Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.

R DENGAN
GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANGAN SIBUAL-
BUALI RS PROF DR ILDREM

KELOMPOK

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

Noprianta Sembiring
Helmi Juhri Sibarani
Fadli Siregar
Rizka Zahara Nasution
Anisa fitri
Annisa Wulandari
Ester Lita Panjaitan
Romanta Sri Rejeki Sijabat

YAYASAN WAHA BHAKTI KARYA HUSADA


AKPER KESDAM I/BB MEDAN
2022

:
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku seseorang
sehinggamenimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Gangguan jiwa
disebabkan karena gangguan fungsi sel-sel syaraf di otak, dapat berupakekurangan maupun
kelebihan neutrotransmiter atau substansi tertentu.Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yangmenyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa atau
mental illenes adalah kesulitan yangharus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan
orang lain,kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadapdirinya sendiri.
Gangguan jiwa merupakan gangguan alam :cara pikir (cognitive), kemauan (volition), emosi
(affective, tindakan(psychomotor) (Maramis, 2010).

Pembangunan dan kemajuan teknologi yang pesat di segala bidang berdampak pada tata
kehidupan masyarakat di daerah perkotaan maupun perdesaan. Namun tidak semua masyarakat
dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Sebagai contoh banyak orang berlomba untuk
mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan seperti kendaraan baru, pekerjaan baru yang bisa
menunjang kehidupan diri sendiri maupun keluarga, tetapi tidak semua dari masyarakat berhasil
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ditambah dengan bencana alam yang baru saja
terjdi, seperti gempa bumi, tsunami dan kecelakaan pesawat, banyak masyarakat yang
kehilangan harta benda maupun keluarga mereka. Akibatnya terjadi berbagai masalah kesehatan
jiwa seperti perilaku, perasaan dan pikiran yang luar biasa terguncang jika tidak ditatalaksanakan
dengan baik dapat menimbulkan ancaman bagi pasien tersebut maupun orang lain (Kemenkes,
2011).

Halusinasi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang menjadi penyebab seseorang
dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh di ruang inap pasien jiwa Rumah
Sakit Mitra Siaga Tegal periode bulan Mei 2014, pasien yang dirawat di ruang Pavilliun
Flamboyan didapatkan dari 13 pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 7 pasien
mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran yang rata-rata.

:
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk melakukan asuhankeperawatan pada Sdri. S dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Gunung Sitoli RSJ .

2. Tujuan Khusus

a. Mampu malaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama halusinasi
pendengaran

b. Mampu menganalisa hasil pengkajian pada klien dengan masalah utama halusinasi
pendengaran.

c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi
pendengaran.

d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama halusinasi
pendengaran.

e. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan padaklien dengan masalah


halusinasi pendengaran.

f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien

C. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Gangguan Persepsi
Sensori “Halusinasi Pendengaran” di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem.

:
D. MANFAAT PENULISAN

 Bagi penulis

Menambah wawasan penulis dalam hal melakukan studi kasus dan mengaplikasikan ilmu
tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah ganngguan persepsi : halusinasi
pendengaran.

 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan memberikan dan
mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

:
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi halusinasi

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari luar, gangguan
persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala
gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi
realitas (Yusuf, et all, 2015).

Halusinasi pendengaran menurut Nanda Nic-Noc (2015) yaitu seperti mendengar suara yang
membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan
sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga
pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga,
mulut komat-kamit, da nada gerakan tangan.

2. Karakteristik halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara – suara atau kebisingan, paling sering suara orang,suara berbentuk kebisingan
yang kurang keras sampai kata – kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang didengar klien dimana klien
disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang – kadang membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kelihatan cahaya, gambaran geometris, gambaran kartun,
bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
c. Penghidu
Menghirup bau – bauan tertentu seperti bau darah, bau urin, atau bau feses, umumnya bau –
bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidu sering akibat dari stroke, tumor, kejang
atau dimensia.

:
d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa sesuatu seperti darah, urin atau feses.

e. Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

f. Cenesthetics
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau
pembentukan urin.

g. Kinesthetics

Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak.

3. ETIOLOGI
a. FAKTOR PREDISPOSIS.
1. Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat meningkatkan


stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan ganggguan persepsi. Pasien mungkin menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.

2. Faktor Sosial

Budaya Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul gangguan seperti delusi dan halusinasi.

4. Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal seseorang yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat berakhir dengan pegingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.

:
5. Faktor Biologis

Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas, serta dapat
ditemukan atropik otak, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbic.

6. Faktor Genetik

Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien skizofrenia.
Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua skizofrenia

4. FAKTOR PRESEPITASI

1. Stresor Sosial

Budaya Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan
halusinasi.

2. Faktor Biokimia

Penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik diduga berkaitan
dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.

3. Faktor Psikologis

Intensitas kecemasan yang ekstream dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi
masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realistis. Pasien mengembangkan
koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.

4. Faktor Perilaku

Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan dengan
perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan social.

:
1. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut Rahayu (2016), penatalaksanaan medis pada pasien halusinasi pendengaran dibagi
menjadi dua:

1. Terapi Farmakologi

 Haloperidol

1) Klasifikasi : antipskotik, neuroleptic, butirofenon

2) Indikasi Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan


masalah perilaku berat pada anak-anak.

3) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipenuhi sepenuhnnya,
tampak menekan susunan saraf pusat pada tingkat subkortikal formasi retricular otak,
mesenfalon dan batang otak.

4) Kontraindikasi Hipersensivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang
belakang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.

5) Efek Samping Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.
14

 Clorpromazin

1) Klasifikasi : sebagai antipsikotik, antiemetic.

2) Indikasi Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan
bpolar, gangguan skizofrenia, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan
aktivitas motorik berlebih.

3) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami spenuhnya,
namun berhubungan dengan efek antidopaminergik. Antipsikotik dapatmenyekat reseptor
dipamine postsinaps pada ganglia basa, hipotalamus, system limbic, batang otak dan
medulla.

:
4) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sumsum
tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 tahun dan
wanita selama masa kehamilan dan laktasi.

5) Efek Samping Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipertensi, ortostatik,
hipotensi, mulut kering, mual dan muntah. c. Trihexypenidil ( THP ) 1) Klasifikasi
antiparkinson 2) Indikasi 15 Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan
dengan obat antiparkinson.

2. Terapi Non Farmakologi

a. Terapi Aktivitas Kelompok Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.

b. Elektro Convulsif Therapy ( ECT ) Merupakan pengobatan secara fisik meggunakan arus
listrik dengan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat
dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat
permudahk kontak dengan orang lain.

c. Pengekangan atau pengikatan 16 Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya


mekanik seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki dimana klien
pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya, cara ini dilakukan padda
klien halusinasi yang mulai menunjukkan perilaku kekerasan diantaranya: marah-marah atau
mengamuk.

:
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
Tanggal pengkajian : 15 september 2022
NO RM : 043639
Nama : Tn. R
Usia : 28 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Informan : Pasien

B. ALASAN MASUK
Mendengar suara-suara berupa bisikan di telinganya,tidak bisa tidur 4 hari, gelisa,
bingung
C. PENYEBAB MASALAH:
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : -
3. Klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan dan
kekerasan keluarga.
Jelaskan: Klien mengatakan belum pernah dirawat di RS dan belum pernah mengallami
sakit seperti
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

D. PEMERIKSAAN FISIK
TTV
TD : 130/91 mmHg
N : 90 x/ menit
S : 36,5° C
RR : 22 x/menit
TB :164 cm
BB : 59 kg

:
Keluhan fisik : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
E. PISIKOSOSIAL
1. Genogram

: Perempuan

: Laki-laki meninggal
: Laki-laki : Menikah

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya


b. Identitas : Klien dapat menyebutkan nama dan alamat nya
c. Peran : Klien berperan sebagai anak dan belum menikah
d. Ideal diri : Klien ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
e. Harga diri : Klien merasa sedih karna dirawat di RSJ dan malu.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

a. Orang yang berarti : Orang tua


b. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien tidak pernah ikut serta
dalam kegiatan kelompok
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain: Karna sakit jadi susah
berhubungan dengan orang lain
d. Masalah keperawatan : Harga diri rendah

:
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama kristen
b. Kegiatan ibadah : Klien jarang beribadah dan jarang ke gereja saat di rumah
c. Masalah Keperawatan : Defisit spiritual

F. STATUS MENTAL

1. Penampilan :Tidak rapi


Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan: lambat
Masalah Keperawatan :. Perubahan komunikasi verbal
3. Aktivitas Motorik :-
Masalah Keperawatan : -

4. Alam perasaaan : sedih


Masalah Keperawatan: gangguan suasana perasaan
5. Afek : labil
.Masalah Keperawatan :koping individu inefektif
6. lnteraksi selama wawancara : -
Masalah Keperawatan.-
7. Persepsi : pendengaran
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir :-
Masalah Keperawatan:-
9. Isi Pikir:-
Masalah Keperawatan: -
10. Tingkat kesadaran: bingung
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
11. Memori: klien belum ingat dimana tempat tinggal dan saudaranya
Masalah Keperawatan: koping individu inefektif
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung: klien dapat berhitung sederhana

:
Masalah Keperawatan: -
13. Kemampuan menilai: klien tidak mampu menilai kotor dan bersih
Masalah Keperawatan: deficit perawatan diri
14. Daya tilik diri: klien mengetahui dirinya sedang sakit
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan : Tanpa bantuan / Mandiri


2. Bak / Bab:Tanpa bantuan / mandiri
Jelaskan : klien mampu melakukan kebutuhan persiapan pulang dengan mandiri
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
3. Mandi: klen mandi dengan mandiri
4. Berpakaian / berhias: klien berpakaian atau berhias sendiri tanpa bantuan orang lain

5. Istirahat dan tidur

a. Tidur siang lama : 13: 30 s/d 14:30 WIB


b. Tidur malam lama : 22:00 S/D 04:00 WIB
c. Kegiatan sebelum/sesudah tidur : Klien sebelum tidur biasanya membaca koik dan
minum susu,kegiatan setelah bangun tidur saat pagi hari yaitu berolah raga

6. Penggunaan obat : bantuan minimal

7. Pemeliharaan Kesehatan

a. Perawatan lanjutan :Ya


b. Perawatan pendukung :Ya

8. Kegiatan di dalam rumah :

a. Mempersiapkan makanan :Ya


b. Menjaga kerapihan rumah :Ya
c. Mencuci pakaian :.Ya
d. Pengaturan keuangan : Tidak

:
9. Kegiatan di luar rumah :

a. Belanja :Ya
b. Transportasi :Ya
c. Lain-lain : Ya
Jelaskan : klien mengatakan jika dirumah melakukan kegiatan seperti berumpul dengan
keluarga dan teman-teman
Masalah Keperawatan : Tidak ada

H. MEKANISME KOPING

ADAPTIF MALADAPTIF

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif Menghindar

Olahraga Menciderai diri

Lainnya Lainnya

I. MASALAH PSIKOSEKSUAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : tidak ada masalah dengan dukungan
kelompok.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien mampu berhubungan baik
dengan lingkungan ruangan
3. Masalah dengan pendidikan, spesifik: klien keluar sekolah saat kelas 1 SMA.
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien sebelumnya kerja di mall besar.
5. Masalah dengan perumahan, spesifik: klien tinggal bersama ayah dan adik-adiknya.
6. Masalah ekonomi, spesifik: klien tidak bekerja karena sakit gangguan jiwa.

:
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: klien tidak mengalami masalah pada
pelayanan kesehatan.
8. Masalah lainnya, spesifik: klien tidak mempunyai masalah lainnya.
9. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:

Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya :

Masalah Keperawatan : kurang pengetahuan

K. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik : F.20.5 (Skizofrenia Simplek)

Terapi Medik : CPZ (0-0-1).

Clozapin 2 x 25 mg.

Trihexypenidin (THD) 2 X 5 mg

L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori ”halusinasi pendengaran”

2. Respon pasca trauma.

3. Harga diri rendah.

:
ANALISA DATA

NAMA : Tn. R

NO RM :

RUANGAN : Sibual-buali

TGL DATA ETIOLOGI MASALAH T.T


15 Ds: Resiko tinggi Perubahan
September  klien mengatakan mencederai diri sensori :
2022 mendengar suara dan sendiri, orang Halusinasi
bisikan lain, dan Pendengaran
 bisikan-bisakan yang lingkungan.
menyuruh klien untuk
pergi dari rumah.
 kadang-kadang Perubahan
 Di saat pagi dan kadang persepsi sensori :
tiba-tiba halusinasi

 klien merasa gelisah pendengaran.

dan takut
Do :
 klien sering diam Isolasi sosial :

menyendiri. menarik diri.

 Klien susah untuk tidur


 Gelisah
 Mengarahkan telinga
ke sumber suara

:
RENCANA KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : Tn. R

NO.RM :

RUANGAN : Sibual-buali

DIAGNOSA PERENCANAAN RASIONAL


KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA TINDAKAN
HASIL KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Tujuan Umum : Setelah 1. Bina hubungan saling Akan membantu
Sensori : Halusinasi klien dapat dilakukan 1x percaya mempermudah
pendengaran. mengenali, pertemuan, dengan cara : kerjasama agar
mengontrol, klien dapat  Sapa klien klien lebih
memutuskan berinteraksi dengan sopan, kooperatif.
halusinasinya. dan ramah baik
Tujuan Khusus : berkomunikasi secara verbal
Sp 1 : klien dengan maupun non
dapat membina perawat. verbal.
hubungan Evaluasi : klien  Perkenalkan diri
saling percaya masih belum dengan sopan.
dengan bisa diajak  Tanyakan nama
perawat. berinteraksi. klien dan nama
panggilan klien
yang di sukai.
 Jelaskan tujuan
dilakukan
kontak atau
pertemuan

:
dengan klien.
 Bersikap jujur
dan menepati
janji.
 Perhatikan
kebutuhan
dasar klien.

Sp2 : Setelah Adakan kontak sering Untuk


klien dapat dilakukan 1 x dan singkat dengan mengurangi
mengenal interaksi, klien klien. waktu kosong

halusinasinya. dapat mengerti  Observasi bagi klien


jelas waktu, isi, perilaku yang sehingga klien
frekuensi, berhubungan dapat
situasi dan dengan mengurangi
kondisi yang halusinasi. frekuensi
menimbulkan  Menerima halusinasi.
halusinasi. halusinasi
sebagai hal
yang nyata bagi
klien dan tidak
nyata bagi
perawat.
 Identifikasi
bersama klien
waktu
munculnya, isi,
dan frekuensi
halusinasi.

:
 Diskusikan
dengan klien
mengenai
perasaannya
Sp 3 : Setelah Identifikasi bersama Untuk
klien dapat dilakukan 1x klien tindakan yang bisa mempermudah
mengendalikan interaksi, klien dilakukan bila halusinasi klien
halusinasinya. dapat terjadi. mengendalikan
menyebutkan  Bersama klien halusinasinya
tindakan yang merencanakan dengan teknik
bisa kegiatan sehari yang telah
mengendalikan – hari untuk dipilih oleh klien.
/ mengatasi mencegah
halusinasinya. terjadinya
halusinasi.
 Dorong klien
untuk memilih
cara yang akan
digunakan
dalam
mengendalikan
halusinasi.
 Dorong klien
untuk
melakukan
tindakan sesuai
dengan cara
yang telah
dipilih klien
untuk
mengendalikan

