dapat tersebut membuat Tn.A dan Tn.RH merasa tidak
ditangani, hal-hal tersebut menyebabkan laki- berguna dan tidak dapat menghasilkan ekonomi
laki cenderung mudah mengalami halusinasi sesuai kebutuhan keluarga. Pekerjaan sangat erat
didukung dengan sifat-sifat dasar kebanyakan hubungannya dengan penghasilan dan status

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 475


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 4, Desember 2022

ekonomi individu. Hal ini didukung oleh yang


menyatakan bahwa stres yang dialami anggota Halusinasi merupakan persepsi yang salah (false
kelompok sosial ekonomi rendah berperan perception) tanpa adanya objek luar. Tentu saja
dalam perkembangan skizofrenia9. persepsi yang dihasilkan tidak seperti persepsi
yang normal, ada objek luar pembentuk persepsi.
2. Tanda Gejala Halusinasi Sebelum dan Selain itu halusinasi hanya dimiliki oleh
sesudah dilakukan Penerapan individu tersebut, sedangkan orang lain tidak
memilikinya. Halusinasi dapat dipengaruhi oleh
Halusinasi merupakan gangguan persepsi di
imajinasi mental yang kemudian diproyeksikan
mana klien mempersepsikan sesuatu yang
keluar sehingga seolah-olah datangya dari luar
sebenarnya tidak terjadi atau tanpa ada
dirinya, sehingga orang yang mengalami
rangsangan dari luar atau suatu penghayatan
halusinasi sangat berdampak buruk12.
yang dialami seperti suatu persepsi melalui
panca indera tanpa stimulus eksternal ; stimulus
Terapi Spiritual: Dzikir secara Islami, yaitu
palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien
suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan
mengalami persepsi yang salah terhadap
kepada penyembuhan suatu penyakit mental,
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi
kepada setiap individu, dengan kekuatan batin
tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi11
atau ruhani, yang berupa ritual keagamaan
bukan pengobatan dengan obat-obatan, dengan
Hasil tanda gejala halusinasi sebelum dilakukan
tujuan untuk memperkuat iman seseorang agar ia
penerapan terapi psikoreligius dzikir pada subjek
dapat mengembangkan potensi diri dan fitrah
(Tn.A) masih tinggi yaitu dengan total 6 tanda
beragama yang dimilikinya secara optimal,
gejala masih ada (55%), sedangkan pada (Tn.R)
dengan cara mensosialkan nilai-nilai yang
ada 9 (82%). Rata-rata presentase tanda gejala
terkandung di dalam alQuran dan as-Sunnah ke
yang muncul sebelum dilakukan penerapan pada
dalam diri. Seperti melakukan shalat wajib,
kedua subjek adalah 68,5%. Hasil tanda gejala
berdoa dan berzikir dari perbuatan tersebut dapat
halusinasi pada subjek Tn.A mengalami
membuat hidup selaras, seimbang dan sesuai
penurunan menjadi 3 (27%), sedangkan pada
dengan ajaran agama10.
Tn.R menjadi 4 (36%) setelah 3 hari dilakukan
terapi psikoreligius dzikir. Setelah dilakukan
Terapi psikoreligius dzikir adalah terapi yang
penerapan pada kedua subjek, rata-rata
menggunakan media dzikir pada proses
presentase tanda gejala menjadi 31,5%.
penerapannya. Penerapan psikoreligius dzikir
Sehingga telah terjadi penurunan tanda gejala
pada pasien halusinasi bertujuan untuk
sebanyak 37% selama dilakukan penerapan.
mengontrol halusinasi, karena aspek ini

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 476


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 4, Desember 2022

ditujukan untuk memaksimalkan manfaat dari dzikir mampu menurunkan tanda gejala
pengalaman, pengobatan dan perasaan damai halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran
bagi pasien, sehingga perlu disediakan sarana yang menjadi subjek dalam penelitiannya
ibadah seperti bacaan dzikir, kitab suci dan dengan pemberian terapi selama 7 hari terhadap
6
sebagainya . Terapi psikoreligius juga 21 responden7.
merupakan terapi yang bersifat fleksibel
dimana kegiatan tersebut bisa dilakukan Sesuai dengan penerapan yang saya lakukan
kapanpun dan dimanapun pasien mau, sehingga pada subjek Tn.A dan Tn.R dapat disimpulkan
kegiatan tersebut dapat dimasukkan dalam bahwa terapi psikoreligius dzikir berdampak
jadwal harian karena bisa dilakukan secara terus positif bagi pasien dnegan halusinasi
menerus setiap hari tanpa media yang pendengaran yang sebelumnya mendapatkan
mempersulit pasien. hasil tanda gejala 6 dan 9 dari 11 tanda gejala
setelah dilakukan selama 3 hari penerapan tanda
Salah satu tindakan keagamaan yang penting gejala yang muncul hanya 3 dan 4. Sehingga
adalah berdoa (dzikir), yakni memanjatkan menurut penelitian saya penerapan psikoreligius
permohonan kepada Allah supaya memperoleh dzikir sangat efisien untuk mengurangi tanda
sesuatu kehendak yang diridhoi. Dari masa ke gejala pada pasien halusinasi pendengaran.
masa pengaruh doa tersebut terus menerus
mendapat perhatian penting. Bila doa dibiasakan KESIMPULAN
dan betul bersungguh-sungguh, maka Penerapan terapi psikoreligius:Dzikir dapat
pengaruhnya akan menjadi sangat jelas, ia menurunkan tanda gejala halusinasi pendengaran
merupakan perubahan kejiwaan dan perubahan kedua subyek.
somatik. Ketentraman yang ditimbulkan oleh
doa itu merupakan pertolongan yang besar pada DAFTAR PUSTAKA
pengobatan. Doa tidak selalu berbentuk 1. Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar
Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta :
permohonan, namun berdzikir termasuk dalam
Kementrian Kesehatan Republik
berdoa. Indonesia.

2. Yosep & Sutini.(2016). Buku Ajar


Hal ini sesuai dengan artikel Penerapan religius Keperawatan Jiwa. Bandung:PT.Refika
Aditama.
dzikir juga dilakukan dalam penelitian
Herlambang & Emulyani (2020) dengan judul 3. WHO. (2017). Publicationts World
Health Statistics. Switzerland:
pengaruh terapi dzikir terhadap penurunan tanda https://www.who.int/gho/publications/.w
dan gejala halusinasi pada pasien halusinasi orld_health_statistics/2017/.EN_WHS20
17_TOC.PDF?UA=1 Diunduh pada
dengan hasil yang menunjukkan bahwa terapi

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 477


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 4, Desember 2022

tanggal 26 Maret 2021 pukul 14:00


WIB.

4. Kemenkes RI. (2018). Laporan Provinsi


Lampung RISKESDAS 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI.

5. RM RSJD Provinsi Lampung 2020.

6. Emulyani, E., & Herlambang. (2020).


Pengaruh Terapi Zikir Terhadap
Penurunan Tanda Dan Gejala
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi.
https://jurnal.payung
negeri.ac.id/index.php/healthcare/article/
view/60 Diunduh pada tanggal 28 Maret
2021 pukul 10.00 WIB.

7. Dermawan, D. (2017). Pengaruh Terapi


Psikoreligius : Dzikir Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Di Rsjd Dr. Arif
Zainudin Surakarta. Profesi (Profesional
Islam) : Media Publikasi Penelitian,
15(1),74.https://doi.org/10.26576/profesi
.237

8. Satrio, K.L.ddk.,(2015). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa.Lampung.

9. Muhith, A. (2015). Pendidikan


Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offset.

10. Yusuf, A., dkk. (2015). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Akbar, Penerapan Teknik Psikoreligius 478

Anda mungkin juga menyukai