A Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Salinda Manurung
Salindamanurung99@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
2
penghidungan.Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada
(Samal, Ahmad, & Saidah, 2018). Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol
dirinya.Dimana pasien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan
oleh halusinasinya (Harkomah, 2019).
4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
5
2.1.2 Faktor Terjadinya Halusinasi
Halusinasi di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor presdiposisi dan
faktor presipitasi. Faktor presdiposisi adalah faktor yang
mempengaruhi fungsi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Faktor
presdiposisi dapat meluputi faktor pengembangan, sosiokultural,
biologis, psikologis dan genatik.Faktor presipitasi adalah stimulus
yang di persiapkan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau
tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya.dimana di dalamnya terdapat perilaku seperti
konsep diri rendah, keputusasaan, kehilangan motivasi, tidak
mampu memenuhi kebutuhan spiritual (Anjar, 2018)
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
6
2.1.3 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Santri (2021), Jenis halusinasi antara lain:
a. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun
yang jelas, terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak
berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk pancaran cahaya, gambar atau bayangan
yang rumit dan kompleks.
c. Halusinasi penciuman
Membau-bauan seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau
lainnya.Ini terjadi pada seseorang pasca stroke, kejang atau
demensia.
d. Halusinasi peraba
Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas.
e. Halusinasi pengecap
f. Halusinasi kinestetika
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
8
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu
9
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10)Menggaruk garuk permukaan kulit
10
Keterangan :
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-
norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu akan dapat
memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif meliputi :
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli.
d) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.
11
3. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma
sosial dan budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
ini meliputi :
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati
c) Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak
teratur
d) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam
12
psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
(Puspita, 2020).
13
lebih sering. Indikasi penggunaan obat: penyakit depresi berat yang
tidak berespon terhadap obat, gangguan bipolar di mana pasien
sudah tidak berespon lagi terhadap obat dan pasien dengan bunuh
diri akut yang sudah lama tidak mendapatkan pertolongan.
2. Alasan Masuk
3. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetic
b. Faktor biologis
14
4. Faktor Presipitasi
a. Biologi
b. Stress lingkungan
5. Pemeriksaan Fisik
6. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep Diri
a. Gambaran Diri
b. Identitas Diri
c. Fungsi Peran
15
kemampuan pasien dalam melakukan fungsi atau
perannya,dan bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut. Pada pasien halusinasi bisa
berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, trauma akan masa lalu, menarik diri dari
oranglain, dan perilaku agresif.
d. Ideal Diri
e. Harga Diri
3) Hubungan Sosial
4) Spritual
16
Apakah isi halusinasi mempengaruhi keyakinan pasien
dengan Tuhannya.
7. Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas Motorik
d. Afek Emosi
f. Persepsi – Sensori
1) Jenis halusinasi
17
- Halusinasi pendengaran
- Halusinasi penglihatan
- Halusinasi penciuman
- Halusinasi pengecapan
- Halusinasin perabaan
2) Waktu
3) Frekuensi
5) Respons
18
menanyakan kepada keluarganya atau orang terdekat
pasien. Selain itu, dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada pasien
halusinasi sering kali mengarah mudah tersinggung dan
merasa curiga pada oranglain.
g. Proses berpikir
1) Bentuk piker
2) Isi Pikir
h. Tingkat kesadaran
i. Memori
19
dan dapat dapat menjelaskan kembali pembicaraan yang
baru saja dibicarakan dirinya/oranglain.
1. Perawatan diri
2. Tidur
20
membuat keputusan.
9. Mekanisme koping
21
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Restia, (2020)
1. Gangguan sensori persepsi halusinasi
2. Isolasi sosial.
3. Harga diri rendah kronis.
Gangguan persepsi
sensori : halusinasi
22
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan adalah mampu
mengontrol halusinasi pada klien, untuk tujuan khususnya adalah:
klien dapat membina hubungan saling percaya, dan untuk kriteria
hasilnya adalah: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
senang , ada kontal mata, klien mau duduk berdampingan dengan
perawat, klien mampu mengungkapkan perasaannya dan untuk
intervensinya adalah : BHSP dengan dengan menggunakan
komunikasi terapeutik, Sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal , Perkenalkan diri dengan sopan, Tanyakan
nama lengkap klien dan nama panggilan klien yang disukai , Buat
kontak interaksi yang jelas, jujur dan tepat janji , Tunjukkan sifat
empati dan menerima klien (Anasari, 2020).
23
dilaksanakan, setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan (Andri, 2019).
24
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola piker, dimana masing-masing huruf tersebut akan
diuraikan sebagai berikut :
25
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Inisial : Tn.A
Ruang Rawat : Dolok Sanggul II
Tanggal Pengkajian : 26 Januari 2022
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
MR. NO : 03-80-28
Informan : Pasien dan Buku status
3.2 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 82x/i ; S : 36,5 oC ;
P : 20x/i. Klien memiliki tinggi badan 158 cm dan berat badan 54 Kg.
26
3.1.5 Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: meninggal
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak
ada yang cacat
b. Identitas : Klien anak ke 4 dari 4 bersaudara.
c. Peran : Klien hanya sekolah sampai SMP
d. Ideal diri : Klien merasa malu karena pasien dirawat di
Rumah Sakit Jiwa dan ingin cepat pulang ke
rumah.
e. Harga diri : pasien merasa malu dengan penyakitnya.
Masalah keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat
berarti dalam hidupnya, terutama orangtuanya. Klien mengatakan
tidak mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat. Klien
27
mengatakan mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena klien sulit bergaul dan selalu ingin menyendiri dan
klien juga beranggapan bahwa orang-orang yang disekitarnya jahat.
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri
2.2.5 Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama islam dan yakin dengan
agamanya.
2. Kegiatan Ibadah : Klien melakukan ibadah selama
dirawat bersama-sama dengan teman yang lain yang ada
diruangan.
28
9. Isi pikir
Klien dapat mengontrol isi pikirnya, klien tidak mengalami
gangguan isi pikir dan tidak ada waham.Klien tidak mengalami
fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
10. Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali
waktu, orang dan tempat.
11. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang
baru terjadi.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana
tanpa bantuan orang lain.
Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
(mampu melakukan penilaian)
Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit
jiwa.
29
3.1.10 Aspek Medik
Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid
Terapi medis yang diberikan:
Resperidon tablet 2mg 2x1
Clozapin 25mg 1x1
Dipenhidramin 2 ampl
Haloperidol 1 ampl
1 Ds : Gangguan persepsi
sensori
Pasien tampak mengeluh suka
mendengar suara- suara aneh : halusinasi pendengaran
yang mengatakan “kalau
engkau tidur engkau akan
mati”
pasien mengatakan suara-suara
itu muncul saat pasien mau
tidur
Pasien merasa gelisah
Pasien merasa takut
Do :
Pasien sering bicara ngawur
Pasien terkadang bicara
sendiri
Pasien menikmati
halusinasinya.
senyum-senyum sendiri.
Pasien suka menyendiri
Pasien suka melamun
Pasien mondar-mandir
2 Ds : Isolasi Sosial : Menarik
Diri
Klien mengatakan mempunyai
perasaan malas dalam
berhubungan/berinteraksi
dengan orang lain
30
Klien lebih banyak diam
Klien sangat sulit untuk
memulai pembicaraan dengan
oranglain
klien lebih suka menyendiri.
Do :
Klien hanya menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
Pandangan klien kadang-
kadang tidak melihat lawan
bicara
Klien tampak menarik diri
Klien tampak menolak
melakukan interaksi
Klien tampak lesu
3 Ds Gangguan konsep diri :
Klien mengatakan malu dan harga diri rendah kronis
malas berinteraksi dengan orang
lain karena dirawat di RSJ
Klien merasa dibuang oleh
Keluarganya
Pasien tampak malu karena tidak
mempunyai pekerjaan dan
penghasilan sendiri
klien memilih memendam
masalahnya sendiri
Do :
Klien tampak murung
Berbicara hanya ketika ditanya
nada bicara pelan
Wajah pasien tampak memerah
Pandangan pasien tampak tajam
TD : 130\90 mmHg
Pasien tampak sering mengepalkan
tangannya
Memaksa jika meminta sesuatu
31
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi
32
3.4 Pohon Masalah
28
3.6 Intervensi Keperawatan
Halusinasi Sp 1 :
Pendengaran Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan
responhalusinasi.
Mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
29
Isolasi sosial : menarik diri SP 1:
Menjelaskan keuntungan dan kerugian mempunyai teman SP
2:
Melatih klien dengan berkenalan dengan 2 orang
SP 3 :
Melatih pasien bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan
harian.
SP 4 :
Melatih berbicara sosial: seperti meminta sesuatu, berbelanja
dan sebagainya.
30
3.7 Implementasi Keperawatan
4. RTL
Sp2 halusinasi : mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat
6 Februari
2022
13:30 WIB 1. Data
31
S : Senang
Tanda dan gejala:
O:
pasien mengeluh suka mendengar
suara- suara aneh yang mengatakan Pasien mampu mengenali halusinasi yang
“kalau engkau tidur engkau akan mati” dialami nya; isi, frekuensi, watu terjadi, situasi
pencetus,perasaan, respon dengan mandiri
pasien mengatakan suara-suara itu
muncul saat pasien mau tidur Pasien mampu Mengontrol halusinasinya
dengan cara menghardik dengan mandiri
Pasien merasa gelisah
Pasien mampu minum obat secara teratur
Pasien merasa takut dengan bantuan perawat
2. Diagnosa Keperawatan A : Halusinasi (+)
Gangguan persepsi sensori : halusinasi P:
Latihan mengidentifikasi halusinasinya; isi,
3. Tindakan Keperawatan
frekuensi, watu terjadi, situasi pencetus,perasaan
Sp2 halusinasi : Mengotrol halusinasi dengan
dan respon halusinasi 3x/hari
cara minum obat secara teratur
Latihan menghardik halusinasi 3x/ hari
4. RTL Latihan minum obat secara teratur 2x/hari
Sp3 halusinasi : Mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
S : Senang
1. Data
O:
Tanda dan gejala:
Pasien mampu mengenali halusinasi yang
pasien mengeluh suka mendengar
dialami nya; isi, frekuensi, watu terjadi, situasi
suara- suara aneh yang mengatakan
pencetus,perasaan, respon dengan mandiri
“kalau engkau tidur engkau akan mati”
Pasien mampu Mengontrol halusinasinya
pasien mengatakan suara-suara itu
dengan cara menghardik dengan mandiri
muncul saat pasien mau tidur
Pasien mampu minum obat secara teratur
Pasien merasa gelisah
dengan bantuan perawat
32
Pasien merasa takut Pasien mampu bercakap-cakap dengan orang
lain dengan motivasi perawat
2. Diagnosa Keperawatan
A : Halusinasi (+)
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
P:
3. Tindakan Keperawatan Latihan mengidentifikasi halusinasinya; isi,
Sp3 halusinasi : Mengontrol halusinasi frekuensi, watu terjadi, situasi pencetus,perasaan
dengan cara bercakap-cakap dengan orang dan respon halusinasi 2x/hari
lain Latihan menghardik halusinasi 2x/ hari
Latihan minum obat secara teratur 2x/hari
4. RTL Latihan bercakap-cakap dengan orang lain
Sp4 halusinasi : mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan terjadwal
S : Senang
1. Data
O:
Tanda dan gejala:
Pasien mampu mengenali halusinasi yang
pasien mengeluh suka mendengar
dialami nya; isi, frekuensi, watu terjadi, situasi
suara- suara aneh yang mengatakan
pencetus,perasaan, respon dengan mandiri
“kalau engkau tidur engkau akan mati”
Pasien mampu Mengontrol halusinasinya
pasien mengatakan suara-suara itu
dengan cara menghardik dengan mandiri
muncul saat pasien mau tidur
Pasien mampu minum obat secara teratur
Pasien merasa gelisah
dengan bantuan perawat
Pasien merasa takut
Pasien mampu bercakap-cakap dengan orang
lain dengan mandiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi Pasien mampu melakukan kegiatan terjadwal
seperti menyapu dan mencuci piring dengan
3. Tindakan Keperawatan mandiri
Sp4 halusinasi : mengontrol halusinasi
A : Halusinasi (+)
dengan melakukan kegiatan terjadwal
P:
4. RTL
33
Follow-up dan evaluasi Sp1-Sp 4 halusinasi Latihan mengidentifikasi halusinasinya; isi,
frekuensi, watu terjadi, situasi pencetus,perasaan
dan respon halusinasi 2x/hari
Latihan menghardik halusinasi 2x/ hari
Latihan minum obat secara teratur 2x/hari
Latihan bercakap-cakap dengan orang lain
Latihan melakukan kegiatan terjadwal
S : Senang
1. Data
O:
Tanda dan gejala:
Klien mampu menjelaskan kembali
Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan motivasi perawat
berhubungan/berinteraksi dengan orang
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
lain
P:
Klien lebih banyak diam
Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
Klien sangat sulit untuk memulai mempunyai teman
pembicaraan dengan oranglain
klien lebih suka menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Tindakan Keperawatan :
SP 1 : Menjelaskan keuntungan dan
kerugian mempunyai teman
4. RTL :
SP 2 : melatih klien berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
34
7 Februari S : Senang
1. Data
2022
O:
10:30 WIB Tanda dan gejala:
Klien mampu menjelaskan kembali
Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan mandiri
berhubungan/berinteraksi dengan orang
lain Klien mampu berkenalan dengan 2 orang
dan lebih dengan mandiri
klien lebih suka menyendiri.
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
Klien lebih banyak diam P:
Klien sangat sulit untuk memulai Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
pembicaraan dengan oranglain mempunyai teman
Latihan berkenalan dengan dengan 2 orang atau
2. Diagnosa Keperawatan lebih
Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Tindakan Keperawatan :
SP 2 : melatih klien berkenalan dengan 2
orang atau lebih
4. RTL :
Sp3: melatih bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian
8 Februari S : Senang
1. Data
2022
O:
13:30 WIB Tanda dan gejala:
Klien mampu menjelaskan kembali
Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan mandiri
berhubungan/berinteraksi dengan orang
lain Klien mampu berkenalan dengan 2 orang
dan lebih dengan mandiri
klien lebih suka menyendiri.
35
Klien lebih banyak diam Klien mampu bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian seperti menyapu
Klien sangat sulit untuk memulai dengan motivasi perawat
pembicaraan dengan oranglain
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
P:
2. Diagnosa Keperawatan
Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
Isolasi Sosial : Menarik diri mempunyai teman
Latihan berkenalan dengan dengan 2 orang atau
3. Tindakan Keperawatan : lebih
Sp3: melatih bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian Latihan bercakap-cakap sambil melakukan
kegiatan harian
4. RTL :
Sp4: melatih berbicara social : meminta
sesuatu, berbelanja, dan sebagainya
9 Februari S : Senang
1. Data
2022
O:
10:30 WIB Tanda dan gejala:
Klien mampu menjelaskan kembali
Klien mengatakan mempunyai
keuntungan dan kerugian mempunyai teman
perasaan malas dalam
dengan mandiri
berhubungan/berinteraksi dengan orang
lain Klien mampu berkenalan dengan 2 orang
dan lebih dengan mandiri
klien lebih suka menyendiri.
Klien mampu bercakap-cakap sambil
Klien lebih banyak diam
melakukan kegiatan harian seperti menyapu
Klien sangat sulit untuk memulai dengan mandiri
pembicaraan dengan oranglain
Klien mampu berbicara sosial dengan
motivasi perawat
A: Isolasi Sosial : menarik diri (+)
2. Diagnosa Keperawatan
P:
Isolasi Sosial : Menarik diri
36
Latihan menjelaskan keuntungan dan kerugian
3. Tindakan Keperawatan : mempunyai teman
Sp4: melatih berbicara soaial : meminta
sesuatu, berbelanja, dan sebagainya Latihan berkenalan dengan dengan 2 orang atau
lebih
4. RTL : Latihan bercakap-cakap sambil melakukan
Follow-up dan evaluasi isolasi sosial kegiatan harian
Latihan berbicara sosial
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Tindakan Keperawatan
Sp1 : Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien
4. RTL
Sp2:
Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
37
Menetapkan/memilih kegiatan
sesuai kemampuan
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 1
11 Februari 1. Data S : Senang
2022 Tanda dan gejala
O:
10:30 WIB
Klien mengatakan malu dan malas Pasien mampu mengenali Mengidentifikasi
berinteraksi dengan orang lain kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
karenadirawat di Rsj dengan mandiri
Klien merasa dibuang oleh
Pasien mampu melatih kgiatan sesuai
keluarganya
kemampuan yaitu menyapu
Pasien tampak malu karena tidak
mempunyai pekerjaan dan A: Harga diri rendah (+)
penghasilan sendiri P:
klien memilih memendam Latihan mengidentifikasi kemampuan dan aspek
masalahnya sendiri positif yang dimiliki pasien harga diri rendah
Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
2. Diagnosa Keperawatan dipilih 1
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3.Tindakan Keperawatan
Sp2:
Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
Menetapkan/memilih kegiatan sesuai
kemampuan
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 1
4. RTL
38
Sp3: Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 2
Sp4: Melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih 3
12 Februari 1. Data S : Senang
2022 Tanda dan gejala
O:
13:30 WIB Klien mengatakan malu dan malas
berinteraksi dengan orang lain karena Pasien mampu mengenali Mengidentifikasi
dirawat di Rsj kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Klien merasa dibuang oleh keluarganya dengan mandiri
Pasien tampak malu karena tidak Pasien mampu melatih kegiatan sesuai
mempunyai pekerjaan dan penghasilan kemampuan yaitu menyapu
sendiri
klien memilih memendam masalahnya Pasien mampu melatih kegiatan sesuai
sendiri kemampuan yaitu mencuci piring
Pasien mampu melatih kegiatan sesuai
2. Diagnosa Keperawatan
kemampuan yaitu membersihkan tempat tidur
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
A: Harga diri rendah (+)
3. Tindakan Keperawatan
P:
Sp3: Melatih kegiatan sesuai kemampuan Latihan mengidentifikasi kemampuan dan aspek
yang dipilih 2 positif yang dimiliki pasien harga diri rendah
Sp4: Melatih kegiatan sesuai kemampuan Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
yang dipilih 3 dipilih 1
Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
dipilih 2
4. RTL Latihan kegiatan sesuai kemampuan yang
Follow-up dan evaluasi harga diri rendah dipilih 3
39
BAB 4
PEMBAHASAN
41
antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga
penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan seringnya bimbingan dengan pembimbing. Secara teoritis digunakan
cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul
saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis yaitu :
1. Halusinasi
a. Identifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, dan
respon terhadaphalusinasi
b. Mengontrol halusinasi dengan caramenghardik
c. Mengontrol Halusinasi dengan cara minum obat secarateratur
d. Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang
lain
e. Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitasterjadwal
42
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan Tn. A dapat disimpulkan
bahwa pasien dapat mengontrol halusinasi dengan terapi yang di berikan.
