Anda di halaman 1dari 27

RESUME JURNAL

TERAPI PADA PASIEN DENGAN


KASUS HALUSINASI
JURNAL 1
Expressive Writing Therapy and Disclosure Emotional
Skills on the Improvement of Mental Disorder Patients
Control Hallucinations
Judul : Expressive Writing Therapy and Disclosure Emotional
Skills on the Improvement of Mental Disorder Patients Control
Hallucinations

Penulis : Rusdi & Siti Kholifah

Penerbit : Atlantis Press International B.V

Tahun : 2021
Latar Belakang

Skizofrenia merupakan salah satu bentuk gangguan psikotik psikiatri


kronis yang sering disertai dengan halusinasi, pikiran kacau dan
perubahan perilaku. Laporan dari WHO mengenai pertumbuhan
penderita skizofrenia terjadi 7 per seribu orang yang berada pada
rentang usia 15 sampai 35 tahun. Prevalensi skizofrenia di Indonesia
mencapai 1,7 per seribu penduduk dari populasi pada semua tingkat
umur, Aceh dan DI Yogyakarta merupakan daerah dengan prevalensi
skizofrenia yang tinggi.
Lanj.. Latar Belakang
Prevalensi skizofrenia tertinggi sebesar 2,7%. Data Rumah Sakit Jiwa Aceh
sepanjang tahun 2013, kasus skizofrenia merupakan kasus gangguan jiwa yang
paling banyak dalam penanganannya. Pasien skizofrenia rawat inap sebanyak
1.816 (85,17%) dari 2.177 kasus dan pasien rawat jalan sebanyak 10.705
(81,79%) dari 13.088 kasus dengan lama rawat 115 hari. Penanganan pasien
dengan masalah halusinasi dapat dilakukan dengan kombinasi intervensi
psikomarkologi dan psikososial seperti psikoterapi, terapi keluarga, dan terapi
menulis ekspresif yang menunjukkan hasil yang lebih baik.
Lanj.. Latar Belakang
Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi difokuskan pada aspek fisik,
intelektual, emosional, dan sosial, spiritual. Salah satunya adalah terapi menulis
ekspresif. Terapi menulis ekspresif adalah proses menulis yang
mengungkapkan ekspresi dan refleksi individu dan dilakukan dengan keinginan
sendiri, bimbingan terapis atau peneliti Menulis ekspresif menggunakan
pendekatan penulisan ekspresif untuk mengungkapkan pengalaman emosional
dan meredakan ketegangan pada orang, membantu mereka meningkatkan
kesehatan fisik, mengendalikan emosi, dan mengatur emosi mereka.
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah peserta dapat dengan bebas


mengungkapkan perasaannya, meningkatkan kepercayaan
diri, meningkatkan refleksi diri, meningkatkan keterampilan
menulis, membuat peserta menjadi lebih terbuka, spontan
dan menerima diri apa adanya.
METODOLOGI

Jenis desain penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Desain dalam
penelitian ini adalah One-Group Pretest-Posttest Design. Desain ini memiliki
pretest, sebelum diberikan perlakuan. Hasil pengobatan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum diberikan
pengobatan Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Samarinda pada bulan
Juni 2021.
SAMPEL DAN POPULASI

Populasi penelitian ini adalah penderita gangguan jiwa dengan gejala


gangguan persepsi sensori sebanyak 16 orang. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan
menentukan sampel terlebih dahulu dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Sampel ini ditentukan dalam dua kriteria: Kriteria inklusi dalam penelitian
ini: Pasien jiwa yang menderita gangguan jiwa dengan gejala gangguan
persepsi sensorik. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini: Pasien yang
memiliki keterbatasan fisik pasien yang terindikasi mengamuk.
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis terapi menulis ekspresif dan kemampuan pengungkapan


emosional untuk meningkatkan pengendalian halusinasi pasien gangguan jiwa
menunjukkan nilai- 0,01 artinya terdapat pengaruh yang signifikan terapi expressive
writing dan kemampuan pengungkapan emosional untuk meningkatkan kontrol
halusinasi pasien gangguan jiwa. Dari hasil nilai t hitung sebesar 2,935 dengan T tabel
df 15 = 2,131 artinya nilai T hitung lebih besar dari T tabel maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh terapi expressive writing dan kemampuan mengungkapkan emosi
pada meningkatkan pengendalian halusinasi pasien gangguan jiwa.
PEMBAHASAN

Pengaruh kegiatan menulis ekspresif bagi kesehatan dapat ditunjukkan


dari penurunan sistem aktivitas saraf otonom dan kardiovaskular seperti
yang ditunjukkan oleh individu dalam proses relaksasi. Kondisi ini dapat
dijelaskan oleh Viewpoint Inhibition Theory, yang menyatakan bahwa
mengingat pikiran dan perasaan tentang trauma yang dihasilkan selama
akumulasi stres atau stres pada tubuh dan fisiologis, pemikiran obsesif
terkait dengan peristiwa.
LANJ.. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa sebelum


diberikan terapi menulis ekspresif gejala halusinasi yang dialami pasien
skizofrenia sebagian besar berada pada kategori sedang. Hal ini dikarenakan
halusinasi telah menyebabkan pasien mengalami ketidakmampuan atau
terhambat dalam hubungan sosialnya sehingga pasien hidup dalam kodratnya
sendiri, berinteraksi dengan pikiran yang diciptakannya sendiri, perasaan
yang dibuatnya sendiri, seolah-olah segala sesuatu menjadi sesuatu yang
nyata sehingga responden tidak dapat mengalihkan dan mengontrol
halusinasi yang dialaminya.
Kesimpulan
Terapi menulis dapat membantu fungsi mental: menciptakan kondisi tertentu
agar klien dapat mengekspresikan dan merefleksikan diri, mengembangkan
kemampuan agar dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitar,
membantu mengontrol emosi, membantu menemukan aktivitas sesuai dengan
bakat dan kondisinya, membantu dalam mengumpulkan data untuk
menegakkan diagnosis dan terapi, memulihkan fungsi fisik, mengajarkan ADL,
membantu klien membekali diri dengan pekerjaan rumah, meningkatkan
toleransi kerja, bersosialisasi dan mengarahkan minat, hobi untuk digunakan
kembali setelah klien kembali ke masyarakat. komunikasi terapeutik pada klien
gangguan jiwa.
JURNAL 2
Effect Of Applying “Acceptance And Commitment Therapy”
On Auditory Hallucinations Among Patients
With Schizophrenia
Judul : Expressive Writing Therapy and Disclosure Emotional Skills on the
Improvement of Mental Disorder Patients Control Hallucinations

Penulis : Ayman Mohamed Nasr El Ashry, Assistant Lecturer , Samia


Mohamed Abd El Dayem, Professor, Fatma Hussien Ramadan, Professor

Penerbit : Archives of Psychiatric Nursing

Tahun : 2021
Latar Belakang
Halusinasi merupakan fenomena yang sebagian besar ditemukan pada pasien
skizofrenia. Berbagai macam bentuk halusinasi, halusinasi pendengaran
merupakan jenis halusinasi yang paling dominan ditemukan pada pasien
skizofrenia. Halusinasi pendengaran adalah gejala psikotik yang umum
dengan prevalensi 70% dan sekitar 35% bertahan dengan obat antipsikotik.
Isi dari halusinasi pendengaran bisa bermacam-macam, ada yang dalam
bentuk perintah, komentar, atau hanya berbicara. Sekitar 30% pasien
halusinasi pendengaran isinya berupa perintah, ini lebih bahaya daripada
komentar. Halusinasi pendengaran dalam bentuk perintah dapat berisiko
bunuh diri dan pembunuhan.
Lanj.. Latar Belakang
Masalah halusinasi harus menjadi fokus perhatian tenaga kesehatan karena
jika halusinasi tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan risiko bagi
keselamatan pasien, orang lain, dan lingkungan. Hal ini terjadi karena
halusinasi sering mengandung perintah untuk melukai pasien itu sendiri atau
orang lain di sekitarnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa halusinasi
menyebabkan penderitaan atau gangguan dalam kehidupan dan aktivitas
sehari-hari pasien.
Lanj.. Latar Belakang
Berbagai upaya harus dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko yang
merugikan bagi pasien, keluarga, dan lingkungan dengan memberikan
manajemen terapeutik yang bermanfaat kepada pasien untuk mengurangi
halusinasi. Terapi untuk mengurangi halusinasi pada pasien skizofrenia
adalah dengan Acceptance and Commitment Therapy (ACT). Terapi ini
adalah tipe psikoterapi yang membantu pasien halusinasi untuk menerima
berbagai kesulitan yang dihadapi dalam kehidupan.
TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan ACT


terhadap halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia. ACT dapat
berkontribusi terhadap pengembangan intervensi keperawatan yang
efektif untuk mengelola halusinasi pendengaran. Selain itu, dapat
mengembangkan pertimbangan lebih lanjut tentang strategi pengobatan
dan rehabilitasi yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian quasiexperiment.


