Disusun Oleh :
KRISNA MAULIDIAN
(2111040091)
2021/2022
A. Pendahuluan
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama yang sangat umum terjadi di berbagai negara dan diperkirakan
sekitar 12% menjadi beban penyakit secara global (Vos T dkk, 1990-2010). World
Health Organisation (WHO, 2013) menegaskan jumlah klien gangguan jiwa di dunia
mencapai 450 juta orang, dan paling tidak, ada 1 dari 4 orang di dunia mengalami
masalah gangguan jiwa dan diprediksikan akan meningkat menjadi 15% pada tahun
2020.
Salah satu cara untuk menanggulangi permasahan tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan kombinasi antara psikofarmakologi dan nonfarmakologi (Sari
FS dkk, 2013). Terapi nonfaramakologi yang terbukti efektif untuk mengatasi gejala
gangguan jiwa adalah terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok
adalah salah satu jenis terapi modalitas yang dilakukan oleh perawat kepada
sekelompok klien yang memiliki permasalahan keperawatan yang sama (Keliat,BA
& Akemat, 2005).
Menurut Stuart dan Sundeen (2008), semakin tinggi intensitas halusinasi
pendengaran, semakin berpotensi menjurus kepada tindakan maladaptif. Karena itu,
diperlukan aktivitas positif untuk mengalihkan perhatian klien dari halusinasi yang
dialami. Salah satu bentuk terapi aktivitas kelompok yang digunakan dalam proses
perawatan pada orang dengan gangguan jiwa adalah dengan menggunakan terapi
okupasi aktivitas waktu luang terhadap perubahan halusinasi pendengaran pada
pasien jiwa hal ini menggunakan meronce manik-manik.
B. Ringkasan jurnal
1. Judul : “Pengaruh terapi okupasi aktivitas waktu luang terhadap perubahan halusinasi
pendengaran pada pasien jiwa”
2. Penulis : Heru Wahyudi, Cucuk Suwandi, Eike Widya Agustyani
5. Ringkasan jurnal
a. Pendahuluan
Halusinasi merupakan gejala positif dari skizofrenia dan sering juga terjadi
pada klien maniak depresif dan delirium (Muhith, 2015).Tanda-tanda umum
halusinasi adalah berbicara, tersenyum dan tertawa sendiri, menarik diri dari orang
lain, tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata (Maramis, 2010).Jenis
halusinasi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi pendengaran (auditory
hallucination).Semakin tinggi intensitas halusinasi pendengaran, maka semakin
besar pengaruhnya pada sikap dan perilaku pasien yang berpotensi menjurus
kepada tindakan maladaptif (Stuart dan Sundeen, 2008)
Salah satu cara untuk menanggulangi permasahan tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan waktu luang untuk mengalihkan perhatian klien dari
halusinasi yang dialami, misalnya olahraga, bersih-bersih, dan membuat kerajinan
tangan. Salah satu kerajinan tangan yang bisa di lakukan adalah dengan meronce.
b.Kajian teori
Menurut Prabowo (2017) terapi okupasi aktivitas mencakup segala macam
aktivitas yang dapat menyibukkan seseorang secara produktif. Terapi okupasi
aktivitas berfungsi untuk menciptakan kondisi tertentu, sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya. Creek (2010) menambahkan bahwa aktivitas waktu luang
membantu mencegah terjadinya stimuli panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar, sehingga frekuensi halusinasi dapat ditekan.
c. Metodologi penelitian
Desain penelitian ini adalah pra eksperimen dengan pendekatan One
GroupPre-Post Test Design yaitu menguji keberhasilan suatu perlakuan dengan
cara membandingkan kondisi sebelum (pre) dan sesudah (post) diberi perlakuan,
yang dilaksanakan pada tanggal 12-18 Februari 2019 berlokasi di Puskesmas
Rejoso Kabuaten Nganjuk. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien halusinasi
pendengaran yang dirawat di Puskesmas Rejoso Kabupaten Nganjuk, rata-rata per
bulan sebanyak 25 orang. Teknik sampling Accidental Sampling sampel 20
responden. Variable independent terapi okupasi waktu luang, variable dependent
perubahan halusinasi pendengaran.Pengumpulan data menggunakan SOP dan
lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik terapi
yaitu dengan diberikan terapi aktivitas waktu luang dengan memberikan kegiatan
berupa meronce manik-manik pada pasien perempuan dan membuat kemoceng
pada pasien laki-laki.Terapi ini diberikan selama 7 hari, lama waktu pemberian
terapi adalah 45 menit diberikan pada saat waktu luang pasien yaitu pukul 15.00-
15.45. Analisa data statistic dilakukan dengan uji T Berpasangan dengan α 0,05.
d.Hasil dan Pembahasan
f. Kesimpulan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi okupasi waktu
luang terhadap perubahan halusinasi pada pasien halusinasi pendengaran di
Puskesmas Rejoso Kabupaten Nganjuk.
C. Pembahasan
1. Analisis PICO
a. Problem
Masalah dari jurnal ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi okupasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien halusinasi pendengaran yang di
pasien.
b.Intervensi
Jenis metode yang digunakan adalah pra eksperimen dengan pendekatan One
Group Pre-post test Design dengan cara membandingkan kondisi membandingkan
kondisi sebelum (pre) dan sesudah (post) diberi perlakuan, yang dilaksanakan pada
tanggal 12-18 Februari 2019 berlokasi di Puskesmas Rejoso Kabuaten Nganjuk.
Adapun dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik terapi yaitu dengan
diberikan terapi aktivitas waktu luang dengan memberikan kegiatan berupa
meronce manik-manik pada pasien perempuan dan membuat kemoceng pada
pasien laki-laki.Terapi ini diberikan selama 7 hari, lama waktu pemberian terapi
adalah 45 menit diberikan pada saat waktu luang pasien yaitu pukul 15.00- 15.45.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
observasi dan tes. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data dari
aktivitas pasien selama mengikuti proses kegiatan TAK, sedangkan tes digunakan
untuk mengumpulkan data dari hasil sebelum dan sesudah terapi aktivitas
kelompok (TAK).
c. Comparison
D. Penutup
Jurnal ini memiliki kelebihan memberikan pengetahuan tentang pendekatan
baru yang bisa diimplementasikan untuk mengalihkan halusinasi pendengaran pasien
jiwa. Jurnal ini mudah diterapkan dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Selain
mempunyai kelebihan jurnal ini juga mempunyai kekurangan diantaranya tidak
dijelaskan secara rinci cara meronce. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan hasil
penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya dengan mengambil
populasi yang berbeda dan instrumen yang berbeda.
REFERENSI