S Dengan Masalah
Halusinasi Melalui Terapi Generalis SP 1-4 : Studi Kasus
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan kronis ketika pengidapnya mengalami
halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan sikap. Halusinasi
pendengaran seringkali menjadi gejala gangguan mental, terutama skizofrenia.
Suara tersebut bisa terdengar datang dari dalam maupun luar kepala, dan akan
berpengaruh besar pada kehidupan nyata pengidapnya. Evaluasi diperoleh bahwa
terjadi peningkatan kemampuan klien dalam mengendalikan halusinasi yang
dialami serta dampak pada penurunan gejala halusinasi pendengaran yang dialami.
ABSTRACT
Schizophrenia is a chronic psychiatric disorder when sufferers experience
hallucinations, delusions, confusion in thinking, and changes in attitude. Auditory
hallucinations are often a symptom of mental disorders, especially schizophrenia.
The voice can be heard coming from inside or outside the head, and will have a big
impact on the real life of the sufferer. The evaluation found that there was an
increase in the client's ability to control the hallucinations experienced and the
impact on decreasing the symptoms of auditory hallucinations experienced.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang serius karena jumlah
penyakit yang terus menerus meningkat, termasuk penyakit kronis seperti
skizofrenia yang mempengangaruhi proses berpikir bagi penderitanya.
Akibatnya penderita skizofrenia sulit berpikir jernih, kesulitan menejemen
emosi dan kesulitan bersosialisasi dengan orang lain.(Hairani, Kurniawan,
Latif & Innudin, 2021). Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, emosi, persepsi,
gerakan dan perilaku yang aneh (Fatturahman, Putri & Fradianto 2021).
3. Faktor Biokimia
Hal tersebut berdampak pada terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami social yang berlebihan, tubuh
menghasilkan zat kimia saraf yang dapat menyebabkan
halusinasi, seperti buffalophenone dan dimethyltransferase
(DMP) (Sutejo, 2020)
4. Faktor Psikologi
Hubungan interpersonal tidak harmonis, dan biasanya seseorang
menerima berbagai peran yang kontradiktif, yang akan
menimbulkan banyak Social dan kecemasan, serta berujung pada
hancurnya orientasi realitas (Sutejo, 2020)
5. Faktor Genetik
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak sehat yang
dirawat oleh orang tua Pasien skizofrenia lebih mungkin
mengembangkan skizofrenia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Social keluarga memiliki pengaruh yang sangat penting
terhadap penyakit ini (Dermawan, 2016).
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang
memerlukan social ekstra untuk menghadapinya. Adanya
rangsangan dari lingkunagan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan, dan juga suasana Sosial terisolasi seringg menjasi
pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan
Social dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik (Stuart, Keliat & Pasaribu 2016)
2. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya gambaran geometris,
gambaran kartun, banyangan yang rumit dan kompleks. Bayangan
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster (Muhit,
2016). Halusinasi penglihatan adalah yang dimana kontak mata
kurang, senang menyendiri, terdiam dan memandang kesuatu sudut
dan sulit berkonsentrasi (Erviana & Hargiana, 2018). Berdasarkan
beberapa defenisi diatas Halusinasi merupakan gangguan
penglihatan yang stimulus visual dalam bentuk klitan cahaya,
gambar geometris, dapat dilihat dari kontak mata kurang, senang
menyendiri, dan sulit berkonsentrasi.
3. Halusinasi penghidu
Membaui bau- bauan tertentu seperti daah, urin, atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensia (Muhit,
2016). Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan
bau yang menjijikan seperti darah,urine atau fases kadang tercium
bau harum Berdasarkan beberapa defenisi diatas halusinasi penghidu
merupakan gangguan penciuman bau yang biasanya ditandai dengan
membaui aroma seperti darah, urine dan fases terkadang membaui
aroma segar.
4. Halusinasi Pengecapan
Merasa seperti mengecap rasa seperti darah,urin atau feses (Muhit,
2016)
5. Halusinasi sentuhan
Merasa disentuh, disentuh, ditiup, dibakar, atau bergerak di bawah
kulit seperti ulat (Muhit, 2015)
Rentang Respon
Keterangan :
2.1.7 Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa pasien melakukan
tindakan perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya
perintah sehingga rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif.
Perilaku kekerasan yang timbul pada pasien skizofrenia diawali dengan
adanya perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan
sehingga individu akan menyingkir dari hubungan interpersonal dengan
orang lain (Keliat, 2016). Komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan masalah utama gangguan sensori persepsi: halusinasi, antara
lain: resiko prilaku kekerasan, harga diri rendah dan isolasi sosial.
1) Dosis
a. Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b. Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8
jam sampai keadaan akut teratasi.
2) Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet:
3. Psikoterapi
Membantu waktu yang relatif lama, juga merupakan bagian penting
dalam proses teraupetik. Upaya dalam psikoterapi ini meliputi :
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan
teraupetik,memotivasi klien untuk dapat mengungkap perasaan
secara verbal,bersikap ramah, sopan dan jujur terhadap klien
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologis
Pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi menunjukkan peran genetik pada schizophrenia.
Kembar identik yang dibesarkan secara terpisah mempunyai
angka kejadian Schizophrenia lebih tinggi dari pada saudara
sekandung yang dibesarkan secara terpisah.
b. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang berakhir dengan
gangguan orientasi realita.
2. Faktor presipitasi
b. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis
maladaptif adalah gangguan dalam komunikasi dan putaran
umpan balik otak dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak, yangmengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus.
c. Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan prilaku.
d. Stres Social / budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, terpisahnya dengan orang terpenting atau
disingkirkan dari kelompok.
e. Faktor psikologik
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah dapat menimbulkan
perkembangan gangguan sensori persepsi halusinasi.
f. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons
neurobiologis maladaptif meliputi : regresi, berhunbungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas sehari-
hari. Proyeksi, sebagai upaya untuk menejlaskan kerancuan
persepsi dan menarik diri.
g. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman
tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku. Orang tua harus
secara aktif mendidik anak–anak dan dewasa muda tentang
keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar
dari pengamatan. Disumber keluarga dapat pengetahuan tentang
penyakit, finensial yang cukup, faktor ketersediaan waktu dan
tenaga serta kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
h. Perilaku halusinasi
Batasan karakteristik halusinasi yaitu bicara teratawa sendiri,
bersikap seperti memdengar sesuatu, berhenti bicara ditengah –
tengah kalimat untuk mendengar sesuatu, disorientasi,
pembicaraan kacau dan merusak diri sendiri, orang lain serta
lingkungan.
3.4 Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 110/70 mmHg, HR : 86 x/i, RR: 20x/i,S: 36Oc.
Klien memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badan 55 kg.
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram
Penjelasan :
Klien tinggal di rumah dengan ibu dan saudara laki-lakinya. Klien anak
pertama dari tigas bersaudara. Klien sudah pernah menikah dan cerai
sama istrinya pada tahun 2016 dan memiliki dua orang anak yang
tinggal bersama mantan istrinya.
Ket :
: perempuan
: laki-laki
: klien
: cerai
: garis keturunan
: garis perkawinan
: meninggal
3.5.2 Konsep diri
1. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang
cacat
2. Identitas : Klien bisa mengingat nama dan dimana alamat rumahnya
3. Peran : Klien berperan sebagai anak dalam keluarga
4. Ideal diri : klien merasa malu klien tidak bisa mengendalikan dirinya
sendiri dan merasa putus asa
5. Harga diri : Klien mengatakan malu tidak mampu mewujudkan
impianya, merasa gagal karena tidak mempertahankan rumah
tangganya dan akhirnya dicerai
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
3.5.4 Spiritual
a. Nilai dan kenyakinan : Klien beragama Kristen Katolik dan yakin
dengan agama
b. Kegiatan ibadah : Ibadah 3 kali sehari yaitu pagi 2 kali
sekitar 5 saat teduh dan 10 pagi selanjutnya jam 7 sebelum tidur
No Data Masalah
keperawatan
1 DS: Gangguan konsep
- Klien merasa malu karena tidak mapan diri :harga diri
- Klien merasa malu karena tidak dapat rendah kronis
mengendalikan dirinya
- Klien merasa gagal karena tidak bisa
mempertahankan rumah tangganya dan
akhirnya dicerai mempertahankan rumah
tangganya
- Klien merasa putus asa karena di cerai istri
DO :
- Klien tampak malu
- Menunduk
2 DS : Gangguan persepsi
- Klien mengatakan sering sensori
mendengarkan suara suara mengejek : halusinasi
dirinya pendengaran
- Klien mengatakan mendengar suara – suara
tersebut muncul 2 kali / hari, muncul pada
saat klien sedang menyendiri
- Klien merasa gelisah dan takut jika
mendengar suara tersebut
DO:
- Klien sering mondar – mandir
- Berbicara sendiri
DO :
- Sulit bergaul
- Tidak mau berintraksi dengan orang lain dan
- selalu ingin menyendiri
- Kontak mata kurang
- Tidak mau berinteraksi
4 DS : Defesit Perawatan
- Klien mengatakan tidak ada keinganan Diri
mandi secara teratur
- Klien mengatakan jarang menyikat gigi
- Klien mengatakan mandi jarang
menggunkan sabun dan shampoo
- Klien mengatakan jarang mengganti
pakaian
DO :
- tidak rapi
- tidak menukar pakaian
- terlihat kotor
- tidak perbakain secara teratur
- jarang mandi
- gigi kuning
DO :
- tidak rapi
- tidak menukar pakaian
- terlihat kotor
- tidak perbakain secara
teratur
- jarang mandi
- gigi kuning
SP 4:
mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktifitas terjadwal
Selasa 22- 1. Data S : setelah mengiikuti
02-2022 Tanda dan Gejala: terapi Klien m e r a s a
(10.00) - Klien mengatakan sering Senang dan Antusias
mendengarkan suara suara mengikuti terapi
mengejek dirinya
- Klien mengatakan mendengar suara – O:
suara tersebut muncul 1 kali / hari, - Klien m a m p u bercakap-
muncul pada saat klien sedang cakap dengan orang lain
menyendiri secara mandiri
- Klien merasa gelisah dan takut jika - Klien mampu melakukan
mendengar suara tersebut aktifitas terjadwal dengan
- Klien sering mondar – mandir mandiri
- Berbicara sendiri A: Halusinasi Pendengaran (+)
- Sering senyum–senyum sendiri
P:
Kemampuan : menutup telinga dengan - Latihan menghardik
bantal dan menghardik halusinasi halusinasi 3 x/ hari
2. Diagnosa Keperawatan - Latihan minum obat
denganprinsip 6 benar 2
Halusinasi Pendengaran
x/ hari
3. Tindakan keperawatan - Latihan bercakap-
SP 3: cakapdengan orang lain
3x/ hari
mengontrol halusinasi dengan cara
- Latihan melakukan
bercakap – cakap dengan orang lain
aktivitas terjadwal
3x/hari
SP 4:
mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan aktifitas terjadwal
4. RTL
Halusinasi ; : Follow up dan evaluasi Sp
1-4 Halusinasi
Rabu 1. Data S: setelah mengikuti terapi klien
23/02/2022 Tanda dan Gejala m e r a s a Senang
(10.00) - Klien mengatakan mempunyai
hambatan dalam berhubungan O:
dengan orang lain - Klien mampu mengetahui
- Klien mengatakan sulit berteman keuntungan dan kerugian
dengan orang lain karena klien dengan mandiri
selalu ingin menyendir - Klien mampu berkenalan
- Sulit bergaul dengan 2 orang atau lebih
- Tidak mau berintraksi dengan orang dengan mandiri
lain dan A: Isolasi Sosial : Menarik Diri
- selalu ingin menyendiri (+)
- Kontak mata kurang
- Tidak mau berinteraksi P:
- Melatih keuntungan dan
2. Diagnosa Keperawatan kerugian memiliki teman
Isolasi sosial : Menarik Diri 3x/hari
- Melatih klien berkenalan 2
3.Tindakan Keperawatan orang atau lebih 3x/hari
SP 1:
Menjelakan keuntungan dan kerugian
memiliki teman
SP 2:
Melatih klien berkenalan dengan 2
orang atau lebih
4.RTL
SP 3:
Melatih klien bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian
Kamis 1. Data S : klien merasa senang bisa
24/02/2022 Tanda dan Gejala bercakap-cakap sambil
(10.00) - Klien mengatakan mengetahui melakukan kegiatan harian
keuntungan dan kerugian memilki O : klien mampu bercakap-
teman cakap sambil melakukan
- Klien mengatakan sulit berteman aktivitas harian dengan
dengan orang lain karena klien selalu mandiri
ingin menyendiri A: Isolasi sosial : Menarik diri
- Sulit bergaul (+)
- Tidak mau berintraksi dengan orang P : Intervensi lanjutan
lain dan - Melatih klien berkenalan
- selalu ingin menyendiri dengan 2 orang atau
- Kontak mata kurang lebih 3x/hari
- Tidak mau berinteraksi - Melatih klien bercakap-
cakap sambil melakukan
2 Diagnosa Keperawatan aktivitas harian 3x/hari
Isolasi sosial : Menarik Diri - Melatih klien berbicara
sosial : meminta sesuatu,
3 Tindakan Keperawatan belanja dan sebagainya
SP 3:
Melatih klien bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian
4 RTL
SP 4:
Melatih klien berbicara sosial : seperti
meminta sesuat,berbelanja dan
sebagainya
Jumat 1. Data S : Klien mengatakan senang
25/02/2022 Sudah berbicara dengan teman sudah mampu bercakap
(10.00) sekamar dan berbicara sosial
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi kepada teman sekamar
sosial : Menarik diri
3. Tindakan keperawaatan : O: klien mampu berbicara
SP 4: Melatih klien berbicara sosial : sosial meminta tolong
meminta sesuatu, belanja dan dengan mandiri
sebagainya
A: Isolasi sosial : Menarik diri
4. RTL : (+)
Isolasi sosial : Menarik diri : Follow
up dan evaluasi Sp 1-4 Isolasi sosial : P : Intervensi lanjutan
Menarik diri - Melatih klien berkenalan
dengan 2 orang atau lebih
3x/hari
- Melatih klien bercakap-
cakap sambil melakukan
aktivitas harian 3x/hari
- Melatih klien berbicara
sosial : meminta sesuatu,
belanja dan sebagainya
Selasa 1. Data S: Klien mengatakan senang
01/03/2022 Tanda dan Gejala : mengikuti terapi
(17.00) - Klien mengatakan tidak ada
keinganan mandi secara teratur O:
- Klien mengatakan jarang menyikat - - Klien mampu menjelaskan
gigi kembali cara menjaga
- Klien mengatakan mandi jarang kebersihan diri yaitu mandi
menggunkan sabun dan shampoo dan mensikat gigi dengan
- Klien mengatakan jarang mengganti motivasi
pakaian -
- tidak rapi - A: Defesit Perawatan Diri (+)
- tidak menukar pakaian -
- terlihat kotor - P:
- tidak perbakain secara teratur - Klien mandi dan mensikat
- jarang mandi gigi 2x/hari
- gigi kuning - Klien mampu berhias
2 Diagnosa Keperawatan: dengan merapikan rambut
Defesit Perawatan Diri dan berpakaian dengan
rapi 2x/hari
3 Tindakan Keperawatan : -
Sp1 :
Melatih cara perawatan diri : mandi
4 RTL
Sp2 :
Melatih cara perawatan diri : berhias
4 RTL
Sp3 :
Melatih cara perawatan diri :
makan/minum
Jumat 1 Data S : klien mengatakan Senang
04/03/2022 Tanda dan Gejala : mengikuti terapi yang
12.00 - Klien mengatakan kalau mau makan diberikan
tidak mencuci tangan O:
- Klien mengatakan mandi sudah - Klien mampu menjelaskan
menggunakan sabun dan shampoo makan dan minum benar
- Klien mengatakan jarang mengganti yaitu mengambil makanan
pakaian sendiri dan
- tidak rapi mengembalikan peralatan
- tidak menukar pakaian makannya ari dengan
- terlihat kotor mandiri
- tidak perbakain secara teratur -
- jarang mandi A : Defisit Perawatan Diri (+)
- Klien sudah mulai sikat gigi
2 Diagnosa Keperawatan: P:
Defesit Perawatan Diri - - Latihan makan dan minum
dengan benar yaitu mengambil
3 Tindakan Keperawatan : makanan sendiri ,mencuci
Sp3 : tangan sebelum makan
Melatih cara perawatan diri : ,sesudah makan dan
makan/minum mengembalikan peralatan
makanya 3x/perhari
4 RTL
Sp4 :
Melatih cara perawatan diri : BAB/BAK
Senin 1. Data S : klien merasa senang
07/03/2022 Tanda Dan Gejala
10.00 wib - Klien merasa malu karena tidak O : Klien mengatakan mampu
mapan mengidentifikasi aspek
- Klien merasa malu karena positif dengan mandiri
tidak dapat mengendalikan dirinya
- Klien merasa gagal karena tidak A : Gangguan konsep diri :
bisa mempertahankan rumah Harga Diri Rendah (+)
tangganya dan akhirnya dicerai
mempertahankan rumah P:
tangganya - Latihan mengidentifikasi
- Klien merasa putus asa karena di kemampuan dan aspek
cerai istri postif yang dimiliki
- Klien tampak malu sebanyak 3x/hari
- Latihan Menilai
- Ekpresi wajah kosong
kemampuan yang dapat
- Kontak mata kurang digunakan 3x/hari
- Latihan
- Berbicara lambat dan pelan
Menetapkan/memilki
- Menunduk kegiatan sesuai
kemampuan 3x/hari
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan - Melatih kempuan sesuai
Konsep Diri : Harga Diri Rendah kemampuan yang dipilih 1
3x/hari
3. Tindakan keperawatan :
SP 1
Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien
4. RTL
SP 2:
1) Menilai kemampuan yang dapat
digunakan
2) Menetapkan/memilki kegiatan
sesuai kemampuan
3) Melatih kempuan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
4. RTL
SP 3:
Melatih kempuan sesuai kemampuan
yang dipilih 2
Rabu, 09 1. Data S : klien mengatakan
Maret 2022 - Klien merasa malu karena tidak senang sudah mampu
mapan melatih kegiatan bermain
- Klien merasa gagal karena tidak gitar
mampu mewujudkan impiannya
- Klien tampak malu O:
- - Klien sudah mampu
- Ekpresi wajah kosong
melatih kegiatan
bermain gitar
Kemampuan : - - klien sudah mampu
Berkebun,bernyanyi,mengali aspek melatih bergambar
positif ,memilih kemampuan,bermain -
gitar A : Gangguan konsep
diri : Harga Diri Renda
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan (+)
konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Tindakan keperawatan P:
SP 3: Melatih kemampuan sesuai - Latih kemampuan
kemampuan yang dipilih 2 yang dipilih 2
bermain gitar
4. RTL (2x/hari)
SP 4 : Melatih kemampuan sesuai - Latih kemampuan
kemampuan yang dipilih 3 yang dipilih 3
(mengambar)
(3x/hari)
Kamis 1. Data S : klien senang bisa melatih
10/03/2022 - Kontak mata sudah baik Tampak kegiatan mengambar
semangat dengan kegitan yang
diberi O:
- Klien sudah merasa tidak malu - Klien sudah mampu
karena sudah memiliki kemampuan melatih kegiatan
mengambar dengan
Kemampuan : mandiri
Berkebun,bernyanyi,mengali aspek - klien sudah mampu
positif ,memilih melatih bergambar
kemampuan,bermain
gitar,mengambar - A : Gangguan konsep diri :
Harga Diri Rendah(+)
2. Diagnosa keperawatan :
Gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah -
3. Tindakan keperawatan P:
SP 4: Melatih kemampuan sesuai - Latihan mengidentifikasi
kemampuan yang dipilih 3 kemampuan dan aspek
postif yang dimiliki
4. RTL sebanyak 3x/hari
Gangguan konsep diri :Harga diri - Latihan Menilai
rendah Follow up dan evaluasi Sp 1- kemampuan yang dapat
4 Harga diri rendah digunakan 3x/hari
- Latihan
Menetapkan/memilki
kegiatan sesuai kemampuan
3x/hari
- Melatih kempuan sesuai
kemampuan yang dipilih 1
3x/hari
- Latih kemampuan yang
dipili 2 (3x/hari)
- Latih kemampuan yang
dipilih 3 (3x/hari)
PEMBAHASAN
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan
didukung dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya
bimbingan dan petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang
diberikan kepada penulis.Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun
upaya yang dilakukan penulis yaitu :
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
3. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hairani, H., Kurniawan, K., Abd Latif, K., & Innuddin, M. (2021). Metode
Dempster-Shafer untuk Diagnosis Dini Jenis Penyakit Gangguan Jiwa
Skizofrenia Berbasis Sistem Pakar. Sistemasi: Jurnal Sistem
Informasi, 10(2), 280-289. https://doi.org/10.32520/stmsi.v10i2.1195
2. Faturrahman, W (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia: Literature
Review. Tanjungpura Journal Of Nursing Practice And Education, (3)2.
http://dx.doi.org/10.26418/tjnpe.v3i2.50502
3. Meylani, M., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP)
1-4 Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi
Kasus.Putri, Nazela Nanda. Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus. 2022.
https://doi.org/10.31219/osf.io/c8vzb
4. Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact With
Schizophrenic Patients through Socialization Group Activity Therapy
International Journal of Contemporary Medicine. 9 (1), 7.
https://doi.org/10.37506/ijocm.v9i1.2925
5. Pardede, J. A. (2020). Decreasing Hallucination Response Through
Perception Stimulation Group Activity Therapy In Schizophrenia
Patients. Iar Journal of Medical Sciences, 1(6), 304-309.
doi: 10.47310/iarjms.2020.v01i06.006
6. Pardede, J. A., Hamid, A. Y. S., & Putri, Y. S. E. (2020). Application of
Social Skill Training using Hildegard Peplau Theory Approach to Reducing
Symptoms and the Capability of Social Isolation Patients. Jurnal
Keperawatan, 12(3), 327-340.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v12i3.782
7. Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan
Minum Obat Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien
Skizofrenia. Mental Health, 3(1).
8. Pardede, J. A. (2020). Beban Keluarga Berhubungan Dengan Koping Saat
Merawat Pasien Halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 445-452.
9. Keliat, B.A & Akemat..(2016) Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta: EGC
10. Pardede, J. A. (2019). The Effects Acceptance and Aommitment Therapy
and Health Education Adherence to Symptoms, Ability to Accept and
Commit to Treatment and Compliance in Hallucinations Clients Mental
Hospital of Medan, North Sumatra. J Psychol Psychiatry Stud, 1, 30-35.
11. Nurlaili, N., Nurdin, A. E., Putri, D. E., Arif, Y., Basmanelly, B., &
Fernandes, F. (2019). Pengaruh tehnik distraksi menghardik dengan
spiritual terhadap halusinasi pasien. Jurnal Keperawatan, 11(3), 177-190.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i3.548
12. Livana, P. H., Rihadini, R., Kandar, K., Suerni, T., Sujarwo, S., Maya, A.,
& Nugroho, A. (2020). Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
melalui Terapi Generalis Halusinasi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa, 2(1),
1-8.
13. Erviana, I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis
Dan Psikoreligius Pada Klien Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Penglihatan Dan Pendengaran. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 2(2), 114-
123. http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106
14. Pardede, J. A., Silitonga, E., & Laia, G. E. H. (2020). The Effects of
Cognitive Therapy on Changes in Symptoms of Hallucinations in
Schizophrenic Patients. Indian Journal of Public Health, 11(10), 257.
https://doi.org/10.37506/ijphrd.v11i10.11153
15. Pardede, J. A. (2020). Family Burden Related to Coping when Treating
Hallucination Patients. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 453-460.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671
16. Pardede, J. A. (2020). Family Knowledge about Hallucination Related to
Drinking Medication Adherence on Schizophrenia Patient. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 399-408.
https://doi.org/10.37287/jppp.v2i4.183
17. Dermawan. D. (2018). Modul Keperawatan Jiwa : Gosyen Publishing,
18. Manullang, E. M., Manik, E. P., Hamdi, T., Simatupang, M., & Tarigan, S.
P. B. (2021). Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien
Halusinasi Di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.
https://doi.org/10.31219/osf.io/bgupy
19. Abdurkhman, R. N., & Maulana, M. A. (2022). Psikoreligius Terhadap
Perubahan Persepsi Sensorik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di Rsud
Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Jurnal Education And
Development, 10(1), 251-253. https://doi.org/10.37081/ed.v10i1.3332
20. Harkomah, I. (2019). Analisis Pengalaman Keluarga Merawat Pasien
Skizofrenia dengan Masalah Halusinasi Pendengaran Pasca
Hospitalisasi. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 4(2),
282-292. http://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3844
21. Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan
kesehatan jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
22. Zelika, A. A &Dermawan, D. (2015) Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa
Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd
Surakarta. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, (12).02.
https://doi.org/10.26576/profesi.87
23. Sutejo. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip Dan Praktik Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru.
24. Stuart. Gail. W, Keliat. Budi. Anna,& Pasaribu. Jesika. Keperawatan
Keseha111tan Jiwa : Indonesia : Elsever. .2016
25. Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP)
1-4 Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
https://doi.org/10.31219/osf.io/y52rh
26. Muhiht, A. (2016) Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi.
Jakarta: Cv Andi Offest.
27. Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto, E., Aisah, S., & Hidayati, E.
(2021). Perawatan Halusinasi, Dukungan Keluarga Dan Kemampuan
Pasien Mengontrol Halusinasi: Literature Review. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(3), 271-284.
https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.842
28. WHO.(2022) Who Shizofrenia Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-
Sheets/Detail/Schizophrenia, 2021.
29. Riskesdes (2022). Riskesdes Skizofrenia Https://Www.Who.Int/News-
Room/Fact-Sheets/Detail/Schizophrenia.2018.