Instrumen penelitian :
- Wawancara terstruktur (data social-demografis dan klinis)
- Psychotic Symptom Rating Scale (PSYRATS-AH)
- Voices Acceptance and Action Scale (VAAS)
SAMPEL DAN POPULASI

Penelitian dilakukan di El-Maamoura Hospital for Psychiatric Medicine di


Alexandria, Mesir.
Subjek: Sebuah sampel acak dari 70 pasien rawat inap laki-laki dengan
skizofrenia dipilih dan dibagi secara merata menjadi kelompok studi dan
kelompok kontrol (35 pasien dalam setiap kelompok).
HASIL PENELITIAN

Skor rata-rata total (PSYRATS-AH) menunjukkan penurunan yang nyata dalam skor
rata-rata item total segera setelah menerapkan terapi (18,77±3.15) daripada pra-
intervensi (31.88±4,35) dan hampir stabilitas skor rata-rata pada pasca tiga bulan
(19,80±5.56). Di sisi lain, untuk kelompok kontrol, tabel menunjukkan bahwa skor
rata-rata (PSYRATS-AH) total menurun dari (32.48±4.69) pada praintervensi hingga
(24.34±5.04) segera diposkan dan peningkatan luar biasa lagi menjadi 32.44±6.12
setelah tiga bulan setelah pasien keluar dari rumah sakit.
HASIL PENELITIAN

Sesi selesai dan menjadi 103,17 pada pasca tiga bulan. Sedangkan, ada sedikit
peningkatan skor rata-rata semua subskala VAAS untuk kelompok kontrol, skor rata-
rata total VAAS meningkat segera setelah (29,71) daripada sebelum intervensi (17,74)
dan menurun.
Total Skala Penilaian Gejala Psikotik berarti perbedaan antara intervensi
sebelum dan sesudah tiga bulan meningkat dengan 11,99 untuk kelompok
studi lebih dari kelompok kontrol dan perbedaan itu ditemukan signifikan
secara statistik yang kuat (t= − 8,54, p = 0,000).
PEMBAHASAN

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh El Ashry dan Abdel
Al (2015)di Mesir yang menemukan bahwa sebagian besar pasien
melaporkan sering mengalami halusinasi pendengaran, yang kasar, kritis, dan
menuduh pasien melakukan hal-hal mengerikan yang menimbulkan
interpretasi negatif dan pengaruh negatif.
Lanj..PEMBAHASAN

Hasil penelitian saat ini menunjukkan peningkatan dalam semua aspek


halusinasi pendengaran setelah menerapkan ACT, Tingkat keparahan skor
rata-rata semua karakteristik halusinasi pendengaran menurun di antara
pasien dalam kelompok studi yang berpartisipasi dalam ACT dibandingkan
dengan pasien dalam kontrol. kelompok yang Diperlakukan Seperti Biasa
(TAU) dan perbedaan rata-rata signifikan statistik yang lebih tinggi
ditemukan antara kelompok studi dan kontrol pada segera pasca dan pasca
tiga bulan terapi.
Lanj.. PEMBAHASAN

Hasil ini dikaitkan dengan efek aktivitas ACT dan proses yang memperbesar fleksibilitas
psikologis pasien dalam menghadapi halusinasi pendengaran. Dalam sesi ACT, pasien yang
diteliti dipraktikkan untuk mengadopsi sikap sebagai pengamat yang sadar akan
pengalaman suara dan menumbuhkan sikap kesediaan untuk mengalami suara sambil
melakukan tindakan yang bernilai. ACT mempromosikan kemauan pasien dan
pengendalian diri sepanjang proses ACT dengan melepaskan praktek mengatasi dan
merangkul diri sebagai konteks, bukan sebagai konten dalam bereaksi terhadap suara bukan
perlawanan dan perjuangan dengan halusinasi pendengaran.
Latar Belakang
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Acceptance and Commitment Therapy
(ACT) dapat berhasil menurunkan tingkat keparahan semua aspek halusinasi pendengaran
pada pasien skizofrenia terutama yang berkaitan dengan gangguan yang berhubungan dengan
suara. Penelitian ini juga sangat menjanjikan dalam mengubah respons pasien terhadap
pengalaman suara alih-alih keterlibatan dengan suara-suara baik dan penolakan terhadap
suara-suara jahat menjadi sikap penerimaan dan tindakan otonom independen yang membuat
hidup pasien lebih dihargai dan lebih puas. Selain itu, terapi penerimaan dan komitmen dapat
sangat efektif dalam menurunkan angka rawat inap ulang selama tiga bulan setelah keluar
dari pasien yang dirawat seperti biasa di rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai