Anda di halaman 1dari 10

PSIKOEDUKASI PSIKOFARMAKA PADA PASIEN SCHIZOPHRENIA PARANOID

DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DI RUANG TENANG


RUMAH SAKIT JIWA MAGELANG

Dosen Pembimbing :
Wachidah Yuniartika, S.Kep., Ns., M.Kep
Clinical Instructure :
Ns. Arif Pramudiyoko S.Kep
Disusun Oleh :
Putri Wulandari J210200188

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022/2023
PSIKOEDUKASI PSIKOFARMAKA PADA PASIEN SCHIZOPHRENIA
PARANOID DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DENGAR DI RUANG
TENANG RUMAH SAKIT JIWA MAGELANG
Putri Wulandari1,Wachidah Yuniartika2,Arif Pramudiyoko3
1
Mahasiswa Semester 5 Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
2
Dosen Keperawatan Jiwa Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
3
Perawat Bangsal Drupada Rumah Sakit Jiwa Magelang

ABSTRAK
Latar Belakang : Psikoedukasi Psikofarmaka adalah sebuah pemberian intervensi
psikoterapetik secara professional yang bertujuan untuk memberikan informasi terkait
penggunaan obat berbentuk Pendidikan,sehingga dapat menambbah pengetahuan
keluarga/kelompok yang dapat memperkuat koping untuk menghadapi tantangan bagi
permasalahannya. Schizophrenia adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan gangguan
proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya ditandai
dengan gejala halusinasi,paranoida atau waham, atau cara berbicara dan berpikir yang kacau
disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. Halusinasi sendiri adalah
terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indra.
Gambaran kasus : Tn. Arifin (Nama Samaram) berusia 42 tahun. Pasien dibawa ke
rumah sakit jiwa pada tanggal 07 Oktober 2022. Pasien dibawa masuk ke rumah sakit jiwa
Magelang oleh ayahnya. Alasan masuk pasien adalah sering marah-marah,mengamuk,tidak
mau minum obat dan lebih sering menyendiri dengan main hp atau termenung. Sebelum
dibawa kerumah sakit jiwa pasien sempat kabur dari rumah dan tidak pulang sehari. Pasien
mengatakan mendengar suara akan ada yang memukuli dan membunuhnya jika tidak segera
pergi ke luar kota sebelum tanggal 07 Oktober 2022. Pasien sudah putus obat selama 3 bulan.
Pasien mengatakan tidak suka efek samping setelah minum obat,hal itu membuat pasien
mejadi malas untuk rutin meminum obat. Pasien memiliki Riwayat penyakit paranoid
schizophrenia dan sudah dibawa ke rumah sakit jiwa sebanyak 23 kali.
Intervensi : Memberikan Pendidikan Kesehatan pada pasien dan keluarga tentang
pentingnya meminum obat dengan rutin dan 5 benar.
Kesimpulan : Ketika pasien diberikan Pendidikan Kesehatan tentang obat pasien tidak
menolak. Sebelum dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang pentingnya minum obat pasien
tidak mengetahui efek yang ditimbulkan dan pasien tampak malas dan menolak untuk minum
obat. Namun setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang pentingnya minum obat secara
rutin, pasien secara pelan-pelan mau meminum obat yang diberikan dan mulai patuh untuk
terus meminum obat,selain itu pasien juga jadi mengetahui efek jika rutin mengkonsumsi
obat.
Kata kunci : Psikoedukasi psikofarmaka,schizophrenia paranoid,halusinasi
PENDAHULUAN beberapa jenis halusinasi, halusinasi
dengar merupakan fenomena yang
Menurut Katona et al (2012)
mayoritas jumpai pada skizofrenia.
Skizofrenia menggambarkan mispresepsi
Diperkuat dengan hasil penelitian yang
pikiran dan persepsi yang timbil dari
telah dilakukan oleh Suryani (2006),
pikiran atau imajinasi dari
diperoleh hasil bahwa karakteristik
kenyataan,mencakup waham dan
halusinasi pendengaran sebanyak 74,13%.
halusinasi. Menurut Wiramihardja (2007)
Skizofrenia adalah gejala yang mengacu Menurut (Stuart, 2009) proses
kepada gangguan psikis yang ditandai oleh terjadinya halusinasi dapat dilihat dari
penyimpangan realitas,penarikan diri dari factor predisposisi dan faktor presipitasi
interaksi sosial, juga disorganisasi seperti dibawah ini :
persepsi, pikiran dan kognisi. Menurut
1. Faktor Predisposisi
Nancy Andreas (2008) dalam Broken
Menurut (Stuart dan Sudeen,
Brain, The Biological Revolution in
2009) faktor predisposisi
Psychiatry Skizofrenia adalah suatu hal
meliputi :
yang melibatkan banyak sekali factor.
a. Biologis : Hal yang dikaji
Factor-faktor itu meliputi perubahan
dalam faktor biologis
struktur fisik otak, perubahan struktur
meliputi adanya faktor
kimia otak dan factor genetic. Menurut
herediter mengalami
Isaacs (2005) Skizofrenia adalah
gangguan jiwa, adanya
sekelompok rekasi psikotik yang
resiko bunuh diri, riwayat
mempengaruhi berbagai idividu termasuk
penyakit atau trauma
berpikir dan komunikasi, menerima dan
kepala, dan riwayat
mengintrepetasikan realitas, merasakan
penggunaan napza.
dan memajukan emosi serta perilaku
b. Psikologis
dengan sikap yang tidak bisa diterima
Keluarga, pengasuh dan
secara sosial.
lingkungan klien sangat
Halusinasi adalah salah satu gejala mempengaruhi respon dan
gangguan jiwa dimana klien mengalami kondisi psikoligis klien.
perubahan sensori persepsi seperti Salah satu sikap atau
merasakan sensori palsu berupa suara, keadaan yang dapat
penglihatan, pengecapan, perabaan sensori mempengaruhi gangguan
tentang suatu objek atau gambaran dan orientasi adalah penolakan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya atau Tindakan kekerasan
rangsangan dari luar yang dapat meliputi dalam rentang hidup klien
semua system penginderaan. Halusinasi adanya kegagalan yan
adalah hilangnya kemampuan manusia berulanh, kurangnya kasih
dalam membedakan rangsangan internal saying atau overprotektif.
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia c. Sosial budaya
luar). Menurut Yosep (2010) halusinasi Kondisi sosial budaya
pendengaran atau akustik adalah kesalahan mempengaruhi gangguan
dalam mempersepsikan suara yang orientasi realita seperti
didengar klien,suara bisa menyenangkan, kemiskinan, konflik sosial
ancaman, membunuh dan merusak. Dari
budaya dan kehidupan yang pergerakan mata cepat, respon
terisolasi disertai stress. verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan
2. Faktor Presipitasi suka menyendiri.
Menurut Stuart dan Sudeen 2. Fase kedua
faktor presipitasi dapat meliputi Disebut dengan fase condemming
(Prabowo, 2014) : atau ansietas berat yaitu halusinasi
a. Biologis menjadi menjijikkan. Dalam fase
Gangguan dalam ini pasien mengalami peningkatan
komunikasi dan putaran tanda-tanda system saraf otonom
balik otak, yang mengatur seperti peningkatan denyut janutng
proses informasi serta dan tekanan darah. Klien asik
abnormalitas pada dengan halusinasinya dan tidak
mekanisme pintu masuk bisa membedakan realitas.
dalam otak yang 3. Fase ketiga
mengakibatkan Fase ini disebut dengan fase
ketidakmampuan untuk controlling atau ansietas berat
secara selektif menanggapi yaitu pengalaman sensori menjadi
stimulus yang diterima oleh berkuasa,termasuk gangguan
otak untuk psikotik. Pada fase ini pasien
diinterpretasikan. mengalami kemauan dikendalikan
b. Stress lingkungan oleh halusinasinya, rentang
Ambang toleransi terhadap perhatian hanya beberapa menit
stress yang berinteraksi atau detik. Tanda-tanda fisik
terhadap stressor berupa klien berkeringat, tremor
lingkungan untuk dan tidak mampu mematuhi
menentukan terjadinya perintah.
gangguan perilaku. 4. Fase keempat
c. Sumber koping Fase ini disebut juga conquering
Sumber koping atau panik yaitu klien lebur dengan
mempengaruhi respon halusinasinya. Pada fase ini pasien
individu dalam berperilaku terror akibat panik,
menanggapo stressor. potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri
Fase halusinasi menurut
atau katakonik, tidak mampu
Kusumawati (2012) melalui empat fase,
merespon terhadap perintah
yaitu :
kompleks dan tidak mampu
1. Fase pertama berespon lebih dari satu orang.
Disebut juga dengan fase
Tanda dan gejala pasien dengan
comforting. Klien mengalami
halusinasi adalah pasien cenderung
stress, cemas, perasaan pepisahan,
menarik diri, sering didapatkan duduk
rasa bersalah, kesepian yang
terpaku dengan pandangan mata pada satu
memucak, dan tidak dapat
arah tertentu, tersenyum atau berbicara
diselesaikan. Pasien tersenyum atau
sendiri, secara tiba-tiba marah atau
tertawa yang tidak sesuai,
menyerang orang lain, gelisah, melakukan
menggerakkan bibir tanpa suara,
Gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.
Pasien yang mengalami halusinasi yang koping yang efektif. Oleh karena itu,
tidak mendapatkan pengobatan maupun psikoedukasi psikofarmaka ini sangatlah
perawatan lebih lanjut dapat menyebabkan penting dilakukan pada pasien, agar pasien
perubahan perilaku seperti lebih agresik, mengetahui efek jika tidak memium obat
bunuh diri, menarik diri dan dapat secara rutin dan efek jika meminum obat
menyebabkan bahaya bagi diri sendiri, secara rutin.
orang lain dan lingkungan sekitar.
Untuk mencegah RPK atau Resiko
GAMBARAN KASUS
Perilaku Kekerasan dapat dilakukan upaya
dengan memberikan pasien terapi. Tn. Arifin (nama samaran) lahir di
Berdasarkan Nation Institute Mental Magelang pada tanggal 27 Mei 1980,saat
Health of United States (2007) terapi yang ini berusia 42 tahun 4 bulan. Tn. Arifin
dapat dilakukan untuk mengurangi (nama samaran) tinggal di
halusinasi pada pasien adalah dengan cara Krombangan,Magelang. Pasien masuk ke
memberikan terapi medis dan juga rumah sakit jiwa Prof. Dr. Soerojo
psikoterapi. Sebagian pasien yang Magelang pada tanggal 07 Oktober 2022
menderita halusinasi mengalami kambuh pada pukul 10.03 WIB. Pasien datang ke
karena tidak patuh untuk meminum obat rumah sakit jiwa diantar oleh ayahnya.
setelah dipulangkan dari rumah sakit, Faktor predisposisi pasien adalah Pasien
sehingga banyak pasien yang Kembali mengatakan mengalami pengalaman tidak
masuk ke rumah sakit karena tidak rutin menyenangkan saat masih kecil, pasien
meminum obat. Oleh karena itu sangat mengatakan saat masih kecil sering
perlu diberikannya psikoedukasi dipukuli oleh temannya. Selain itu pasien
psikofarmaka bagi pasien yang tidak mau juga memiliki Riwayat penyakit
meminum obat secara rutin atau bahkan sebelumnya yaitu skizophrenia paranoid
berhenti meminum obat. yang disebabkan karena kecanduan
meminum obat dengan dosis yang tinggi
Psikoedukasi psikofarmaka adalah
sehingga menyebabkan pasien menjadi
suatu Tindakan yang diberikan kepada
bingung dan berhalusinasi
pasien dan keluarga yang bertujuan untuk
memberikan informasi tentang Alasan pasien dibawa ke rumah sakit jiwa
penggunaan obat berbentuk Pendidikan karena sering marah-marah,tidak mau
Kesehatan, sehingga dapat menambah minum obat,berbicara sendiri,tidak bisa
pengetahuan pasien atau keluarga yang control emosi dan lebih sering menyendiri.
dapat memperkuat koping untuk Selain itu pasien mengatakan sebelum
menghadapi masalah pasien. Psikoedukasi masuk kerumah sakit jiwa pasien sempat
psikofarmaka dapat dilakukan di berbagai kabur dari rumah sehari tidak pulang.
tempat. Dalam melaksanakan psikoedukasi Pasien kabur dari rumah karena
perawat dapat membangun hubungan mendengar bisikan untuk pergi ke kota lain
saling percaya agar dapat melakukan sebelum tangal 07 Oktober 2022. Pasien
pengkajian yang tepat dan memberikan juga mengatakan mendengar ancaman
pengertian terhadap keluarga bagaimana akan di tangkap dan dibunuh jika tidak
psikoedukasi psikofarmaka dapat segera pindah ke kota lain sebelum tanggal
memberikan keuntungan pada mereka, 07 Oktober 2022.
dapat mengatasi dan mencegah terjadinya
gangguan emosional dengan strategi Sejak 3 bulan terakhir pasien tidak
mau minum obat. Pasien mengatakan jika
meminum obat yang diresepkan saat ditanya hanya menjawab dengan jawaban
pulang pasien merasa gemetar,lemas,dan singkat dan nada bicara yang cepat.
tidak ada kekuatan untuk
beraktivitas,sehingga pasien memutuskan
untuk tidak meminum obat yang telah
diresepkan,sejak saat itu pasien lebih
sering marah dan semakin tidak bisa INTERVENSI
mengontrol emosinya. Pasien juga tidak Dalam memberikan intervensi ini
mau bersosialisasi dan bergabung dengan materi yang diberikan adalah berupa
lingkungan sekitar,pasien lebih sering pengertian, manfaat, dan efek samping
menyendiri dengan bermain hp tanpa obat. Psikoedukasi psikofarmaka bertujuan
memperdulikan lingkungan sekitarnya. untuk meningkatkan pengetahuan pasien
Pasien sudah 23 kali masuk ke rumah sakit tentang pemahaman pasien terhadap efek
jiwa. Pasien mengatakan sering mendengar samping obat yang dikonsumsi. Selain
suara-suara saat sedang sendiri. Pasien untuk menambah pengetahuan pasien
sering tertawa sendiri dan lebih mudah tentang efek samping obat,edukasi
tersinggung. psikofarmaka ini juga dapat membuat
Hasil pemeriksaan vital sign pasien pasien agar mau rutin meminum obat.
adalah TD : 153/90mmHg,S : 36,4o ,N : Psikoedukasi psikofarmaka ini tidak hanya
109X/menit, RR : 20X/menit, SPO2 : 97%. diberikan pada pasien,namun juga kepada
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 keluarga pasien. Tujuannya agar tidak
Oktober 2022 pasien sudah mampu hanya pasien saja yang mengetahui
berperilaku baik dan tidak bingung,namun manfaat dari psikoedukasi ini,namun
saat ditanya jawaban pasien masih kurang keluarga juga harus tahu.
jelas karena bicaranya terlalu cepat. Pasien Dalam melakukan psikoedukasi
juga masih sering melamun dan juga psikofarmaka, langkah-langkah yang
menyendiri. Saat pasien ditanya pasien dilakukan pertama kali yaitu dengan
hanya menjawab seperlunya saja dan lebih melakukan pendekatan dengan pasien,
banyak menghiraukan. Pasien banyak melakukan kontrak waktu, menjelaskan
menghabiskan waktu di dalam kamar jika prosedur, menjelaskan peraturan dalam
setelah kegiatan, saat tidak ditanya atau kegiatan, dan meyakinkan pasien agar
tidak diajak berbicara pasien hanya diam dapat ikut dalam psikoedukasi, selanjutnya
dan termenung dengan tatapan kosong. bisa memulai diskusi dapat diawali dengan
Saat dilakukan pengkajian Kembali pada menanyakan perasaan pasien saat itu,
tanggal 18 Oktober 2022 setelah kegiatan setelah itu dapat melakukan perkenalan
rehabilitas, pasien langsung masuk kamar atau menanyakan kepada pasien apakah
dan tidak ikut bergabung dengan teman masih ingat dengan nama perawat atau
yang lain. Pasien keluar dari kamar saat tidak, sebelum dimulai menjelaskan materi
jam makan siang, setelah kegiatan makan dapat juga menawarkan pada pasien
siang selesai pasien hanya duduk diam dan adakah yang ingin ke kamar mandi terlebih
melamun Kembali, saat dicoba untuk dahulu. Selanjutnya perawat dapat
melakukan kegiatan untuk bermain gitar mempersilahkan pasien untuk
pasien tidak menolak, namun saat menceritakan bagaimana kepatuhannya
melakukan kegiatan bermain gitar pasien dalam meminum obat. Setelah pasien
masih terlihat tidak banyak bicara dan saat menceritakan kepatuhannya dalam
meminum obat,perawat bisa memulai
menjelaskan tentang materi psikoedukasi Dalam memberikan obat ada
psikofarmaka kepada pasien. banyak cara atau rute, obat yang
diberikan dapat melalui sejumlah
Obat psikofarmaka adalah obat
rute yang berbeda. Perawat harus
yang bekerja pada Susunan Saraf Pusat
berhati-hati agar tidak terjadi
(SSP) dan mempunyai efek utama terhadat
kesalahan.
aktivitas mental dan perilaku (mind and
5. Benar waktu
behavior alteringdrugs), digunakan untuk
Dalam memberikan obat, ketepatan
terapi gangguan psikiatrik
waktu sangatlah penting, khususna
(psychotherapeutic medication).
bagi obat yang efektivitasnya
Pengertian obat sendiri adalah zat yang
tergantung untuk mencapai atau
digunakan untuk mencegah, meringankan
mempertahankan darah yang
dan menyembuhkan penyakit. Kepatuhan
memadai, ada beberapa obat yang
individu dalam mengkonsumsi obat adalah
diminum sesudah atau sebelum
dengan sejauh mana upaya pasien dan
makan, ada juga dalam pemberian
perilaku pasien yang menunjukkan
antibiotic tidak boleh diberikan
kesesuaian dengan anjuran minum obat
bersamaan dengan susu, karena
secara teratur. Penyebab pasien yang tidak
susu dapat mengikat Sebagian
patuh dalam mengkonsumsi obat biasanya
besar kandungan obat tersebut
disebabkan oleh pasien yang merasa bosan
sebelum diserap oleh tubuh.
dengan minum obat, efek yang di
timbulkan setelah minum obat, dan tidak Obat yang diberikan dan
nyaman atau tidak suka dengan jenis obat dikonsumsi oleh pasien adalah sebagai
yang diberikan. Manfaat dari berikut :
mengkonsumsi obat secara rutin adalah
a. Injeksi lodomer 1A 1ml
dapat meningkatkan efektivitas dari obat
Lodomer merupakan obat yang
dalam menghilangkan gejala kambuh atau
termasuk ke dalam obat golongan
kumat.
keras. Lodomer digunakan untuk
Dalam mengkonsumsi obat ada 5 mengatasi gejala psikosis pada
langkah atau 5 prinsip benar,yaitu seperti gangguan mental.
berikut : b. Diazepam 1A 1ml
Diazepam adalah obat untuk
1. Benar pasien
mengatasi gangguan kecemasan,
Sebelum memberikan obat kepada
meredakan kejang, kaku otot, atau
pasien,cek ulang Kembali identitas
sebagai obat penenang sebelum
pasien.
operasi, selain itu diazepam juga
2. Benar obat
bisa digunakan dalam pengobatan
Sebelum memberikan obat kepada
gejala putus alcohol.
pasien, label pada botol obat atau
c. Clozapine 50mg
kemasan harus di periksa Kembali,
Clozapine adalah obat untuk
minimal 3 kali.
meredakan gejala skizofrenia.
3. Benar dosis
Clozapine merupakan antipsikotik
Sebelum memberikan obat pada
yang akan menyeimbangkan zat
pasien perawat harus memeriksa
alami kimia otak dengan cara
dosis obat dengan hati-hati dan
memblokir reseptor, termasuk
teliti.
reseptor dopamine, histamin dan
4. Benar cara atau rute
serotonin yang ada di otak. Obat ini PEMBAHASAN
biasanya digunakan untuk
Halusinasi adalah salah satu gejala
menangani gejala psikosis pada
gangguan jiwa dimana klien mengalami
pasien dengan sindrom Parkinson.
perubahan sensori persepsi seperti
d. Trihexyphenidyl (THP) 2mg
merasakan sensori palsu berupa suara,
THP atau Trihexyphenidyl adalah
penglihatan, pengecapan, perabaan sensori
obat untuk mengatasi gejala
tentang suatu objek atau gambaran dan
penyakit Parkinson dan gejala
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
ekstrapiramidal akibat penggunaan
rangsangan dari luar yang dapat meliputi
obat antipsikotik tertentu.
semua system penginderaan. Menurut
Yosep (2010) halusinasi pendengaran atau
akustik adalah kesalahan dalam
e. Asam folat
mempersepsikan suara yang didengar
Asam folat atau folic acid adalah
klien,suara bisa menyenangkan, ancaman,
salah satu jenis vitamin B yang
membunuh dan merusak. Dari beberapa
membantu tubuh memproduksi dan
jenis halusinasi, halusinasi dengar
mempertahankan sel-sel baru.
merupakan fenomena yang mayoritas
Setelah melakukan psikoedukasi tanyakan jumpai pada skizofrenia. Pada pasien Tn.
Kembali pada pasien apakah paham denga Arifin (nama samaran) mengalami
napa yang sudah kita jelaskan saat halusinasi pendengaran.
menjabarkan materi. Setelah itu lakukan
Menurut (Stuart, 2009) proses
evaluasi pada pasien dengan mengajukan
terjadinya halusinasi dapat dilihat dari
pertanyaan-pertanyaan mudah pada pasien.
faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Setelah dilakukan evaluasi pasien Faktor predisposisi pasien, pasien pernah
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan mengalami kekerasaan saat masih kecil
oleh perawat. Setelah mengikuti karena sering dipukuli oleh temannya, hal
psikoedukasi psikofarmaka pengetahuan ini menjadikan ketakutan dan trauma
pasien tentang penggunaan obat dan efek tersendiri bagi pasien. Selain itu pasien
setelah minum obat secara rutin juga memiliki Riwayat penyakit
bertambah. sebelumnya yaitu skizophrenia paranoid
yang disebabkan karena kecanduan
Setelah dilakukan psikoedukasi
meminum obat dengan dosis yang tinggi
psikofarmaka saat dilakukan pengkajian
sehingga menyebabkan pasien menjadi
pada tanggal 19-20 Oktober 2022 pasien
bingung dan berhalusinasi. Tn. Arifin
sudah mulai berinteraksi dengan yang lain.
(nama samaran) mengalami halusinasi jika
Pasien juga sudah mulai terbuka mau
pasien akan ditangkap dan dibunuh jika
bercerita dengan perawat dan ikut berbaur
tidak segera pindah keluar kota,jika pasien
dengan yang lain. Pasien sudah mulai
tidak menuruti apa yang didengar maka
jarang melamun dan menyendiri. Saat
pasien akan dipukuli sampai mati. Menurut
diajak bercerita pasien dapat merespon
Stuart dan Sudeen faktor presipitasi
dengan baik dan sudah mulai tidak
meliputi biologis,stress lingkungan dan
mendengar suara-suara.
sumber koping (Prabowo, 2014).
Halusinasi dapat berupa perintah atau
ancaman sehingga dapat menimbulkan
ketakutan dan kecemasan, pasien Tn.
Arifin (nama samaran) mengalami diajak bercerita pasien dapat merespon
halusinasi dengan faktor presipitasi yaitu dengan baik dan sudah mulai tidak
putus obat selama 3 bulan yang mendengar suara-suara.
