Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITIASIS

A. Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat,
srtruvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervariasi dari yang granular (pasir dan kerikil)
sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan dengan spontan, pria
lebih sering terkena penyakit ini daripada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang
mungkin terjadi.(Mansjoer Arief, 2010)
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran
saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi di dalalm urine. (Nursalam, 2008)
Nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang merupakan
pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel
yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksala dan fosat) atau
magnesium fosat dan asam urat. (Baradero, 2008)
B. Klasifikasi
Pembentukan batu saluran kemih atau ureter dapat diklasifikasikan menjadi sebagai
berikut:
a. Batu kalsium
Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Mulai
dari ukuran pasir sampai memenuhi pelvis renal (batu stoghorn). Hiperkalsiuria dapat
disebabkan oleh beberapa hal:
1) Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas kalsium,seperti pada
hiperparatiroid, immobilias, dan cushing disease.
2) Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti: sarcoidosis atau milk-alkali
sindrom.
3) Gangguan absorpsi tubulus ginjal.
4) Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney.
b. Batu oksalat
Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanyasereal, dan jarang terjadi di
daerah peternakan. Meningkatnya oksalat disebabkan oleh:
1. Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake tinggimakanan
berbahan kecap.
2. Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil.
3. Overdosis vitamin C atau asam askorbat.
4. Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan oksalat dilepas untuk
diabsorpsi.
c. Batu struvit
Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan ammonium fosfat. Pada urin
tinggi ammonia karena infeksi oleh bakteri yang mengandung enzim urease, seperti
proteus, pseudomonas, klebsiella, stapilococcus,yang memecah urea menjadi 2
molekul ammonia, sehingga pH urin menjadi alkali. Biasa membentuk batu staghorn,
sering membuat abses,dan sulit dieliminasi karena batu mengelilingi bakteri sehingga
terlindung dari antibiotic.
d. Batu asam urat
Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang cairan,atau pH urin
rendah. Orang dengan gout primer/sekunder berisikomengalami batu asam urat.
e. Batu sistin
Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino congenital dari gangguan
autosom resesif, yang mengakibatkan terbentuknya Kristalcistin di urin yang terutama
terjadi pada anak-anak dan remaja, sedangkan pada dewasa jarang terjadi.
f. Batu xantin
Bersifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal dipicu pada urin yang
asam.(Mansjoer Arief, 2010)
C. Etiologi
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam ginjal, kristal
tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada
penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran
kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan
kebanyakan intake kalsium serta alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam
urine.
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1) Herediter
Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2) Umur
Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin
Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Suhu
Nefrolitiasis lebih banyak ditemukan pada daerah bersuhu tinggi.
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
4. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
6. Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan
mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat
sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
D. Manifestasi klinis
Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :
1) Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa
nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya
konstan. Terutama timbul pada costovertebral.
2) Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang
disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
3) Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal
serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
4) Sumbatan
Batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih: demam
dan menggigil (Nursalam, 2011)
5) Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala
6) Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menye
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalias (nyeri kolik yang hebat). Kolik
renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan
paha sebelah dalam. (Smeltzer,2014)
7) Gejala lainya adalah mual dan muntah,perut menggelembung, demam, menggigil
dan darah dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama
ketika melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu
menyumbat aliran kemih menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di
dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan
mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal (Mansjoer Arif, 2010 )
E. Patofisiologi
Batu saluran kemih biasanya timbul akibat terjadinya kerusakan pada sistem
keseimbangan cairan yang baik.Ginjal harus mengolah air, namun ginjal juga harus
mengekskresikan materi yang derajat kelarutannya rendah.Dua persyarafan yang
berlawanan ini harus diseimbangkan selama adaptasi terhadap diet, iklim dan aktivitas.
Hingga derajat tertentu, masalah ini diringankan oleh kenyataan bahwa urin mengandung
substansi yang menghambat proses klristalisasi kalsium dan garam lainnya yang dapat
mengikat kalsium menjadi senyawa kompleks yang larut, mekanisme protektif ini kurang
begitu sempurna.
Hiperkalsiuria seringkali menyebabkan pembentukan batu kalsium oksalat yang
mengendap dalam ginjal dan berubah menjadi batu dalam sekian waktu. Hiperurikosuria
dengan atau tanpa hiperurikemia merupakan faktor yang paling mendasar pembentukan
batu ginjal. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh organisme pemecah-urin
menyebabkan alkalinisasi urin dan produksi ammonia yang berlebih, yang dapat
mengakibatkan presipitasi magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium
fosfat.Benda-benda ini bekerja sebagai benda asing, menyebabkan obstruksi dan infeksi
secara terusmenerus. Saat urin menjadi “super” jenuh dengan materi yang tidak dapat
larut, karena laju ekskresinya berlebihan dan atau karena konservasi air begitu ekstrim,
maka kristal mulai terbentuk dan dapat membesar serta mengelompok untuk membentuk
sebuah batu.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa.
Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar menyebabkan
perubahan eliminasi urin dan biasanya urin yang dikeluarkan mengandung darah
(hematuria) akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,51 cm keluar spontan.
Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan
muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal yang dapat
mengakibatkan kekurangan volume cairan.
Untuk itu dilakukan pembedahan. Pasien post operasi yang masih terpengaruh
anestesi mengalami penurunan kesadaran dan mengalami kelemahan fisik yang
mengakibatkan terjadinya hambatan mobilitas fisik. Pada daerah insisi dimana terjadi
terputusnya kontinuitas jaringan yang merupakan tempat masuknya organisme sehingga
pasien beresiko tinggi mengalami infeksi, selain itu pada daerah insisi mengenai sel-sel
syaraf sehingga sensasi syaraf nyeri meningkat, pasien mengalami gangguan rasa nyaman
nyeri.Nyeri bertambah bila untuk bergerak hal ini menyebabkan pasien mengalami defisit
perawatan diri. Pada proses penyembuhan daerah yang diinsisi, tubuh mengalami
peningkatan metabolisme sehingga mengalami nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada proses penyembuhan diperlukan nutrisi dan diit yang dapat mempercepat
proses penyembuhan luka, maka dilakukan pendidikan kesehatan dimana pasien kurang
informasi menyebabkan kurang pengetahuan pada pasien.(Corwin, 2009 )
F. Pathway
Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik Pada ginjal Hiperkalsiuria
Herediter Geografi
Umur Suhu
Jenis Asupan air Banyak zat Pembentukan batu
kelamin Diet terlarut dalam kalsium oksalat
Pekerjaan urin
Infeksi
Mengendap di
ginjal
Zat pelarut
mengendap

Endapan menjadi
batu

NEFROLITIASIS

Tindakan pembedahan Nefrolitotomi

Infeksi saluran Nyeri tekan diarea Kurang


kemih kostovertebral pengetahu Terputusnya
anestesi Luka insisi Meta
an kontinuitas
pembedahan bolisme
jaringan
Alkalinisasi urin Kolik renal
dan produksi urin Penurunan
berlebih Ansietas Syaraf nyeri kesadaran ketidak
mengalami seimbangan
Mual rangsangan nutrisi kurang
muntah dari
Obstruksi Kelemahan
urin Kekurangan fisik kebutuhan tubuh
volume Nyeri akut
Penurunan cairan Tempat
Nyeri akut pengeluaran masuknya
urin Hambatan MO
mobilitas
fisik
Resiko
Aliran
tinggi
urin
infeksi
terhanbat

Gangguan
eliminasi urin
G. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
1. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis
apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga
adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu
terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena
itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu
radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling
defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung
batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini
perludilakukan pielografi retrograde.
2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
3. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal
merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan
sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau
batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN
hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan
Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah
dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil
normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya
untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu di
sekitar saluran kemih.
4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukkan
adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
H. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan
gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
3. Hidronefrosis
Karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal
dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin.
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
1. Penatalaksanaan medis
a) Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan
minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik
bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b) Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah
ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan
memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
c) Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun
demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah
diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain.
Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal
untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
d) Obat diuretik thiazid ( misalnya trichlorometazid)akan mengurangi pembentukan
batu yang baru.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi nyeri
a. Peredaan segera pada nyeri hebat karena kolik uterteral atau renal diatasi dengan
analgesik narkotik.
b. Pasien dilanjutkan untuk memilih posisi yang nyaman.
c. Mandi air panas atau air hangat diarea panggul dapat mengurangi nyeri.
d. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin,
mengencerkan urin dari dan menjamin keluaran urin yang besar.(Sjamsuhidajat,
2010)
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2010 . Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius
Baradero, Mary et al. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.
Corwin, elizabeth, J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta. EGC
Muttaqin Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika
Nurarif, A, H dan Kusuma, H, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction
Nursalam. 2008 . Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Sjamsuhidajat, & de Jong. 2010 . Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2014 .Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai