Anda di halaman 1dari 50

Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.

A Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Salinda Manurung
Salindamanurung99@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi,
menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan
emosi serta gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau, waham,
halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, 2021). Halusinasi merupakan salah
satu gejala gangguan persepsi sensori yang dialami oleh penderita
gangguan jiwa. Selain itu gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang
membutuhkan proses panjang dalam penyembuhannya (Nasriati, 2017)
Sebagian besar penderita gangguan jiwa adalah penderita skizofrenia.

Penderita ini mendominasi jumlah penderita gangguan jiwa, yaitu 99%


dari seluruh gangguan jiwa dirumah sakit. Prevalensi penderita skizofrenia
di Indonesia adalah 0,3-1% dan dapat timbul pada usia 18-45 tahun,
bahkan ada yang timbul pada penderita usia 11-12 tahun. Apa bila
penduduk Indonesia berjumlah dua ratus juta jiwa, maka di perkirakan
sekitar juta juta jiwapenduduk menderita skizofrenia (Pardede & Purba,
2020). Pasien yang mengalami skizofrenia akan menimbulkan masalah
halusinasi dan masalah lainnya.

Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon


neurobiologis maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsi
sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya.merupakan masalah
kesehatan yang serius karena jumlahnya yang terus mengalami
peningkatan. Selain itu gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang
1
membutuhkan proses panjang dalam penyembuhannya (Nasriati, 2017)
Sebagian besar penderita gangguan jiwa adalah penderita skizofrenia.
Penderita ini mendominasi jumlah penderita gangguan jiwa, yaitu 99%
dari seluruh gangguan jiwa dirumah sakit. Prevalensi penderita skizofrenia
di Indonesia adalah 0,3-1% dan dapat timbul pada usia 18-45 tahun,
bahkan ada yang timbul pada penderita usia 11-12 tahun. Apa bila
penduduk Indonesia berjumlah dua ratus juta jiwa, maka di perkirakan
sekitar juta juta jiwapenduduk menderita skizofrenia (Pardede & Purba,
2020).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis


yang ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas
(halusinasi), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede,
2020). Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat
berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh
dunia.Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan,
gangguan otak yang di tandai dengan pikiran kacau, waham, delusi,
halusinasi, dan perilaku aneh atau katatonik (Pardede & Laia, 2020).Pasien
dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami halusinasi
pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami haluasinasi lainnya. Halusinasi merupakan gangguan
penerimaan panca indra tanpa stimulasi eksternal seperti halusinasi
pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman, dan perabaan
(Wulandari, Siyamti & Wulansari, 2020).

Pada pasien skizofrenia, 90 % pasien mengalami halusinasi.Halusinasi


adalah gangguan penerimaan pancaindra tanpa stimulasi eksternal
(halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman, dan
perabaan). Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi yaitu merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau

2
penghidungan.Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Samal, Ahmad, & Saidah, 2018). Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol
dirinya.Dimana pasien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan
oleh halusinasinya (Harkomah, 2019).

Faktor- faktor yang mampu mempengaruhi kekambuhan penderita


skizofrenia dengan halusinasi meliputi ekspresi emosi keluarga yang
tinggi, pengetahuan keluarga yang kurang, ketersediaan pelayanan
kesehatan, penghasilan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien
Skizofrenia (Pardede,2020) Ketidakmampuan seseorang dalam
menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan pengendalian diri,
seseorang mudah mengalami halusinasi. Halusinasi jika tidak segera
dikenali dan diobati, akan muncul pada pasien dengan keluhan kelemahan,
hysteria, ketidakmampuan mencapai tujuan, pikiran buruk, ketakutan
berlebihan dan tindakan kekerasan (Abdurkhman. 2022).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di ruang dolok sanggul II ada


sekitar 15 pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran. Beberapa dari pasien yang
dirawat mempunyai masalah keperawatan penyerta seperti harga diri
rendah, isolasi sosial, defisit perawatan diri. Dari data yang didapat
beberapa pasien sudah berulang kali keluar masuk rumah sakit dengan
berbagai alasan seperti tidak teratur minum obat. Berdasarkan latar
belakang tersebut, penulis tertarik memberikan asuhan keperawatan jiwa
pada pasien Tn. A.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : Bagaimana Memberikan Asuhan Keperawatan
Skizofrenia Pada Tn. A dengan masalah Halusinasi di RSJ M. IIDREM

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuannya sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
3
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.A dengan
masalah Halusinasi Pendengaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi, tanda & gejala,faktor
penyebab, mekanisme koping, penatalaksanaan pada pasien
dengan Halusinasi Pendengaran
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
Halusinasi Pendengaran
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah
keperawatan pada Tn. A dengan Halusinasi Pendengaran.
4. Mampu menetapkan intervensi keperawatan secara
menyeluruh pada Tn. A dengan Halusinasi Pendengaran.

5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang


nyata pada Tn. A dengan Halusinasi Pendengaran. Mahasiswa
mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan
asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Halusinasi
Pendengaran.
6. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
pada Tn. A dengan Halusinasi Pendengaran.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Pasien
Diharapkan tindakan yang telah di ajakarkan dapat di terapkan secara
mandiri untuk mengontrol halusinasi dan untuk mendukung
kelangsungan kesehatan pasien.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi acuan dalam menangani atau dalam
memberikan pelayanan kepada pasien gangguan jiwa dengan halusinasi.

4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Halusinasi


2.1.1 Defenisi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Pasien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata
(Herawati, 2020). Halusinasi merupakan salah satu gangguan
persepsi, dimana terjadi pengalaman indera tanpa adanya
rangsangan sensorik (persepsi indera yang salah), dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidung,
pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Putri, 2017).

Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan


dalam pola dan jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal
atau eksternal di sekitar dengan pengurangan, berlebihan, distorsi,
atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Pardede, Keliat &
Yulia, 2015). Halusinasi merupakan persepsi yang salah mengenai
suatu objek, gambaran dan pikiran yang terjadi tanpa adanya
rangsang dari luar pada semua sistem pengindraan yang dapat
dirasakan oleh klien namun tidak dapat dibuktikan secara nyata
(Putri, 2021).

Halusinasi terjadi saat seseorang tidak dapat membedakan


rangsangan pikiran dan rangsangan dunia luar. Seseorang dengan
halusinasi biasanya suka mendengar suara-suara tetapi tidak
berwujud ataupun melihat sesuatu yang tidak nyata. Suara suara
yang didengar biasanya tidak hanya satu jenis tetapi bermacam-
macam.

5
2.1.2 Faktor Terjadinya Halusinasi
Halusinasi di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor presdiposisi dan
faktor presipitasi. Faktor presdiposisi adalah faktor yang
mempengaruhi fungsi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Faktor
presdiposisi dapat meluputi faktor pengembangan, sosiokultural,
biologis, psikologis dan genatik.Faktor presipitasi adalah stimulus
yang di persiapkan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau
tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya.dimana di dalamnya terdapat perilaku seperti
konsep diri rendah, keputusasaan, kehilangan motivasi, tidak
mampu memenuhi kebutuhan spiritual (Anjar, 2018)

Menurut Aldam & Wardani, (2019), faktor-faktor yang menyebabkan


klien gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor biologis yang berhubungan dengan perkembangan


sistem saraf yang tidak normal,
b. Faktor psikologis seperti pola asuh orang tua,
kondisi keluarga dan lingkungan,
c. Faktor sosial budaya seperti kondisi ekonomi, konflik sosial,
serta kehidupan yang terisolasi disertai stres.

2. Faktor Presipitasi

a. Faktor biologi yang terkait dalam gangguan komunikasi dan


putaran balik otak yang mengatur proses informasi,
b. Faktor lingkungan yang mana terjadi tingkat stresor
lingkungan di luar batas toleransi individu,
c. Koping yang dapat menentukan seseorang dalam
mentoleransi stresor

6
2.1.3 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Santri (2021), Jenis halusinasi antara lain:
a. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun
yang jelas, terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak
berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk pancaran cahaya, gambar atau bayangan
yang rumit dan kompleks.
c. Halusinasi penciuman
Membau-bauan seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau
lainnya.Ini terjadi pada seseorang pasca stroke, kejang atau
demensia.
d. Halusinasi peraba
Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas.
e. Halusinasi pengecap

Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses atau yang


lainnya.

f. Halusinasi kinestetika

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

2.1.4 Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut Pardede, et al (2021)
1. Halusinasi penglihatan
a. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa
atau apa saja yang sedang dibicarakan.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain
yang sedang tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
c. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan
seseorang yang tidaktampak.
d. Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau
7
sedang menjawab suara.
2. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh
orang lain, benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
b. Tiba-tiba berlari keruangan lain
3. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi
penciuman adalah :

a. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak


enak.
b. Mencium
4. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi
perabaan adalah
Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasi observasi terhadap
klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan:
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk
kartun, melihat hantu dan monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,
kadang-kadang bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya

b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri

8
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu

9
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10)Menggaruk garuk permukaan kulit

2.1.5 Rentang Respon Halusinasi


Menurut Hernandi (2020). Halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalan rentang respon
neurobiologis.Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif.
Jika klien sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan, pengecapan,
peraban), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran ilusi 1. Gangguan pikir


2. Persepsi akurat 2. Reaksi emosi atau delusi
3. Emosi konsisten berlebihan 2. Halusinasi
dengan pengalaman 3. Perilaku aneh atau 3. Sulit merespon
4. Prilaku sesuai tidak biasa emosi
5. Berhubungan social 4. Menarik diri 4. Perilaku
disorganisasi
5. Isolasi sosial

10
Keterangan :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-
norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu akan dapat
memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif meliputi :
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli.
d) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.

2. Respon psikososial meliputi:


a) Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan
b) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah
c) yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena gangguan
pancaindra
d) Emosi berlebihan atau kurang
e) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi
f) batas untuk menghindari interaksi dengan oranglain
g) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi
dengan
h) orang lain, menghindari hubungan dengan oranglain

11
3. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma
sosial dan budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
ini meliputi :
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati
c) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak
teratur
d) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam

2.1.6 Mekanisme Koping Halusinasi


Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologi termasuk ;
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan
perilaku kembali seperti pada perilaku perkembangan anak
atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosi pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri
sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari
menghindar sumber stressor, misalnya menjauhi polusi,
sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi

12
psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
(Puspita, 2020).

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Halusinasi merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi
pada gangguan Skizofrenia. Dimana Skizofrenia merupakan jenis
psikosis, adapun tindakan penatalaksanaan dilakukan dengan
berbagai terapi (Hafizuddin, 2021), yaitu :
1. Psikofarmakologis
Obat sangat penting dalam pengobatan skizofrenia, karena obat
dapat membantu pasien skizofrenia untuk meminimalkan gejala
perilaku kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah.Sehingga
pasien skizofrenia harus patuh minum obat secara teratur dan mau
mengikuti perawatan.
a. Haloperidol (HLD)
Obat yang dianggap sangat efektif dalam pengelolaan
hiperaktivitas, gelisah, agresif, waham, dan halusinasi.
b. Chlorpromazine (CPZ)
Obat yang digunakan untuk gangguan psikosis yang terkait
skizofrenia dan gangguan perilaku yang tidak terkontrol
c. Trihexilpenidyl (THP)
Obat yang digunakan untuk mengobati semua jenis parkinson
dan pengendalian gejala ekstrapiramidal akibat terapi obat.

2. Terapi kejang listrik (Electro Compulsive Therapy), yaitu suatu


terapi fisik atau suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang
grand mal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua temples pada
pelipis. Jumlah tindakan yang dilakukan merupakan rangkaian
yang bervariasi pada setiap pasien tergantung pada masalah pasien
dan respon terapeutik sesuai hasil pengkajian selama tindakan. Pada
pasien Skizofrenia biasanya diberikan 30 kali. ECT biasanya
diberikan 3 kali seminggu walaupun biasanya diberikan jarangatau

13
lebih sering. Indikasi penggunaan obat: penyakit depresi berat yang
tidak berespon terhadap obat, gangguan bipolar di mana pasien
sudah tidak berespon lagi terhadap obat dan pasien dengan bunuh
diri akut yang sudah lama tidak mendapatkan pertolongan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, NO MR, tanggal masuk RS, tanggal


pengkajian.

2. Alasan Masuk

Keluhan utama biasanya berupa bicara sendiri, tertawa sendiri,


mondar-mandir, suka menyendiri, tidak dapat membedakan yang
nyata dan tidak nyata,suka menyendiri, menarik diri dari
oranglain dan suka mendengar suara-suara tanpa wujud.

3. Faktor Predisposisi

a. Faktor genetic

Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan


melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun, demikian
kromosom beberapa yang menjadi factor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.

b. Faktor biologis

Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbul respon


neurobiological maladaptive. Peran frontal dan limbic
cortices dalam regulasi stress berhubungan dengan aktivitas
dopamine.

c. Faktor presipitasi psikologis

Keluarga, pengasuh, lingkungan, pola asuh anak tidak


adekuat, pertengkaran orangtua, penganiayaan, dan tindak
kekerasan.

14
4. Faktor Presipitasi

a. Biologi

Berlebihnya proses informasi pada system syaraf yang


menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu.

b. Stress lingkungan

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan,


sikap dan perilaku

5. Pemeriksaan Fisik

Memeriksa tanda tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan


tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasan pasien.

6. Psikososial

1) Genogram

Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang


menggambarkan hubungan pasien dengan keluarga,
masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan
keluarga.

2) Konsep Diri

a. Gambaran Diri

Tanyakan persepsi pasienterhadap tubuhnya, bagian


tubuh yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian
tubuh yang disukai dan bagian yang tidak disukai

b. Identitas Diri

Pasien dengan halusinasi tidak puas akan


dirinyamerasa bahwa pasien tidak berguna.

c. Fungsi Peran

Tugas atau peran pasien dalam


keluaraga/pekerjaan/kelompok masyarakat,

15
kemampuan pasien dalam melakukan fungsi atau
perannya,dan bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut. Pada pasien halusinasi bisa
berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, trauma akan masa lalu, menarik diri dari
oranglain, dan perilaku agresif.

d. Ideal Diri

Harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal,


posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan pasien terhdap penyakitnya,
harapan pasien pada lingkungan, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
pasien yang mengalami halusinasi cenderung tidak
peduli dengan diri sendiri maupun sekitarnya.

e. Harga Diri

Pasien yang mengalamihalusinasi cenderung


menerima diri tanpa syarat meskipun telah
melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan ia
tetap merasa dirinya sangat berharga.

3) Hubungan Sosial

Tanyakan siapa orang terdekat dikehidupan pasien


tempat mengadu, berbicara, minta bantuan, atau
dukungan. Serta tanyakan organisasi yang diikutin dalam
kelompok/masyarakat. Pasien dengan halusinasi
cenderung tidak mempunyai orang terdekat, dan jarang
mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat, lebih senang
menyendiri dan asyik dengan isi halusinasi.

4) Spritual

Nilai dan keyakinan kegiatan ibadah/menjalankan


keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.

16
Apakah isi halusinasi mempengaruhi keyakinan pasien
dengan Tuhannya.

7. Status Mental

a. Penampilan

Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung


kaki. Pada pasien dengan halusinasi mengalami deficit
perawatan diri (penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian
tidak sesuai, cara berpakaian tidak biasanya, rambut kotor,
rambut tidak disisir,gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan
hitam). Raut wajah tampak takut, kebingungan dan cemas.

b. Pembicaraan

Pasien dengan halusinasi cenderung suka berbicara sendiri


dan ketika diajak bicara tidak focus. Terkadang yang
dibicarakan tidak masuk akal memulai pembicaraan

c. Aktivitas Motorik

Pasien dengan halusinasi tampak gelisah, lesu, ketegangan,


agitasi, tremor. Pasien terlihat sering menutup telinga,
menunjuk-nunjuk kearah tertentu, menggaruk-garuk
permukaan kulit, sering meludah dan menutup hidung.

d. Afek Emosi

Pada pasien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku


agresif, ketakutan berlebih dan eforia.

e. Interaksi selama wawancara

Pasien dengan halusinasi cenderungtidak kooperatif (tidak


dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan)
dan kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara)
mudah tersinggung

f. Persepsi – Sensori

1) Jenis halusinasi
17
- Halusinasi pendengaran

- Halusinasi penglihatan

- Halusinasi penciuman

- Halusinasi pengecapan

- Halusinasin perabaan

2) Waktu

Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnya


halusinasi yang dialami pasien. Kapan halusinasi terjadi?
Apakah pagi, siang, sore, malam? Jika muncul jam
berapa?

3) Frekuensi

Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya


sekali-kali, kadang-kadang, jarang atau sudah tidak
muncul lagi, dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi pada pasien halusinasi
sering kali halusinasi pada saat pasien tidak memiliki
kegiatan atau pada saat melamun maupun duduk sendiri.

4) Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi

Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah


terjadi kegiatan tertentu. Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadi
halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya.

5) Respons

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika


halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan
kepada pasien hal yang dirasakan atau yang dilakukan
saat halusinasi itu timbul. Perawat juga dapat

18
menanyakan kepada keluarganya atau orang terdekat
pasien. Selain itu, dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada pasien
halusinasi sering kali mengarah mudah tersinggung dan
merasa curiga pada oranglain.

g. Proses berpikir

1) Bentuk piker

Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak


sesuai dengan kenyataan yang ada atau tidak mengikuti
logika secara umum ( tidak ada sangkut pautnya antara
proses individu dan pengalaman yang sedang terjadi).
Pasien yang mengalami halusinasi lebih sering was-was
terhadap hal-hal yang dilaminya.

2) Isi Pikir

Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan


depersoalisasi yaitu perasaaan yang aneh asing terhdap
diri sendiri, oranglain, lingkungan sekitar, berisikan
keyakinan berdasarkan penilaian non realistis.

h. Tingkat kesadaran

Pada pasien halusinasi seringkali mersa bingung, apatis


(acuh tak acuh)

i. Memori

1) Daya ingat jangka panjang: mengingat kejadian masa


lalu lebih dari satu bulan

2) Daya ingat jangka menengah: dapat mengingat


kejadian yang terjadi 1 minggu terakhir

3) Daya ingat jangka pendek; dapat mengingat kejadian


yang terjadi saat ini.

j. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Pada pasien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi

19
dan dapat dapat menjelaskan kembali pembicaraan yang
baru saja dibicarakan dirinya/oranglain.

k. Kemampuan penilaian mengambil keputusan

1) Gangguan ringan: dapat mengambil keputusan


secara sederhana baik dibantu oranglain/tidak

2) Gangguan bermakna: tidak dapat mengambil


keputusan secara sederhana dan cenderung
mendengar.

l. Daya tilik diri

Pada pasien halusinasi cenderung mengingkari penyakit


yang diderita: pasie tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
bantuan /pasien menyangkal keadaan penyakitnya dan
pasien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.

8. Kebutuhan perencanaan ulang

a. Kemampuan pasien memenuhi kebutuhan

Tanyakan apakah pasien mampu atau tidak mampu


memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Kegiatan kehidupan sehari-hari

1. Perawatan diri

Pada pasien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan


hidup sehari-hari seperti mandi, kebersihan, ganti
pakaian, secara mandiri perlu bantuan minima.

2. Tidur

Pasien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang


berkualitas karena kegelisahan, kecemasan akan hal
yang tidak realita

c. Kemampuan pasien lain

Pasien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya dan

20
membuat keputusan.

d. Pasien memiliki system pendukung

Pasien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga


maupun orang sekitarnya karena kurangnya pengetahuan
keluarga bisa menjadi penyebab

e. Pasien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi

Pasien halusinasi merasa menikmati pekerjaan, kegiatan


yang produktif, karena ketika pasien melakukan kegiatan
berkurangnya pandangan kosong.

9. Mekanisme koping

Biasanya pada pasien halusinasi cenderung berperilaku


maladaptive, seperti mencederai diri sendiri dan oranglain
disekitarnya. Malas berkreatif, perubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain,
mempercayai oranglain dan asyik dengan stimulus internal.

10. Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya pada pasien halusinasi mempunyai masalah di masa


lalu dan mengakibatkan dia menarik diri dari masyarakat dan
orang terdekat.

11. Aspek pengetahuan

Pada pasien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa


karena tidak merasa hal yang dilakukan dalam tekanan.

12. Aspek medis

Memberikan penjelasan tentang diagnostic medis. Pada pasien


halusinasi terapi medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine
(CPZ), Trihexyphenidyl (THP)

21
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Restia, (2020)
1. Gangguan sensori persepsi halusinasi
2. Isolasi sosial.
3. Harga diri rendah kronis.

Pohon Masalah Teori Halusinasi Berdasarkan Diagnosa Di Atas

Gangguan persepsi
sensori : halusinasi

Isolasi sosial : menarik


diri

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah

22
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan adalah mampu
mengontrol halusinasi pada klien, untuk tujuan khususnya adalah:
klien dapat membina hubungan saling percaya, dan untuk kriteria
hasilnya adalah: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
senang , ada kontal mata, klien mau duduk berdampingan dengan
perawat, klien mampu mengungkapkan perasaannya dan untuk
intervensinya adalah : BHSP dengan dengan menggunakan
komunikasi terapeutik, Sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal , Perkenalkan diri dengan sopan, Tanyakan
nama lengkap klien dan nama panggilan klien yang disukai , Buat
kontak interaksi yang jelas, jujur dan tepat janji , Tunjukkan sifat
empati dan menerima klien (Anasari, 2020).

Pada diagnosa keperawatan Halusinasi strategi pertemuan yaitu


mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan dan respon halusinasi, Mengontrol halusinasi dengan
Menghardik Strategi pertemuan yang kedua yaitu mengontrol
halusinasi dengan minum obat secara teratur strategi pertemuan
katiga yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
lain strategi pertemuan ke empat yaitu mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan terjadwal (Libriatanti, 2019)

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi
nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana
tertulis dalam melaksanakan tindakan nkeperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan
kondisinya. Perawat juga perlu menilai dirinya apakah kemampuan
interpersonal, intelektual sesuai dengan tindakan yang akan

23
dilaksanakan, setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan (Andri, 2019).

a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)


a. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap
halusinasi
b. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
c. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum
obat
d. Melatih klien dengan cara bercakap-cakap
e. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara
melaksanakan kegiatan terjadwal (Mahmudah,2021)

f. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap


halusinasi
g. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
h. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum
obat
i. Melatih klien dengan cara bercakap-cakap
j. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara
melaksanakan kegiatan terjadwal (Mahmudah,2021)

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan,
evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu: evaluasi proses atau formatif
dilakukan selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. Evaluasi
keperawatan yang diharapkan pada pasien yang mendapatkan
asuhan keperawatan halusinasi, pasien mampu mengenali
halusinasi, klien terlatih mengontrol halusinasi, klien mampu
bercakap-cakap dengan orang lain, klien mampu beraktivitas secara
terjadwal (Andri,2019).

24
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola piker, dimana masing-masing huruf tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :

S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan.

O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan


apakah masalah baru atau ada yang kontraindikasi dengan masalah
yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada


respon pasien (membina hubungan saling percaya, mendiskusikan
masalah yang dihadapi keluarga dan merawat pasien, menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien serta proses terjadinya, dan menjelaskan cara
merawat pasien halusinasi).

25
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Inisial : Tn.A
Ruang Rawat : Dolok Sanggul II
Tanggal Pengkajian : 26 Januari 2022
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
MR. NO : 03-80-28
Informan : Pasien dan Buku status

3.1.2 Alasan Masuk Rumah Sakit


Pasien masuk rumah sakit jiwa diantar oleh keluarganya, pasien
mengatakan alasannya masuk karena dirinya marah-marah karena
harta warisan, melamun, sering bicara sendiri, mondar mandir,
mendengar suara-suara tanpa wujud, dan sulit tidur. Berdasarkan
buku status pasien masuk karena marah-marah dan tidak minum obat.

3.1.3 Faktor Predisposisi


Pasien pernah mengalami gangguan jiwa, pengobatan sebelumnya
kurang berhasil dan pasien tidak mempunyai trauma. Pasien pernah
dirawat kurang lebih 2 tahun dan pasien jarang meminum obat,
Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa,
pasien mengatakan bahwa ibunya tidak menginginkan dirinya lagi.

3.2 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 82x/i ; S : 36,5 oC ;
P : 20x/i. Klien memiliki tinggi badan 158 cm dan berat badan 54 Kg.

26
3.1.5 Psikososial
1. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

---- : Tinggal dalam satu rumah

: meninggal

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak
ada yang cacat
b. Identitas : Klien anak ke 4 dari 4 bersaudara.
c. Peran : Klien hanya sekolah sampai SMP
d. Ideal diri : Klien merasa malu karena pasien dirawat di
Rumah Sakit Jiwa dan ingin cepat pulang ke
rumah.
e. Harga diri : pasien merasa malu dengan penyakitnya.
Masalah keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat
berarti dalam hidupnya, terutama orangtuanya. Klien mengatakan
tidak mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat. Klien

27
mengatakan mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena klien sulit bergaul dan selalu ingin menyendiri dan
klien juga beranggapan bahwa orang-orang yang disekitarnya jahat.
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri

2.2.5 Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama islam dan yakin dengan
agamanya.
2. Kegiatan Ibadah : Klien melakukan ibadah selama
dirawat bersama-sama dengan teman yang lain yang ada
diruangan.

3.1.6 Status Mental


1. Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umum
nya.
2. Pembicaraan
Klien bicara seperti biasa namun hanya saat ditanya saja.
3. Aktivitas Motorik
Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
4. Suasana perasaan
klien tidak mampu mengekspresikan perasaannya saat
mendengar hal-hal yang aneh
Masalah keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi :
Halusinasi Pendengaran
5. Afek
Efek wajah sesuai dengan topik pembicaraan
6. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif saat wawancara
7. Persepsi
Klien mengatakan bahwa ia suka mendengar suara bisikan

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi


pendengaran
8. Proses Pikir
Klien mampu menjawab sesuai dengan yang ditanyakan

28
9. Isi pikir
Klien dapat mengontrol isi pikirnya, klien tidak mengalami
gangguan isi pikir dan tidak ada waham.Klien tidak mengalami
fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
10. Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali
waktu, orang dan tempat.
11. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang
baru terjadi.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana
tanpa bantuan orang lain.
Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
(mampu melakukan penilaian)
Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit
jiwa.

3.1.7 Mekanisme Koping


Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat
berbicara baik dengan orang lain.

3.1.8 Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan malas ngobrol dengan orang lain karena klien
selalu ingin menyendiri
Masalah keperawatan ; isolasi sosial ; menarik diri

3.1.9 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa


Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan
hanya mengetahui obat yang dikonsumsi nya membantu klien untuk
bisa tidur dimalam hari dan menghilangkan pendengaran aneh yang
dirasakannya.

29
3.1.10 Aspek Medik
Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi medis yang diberikan:
Resperidon tablet 2mg 2x1
Clozapin 25mg 1x1
Dipenhidramin 2 ampl
Haloperidol 1 ampl

3.2 Analisa Data


No Data Masalah keperawatan

1 Ds : Gangguan persepsi
sensori
 Pasien tampak mengeluh suka
mendengar suara- suara aneh : halusinasi pendengaran
yang mengatakan “kalau
engkau tidur engkau akan
mati”
 pasien mengatakan suara-suara
itu muncul saat pasien mau
tidur
 Pasien merasa gelisah
 Pasien merasa takut

Do :
 Pasien sering bicara ngawur
 Pasien terkadang bicara
sendiri
 Pasien menikmati
halusinasinya.
 senyum-senyum sendiri.
 Pasien suka menyendiri
 Pasien suka melamun
 Pasien mondar-mandir
2 Ds : Isolasi Sosial : Menarik
Diri
 Klien mengatakan mempunyai
perasaan malas dalam
berhubungan/berinteraksi
dengan orang lain

30
 Klien lebih banyak diam
 Klien sangat sulit untuk
memulai pembicaraan dengan
oranglain
 klien lebih suka menyendiri.
Do :
 Klien hanya menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
 Pandangan klien kadang-
kadang tidak melihat lawan
bicara
 Klien tampak menarik diri
 Klien tampak menolak
melakukan interaksi
 Klien tampak lesu
3 Ds Gangguan konsep diri :
 Klien mengatakan malu dan harga diri rendah kronis
malas berinteraksi dengan orang
lain karena dirawat di RSJ

Klien merasa dibuang oleh
Keluarganya
 Pasien tampak malu karena tidak
mempunyai pekerjaan dan
penghasilan sendiri
 klien memilih memendam
masalahnya sendiri
Do :
 Klien tampak murung
 Berbicara hanya ketika ditanya
nada bicara pelan
 Wajah pasien tampak memerah
 Pandangan pasien tampak tajam
 TD : 130\90 mmHg
 Pasien tampak sering mengepalkan
tangannya
 Memaksa jika meminta sesuatu

3.3 Masalah Keperawatan


 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
 Isolasi Sosial: Menarik Diri

31
 Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi

32
3.4 Pohon Masalah

Gangguan presepsi sensori :


halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial: Menarik Diri
3. Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi

28
3.6 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Intervensi

Halusinasi Sp 1 :
Pendengaran  Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan
responhalusinasi.
 Mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik

Sp 2 : mengontrol halusinasi dengan makan obat teratur

Sp 3 : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan


oranglain

Sp 4 : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan


terjadwal.
Gangguan konsep diri : SP 1: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
harga diri rendah
SP 2:
 Menilai kemampuan yang dapatdigunakan
 Menetapkan/memilih kegiatan sesuai kemampuan
 Melatih kegiatan sesuai kemampuan yangdipilih

SP 3: Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2

SP 4: Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3

29
Isolasi sosial : menarik diri SP 1:
Menjelaskan keuntungan dan kerugian mempunyai teman SP
2:
Melatih klien dengan berkenalan dengan 2 orang

SP 3 :
Melatih pasien bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan
harian.

SP 4 :
Melatih berbicara sosial: seperti meminta sesuatu, berbelanja
dan sebagainya.

30
3.7 Implementasi Keperawatan

Hari / Implementasi Evaluasi


Tanggal
5 Februari S : Senang
1. Data
2022
O:
10:30 WIB Tanda dan gejala:
 Pasien mampu mengenali halusinasi yang
 pasien mengeluh suka mendengar
dialami nya; isi, frekuensi, watu terjadi, situasi
suara- suara aneh yang mengatakan
pencetus,perasaan, respon dengan motivasi
“kalau engkau tidur engkau akan mati”
perawat
 pasien mengatakan suara-suara itu
 Pasien mampu Mengontrol halusinasinya
muncul saat pasien mau tidur
dengan cara menghardik dengan bantuan
 Pasien merasa gelisah perawat
 Pasien merasa takut A : Halusinasi (+)
P:
2. Diagnosa Keperawatan  Latihan mengidentifikasi halusinasinya; isi,
Gangguan persepsi sensori : halusinasi frekuensi, watu terjadi, situasi pencetus,perasaan
dan respon halusinasi 3x/hari
3. Tindakan Keperawatan
 Latihan menghardik halusinasi 3x/ hari
Sp1 halusinasi
 Melatih pasien mengidentifikasi
halusinasinya; isi, frekuensi, watu
terjadi, sruasi pencetus,perasaan dan
respon halusinasi
 Mengontrol halusinasi dengancara
Menghardik

4. RTL
Sp2 halusinasi : mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat
6 Februari
2022
13:30 WIB 1. Data
31
S : Senang
Tanda dan gejala:
O:
 pasien mengeluh suka mendengar
suara- suara aneh yang mengatakan  Pasien mampu mengenali halusinasi yang
“kalau engkau tidur engkau akan mati” dialami nya; isi, frekuensi, watu terjadi, situasi
pencetus,perasaan, respon dengan mandiri
 pasien mengatakan suara-suara itu
muncul saat pasien mau tidur  Pasien mampu Mengontrol halusinasinya
dengan cara menghardik dengan mandiri
 Pasien merasa gelisah
 Pasien mampu minum obat secara teratur
 Pasien merasa takut dengan bantuan perawat
2. Diagnosa Keperawatan A : Halusinasi (+)
Gangguan persepsi sensori : halusinasi P:
 Latihan mengidentifikasi halusinasinya; isi,
3. Tindakan Keperawatan
frekuensi, watu terjadi, situasi pencetus,perasaan
Sp2 halusinasi : Mengotrol halusinasi dengan
dan respon halusinasi 3x/hari
cara minum obat secara teratur
 Latihan menghardik halusinasi 3x/ hari
4. RTL  Latihan minum obat secara teratur 2x/hari
Sp3 halusinasi : Mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain

S : Senang
1. Data
O:
Tanda dan gejala:
 Pasien mampu mengenali halusinasi yang
 pasien mengeluh suka mendengar
dialami nya; isi, frekuensi, watu terjadi, situasi
suara- suara aneh yang mengatakan
pencetus,perasaan, respon dengan mandiri
“kalau engkau tidur engkau akan mati”
 Pasien mampu Mengontrol halusinasinya
 pasien mengatakan suara-suara itu
dengan cara menghardik dengan mandiri
muncul saat pasien mau tidur
 Pasien mampu minum obat secara teratur
 Pasien merasa gelisah
dengan bantuan perawat
32
 Pasien merasa takut  Pasien mampu bercakap-cakap dengan orang
lain dengan motivasi perawat
2. Diagnosa Keperawatan
A : Halusinasi (+)
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
P:
3. Tindakan Keperawatan  Latihan mengidentifikasi halusinasinya; isi,
Sp3 halusinasi : Mengontrol halusinasi frekuensi, watu terjadi, situasi pencetus,perasaan
dengan cara bercakap-cakap dengan orang dan respon halusinasi 2x/hari
lain  Latihan menghardik halusinasi 2x/ hari
 Latihan minum obat secara teratur 2x/hari
4. RTL  Latihan bercakap-cakap dengan orang lain
Sp4 halusinasi : mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan terjadwal

S : Senang
1. Data
O:
Tanda dan gejala:
 Pasien mampu mengenali halusinasi yang
 pasien mengeluh suka mendengar
dialami nya; isi, frekuensi, watu terjadi, situasi
suara- suara aneh yang mengatakan
pencetus,perasaan, respon dengan mandiri
“kalau engkau tidur engkau akan mati”
 Pasien mampu Mengontrol halusinasinya
 pasien mengatakan suara-suara itu
dengan cara menghardik dengan mandiri
muncul saat pasien mau tidur
 Pasien mampu minum obat secara teratur
 Pasien merasa gelisah
dengan bantuan perawat
 Pasien merasa takut
 Pasien mampu bercakap-cakap dengan orang
lain dengan mandiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi  Pasien mampu melakukan kegiatan terjadwal
seperti menyapu dan mencuci piring dengan
3. Tindakan Keperawatan mandiri
Sp4 halusinasi : mengontrol halusinasi
A : Halusinasi (+)
dengan melakukan kegiatan terjadwal
P:
4. RTL
33
Follow-up dan evaluasi Sp1-Sp 4 halusinasi  Latihan mengidentifikasi halusinasinya; isi,
frekuensi, watu terjadi, situasi pencetus,perasaan
dan respon halusinasi 2x/hari
 Latihan menghardik halusinasi 2x/ hari
 Latihan minum obat secara teratur 2x/hari
 Latihan bercakap-cakap dengan orang lain
 Latihan melakukan kegiatan terjadwal
S : Senang
1. Data
O:
Tanda dan gejala:
 Klien mampu menjelaskan kembali
 Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan motivasi perawat
berhubungan/berinteraksi dengan orang
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
lain
P:
 Klien lebih banyak diam
 Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
 Klien sangat sulit untuk memulai mempunyai teman
pembicaraan dengan oranglain
 klien lebih suka menyendiri

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri

3. Tindakan Keperawatan :
SP 1 : Menjelaskan keuntungan dan
kerugian mempunyai teman

4. RTL :
SP 2 : melatih klien berkenalan
dengan 2 orang atau lebih

34
7 Februari S : Senang
1. Data
2022
O:
10:30 WIB Tanda dan gejala:
 Klien mampu menjelaskan kembali
 Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan mandiri
berhubungan/berinteraksi dengan orang
lain  Klien mampu berkenalan dengan 2 orang
dan lebih dengan mandiri
 klien lebih suka menyendiri.
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
 Klien lebih banyak diam P:
 Klien sangat sulit untuk memulai  Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
pembicaraan dengan oranglain mempunyai teman
 Latihan berkenalan dengan dengan 2 orang atau
2. Diagnosa Keperawatan lebih
Isolasi Sosial : Menarik diri

3. Tindakan Keperawatan :
SP 2 : melatih klien berkenalan dengan 2
orang atau lebih

4. RTL :
Sp3: melatih bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian
8 Februari S : Senang
1. Data
2022
O:
13:30 WIB Tanda dan gejala:
 Klien mampu menjelaskan kembali
 Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan mandiri
berhubungan/berinteraksi dengan orang
lain  Klien mampu berkenalan dengan 2 orang
dan lebih dengan mandiri
 klien lebih suka menyendiri.
35
 Klien lebih banyak diam  Klien mampu bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian seperti menyapu
 Klien sangat sulit untuk memulai dengan motivasi perawat
pembicaraan dengan oranglain
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
P:
2. Diagnosa Keperawatan
 Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
Isolasi Sosial : Menarik diri mempunyai teman
 Latihan berkenalan dengan dengan 2 orang atau
3. Tindakan Keperawatan : lebih
Sp3: melatih bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian  Latihan bercakap-cakap sambil melakukan
kegiatan harian
4. RTL :
Sp4: melatih berbicara social : meminta
sesuatu, berbelanja, dan sebagainya
9 Februari S : Senang
1. Data
2022
O:
10:30 WIB Tanda dan gejala:
 Klien mampu menjelaskan kembali
 Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan mandiri
berhubungan/berinteraksi dengan orang
lain  Klien mampu berkenalan dengan 2 orang
dan lebih dengan mandiri
 klien lebih suka menyendiri.
 Klien mampu bercakap-cakap sambil
 Klien lebih banyak diam
melakukan kegiatan harian seperti menyapu
 Klien sangat sulit untuk memulai dengan mandiri
pembicaraan dengan oranglain
 Klien mampu berbicara sosial dengan
motivasi perawat
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
2. Diagnosa Keperawatan
P:
Isolasi Sosial : Menarik diri
36
 Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
3. Tindakan Keperawatan : mempunyai teman
Sp4: melatih berbicara soaial : meminta
sesuatu, berbelanja, dan sebagainya  Latihan berkenalan dengan dengan 2 orang atau
lebih
4. RTL :  Latihan bercakap-cakap sambil melakukan
Follow-up dan evaluasi isolasi sosial kegiatan harian
 Latihan berbicara sosial

10 Februari 1. Data S : Senang


2022 Tanda dan gejala
O:
13:30 WIB  Klien mengatakan malu dan malas
berinteraksi dengan orang lain karena  Pasien mampu mengenali Mengidentifikasi
dirawat di Rsj kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Klien merasa dibuang oleh keluarganya pasien dengan motivasi perawat
 Pasien tampak malu karena tidak
A: Harga diri rendah (+)
mempunyai pekerjaan dan penghasilan
sendiri P:
 klien memilih memendam masalahnya  Latihan mengidentifikasi kemampuan dan aspek
sendiri positif yang dimiliki pasien harga diri rendah

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3. Tindakan Keperawatan
Sp1 : Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien

4. RTL
Sp2:
 Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
37
 Menetapkan/memilih kegiatan
sesuai kemampuan
 Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 1
11 Februari 1. Data S : Senang
2022 Tanda dan gejala
O:
10:30 WIB
 Klien mengatakan malu dan malas  Pasien mampu mengenali Mengidentifikasi
berinteraksi dengan orang lain kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
karenadirawat di Rsj dengan mandiri
 Klien merasa dibuang oleh
 Pasien mampu melatih kgiatan sesuai
keluarganya
kemampuan yaitu menyapu
 Pasien tampak malu karena tidak
mempunyai pekerjaan dan A: Harga diri rendah (+)
penghasilan sendiri P:
 klien memilih memendam  Latihan mengidentifikasi kemampuan dan aspek
masalahnya sendiri positif yang dimiliki pasien harga diri rendah
 Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
2. Diagnosa Keperawatan dipilih 1
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3.Tindakan Keperawatan
Sp2:
 Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
 Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
kemampuan
 Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 1

4. RTL
38
Sp3: Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
Sp4: Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3
12 Februari 1. Data S : Senang
2022 Tanda dan gejala
O:
13:30 WIB  Klien mengatakan malu dan malas
berinteraksi dengan orang lain karena  Pasien mampu mengenali Mengidentifikasi
dirawat di Rsj kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Klien merasa dibuang oleh keluarganya dengan mandiri
 Pasien tampak malu karena tidak  Pasien mampu melatih kegiatan sesuai
mempunyai pekerjaan dan penghasilan kemampuan yaitu menyapu
sendiri
 klien memilih memendam masalahnya  Pasien mampu melatih kegiatan sesuai
sendiri kemampuan yaitu mencuci piring
 Pasien mampu melatih kegiatan sesuai
2. Diagnosa Keperawatan
kemampuan yaitu membersihkan tempat tidur
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
A: Harga diri rendah (+)
3. Tindakan Keperawatan
P:
Sp3: Melatih kegiatan sesuai kemampuan  Latihan mengidentifikasi kemampuan dan aspek
yang dipilih 2 positif yang dimiliki pasien harga diri rendah
Sp4: Melatih kegiatan sesuai kemampuan  Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
yang dipilih 3 dipilih 1
 Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 2
4. RTL  Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
Follow-up dan evaluasi harga diri rendah dipilih 3

39
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn. A dengan


Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa, maka penulis pada BAB ini
akan membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Tahap Pengkajian


Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu
dari pasien. Mahasiswa mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan
data kerena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di Rumah
Sakit.Maka mahasiwa melakukan pendekatan pada pasien melalui
komunikasi terapautik yang lebih terbuka membantu pasien untuk
memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien.
Adapau upaya tersebut yaitu :
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri
pada pasien agar pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan
menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara dan tidak
menemukan kesenjangan karena ditemukan hal sama bahwasannya
Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata (Mislika,2021).

4.2 Tahap Perencanaan


Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana
asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian
dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis
hanya menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon
masalah keperawatan yaitu halusinasi dan harga diri rendah.Pada tahap ini

41
antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga
penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan seringnya bimbingan dengan pembimbing. Secara teoritis digunakan
cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul
saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis yaitu :
1. Halusinasi
a. Identifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, dan
respon terhadaphalusinasi
b. Mengontrol halusinasi dengan caramenghardik
c. Mengontrol Halusinasi dengan cara minum obat secarateratur
d. Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang
lain
e. Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitasterjadwal

4.3 Tahap Implementasi


Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan
yakni: diagnosa keperawatan Halusinasi karenakan masalah utama yang
dialami klien. Pada diagnosa keperawatan Halusinasi Pendengaran
dilakukan strategi pertemuan yaitu strategi pertama Identifikasi isi, waktu
terjadi, situasi pencetus, dan respon terhadap halusinasi. Mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik . Strategi kedua Mengontrol Halusinasi
dengan cara minum obat secara teratur. Strategi ketiga mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang lain strategi keempat
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas terjadwal.

4.4 Tahap Evaluasi


Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :
1. Klien sudah dapat mengidentifikasi Identifikasi isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, dan respon terhadap halusinasi
2. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan caramenghardik
3. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan cara minum obat secarateratur
4. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain
5. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal

42
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan Tn. A dapat disimpulkan
bahwa pasien dapat mengontrol halusinasi dengan terapi yang di berikan.
Dimana pasien dapat mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, dan respon terhadap halusinasi, dapat mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, dapat mengontrol halusinasi dengan cara minum
obat secara teratur, dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap –
cakap dengan orang lain, dapat mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktifitas terjadwal.

5.2 Saran
1. Bagi Pasien
Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan mengidentifikasi
isi,frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, dan respon terhadap
halusinasi, dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, dapat
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur, dapat
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang lain,
dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas terjadwal.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan bagi rumah sakit agar selalu memberikan dukungan kepada
klien karena dukungan dapat memberikan efek yang bagus untuk psikis
klien.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Anasari, P. (2020) Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. I Dengan Halusinasi


Pendengaran Di Puskesmas Ambulu Kabupaten Jember.
2. Aldam, S. F. S., & Wardani, I. Y. (2019).Efektifitas penerapan standar asuhan
keperawatan jiwa generalis pada pasien skizofrenia dalam menurunkan gejala
halusinasi.Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 165-172.
https://doi.org/10.26714/jkj.7.2.2019.167-174
3. Pardede, J. A., Damanik, R. K., Simanullang, R. H., & Sitanggang, R. (2020). The
Effect Of Cognitive Therapy On Changes In Self-Esteem On Schizophrenia
Patients. European Journal of Molecular & Clinical Medicine, 7(11),
4. Pardede, J. A. (2020). Decreasing Hallucination Response Through Perception
Stimulation Group Activity Therapy In Schizophrenia Patients. Iar Journal of Medical
Sciences, 1(6), 304-309.

5. Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).Implementasi
keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi pada pasien skizofrenia. Jurnal
Kesmas Asclepius, 1(2), 146-155 https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.922
6. Anjar, A. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Utama Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Pada Tn. N Dengan Diagnosa Medis
Skizofrenia Di Ruang Iv B Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Stikes hang tuah surabaya.
7. Harkomah, I. (2019). Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia
dengan Masalah Halusinasi Pendengaran Pasca Hospitalisasi.Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 4(2), 282-292.
http://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3844

8. Halimah, N., & Masnina, R. (2015).Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa pada
Pasien Halusinasi dengan Pemberian Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan
Kekambuhan Halusinasi di Ruang Enggang RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
Tahun 2015.
https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/1057

9. Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Beban Keluarga Berhubungan Dengan


Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 12(3).

10. Pardede, J. A. (2020). Beban Keluarga Berhubungan Dengan Koping Saat Merawat
Pasien Halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 445-452.

11. Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klienskizofrenia. Mental Health, 3(1).
12. Helidrawati, E. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. H Dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruang Kampar Rumah Sakit Jiwa Tampan
Provinsi Riau. Skripsi, Poltekkes Kemenkes Riau.
http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/464
13. Hernandi, B. (2020). Penerapan Aktivitas Terjadwal Pada Klien Dengan Gangguan
Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Godean 1. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/Id/Eprint/2581
14. Karuniawati, R. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6177

15. Libriatanti, S. R. (2019). Nursing Care Modality Therapy (Gymnstics Therapy) On


ODGJ Who Experienced Hallucinations At Mental Health Services: Pospa Siwa Blitar
City.https://doi.org/10.31219/osf.io/2xwsv
16. ahmudah, S. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan
Halusinasi. Skripsi, Universitas Kusuma Husada Surakarta.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1497/
17. Mislika, M. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. N Dengan
Halusinasi Pendengaran.https://doi.org/10.31219/osf.io/efw6j
18. Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy dan
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia,
18(3),157-166. https://doi.org/10.7454/jki.v18i3.419

19. Pardede, J. A., & Laia, B. (2020).Decreasing Symptoms of Risk of Violent Behavior in
Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy.Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(3),291- 300.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621

20. Pardede, J. A. (2020). Family Knowledge About Hallucination Related To Drinking


Medication Adherence On Schizophrenia Patient. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional,2(4),399-408. Https://Doi.Org/10.37287/Jppp.V2i4.183
21. Pardede, J. A., & Purba, J. M. (2020). Family Support Related to Quality of Life on
Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 10(4),
645-654. https://doi.org/10.32583/pskm.v10i4.942

22. Pardede, J. A. (2020). Family Burden Related to Coping when Treating Hallucination
Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 453-460.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671
23. Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A.
P. (2021). Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi.
https://doi.org/10.31219/osf.io/fdqzn
24. Putri, V. S. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap
Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.Riset Informasi Kesehatan, 6(2), 174-
183. doi:10.30644/rik.v6i2.95
25. Putri. A. R (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta. Skripsi,
Universitas Kusuma Husada Surakarta. http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1429/

26. Puspita, A. (2020). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial:


Halusinasi Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Penitipan Pasien Gangguan Jiwa Aulia
Rahma Bandar Lampung Tahun 2020 (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang). http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/1365
27. Restia Putri, E. M. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan
Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan Di Rumah Sakit Jiwa Surakarta Dr. Arif
Zainudin Surakarta (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6127
28. Riskesdas (2018) Hasil Utama riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.

29. Samal, M., Ahmad, A., & Saidah, S. (2018). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Halusinasi Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi Di Rskd
Provinsi Sulawesi Selatan.Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(5), 546-
550. http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/839
30. Santri, T. W. (2021, March 18). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan MasalahGangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Pada Ny.S.
https://doi.org/10.31219/osf.io/7ckhe

31. Wulandari, N., Siyamti, D., & Wulansari, W. (2020). Pengelolaan Halusinasi Perabaan
Pada Ny. R Dengan Skizofrenia Di Wisma Arimbi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/1160
32. Nasriati, R. (2017). Stigma dan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ).MEDISAINS,15(1), 56-65.
http://dx.doi.org/10.30595/medisains.v15i1.162

Anda mungkin juga menyukai