mengakibatkan pasien kehilangan kontrol
dan merasakan cemas dan takut yang
berlebihan.
Tanda dan gejala pasien dengan
halusinasi adalah pasien cenderung
menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu
arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau SIMPULAN DAN SARAN
menyerang orang lain, gelisah, melakukan Simpulan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.
Pada pasien Tn. Arifin (nama samaran) Setelah dilakukan psikoedukasi
saat dilakukan observasi pasien nampak psikofarmaka pada pasien, saat diberikan
lebih sering menyendiri dan melamun terapi obat pasien tidak menolak, karena
dengan pandangan kosong menatap perbedaan tingkat pengetahuan sebelum
kedepan ataupun kebawah. Saat diajak diberikan psikoedukasi. Sebelum diberikan
berbicara pasien banyak bercerita dan terapi psikoedukasi pasien malas untuk
pasien menyampaikan bahwa mudah mengkonsumsi obat karena belum tau
jengkel dan marah. Dari nada bicara pasien fungsi dari obat tersebut dan efek yang
terdengar tinggi dan keras. ditimbulkan. Namun stelah diberikannya
psikoedukasi pasien nampak tidak
Psikoedukasi psikofarmaka adalah menolak untuk meminum obat dan mulai
suatu Tindakan yang diberikan kepada patuh untuk meminum obat secara rutin.
pasien dan keluarga yang bertujuan untuk
memberikan informasi tentang
penggunaan obat berbentuk Pendidikan
Kesehatan, sehingga dapat menambah
pengetahuan pasien atau keluarga yang Saran
dapat memperkuat koping untuk Sebagai observer sebaiknya tenaga
menghadapi masalah pasien. Saat Kesehatan lebih sering untuk melakukan
dilakukan psikoedukasi psikofarmaka di Pendidikan Kesehatan tentang
bangsal Drupada pada tanggal 17 Oktober psikoedukasi psikofarmaka. Dengan
2022 dengan hasil Tn. Arifin (nama memberikan edukasi tentang pentingnya
samaran) dapat menerima materi dengan untuk meminum obat secara rutin dan
baik,saat ditanya pasien dapat menjawab menjelaskan tentang efek yag ditimbulkan
pertanyaan dengan benar dan perlahan setelah meminum obat dan tidak meminum
dapat menurut tentang kepatuhan dalam obat, maka akan mengurangi resiko pasien
meminum obat. mengalami kekambuhan.
Saat dilakukam pengkajian lanjut DAFTAR PUSTAKA
pasien juga sudah mulai terbuka mau
bercerita dengan perawat dan ikut berbaur Siti Zahnia, Dyah Wulan Sumekar.
dengan yang lain. Pasien sudah mulai “Kajian Epidemiologis Skizofrenia” Jurnal
jarang melamun dan menyendiri. Saat ilmiah 5, no.04 (2016).
Sani Ibrahim, Ayub. 2002. Skizofrenia.
Jakarta : Dian Ariesta
Simanjuntak, Y.P. 2008. Faktor terjadinya
relaps pada pasien skizofrenia paranoid
(Tesis) Diakses 5 Mei 2011 diperoleh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/6360/3/08E00835.pdf
Alwisol. 2007. Psikologi kepribadian.
Malang: UMM Press

Azizah, Lilik Ma’rifatul,


2011, Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik
Klinik, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Keliat, Anna, Budi dkk. 2011. Manajemen


Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.

Prabowo, Eko. 2014. Asuhan Keperawatan


Jiwa. Semarang: Universitas Diponegoro

Prabowo, Eko. 2017. Asuhan


Keperawatan Jiwa. Semarang: Universitas
Diponegoro

Rabba, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan


Pada Pasien dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta.

A. Azis Alimul Hidayat, S.Kp. Musrifal


Uliyah, S.Kep. 2004. Kebutuhan Dasar
Manusia. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai