Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


BATU GINJAL

DISUSUN OLEH :
INDRIANA SARI PUTRI
110STYJ19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2019/2020
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat
satu atau lebih batu di dalam pelvis atau kaliks dari ginjal
dan merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran
kemih (http://ejournal.unsrat.ac.id).
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal
batu-
batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin
(kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin).
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk
di
dalam saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke
kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi
ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011).
Mary Baradero (2019) mendefinisikan nefrolitiasis
adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang
merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat
organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati.
Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium
(oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam
urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan
suatu keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011).
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau
kaliks)
dan mengalir bersama urine (Susan Martin, 2017).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil
kesimpulan bahwa batu ginjal atau bisa disebut
nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada
saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di
dalam ginjal,
yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada
saluran dan proses perkemihan.
B. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada
usia 30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air
(bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum
kurang), diet banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran
berwarna hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin,
dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air
minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011
C. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi
tertentu seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu
juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang
mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam
dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu,
jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan
merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar
biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar
dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu
diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan
muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan
ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses
pembentukan batu yaitu:
a. Teori inti (nucleus):
Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine
yang sudah mengalami supersaturasi.
b. Teori matriks:
Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan
kemungkinan pengendapan kristal.
c. Teori inhibitor kristalisasi:
Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi,
konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan
terjadinya kristalisasi.
Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi
ini tergantung dari PH urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan
pembentukan kompleks. Terdapat beberapa jenis batu, di antaranya :
a. Batu kalsium
Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan
permukaan halus, dapat bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu
kalsium sering di jumpai pada orang yang mempunyai kadar vitamin D
berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang menderita kanker,
struke atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium. Batu
kalsium dapat di sebabkan oleh:
1) Hiperkalsiuria abortif:
Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus
yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.
2) Hiperkal siuria renalis:kebocoran pada ginjal
b. Batu oksalat
Batu oksalat dapat disebabkan oleh
1) Primer autosomal resesif
2) Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.
3) Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass
jejenoikal, sindrom malabsorbsi
c. Batu asam urat
Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan
oleh:
1) Makanan yang banyak mengandung purin
2) Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma
3) Dehidrasi kronis
4) Obat: tiazid, lazik, salisilat
d. Batu sturvit
Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada
riwayat infeksi, terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten
akibat UTI kronik. Batu sistin terjadi terutama pada beberapa pasien yang
mengalami defek absorbsi sistin.
e. Batu Sistin
Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin
dalam urin.keadan ini terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter
yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas
sikat tubulus proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
D. Tanda dan Gejala
Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu
pada ginjal. Gejala umum yang muncul diantaranya:
1. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyeri kolik
ditandai dengan rasa sakit yang hilang timbul di sekitar tulang rusuk dan
pinggang kemudian menjalar ke bagian perut dan daerah paha sebelah
dalam.
2. Karena nyeri hebat biasa di ikuti demam dan menggigil.
3. Kemungkinan adanya rasa mual dan terjadi nya muntah. Dan gangguan
perut.
4. Adanya darah di dalam urin. Dan adanya gangguan buang air kecil
penderita juga sering BAK. Atau malah terjadinya penyumbatan
pada saluran kemih. Jika ini terjadi maka resiko terjadinya infeksi
saluran
kemih menjadi lebih besar.
E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa
nefrolitiasis, yaitu :
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologi
1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
2) USG abdomen
3) PIV (Pielografi Intravena)
4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2018)
F. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batu
nefrolitiasis adalah:
a. Sumbatan: akibat pecahan batu
b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
dan pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis (Susan Martin, 2017).
G. Penatalaksanaan
Menurut penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang lebih/banyak
sekitar 2000 cc/hari
dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di
ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang
paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar
tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat
gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan
mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2%
pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon
terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi
setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase
urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
H. Prognosis
Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung
dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya

obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin jelek prognosisnya. Letak
batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya
infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor
obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga
prognosis menjadi jelek.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Asmadi (2018) pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna
menentukan status kesehatan klien saat ini.
pengumpulan data pada klien dengan nefrolitiasis :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no
registrasi, diagnose medis, dan tanggal medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat
ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011) keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian
nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.

Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST

Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis


Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri, tetapi pada
Incident beberapa kasus di dapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-
tiba dari berdiri atau berbaring berubah ke posisi duduk atau
melakukan fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.

Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan
pain kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos system
kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan
batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensai nyeri. Nyeri
non-kolik terjadi akibat peregengan kapsul ginjal karena terjadi
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri diseluruh area
kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual dan muntah.
Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex retrointestinal dan proksimitas
anatomi ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.

Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan keluhan nyeri yang
radiation, luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genetalia.
relief Pasien merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar

dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Keluhan


ini disebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar
secara anterior dan pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih,
sedangkan pada pria mendekati testis.

Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 dan pasien
(scale) of
pain akan menilai seberapa jauh yang dirasakan.
0= Tidak ada nyeri
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
4= Nyeri berat sekali/tak tertahan

Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada posisi 3 di
rentang 0-4 pengkajian skala nyeri.

Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul


mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga. Tanyakan apakah
gejala-gejala timbul secara terus menerus atau hilang timbul
(intermiten). Tanyakan apa yang sedang dilakukan pasien pada waktu
gejala timbul. Lama timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala
tersebut pertama kali timbul dan usahakan menghitung tanggalnya
seteliti mungkin. Misalnya, tanyakan kepada pasien apa yang pertama
kali dirasakan tidak biasa atau tidak enak
3) Riwayat Kesehatan)
Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
a) Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor
yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul
sampai di bawa ke RS.
b) Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal. Menurut Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu
saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK
kronis, riwayat penyakit bedah usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti
hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan
berlebihan kalsium atau vitamin D.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
d) Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112)
pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat
mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan

intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian


psikososialspiritual yang seksama.
Pola - Pola Fungsi Kesehatan
pengkajian pola-pola fungsi kesehatan pada pasien dengan diagnosa
nefrolitiasis, yaitu :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit
batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata
laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
karena adanya luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi
purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,
terjadi abdominal, penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013:187).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.

d. Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran
kemih, BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
karena adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan
dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya
selama di rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat
melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan
dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik
tidak ada gangguan.

j. Pola penaggulangan stress

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal


yang positif jika stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada
obat dan dapat sembuh.
Pemeriksaan Fisik Fokus
Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis
didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat
sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien
terlihat mual dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada
beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon
nyeri.

B. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase
batu ginjal dan atau insisi bedah (Susan M. T., 2017).
2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau
infalamsi (Kartika S. W., 2013).
3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin,
2011).
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
5. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan
pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi (Mary Baradero,
2018).
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase
batu ginjal dan atau insisi bedah (Susan M. T., 2017:727).
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi, menunjukkan fostur rileks.
Intervensi :
1) Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.
Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan
terjadi sumbatan kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine.
2) Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.
Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran
yang sempit.
3) Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik
renal.
Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.
4) Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks
5) Ajarkan teknik relaksasi/distraksi
Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.
6) Berikan obat anti nyeri/analgesik
Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri
2. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau
infalamsi (Kartika S. W., 2013).
Tujuan : Perubahan eliminasi urine teratasi
Kriteria hasil : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar tidak ada,
dorongan ingin berkemih terus berkurang.
Intervensi :
1) Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.
Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda
komplikasi misalnya infeksi, atau perdarahan.
2) Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
4) Awasi pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit
mengindikasikan disfungsi ginjal.
3. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik (Arif Muttaqin,
2011:116).
Tujuan : Asupan klien terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien mempertahankan status asupan nutrisi
yang adekuat, pernyataan kuat untuk

memenuhi kebutuhan nutrisinya.


Intervensi :
1) Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat
badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat
mual/muntah dan diare.

Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk


menetapkan pilihan intervensi.
2) Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai
indikasi) atau dengan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki
nutrisi.
3) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan,
serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral.
Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau
obat yang dapat merangsang pusat muntah.
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis
diet yang tepat.
Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan
kalori sehubungan dengan status hipermetabolik.
5) Kolaborasi untuk pemberian anti muntah
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan
meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
Tujuan : Pengetahuan klien tentang penyakit baik.
Kriteria hasil : Klien akan membuka diri meminta Informasi.
Intervensi :
1) Observasi area post op dari tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan,nyeri, panas,bengkak,adanya fungsiolesa.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih dan sepsis.
2) Monitor Tanda Tanda Vital
Rasional : Mengetahui perkembangan klien sehingga mengetahui
rentang Suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah.
3) Gunakan tehnik steril saat perawatan luka

Rasional : Mengurangi peningkatan jumlah mikroorganisme yang


masuk.
4) Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan
luka
Rasional : Meningkatkan informasi dan pengetahuan klien dan
keluarga
5) Kolaborasi medik pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik dapat Membunuh mikroorganisme
5. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan
pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi (Mary Baradero,
2018).
Tujuan : Memberikan informasi pasien dan keluarga
Kriteria hasil : Pasien dan keluarga mampu memahami tentang proses

penyakit, dan pengobatan


D. Implementasi

Menurut Nursalam (2011:127) Implementasi adalah pelaksanaan dari


rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifi. Tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yan spesifik dilaksanakan utuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari implementasi
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping.
E. Evaluasi

Menurut Zaidin Ali (2019) Evaluasi keperawatan adalah suatu proses


menentukan nilai keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Marilyn E Doenges (Zaidin Ali, 2019) ada 3 komponen
penting dalam evaluasi keperawatan, yakni :
a. Pengkajian Ulang
Pengkajian ulang merupakan pemantauan status klien yang konstan
dengan melihat respons klien terhadap intervensi keperawatan dan
kemajuan kearah pencapaian hasil yang diharapkan dan dilaksanakan terus
menerus sampai klien pulang dari rumah sakit/sembuh.
b. Modifikasi rencana keperawatan
Hasil pengkajian ulang merupakan informasi yang sangat penting
dalam memodifikasi rencana keperawatan. Apabila telah terpenuhi
kebutuhan fisiologis dasar, seperti udara, air, makanan, dan keamanan,
asuhan keperawatan beralih ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya harga
diri. Apabila kebutuhan dasar belum terpenuhi, kebutuhan dasar dipenuhi
dahulu dan kebutuhan yang lebih tinggi ditunda.
c. Penghentian pelayanan
Apabila hasil yang diharapkan telah tercapai dan tujuan yang lebih
luas telah terpenuhi, penghentian pelayanan keperawatan dapat
direncanakan. Akan tetapi, hal ini agak sulit bagi pemecah masalah yang
lama, misalnya perubahan nutrisi. Apabila penghentian pelayanan
keperawatan selesai, perhatian pelayanan berfokus pada kemandirian klien
dalam mengatasi masalah sendiri.

Ada dua macam evaluasi keperawatan, yakni evaluasi formatif dan


evaluasi sumatif.
a. Evaluasi formatif, yakni hasil observasi/pengamatan dan analisis
perawat terhadap respons klien pada saat pelaksanaan asuhan
keperawatan atau sesudahnya.
b. Evaluasi sumatif, yaitu rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
telah ditetapkan. Kesimpulan evaluasi sumatif menunjukkan adanya
perkembangan kesehatan klien atau adanya masalah baru.
PATHWAYS
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2019. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.


Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Baradero, Mary et al. 2018. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.
Grace, Pierce. 2016. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Purnomo, Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto

Syaifuddin, 2016. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.


Tarwoto. 2019. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin. 2017. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif &
Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika.

Anda mungkin juga menyukai