Oleh :
Zalfiana Syania, S.Kep
2212501010010
Pembimbing :
Ns. Laras Cynthia Kasih, M.Kep
A. Definisi
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu
atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal. Secara garis besar pembentukan
batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinstik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu
umur, jenis kelamin, dan keturunan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi
geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung dalam urin, dan pekerjaan.
Komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium oslat yang mencapai 80%.
Nefroliatisis berdasarkan komposisianya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit,
batu asam urat, batu sistin, batu xantin, batu triameteren, dan batu silikat.
Pembentukan batu ginjal pada umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi. Namun
pada urin normal, diperlukan adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-
kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi pembentukan batu.
Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada pervikalises, hiperplasia prostat
benigna, strikura, dan buli buluneurogenik ikut berperan dalam proses pembentukan
batu.
C. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan
infeksi, abses ginjal, poineprosis, urosepsis, dan kerusakan ginjal permanen (gagal
ginjal). 75% dari batu ginjal adalah batu kalsum. 60% tersusun dari kalsium okslat,
20% dari campuran kalsium okslat dan hydroxyapatie, 10% dari asam urat dan
struvite (magnesium ammonium fosfat) dan 2% adalah batu brushite.
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni
jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya adanya infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak
ini menjadi pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu
pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
menyebabkan terjadinya pengendapan.
D. Etiologi
Menurut Sakhae et al, 2012. Ada beberapa penyebab terbentuknya batu ginjal
yang dapat dipicu oleh faktor keturunan, makanan, dan obat-obatan.
a. Hiperkalsuria
Penyebab pembentukan batu kalsium. Disebabkan peningkatan penyerapan
kalsium usus, menurunnya reabsorbsi kalsium di ginjal dan peningkatan
mobilisasi dari tulang.
b. Hiperurikosuria
Terdeteksi dari 10% pembentuk batu kalsium. Berdasarakan fisikokimia batu
kalsium terbentuk akibat supersaturasi kemih dengan monosodium koloid
kristalisasi kalsium oksalat yang diinduksi oleh urat.
c. Hipositraturia
Sitrat adalah inhibitor endogen pembentukan batu kalisum. Rendahnya
ekskresi sitrat urin ditemukan pada 20-60% nefrolitiasis. Penentu utama ekskresi
sitrat urin adalah keseimbangan asam basa. Umumnya terjadi dengan asidosis
metabolik, peran penghambatan sitrat juga melibatkan pembentukan larutan
kompleks dan pengurangan kejenuhan.
d. Hiperoksaluria
Oksalat dan kalsium dapat meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat pada
kemih (merupakan 10-15% pembentuk batu kalsium). Disebabkan oleh produksi
oksalat yang berlebih akibat dari gangguan metabolisme, peningkatan penyerapan
oksalat usus, peningkatan asupan makanan bioavaibilitas, dan pH urin. Urin yang
sangat asam (pH 5.5) dan urin yang sangat basa (pH 6.7) dapat mempengaruhi
pembentukan batu kalsium. Dengan pH yang terlalu asam maka urin menjadi
jenuh dengan asam urat yang berperam dalam kristalisasi kalsium oksalat.
Sedangkan urin yang sangat alkalin dapat meningkatkan monohidrogen fosfat
yang dalam kombinasi dengan kalsium berubah menjadi termodinamika brusit
yang tidak stabil dan akhirnya terbentuk hidroksiapatit.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan
dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :
a. Nyeri
Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi
karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupunn ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan pada
pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau
toksin dalam tubuh , maka tubuh akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan
pembengkakan terhadap beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki,
pergelangan kaki, wajah dan atau tangan.
g. Tubuh cepat lelah / kelelahan
h. Bau Mulut / ammonia breath
i. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran
kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan
paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat
non opak (radio-lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akbiat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya
adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu
pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan
pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di
ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis,
pionefrosis, atau pengerutan ginjal.
G. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karna diharapkan
batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.
c. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang
terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu
dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi
hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan
endourologi yaitu :
PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.
Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah
batu ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau ureto-renoskopi
Memasukkan alat utereskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada
di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan
uteroskopi/uterorenoskopi ini.
Ektraksi dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien merasakan nyeri, akut/kronik dan kolik yang
menyebar ke paha dan genetelia. Yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh
oasien itu sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien yang menderita penyakit batu ginjal, pernah menderita
penyakit infeksi saluran kemih. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan
penggunaan berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat ginjal.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Tidak bisa BAK (produksi sedikit), sering BAK pada malam hari, kelemahan
otot atau tanpa keluhan lainnya.
2. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran :
Eye
Verbal
Motorik
c. Tanda-tanda vital :
Nadi :
Respirasi :
Suhu tubuh :
Tekanan darah
d. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi
2) Telinga
Inspeksi
3) Hidung
Inspeksi
4) Mulut
Inspeksi
5) Leher
Inspeksi dan palpasi
6) Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
7) Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
8) Ekstremitas atas
Inspeksi
9) Ekstremitas bawah
Inspeksi
10) Genetalia
Inspeksi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena batu
c. Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, terjadi peradangan
(inflamasi)
Rencana asuhan keperawatan
PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan : DPP:
Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan : DPP:
Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan : DPP:
Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
Purnomo, Basuki B. “dasar-dasar urologi.” Jakarta : Sagung seto. 2011, 6-9
Sakhae. “kindey stones 2012: pathogenesis, diagnosis, and managemen”. The Journal of
clinical Endocrinology & Metabolisme, 2012
Setiadi, Setiadi. 2017. Konsep manajemen keperawatan.
LAPORAN KASUS PASIEN
KELOLAAN
KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR
KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Usia : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Ujong Fatihah, Kec.Kuala, Nagan Raya
Pekerjaan : Pedagang
Status : Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 02 Oktober 2022
Diagnosa Medis : Batu Kolik
No. CM/Reg : 1-31-68-59
Tanggal pengkajian : 02 Oktober 2022
Keterangan :
= Laki-laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
2. Pola Eliminasi :
a. Buang air besar
1) Frekuensi : 2 hari sekali
2) Waktu : Pagi Siang Sore Malam
3) Keluhan :
Kolostomi Konstipasi Diare
Sakit saat BAB
4) Penggunaan pencahar : Ada Tidak ada
e. Personal hygiene
1) Rambut : Bersih Kotor Bau
2) Mulut : Bersih Kotor Bau
3) Kulit : Bersih Kotor Bau
4) Kuku : Bersih Kotor Pendek Panjang
5) Genetalia : Tidak dikaji
6) Data tambahan :-
3. Aspek psikologis
a. Konsep diri :
1) Gambaran diri : Baik
2) Ideal diri : Baik
3) Harga diri : Baik
4) Fungsi diri : Baik
5) Identitas diri : Status dalam keluarga sebagai suami
b. Status emosi : Baik
c. Mekanisme koping : Baik
d. Harapan terhadap perawatan : Pasien berharap cepat sehat kembali dan
beraktivitas seperti biasa
4. Aspek Spritual
a. Shalat : Ya Tidak
b. Berdoa : Ya Tidak
c. Berdzikir : Ya Tidak
d. Mengaji : Ya Tidak
Pernafasan : 20x/menit
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 60 kg
Ekstremitas Atas : Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa.
Kekuatan otot 5. Tangan kanan terpasang ivfd NaCl 0,9% 20 tpm.
Kulit :
Warna : Kebiru-biruan Pucat Bintik-bintik merah
Akral : Dingin Hangat Panas Diaforesis
Turgor : Baik Sedang Jelek
DO :
- K/U : lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- TD: 120/70 mmHg, S: 36,7oC, N:
90x/menit, P: 20x/menit
- Pengkajian nyeri :
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 4 (Nyeri sedang)
T : Saat berubah posisi
- Terpasang infus RL (20tpm)
2. DS : Nyeri Gangguan mobilitas
“Saya susah untuk bergerak karena sakit fisik
dibagian operasi”
DO :
- K/U : lemah
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien
butuh sedikit bantuan)
ADL dibantu keluarga : Makan,
minum, BAB
- Pasien terpasang kateter
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
O:
- K/U : lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- TD: 120/70 mmHg, S: 36,7oC, N:
90x/menit, P: 20x/menit
- Pengkajian nyeri :
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 4 (Nyeri sedang)
T : Saat berubah posisi
- Terpasang infus RL (20tpm)
A : Nyeri akut
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
I:
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
(16.00) Mengkaji nyeri
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 4 (Nyeri sedang)
T : Saat berubah posisi
(16.05) Mengajarkan Teknik nonfarmaklologis
untuk meredakan nyeri yaitu teknik distraksi
(pengalihan dengan mengingat hal yang indah)
(16.06) Mengkaji respon nyeri nonverbal
(Pasien tampak meringis dan memegang area
dada)
E:
- Nyeri masih terasa saat berubah posisi
- Skala nyeri 3
- Pasien belum sanggup duduk atau berdiri
O:
- K/U : lemah
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
ADL dibantu keluarga : Makan, minum,
BAB
- Pasien terpasang kateter
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
P:
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memluai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (mis.pagar tempat tidur)
I:
(18.00) Memeriksa ttv
(18.05) Menanyakan aktivitas apa saja yang
sanggup dilakukan pasien sendiri
(18.07) Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
E:
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
- Pasien terpasang kateter
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
A : Hipertermi
P:
- Identifkasi penyebab hipertermi
- Monitor suhu tubuh
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
- Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
I:
(15.00) Memeriksa suhu tubuh
(15.05) Menganjurkan kepada keluarga untuk
kompres dingin
(15.20) Memberikan drip paracetamol
E:
- Suhu tubuh menurun
- Pasien tidak menggigil lagi
- Pasien berkeringat
R:
Hipertermi teratasi, intervensi dihentikan
O:
- K/U : lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- TD: 130/80 mmHg, S: 36,5oC, N:
92x/menit, P: 20x/menit
- Pengkajian nyeri :
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
R : Pinggang kiri
S : 4 (Nyeri sedang)
T : Saat berubah posisi
- Terpasang infus RL (20tpm)
A : Nyeri akut
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
I:
(16.00) Mengkaji nyeri
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 4 (Nyeri sedang)
T : Saat berubah posisi
(16.05) Mengajarkan Teknik nonfarmaklologis
untuk meredakan nyeri yaitu teknik distraksi
(pengalihan dengan mengingat hal yang indah)
(16.06) Mengkaji respon nyeri nonverbal
(Pasien tampak meringis dan memegang area
dada)
E:
- Nyeri masih terasa saat berubah posisi
- Skala nyeri 4
- Pasien belum sanggup duduk atau berdiri
O:
- K/U : lemah
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
ADL dibantu keluarga : Makan, minum,
BAB
- Pasien terpasang kateter
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
P:
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memluai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat tidur)
I:
(18.00) Memeriksa ttv
(18.05) Menanyakan aktivitas apa saja yang
sanggup dilakukan pasien sendiri
(18.07) Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
E:
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
- Pasien terpasang kateter
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
O:
- K/U : lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- TD: 130/90 mmHg, S: 36,5oC, N:
95x/menit, P: 20x/menit
- Pengkajian nyeri :
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 3 (Nyeri ringan)
T : Saat berubah posisi
- Terpasang infus RL (20tpm)
A : Nyeri akut
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
I:
(21.00) Mengkaji nyeri
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
R : Pinggang kiri
S : 3 (Nyeri ringan)
T : Saat berubah posisi
(21.05) Mengajarkan Teknik nonfarmaklologis
untuk meredakan nyeri yaitu teknik distraksi
(pengalihan dengan mengingat hal yang indah)
(21.10) Mengkaji respon nyeri nonverbal
(Pasien tampak meringis dan memegang area
operasi)
E:
- Nyeri masih terasa saat berubah posisi
namun sudah berkurang
- Skala nyeri 3
- Pasien sudah sanggup duduk namun belum
sanggup berdiri
O:
- K/U : lemah
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
ADL dibantu keluarga : Makan, minum,
BAB
- Pasien terpasang kateter
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
P:
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memluai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat tidur)
I:
(21.00) Memeriksa ttv
(21.08) Menanyakan aktivitas apa saja yang
sanggup dilakukan pasien sendiri
(21.10) Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
E:
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
- Pasien terpasang kateter
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
A : Hipertermi
P:
- Identifkasi penyebab hipertermi
- Monitor suhu tubuh
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
- Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
I:
(22.00) Memeriksa suhu tubuh
(22.05) Menganjurkan kepada keluarga untuk
kompres dingin
(22.15) Memberikan drip paracetamol
E:
- Suhu tubuh menurun
- Pasien tidak menggigil lagi
- Pasien berkeringat
R:
Hipertermi teratasi, intervensi dihentikan
O:
- K/U : lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- TD: 130/90 mmHg, S: 36,5oC, N:
95x/menit, P: 20x/menit
- Pengkajian nyeri :
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
R : Pinggang kiri
S : 2 (Nyeri ringan)
T : Saat berubah posisi
- Terpasang infus RL (20tpm)
A : Nyeri akut
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
I:
(21.00) Mengkaji nyeri
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 3 (Nyeri ringan)
T : Saat berubah posisi
(21.05) Mengajarkan Teknik nonfarmaklologis
untuk meredakan nyeri yaitu teknik distraksi
(pengalihan dengan mengingat hal yang indah)
(21.10) Mengkaji respon nyeri nonverbal
(Pasien tampak meringis dan memegang area
operasi)
E:
- Nyeri masih terasa saat berubah posisi
namun sudah berkurang
- Skala nyeri 2
- Pasien sudah sanggup duduk namun belum
sanggup berdiri
O:
- K/U : lemah
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
ADL dibantu keluarga : Makan, minum,
BAB
- Pasien terpasang kateter
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- Kekuatan otot :
5555 5555
3333 3333
P:
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memluai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat tidur)
I:
(21.00) Memeriksa ttv
(21.08) Menanyakan aktivitas apa saja yang
sanggup dilakukan pasien sendiri
(21.10) Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
(21.10) Menganjurkan keluarga untuk melatih
mobilisasi pasien
E:
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
- Pasien terpasang kateter
- Kekuatan otot :
5555 5555
4444 4444
O:
- K/U : lemah
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- TD: 130/90 mmHg, S: 36,5oC, N:
95x/menit, P: 20x/menit
- Pengkajian nyeri :
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 2 (Nyeri ringan)
T : Saat berubah posisi
- Terpasang infus RL (20tpm)
A : Nyeri akut
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
I:
(21.00) Mengkaji nyeri
P : Saat bergerak
Q : Ngilu
R : Pinggang kiri
S : 3 (Nyeri ringan)
T : Saat berubah posisi
(21.05) Mengajarkan Teknik nonfarmaklologis
untuk meredakan nyeri yaitu teknik distraksi
(pengalihan dengan mengingat hal yang indah)
(21.10) Mengkaji respon nyeri nonverbal
(Pasien tampak meringis dan memegang area
operasi)
E:
- Nyeri masih terasa saat berubah posisi
namun sudah berkurang
- Skala nyeri 2
- Pasien sudah sanggup duduk dan berdiri
O:
- K/U : lemah
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
ADL dibantu keluarga : Makan, minum,
BAB
- Pasien terpasang kateter
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 (E4M5V6)
- Kekuatan otot :
5555 5555
4444 4444
P:
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memluai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat tidur)
I:
(07.00) Memeriksa ttv
(07.05) Menanyakan aktivitas apa saja yang
sanggup dilakukan pasien sendiri
(07.10) Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
(07.15) Menganjurkan keluarga untuk melatih
mobilisasi pasien
E:
- Skala ketergantungan : 1 (Pasien butuh
sedikit bantuan)
- Pasien terpasang kateter
- Kekuatan otot :
5556 5555
4444 4444
- Pasien sudah sanggup berjalan secara
perlahan dibantu keluarga
R : Masalah teratasi, intervensi dihentikan
LAPORAN KASUS
PASIEN RESUME
Identitas Pasien Resume
Nama : Tn.M
Usia : 65tahun
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal masuk : 1 Oktober 2022
No. CM : 1-31-45-59
Diagnosa Medis : Suspek abses flank sinistra
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Ds : pasien mengatakan nyeri di
pinggang kiri, dan perut Agen pencedera Nyeri Akut
Do : fisiologis
-terlihat kesakitan
P: terasa nyeri ketika di gerakkan
Q: nyeri seperti berdenyut
R: nyeri di bagian pinggang kiri, dan
perut
S : Skala nyeri 6
T: Timbulnya tidak menentu
Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36.7
Pernafasan: 20 kali/menit
2. DS: pasien mengatakan batuk dan Sekresi yang tertahan Sekresi yang tertahan
adanya sekret
DO :
-terlihat pasien tidak bisa batuk efektif
-adanya sekret tidak banyak
3. DS : dan susah untuk tidur dimalam Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur
hari .
DO :
-pasien tampak tidak cukup tidur
-sering menguap
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan denga agen pencedera fisiologis
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
INTERVESI KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA
SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan 5x24 jam Observasi
dengan agen diharapkan nyeri menurun, -Lakukan pengkajian nyeri secara
pencedera fisik dengan kriteria hasil: komprehensif termasuk lokasi,
-skala nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas nyeri
-pasien tidak meringis lagi -observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
-identifikasi faktor yang
meringankan dan memperberat
nyeri
Terapeutik
-ajarkan manajemen nyeri
nonfarmakologis (relaksasi napas
dalam)
Edukasi
-jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
-berikan analgesik sesuai anjuran
Dokter
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Latihan Batuk Efektif
nafas tidak efektif perawatan 5x24 jam diharapkan Observasi
berhubungan bersihan jalan nafas meningkat, -Identifikasi kemampuan batuk
dengan sekresi dengan kriteria hasil: -Monitor adanya retensi sputum
-batuk efektif meningkat -Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
-frekuensi nafas membaik napas
-produksi sputum menurun -Monitor input dan output cairan ( mis.
-pola nafas membaik jumlah dan karakteristik)
2. Terapeutik
-Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
-Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
-Buang sekret pada tempat sputum
3. Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
-Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu dibulatkan)
selama 8 detik
-Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
-Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
-Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Biofeedback, hipnosis, relaksasi,
terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian antiemetik, jika
perlu
3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Observasi
tidur berhubungan Keperawatan 5x24 jam di -Identifikasi pola aktivitas dan istirahat
dengan hambatan harapkan, gangguan pola tidur -Identifikasi faktor pengganggu tidur
lingkungan menurun Teraupetik
dengan kriteria hasil : -Modifikasi lingkungan (mis.
-keluhan sulit tidur menurun pencahayaan, kebisingan, suhu, dll)
-keluhan sering terjaga menurun -Tetapkan jadwal tidur rutin
-keluhan tidak puas tidur menurun -Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, dll)
Edukasi
-jelaskan pentingnya tidur yang cukup
saat sakit
A: Nyeri akut
P:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas nyeri
-observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
-identifikasi faktor yang meringankan dan memperberat
nyeri
-ajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis (relaksasi
napas
dalam)
-berikan analgesik sesuai anjuran Dokter
I:
- melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas nyeri
-mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
-mengidentifikasi faktor yang meringankan dan
memperberat nyeri
-mengajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis
(relaksasi napas
dalam)
-memberikan analgesik sesuai anjuran Dokter
R: intervensi dilanjutkan
P:
Identifikasi kemampuan batuk
-Monitor adanya retensi sputum
-Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
-Buang sekret pada tempat sputum
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu dibulatkan) selama 8 detik
-Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
I:
- Mengidentifikasi kemampuan batuk
-Memonitor adanya retensi sputum
-mengatur posisi semi-Fowler atau Fowler
-menJelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu dibulatkan) selama 8 detik
-menganjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
E:
-pasien belum batuk dengan efektif
-terlihat pada saat batuk, masih ada sputum yang tidak di
keluarkan
-mengatur posisi semi fowler
-menjelaskan dari tujuan batuk, batuk efektif dimana
batuk dengan benar untuk menngeluarkan dahak yang
menumpuk
-menyuruh pasien untuk batuk melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
-Menyuruh pasien untuk mengulanginya kembali
R: intervensi dilanjutkan
Sabtu Pola tidur tidak S: pasien susah untuk tidur dimalam hari
01 Oktober 2022 efektif O:
-pasien tampak tidak cukup tidur
-sering menguap
P:
Identifikasi pola aktivitas dan istirahat
-Identifikasi faktor pengganggu tidur
-Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
suhu, dll)
-Tetapkan jadwal tidur rutin
-Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi, dll)
-jelaskan pentingnya tidur yang cukup saat sakit
I:
-Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat
-mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
-Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, dll)
-melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi, dll)
-menjelaskan pentingnya tidur yang cukup saat sakit
E:
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat (siang
14.00 a/d 15.00, malam 00.00 s/d 02.00)
-pasien merasakan suara yang berisik pada saat mau
tertidur, danlingkungan kurang nyaman
-membatasi jadwal kunjungna pada pasien, menjauhkan
sura berisik dekat pasien, mematikan lampu pada saat
pasien mau tertidur
- mengubah posisi semifowler, mengganti seprai dengan
yang baru untuk meningkatkasn kualitas tidur
- menjelaskan pentingnya tidur untuk menunjang
kesembuhan dari pasien.
R: Intervensi Dilanjutkan
A: Nyeri akut
P:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas nyeri
-observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
-identifikasi faktor yang meringankan dan memperberat
nyeri
-ajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis (relaksasi
napas
dalam)
-berikan analgesik sesuai anjuran Dokter
I:
- melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,durasi, frekuensi, kualitas nyeri
-mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
-mengajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis
(distraksi)
-memberikan analgesik sesuai anjuran Dokter
P:
Identifikasi kemampuan batuk
-Monitor adanya retensi sputum
-Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
-Buang sekret pada tempat sputum
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu dibulatkan) selama 8 detik
-Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
I:
- Mengidentifikasi kemampuan batuk
-Memonitor adanya retensi sputum
-mengatur posisi semi-Fowler atau Fowler
-menJelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu dibulatkan) selama 8 detik
E:
-pasien sudah batuk efektif
-sputum masih ada
-mengatur posisi semi fowler
-menyuruh pasien untuk batuk efektif kembali yang
sudah diajarkan agar dahak bisa keluar semua
-Menyuruh pasien untuk mengulanginya kembali ,
dengan tarik nafas dalam selama 4 detik, kemudian di
keluarkan mealui mulut denagn bibir mencucu
R: intervensi dilanjutkan
Minggu Pola tidur tidak S: pasien masih mengeluh susah untuk tidur dimalam
02 Oktober 2022 efektif hari
O:
-pasien tampak tidak cukup tidur
-sering menguap
-Pasien terlihat lemah akibat kurang tidur
P:
-Identifikasi pola aktivitas dan istirahat
-Identifikasi faktor pengganggu tidur
-Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
suhu, dll)
-Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi, dll)
-jelaskan pentingnya tidur yang cukup saat sakit
I:
-Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat
-Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, dll)
-melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi, dll)
E:
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat ( 13.00 s/d
14.00, malam 01.00s/d 03.00)
-membatasi jadwal kunjungn pada pasien, menjauhkan
sura berisik dekat pasien, mematikan lampu pada saat
pasien mau tertidur
- mengubah posisi semifowler, mengganti seprai dengan
yang baru untuk meningkatkasn kualitas tidur
R: Intervensi Dilanjutkan
A: Nyeri akut
P:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas nyeri
-observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
-identifikasi faktor yang meringankan dan memperberat
nyeri
-ajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis (relaksasi
napas
dalam)
-berikan analgesik sesuai anjuran Dokter
I:
- melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,durasi, frekuensi, kualitas nyeri
-mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
-mengajarkan manajemen nyeri nonfarmakologis (dzikir )
-memberikan analgesik sesuai anjuran Dokter
P:
Identifikasi kemampuan batuk
-Monitor adanya retensi sputum
-Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
-Buang sekret pada tempat sputum
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu dibulatkan) selama 8 detik
-Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
I:
- Mengidentifikasi kemampuan batuk
-Memonitor adanya retensi sputum
-mengatur posisi semi-Fowler atau Fowler
-menJelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
-menganjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu dibulatkan) selama 8 detik
E:
-pasien sudah batuk efektitif
-terlihat batuk masuih ada
-mengatur posisi semi fowler
-menyuruh pasien untuk batuk efektif kembali yang
sudah diajarkan agar dahak bisa keluar semua
-Menyuruh pasien untuk mengulanginya kembali ,
dengan tarik nafas dalam selama 4 detik, kemudian di
keluarkan mealui mulut denagn bibir mencucu
R: intervensi dilanjutkan
P:
Identifikasi pola aktivitas dan istirahat
-Identifikasi faktor pengganggu tidur
-Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
suhu, dll)
-Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi, dll)
-jelaskan pentingnya tidur yang cukup saat sakit
I:
-Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat
-Memodifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
kebisingan, suhu, dll)
-melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi, dll)
E:
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat, (pasien
tidak tidur siang, malam tertidur dari jam 01.00 s/d jam
05.00)
-membatasi jadwal kunjungan pada pasien, menjauhkan
sura berisik dekat pasien, mematikan lampu pada saat
pasien mau tertidur
- mengubah posisi semifowler, mengganti seprai dengan
yang baru untuk meningkatkasn kualitas tidur
R: Intervensi Dilanjutkan