Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

N DI
RUANG GELATIK DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI DENGAN METODE TERAPI
PSIKORELIGIUS DZIKIR DI RUMAH
SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Oleh

KELOMPOK 3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL JEMBER
2021
Menurut Keliat dalam Zelika (2015), halusinasi adalah salah satu gejala

01 gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa.


Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata. Menurut Sheila
L Vidheak dalam Darmaja (2014), halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan.

Menurut Surya dalam Pambayung (2015), halusinasi adalah hilangnya


02 kemampuan lansia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenernya

PENGERTIAN
HALUSINASI
tidak terjadi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan


03 halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien
mempersepsikan sesuatu melalui panca indra tanpa ada stimulus
eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.

0
RENTANG RESPON
NEUROBIOLOGIS MENURUT
STUART AND SUNDEEN (1998)
RESPON RESPON RESPON
ADAPTIF PSIKOSOSIAL MALADAPTIF

1. Pikiran logis adalah pandangan 1. Proses piker terganggu adalah proses 1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara
yang mengarah pada kenyataan pikir yang menimbulkan gangguan. kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
2. Persepsi akurat adalah pandangan 2. Ilusi adalah misalnya interprestasi oleh orang lain dan bertentangan dengan
yang tepat pada kenyataan atau penilaian yang salah tentang kenyataan sosial.
3. Emosi konsisten dengan penerapan yang benar-benar terjadi 2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang
pengalaman yaitu perasaan yang (objek nyata) karena rangsangan salah atau persepsi eksternal yang tidak realita
timbul dari pengalaman ahli panca indra. atau tidak ada.
4. Perilaku sosial adalah sikap dan 3. Emosi berlebih atau berkurang. 3. Proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
tingkah laku yang masih dalam 4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan timbul dari hati.
batas kewajaran. tingkah laku yang melebihi batas 4. Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu
5. Hubungan sosial adalah proses kewajaran. yang tidak teratur.
suatu interaksi dengan orang lain 5. Menarik diri adalah percobaan untuk 5. Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang
dan lingkungan menghindari interaksi dengan orang dialami oleh individu dan diterima sebagai
lain. ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Risiko perilaku kekerasan Effect

Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Cor Problem

MASALAH
POHON

Isolasi sosial: Menarik diri Causa


TERAPI DZIKIR

Kegiatan terapi religius zikir, dapat menurunkan gejala psikiatrik,


Riset yaang lain menyebutkan bahwa menurunnya kunjungan ke tempat
ibadah, meningkatkan jumlah bunuh diri di USA ,Kesimpulan dari
berbagpenyakit kejiwaan, mengurangi penderitaan, meningkatkan proses

TERAPI
DZIKIR
adaptasi mengontrol suara-suara yang tidak ada wujudnya seperti

halusinasi pendengaran. (Mahoney et.all, 1985 dalam Yosep, 2007).


MEKANISME
TERAPI DZIKIR

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang


jumlah anggotanya berkisar 5-12 orang. Lama sesi untuk terapi religius
zikir pada saat penelitian adalah 10 menit, sehingga waktu yang

MEKANISME
diperlukan untuk satu kali terapi religius zikir adalah 30 menit. Waktu

TERAPI
yang optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah, dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart
& Laraia, dalam Keliat, 2005, hlm. 4). Pada masing-masing kelompok
diberikan 3 sesi terapi religius zikir, setelah dilakukan terapi religius zikir
dan diobservasi kembali didapatkan hasil peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi.
Terdapat 3 sesi yang menjadikan pasien halusinasi :
1. Mampu melafalkan bacaan zikirnya
2. Mampu lebih nyaman untuk berzikir saat halusinasinya muncul
3. Mampu menyampaikan perasaanya setelah berzikir.
TINJAUAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.N
Umur : 61 Tahun

TINJAUAN
Alamat : Gersik

KASUS
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Jenis Kelamin : Laki-laki
No CM : 00 XX XX
LANJUTAN..

ALASAN MASUK
Data Primer :
Pasien mengatakan seperti mendengar suara-suara musik dengan

TINJAUAN
menutup telinganya, pasien mondar mandir, bingung

KASUS
Data Sekunder :
Menurut keluarga klien alasan keluarga membawa klien ke Rumah sakit
jiwa menur karena pada saat dirumah klien marah-marah, ngomong-
ngomong sendiri, tidak bisa tidur dan membawa senjata tajam dan
mondar-mandir sudah 1 minggu yang lalu.

Keluhan utama saat pengkajian :


Pasien mengatakan mendengar suara musik
ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 DS : Gangguan sensori persepsi: halusinasi
• Pasien mengatakan sering mendengar
suara-suara atau bisikan.

KEPERAWATA
• Pasien mengatakan suara itu adalah

DIAGNOSA
suara orang-orang yang tidak suka
dengannya.
• Pasien juga mengatakan suara-suara
itu membuat dirinya kesal tapi dia
berusaha membiarkan atau
mengabaikan suara-suara
DO :
• Pasien terlihat bicara sendiri
• Pasien tampak bingung
PEMBAHASAN
JURNAL P I C O
(PROBLEM) (INTERVENTION) (COMPARE) (OUTCOME)

Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pasien yang mengalami Intervensi : Fase comforting yaitu fase 1. Terapi religius efektif untuk
Pada Pasien Halusinasi Pendengaran halusinasi disebabkan karena Responden melakukan dzikir menyenangkan. Klien meningkatkan kemampuan
  ketidakmampuan pasien dalam dengan mengucapkan lafal mengalami stres, cemas, mengontrol halusinasi
Author : menghadapi stressor dan sebagai berikut: Subhanallah, perasaan perpisahan, rasa pendengaran. Dengan berdzikir
Deden Dermawan kurangnya kemampuan dalam Alhamdulilah, Allahuakbar, bersalah, kesepian yang hati seseorang akan lebih
  mengontrol halusinasi. Lailahaillallah, memuncak, dan tidak dapat tentram, kegiatan terapi religius
Tahun : 2017   bismilahirohmanirohim. diselesaikan. dzikir dapat menurunkan gejala
  Dengan dilakukannya dzikir Waktu dzikir yang dianjurkan :   psikiatrik.
Tujuan : diharapkan halusinasi Waktu shubuh adalah waktu Klien tersenyum atau tertawa 2. Religius mampu mencegah dan
Penelitian ini untuk mengetahui pendengaran yang dialami yang mulia untuk urusan yang tidak sesuai, melindungi dari penyakit

PEMBAHASAN
pengaruh Dzikir untuk mengatasi responden akan teratasi dengan riski, waktu pagi sampai menggerakkan bibir tanpa kejiwaan,
pasien yang tujuan: frekuensi berkurang, dhuhur adalah waktu yang suara, pergerakan mata mengurangipenderitaan,
halusinasi pendengaran. durasi berkurang, gejala baik untuk berkah rizki, cepat, respons verbal yang meningkatkan proses adaptasi
  halusinasi berkurang. waktu maghrib baik dilakukan lambat jika sedang asyik mengontrol suara-suara yang
Metode :   dzikir pada waktu keheningan dengan halusinasinnya dan tidak ada wujudnya seperti
Deskriptif kualitatif dengan Dzikir adalah menjaga dalam malam. suka menyendiri. Pada fase halusinasi pendengaran.
menggunakan pendekatan proses ingatan agar selalu ingat kepada Durasi yang dibutuhkan : condemming atau ansietas
keperawatan (nursing process) Allah ta’ala. Dzikir dapat Menurut penelitian Deden berat yaitu halusinasi menjadi
  menyehatkan tubuh: hidup melakukan implementasi di menjijikkan.
Sampel penelitian : orang shaleh lebih ceria, RuangArjuna sebanyak 3-8  
Berjumlah 10 responden. tenang, dan seolah-olah tanpa pertemuan.   Pengalaman sensori
  masalah, karena setiap masalah Lama dzikir : menakutkan, kecemasan
Hasil : disikapi dengan konsep takwa. Waktu yang diperlukan untuk meningkat, melamun, dan
Penelitianmenunjukan bahwa 5 dari Fungsi dari dzikir antara lain satu kali terapi religius zikir berpikir sendiri jadi dominan.
8 responden mengatakan halusinasi dapat mensucikan hati dan adalah 30 menit. Waktu yang Mulai dirasakan ada bisikan
berkurang setelah melakukan dzikir, jiwa: berdzikir dapat optimal untuk satu sesi adalah yang tidak jelas.
dan 3 dari 8 responden mengatakan mengingatkan kita kepada Allah 20-40 menit bagi fungsi
masih mendengar halusinasi setelah dan hanya kepada-Nya kita kelompok yang rendah, dan
melakukan dzikir. meminta pertolongan. 60-120 menit bagi fungsi
kelompok yang tinggi
PEMBAHASAN

Terapi psikoreligius Dzikir menurut bahasa berasal dari kata ”dzakar” yang berarti ingat. Dzikir juga di artikan
“menjaga dalam ingatan”. Jika berdzikir kepada Allah artinya menjaga ingatan agar selalu ingat kepada Allah ta’ala.
Dzikir menurut syara adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan Al-Qur’an dan hadits dengan
tujuan mensucikan hati dan mengagungkan Allah. Menurut Ibn Abbas ra. Dzikir adalah konsep, wadah, sarana, agar
manusia tetap terbiasa dzikir (ingat) kepada-Nya ketika berada diluar shalat. Tujuan dari dzikir adalah mengagungkan Allah,
mensucikan hati dan jiwa, mengagungkan Allah selaku hamba yang bersyukur, dzikir dapat menyehatkan tubuh, dapat

PEMBAHASAN
mengobati penyakit dengan metode Ruqyah, mencegah manusia dari bahaya nafsu (Fatihuddin, 2010).
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Kim et all (2012) batasan karakteristik dari gangguan persepsi
sensori: auditori adalah halusinasi, marah, ketakutan, kurang konsentrasi, perubahan pola komunikasi, kegelisahan,
respon emosional yang berlebih, perubahan alam perasaan yang cepat. Dengan dilakukannya dzikir diharapkan halusinasi
pendengaran yang dialami responden akan teratasi dengan tujuan: frekuensi berkurang, durasi berkurang, gejala halusinasi
berkurang. Seperti pendapat Fatihuddin (2010) Dzikir adalah menjaga dalam ingatan agar selalu ingat kepada Allah ta’ala.
Dzikir dapat menyehatkan tubuh: hidup orang shaleh lebih ceria, tenang, dan seolah-olah tanpa masalah, karena setiap
masalah disikapi dengan konsep takwa. Fungsi dari dzikir antara lain dapat mensucikan hati dan jiwa : berdzikir dapat
mengingatkan kita kepada Allah dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan. Karena segala bentuk masalah adalah
dari-Nya, dan dengan berdzikir dapat mengingatkan kita agar selalu berfikir positif. Dzikir dapat menyehatkan tubuh :
orang-orang yang kurang dzikir, atau konsep hidupya kurang dikembalikan kepada Allah, hidupnya kelihatan super sibuk,
tidak ada jeda menikmati hidup, karena prosesi hidupnya dikejar-kejar oleh bayangan material. Dzikir dapat mencegah
manusia dari bahaya nafsu: dzikir bertugas sebagai pengendali nafsu, membedakan yang baik dan buruk.
IMPLIKASI
KEPERAWATAN

Terapi religius yang dilakukan dengan tepat dapat berdampak pada peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran. Kemampuan mengontrol merupakan
tindakan keperawatan yang sangat bermanfaat untuk pasien halusinasi karena untuk
membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi. Intervensi yang dilakukan 1 kali

KEPERAWATAN
dalam sehari selama 4 hari. Intervensi yang di berikan adalah terapi zikir juga dapat

IMPLIKASI
diterapkan pada pasien halusinasi. Rekomendasi dari penelitian ini, agar perawat dapat
menambahkan terapi religius zikir sebagai intervensi dalam tindakan keperawatan
mengontrol halusinasi pendengaran. Pada penelitian ini masih banyak kekurangan
dalam pengambilan data, maka pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti
menambahkan variabel bebas lainnya, misalnya dengan menambahkan terapi sholat.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau referensi bagi peneliti berikutnya yang
akan dilakukan.
PENUTUP

KESIMPULAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori perepsi. Dimana pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan
tanpa stimulus yang nyata. Hal ini dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan
kejiwaan. Untuk itu dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya peneliti mampu
melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal secara efektif, komunikatif dan
terapeutik. Sehingga dapat terjalin hubungan saling percaya antara perawatn dengan

PENUTUP
pasien. Terbangun thrust yang baik yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi
dan melaksanakan implementasi pada pasien dengan gangguan jiiwa khususnya pasien
dengan halusinasi.
 
SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut :
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada psien dengan
halusinasi, sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk tidak mengesampingkan
suppor system atau dukungan keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti
keadaan dan permasalahan pasien
Tenaga kesehatan melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus sehingga
terbangun thrust yang baik dari pasien kepada tenaga kesehatan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai