Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

T DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI:HALUSINASI PENDENGARAN
DI RSJ PROF. DR. MUHAMMAD ILDREM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
HEMMIA FLORENTA BR TARIGAN ( 220202029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada peneliti dan atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn.T dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan”. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini
peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu :

1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Jek Amidos Pardede M.Kep, Sp.Kep J selaku Koordinator Pendidikan Profesi
Ners dan Koordinator Stase Keperawatan Jiwa serta Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Jiwa.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

Medan, 26 Januari 2023


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai
area fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, merasakan, dan
mengekspresikan emosi, serta gangguan otak yang ditandai dengan pikiran yang
tidak teratur, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh. Skizofrenia adalah penyakit yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk: berpikir, berkomunikasi,
menerima, menafsirkan realitas, merasakan, dan menunjukkan emosi (Wulandari &
Pardede, 2020).

Skizofrenia merupakan kondisi psikotik yang berpengaruh terhadap area fungsi


individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan kenyatan,
merasakan dan menunjukkan emosi serta penyakit kronis yang ditandai dengan
pikiran kacau, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh. Halusinasi merupakan distorsi
persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologist maladaptive, penderita
sebenarnya mengalami distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya.
Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kekambuhan penderita skizofrenia
dengan halusinasi meliputi ekspresi emosi keluarga yang tinggi, pengetahuan
keluarga yang kurang, ketersediaan pelayanan kesehatan, penghasilan keluarga dan
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia (Pardede, 2020).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, prevalensi


skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Artinya, dari
1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah
tangga (ART) pengidap skizofrenia/psikosis. Secara umum, hasil riset riskesdas
tahun 2018 juga menyebutkan sebanyak 84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di
Indonesia telah berobat. Namun, yang meminum obat tidak rutin lebih rendah
sedikit daripada yang meminum obat secara rutin. Tercatat sebanyak 48,9%
penderita psikosis tidak meminum obat secara rutin dan 51,1% meminum secara
rutin. Sebanyak 36,1% penderita yang tidak rutin minum obat dalam satu bulan
terakhir beralasan merasa sudah sehat. Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat
dan 23,6% tidak mampu membeli obat secara rutin (Riskesdas, 2018).

Tanda dan gejala yang timbul akibat skizofrenia berupa gejala positif dan negative.
Gejala positif pada penderita skizofrenia antara lain timbulnya delusi/waham,
halusinasi, gaduh gelisah, agresif, kekacauan alam pikiran. Gejala negatif meliputi
sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar, berkurangnya motivasi,
berkurangnya atensi, pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tidak
nyaman (Makhruzah, 2021).

Halusinasi adalah sebagai pengalaman yang salah atau persepsi yang salah atau
respon yang salah terhadap stimulasi sensorik. Suatu penyimpangan persepsi palsu
yang terjadi pada respon neurologis maladatif. Seseorang sebenarnya mengalami
penyimpangan sensorik sebagai hal yang nyata dan meresponya. Halusinasi dapat
muncul dari salah satu panca indra. Respon terhadap halusinasi dapat mendengar
suara, curiga, khawatir, tidak mampu mengambil keputusan, tidak dapat
membedakan nyata dan tidak nyata. Pasien halusinasi disebabkan karena faktor pola
asuh, perkembangan, neurobiology, psikologis sehingga menimbulkan gejala
halusinasi. Seseorang yang mengalami halusinasi bicara sendiri, senyum sendiri,
tertawa sendiri, menarik diri dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata dan
tidak nyata (Fitri, 2019).

Hasil survey awal yang dilakukan diruang rawat inap Bukit Barisan di RSJ Prof, Dr,
M.Ildrem, terdapat 20 orang pasien yang mengalami skizofrenia dengan masalah
gangguan presepsi sensori : Halusinasi. Sehingga penulis tertarik untuk memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah halusinasi penglihatan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana memberikan asuhan keperawatan jiwa Pada Tn.T dengan Gangguan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Medan.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn.T dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn.T dengan gangguan
presepsi sensori : halusinasi pendengaran
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan pada
Tn.T dengan gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
c. Mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada Tn.T
dengan gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada Tn.T
dengan gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan
asuhan keperawatan pada Tn.T dengan gangguan presepsi sensori :
halusinasi pendengaran
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn.T
dengan gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Halusinasi
2.1.1 Pengertian
Menurut Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan. Halusinasi
pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya
10% adalah halusinasi penciuman, pengecapan dan perabaan.

Menurut Pardede (2020) Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang


terjadi pada respon neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya
mengalami distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya.

Menurut Dian dkk (2020) Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
persepsi sensori yang dialami oleh penderita gangguan jiwa.

Dapat kami simpulkan bahwa, halusinasi adalah gangguan persepsi sensori


yang terjadi pada seseorang di karenakan adanya distorsi persepsi palsu
sehingga dapat menimbulkan gangguan kejiwaan bagi penderita.

2.1.2 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai
berikut (Nurhalimah, 2016):
a. Data Subyektif:
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

2.1.3 Proses Terjadi Halusinasi


Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress
adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi
(Nurhalimah, 2016) :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari :
1) Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
(NAPZA).
2) Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.
Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta
kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan Sebahagian besar pasien halusinasi
berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien
memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan
anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang
rendah serta pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.

b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau
adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan
atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan
pasien serta konflik antar masyarakat.

2.1.4 Rentang Respon Neurobiologis


Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya
akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada. Rentang respon tersebut dapat digambarkan seperti
dibawah ini (Muhith, 2015 ) :
Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi 1. Gangguan pikir/delusi


2. Persepsi akurat pikiran ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten dengan 2. Reaksi 3. Sulit merespon emosi
pengalaman emosi 4. Perilaku disorganisasi
4. Perilaku sesuai berlebihan 5. Isolasi sosial
5. Berhubungan sosial 3. Perilaku
aneh atau
tidak biasa
4. Menarik diri
2.1.5 Tahapan Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
(Nurhalimah, 2016):
a. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien
sedang. Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditAndai dengan adanya perasaan
bersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini
pasien mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas.
Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat
dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
1) Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Respon verbal yang lambat
4) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.

b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas


tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat
menjijikkan dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai
merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya
dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman
sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
1) Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan
timbulnya ansietas
2) seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
3) Kemampuan kosentrasi menyemspit.
4) Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk
5) membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku
pasien, pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori
menjadi menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah
untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir
( Psikotik .
Perilaku yang teramati:
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada
2) menolak.
3) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
4) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari
ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan
mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan
tingkat ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
1) Perilaku menyerang - teror seperti panik.
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
3) Amuk, agitasi dan menarik diri.
4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
2.1.6 Jenis Halusinasi
Jenis halusinasi Data Obyektif Data Subyektif
Halusinasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-
Pendengaran sendiri suara atau kegaduhan.
2. Marah-marah tanpa 2. Mendengar suara
sebab yang mengajak
3. Menyedengkan telinga bercakap-cakap
ke arah tertentu 3. Mendengar suara
4. Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi 1. Menunjuk-nunjuk ke 1. Melihat bayangan,
Penglihatan arah tertentu sinar,
2. Ketakutan pada sesuatu 2. bentuk geometris,
yang tidak jelas. bentuk
3. kartoon, melihat
hantu atau monster.
Halusinasi 1. Mengisap-isap seperti 1. Membaui bau-bauan
Penghidu sedang membaui bau- seperti bau darah,
bauan tertentu. urin, feses, kadang-
2. Menutup hidung. kadang bau itu
menyenangkan.

Halusinasi 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa


Pengecapan 2. Muntah seperti darah, urin
atau feses
Halusinasi 1. Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada
Perabaan permukaan serangga di
2. kulit 2. permukaan kulit
3. Merasa seperti
tersengat
4. listrik
2.1.7 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai
berikut :
a. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

2.2 Konsep Asuhan Keperawataan Jiwa


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah proses pertama dalam proses keperawatan. Tahap
pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang
digunakan untuk menentukan status kesehatan juga fungsional kerja serta
respons pasien pada saat ini dan sebelumnya. Tujuan dari pengkajian
keperawatan yaitu untuk menyusun databes atau data dasar mengenai
kebutuhan, masalah kesehatan dan juga respons pasien terhadap masalah
(Sutejo 2017).
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal
pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
(Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa (Fadillah, 2021).
c. Trauma, biasanya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan (Siregar, S.
L., 2022).
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan
perawatan (Amelia, dkk., 2013).
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya,
penolakan dari lingkungan (Sahputra, A., 2021).
4. Fisik Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.

c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)

d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan


ketus).
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupun keluarga pada saat
pengkajian (Pangaribuan, 2022).
b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut
(Winranto, 2022).
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal (Novia, 2022).
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau
klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan
keluarga maupun diluar lingkungan keluarga (Ginting, 2022).
e. Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peran atau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan
merasa tidak berguna (Muhith, 2015).
f. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi
dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat (Rahmawati, 2017).
6. Hubungan sosial (Effendy, 2021).
a. Orang yang berarti tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat (Rahmawati, 2017)..
7. Spiritual (Effendy, 2021).
a. Nilai dan keyakinan
b. Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
c. Kegiatan ibadah
d. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental (Effendy, 2021).
a. Penampilan
Biasanya penampilan klien kotor.
b. Pembicaraan
Biasanya pada klien halusinasi pada saat dilakukan pengkajian bicara
lambat, apatis, dan membisu.
c. Aktivitas Motorik
Biasanya aktivitas motoric klien dengan halusinasi akan terlihat lesu,
gelisah, gerakan otot muka berubah- ubah.
d. Alam Perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan gembira berlebihan
e. Efek
Biasanya afek klien tumpul, labil dan tidak kemampuan ekspresi
emosi yang tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton
dan bahasa tubuh yang sangat kurang (Effendy, 2021).
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan halusinasi akan terlihat tidak kooperatif, tidak
mau menatap lawan bicara dan mudah tersinggung (Dwi, 2020).
g. Persepsi
Biasanya klien dengan halusinasi memiliki presepsi mendengar
bisikan dan melihat benda tidak nyata (Devi, 2020).
h. Isi pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
i. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
j. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
k. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan
l. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang (Effendy, 2021).
a) Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b) BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c) Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor,
dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d) Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien
tidak mengenakan alas kaki
e) Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur. Seperti:
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur.
f) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g) Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli
tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya
tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat
rumah tangga.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN :
Inisial : Tn.R
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 39 Tahun
Status : Menikah
Tanggal pengkajian : 17 Januari 2023
Informan : Status Pasien dan komunikasi dengan pasien

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT :


Klien suka marah-marah, sering mendengar suara-suara di telinga
menyuruhnya untuk tidak percaya dengan orang lain, mondar mandir, susah
tidur dan sulit di arahkan.

III. FAKTOR PREDISPOSISI :


Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan jiwa tetapi pernah
dirawat di Rehabilitasi Napza dan pulang ke rumah dalam keadaan tenang,
dirumah klien tidak rutin minum obat secara teratur. Keluarga klien tidak ada
yang mengalami riwayat gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Regimen teraupetik inefektif

IV. FISIK
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 110/90 mmHg ; N : 80x/i ; S :36oC; P : 22x/i.
Klien memiliki tinggi badan 169 cm dan berat badan 60 Kg.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Ket :

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien

: Garis Keturunan

: Meninggal

: Bercerai

2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Klien mengatakan menyukai seluruh
tubuhnya
b Identitas : Klien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara,
. klien sudah menikah dan memiliki 2 anak 1
anak laki-laki dan 1 anak perempuan, klien
diceraikan istrinya karena memakai narkoba
sehingga klien mengalami gangguan jiwa.
c. Peran : Klien berperan sebagai ayah
d Ideal diri : Klien ingin cepat pulang dan cepat sembuh
.
e. Harga diri : Klien mengatakan malu dan merasa rendah
diri dengan kondisinya penyakitnya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Orang yang berarti bagi klien adalah anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien jarang mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat. Pada saat di
RSJ, klien mengikuti kegiatan seperti senam dan aktivitas kelompok,
klien hanya melakukan kegiatan membersihkan tempat tidur dan
mencuci piring
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien suka
menyendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

VI. SPIRITUAL
a. Nilai dan Keyakinan : Klien menganut agama islam
b. Kegiatan ibadah : Semenjak sakit tidak pernah beribadah
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah

VII. STATUS MENTAL


1) Penampilan
 Klien tampak tidak rapi, belum mandi dan kurang bersih
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2) Pembicaraan
 Klien berbicara cepat
3) Aktivitas motorik
 Klien mampu melakukan aktivitas fisik

4) Suasana perasaan
 Klien merasa sedih karena di rawat di RSJ dan merasa bahwa dirinya
tidak berguna karena anaknya dibawa oleh istrinya

5) Afek
 Ekspresi klien sesuai dengan stimulus yang ada.

6) Interaksi selama wawancara


 Klien kooperatif saat wawancara

7) Persepsi
 Berdasarkan wawancara pada klien, klien mengatakan saat dirumah
klien mendengar suara bisikan untuk tidak percaya dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Gangguan presepsi sensori : Halusinasi
8) Proses Pikir
 Pembicaraan klien sesuai dengan topik pembicaraan
9) Isi pikiran
 Tidak ada gangguan isi pikir
10) Tingkat kesadaran
 Klien tidak mengalami gangguan diorientasi dalam mengenali waktu,
orang dan tempat.
11) Memori
 Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru
terjadi.
12) Tingkat konsentrasi berhitung
 Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa
bantuan orang lain.
13) Kemampuan penilaian
 Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk (mampu
melakukan penilaian).
14) Daya tilik diri
 Klien mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit
Jiwa.

VIII. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping klien adaptif, klien dapat berbicara dan berinteraksi serta
kooperatif.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Pasien tidak ikut kegiatan apapun dilingkungannya, pasien lebih sering
menyendiri dikamar. Namun pasien selalu berkegiatan di RSJ, seperti
menyapu dan membersihkan tempat tidurnya.

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien tidak paham dengan kondisi penyakitnya .

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik : Rosperidone 2mg 2 x 1 dan Clozapine 25 mg 1 X 1

XII. ANALISIS DATA


No Data Masalah Keperawatan
1. Ds : Gangguan persepsi sensori :
- Klien mengatakan mendengar Halusinasi Pendengaran
suara bisikan untuk tidak
mempercayai orang lain
Do :
- Klien tampak bicara sendiri
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak mondar mandir
- Klien tampak mengarahkan
telinga kearah tertentu
2. Ds : Isolasi Sosial
- Klien mengatakan sulit
berteman dengan orang lain
karena klien selalu ingin
menyendiri.
- Klien mengatakan merasa
malu akan dirinya sehingga
tidak mau berinteraksi dengan
orang lain.
Do :
- Klien tampak sering
menyendiri.
- Klien acuh dengan lingkungan
sekitarnya
- Klien tampak menarik diri dan
susah untuk berkomunikasi
- Klien lebih banyak tidur
3. Ds : Defisit Perawatan Diri
- Klien mengatakan hanya
mandi 1x sehari karena klien
merasa malas untuk mandi
- Klien mengatakan tidak mau
mandi karena dingin
- Klien mengatakan malas sikat
gigi
Do :
- Klien tampak kotor dan acak-
acakan
- Baju klien tampak basah dan
berbau
- Terlihat sisa makanan pada
baju

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Regimen Teraupetik Inefektif
2. Koping Individu Inefektif
3. Gangguan Interaksi Sosial : Isolasi Sosial
4. Defisit Perawatan Diri
5. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
XIV. Pohon Masalah

Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan : Defisit Perawatan
Diri

XV. Daftar Diagnosis Keperawatan


1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri
XVI. Intervensi Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Rencana
Tujuan Kriteria Evaluasi
Keperawatan
Halusinasi Klien paham dan Klien mampu : SP 1 :
Pendengaran mampu 1. Mengenali 1. Mengidentifikasi
menghardik halusinasi nya isi, frekuensi,
halusinasi dengan bantuan waktu terjadi,
perawat situasi pencetus,
2. Klien mampu perasaan dan
mengontrol respon halusinasi
halusinasi nya 2. Mengontrol
dengan halusinasi dengan
menghardik cara menghardik
secara mandiri
Klien paham dan Klien dapat SP 2 :
mampu minum mengetahui : Mengontrol
obat secara teratur 1. Pentingnya halusinasi dengan
minum obat minum obat secara
secara teratur teratur
2. 5 benar dalam
minum obat
(benar pasien,
benar obat,
benar dosis,
benar waktu
pemberian,
benar cara
pemberian obat)
3. Kerugian jika
putus minum
obat
Klien paham dan Klien mampu SP 3 :
mampu bercakap cakap Mengontrol
mengendalikan dengan orang lain halusinasi dengan
halusinasi dengan dengan mandiri bercakap- cakap
bercakap-cakap dengan orang lain
dengan orang lain
Klien paham dan Klien mampu SP 4 :
mampu melakukan kegiatan Mengontrol
mengendalikan terjadwal dengan halusinasi dengan
halusinasi dengan mandiri melakukan kegiatan
cara terjadwal
mempraktikan
cara menghardik
Isolasi Sosial Klien paham dan Klien mampu : SP 1 :
mampu Mengetahui Menjelaskan
menjelaskan keuntungan dan keuntungan dan
keuntungan dan kerugian jika kerugian mempunyai
kerugian dirinya memiliki teman
mempunyai teman
teman

Klien paham dan Klien dapat SP 2 :


mampu memperkenalkan Melatih klien
berkenalan dirinya kepada berkenalan dengan 2
dengan dua orang keluarga, teman, orang atau lebih
atau lebih atau orang orang
disekitarnya

Klien paham dan Klien mampu SP 3 :


mampu bercakap cakap Melatih klien
mengendalikan dengan orang lain bercakap-cakap
halusinasi dengan secara mandiri sambil melakukan
bercakap-cakap seperti mengombrol kegiatan harian
dengan orang lain sambil menyapu,
membersihkan
tempat tidur dan
mencuci piring.
Klien paham dan Klien mampu SP 4 :
mampu berbicara meminta sesuatu Melatih klien
social : meminta dan berbelanja di berbicara social :
sesuatu, warung meminta sesuatu,
berbelanja dan berbelanja dan
sebagainya sebagainya
Defisit Klien paham dan Klien mampu SP 1 :
Perawatan mampu Mandi secara Melatih cara
Diri melakukan mandiri dengan perawatan diri :
perawatan diri : menggunakan Mandi
mandi shampo dan sabun

Klien paham dan Klien mampu SP 2 :


mampu berhias secara Melatih cara
melakukan mandiri seperti perawatan diri :
perawatan diri : menyisir rambut Berhias
Berhias dan berpakaian
rapi.

Klien paham dan Klien mampu SP 3 :


mampu Makan dan minum Melatih cara
melakukan secara mandiri. perawatan diri :
perawatan diri : Makan/Minum
makan dan
minum

Klien paham dan Klien mampu SP 4 :


mampu Melatih cara
melakukan Mampu BAK/BAB perawatan diri :
perawatan diri : secara mandiri di BAK/BAB
BAK/BAB toilet

XVII. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Hari/tgl Implementasi Evaluasi
Senin, 16 1. Data : S:
januari 2023 Tanda dan gejala : tampak - Klien mengatakan
bicara sendiri, mulut senang dan lebih
13.00 komat-kamit, tampak tenang
gelisah, tampak mondar
mandi, tampak O:
mengarahkan telinga kearah - Klien mampu
tertentu mengenali
halusinasinya dengan
Kemampuan : dengan bantuan
- Klien mampu menutup perawat
mata dan telinga
- Klien mampu
menghardik
2. Diagnosa Keperawatan
halusinasinya dengan
Halusinasi Pendengaran
bantuan perawat

3. Tindakan Keperawatan:
A : Halusinasi Pendengaran
1. SP 1 Halusinasi
(+)
Pendengaran :
 Mengidentifikasi
P:
isi, frekuensi, waktu
- Mengenal
terjadi, situasi
halusinasinya
pencetus, perasaan
- Latihan cara
dan respon halusiasi
menghardik
 Melatih cara
Menghardik halusinasi 2x/hari

4. RTL:
SP 2 Halusinasi Pedengaran:
1. Minum obat secara
teratur
Selasa, 17 1. Data : S:
januari 2023 Tanda dan gejala : tampak Klien mengatakan senang
bicara sendiri, mulut dan lebih tenang
15.00 komat-kamit, tampak O:
gelisah, tampak mondar - Klien sudah mampu
mandi, tampak mengenali
mengarahkan telinga kearah halusinasinya dengan
tertentu mandiri
- Klien mampu
Kemampuan : melakukan cara
- Klien mampu mengenal menghardik
halusinasinya
halusinasinya dengan
- Klien mampu mengardik
dan menutup telinga mandiri
- Klien mampu
2. Diagnosa Keperawatan mengontrol
Halusinasi Pendengaran halusinasinya dengan
cara minum obat
3. Tindakan Keperawatan: secara teratur 2x/hari
SP 2 Halusinasi dengan bantuan
Pendengaran: perawat
1. Minum obat secara A :
teratur Halusinasi pendengaran (+)

4. RTL: P:
SP 3 Halusinasi Pedengaran: - Mengenal
1. Mengontrol halusinasi halusinasinya
dengan bercakap-cakap - Latihan cara
dengan orang lain menghardik halusinasi
2x/hari
- Minum obat secara
teratur 2x/hari
Rabu, 18 1. Data : S:
januari 2023 Tanda dan gejala : tampak Klien mengatakan senang
bicara sendiri, mulut dan lebih tenang
16.20 komat-kamit, tampak O:
gelisah, tampak mondar - Klien sudah mampu
mandi, tampak mengenali
mengarahkan telinga kearah halusinasinya
tertentu dengan mandiri
- Klien mampu
Kemampuan : melakukan cara
- Klien mampu mengenal menghardik
halusinasinya
halusinasinya
- Klien mampu mengardik
dan menutup telinga dengan mandiri
- Klien mampu minum obat - Klien mampu
secara teratur
mengontrol
halusinasinya
2. Diagnosa Keperawatan
dengan cara minum
Halusinasi Pendengaran
obat secara teratur
2x/hari dengan
3. Tindakan keperawatan:
bantuan perawat
SP 3 Halusinasi Pedengaran:
- Klien mampu
1. Mengontrol halusinasi
bercakap-cakap
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
dengan orang lain
dengan motivasi
perawat
4. RTL :
A:
SP 4 Halusinasi Pendengaran
Halusinasi pendengaran (+)
:
1. Mengontrol halusinasi
dengan melakukan P :
kegiatan terjadwal - Mengenal
halusinasinya
- Latihan cara
menghardik
halusinasi 2x/hari
- Minum obat secara
teratur 2x/hari
- Bercakap-cakap
dengan orang lain
Kamis, 19 1. Data : S:
januari 2023 Tanda dan gejala : tampak Klien mengatakan senang
bicara sendiri, mulut dan lebih tenang
14.50 komat-kamit, tampak O:
gelisah, tampak mondar - Klien sudah mampu
mandi, tampak mengenali
mengarahkan telinga kearah halusinasinya
tertentu dengan mandiri
- Klien mampu
Kemampuan : melakukan cara
- Klien mampu mengenal menghardik
halusinasinya
halusinasinya
- Klien mampu mengardik
dan menutup telinga dengan mandiri
- Klien mampu minum obat - Klien mampu
secara teratur
mengontrol
- Klien mampu bercakap-
cakap dengan orang lain halusinasinya
dengan cara minum
2. Diagnosa Keperawatan obat secara teratur
Halusinasi Pendengaran 2x/hari dengan
bantuan perawat
3. Tindakan keperawatan: - Klien mampu
SP 4 Halusinasi Pendengaran bercakapcakap
: dengan orang lain
1. Mengontrol halusinasi dengan mandiri
dengan melakukan - Melakukan kegiatan
kegiatan terjadwal terjadwal seperti
menyapu,
4. RTL: membagikan
1. Evaluasi SP1-SP4 makanan dan
merapikan tempat
tidur dengan
motivasi perawat
A:
Halusinasi pendengaran
(-)

P:
- Mengenal
halusinasinya
- Latihan cara
menghardik halusinasi
1x/hari
- Minum obat secara
teratur 2x/hari
- Bercakap-cakap
dengan orang lain
- Melakukan kegiatan
terjadwal 2x/hari
Jumat, 20 1. Data : S:
januari 2023 Tanda dan gejala : tampak Klien mengatakan senang
bicara sendiri, mulut dan lebih tenang
16.30 komat-kamit, tampak O:
gelisah, tampak mondar - Klien sudah mampu
mandi, tampak mengenali
mengarahkan telinga kearah halusinasinya
tertentu dengan mandiri
- Klien mampu
Kemampuan : melakukan cara
- Klien mampu mengenal menghardik
halusinasinya
halusinasinya
- Klien mampu mengardik
dan menutup telinga dengan mandiri
- Klien mampu minum obat - Klien mampu
secara teratur
mengontrol
- Klien mampu bercakap-
cakap dengan orang lain halusinasinya
- Klien mampu mengontrol dengan cara minum
halusinasi dengan
obat secara teratur
melakukan kegiatan
terjadwal seperti mencuci 2x/hari dengan
piring dan merapikan bantuan perawat
tempat tidur - Klien mampu
bercakapcakap
2. Diagnosa Keperawatan
dengan orang lain
Halusinasi Pendengaran
dengan mandiri
- Melakukan kegiatan
3. Tindakan keperawatan:
terjadwal seperti
Evaluasi SP1-SP4
menyapu,
membagikan
4. RTL:
makanan dan
Isolasi Sosial
merapikan tempat
SP 1 :
tidur dengan
1. Jelaskan keuntungan dan
motivasi perawat
kerugian memiliki teman

A:
Halusinasi pendengaran
(-)
P:
- Mengenal
halusinasinya
- Latihan cara
menghardik halusinasi
1x/hari
- Minum obat secara
teratur 2x/hari
- Bercakap-cakap
dengan orang lain
- Melakukan kegiatan
terjadwal 2x/hari
Sabtu, 21 1. Data : S:
januari 2023 Tanda dan gejala : - Klien mengatakan
Ingin menyendiri, murung, senang dan lebih
14.50 kontak mata kurang, tidak tenang
peduli dengan lingkungan
sekitar O:
- Klien mampu
2. Diagnosa Keperawatan menjelaskan
Isolasi Sosial keuntungan
- Klien mampu
3. Tindakan Keperawatan: menjelaskan kerugian
SP 1 Isolasi Sosial : mempunyai teman
2. Jelaskan keuntungan dan dengan motivasi
kerugian memiliki teman perawat

4. RTL : A:
SP 2 Isolasi Sosial :
Isolasi sosial (+)
1. Melatih berkenalan
dengan dua orang atau
P:
lebih
- Menjelaskan
keuntungan dan
kerugian mempunyai
teman
- Latihan berkenalan
dengan 2 orang atau
lebih
Senin, 23 1. Data : S:
januari 2023 Tanda dan gejala :  Klien mengatakan
Ingin menyendiri, murung, senang dan lebih
09.40 kontak mata kurang, tidak tenang
peduli dengan lingkungan
sekitar O:
 Klien mampu
2. Diagnosa Keperawatan menjelaskan
Isolasi Sosial keuntungan
 Klien mampu
3. Tindakan Keperawatan: menjelaskan
SP 2 Isolasi Sosial : kerugian
1. Melatih berkenalan mempunyai teman
dengan dua orang atau dengan motivasi
lebih lebih perawat
4. RTL :  Klien mampu
SP 3 Isolasi Sosial : berkenalan dengan 2
1. Melatih bercakap-cakap orang dengan
sambal melakukan motivasi perawat
kegiatan harian  Klien mampu
menyebutkan nama
dan berkomunikasi
dengan orang lain

A:
Isolasi sosial (+)

P:
- Menjelaskan
keuntungan dan
kerugian
mempunyai teman
- Latihan berkenalan
dengan 2 orang atau
lebih
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, N. Y. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi terhadap Gejala Halusinasi Pendengaran


Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Rawat Inap di Yayasan Aulia Rahma Kemiling
Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 7(1), 33.
https://doi.org/10.47218/jkpbl.v7i1.58Parwati, I. G., Dewi, P. D., & Saputra, I. M.
(2018). Asuhan Keperawatan Perilaku Kesehatan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaran-prevalensi-
skizofreniapsikosis-di-indonesia. Diakses 7 Agustus 2022.

Keliat, B.A & Akemat (2016). Keperawatan jiwa : terapi Aktivitas kelompok. Ed.2.
EGC

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip dan Praktik Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:


Andi.

Pardede, J. A. (2020). Beban keluarga berhubungan dengan koping saat merawat pasien
halusinasi. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(4), 445–452.
https://doi.org/10.32584/jikj.v3i4.671

Pardede, J. A., Wulandari, Y., & (2020). Aplikasi Terapi Generalis Pada Penderita
Skizofrenia Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran. Jurnal Keperawatan, Riskesdes
2018, 1–49.

Pardede, J. A. & Syahdi, D., (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4 Dengan
Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.

Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition.


Missouri: Mosby
Nurhalimah (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan

Stuart, Laraia. (2005). Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Siregar, S. L. (2022). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. D Dengan


Masalah Risiko Perilaku Kekerasan Melalui Strategi Pelaksanaan (SP 1-4): Studi Kasus.

Amelia, D. R., & Anwar, Z. (2013). Relaps pada pasien skizofrenia. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan, 1(1), 53-65.

SAHPUTRA, A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. s Dengan Risiko Perilaku
Kekerasan.

Pangaribuan, N., Manurung, S., Amazihono, V., & Waruwu, Y. D. (2022). Manajemen
Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko Perilaku Kekerasan Pada Penderita
Skiozfrenia: Studi Kasus.

Winranto, A. (2022). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. B Dengan


Masalah Risiko Perilaku Kekerasan.

Novia, N. (2022). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Risiko
Perilaku Kekerasan: Studi Kasus.

Ginting, A. A., Winranto, A., Natasha, D. C., & Surbakti, D. I. S. (2022). Penerapan
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan Masalah Risiko Perilaku Kekerasan
Pendekatan Strategi Pelaksanaan.

Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit Andi.

Rahmawati, E., & Kisworo, B. (2017). Peran Pendamping dalam Pemberdayaan


Masyarakat Miskin melalui Program Keluarga Harapan. Journal of Nonformal
Education and Community Empowerment, 1(2), 161-169.

Effendy, E. (2021). Gejala dan Tanda Gangguan Psikiatri.


Dwi Oktiviani, P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan Rumah Sakit
Jiwa Tampan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Riau).

Devi, P. A. I. (2020). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMBERIAN TERAPI


AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI SESI 1: MENDENGARKAN MUSIK
UNTUK MENGONTROLGANGGUAN PERSEPSI SENSORI PADA PASIEN
SKIZOFRENIA TAHUN 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar Jurusan
Keperawatan).

Anda mungkin juga menyukai