Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No.

1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

Received Revisied Accepted


12 Desember 2022 28 Desember 2022 15 Januari 2023

PENATALAKSANAAN HALUSINASI DENGAN TERAPI AKTIVITAS


KELOMPOK: MENGGAMBAR BEBAS PADA PASIEN HALUSINASI DI
RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2,
1
Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia
Email: novipurwanti014@gmail.com
2
Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia
Email: deden_abm@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan : Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak sesuai realita.
Tanda dan gejala pasien mengalami stimulus yang tidak nyata seperti pendengaran, penglihatan, perabaan,
pengecapan, penciuman, bicara sendiri, tertawa sendiri, menarik diri, menyatakan kesal, mudah marah,
ketakutan. Salah saru penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok menggambar bebas. Tujuan
Penelitian : tujuan penelitian mendeskripsikan penatalaksanaan terapi aktivitas kelompok menggambar bebas
pada pasien halusinasi. Metode : Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan studi kasus
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses pengumpulan data dimulai dari 25 April hingga 30 April
2022. Sebanyak 3 subjek dilibatkan selama penelitian. Beberapa instrumen digunakan untuk mendapatkan data
dari subjek penelitian. Hasil Penelitian : Temuan menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dengan terapi
aktivitas kelompok menggambar bebas efektif untuk mengalihkan perhatian subjek dari halusinasi sehingga
terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi. Saran : Penelitian ini menyarankan agar dilakukan penelitian
lanjut dengan memperluas terapi yang lain seperti bermain ular tanggu, bantumi dan lainnya.
kata kunci: terapi aktivitas kelompok, menggambar bebas, halusinasi

ABSTRACT
Hallucinations are false sensory perceptions or external perceptions that do not match reality. Signs and
symptoms the patient experiences unreal stimuli such as hearing, seeing, touching, tasting, smelling, talking
to himself, laughing to himself, withdrawing, expressing annoyance, irritability, fear. One of the management
of hallucinations with free drawing group activity therapy. Therefore the aim of this study is to describe the
management of free drawing group activity therapy in hallucinatory patients. This study uses a qualitative
design with case studies using the nursing process approach. The data collection process started from April 25
to April 30 2022. A total of 3 subjects were involved during the study. Several instruments are used to obtain
data from research subjects. The findings showed that the results of this study with free drawing group activity
therapy were effective in diverting the subject's attention from hallucinations so that there was a decrease in
signs and symptoms of hallucinations. This study suggests that further research be carried out by expanding
other therapies such as playing snake tanggu, assistmi and others.
keywords: group activity therapy, free drawing, hallucinations

PENDAHULUAN (Wuryaningsih et al, 2020). Salah satu


Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) gangguan jiwa adalah halusinasi yang
adalah orang yang mengalami gangguan dalam merupakan merupakan terganggunya persepsi
pikiran, perilaku, dan perasaan yang ditandai seseorang di mana tidak ada stimulus,
dengan sekumpulan gejala atau perubahan penderita merasakan stimulus yang sebetulnya
perilaku yang bermakna, serta dapat tidak ada (Yosep, 2013).
menimbulkan penderitaan dan hambatan World Health Organization menyatakan
dalam menjalankan fungsi sebagai manusia skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan
Page | 58
Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No. 1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