Dimana pasien dapat mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, dan respon terhadap halusinasi, dapat mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, dapat mengontrol halusinasi dengan cara minum
obat secara teratur, dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap –
cakap dengan orang lain, dapat mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktifitas terjadwal.
5.2 Saran
1. Bagi Pasien
Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan mengidentifikasi
isi,frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, dan respon terhadap
halusinasi, dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, dapat
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur, dapat
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – cakap dengan orang lain,
dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas terjadwal.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan bagi rumah sakit agar selalu memberikan dukungan kepada
klien karena dukungan dapat memberikan efek yang bagus untuk psikis
klien.
43
DAFTAR PUSTAKA
5. Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).Implementasi
keperawatan dengan pengendalian diri klien halusinasi pada pasien skizofrenia. Jurnal
Kesmas Asclepius, 1(2), 146-155 https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.922
6. Anjar, A. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Utama Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Pada Tn. N Dengan Diagnosa Medis
Skizofrenia Di Ruang Iv B Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Stikes hang tuah surabaya.
7. Harkomah, I. (2019). Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Pasien Skizofrenia
dengan Masalah Halusinasi Pendengaran Pasca Hospitalisasi.Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 4(2), 282-292.
http://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3844
8. Halimah, N., & Masnina, R. (2015).Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa pada
Pasien Halusinasi dengan Pemberian Terapi Psikoreligi Terhadap Penurunan
Kekambuhan Halusinasi di Ruang Enggang RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
Tahun 2015.
https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/1057
10. Pardede, J. A. (2020). Beban Keluarga Berhubungan Dengan Koping Saat Merawat
Pasien Halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 445-452.
11. Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klienskizofrenia. Mental Health, 3(1).
12. Helidrawati, E. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. H Dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruang Kampar Rumah Sakit Jiwa Tampan
Provinsi Riau. Skripsi, Poltekkes Kemenkes Riau.
http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/464
13. Hernandi, B. (2020). Penerapan Aktivitas Terjadwal Pada Klien Dengan Gangguan
Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Godean 1. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/Id/Eprint/2581
14. Karuniawati, R. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/6177
19. Pardede, J. A., & Laia, B. (2020).Decreasing Symptoms of Risk of Violent Behavior in
Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy.Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(3),291- 300.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i3.621
22. Pardede, J. A. (2020). Family Burden Related to Coping when Treating Hallucination
Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 453-460.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671
23. Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A.
P. (2021). Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi.
https://doi.org/10.31219/osf.io/fdqzn
24. Putri, V. S. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap
Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.Riset Informasi Kesehatan, 6(2), 174-
183. doi:10.30644/rik.v6i2.95
25. Putri. A. R (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta. Skripsi,
Universitas Kusuma Husada Surakarta. http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1429/
29. Samal, M., Ahmad, A., & Saidah, S. (2018). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Halusinasi Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi Di Rskd
Provinsi Sulawesi Selatan.Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(5), 546-
550. http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/839
30. Santri, T. W. (2021, March 18). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan MasalahGangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Pada Ny.S.
https://doi.org/10.31219/osf.io/7ckhe
31. Wulandari, N., Siyamti, D., & Wulansari, W. (2020). Pengelolaan Halusinasi Perabaan
Pada Ny. R Dengan Skizofrenia Di Wisma Arimbi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/1160
32. Nasriati, R. (2017). Stigma dan dukungan keluarga dalam merawat orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ).MEDISAINS,15(1), 56-65.
http://dx.doi.org/10.30595/medisains.v15i1.162