:
halusinasi.
 Diskusikan
dengan klien
hasil upaya
yang telah
dilakukan
Sp 4 : Setelah Diskusikan dengan klien Meningkatkan
klien dapat dilakukan 1x dan keluarga tentang kesadaran klien
mengkonsumsi Interaksi klien obat yang akan di akan pentingnya
obat untuk menyebutkan konsumsi untuk obat dan
mengendalikan manfaat dan mengendalikan kesembuhannya.
halusinasinya. kerugian halusinasinya.
minum obat  Bantu klien
untuk minum
obat karena
sudah sesuai
dengan anjuran
dokter.
 Observasi tanda
dan gejala
akibat efek
samping obat.
 Bantu klien
menggunakan
obat sesuai 5
prinsip (benar
obat, benar
dosis, benar
klien, benar
pemberian, dan
benar waktu)

:
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari /tanggal Implemetasi Evaluasi


1. Sabtu SP 1 : S : klien mengatakan mendengar
17 September 1. BHSP suara-suara bisikan yang mengajak
2022 2. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien untuk pergi dari rumah dan
klien pergi tanpa arah tujuan.
3. Mengidentifikasi isi halusinasi O:
klien 4. Mengidentifikasi frekuensi  klien ngomel-ngomel sendiri
halusinasi klien  Klien senyum-senyum sendiri
5. Mengidentifikasi situasi yang  Gelisah
menimbulkan halusinasi  Klien kadang diam – diam
6. Mengidentifikasi respons klien sendiri.
terhadap halusinasi  Klien tampak melamun.
7. Melatih klien cara mengontrol
 Mengarahkan telinga ke
halusinasi dengan menghardik
sumber suara
 Menutup telinga
 Klien susah tidur
 Memejamkan mata
TTV : TD :120/80 mmhg
 Dan berkata pada hati jika N : 92 x/menit
suara tersebut tidak ada. S : 36,2 o C
8. Membimbing klien memasukan RR : 20 x/menit
dalam jadwal harian A : SP 1 poin, lanjut SP 2
P:
 Mengulangi SP
 Lanjut SP 2
2. 19 September Sp 2 : S : Klien mengatakan sudah kadang-
2022  Mengevaluasi masalah dan kadang mendengar suarasuara yang
latihan sebelumnya menyuruhnya pergi dari rumah dan

:
 Melatih cara mengontrol pergi tanpa arah tujuan..
halusinasi dengan O:
berbincang dengan orang  Klien kooperatif
lain  Klien sudah jarang melamun
 Membimbing klien  Klien berbaur dengan
memasukkan jadwal temannya
kegiatan harian A : SP 2 teratasi, ulangi Sp 3
P:
 Ulangi sp 2
 Lanjutkan Sp 3
3. 21 September Sp 3 : S : Klien mengatakan sudah kadang-
2022  Mengevaluasi masalah dan kadang mendengar suara yang
latihan sebelumnya menyuruhnya pergi dari rumah dan
 Melatih klien cara pergi tanpa arah tujuan
mengontrol halusinasi O:
dengan kegiatan (yang bisa  Klien kooperatif
dilakukan klien)  Klien sudah jarang melamun
 Membimbing klien  Klien berbaur dengan
memasukkan jadwal temannya
kegiatan harian A : SP 2 teratasi ulangi Sp 3
P : ulangi sp 3 ,lanjutkan Sp 4
4. 22 September Sp 4: S : klien mengatakan suara-suara itu
2022  Mengevaluasi masalah dan sudah jarang muncul
latihan sebelumnya O:
 Menjelaskan cara  Klien kooperatif
mengontrol halusinasi  Klien sudah jarang melamun
dengan teratur minum obat (  Klien sudah tidak gelisah lagi.
prinsip 5 benar minum obat)  Klien mengikuti senam setiap
 Membimbing klien hari
memasukkan jadwal  Klien mau berbaur dengan

:
kegiatan temannya
A : SP 3 ,SP 4 teratasi
P : SP 4 teratasi

Anda mungkin juga menyukai