parah yang mempengaruhi 24 juta orang di menggambar memiliki tujuan untuk


seluruh dunia (WHO, 2019). Penderita mengekspresikan perasaan, emosi, dan
gangguan jiwa di Indonesia meningkat sebesar memusatkan perhatian (Purwaningsih &
7 permil rumah tangga, angka ini Karlina, 2012).
mengindikasikan terdapat 7 rumah tangga Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan
dengan penderita gangguan jiwa di tiap 1.000 penatalaksanaan halusinasi dengan terapi
rumah tangga, sehingga jumlahnya aktivitas kelompok menggambar bebas pada
diperkirakan 450 ribu penderita gangguan jiwa pasien halusinasi. Diharapkan temuan
(Kemenkes, 2018). Penderita gangguan jiwa di penelitian ini membantu perawat untuk
Jawa Tengah pada tahun 2019 sebanyak mengatasi situasi ini dan meningkatkan
81.983 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa kualitas asuhan keperawatan jiwa.
Tengah, 2019). Berdasarkan hasil laporan
rekam medis RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta METODE PENELITIAN
didapatkan data pada bulan Januari – Metode Penelitian ini menggunakan
Desember 2020 tercatat dengan jumlah 4.722 desain studi kasus dengan menggunakan
klien dengan masalah keperawatan yang metode kuantitatif dari data yang dikumpulkan
berbeda-beda yaitu penderita halusinasi melalui kuesioner. Kriteria inklusi adalah
tercatat 3.694 klien, risiko perilaku kekerasan pasien yang masih mengalami halusinasi,
704 klien, harga diri rendah 12 klien, isolasi merasakan stimulus yang tidak nyata, baik
sosial 37 klien, risiko bunuh diri 55 klien, berupa pendengaran, perabaan, penglihatan,
waham 29 klien, defisit perawatan diri 49 penciuman, pengecapan, masih mengalami
klien, dan ansietas 142 klien (Rekam Medik tanda dan gejala halusinasi, sudah tidak dalam
RSJD Surakarta, 2020). tahap penanganan akut, usia 20-60 tahun,
Halusinasi digambarkan sebagai persepsi bersedia menjadi responden penelitian. Proses
sensori yang salah, persepsi eksternal yang pengambilan data dimulai dari 25 April hingga
tidak realita atau tidak ada. Pasien halusinasi 30 April 2022. Sebanyak 3 pasien terlibat
merasakan stimulus tidak nyata sehingga dalam penelitian setelah menandatangani
mengalami tanda dan gejala seperti bicara informed consent. Metode kualitatif adalah
sendiri, tertawa sendiri, menarik diri dari orang purposive sampling, yang bermaksud
lain, mudah tersinggung, mudah jengkel, mengambil sampel dengan ciri khusus. Data
mudah marah, ketakutan, dan tidak dapat sosio-demografis karakteristik juga
berkonsentrasi dengan pengalaman sensori dikumpulkan. Pengambilan data dengan
yang dialaminya (Damaiyanti & Iskandar, wawancara dan observasi langsung dilakukan
2014). Efek halusinasi yaitu kehilangan untuk penjelasan tambahan untuk melengkapi
kontrol terhadap diri, dalam situasi ini maka data penelitian. Instrumen penelitian
klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh menggunakan format asuhan keperawatan
orang lain, maupun merusak lingkungan jiwa, lembar observasi tanda dan gejala
(Muhith, 2015). halusinasi, lembar observasi hasil gambar dan
Penatalaksanaan terapi nonfarmakologis hasil deskripsi gambar, lembar wawancara
dilakukan dengan terapi aktivitas kelompok terkait halusinasi, dan SOP terapi aktivitas
yaitu salah satu terapi psikologi yang menggambar. Metode uji keabsahan data
dilakukan secara kelompok untuk memberikan dengan mengambil data baru (here and now)
stimulasi bagi klien dengan gangguan menggunakan metode triangulasi. Analisis
interpersonal (Yosep, 2013). Aktifitas yang data merupakan pengolahan data yang
dilakukan dalam terapi aktivitas kelompok dikumpulkan untuk memperoleh suatu
adalah dengan menggambar. Terapi aktivitas kesimpulan. Data dianalisis menggunakan
menggambar merupakan terapi dengan collecting data, reduksi data, display data dan
menggunakan media kesenian untuk verifikasi data, dengan data primer yang
berkomunikasi. Terapi aktivitas kelompok sebelumnya telah diperoleh.
Page | 59
Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No. 1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

HASIL DAN PEMBAHASAN merasa terganggu jika bayangan dan kesal


Hasil penelitian suara tersebut muncul
Karakteristik responden pada penelitian Perencanaan keperawatan Terapi
ini meliputi jenis kelamin usia, tingkat Aktivitas Kelompok dilakukan dengan
Pendidikan dan pekerjaan (Tabel. 1). Data menggambar bebas selama 3 kali pertemuan
tersebut menyimpulkan bahwa bahwa dari 3 dengan waktu ±35 menit yang bertujuan
responden yang terlibat, responden berjenis responden mampu menjelaskan, memaknai
kelamin perempuan (100%), paling banyak dan mengekspresikan perasaan dan emosi
kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 2 subjek melalui gambar. Halusinasi dapat terkontrol
(66,6), tingkat Pendidikan terbanyak SMP 2 dengan ditandai berkurangnya tanda dan gejala
org (66,6%) dan tingkat pekerjaan terbanyak halusinasi (≤ 3 tanda dan gejala halusinasi).
buruh (66,6%) Rencana tindakan keperawatan yaitu observasi
tanda dan gejala halusinasi pre terapi

Tabel 1. Pelaksanaan Keperawatan


Karakteristik Subjek Penelitian digambarkan dari masing – masing
No Karakteristik F % responden sebagai berikut : responden 1 :
1. Jenis kelamin pertemuan pertama ; menggambar rumah,
a. Laki-laki 0 0 mobil, kalender, jam dan bank. Makna gambar
b. Perempuan 3 100 menurut responden yaitu ingin memiliki rumah
2. Usia sendiri, mobil sendiri, harus ingat waktu dan
a. 21-30 tahun 0 0 ingin menabung uang yang banyak. Hasil
b. 31-40 tahun 2 66,6 pengamatan diperoleh 5 tanda dan gejala
c. 41-50 tahun 0 0 halusinasi yaitu responden mengatakan masih
d. 51-60 tahun 1 33,3 mendengar suara bisikan, masih merasa kesal
3. Tingkat pendidikan saat mendengar suara tersebut, menunjukkan
a. SD 0 0 perilaku seolah mendengar sesuatu dengan
b. SMP 2 66,6 mengarahkan telinga ke arah tertentu, respon
c. SMA 1 33,3 tidak sesuai, mondar – mandir. Pertemuan
4. Pekerjaan kedua ; menggambar bangunan, mobil, sapi,
a. Tidak bekerja 1 33,3 dan huruf V berjejer. Makna gambar menurut
b. Buruh responden yaitu bangunan tersebut adalah
2 66,6 universitas, saya ingin sekolah di universitas,
Sumber: Data Primer, 2022 ingin punya mobil, dan punya sawah yang luas.
Hasil pengamatan didapatkan 4 tanda dan
Pengkajian studi kasus keperawatan, gejala halusinasi yaitu subjek mengatakan
ketiga subjek mempunyai keluhan mendengar masih mendengar suara bisikan yang
suara-suara bisikan yang menyuruhnya untuk menyuruhnya untuk memukul orang,
memukul orang, merasa mendengar suara menunjukkan perilaku bersikap seolah
ayam berkokok dalam jumlah banyak, seperti mendengar sesuatu dengan mengarahkan
melihat laki – laki berpakaian hitam atau putih. telinga ke arah tertentu, respon tidak sesuai
Keluhan yang dirasakan pasien menunjukkan dengan mengalihkan pembicaraan, mondar-
perilaku bersikap seolah mendengarkan mandir. Pertemuan ketiga : menggambar sapi,
sesuatu dengan mengarahkan telinga ke arah kubus, sumur, tanah dan pohon. Makna
tertentu, kadang melihat ke satu arah, terlihat gambar menurut responden yaitu ingin ternak
menyendiri dan melamun, terlihat mondar- sapi dan qurban, ingin umrah / haji, ingin
mandir, respon tidak sesuai, verbal lama-lama bangun sumur, ingin punya tanah yang luas.
kacau dan melamun. Perasaan yang muncul Hasil pengamatan didapatkan 1 tanda dan

Page | 60
Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No. 1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

gejala halusinasi yaitu masih terlihat mondar- sesuatu dengan melihat ke satu arah, mondar-
mandir. mandir. Pertemuan ketiga : mengambar
Responden 2: pertemuan pertama ; rumah. Makna gambar menurut responden
menggambar ayam, bunga dan pohon kelapa. yaitu itu rumahnya dan ingin cepat pulang ke
Makna gambar menurut responden dengan rumah. Hasil pengamatan didapatkan 2 tanda
mengatakan sering mendengar suara ayam dan gejala halusinasi yaitu responden masih
yang banyak, ia sangat menyukai bunga dan masih merasa takut jika bayangan tersebut
menanam bunga yang banyak dirumah, dan muncul lagi, terlihat mondar-mandir.
ingin minum es kelapa. Hasil pengamatan Gambaran Evaluasi Keperawatan
diperoleh 5 tanda dan gejala halusinasi yaitu diperoleh gambaran subjek 1 dan 3
subjek mengatakan masih mendengar suara mengatakan sudah tidak mendengar suara
ayam berkokok, merasa kesal karena bisikan dan melihat bayangan laki – laki
menganggu, menunjukkan perilaku seolah dengan pakaian serba hitam sedangkan subjek
mendengar sesuatu dengan mengarahkan 2 masih mendengar suara ayam berkokok,
telinga ke arah tertentu, mondar-mandir, bicara ketiga subjek sudah tidak merasa kesal dan
sendiri. Pertemuan kedua : menggambar merasa senang melakukan terapi aktivitas
rumah. Makna gambar menurut responden kelompok menggambar bebas. Infor,asi ketiga
yaitu ingin segera pulang ke rumah. Hasil subjek mampu mengekspresikan perasaan dan
pengamatan didapatkan 4 tanda dan gejala emosi melalui gambar, terjadi penurunan tanda
halusinasi yaitu subjek mengatakan masih dan gejala halusinasi yang sebelumnya tercatat
mendengar suara ayam berkokok, 6-7 tanda dan gejala halusinasi kemudian
menunjukkan perilaku bersikap seolah menurun menjadi 1-3 tanda dan gejala
mendengar sesuatu dengan mengarahkan halusinasi.
telinga ke arah tertentu, mondar-mandir, dan
bicara sendiri. Pertemuan ketiga ; mengambar
gunung. Makna gambar menurut responden HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu gunung tersebut merupakan gunung Karakteristikm sosio – demografi
slamet di daerah Brebes dan dekat dengan menunjukkan wanita paling banyak
rumahnya. Hasil pengamatan didapatkan 3 mengalami gangguan jiwa. Hal ini
tanda dan gejala halusinasi yaitu subjek memperkuat determinan jenis kelamin
mengatakan masih mendengar suara ayam perempuan cenderung sering
berkokok, terlihat mondar – mandir dan bicara menyembunyikan masalah yang dialami
sendiri. dengan memendam sendiri, hal tersebut dapat
Responden 3: Pertemuan pertama; mengakibatkan seseorang menarik diri dan
mengambar bunga. Makna gambar menurut mengalami keputusasaan dalam
reponden yaitu suka menanam bunga saat kehidupannya, dengan demikian seseorang
dirumah. Hasil pengamatan didapatkan 6 tanda akan rentan mengalami gangguan jiwa seperti
dan gejala halusinasi yaitu mengatakan masih halusinasi. Pendapat Furyanti & Sukaesti
melihat bayangan laki-laki dengan pakaian (2018) menyatakan bahwa perempuan
serba hitam, merasa takut dan kesal saat mempunyai beban stress yang lebih tinggi
melihat bayangan tersebut, menunjukkan sehingga membuat perempuan memendam
perilaku seolah melihat sesuatu dengan melihat perasaannya sendiri dan sering mengalami
ke satu arah, mondar-mandir. Pertemuan keputusasaan dalam kehidupannya.
kedua: menggambar kapal. Makna gambar Usia Responden memiliki rentang usia
menurut responden yaitu ingin naik kapal. 30-40 tahun. Usia tersebut merupakan kategori
Hasil pengamatan didapatkan 4 tanda dan dewasa awal (Depkes RI, 2009). Faktor
gejala halusinasi yaitu responden mengatakan determinan usia menjadi factor pencetus
masih merasa takut jika bayangan itu muncul gangguan jiwa. Pada usia tersebut masalah
lagi, menunjukkan perilaku seolah melihat yang dihadapi akan lebih bervariasi dan
Page | 61
Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No. 1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

menimbulkan peningkatan stressor. Penelitian Proses pengkajian perlu dilakukan


oleh Maylani et al (2018) dijelaskan bahwa untuk mendapatkan tanda dan gejala halusinasi
pada usia 25-35 tahun merupakan usia dari ketiga responden dengan halusinasi.
produktif yang dipenuhi dengan banyak faktor Tanda dan gejala halusinasi yang diperoleh
pencetus stress dan memiliki beban tanggung seperti mendengar suara bisikan, melihat
jawab yang besar. Adanya stress yang bayangan, mengarahkan telinga ke arah
berlebihan maka tubuh seseorang dapat tertentu, melihat ke arah tertentu, menyendiri,
menghasilkan suatu zat yang bersifat melamun, merasa kesal jika halusinasi muncul,
halusinogenik. ketakutan, mondar-mandir, terlihat bicara
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh sendiri. Pengkajian tersebut menunjukkan
terhadap resiko timbulnya halusinasi seseorang yang mengalami halusinasi akan
responden. Tingkat Pendidikan tinggi mengalami tanda dan gejala seperti merasakan
seseorang biasanya memiliki lebih banyak stimulus yang tidak nyata, tertawa sendiri,
pengetahuan tentang penyakit. Menurut senyum sendiri, ketakutan, menunjukkan
peneliti semakin rendah pendidikan seseorang perilaku menanggapi halusinasi tersebut,
maka informasi dan pengetahuan yang didapat menyendiri, melamun, merasa kesal, dan
akan kurang, hal tersebut dapat mengakibatkan respon tidak sesuai. Hal ini sepadan dengan
mekanisme koping yang diciptakan tidak baik, pendapat Damaiyanti & Iskandar (2014)
mudah putus asa, tidak dapat mengendalikan terkait tanda dan gejala halusinasi yaitu bicara
diri dalam kehidupannya sehingga sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri,
menyebabkan seseorang rentan mengalami menggerakkan bibir tanpa suara, merasakan
gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan stimulus yang tidak nyata baik berupa
penelitian oleh Kadir et al (2015) bahwa pendengaran maupun penglihatan, menarik
pendidikan dapat mempengaruhi proses diri dari orang lain, mudah tersinggung,
belajar, seseorang yang berpendidikan lebih jengkel, marah, ketakutan.
rendah cenderung mempunyai ilmu Diagnosis Keperawatan ditegakkan
pengetahuan lebih sempit dan pemikirannya karena adanya relevansi data dengan konsep
kurang meluas dibandingkan dengan tingkat yang diperoleh selama penelitian. Hasil data
pendidikan yang lebih tinggi. Dengan pengkajian menunjukkan responden
pengetahuan yang luas maka seseorang mendengar suara bisikan yang menyuruhnya
mampu menciptakan mekanisme koping yang untuk memukul orang, suara ayam berkokok
baik sehingga dapat mengurangi masalah dengan jumlah yang banyak, melihat bayangan
gangguan jiwa. laki-laki berpakaian serba hitam terkadang
Dari hasil pengkajian didapatkan serba putih, merasa kesal dan takut jika
mayoritas subjek bekerja sebagai buruh. halusinasi tersebut muncul. Perilaku
Peneliti berpendapat bahwa tuntutan dalam pendukung ditunjukkan dengan bersikap
pekerjaan dapat membuat seseorang merasa seolah mendengarkan sesuatu dengan
tertekan sehingga dapat menimbulkan stress mengarahkan telinga ke arah tertentu, bersikap
yang berlebihan, yang dapat mengakibatkan seolah melihat sesuatu dengan melihat ke satu
seseorang mengalami gangguan psikologis. arah, terlihat bicara sendiri, mondar-mandir,
Hal ini sejalan dengan pendapat Dermawan & menyendiri, melamun dan respon perilaku
Rusdi (2013) yang menyatakan bahwa tekanan yang tidak sesuai. Konsep yang selaras dengan
dalam pekerjaan merupakan salah satu faktor data diperoleh dari Tim Pokja SDKI DPP PPNI
presipitasi penyebab terjadinya halusinasi, (2017) yaitu mendengar suara bisikan atau
karena dapat memicu seseorang mengalami melihat bayangan, merasakan sesuatu melalui
stress yang berlebihan. Stress yang menumpuk indera perabaan, penciuman, atau pengecapan,
dapat sebagai pencetus terjadinya gangguan menyatakan kesal, distorsi sensori, respon
psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab tidak sesuai, menyendiri, melamun,
utama gangguan. konsentrasi buruk, disorientasi waktu, tempat,
Page | 62
Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No. 1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

orang atau situasi, curiga, ketakutan, melihat memungkinkan individu untuk


ke satu arah, mondar-mandir, bicara sendiri, mengekspresikan masalah, perasaan,
tertawa sendiri, senyum sendiri, dan bersikap ketakutan, keinginan, dan kekhawatiran
seolah melihat, mengecap, mendengar, dengan cara yang tidak mengancam. Karya
meraba, atau mencium sesuatu. seni memungkinkan individu untuk
Aktifitas Perencanaan Keperawatan berkomunikasi secara simbolis seperti secara
dipersiapkan oleh peneliti dengan terapi lisan.
aktivitas kelompok menggambar bebas selama Pelaksanaan Keperawatan dengan
3 kali pertemuan dengan waktu ±35 menit menggambar dilakukan secara bertahap.
yang diharapkan responden mempunyai Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
kemampuan mengekspresikan perasaan dan menggambar dilakukan sebanyak 3 kali
emosi melalui gambar, halusinasi dapat pertemuan dengan focus hasil semua
terkontrol dengan ditandai berkurangnya tanda responden dapat mengikuti kegiatan terapi
dan gejala halusinasi (≤ 3 tanda dan gejala dengan baik sampai akhir, responden mampu
halusinasi). Sesuai dengan pendapat memfokuskan pada kegiatan dan mengikuti
Purwaningsih dan Karlina (2012) bahwa arahan dari peneliti, mampu mengungkapkan
tujuan dan kriteria hasil terapi aktivitas perasaan melalui gambar. Terjadi penurunan
kelompok menggambar bebas adalah klien tanda dan gejala halusinasi berdasarkan lembar
mempu mengekspresikan perasaan, observasi sebelumnya tercatat dengan jumlah
mengekspresikan emosi melalui gambar, klien 6-7 tanda dan gejala halusinasi kemudian
dapat memusatkan perhatian, halusinasi dapat menurun menjadi 1-3 tanda dan gejala
terkontrol dengan ditandai berkurangnya tanda halusinasi.
dan gejala halusinasi. Peneliti berpendapat bahwa terapi
Pemilihan tindakan Terapi Aktivitas aktvitas kelompok menggambar bebas dapat
Kelompok menggambar bebas dilakukan mengalihkan fokus perhatian responden dari
karena dapat diterapkan untuk pasien halusinasi yang dialami sehingga dapat terjadi
halusinasi dan pelaksanaannya lebih mudah penurunan tanda dan gejala halusinasi.
selain itu dengan proses menggambar bebas Penurunan tersebut dapat terjadi karena
maka responden dapat mengekspresikan responden mampu melakukan aktivitas
emosi, perasaan, serta mampu mengalihkan menggambar dengan baik pada saat terapi,
fokus perhatian dari halusinasi. Pendapat ini menikmati aktivitas yang diberikan, sehingga
diperkuat oleh Purwaningsih & Karlina (2012) mempengaruhi respnden untuk tetap fokus
dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok pada kegiatan, selain itu terapi menggambar ini
menggambar maka responden dapat dilakukan secara berkelompok sehingga
mengekspresikan emosi dan perasaan serta responden dapat berbicara dengan teman
dapat berlatih memusatkan perhatian agar sekelompoknya dan responden tidak
tidak terfokus pada halusinasi yang menyendiri, dengan demikian dapat
dialaminya. Disamping itu pula setelah proses meminimalisir interaksi subjek dengan
menggambar selesai, responden diminta untuk dunianya sendiri sehingga responden tidak
menjelaskan makna dari gambar. Peneliti terjebak pada realita imajiner yang diciptakan
berpendapat proses menggambar bagi oleh dirinya sendiri, hingga halusinasi dapat
responden adalah upaya menjelaskan makna terkontrol dengan ditandai berkurangnya tanda
gambar yang bertujuan untuk mengetahui isi dan gejala halusinasi dari responden.
pikiran dan perasaan respoden, selain itu Penelitian Fekaristi et al (2021) yang
menggambar berhubungan dengan suasana membuktikan bahwa terapi menggambar dapat
hati seseorang dan dapat dijadikan indikator menurunkan tanda dan gejala halusinasi karena
apakah klien fokus pada kegiatan terapi atau pada saat pelaksanaan terapi menggambar
tidak. Pendapat Masruhah (2019) dalam dapat meminimalisir interaksi pasien dengan
penelitiannya bahwa menggambar dunianya sendiri, mengeluarkan pikiran,
Page | 63
Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No. 1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

perasaan, emosi, yang selama ini Pemberian terapi aktivitas kelompok


mempengaruhi perilaku yang tidak menggambar bebas memberikan pengaruh
disadarinya, memberi motivasi dan terhadap responden dengan berkurangnya
memberikan kegembiraan, hiburan, serta tanda dan gejala halusinasi yang dirasakan.
mengalihkan perhatian pasien dari halusinasi Oleh karena itu perlu upaya serius untuk
sehingga pikiran pasien tidak terfokus dengan melanjutkan penelitian ini agar didukung
halusinasinya. kebijakan – kebijakan institusional dengan
Evaluasi Keperawatan dilakukan memberikan terapi menggambar bebas pada
untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan pasien halusinasi.
produktifitas dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan untuk mendapatkan umpan REFERENCE
balik dalam pelaksanaan pelayanan Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. (2014).
keperawatan. Hasil evaluasi pada responden Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
yaitu mampu mengekspresikan perasaan dan Refika Aditama.
emosi melalui gambar dan terjadi penurunan Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia
tanda dan gejala halusinasi pada semua 2009. Jakarta: Departemen Kesehatan
responden. Pada subjek 1 terdapat 7 gejala Republik Indonesia.
halusinasi kemudian berkurang menjadi 1 https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/
tanda dan gejala halusinasi. Pada subjek 2 download/pusdatin/profil-kesehatan-
tercatat 7 gejala halusinasi kemudian indonesia/profil-kesehatan-indonesia-
berkurang menjadi 3 tanda dan gejala 2008.pdf diakses tanggal 11 Juni 2022.
halusinasi. Pada subjek 3 tercatat 6 gejala
halusinasi kemudian berkurang menjadi 2 Dermawan, Deden & Rusdi. (2013).
tanda dan gejala halusinasi. Peneliti Keperawatan Jiwa: Konsep dan
berpendapat bahwa perbedaan penurunan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
tanda dan gejala halusinasi pada ketiga subjek Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
karena respon setiap individu yang mengalami
halusinasi akan berbeda-beda, hal ini Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2019.
dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
menanggapi halusinasi dan penggunaan Tahun 2019. Semarang: Dinas
mekanisme koping yang berbeda-beda Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
sehingga hal ini mempengaruhi bagaimana https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/sto
cara individu mempersepsikan sesuatu yang rage/2020/09/Profil-Jaten-tahun-
sebenarnya tidak terjadi dan mempengaruhi 2019.pdf diakses tanggal 04 Maret 2022.
bagaimana kemampuan seseorang dalam
mengenal dan mengontrol halusinasi yang Fekaristi, Agnes Adelia., Hasanah, Uswatun.,
dialaminya. Hal ini sesuai dengan penelitian Inayati, Anik. 2021. Art Theraphy
yang dilakukan oleh Wijayanti et al (2018) Melukis Bebas terhadap Perubahan
yang menyatakan bahwa pasien skizofrenia Halusinasi pada Pasien Skizofrenia.
yang mengalami halusinasi akan memiliki Jurnal Cendekia Muda. 1 (2) 262-269
respon yang berbeda-beda hal ini disebabkan Juni 2021 ISSN : 2807-3649
karena ketidakmampuan dalam menghadapi
stressor dan kurangnya kemampuan dalam Furyanti, E & Sukaesti, D. (2018). Art Therapy
mengenal cara mengontrol halusinasi, Melukis Bebas Terhadap Kemampuan
sehingga responden tidak mampu Pasien Mengontrol Halusinasi. Jurnal
membedakan rangsang internal dan ekternal Universitas Esa Unggul.
dan tidak mampu memberi respon yang tepat. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/U
EU-Undergraduate-11916-
SIMPULAN DAN SARAN manuscript.Image.Marked.pdf.
Page | 64
Jurnal Kesehatan Karya Husada, Vol. 11 No. 1 Tahun 2023
PISSN 2337649X/EISSN 2655-8874
Novi Purwanti1, Deden Dermawan2, “Penatalaksanaan halusinasi dengan terapi aktivitas kelompok:
menggambar bebas pada pasien halusinasi di RSJD dr. Arif zainudin surakarta”

Kadir, Abdul, et al. (2015). Dasar-Dasar Purwaningsih, Wahyu & Karlina, Ina. (2012).
Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Asuhan Keperawatan Jiwa Dilengkapi
Group. Terapi Modalitas dan Standard
Kemenkes. (2018). Hasil Utama Riset Operating Procedure (SOP).
Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Yogyakarta: Nuha Medika.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Rekam Medik RSJD Surakarta. (2020).
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uplo https://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id/
ad/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil- diakses tanggal 22 Februari 2022.
riskesdas-2018_1274.pdf diakses
tanggal 04 Maret 2022. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia
Masruhah, Ummahatul. 2019. Efektvitas Definisi dan Indikator Diagnostik.
Kegiatan Menggambar (Modifikasi Art Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Therapy) untuk Mereduksi Stress Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Akademik Siswa Kelas XII SMA Negeri
1 Pati. Jurnal Universitas Negeri WHO. 2019. Skizophrenia.
Semarang. https://www.who.int/news-room/fact-
http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/33648 sheets/detai/schizophrenia diakses
tanggal 22 Februari 2022.
Maylani, RY., Fadraersada, J., Ramadhan,
AM. 2018. Studi Pemberian Wijayanti, Ni Made., Candra, I Wayan.,
Antipsikotik Terhadap Beberapa Jenis Ruspawan, I Dewa Mahendra. (2014).
Skizofrenia di RSJD Atma Husada Terapi Okupasi Aktivitas Waktu Luang
Mahakan Jamarinda. Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi
http://prosiding.farmasi.unmul.ac.id/ind Pendengaran pada Pasien Skizofrenia.
ex.php/mpc/article/view/333/323 Jurnal Gema Keperawatan. 7 (2) 124-
diakses tanggal 11 Mei 2022. Proceeding 129 Juni 2014.
of the 8TH Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences, ISSN: 2614-4778 Wuryaningsih, Emi Wuri, et al. (2020). Buku
Samarinda, 20-21 November 2018. Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.
DOI: Jember: UPT Percetakan & Penerbitan
https://doi.org/10.25026/mpc.v8i1.333 Universitas Jember.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Yosep, Iyus. (2013). Keperawatan Jiwa.


Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Yogyakarta: CV Andi Offset

Page | 65

Anda mungkin juga menyukai