Anda di halaman 1dari 110

BAB 2

PENGKAJIAN

Bab ini menjelaskan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi


pengumpulan data, analisis SWOT, identifikasi dan prioritas masalah.
2.1 Orientasi Ruangan
2.1.1 Visi RSI SITI HAJAR MATARAM
Dengan ridho Allah SWT, menjadi Rumah Sakit Islam Rujukkan NTB
2.1.2 Misi RSI SITI HAJAR MATARAM
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bernuansa islami.
2. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sarana da prasarana RSI
secara berkesinambungan.
3. Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan
2.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada 31 Desember - 02 Januari 2019 meliputi
data M1 (Man), M2 (Materials), M3 (Method), M4 (Money), dan M5 (Mutu).
Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga
ditemukan beberapa prioritas masalah.
1) Struktur organisasi keperawatan
Ruang Muzdalifah dipimpin oleh kepala ruangan, dan dibantu oleh
09 perawat pelaksana. Adapun struktur organisasinya adalah:

Dokter Kepala Ruang Sarana RS

Perawat primer

Pasien/ Klien

Perawat pelaksana evening Perawat pelaksana night Perawat pelaksana jika


diperlukan days
Sumber: Diagram sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis &
Hutson,1998;138)

2) Jumlah tenaga
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Muzdalifah RSI Mataram
terdiri dari 9 orang.
3

Tabel 2.2 Daftar Jenjang Karir Keperawatan Ruang Muzdalifah RSI Mataram
2020
N Nama Pendidi M P Jen
o kan Terakhir asa elatihan jang karir
kerja
1 Titi Dewi Ners 9 B
Tayanti, Skep.,Ners. tahun TCLS, PK III
BHD
2 Novita Rastuti, S1 9 B
Skep Keperawatan tahun HD PK II
3 Vivit Marliana, S1 9
S.Kep Keperawatan tahun
4 Lisawati , D3
AMd.Kep Keperawatan
5 Juliati, D3 9 PK
AMd.Kep Keperawatan tahun II
6 Harly D3 9 PK
Sapian,AMd.Kep Keperawatan tahun II
7 Enten Komala, D3
AMd.Kep Keperawatan
8 Hermayati, D3
AMd.Kep Keperawatan
9 Amirudin,AM D3 9 PK
d.Kep Keperawatan tahun II
1
0
Sumber: Dokumentasi Kepegawaian Ruang Muzdalifah RSI Mataram 2020

Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Muzdalifah RSI


Mataram dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan
perawat ruangan. Tenaga keperawatan di Ruang Muzdalifah terdiri dari 2 orang
tenaga kerja yang berpendidikan S-1, D3 terdiri dari 7 orang dan Ners 1. Setiap
perawat di Ruang Muzdalifah diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Pemerintah melalui rumah sakit telah memberikan
kebijaksanaan kepada perawat untuk mendapatkan kesempatan belajar dan
pelatihan keperawatan yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun
1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, serta telah dirubah dalam Undang-
Undang No. 43 Tahun 1999. Jenjang pendidikan yang tinggi dan pelatihan
keterampilan keperawatan akan menunjang mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Kebijakan yang diterapkan dalam pengembangan mutu
4

pendidikan karyawan di Muzdalifah adalah memberi kesempatan satu orang


perawat untuk tugas belajar sampai dengan lulus, setelah itu dilanjutkan perawat
yang lain untuk memperoleh kesempatan tugas belajar sesuai dengan urutannya.
Hal ini berkaitan dengan jumlah perawat dalam melakukan asuhan keperawatan di
Ruang Muzdalifah.

Tabel 2.3 Komposisi Ketenagaan Non Keperawatan Ruang Muzdalifah RSI


Mataram pada Januari 2020

N Kualifikasi J Jenis
o umlah
1 Admnistrasi 0
2 Asisten 0
Perawat
3 Cleaning 2 Swas
Service ta
Sumber: Dokumentasi Kepegawaian Ruang Muzdalifah RSI Mataram pada
Januari

Ruang Muzdalifah mempunyai orang tenaga non-keperawatan, yang terdiri


dari 2 orang Cleaning Service.

3) Pengaturan Ketenagaan
Berikut akan dipaparkan penghitungan kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang rawat inap dengan menggunakan rumus
Departemen Kesehatan (Depkes), Metode Gillies, dan Metode Douglas
(1984).
1. Perhitungan berdasarkan rumus Douglas (2011)
a. Penghitungan tenaga ruang Muzdalifah
Tabel 2.5 Komposisi kebutuhan tenaga di Ruang Muzdalifah
Desember-Januari 2020
a. Douglas

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


31-12-19 31-12-19
Tingkat J P S Ma
5

Ketergantungan umlah
agi iang lam
Pasien
Minima 2 2 2 2x
l x 0.17 = x 0,14 = 0,07 = 0,14
0.34 0,28
Parsial 5 5 5 5x
x 0.27 x 0,15 = 0,10 = 0,5
=1.35 0,75
Total 1 1 1 1x
x 0.36 = x 0,36 = 0,20 = 0,20
0.36 0,36
Jumlah 8
2.05 1,39 0,84
3 2 1
Total tenaga perawat
Pagi = 3 orang
Sore = 2 orang
Malam = 1 orang
5 Orang
86 x 5
Jumlah tenaga lepas dinas perhari: = 1,54 (2)
279
Jadi total perawat 5 + 1+ 2 = 8 orang
Berdasarkan tabel di atas menurut metode douglas pada tanggal

31-12-19, di dapetkan hasil jumah pasien dengan tingkat ketergantungan

Minimal sebanyak 2 orang pagi 0,34, siang 0,28, malem 0,14. Kualifikasi

pasien Parsial sebanyak 5 orang dengan jumlah kebutuhan tenaga, pagi

1,35, siang 0,75, malem 0,5. Dan kualifikasi pasien Total sebanyak 1

orang dengan jumlah kebutuhan tenaga , pagi 0,36, siang 0,36, malem

0,20. Jumlah kualifikasi fasien sebanyak 8 orang dan jumlah kebutuhan

tenaga pagi 2, siang 1, malem 1.

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan


01-01-20 Tenaga
01-01-20
Tingka Juml P S M
6

t Ketergantungan ahPasien agi iang alam


Minim 4 4 4 4
al x 0.17 = x 0,14 = x 0,07 =
0.68 0,56 0,28
Parsial 6 6 6 6
x 0.27 x 0,15 = x 0,10 = 0,6
=1.62 0,9
Total 1 1 1 1
x 0.36 = x 0,36 = x 0,20 =
0.36 0,36 0,20
Jumlah 11
2,66 1,82 1,08
3 2 2

Total tenaga perawat


Pagi = 3 orang
Sore = 2 orang
Malam = 2 orang
7 Orang
86 x 7
Jumlah tenaga lepas dinas perhari: = 2,15 (3)
27
Jadi total perawat 7 + 1+ 3 = 11 orang
Berdasarkan tabel di atas menurut metode douglas pada tanggal

01-01-20, di dapetkan hasil jumah pasien dengan tingkat ketergantungan

Minimal sebanyak 4 orang pagi 0,68, siang 0,56, malem 0,28. Kualifikasi

pasien Parsial sebanyak 6 orang dengan jumlah kebutuhan tenaga, pagi

1,62, siang 0,9, malem 0,6. Dan kualifikasi pasien Total sebanyak 1 orang

dengan jumlah kebutuhan tenaga , pagi 0,36, siang 0,36, malem 0,20.

Jumlah kualifikasi fasien sebanyak 8 orang dan jumlah kebutuhan tenaga

pagi 3, siang 2, malem 2.

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan


7

02-01-20 Tenaga
02-01-20
Tingka Juml P S M
t Ketergantungan ah Pasien agi iang alam
Minim 2 2 2
al 2 x 0.17 x 0,14 = x 0,07 =
= 0.34 0.28 0.14
Parsial 9 9 9
9 x 0.27 x 0,15 = x 0,10 = 0.9
= 2.43 1.35
Total 0 0 0
0 x 0.36 x 0,36 = x 0,20 = 0
=0 0
Jumlah 11
2.77 1.63 1.04
3 2 2
Total tenaga perawat
Pagi = 3 orang
Sore = 2 orang
Malam = 2 orang
7 Orang
86 x 7
Jumlah tenaga lepas dinas perhari: = 2,15 (3)
279
Jadi total perawat 7 + 1+ 3 = 11 orang
Berdasarkan tabel di atas menurut metode douglas pada tanggal

02-01-20, di dapetkan hasil jumah pasien dengan tingkat ketergantungan

Minimal sebanyak 2 orang pagi 0,34, siang 0,28, malem 0,14. Kualifikasi

pasien Parsial sebanyak 9 orang dengan jumlah kebutuhan tenaga, pagi

2,43, siang 1,35, malem 0,9 dan kualifikasi pasien Total sebanyak 0 orang

dengan jumlah kebutuhan tenaga , pagi 0, siang 0, malem 0,. Jumlah

kualifikasi fasien sebanyak 8 orang dan jumlah kebutuhan tenaga pagi 3,

siang 2, malem 2.

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan


03-01-20 Tenaga
8

03-01-20
Tingka Juml P S M
t Ketergantungan ahPasien agi iang alam
Minim 3 3 3
al 3 x 0.17 x 0,14 = x 0,07 =
= 0,51 0.42 0.21
Parsial 7 7 7
7 x 0.27 x 0,15 = x 0,10 = 0.7
= 1,89 1,05
Total 1 1 1
1x 0.36 x 0,36 = x 0,20 =
= 0,36 0,36 0,20
Jumlah 11
2,76 1,83 1,11
3 2 2
Total tenaga perawat
Pagi = 3 orang
Sore = 2 orang
Malam = 2 orang
7 Orang
86 x 7
Jumlah tenaga lepas dinas perhari: = 2,15 (3)
279
Jadi total perawat 7 + 1+ 3 = 11 orang
Berdasarkan tabel di atas menurut metode douglas pada tanggal
03-01-20, di dapetkan hasil jumah pasien dengan tingkat ketergantungan
Minimal sebanyak 3 orang pagi 0,51, siang 0,42, malem 0,21. Kualifikasi
pasien Parsial sebanyak 7 orang dengan jumlah kebutuhan tenaga, pagi
1,89, siang 1,05, malam 0,7. Dan kualifikasi pasien Total sebanyak 1
orang dengan jumlah kebutuhan tenaga , pagi 0,36, siang 0,36 malem
0,20. Jumlah kualifikasi fasien sebanyak 8 orang dan jumlah kebutuhan
tenaga pagi 3, siang 2, malam 1.

3) Analisis beban kerja


Tabel 2.7 Pelaksanaan tindakan keperawatan langsung pada sif pagi di
ruang Musdalifah Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram tanggal
02-01-2020
No Tindakan Keperawatan Langsung Waktu Frekuensi Rata-rata
(menit) waktu
(menit)
1 Memberikan obat kepada pasien 2 menit 1 2 menit
9

2 Mengganti selang infus (blood set) 6 menit 1 6 menit


3 Rawat Luka 29 menit 2 14.5
menit
4 Up Kateter 2 menit 1 2 menit
5 Cek GDS 3 menit 1 3 menit
6 Injeksi 32 menit 6 5.3 menit
7 Mengambil darah (Pemeriksaan 5 menit 1 5 menit
Lab)
8 Visite dokter 22 menit 1 22 menit
9 Pemasangan infus 20 menit 1 20 menit
10 TTV 29 menit 11 2.6 menit
Total 150 menit

Tabel 2.8 Pelaksanaan tindakan keperawatan langsung pada sif pagi di


ruang Musdalifah Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram tanggal
02-01-2020

No Tindakan Keperawatan Tidak Lama Frekuensi Jumlah


Langsung (Menit) waktu
(menit)
1 Timbang terima 2 11 22
2 CP pasien 9 11 99
3 Menyerahkan status pasien ke pen- 10 1 10
rek
4 Menyerahkan sampel ke lab 10 5 50
Total 181

Pelaksanaan Kegiatan Produktif pada sif pagi di ruang musdalifah RSI Siti Hajar
Mataram tanggal 02-01-2020

No Kegiatan Produktif Lama Frekuensi Jumlah


(Menit) waktu
(menit)
1 Timbang terima 2 11 22
2 CP pasien 9 11 99
3 Menyerahkan status pasien ke pen- 10 1 10
rek
4 Menyerahkan sampel ke lab 10 5 50
5 Mengganti selang infus (blood set) 6 1 6
6 Rawat Luka 14.5 2 29
7 Up Kateter 2 1 2
8 Cek GDS 3 1 3
9 Injeksi 5.3 6 32
10 Mengambil darah (Pemeriksaan 5 1 5
Lab)
10

11 Visite dokter 22 1 22
12 Pemasangan infus 20 1 20
13 TTV 2.6 11 29
Total 329 menit

Pelaksanaan Kegiatan Non Produktif pada sif pagi di ruang Musdalifah RSI Siti
Hajar Mataram tanggal 02-01-2020

No Kegiatan Non Produktif Lama Frekuensi Jumlah


(Menit) waktu
(menit)
1 Mengobrol 30 4 120
2 Makan 15 1 15
3 Solat 10 1 10
Total 145 menit

Tabel 2.8 Rekapitulasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Ruang


Muzdalifah RSI Mataram Tanggal 02 Januari 2020
No Jenis Kegiatan Pagi
(menit)
1 Produktif 329
a) Langsung 150
b) Tidak Langsung 181
2 Non Produktif 145

TOTAL 805
Sumber : Data Observasi General, 2020
Tabel 2.9 Beban Kerja di Ruang Muzdalifah RSI Mataram tanggal 02 Januari
2020
Shift Beban Kerja Objektif
Prosentase Kategori
Pagi 56% Rendah
Sumber : Data Observasi General, 2020
Keterangan:
Tinggi > 80 %
Sedang 60 – 80 %
Rendah < 60 %
Penghitungan Time Motion Study dilakukan dengan cara menghitung
persentasi dari jumlah waktu yang dilakukan untuk melakukan kegiatan
profesional dan non profesional dibandingkan dengan jumlah jam kerja
keseluruhan. Berdasarkan observasi Time Motion Study yang kami lakukan pada
11

02 Januari 2020 saat shift pagi mengenai beban kerja perawat ruang Muzdalifah
yaitu 56 % dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa perawat memiliki beban
kerja yang rendah pada shift pagi,
Perawat pada ruangan ini tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan
berupa asuhan keperawatan, tetapi juga melakukan tugas tambahan yang diluar
wewenang perawat seperti transportasi pasien, sarana prasarana, dan sebagainya.
Sehingga hal ini dapat mempengaruhi nilai ideal antara jumlah perawat dan
jumlah pasien.
12

4) Penyakit terbanyak
Tabel 2.10 Prosentase Penyakit Tebanyak di Ruang Muzdalifah pada periode
bulan November - Desember 2019
N Nama penyakit Jumlah
o (November-
Desember)
1 STT 14
2 PAM 11
3 GEA 10
4 HEMOROID 7
5 POST PO FRAKTUR 7
6 TUMOR 7
7 ANEMIA 5
8 HIL 5
9 BPH 5
1 POST OP TE 5
0

Pada periode bulan November-Desember 2019 penyakit terbanyak di


Ruang Muzdalifah adalah STT (14).
5) Alur pasien masuk
Gambar di bawah menunjukkan tentang alur penerimaan pasien di

Ruang Muzdalifah RSI Mataram. Alur pasien masuk ke Ruang Muzdalifah dapat

melalui beberapa alur, diantaranya adalah dari IGD. Pasien dengan keadaan

umum baik dan sesuai dengan kriteria ruangan (penyakit tropik infeksi dan

penyakit dalam), dapat langsung masuk ke Ruang Muzdalifah. Bila pasien dari

IRJ, harus menelepon chief dahulu kemudian daftar, setelah itu masuk Ruang

Muzdalifah.
13

Pasien

IGD IRJ

MRS

Ruang Muzdalifah Pindah ke Unit lain

KRS

Pulang Dipulangkan Meninggal

Gambar 2.2 Alur Masuk Pasien Ruang Muzdalifah RSI Mataram


Sumber: Dokumentasi Ruang Muzdalifah, 202
6) BOR (Bed Occupacy Rate)

Berdasarkan hasil pengkajian pada hari Selasa tanggal 31 Desember

2019, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur Ruang Muzdalifah kelas III

wanita yaitu 4 tempat tidur, ruang kelas III Laki-laki yaitu 4 tempat tidur, ruang

kelas II yaitu 2 tempat tidur, dan ruang kelas I sebanyak 4 tempat tidur dengan

rincian sebagai berikut:

Tabel 2.11 Jumlah tempat tidur di Ruang Muzdalifah Kelas III Wanita RSI
Mataram tanggal 31 Desember 2019
N S Kel K K BOR
o if as 1 elas 2 elas 3
14

1 P 4 2 8 8/14 x
agi bed bed bed 100 % = 57%
(kos ( (
ong) full) 2 kosong)
2 S 4 2 8 8/14 x
iang bed bed bed 100 % = 57%
(kos ( (
osng) full)
2 kosong )
3 M 4 2 8 8/14 x
alam bed bed bed 100 % = 57%
(kos ( (
osng) full) 2 kosong )
Sumber: Data Primer Pengkajian tanggal 31 Desember 2019

Berdasarkan hasil tabel diatas pada tanggal 31-12-19 di dapatkan BOR

kelas 1, 2 dan 3 pada pagi hari sebanyak 57% . BOR pada siang hari kelas 1,2 dan

3 sebanyak 57% dan BOR pada malem hari sebanyak 57%.

Tabel 2.12 Jumlah tempat tidur di Ruang Muzdalifah kelas III laki-laki RSI
Mataram tanggal 31 Desember 2019

N S Kel K Kela BOR


o if as 1 elas 2 s3
1 P 4 2 8 8/14
agi bed bed bed x 100 % = 57%
(ko ( (2
song) full) kosong)
2 S 4 2 8 8/14
iang bed bed bed x 100 % = 57%
(ko ( (2
sosng) full) kosong )
3 M 4 2 8 8/14
alam bed bed bed x 100 % = 57%
(ko ( (2
sosng) full) kosong )
Sumber: Data Primer Pengkajian tanggal 31 Desember 2019

Berdasarkan hasil tabel diatas pada tanggal 31-12-19 di dapatkan BOR

kelas 1, 2 dan 3 pada pagi hari sebanyak 57% . BOR pada siang hari kelas 1,2

dan 3 sebanyak 57% dan BOR pada malem hari sebanyak 57%.

Tgl : 01-01-2020
15

N S Kel K K BOR
o if as 1 elas 2 elas 3
1 P 4 2 8 11/14
agi bed bed bed x 100 % =
(1 ( ( 78.6%
kosong) full) 2 kosong)
2 S 4 2 8 11/14
iang bed bed bed x 100 % =
(1 ( ( 78.6%
kososng) full)
2 kosong )
3 M 4 2 8 11/14
alam bed bed bed x 100 % =
(1 ( ( 78.6%
kososng) full) 2 kososng )
Berdasarkan hasil tabel diatas pada tanggal 01-01-20 di dapatkan BOR

kelas 1, 2 dan 3 pada pagi hari sebanyak 78,6% . BOR pada siang hari kelas

1,2 dan 3 sebanyak 78,6% dan BOR pada malem hari sebanyak 78,6%.

Tgl : 02-02-2020

N S Kel K K BOR
o if as 1 elas 2 elas 3
1 P 4 2 8 11/14
agi bed bed bed x 100 % =
(1 ( ( 78.6%
kosong) full) 2 kosong)
2 S 4 2 8 11/14
iang bed bed bed x 100 % =
(1 ( ( 78.6%
kososng) full) 2 kosong )
3 M 4 2 8 11/14
alam bed bed bed x 100 % =
(1 ( ( 78.6%
kososng) full) 2 kososng )

Berdasarkan hasil tabel diatas pada tanggal 02-01-20 di dapatkan BOR

kelas 1, 2 dan 3 pada pagi hari sebanyak 78,6% . BOR pada siang hari kelas

1,2 dan 3 sebanyak 78,6% dan BOR pada malem hari sebanyak 78,6%.

Tgl : 03-01-2020

N S Kel K K BOR
16

o if as 1 elas 2 elas 3
1 P 4 2 8 11/14
agi bed bed bed x 100 % =
(2 ( (3 78.6%
kosong) full) kosong)
2 S 4 2 8 11/14
iang bed bed bed x 100 % =
(2 ( (3 78.6%
kososng) full) kosong )
3 M 4 2 8 11/14
alam bed bed bed x 100 % =
(2 ( (3 78.6%
kososng) full) kososng)
Berdasarkan hasil tabel diatas pad taggal 03-01-2020 di dapatkan
BOR kelas 1,2 dan 3. Pada pagi hari sebanyak 78,6%. Pada siang hari kelas
1,2 dan 3. Sebanyak 78,6% dan BOR pada malem hari sebanyak 78,6%.

2.2.1 Sarana dan prasarana (M2-Material)

Penerapan proses praktika profesi manajemen keperawatan

mahasiswa Stikes Yarsi Mataram. Pengkajian data awal dilakukan tanggal

31 Desember 2019. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut:

1) Lokasi dan denah

Lokasi penerapan proses profesi manajemen yang digunakan dalam

kegiatan profesi keperawatan mahasiswa Stikes Yarsi Mataram. Ruang

Muzdalifah merupakan bagian dari ruang perawatan Irna Medik RSI Mataram.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2019,

didapatkan bahwa ruang Muzdalifah terletak di lantai satu yang berada di lantai 1

dengan uraian sebagai berikut:

(1) Sebelah utara terdapat ruang zam-zam

(2) Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan warga

(3) Sebelah barat berbatasan dengan jalan raya

(4) Sebelah timur terdapat parkiran


17

Ruang Muzdalifah terdiri dari 2 ruang kelas 3 wanita dan laki-laki, 1

ruang kelas 2, 2 ruang kelas 1, dan ruang mushola, dapur, ruang cleaning services,

jalur evakuasi, kamar mandi pegawai, kamar mandi umum

wc R. Kelas
I
Dapur
wc R. Kelas
I R. Kelas WC
III laki-laki
wc R. Kelas
II
R. Kelas WC
wc Ners III wanita
Statition
Ruang
Mushola
cuci alat

WC Tempat
wudhu
Tangga
Gambar 2.2 Denah Ruang Muzdalifah

2) Data Tempat Tidur Pasien


Jumlah kapasitas tempat tidur pasien di Muzdalifah RSI Mataram

berdasarkan hasil pengkajian tanggal 31 Desember 2019, didapatkan sebagai

berikut:

(1) Kelas I : 2 ruang (2 bed dalam 1 kamar)

(2) Kelas II : 1 ruang (2 bed dalam 1 kamar)

(3) Kelas III wanita dan laki-laki: 2 ruang (4 bed dalam 1 kamar)

Total jumlah bed di ruang Muzdalifah = 14 bed


18

Di ruang rawat inap Muzdalifah tersedia toilet untuk pasien dengan jumlah

7 toilet, 1 toilet pasien pada kelas I dan kelas II, dan 1 toilet untuk kelas 3 wanita

dan 1 toilet laki-laki dan 1 toilet dalam ruang jaga perawat dan 1 toliet umum

Tabel 2.17 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi
Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit.
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1 1 s/d 10 1 1

2 11 s/d 20 2 2

3 21 s/d 30 3 3

4 31 s/d 40 4 4

Note : Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi.

Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan

jumlah kamar mandi berdasarkan standart Kepmenkes No

1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di Rumah

Sakit yang menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah

1 toliet & 1 kamar mandi. Di ruang Muzdalifah RSI Mataram sudah memiliki

toilet dan kamar mandi, sebanyak 7.

Di Ruang Muzdalifah RSI Mtaram terdapat 10 Perawat dengan 1 kamar

mandi sekaligus toilet. Fasilitas toilet Muzdalifah RSI Mataram sudah terpelihara

dengan bersih dan selalu dibersihkan minimal 1 kali sehari. Di bawah ini

merupakan tabel perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah toilet berdasarkan

Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004.

Tabel 2.18 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan
Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes 2004).
19

No Jumlah karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi


1 1 s/d 20 1 1
2 21 s/d 40 2 2
3 41 s/d 60 3 3
4 61 s/d 80 4 4
5 81 s/d 100 5 5
Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi
Sumber: Data Primer Tahun 2015
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah

toilet dan jumlah kamar mandi berdasarkan standart Keputusan Menteri

Kesehatan No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Di rumah Sakit, menunjukkan bahwa ruang Muzdalifah RSI Mataram

sudah memenuhi standart tentang jumlah karyawan, toilet dan kamar mandi yaitu

sejumlah 1.

3) Peralatan dan Fasilitas

a. Peralatan medis di ruang Muzdalifah RSI Mataram

Tabel 2.19 Peralatan Medis di Ruang Muzdalifah RSI Mataram


(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010)
No Jenis alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan
ideal

1 ECG - 1/ruangan - -

2 Suction 1 2/ruangan Cukup Ditambah 1

3 Nebulezer 1 2/ruangan Cukup Ditambah 1

4 Ambubag 2 1/ruangan Baik -

5 Standar infuse 17 1:1 Baik -

6 Gunting verban 2 2/ruangan Baik -

9 Termometer 1 4/ruangan Kurang Ditambah 2

10 Tensi meter 3 2/ruangan Baik -


20

11 Stetoskop 3 2/ruangan Baik -

12 Bengkok stenlis 2 2/ruangan Baik

13 Infus pump 1 7/ruangan Baik Ditambah 5

14 Kursi roda 2 2/ruangan Baik

15 Kereta injeksi 1 1/ruangan Baik -

16 Oxigen kecil 2 2/ruangan Baik -

17 Bak injeksi stenlis - 2/ruangan -

18 Bak instrument 2 2/ruangan Baik -

20 Gliseri spuit - 2/ruangan Baik -

21 Cuching 2 3/ruangan Baik -

23 Gerusan obat - 2/ruangan - -

24 Gunting aj 2 2/ruangan Baik -

25 Kulkas darah 1 1/ruangan Baik -

26 Timbangan 1 1/ruangan Baik -

27 Rak Obat 1 1/ruangan Baik -

28 Kereta obat - 1/ruangan - -

29 Troli Emergency 1 1/ruangan Baik -

Sumber: Instalasi Muzdalifah RSI Mataram Tahun 2020


Berdasarkan data di atas peralatan medis di ruang Muzdalifah sudah

cukup baik sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010, namun perlu

beberapa alat yang ditambah.

b. Sarana dan prasarana di Ruang Muzdalifah RSI Mataram

Tabel 2.20 Sarana dan Prasarana di Ruang Muzdalifah RSI Mataram


(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010)

No Jenis alat Jumlah Jumlah ideal Kondisi Usulan


yang
21

tersedia
1 Korden 15 Secukupnya Baik -
2 Jam dinding 5 2/ruangan Baik -
3 Kereta cucian - 1-2 ruangan - -
kotor/bersih
4 Kereta makan - 1/ruangan - -
pasien
5 Kursi pasien - 1/bed - Diadakan
6 Meja pasien 3 1:1 Baik -
7 Sarung bantal 14 Secukupnya Baik -
8 Baju pasien - 1:1 - Diadakan
9 Perlak 16 1:1 Baik -
11 Bantal dewasa 14 1:1 Baik -
13 Selimut tebal - 1:1 - Diadakan
16 Tempat tidur 14 1:1 Baik -
17 Alat pemadam 1 1/ruangan Baik -
kebakaran
18 Waslap - 24 Baik Diadakan
19 Stik laken - 1:1 - Diadakan
20 Kursi lipat - 1:1 - Diadakan
21 Papan tulis/white 2 1/ruangan Baik -
board
22 Lemari besi 8 1/ruangan Baik -
23 Lemari Kayu 6 1/ruangan Baik -
24 Dapur 1 1/ruangan Baik -
25 Wastafel cuci 1 1/ruangan Baik Ditambah 5
tangan
26 Kursi 4 5/ruangan Baik Ditambah 1
27 Komputer 1 1/ruangan Baik -
28 Printer - 1/ruangan - Diadakan
29 Telepon 1 1/ruangan Baik -
30 Scaner - 1/ruangan Baik -
31 Kotak saran 1 1/ruangan Baik -
Sumber: Data Primer Tahun 2020
Dari tabel diatas dapat disimpulkan Sarana dan Prasarana di Muzdalifah

RSI Mataram dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum sesuai

dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes

RI) Nomor 340/MENKES/III/2010, yaitu kursi pasien, sarung bantal, perlak,

stik laken, baju pasien, selimut waslap.

1. Fasilitas untuk pasien

(1) Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang kelas I, II, dan III.
22

(2) Kamar mandi dan WC untuk pasien ada di pojok ruang tempat tidur

masing masing kelas.

2. Fasilitas untuk petugas

kesehatan

(1) Ruang perawat.


23

(2) Kamar mandi pegawai dekat dengan tempat sholat pegawai.

(3) Nurse station berada di bagian tengah ruangan

(4) Musholla berada di samping dekat dengan ruang perawat.

(5) Kantor perawat terletak ditengah diantara ruang pasien.

Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan rawat inap terdiri dari

ruang rawat inap (kelas I, kelas II dan kelas III), Nurse station, ruang konsultasi,

ruang tindakan, ruang administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang

ganti/locker, ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, Kamar

mandi/toilet, pantri/dapur, ruang janitor/service, gudang bersih, gudang kotor. Di

ruang Muzdalifah peralatan dan fasilitas cukup baik, namun belum ada ruang

untuk dokter, ruang ganti/locher dan gudang

4) Administrasi Penunjang

(1) Lembar medication chart

(2) Lembar standard emergency troly

(3) Buku hand over

(4) SOP

(5) SAK

(6) Leaflet

(7) Rekam Medis

(8) Buku injeksi

(9) Buku observasi

(10) Buku dalin

Ruang Muzdalifah sudah memililki administrasi penunjang yang lengkap.


24

5) Pencahayaan dan Ventilasi


Pencahayaan di Ruang Rawat Muzdalifah RSI Mataram cukup terang, baik

pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua sudut

ruangan sudah diberikan penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu

masuk, disekitar individu ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.

Ventilasi di Ruang Rawat Rawat Muzdalifah RSI Mataram sudah cukup

baik, sirkulasi di udara sudah baik. Sudah tersedia AC untuk setiap kamar di

ruangan kamar kelas II dan I, sedangkan untuk kelas III kipas angin berada di

masing-masing bad.

Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di Ruang

Rawat Muzdalifah RSI Mataram sudah memenuhi standart. Di ruang Muzdalifah

RSI Mataram penghawaan yakni pada ketinggian minimal 2 meter beberapa

ruangan menggunakan AC dan sebagian tidak.

6) Alur Pengadaan Alat Kesehatan

Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian

dilaporkan pada bagian keuangan.

7) Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan

Sistem kalibrasi masuk bagian sarana dan prasana dilakukan sesuai jadwal.

untuk masing-masing alat rata rata 1 tahun sekali. Bagian sarana akan mengontrak

vendor dan kemudian vendor akan melakukan kalibrasi alat kesehatan. Untuk

pembersihan alat kesehatan secara berkala belum dilakukan, hanya dilakukan

pada saat pasca kontak dengan infeksius disease. Warming up alat-alat hanya

dilakukan untuk alat besar saja, misalnya syring pump, infus pump, dll.
25

8) Pengelolaan Sampah

Tempat sampah telah dibedakan antara limbah medis dan nonmedis.

Terdapat pula tempat sampah dengan label sampah medis dan label sampah botol

kaca benda tajam.

9) Hasil Angket Sarana Dan Prasarana (M2)

Di bawah ini hasil angket sarana dan prasarana di Ruang Rawat Muzdalifah

RSI Mataram.

Tabel 2.22 Angket Sarana dan Prasana di ruang Muzdalifah RSI Mataram

menggunakan Angket M2 (Material/Sarana dan Prasarana), Nursalam 2014.

N Daftar Pertanyaan Ya Tidak


o
1 Apakah tata letak gedung ruagan sudah sesuai 85,5% 14,25%
dengan standart pelayanan?
2 Apakah fasilitas diruangan anda sudah lengkap 71,25% 28,75%
untuk perawatan pasien ssesuai dengan standart
yang berlaku?
3 Apakah peralatan kesehatan di ruangan anda 100% 0%
sudah lengkap untuk perawatan?
4 Apakah jumlah alat yang tersedia sesuai dengan 85,5% 14,25%
rasio pasien? Apakah anda berencana untuk
menambah peralatan?
5 Apakah semua perawat mengerti cara 100% 0
menggunakan semua alat-alat perawatan?
6 Apakah persediaan consumable (alat habis 100% 0
pakai) selalu tersedia sesuai yang dibutuhkan
pasien?
7 Apakah administrasi penunjang yang dimiliki 85,5% 14,25%
sudah memadai?
Sumber : Kuesioner menurut Nursalam 2014

Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 7 orang perawat,

85,5% responden menjawab tata letak gedung sudah sesuai dengan standar

pelayanan, fasilitas diruangan sudah lengkap untuk perawatan sesuai dengan

standar yang berlaku 71,25%, peralatan kesehatan diruangan belum lengkap untuk
26

perawatan 100%, jumlah alat yang tersedia tidak sesuai dengan rasio pasien

85,5%, semua responden mengerti cara menggunakan semua alat perawatan

100%, persediaan alat habis pakai selalu tersedia sesuai yang dibutuhkan dengan

pasien 100%, dan administrasi penunjang yang memiliki sudah memadai 85,5%.

Berdasarkan data di atas peralatan medis di Ruang Muzdalifah RSI Mataram

dalam keadaan baik, namun masih ada yang perlu ditambahkan untuk menunjang

perawatan pasien misalnya tensimeter, stetoskop, gunting verban, humidifier

sentral, bak instrumen, tromol kecil, kom kecil, kereta injeksi, korentang, tempat

korentang, O2 transport, kereta O2 transport, set rawat luka, vena seksi set,

nebulizer, tong spatel, termometer, blass spuit, ambu bag, syringe pump, infus

pump, mayo, dan tabung humidifier. Seharusnya peralatan yang dimiliki

disesuaikan dengan standart ideal untuk menunjang perawatan pasien. Sistem

dokumentasi alat yang ada di ruang Muzdalifah belum terkoordinasi dengan baik

sehingga apabila terdapat alat yang rusak atau hilang, akan kesulitan dalam proses

dokumentasi yang dilakukan pertahun.


27

Tabel 2.18 Daftar Obat Emergency Di Ruang Muzdalifah RSI Mataram Periode
2019
No Nama Barang Jumlah Kondisi
.
1. Aminophylin 2 Baik
2. Amiodaron injeksi 2 Baik
3. Asam 2 Baik
traneksamat/plasminex inj
4. Ca Glukonas 2 Baik
5. Dexamethasone 1 Baik
5
6. Dextrose 5 % 3 Baik
7. Infus set makro 1 Baik
Mikro 1
8. Ephineprin injeksi 1 Baik
0
9. Dipenhidramin 5 Baik
10. Dopamin injeksi 2 Baik
11. Dobutamin injeksi 2 Baik
12. Natrium 2 Baik
bikarbonat
13. Vascon 2 Baik
14. Mgso 40 % 2 Baik
16. Atrophin sulfat 2 Baik
17. Tensilo/nicardiphi 2 Baik
n inj
18. Ntg/nitroglyserin 2 Baik
inj
19. Kutoin/Na 5 Baik
fenitoin inj
20. Farbiven 1 Baik
0
21. Kcl infus 3 Baik
22. Dextrose 40% 3 Baik
23. Ringer Laktat 3 Baik
24. Nacl 0,9% 500 ml 3 Baik
25. Dextrose 10 % 2 Baik
26. Spuit 3cc 3 Baik
27. Spuit 5cc 3 Baik
28. Spuit 10cc 3 Baik
29. Spuit 20 cc 1 Baik
30. Spuit 50 cc 1 Baik
31. Suction cateter 10 2 Baik
32. Suction cateter 12 2 Baik
33. Suction cateter 16 1 Baik
34. ETT 5,5 1 Baik
35. ETT 6 1 Baik
28

36. ETT 6,5 1 Baik


37. ETT 7 1 Baik
38. ETT 7,5 1 Baik
39. Triway 1 Baik
40. Perfusor 1 Baik
41. Masker O2 anak 1 Baik
42. Masker O2 1 Baik
dewasa
43. Venflon 18 1 Baik
44. Venflon 20 1 Baik
45. Venflon 22 1 Baik
46. Selang O2 anak 1 Baik
47. Selang O2 dewasa 1 Baik
Sumber: Data Primer Alat Kesehatan Ruang Muzdalifah RSI Mataram per tahun
2019

Di ruang Muzdalifah tersedia box emergency. Obat emergency yang ada di

Ruang Muzdalifah sebagian besar sudah memenuhi standart yang ditetapkan.

Pendokumentasian alat dan obat harus dilakukan lebih teratur dan disiplin.

Ketersediaan obat dan peralatan emergency harus lengkap dan wajib dilengkapi

setiap kali obat dan peralatan emergency mengalami kerusakan, hilang, atau sudah

di pakai. Obat dan peralatan emergency merupakan bagian dari basic life support

yang harus ada ketika sewaktu-waktu ada pasien kritis.

2.2.2 Metode (M3-Methode)

1) Penerapan model asuhan keperawatan professional di ruang

Muzdalifah

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket ke 7 perawat dengan

salah satu perawat ruang Muzdalifah, model asuhan keperawatan yang diterapkan

di ruang Muzdalifah yaitu menggunakan metode Tim. Menurut keterangan dari

kepala ruangan, ruang Muzdalifah menggunakan metode Tim. Pemilihan model

asuhan keperawatan ini didasarkan atas pertimbangan keterbatasan jumlah tenaga


29

kerja yang mempunyai latar belakang pendidikan S1, D3 Keperawatan atau setara

di ruang Muzdalifah. Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2011) menyebutkan

bahwa MAKP moduler dilakukan karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit

sebagian besar adalah lulusan D3 sehingga dengan kombinasi ini diharapkan

perawat primer atau ketua tim dapat memberikan bimbingan asuhan keperawatan

kepada lulusan D3. Pada pelaksanaannya, perawat primer dan perawat pelaksana

akan bekerja sama dalam pengelolaan pasien setiap satu kali shift. Pada masing-

masing shift, terdapat perawat penanggung jawab yang bertugas atas shift tersebut

mulai dari timbang terima sampai dengan tanggung jawab terhadap pasien.

Tabel. M3.1 Model Asuhan Keperawatan


1 Model asuhan keperawatan yang digunakan YA TIDAK

1) Apakah model asuhan keperawatan yang 1.Tim = Moduler


digunakan perawat di ruangan saat ini? 42,75% =28,5%

2.
soap/SBAR=
28,5%

2) Apakah Perawat mengerti/memahami 100%


dengan model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini?
3) Menurut Bapak/Ibu, Apakah model tersebut 100% 0%
cocok digunakan di ruangan Bapak/Ibu?
4) Apakah model yang digunakan sesuai Ada =42,75% Belum ada
dengan visi dan misi ruangan? =42,75

Ya/cocok=
42,75%

2 Efektifitas dan efisiensi model asuhan


keperawatan

1) Apakah dengan menggunakan model saat ini 85,5% 14,25%


menjadikan semakin pendek lama rawat inap
bagi pasien?
2) Apakah terjadi peningkatan kepercayaan 85,5% 14,25%
pasien terhadap ruangan?
3) Apakah model yang digunakan saat ini tidak 42,75% 57%
30

menyulitkan dan memberikan beban berat


kerja bagi Bapak/Ibu?
4) Apakah model saat ini tidak memberatkan 42, 57%
dalam pembiayaan? 75%

5) Apakah model yang digunakan mendapat 14,25% 85,5%


banyak kritikan dari pasien pada ruangan?
3 Pelaksanaan model asuhan keperawatan

1) Apakah telah terlaksana komunikasi yang 85,5% 14,25%


adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lain?
2) Apakah kontinuitas rencana keperawatan 71,25%% 28,75%
terlaksana?

3 Apakah Bapak/Ibu menjalankan kegiatan 85,5% 14,25%


sesuai standar?
4 Tanggung jawab dan pembagian tugas

1) Apakah Job Description untuk Bapak/Ibu 85, 14,25%


selama ini sudah jelas? 5%

2.) Jelaskan tugas anda sesuai model asuhan Ka


keperawatan yang saat ini digunakan ru: 1
ruangan? Ti
m:1
PA
:2
Ya
=2
Tid
ak =1

3.) Apakah Bapak/Ibu mengenal atau 85, 14,25%


mengetahui kondisi pasien dan dapat 5%
menilai tingkat kebutuhan?
Sumber: data perimer 2020

Dari hasil pengkajian yang kami lakukan menggunakan angket ke 7

perawat didapatkan hasil perbedaan persepsi mengenai model asuhan keperawatan

yang digunakan di ruangan Muzdalifah antara perawat.

2) Timbang Terima
31

Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan

dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien

(Nursalam, 2014). Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan

sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga

informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau

belum dilaksanakan. (Nursalam, 2011)

Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah

Situation, Background, Assessment dan Recommendation

.
32

Situation

Data demografi Diagnosis Keperawatan


Diagnosis Medis (data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment:
Kesadaran, TTV, GCS, skala nyeri,
skala resiko jatuh, dan ROS (poin
yang penting)

Recommendation:
Tindakan yang sudah
Dilanjutkan
Stop
Modifikasi
Strategi Baru

Gambar 2.3 Diagram Alur Timbang Terima (Nursalam, 2014)


33

Berdasarkan hasil observasi,wawancara dan angket kepada perawat Ruang

Muzdalifah pada tanggal 31 Desember-02 Januari 2020, pelaksanaan timbang

terima di Ruang Muzdalifah dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pergantian

shift pagi ke shift sore (pukul 14.00), shift sore ke shift malam (pukul 20.00), dan

shift malam ke shift pagi (pukul 08.00). Namun hasil wawancara dan angket

dengan observasi berbeda. Hasil observasi selama 3 hari dari tanggal 31

Desenber- 02 Januari didapatkan pelaksanaan timbang terima shift pagi ke shift

sore lebih dari pukul 14.00 dan shift malam ke shift pagi lebih dari pukul 08.00.

Pada shift pagi, timbang terima dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh

seluruh perawat yang berkepentingan. Persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan

timbang terima berlangsung yaitu buku operan yang berisi catatan perkembangan

pasien. Proses timbang terima di awali dengan pembukaan oleh Kepala Ruangan

dilanjutkan dengan pelaporan kondisi pasien yang dibacakan oleh perawat yang

bertugas pada saat itu kepada perawat yang akan bertugas pada shift berikutnya.

Kondisi pasien dibacakan satu-persatu dan komunikasi yang digunakan oleh

perawat sebagian besar sudah menggunakan SBAR yang meliputi S (Situation)

yaitu identitas pasien, keluhan utama dan masalah keperawatan. B (Background)

adalah perkembangan pasien saat ini, riwayat pembedahan, dan alat invasive yang

terpasang serta program cairan. A (Assesment) meliputi keadaan umum dan vital

sign klien. R (Recommendation) meliputi rencana pengobatan atau terapi yang

akan dilakukan dan yang perlu dilanjutkan untuk klien. Apabila masalah belum

terselesaikan maka didiskusikan kembali tindakan selanjutnya untuk

menyelesaikan masalah. Kegiatan timbang terima ditutup dengan validasi pada

pasien yaitu berkeliling dari satu pasien ke pasien yang lain, dimana perawat
34

menanyakan langsung pada beberapa pasien tentang apa yang dirasakan atau

keluhan. Diskusi tentang keadaan pasien terutama mengenai keluhan utama dan

intervensi apa yang akan dilakukan pada hari itu. Pelaksanaan timbang terima

shift siang dan malam kurang lebih sama dengan shift pagi, hanya saja timbang

terima dilakukan secara individu antar perawat. Hal-hal yang disampaikan antara

lain kondisi pasien saat itu, rencana intervensi dan terapi yang telah dan akan

dilakukan.

Hasil kegiatan timbang terima yang telah dilakukan di ruangan kemudian

didokumentasikan ke dalam buku khusus (buku operan), dimana di dalam buku

tersebut terdapat tanda tangan perawat di akhir penulisan. Dalam buku khusus

(operan) juga disertakan jumlah seluruh pasien, jumlah pasien yang KRS jumlah

pasien yang MRS serta BOR.

M3.2. Timbang Terima


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Berapa kali timbang terima dilakukan di 3kali=100% 0%
ruangan Ibu?
2 Apakah timbang terima telah dilaksanakan 75% 2
tepat waktu? 5%
3 Apakah timbang terima dihadiri oleh Ya=4
semua perawat yang berkepentingan? Kadang=2
Agak telat=1
4 Siapa yang memimpin kegiatan timbang Karu/Katim:100%
terima?
5 Adakah yang harus dipersiapkan dalam 100%
pelaksanaan timbang terima?
6 Tahukah Ibu, apa saja yang harus 100%
disampaikan dalam pelaporan timbang
terima?
7 Adakah buku khusus untuk mencatat hasil 14,25% 85,5
laporan timbang terima?
8 Adakah kesulitan dalam 75% 25%
mendokumentasikan laporan timbang
terima?
9 Apakah ada interaksi dengan pasien saat 100%
timbang terima berlangsung?
35

10 Tahukan Ibu, bagaimana teknik pelaporan 85,5% 14,25%


timbang terima ketika berada di depan
pasien?
11 Berapa lama, waktu yang dibutuhkan untuk 5menit= 5 20%
mengunjungi masing-masing pasien? Tergantung= 1
30 menit =1
12 Tahukah Ibu, bagaimana persetujuan atas 85,5% 14,25%
penerimaan timbang terima?
13 Apakah Anda (shift pengganti) di evaluasi 100%
kesiapannya oleh kepala ruangan?
14 Tahukah anda, bagaimana persetujuan 100%
timbang terima?
Sumber Data: data Primer 2020
Hasil wawancara, angket dan observasi dengan 7 perawat mengenai proses

timbang terima disampaikan bahwa prinsip timbang terima sudah sesuai dengan

prosedur timbang terima, yaitu semua pasien yang dirawat dioperkan dan

dilanjutkan dengan validasi ke pasien, data yang disampaikan sudah sesuai, serta

masalah keperawatan sudah benar. Walaupun sebagian perawat menyatakan

operan tidak dilakukan 3kali, operan belum optimal dari pelaksanaan timbang

terima yaitu timbang terima shift siang dan malam dilakukan secara individu antar

perawat dengan cara validasi langsung dari satu pasien ke pasien lain membawa

buku laporan operan.

3) Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket dengan beberapa

perawat ruang Muzdalifah didapatkan bahwa ruang Muzdalifah mendukung untuk

dilakukan ronde keperawatan. Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan

dalam mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan disamping

pasien, membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu

yang dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta
36

melibatkan seluruh anggota tim. Namun demikian, di ruang Muzdalifah dalam 1

bulan tidak dilakukan ronde keperawatan 28,5%. dan 57% keluarga tidak

mengerti mengenai ronde keperawatan menurut keterangan perawat dalam angket

yang kami berikan pada tanggal 31 Desember-02 Januari 2020.

M3.3 Ronde Keperawatan


N Pertanyaan Ya Tidak
o
1 Apakah ruangan ini mendukung adanya 100% 0%
ronde keperawatan?
2 Apakah sebagian besar perawat di ruang 100% 0%
rawat inap lantai 2 mengerti adanya ronde
keperawatan?
3 Apakah pelaksanaan ronde keperawatan di 42,75% 57%
ruangan ini telah optimal?
4 Berapa kali ronde keperawatan dilakukan 28,5% 71,25%
dalam 1 bulan ? 1 kali
5 Apakah keluarga pasien mengerti tentang 42,75% 57%
adanya ronde keperawatan?
6 Apakah tim dalam pelaksanaan kegiatan 42,75% 57%
ronde keperawatan sudah dibentuk ?
7 Apakah tim yang telah dibentuk 42,75% 57%
melaksanakan kegiatan ronde dengan
optimal?
Sumber: Data Primer 2020

4) Sentralisasi obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan

diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat

(Nursalam, 2011). Sentralisasi adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat

yang diberikan pada klien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran

dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan perawat. Penanggung jawab dalam

pengelolaan adalah kepala ruangan diserahkan operasional dapat didegasikan

pada staf yang di tunjuk (PP). Tujuan dari pengelolaan obat adalah
37

menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga

kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.

Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah satu

peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam satu pola/alur yang sistematis

sehingga penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh perawat dan untuk

meminimalisir resiko kerugian baik material maupun nonmaterial. Upaya

sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara ketat oleh

perawat, serta didukung peran keluarga untuk mengetahui dan ikut serta

mengontrol penggunaan obat.


38

Dokter
Koordinasi dengan perawat
Pasien/ Keluarga

Farmasi/ Apotik

Pasien/Keluarga

PP/ Perawat yang menerima Surat persetujuan sentralisasi


obat dari perawat
Lembar serah terima obat
Pengaturan dan pengelolaan Buku serah terima/ masuk obat
oleh perawat

Pasien/Keluarga

Gambar 2.4 Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)


39

Alur sentralisasi obat yang ada di ruangan adalah sebagai berikut, pada

awalnya pasien mendapat RPO (Resep Pemberian Obat) dari dokter yang

merawat, kemudian pasien atau keluarga akan menyerahkan RPO tersebut ke depo

farmasi yang ada di ruangan Muzdalifah. Pasien dengan BPJS dan pasien umum

memiliki perbedaan yaitu pasien dengan BPJS harus membawa persyaratan yang

diperlukan serta RPO yang akan ditebus, sedangkan pasien umum hanya

membawa RPO dan biaya yang dibutuhkan. Setelah administrasi obat selesai,

petugas apotik memberikan kepada orang yang mengambil obat. Obat yang

diterima dari depo farmasi akan disimpan di box obat sesuai dengan nomer bed

pasien kemudian obat tersebut akan diberikan pada pasien sesuai dengan jadwal

dengan prinsip 5T, tepat obat, tepat jadwal, tepat dosis, tepat pasien, tepat cara

pemberian, dan waspada efek samping. Perawat memastikan aspek tepat obat

dengan cara menyesuaikan terapi di rekam medis dengan obat yang didapatkan

dari farmasi. Aspek tepat jadwal dilakukan dengan cara memeriksa jadwal

pemberian obat pada RPO dengan jam pemberian obat tersebut. Aspek tepat dosis

dilakukan dengan cara memeriksa dosis terapi pasien di rekam medis dengan

dosis obat yang diberikan farmasi. Sebagian perawat melakukan aspek tepat

pasien dengan cara memanggil nama pasien, sebagian dengan mencocokan nomor

bed, dan sebagian mencocokan dengan Id band. Aspek cara pemberian dilakukan

dengan cara mencocokan terapi di RPO dengan rekam medis. Aspek waspada

efek samping dilakukan dengan cara memantau kondisi klinis pasien.


40

Berikut adalah alur pelayanan farmasi yang ada di Ruang Muzdalifah:

Rekam pemberian obat 4 lembar

Diserahkan keluarga ke AA

Rekam pemberian obat lembar 1,2 Rekam pemberian obat lembar


diberikan ke perawat 3,4 diambil oleh AA

Apoteker mengkaji penggunaan obat

AA satelit farmasi menyiapkan obat secara ODD

AA satelit farmasi menyerahkan obat ke perawat dengan buku


timbang terima dan perawat mencocokan obat sesuai dengan rekam
pemberian obat lembar 1

Perawat memberikan obat oral dan injeksi ke pasien sesuai dengan


jam pemberian

Gambar 2.5Alur Pelayanan Farmasi Ruang Muzdalifah (Wawancara Staff


Farmasi Muzdalifah, 2020

Prosedur penerimaan obat di sore atau malam hari serta pada hari libur,

dengan kondisi Depo Farmasi Muzdalifah tutup, maka prosedur pengambilan obat

yaitu bagian depo farmasi menyiapkan obat yang akan diberikan pada hari

selanjutnya.
41

Angket Sentralisasi obat

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Pengadaan sentralisasi obat

1) Apakah anda mengetahui tentang sentralisasi obat? 100% 0%

2) Apakah di ruangan anda ini terdapat sentralisasi obat? 100% 0%

3) Jika Ya, apakah anda sentralisasi obat yang ada sudah 85,5% 14,25%
dilaksanakan secara optimal?

4) Apakah selama ini anda pernah diberi wewenang 71,25% 28,75%


dalam sentralisasi obat?

5) Jika tidak, menurut Anda apakah di ruangan perlu 100% 0%


diadakan sentralisasi obat ?

6) Apakah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam 100%


obat?(Oral-Injeksi-Supositoria-Infus-Insulin-Obat
gawat darurat)

2 Cara penyimpanan obat

1) Apakah di ruangan ini terdapat ruangan khusus untuk 57% 42,75%


sentralisasi obat?

2) Apakah kelengkapan sarana dan prasarana pendukung 42,75% 57%


sentralisasi obat?

3) Apakah selama ini Bapak/Ibu memisahkan 100%


kepemilikan antar obat-obat pasien?

4) Apakah selama ini Bapak/Ibu memberi etiket dan 85,5% 14,25%


alamat pada obat-obat pasien?

3 Cara penyiapan obat

1) Apakah selama ini sebelum memberikan obat kepada 85,5% 14,25%


pasien Bapak/Ibu selalu menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah digunakan?

2) Apakah ada format tiap jenis obat sebelum Bapak/Ibu 71,25% 28,75%
memberikan obat ke pasien?
42

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket dengan 7 perawat,

sentralisasi obat sudah menjadi wewenang farmasi. Perawat hanya akan menerima

obat yang akan dimasukkan sesuai resep yang disiapkan oleh farmasi.

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa sentralisasi obat di

Ruang Muzdalifah dilakukan oleh Depo Farmasi dengan didukung kerjasama

yang baik antara farmasi, dokter dan perawat. Format Rencana Pemberian Obat

(RPO) didokumentasikan secara berkesinambungan sesuai kebutuhan pasien, ada

lembar serah terima obat dari farmasi ke perawat, dan belum ada form serah

terima obat dari perawat ke pasien atau sebaliknya. Sarana dan prasarana yang

mendukung yaitu terdiri atas almari cairan infus, emergency kit, kulkas

obat/insulin.

Sentralisasi obat sangat membantu perawat dalam mengatur pemberian

obat pada pasien. Dokter memberikan RPO setiap hari sesuai kebutuhan pasien

dan petugas depo farmasi akan mengecek persediaan obat pasien. Selama ini

semua perawat melakukan pengecekan dan pemberian obat kepada pasien setiap

hari. Namun, untuk persiapan dan penyimpanan obat masih dilakukan oleh

petugas farmasi.

5) Supervisi Keperawatan

Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok manager

berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan, meliputi: 1) Langkah-

langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi, 4) Tugas

supervisi, dan 5) Teknik supervisi.


43

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda mengerti tentang supervisi? 100%
2 Apakah supervisi telah dilakukan di 100%
ruangan?
3 Berapa kali supervisi dilakukan? 100%
4 Siapakah yang melakukan supervisi? Karu :100%
5 Bagaimanakah alur supervisi yang 100% 50%
digunakan ?
6 Apakah sudah ada format baku supervisi ? 100%
7 Apakah format untuk supervisi sudah sesuai 100%
standar keperawatan ?
8 Apakah alat (instrumen) untuk supervisi 100%
tersedia secara lengkap ?
9 Apakah hasil dari supervisi disampaikan 100%
kepada perawat pelaksana?
10 Apakah selalu ada feed back dari supervisor 100%
untuk setiap tindakan?
11 Apakah Anda puas dengan hasil dari feed 100%
back tersebut?
12 Apakah ada follow up untuk setiap hasil dari 100%
supervisi?
13 Apakah Anda menginginkan perubahan 100%
untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervisi?
14 Apakah Anda pernah mendapatkan pelatihan 100%
dan sosialisasi tentang supervisi ?

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket dengan 2 perawat di

ruang Muzdalifah pada tanggal 31 Desember-02 Januari 2020, 100%. perawat

mengerti mengenai supervisi dan 100% perawat mengatakan sudah dilakukan

supervisi dan 100% mendapatkan pelatihan dan sosialisasi mengenai supervisi.

Selain itu 100% perawat hasil dari supervisi kepada perawat dan form supervisi

telah sesuai dengan standar menurut perawat Muzdalifa


44

6) Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan

pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan

beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib

ruangan (Nursalam, 2011).

Tahapan Penerimaan Pasien Baru:

(1) Tahap pra penerimaan pasien baru

(2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru

(3) Tahap pasca penerimaan pasien baru

KARU memberitahu PP akan ada pasien baru

PP menyiapkan :
Lembar pasien masuk RS
Buku status dan lembar format pengkajian pasien
Nursing kit
Informed Concent sentralisasi obat
Lembar tata tertib pasien dan pengunjung
Lembar tingkat kepuasan pasien
Tempat tidur pasien baru

KARU, PP dan PA menyambut pasien baru

Anamnesa pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi

Evaluasi

Gambar 2.6 Bagan Alur Penerimaan Pasien Baru (Nursalam, 2014)


45

Sebelum pasien datang ke ruang Muzdalifah biasanya perawat mendapat

konfirmasi terlebih dahulu dari tempat pasien baru datang seperti IGD maupun

POSA atau Poli (IRJ), kemudian perawat yang menerima informasi akan

memeriksa kelengkapan dokumen saat pasien tiba di ruangan. Kemudian perawat

akan menunjukkan ruangan yang ada di ruangan Muzdalifah. Berdasarkan hasil

observasi, perawat yang bertugas untuk menerima pasien baru adalah perawat

yang sedang dinas dalam ruangan, tidak harus selalu didampingi oleh karu

maupun perawat primer. Hal-hal yang disiapkan oleh perawat saat menerima

pasien baru seperti lembar pasien MRS, lembar persetujan di rawat di ruangan

Muzdalifah.

Pasien baru kemudian didokumentasikan di buku pasien dan di buku

operan. Kemudian lembar asuhan keperawatan yang ada di rekam medik

dilengkapi, lalu rekam medik diserahkan kepada bagian administrasi. Bagian

administrasi kemudian memasukan data dan mendokumentasikan pasien baru

tersebut ke dalam komputer ruangan.

Angket M3-5 (Penerimaan Pasien Baru)

N Pertanyaan Y T
o. a idak
1 Apakah yang Anda berikan saat 7 2
. melakukan penerimaan pasien baru? 1,25% 8,75%
2 Apakah sudah ada pembagian 1
. tugas tentang penerimaan pasien baru 00%
3 Apakah setiap selesai melakukan 7 2
. Penerimaan Pasien Baru Anda melakukan 1,25% 8,75%
pendokumentasian?
4 Bagaimana teknik yang L
. digunakan saat pemberian PPB pada pasien? isan :
a. Lisan 2(28,5%)
b. Tertulis T
c. Lisan dan tertulis ertulis:

1
46

(14,25%)
L
isan dan
tertulis:57

5 Apakah sudah ada pemberian 5 4


brosur/leafleat saat melakukan PPB? 7% 2,75%

Dari hasil wawancara, observasi dan angket dengan 7 perawat yang kami

lakukan terkait penerimaan pasien baru di ruang Muzdalifah, didapatkan data

bahwa kurangnya media di ruang Muzdalifah yang digunakan untuk PPB

menjadi kendala dalam pelaksanaan proses peneriman pasien baru sesuai standar.
47

Jika dibandingkan dengan teori yang ada, proses penerimaan pasien baru
yang ada di ruang Muzdalifah masih belum memenuhi standar. Karena belum ada
penjelasan tentang P3 yang meliputi (1. Pengenalan pada pasien, tenaga kesehatan
lain; 2. Peraturan rumah sakit; 3, penyakit termasuk sentralisasi obat).
7) Discharge planning
N Pertanyaan Ya T
o. idak
1 Apakah Anda mengerti tentang 85, 1
. discharge planning? 5% 4,25%
2 Apakah yang Anda berikan saat Pa 5
. melakukan discharge planning? sien pulang = 7%
42,75

3 Apakah Anda bersedia melakukan 71, 2


. discharge planning? 25% 8,75%
4 Kapan Anda melakukan discharge Mu P
. planning? lai masuk asien
sampai pulang
pulang 0% 50%
5 Apakah sudah ada pembagian tugas 42,75% 57%
. tentang discharge planning?
6 Bagaimana operasional pemberian Lis 2
. tugas discharge planning oleh kepala an:4(57%) 8,75%
ruangan? Tu
lisan:1
(14,25%)
Lis
an dan
tulisan:
7 Apakah sudah ada pemberian 14, 8
. brosur/leaflet saat melakukan discharge 25% 5,8%
planning?
8 Bagaimana teknik yang digunakan Lis 7
. saat pemberian discharge planning? an dan 1,25%
tertulis :
28,75%
9 Bahasa apa yang digunakan saat Ba 2
. melakukan discharge planning? hasa 8,75%
Indonesia
71,25%

1 Apakah bahasa yang Anda gunakan 42, 5


0. dalam melakukan discharge planning 75% 7%
mengalami kesulitan untuk dipahami oleh
pasien?
48

1 Apakah setiap selesai melakukan 57 4


1- discharge planning Anda melakukan % 2,75%
pendokumentasian?
49

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan Angket dengan 7 perawat di

Ruang Muzdalifah pada tanggal 31 Desember-02 Januari 2020 didapatkan bahwa

discharge planning sudah dilaksanakan pada saat pasien akan keluar rumah sakit

terutama pada pasien-pasien dengan penyakit interna. Pelaksanaaan discharge

planning dilakukan oleh perawat jaga dengan mengisi form discharge planning

dan menjelaskan aturan tertentu pada saat pasien pulang seperti jadwal kontrol,

aktivitas, diet makanan secara umum, dan perawatan di rumah. Sebagian besar

perawat melakukan dischage planning menggunakan lisan/tertulis dan

menggunakan bahasa yang dimengerti pasien (bahasa indonesia dan sasak).

8) Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau

dijadikan buku dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi

mencakup aspek komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan

angket yang dilakukan tanggal 31 Desember-02 Januari 2020 kepada

perawat Ruang Muzdalifah didapatkan sudah ada standar operasional

pelaksanaan dokumentasi keperawatan namun belum lengkap disertai

petunjuk teknis pengisian secara detail. Instrumen dokumentasi

keperawatan yakni medical record (status) pasien didapatkan hasil bahwa

penggunaan instrumen pengkajian menggunakan format Review Of System

(ROS). Format diagnosis keperawatan, intervensi, dan implementasi

terintegrasi dalam Integrated Note (IN) serta menggunakan sistem

komunikasi SOAPI.
50

M3.8 Dokumentasi

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1. Model dokumentasi keperawatan apa yang Soap 50%
digunakan di ruangan Muzdalifah RSI 50%
Mataram?
Apakah sudah ada format
pendokumentasian yang baku?
2. Apakah sudah ada format 50% 50%
pendokumentasian yang baku diruang
interna ini?
3. Apakah Anda sudah mengerti cara pengisian 50% 50%
format dokumentasi tersebut dengan benar
dan tepat?
4. Apakah menurut Anda format yang 50% 50%
digunakan ini bisa membantu
(memudahkan) dalam melakukan
pengkajian pada pasien?
5. Apakah Anda sudah melaksanakan 50% 50%
pendokumentasian dengan tepat waktu
(segera setelah melakukan tindakan)?
6. Apakah menurut Anda model dokumentasi 50% 50%
yang digunakan ini menambah beban kerja?
7. Apakah menurut Anda model dokumentasi 50% 50%
yang digunakan ini menyita banyak waktu?

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan angket ke 7 perawat

menyatakan bahwa format dokumentasi dapat membantu perawat dalam

melakukan pengkajian kepada pasien. Akan tetapi, model

pendokumentasian yang terdiri dari banyak form menyita waktu perawat

dalam mengisinya. Dengan pembagian tugas perawat antara melayani

pasien dan mengisi RM maka lembar RM baru dapat diisi setelah selesai

tindakan dan tidak selalu lengkap. Selain itu, cara pengisian berkas RM

yang berubah- ubah dan hanya disampaikan secara lisan juga membuat

perawat mengalami hambatan dalam pengisian RM. Sebagian perawat


51

merasa model dokumentasi yang digunakan dapat menyita waktu dan

menambah beban kerja perawat.

2.2.3 Keuangan (M4-Money)

Pengelolaan pendanaan saat ini di RSI Mataram sudah dikelola

sendiri oleh pihak RSI Mataram dengan tetap menggunakan dana dari

APBD, pasien BPJS dan pasien umum. Pelaksanaan billing pasien di

Ruang Muzdalifah sudah dilakukan oleh petugas administrasi.

Pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan berasal dari

rumah sakit yang diperoleh dari APBN (pemerintah) dan APBD.

Sedangkan pembiayaan pasien berasal dari pasien umum, BPJS dan

Umum. =. Di Ruang Muzdalifah, terdiri atas kelas I, II dan III. Berikut

akan digambarkan rata-rata penggunaan biaya dari pasien yang dirawat

inap di Ruang Muzdalifah pada januari 2019:

Tabel 2.19 Tarif ruangan, tarif makan dan fasilitas di Ruang Pandan I RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Kelas Tarif ruangan Fasilitas
I Rp. 275.000 1 kamar 2 pasien, 1 bed, 2 meja, 1
(kamar + makan) AC bersama.
II Rp. 250.000 1 kamar 2 pasien, 2 bed, 2 meja, 1
(kamar + makan) AC bersama.
III Rp.150.000 4 bed, 4 meja, 4 kipas angin
wanita (kamar + makan)
III Rp.150.000 4 bed, 4 meja, 4 kipas angin
Laki- (kamar + makan)
laki
Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang RSI Mataram

Ruang Muzdalifah I terdapat 2 bed untuk 2 pasien dengan tarif

Rp. 275.000 dengan fasilitas 1 kamar 2 pasien, 1 bed, 2 meja, 1 AC

bersama. Ruang II terdapat 2 bed untuk 2 pasien dengan tarif Rp. 250.000
52

dengan fasilitas 1 kamar 2 pasien, 2 bed, 2 meja,1 AC bersama dan ruang

III wanita dan laki-laki terdapat 8 bed untuk 8 pasien dengan tarif Rp.

150.000 dengan fasilitas 4 bed, 4 meja, 4 kipas angin.

Tabel 2.20 Tarif Tindakan di Ruang Muzdalifah


No. Tindakan Tarif
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
(Rp) (Rp) (Rp)
1. Pelepasan kateter 50.000 50.000 50.000
2. Injeksi IV 15.000 15.000 15.000
IM/SC//IC 20.000 20.000 20.000
3. Pemasangan Infuse 20.000 20.000 20.000
4. Pelepasan infuse 20.000 20.000 20.000
5. Jasa pelayanan rawat inap 60.000 50.500 30.000
6. Pemasangan transfuse 20.000 20.000 20.000
7. Nebulizer 20.000 20.000 20.000
8. Merawat luka besar 200.000 200.000 200.000
Luka sedang 75.000 75.000 75.000
Luka kecil 50.000 50.000 50.000
Luka khusus 150.000 150.000 150.000
9. Sedot Cairan Fleura 300.000 300.000 300.000
10. Asites cairan 300.000 300.000 300.000
11. Up drainase 30.000 30.000 30.000
12. Up DC 50.000 50.000 50.000
Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang RSI Mataram

Tabel 2.21 Tarif Laboratorium


N Jenis Pemeriksaan Tarif
O
2. Bilirubin Direk Rp 80.000
Bilirubin Indirek Rp. 50.000
3. Albumin-serum Rp 50.000
4. GDS Rp 44.000
GDP dan GD 2 jam PP RP 40.00
5. Darah Lengkap – CBC Rp 95.000
6. Laju Endap Darah (LED) Rp 35.000
7. PVT Rp 145.000
8. Cairan Asites Rp 415.000
9. Fleura Rp 350.000
10. Anti TBC Rp 180.000
11. Asam Urat Rp 61.000
53

12 BTA Rp 50.000
13. Kolesterol Rp. 41.000
14. Kreatinin Rp 45.000
15. Feses Lengkap Rp 55.000
16. Urine Lengkap Rp 45.000
17. HDP Rp 140.000
18. HBSAG Rp 45.000
19. Typoid Rp 180.000
20. Malaria Rp 90.000
21. UT Rp 30.000
22. BT Rp 30.000
23. Na Ka Cl Rp 275.000
Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Penunjang RSI Mataram

Tabel 2.22 Tarif Pemeriksaan Radiologi


N Jenis Pemeriksaan Tarif
O
1. BOF Rp 105.000
2. BNO 3 posisi Rp 130.000
3. Klafikula Rp 120.000
4. CT scan Abdoemn Rp 1.250.000
5. CT Scan Abdomen kontras Rp 3.500.000
6 CT Scan Kepala Rp 735.000
7. CT Scan Kepala kontras Rp 1.600.000
8. Geno Rp 360.000
9. Humerus Rp 110.000
Sumber: Tarif Pelayanan Kesehatandan Pelayanan Penunjang RSI Mataram

Setiap bulan perawat mendapat gaji pokok selain itu juga

mendapatkan remunerasi. Remunerasi didapatkan berdasarkan total

penghasilan ruangan yang bergantung dari jumlah pasien rawat inap setiap

harinya, kemudian dibagi secara merata berdasarkan jabatan/golongan,

pendidikan, dan lama pengabdian di rumah sakit. Selain itu, perawat juga

mendapatkan untuk PNS, uang makan dan minum berbeda dengan gaji

pokok dan gaji LP, namun untuk pegawai non-PNS tunjangan makan dan

minum masuk jadi satu dengan gaji pokok. Pengeluaran mengenai


54

pembayaran listrik, air, telepon dan lainnya di Ruang Pandan I sudah

terpusat langsung di bagian keuangan RSI Mataram.

Pembayaran biaya pasien sudah terpusat di bagian keuangan Irna

Medik. Semua biaya tindakan dan perawatan pasien dientry oleh

administrasi Ruang Muzdalifah ke dalam komputer. Sistem komputer

ruang Muzdalifah berhubungan langsung dengan sistem komputer di

bagian keuangan Irna Medik. Hal ini membuat sistem administrasi rumah

sakit terintegrasi dengan baik.

Mayoritas pasien di Ruang Muzdalifah RSI Mataram adalah pasien

BPJS. Apabila pasien masuk dengan jatah BPJS mandiri kelas II tetapi

menginginkan perawatan di kelas I maka pasien wajib menandatangani

form penambahan biaya kekurangan sesuai kelas I karena biaya perawatan

melebihi tanggungan BPJS yang dimiliki pasien. Pasien BPJS kelas III

tidak dapat naik ke kelas I maupun kelas II.

Alur pembayaran pasien dengan BPJS, yaitu setelah pasien disetujui

dokter untuk keluar rumah sakit (KRS). Keluarga mengurus kepulangan

pasien ke bagian administrasi ruangan untuk memenuhi persyaratan

pulang, kemudian keluarga ke bagian tim pengendali (Senin-Kamis pukul

08.00-14.30, Jumat pukul 08.00-14.00, Sabtu pukul 08.00-13.00, Minggu

libur), dengan membawa persyaratan sebagai berikut:

1) BPJS Mandiri

Form SJP, photo copy kartu BPJS.

2) BPJS Askes

Form SJP,photo copy kartu BPJSaskes,


55

3) Jamkesmas

Form SJP, photo copy kartu jamkesmas, photo copy kartu keluarga.

Setelah selesai keluarga kembali lagi ke bagian administrasi ruangan.

Pembayaran pasien umum, yaitu :

Setelah pasien disetujui dokter untuk keluar rumah sakit (KRS),

keluarga mengurus kepulangan di bagian kasir IRNA Medik dengan

membawa surat persetujuan dokter dan ID Rumah Sakit. Kemudian

keluarga kembali ke bagian administrasi ruangan.

2.2.4 Mutu (M5-Marketing-Mutu)


1) Standard Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Menurut Joint Commision International Accreditation Standards for

Hospital Mutu pelayanan keperawatan berdasarkan Joint Commission

International Accreditation Standards for Hospital yaitu Standar Keselamatan

Pasien yang meliputi:

d. Ketepatan Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang identitas yang

dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu dikonfirmasi antara lain nama pasien,

nomor register, alamat dan usia. Identifikasi pasien dilakukan ketika

penerimaan pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi, sebelum

melakukan tindakan dan discharge planning.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 31Desember-

02 Januari 2020 di Ruang Muzdalifah belum semua perawat menerapkan

identifikasi pasien dengan mencocokkan gelang identitas yang dipakai pasien


56

dan mengkonfirmasi nama pasien, nomer register, alamat, dan usia sebelum

melakukan tindakan keperawatan setiap harinya kecuali pada pasien baru. Pada

pasien lama, biasanya perawat hanya memanggil nama dan mencocokkan

nomor bed pasien.

e. Peningkatan komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan dengan metode

SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation). SBAR

digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain, timbang

terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi pasien dan

melaksanakan informed concent.

Pelaksanaan komunikasi efektif di RSI Mataram Ruang Muzdalifah

menggunakan metode SBAR. Metode SBAR yang digunakan masih belum

sesuai dengan teori yang ada.

f. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi,

terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius

pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Kewaspadaan

terhadap obat high alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high

alert (obat-obat Look A Like, Sound A Like, cairan pekat seperti KCl, MgSO4,

Nabic, dll) dengan obat lainnya. Pemberian elektrolit konsentrat harus dengan

pengenceran dan penggunaan label khusus, setiap penerapan obat menerapkan

prinsip 7 benar. Untuk obat LASA, sudah ada pemberian label tambahan. Salah

satu cara untuk mewaspadai pemberian obat perawat menggunakan double

crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.


57

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 31 Desember -02 Januari

2020, dapat diketahui bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai

sudah dilakukan dengan memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang

telah disediakan. Pemberian labeling dan double crosscheck juga sudah

diilakukan di Ruang Muzdalifah.

g. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat

lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi

yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda

lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol

permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan

yaitu menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi, sedangkan tepat

prosedur dilakukan di ruang OK menggunakan beberapa check list untuk

mencegah kesalahan prosedur.

Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :

1. Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien, keluar

pasien dan tim anestesi

2. Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasi kepada tim

bedah

3. Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi

Berdasarkan hasil pengkajian pada 31 Desember-02 Januari 2020, di

Ruang Muzdalifah sudah terdapat form check list pre operasi namun belum

terdapat papan daftar pasien operasi. Pengecekan tanda lokasi operasi dengan

menggunakan spidol permanen sebelum operasi dilakukan di ruang operasi.


58

h. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Salah satu cara pencegahan infeksi di ruangan dengan disediakan hand

scrub di setiap 2 bed pasien dengan cara 6 langkah cuci tangan, mencanangkan

dengan Five Moments dan memasangkan poster cuci tangan di dalam Ners

Station dan di samping wastafel ruangan. Namun dalam pelaksanaannya,

perawat dan petugas kesehatan lainnya masih jarang sekali melakukan hand

hygiene bersama-sama dengan keluarga pasien dan penyuluhan cuci tangan

tidak rutin dilaksanakan.

4. Penyakit terbanyak dalam 2 bulan terakhir November-Desember 2019

No Nama penyakit Jumlah (November-


Desember)
1 STT 14
2 PAM 11
3 GEA 10
4 HEMOROID 7
5 POST PO FRAKTUR 7
6 TUMOR 7
7 ANEMIA 5
8 HIL 5
9 BPH 5
10 POST OP TE 5

2) Evaluasi Kepuasan Klien Terhadap Kinerja Perawat


59

KEPUASAN PASIEN

Tidak Puas
18%

Puas
45%

Kurang Puas
36%

Gambar 2.7 Diagram Evaluasi Kepuasan Klien Terhadap Kinerja


Perawat
Sumber : Data Sekunder Hasil Kuesioner Kepuasan Klien pada tanggal 01
Januari 2020

Pelaksanaan evaluasi kepuasan pasien yang telah dilakukan adalah


dengan menggunakan instrumen kepuasan pasien dari Nursalam (2002)
yang berisi 20 soal pertanyaan berbentuk pilihan dengan jawaban “ya”,
“kadang-kadang”, dan ”tidak”. Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan
rentang prosentase yang diadopsi dari kriteria Notoatmodjo, dimana <56%
menunjukkan kurang puas, 56-75% menunjukkan cukup puas, dan 75-
100% menunjukkan puas. Hasil pengkajian berdasarkan tabel 2.26 di
Ruang Muzdalifah pada 10 responden dapat disimpulkan bahwa 5 pasien
(46%) responden menunjukkan puas, sedangkan 3 pasien (33,3%)
menunjukkan kurang puas dan 2 pasien (18%) menunjukkan tidak puas.
Ketidak puasan pasien terlihat pada pernyataan antara lain perawat tidak
memperkenalkan diri kepada pasien, perawat tidak menjelaskan dimana
tempat-tempat yang penting untuk kelancaran perawatan (kamar mandi,
ruang perawat, tata usaha, dan lain-lain).
Tabel 2.26 Tingkat Kepuasan pasien di Ruang Muzdalifah tanggal 01
Januari 2020
No Tingkat Kepuasan Jumlah Pasien Persentase
1. Puas 5 Pasien 46 %
2. Kurang puas 3 Pasien 33,3 %
60

3. Tidak puas 2 pasien 18 %


Total 10 Pasien 100%

3) Kenyamanan (Nyeri)
Tabel 2.28 Penilaian tingkat nyeri pada pasien di Ruang Muzdalifah RSI
Mataram tanggal 01Januari 2020
No. Skala Nyeri 01 Januari 2020 Total
1. Tidak Nyeri 2 20 %
2. Nyeri Ringan 0 0%
3. Nyeri Sedang 7 70 %
4. Nyeri Berat 1 10%
Total 10 pasien 100%

NYERI PASIEN

10% 20%
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat

70%

Penilaian nyeri dilakukan pada tanggal 01 Januari 2020 dengan

instrument VAS (Visual Assesment Scale), yakni instrument penilaian

nyeri pada pasien ditemukan pasien merasa tidak nyeri sejumlah 20% yang

dirasakan dengan skala ringan sejumlah 0% dan nyeri sedang sejumlah

70% dan nyeri berat 10%.


61

4) Perawatan diri
Tabel 2.30 Penilaian tingkat perawatan diri pada pasien di Ruang Ruang
Muzdalifah RSI Mataram tanggal 01 Januari 2020
Indeks Deskripsi 01
KATZ Januari
Indeks A Mandiri dalam hal makan, 3
BAK/BAB, mengenakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan
mandi
Indeks B Mandiri, kecuali salah satu dari 0
fungsi diatas
Indeks C Mandiri, kecuali mandi dan salah 0
satu dari fungsi diatas
Indeks D Mandiri, kecuali mandi, 4
berpakaian dan salah satu dari
fungsi diatas
Indeks E Mandiri, kecuali mandi, 3
berpakaian, ke toilet dan salah satu
dari fungsi diatas
Indeks F Mandiri, kecuali mandi, 0
berpakaian, ke toilet, berpindah
dan salah satu dari fungsi diatas
Indeks G Ketergantungan untuk semua 1
fungsi diatas

KECEMASAN
cemas berat
9%
cemas sedang
18%
Tidak cemas
55%
cemas ringan
18%

penilaian kecemasan pada pasien ditemukan pasien merasa tidak

cemas sejumlah 55% , cemas ringan 18%, cemas sedang 18%, cemas berat

9 %.
62

5) Average Length of Stay (ALOS)


Tabel 2.32 Jumlah pasien MRS 2 bulan terakhir di Ruang Muzdalifah
RSI Matram pada Bulan November 2019- Desember 2019
No Bulan Jumlah
1. November 2019 108 pasien
2. Desember 2019 84 pasien
Total 192 pasien
Berdasarkan data bulan November- Desember 2019, jumlah
total lama pasien di rawat 57 hari dengan total 192 pasien. Dari
perhitungan, didapatkan hasil rata-rata lama rawat inap adalah 3,3 atau
setara dengan 3 hari untuk satu pasien.

2.1 Analisis SWOT


Tabel 2.34 SWOT

No ANALISA SWOT BOBOT RATIN BOBOT x RATING


G
1 MI (Man)
Sumber Daya Manusia
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength S-W
1) Masa kerja perawat di ruang 3,7-2,3=
Musdalifah rata-rata 9 tahun 1,4
dengan jenjang karir sebagian 0,4 4 1.6
besar PK II dan terdapat PK III
2) Jenis Ketenagaan
a) Ners : 1 orang
b) S1 Keperawatan : 2 orang
c) D3 Keperawatan : 7 orang 0,3 4 1,2
d) Cleaning servis : 2 orang
3) Adanya pelatihan perawat 0,3 3 0,9

TOTAL 1 11 3,7
63

Weakness
1) Jumlah perawat Ners sebanyak 0,7 2 1,4
1 orang dan perawat S1 2 orang
dan mayoritas perawat di
ruangan pendidikan terakhir D3
yang berjumlah 7 orang.
2) BOR tanggal 31 Desember 2019 0,3 3 0,9
BOR ruangan 57%
TOTAL 1 5 2,3

b. Eksternal factor
Oppurtunity

1) Adanya kesempatan dan minat untuk 0,4 3 1,2


mengikuti pelatihan
2) Adanya kesempatan melanjutkan 0,3 3 0,9
pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi
3) Adanya mahasiswa profesi 0,3 4 1,2 O-T
TOTAL 1 10 3,3 3,3-2= 1,3
THREATENED
1 2 2
1) Terdapat pasien yang tidak puas
terhadap pelayanan sebanyak 18% 1 2 2
TOTAL

1.
2 Sarana dan Prasarana (M2)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
64

2.1 Diagram Layang


O

M1 (0,8: 0,6)

1.4 M4 (1; 0,6)

1.3

DP (-0,4; 1) 1.2 SO (0,2; 0,4) M5 (0,4, 0,5)

1.1

1.0

0.9 MAKP (1,0; 1,0)

RK (-0,2; 0,7) 0.8

0.7 M2 (0,4; 0,5)

TT (-0,6; 0,4) 0.6

0.5

PPB (-0,5; 0,3)


0.4

0.3

DK (-1; 0,3) 0.2

0.1

-1.5 -1.4 -1.3 -1.2 -1.1 -1.0 -0.9 -0.8 -0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0,10,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5

W
-0,1
S
-0,2

-0,3 SV (0,9; -0,6)

-0.4

-0.5
65

-0.6

-0.7

-0.8

-0.9

-1

-1.1

-1.2

-1.3

-1.4

-1.5

Gambar 2.9 Diagram Layang


KETERANGAN :

M1 : Ketenagaan TT : Metode-Timbang
Terima
M2 : Sarana dan Prasarana
DP : Metode-Discharge planning
M4 : Keuangan
PPB : Metode Penerimaan
M5 : Mutu
Pasien Baru
MAKP : Metode-Penerapan
Model

DK : Metode-Dokumentasi

RK : Metode-Ronde Keperawatan

SO : Metode-Sentralisasi Obat

SV : Metode-Supervisi
66

2.2 Identifikasi Masalah


Setelah dilakukan analisis situasi, dengan menggunakan pendekatan
SWOT, maka kelompok dapat merumuskan masalah yang ditemukan adalah:
1. Sumber Daya Manusia (M1)
Masalah : tidak terdapat masalah
Penyebab : -
Perbandingan jumlah perawat dan jumlah pasien sesuai dengan teori.
Penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
2. Materials (M2)
Masalah : tidak terdapat masalah

Penyebab : -

Peralatan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan ruangan dan koordinasi


ruangan dengan pengadaan peralatan baik.

3. Method (M3)
1) Penerapan Model MAKP
Masalah : tidak terdapat masalah
Penyebab: -
Selama ini sesuai dengan kebijakan rumah sakit, maka model asuhan
keperawatan yang digunakan adalah moduler. Penerapan model
modular ini sesuai dengan jumlah sumber daya perawat yang tersedia
yaitu perawat dengan jenjang pendidikan diploma.

2) Timbang Terima
Masalah:
(1) Kegiatan timbang terima pada shift siang, malam dan hari libur
tidak selalu dilakukan sesuai dengan urutan acara timbang terima.
Penyebab: tidak terdapat pemimpin kegaiatan timbang terima
3) Ronde Keperawatan
Masalah : tidak adanya pasien yang memiliki karakteristik layak untuk
rondekan dan jarang adanya kasus langka.
Penyebab:-
67

Masa rawat inap pasien 3-5 hari dan selama ini belum ditemukan kasus
langka atau kasus yang sudah dilakukan tindakan belum memiliki
solusi.

4) Sentralisasi Obat
Masalah : Masih banyak keluarga pasien baru yang tidak mengetahui
sistem pemberian obat
Penyebab :
Penjelasan alur sentralisasi obat kepada pasien baru masih kurang
optimal sehingga masih banyak keluarga pasien yang kurang paham.

5) Supervisi Keperawatan
Masalah : Beberapa perawat tidak mengetahui tentang jadwal supervisi
Penyebab:
Tidak terdapat kontrak jelas dan feedback dari supervisor kepada
perawat tentang supervisi yang telah dilakukan

6) Penerimaan Pasien Baru


Masalah :
(1) Kurang optimalnya penjelasan mengenai orientasi
lingkungan dan fasilitas.
Penyebab :

(1) Teknis penerimaan pasien baru belum sesuai dengan standar,


sehingga siapa saja perawat yang berada diruangan (tidak harus PP)
untuk menerima operan pasien tersebut.
7) Discharge planning
Masalah :

(1) Discharge planning belum terlaksana secara optimal, diantaranya:


pemberian pendidikan kesehatan hanya dilakukan secara lisan
kepada pasien/keluarga, tidak terdapat media yang disediakan
untuk pasien.
Penyebab :
68

Pelaksanaan yang kurang optimal karena belum tersedianya media


untuk pasien.

8) Dokumentasi
Masalah:
(1) Pengisian format dokumentasi keperawatan belum lengkap
Penyebab:
(1) Form dokumentasi lembar RM terkadang mengalami beberapa
perubahan dan penyampaian cara pengisiannya hanya disampaikan
secara lisan
(2) Pembagian tugas perawat antara memenuhi kebutuhan ADL pasien,
tugas delegasi dan pengisian RM yang terdiri dari banyak form
4. Money (M4)
Masalah : tidak terdapat masalah
Penyebab :
Sudah terdapat sistem pembayaran yang terpusat
5. Mutu (M5)
Masalah :

1) Kurangnya penyuluhan atau promosi kesehatan mengenai pengendalian


infeksi (cuci tangan dan five moments) oleh ruangan.
Penyebab :

1) Kurang optimalnya fungsi tim PKRS atau penyuluhan di ruangan


dengan baik dan terjadwal.
2) Karena banyaknya dokumen yang harus diisi atau ditulis, maka hal itu
terlewat oleh perawat. Sehingga perawat hanya menulis di buku
timbang terima tanpa menulis di rekam medis harian.

2.3 Prioritas Masalah


Tabel 2.35 Prioritas Masalah berdasarkan Metode CARL
No Masalah C A R L Nilai Rank

1 Timbang terima 4 3 2 2 48 3
69

2 Penerimaan 5 4 2 2 80 2
Pasien Baru
3 Ronde 2 3 2 3 36 4
Keperawatan
4 Supervisi 4 3 3 3 108 1
5 Discharge 4 1 2 1 16 5
planning
BAB 3
PERENCANAAN

1.1 Definisi Perencanaan


Perencanaan adalah penyusun rangkaian tindakan secara berurut yang
mengarah kepada pencapaian tujuan (Peter Hall, 1992). Handoko (1999)
menyatakan pada dasarnya kegiatan perencanaan dilakukan melalui 4 tahapan
sebagai berikut;
1. Menetapkan tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasi semua kemudahan dan hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Handoko (1999) juga menyatakan bahwa terdapat tujuan utama di
adakannya kegiatan perencanaan yaitu;
1. Mencapai “protective benefits” yang dihasilkan melalui pengurangan
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan
2. Mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya kesuksesan
pencapian tujuan organisasi
Louis A. Allen mengemukakan, “planning is the determination of the
course of action to achive a desired result.” artinya, perencanaan adalah
penetapan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi,
2005:2). George R. Terry menyatakan, “Planning is the selecting and relating of
facts and the making and using of assumptions regarding the future in the
visualization and formulation of proposed activities believed necessary to achive
desired result”. Artinya, perencanaan adalah upaya untuk memilih dan
menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi
mengenal masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi,
2005). Hadari Nawawi dalam bukunya Perencanaan Sumber Daya Manusia,
mendefinisikan perencanaan adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan,
strategi, metode, anggaran, dan standar (tolak ukur) keberhasilan suatu kegiatan
(Nawawi, 2003).

70
71

1.1 Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional
dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok
menyusun struktur organisasi sebagai berikut:
1.1.1 Struktur organisasi umum
Ketua : Ahmad Roi Arifin, S.Kep.

Wakil Ketua : Dwi Indah Purwati, S.Kep.

Sekretaris 1 : Heni Istianah, S.Kep.

Bendahara : Elmihaerunnisa, S.Kep.

1.1.2 Struktur organisasi MAKP


M1: Penanggung Jawab :Indri Sanova Lestari, S.Kep.
Anggota : Dwi Indah Purwati, S.Kep.
M2: Penanggung Jawab : Tutut Putri Utami, S.Kep.
Anggota : Roni Hardiman Jayadi, S.Kep.
M3: Penanggung Jawab :, S.Kep.
MAKP Penanggung jawab: Rozi Apriliandi
Anggota : Alamsyah
Timbang terima penaggung jawab : Alamsyah
Anggota : Rozi Apriliandi
Ronde Keperawatan Pennaggung jawab : Roni Hardiman Jayadi
Anggota: Muhammad Jefri
Sentralisasi obat penanggung jawab : Muhammad Jefri
Anggota : Roni apriliandi
PPB Penanngung jawab : Endang cristinawati
Anggota: Sahril Rahmdhani
Dischard Planning Penanggung Jawab: Sahril Rahmdhani
Anggota : Endang cristinawati
Supervisi Penanggung Jawab : Riwiatul Hasanah
Anggota : elmihaerunnisa
Dokumentasi Pennaggung Jawab : Dwi Indah Purwaati
72

Anggota :
M4 Penanggung Jawab : Heni Istianah
Anggota
M5 Penanggung Jawab : Rizka Aulia Utami
Anggota :
Penyusunan Proposal : Heni Istianah, S.Kep
Riwiatul Hasanah, S.Kep
Elmihaerunnisa, S.Kep

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan


pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut:

1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate
Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional di ruangan.

1.2 Strategi Kegiatan


1. Penerapan MAKP
1. Penanggung Jawab : Rozi Apriliandi , S.Kep.
2. Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan Praktik
Manajemen Keperawatan oleh mahasiswa FKp, Ruang Muzdaifah RSI
Mataram mampu menerapkan MAKP Primary Nursing secara baik.
3. Waktu : Minggu II – Minggu III
4. Rencana Strategi:
1) Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model
Asuhan Keperawatan Professional (MAKP) yang dilaksanakan yaitu
model Primary Nursing.
2) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
3) Melakukan pembagian peran perawat.
4) Menentukan deskripsi tugas dan tanggung jawab
perawat.
73

5) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian


tenaga perawat.
6) Menerapkan model MAKP yang direncanakan.

5. Kriteria Evaluasi:
1) Struktur:
(1) Menentukan penanggung jawab MAKP.
(2) Mendiskusikan bentuk dan penerapan MAKP yaitu primary
nursing.
(3) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
(4) Melakukan pembagian peran perawat.
(5) Menetukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
(6) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
2) Proses:
Menerapkan MAKP :
(1) Tahap uji coba pada tanggal 2020.
(2) Tahap aplikasi pada tanggal 2020.
(3) Hasil: Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT maka
kelompok Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Muzdalifah
menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional Primary
Nursing.
Model perawatan Primary Nursing merupakan salah satu Model
Asuhan Keperawatan Profesional dimana perawat bertanggung jawab penuh
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit. Model ini mendorong
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Model ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Konsep dasar dan
model ini adalah tanggung jawab dan tanggung gugat.
74

Terdapat kelebuhan dan kelemahan dalam penerapan teori ini dimana


kelebihanya adalah bersifat kontinuitas dan komperhensif, perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan kemungkinan
pengembangan diri serta keuntungan pada pasien, perawat, dokter dan
pengembangan rumah sakit. Sedangkan kelemahannya adalah hanya dapat
dilakukan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
memadai.
Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan Primary Nursing.

TIM MEDIS DAN KEPALA RUANGAN


SARANA RS
TIM LAIN

PERAWAT PRIMER PERAWAT


PRIMER

PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE ASSOCIATE

KLIEN
KLIEN

Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi

Gambar 3.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary


Nursing

Dalam penerapan MAKP model Primary Nursing terdapat beberapa


kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan:
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
3. Pasien merasa diperlakukan sewajarnya karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu.
75

4. Tercapainya pelayanan kesehatan yang efektif terhadap pengobatan,


dukungan proteksi, informasi dan advokasi (Gillies, 1989)
Kelemahan:
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
profesi.

1. Tugas Kepala Ruangan


1) Perencanaan
(1) Menunjuk perawat primer (PP) dan mendeskripsikan tugasnya
masing-masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibantu
perawat primer.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
primer.
(5) Merencanakan strategi pelaksanaan perawat.
(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap klien.
(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
i. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
ii. Membimbing penerapan proses keperawatan
iii. Menilai asuhan keperawatan
iv. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
v. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
(8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
(9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
76

(10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah


sakit.
2) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(3) Membuat rincian tugas perawat primer dan perawat ascociate
secara jelas.
(4) Membuat rencana kendali kepala ruangan yang membawahi dua
perawat primer dan perawat primer yang membawahi dua
perawat associate.
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik.
(8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak ada di tempat
kepala perawat primer.
(9) Mengetahui kondisi klien dan menilai tingkat kebutuhan pasien.
(10) Mengembangkan kemampuan anggota.
(11) Menyelenggarakan konferensi.
3) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada perawat primer.
(2) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas
dengan baik.
(3) Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap.
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep klien.
(5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(6) Meningkatkan kolaborasi.
4) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi
77

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan


perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien.
(2) Melalui supervisi
i. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
ii. Pegawasan secara langsung, yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan, serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari
perawat primer.
5) Evaluasi
(1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama.
(2) Audit keperawatan.
2. Tugas Perawat Primer
1) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Membuat rencana yang telah dibuat selama praktik
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana.
7) Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan
lembaga soisal di masyarakat.
8) Membuat jadwal perjanjian klinik
9) Mengadakan kunjungan rumah
3. Tugas Perawat Pelaksana
1) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan
proses keperawatan dan kasih sayang :
78

(1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien


(2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
(3) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
(4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon klien pada catatan perawatan
2) Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
(1) Pemberian obat
(2) Pemeriksaan laboratorium
(3) Persiapan klien yang akan operasi
3) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial dan
spiritual
(1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan
(2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman,
nyaman dan ketenangan
(3) Pendekatan dan komunikasi terapiutik
4) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi
tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis
5) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
6) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakaratul maut
7) Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanakan ruangan secara
admnistratif
(1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal
(2) Sensus harian atau formulir
(3) Rujukan harian atau formulir
8) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
9) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan
keindahan ruangan
10) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara
berganti sesuai jadwal tugas
79

11) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya


(PKMRS)
12) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan
maupun tulisan
13) Membuat laporan harian klien.
2. Timbang Terima
1. Penanggung jawab : Alamsyah S.Kep.
2. Tujuan: Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan
diharapkan Ruang Muzdalifah mampu melaksanakan timbang terima
dengan baik.
3. Waktu: Miinggu ke II-III Januari 2020
4. Rencana Strategi
1) Merevisi teknik timbang terima bersama-sama dengan staf perawatan
di ruang Muzdalifah RSI Mataram.
2) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
3) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan
staf keperawatan.
4) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift.
5) Dipimpin oleh perawat primer sebagai penanggung jawab shift.
6) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas.
7) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sistematis atau
menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan
klien.
8) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan keperawatan,
rencana keperawatan, tindakan dan perkembangan kesehatan klien.
9) Mendokumentasikan hasil timbang terima klien.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan penanggung jawab timbang terima.
(2) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf
keperawatan.
(3) Menentukan materi timbang terima.
80

(4) Status pasien disiapkan.


(5) Persiapan buku laporan.
2) Proses :
(1) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan
dan staf keperawatan pada pergantian shift.
(2) Timbang terima dipimpin oleh Perawat Primer sebagai
penanggung jawab shift.
(3) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas
atau akan berdinas.
3) Hasil :
(1) Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi (identitas,
diagnosis medis, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan
belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif, rencana umum
pasien).
(2) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
(3) Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
(4) Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar
perawat.
(5) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan
berkesinambungan.
Timbang terima pasien merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien (Nursalam, 2014). Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,
dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan. (Nursalam, 2011).
Alur timbang terima dapat dilihat pada Gambar 2.5.
1) Tujuan
(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
(2) Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya.
(3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
81

2) Metode Pelaporan
(1) Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien
melaporkan langsung kepada perawat penanggung jawab
berikutnya dengan membawa laporan timbang terima
(2) Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di
ruang perawat, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi klien
satu-persatu terutama pada klien-klien yang memiliki masalah
khusus serta memerlukan observasi lebih lanjut.
3) Prosedur Pelaksanaan
(1) Kedua kelompok siap.
(2) Prinsip timbang terima : semua pasien dilakukan
timbang terima, terutama pada klien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih
lanjut.
(3) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji
secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan tindakan yang
telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa
perawatan.
(4) Hal-hal yang sifatnya khusus diserahterimakan kepada
perawat berikutnya.
(5) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang
terima adalah :
i. Situation
Meliputi nama pasien, umur, dokter yang merawat,
diagnosa medis dan masalah keperawatan, lama hari perawatan
dan keluhan utama.
ii. Background
Meliputi perkembangan pasien saat ini. Sebutkan
riwayat alergi, riwayat pembedahan, alat invasif yang
terpasang dan program cairan.
iii. Assessment
82

Meliputi menjelaskan secara lengkap hasil


pengkajian pasien terkini seperti keadaan umum, vital sign,
tingkat kesadaran pain score, braden score, status restrain,
risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi
serta menjelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
iv. Recommendation
Meliputi merekomendasikan intervensi keperawatan
yang perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk
discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.

(6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat


melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang
ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.
(7) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan
singkat.
(8) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih
dari 3 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci.
(9) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap
klien dan melakukan validasi data tidak lebih dari 15 menit.
3. Ronde Keperawatan
1. Penanggung jawab : Roni Hardiman Jayadi,
S.Kep.
2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan,
diharapkan Ruang Muzdalifah mampu melaksanakan ronde keperawatan
dengan baik.
3. Waktu : Minggu ke II-III Januari 2020
4. Rencana Strategi:
1) Menentukan pasien yang akan dijadikan subyek dalam ronde
keperawatan.
2) Menentukan kasus sulit dengan masalah keperawatan yang tidak
terselesaikan.
83

3) Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan dilakukan.


4) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
5) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan.
6) Membuat format pendokumentasian kegiatan ronde keperawatan.
7) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan
staf keperawatan.
8) Mendokumentasikan kegiatan ronde keperawatan sesuai dengan
format yang telah dibuat.
9) Mengevaluasi kegiatan ronde keperawatan yang telah dilakukan.

5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
(2) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.
(3) Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga.
2) Proses :
(1) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Penanggung
Jawab Unit dan staf keperawatan.
(2) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi
yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah
pasien.
(3) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu
mengatasi masalah pasien tersebut.
3) Hasil
(1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien.
(2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan
dilaksanakan.
84

Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi


masalah keperawatan pasienyang dilaksanakan disamping pasien,
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang
dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan, perawat associate serta
melibatkan seluruh anggota tim.
1. Kriteria pasien yang dilakukan ronde :
1) Pasien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langka
2. Karakteristik :
1) Pasien dilibatkan secara langsung.
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
3. Prosedur pelaksanaan Ronde Keperawatan
Prosedur pelaksanaan berdasarkan alur ronde keperawatan
adalah sebagai berikut:
1) Persiapan
(1) Penetapan kasus maksimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada pasien / keluarga.
2) Pelaksanaan ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(3) Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor / kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
85

(4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan akan
yang akan ditetapkan.
3) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada pasien
tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

4. Sentralisasi Obat
1. Penanggung jawab : M. Jefri, S.Kep.
2. Tujuan : Setelah dilakukan Praktik Manajemen Keperawatan,
diharapkan mahasiswa dan perawat di Ruang muzdalifah mampu
menerapkan sentralisasi obat yang benar.
3. Waktu : Minggu ke II-III Januari 2020
4. Rencana strategi :
1) Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat,
dokter, dan bagian farmasi.
2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi obat.
5. Kriteria Evaluasi :
1) Struktur :
(1) Menetukan penanggung jawab sentralisasi obat.
(2) Menyiapkan format sentralisasi obat
2) Proses :
(1) Melaksanakan sentralisasi obat klien bersama-sama dengan
perawat, dokter dan bagian farmasi.
(2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan
sentralisasi obat.
3) Hasil :
(1) Klien menerima sistem sentralisasi obat.
(2) Perawat mampu mengelola obat klien.
(3) Mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat
meningkat.
(4) Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat baik secara
hukum maupun secara moral.
(5) Pengelolaan obat efektif dan efisien.
86

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang


akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2011). Tujuan dari pengelolaan obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan,
sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
1) Penerimaan obat :
(1) Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga
diserahkan kepada perawat dengan menandatangani lembar serah
terima obat yang ada pada lembar kontrol obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomer register, jenis obat, jumlah
dan sediaan serta dosis obat dalam lembar serah terima obat dan
diketahui (tanda tangan) oleh keluarga.
(3) Klien/keluarga untuk selanjutnya dapat melakukan kontrol
keberadaan obat pada lembar serah terima obat yang ada di sisi
klien (sisi bed klien).
(4) Obat yang sudah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat.
(5) Keluarga dan klien wajib mengetahui letak kotak obat.
2) Pembagian obat :
(1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format
pemberian obat oral/ injeksi.
(2) Obat-obat yang telah diterima disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang telah
tercantum format pemberian obat oral/ injeksi.
(3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping kemudian memberi
kode dan tanda tangan setelah melakukan pemberian obat.
(4) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi oleh kepala
ruangan/petugas yang ditunjuk (PP) dan didokumentasikan dalam
format pemberian obat oral/injeksi.
3) Penambahan obat baru
87

(1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau


perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku sentralisasi obat dan lembar kontrol obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu), maka
dokumentasi tetap di catat pada buku sentralisasi obat dan lembar
kontrol obat.
4) Obat khusus
(1) Obat tersebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan rute pemberian yang cukup sulit, memiliki
efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam
waktu tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus tetap dicatat pada buku sentralisasi obat
yang dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan pada klien/keluarga: nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemberian. Wadah obat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan
pada klien atau keluarga.
5) Keuntungan Sentralisasi Obat
(1) Terjadi interaksi intensif antara farmasi, dokter dan perawat.
(2) Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker.
(3) Farmasi dapat membuat profil farmasi pasien dengan lengkap.
(4) Farmasi dapat melakukan terapi drugs monitor.
(5) Pasien menerima pelayanan farmasi 24 jam.
(6) Pasien hanya membayar obat yang dipakai.
(7) Efisiensi ruang perawatan dari penyimpangan obat.
(8) Mengurangi beban perawat.
(9) Menghindari penggunaan obat yang salah.
(10) Mengurangi kemungkinan kehilangan obat.
(11) Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga professional.
5. Supervisi Keperawatan
1. Penanggung jawab : Riwiatul Hasanah S.Kep.
88

2. Tujuan : Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen


Keperawatan, diharapkan Ruang muzdalifah mampu menerapkan
supervisi keperawatan dengan baik, dapat memenuhi dan meningkatkan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
3. Waktu : Minggu ke II-III Januari 2020
4. Rencana Kegiatan:
1) Membuat konsep supervisi keperawatan
2) Menentukan materi supervisi keperawatan
3) Membuat format, alat ukur atau instrument supervisi
4) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan
5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
5. Kriteria Evaluasi:
1) Struktur:
(1) Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan
(2) Menyusun konsep supervisi keperawatan
(3) Menentukan materi supervisi
2) Proses:
(1) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan
dan supervisor
(2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
3) Hasil:
(1) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal
(2) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi
(3) Supervisor memberikan reward/feed back pada PP dan PA
Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok
manager berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan
perawat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan,
meliputi: 1) Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran
dan fungsi supervisi, 4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1. Langkah-langkah Supervisi
1) Pra supervisi
89

(1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi


(2) Supervisor menetapkan tujuan supervisi
2) Supervisi
(1) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan
pelayanan bersama-sama PP dan PA
(2) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien
(3) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan
(4) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan
pembinaan
(5) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada
(6) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA
3) Pasca supervisi (Fair, feed back, follow up)
(1) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan
(2) Supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada
PP dan PA
2. Prinsip Supervisi
1) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
2) Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar
manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan sesuai
standar
4) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana
5) Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreativitas dan motivasi
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat dan manajer.
90

3. Fungsi dan peran supervisor


Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi
keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan
keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran
yang tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi: mendukung
pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan, implementasi
dan evaluasi keperawatan.
4. Tugas Supervisor
1) Mempertahankan standar praktek keperawatan
2) Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
3) Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya
4) Memantapkan kemampuan perawat
5) Memastikan asuhan keperawatan profesional dilaksanakan
5. Teknik Supervisi
1) Secara Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berjalan. Supervisor terlibat dalam kegiatan, memberikan
reward dan perbaikan.
Prosesnya:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi supervisor
(2) Selama proses, supervisor memberi dukungan, reinforcement
dan petunjuk
(3) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi setelah
kegiatan selesai, yang bertujuan untuk menguatkan cara yang
telah sesuai dan memperbaiki kekurangan dan reinforcement
positif dari supervisor.
2) Secara Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun
maupun lisan. Supervisor tidak terlibat atau melihat langsung apa
91

yang terjadi di lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan


fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

6. Penerimaan Pasien Baru


1. Penanggung jawab : Endang Crystinawati, S.Kep.
2. Tujuan : Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan
diharapkan semua perawat di ruang Muzdalifah dan mahasiswa Stikes
Yarsi Mataram Keperawatan mampu melaksanakan penerimaan pasien
baru dengan benar
3. Waktu : Minggu ke II-III Januari 2020
4. Rencana strategi :
1) Menentukan penanggung jawab penerimaan pasien baru
2) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek penerimaan pasien baru
3) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru
4) Melaksanakan penerimaan pasien baru
5. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
(1) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar
penerimaan pasien baru, informed consent sentralisasi obat,
format pengkajian, nursing kit, rekam medis, lembar kuesioner
tingkat kepuasan pasien, dan lembar tata tertib pasien dan
pengunjung
(2) Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh Kepala
Ruangan, Perawat Primer, dan Perawat Pelaksana. Sedangkan
pada shift sore dilaksanakan oleh PP dan PA
2) Evaluasi Proses
(1) Pasien baru disambut oleh Kepala Ruangan, PP dan PA
(2) PP melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan dibantu
oleh PA
(3) Pasien baru diberi penjelasan mengenai orientasi ruangan,
perawatan medis (termasuk sentralisasi obat), serta tata tertib
ruangan.
92

(4) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan


keluarga
3) Evaluasi Hasil
(1) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar
(2) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis
serta tata tertib ruangan
(3) Pasien sudah menandatangani persetujuan sentralisasi obat
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru
disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis,
dan tata tertib ruangan (Nursalam, 2011).

1. Tujuan Penerimaan Pasien Baru


1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS (Nursalam, 2011).
2. Tahapan Penerimaan Pasien Baru:
1) Tahap pra penerimaan pasien baru
(1) Menyiapkan fungsi administrasi
(2) Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan
(3) Menyiapkan peralatan khusus
(4) Menyiapkan format penerimaan pasien baru
2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
(1) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ perawat
primer/ perawat yang diberi delegasi.
(2) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
(3) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar
ke tempat yang telah ditetapkan.
(4) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat
tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan
berikan posisi yang nyaman.
93

(5) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.


(6) Kaji keadaan umum klien.
(7) Perawat melakukan pengkajian data awal sesuai format.
(8) Barang-barang untuk pasien diinventaris, yang diletakkan di
almari pasien yang tidak diperlukan pasien dibawa pulang oleh
keluarganya.
(9) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang :
i. Letak ruang perawat, dokter, depo farmasi, kamar mandi/WC
dan dapur.
ii. Jam berkunjung : Senin s/d Minggu pukul 16.00-17.00 WIB
Minggu dan Hari libur pukul 10.00 – 11.00 WIB
iii. Persyaratan menunggu apabila diperlukan : penunggu adalah
keluarga yang terdekat dan masing-masing pasien hanya boleh
satu penunggu.
iv. Administrasi ruangan yang perlu diketahui:
i) Sentralisasi obat
ii) Tata cara pembayaran jasa RS
v. Dokter, nama kepala ruangan, perawat penangggung jawab
pasien dan tenaga non keperawatan yang akan berhubungan
dengan pasien.
vi. Tunjukkan alat-alat yang dapat digunakan klien (tempat tidur,
lampu, kipas angin, AC).
(10) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang
telah disampaikan.
(11) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent.
(12) Perawat mempersilahkan anggota keluarga yang lain untuk
keluar
7. Discharge planning
1. Penanggung jawab : Sahri Ramdani, S.Kep.
94

2. Tujuan : Setelah dilakukan Praktik Manajemen


Keperawatan, diharapkan semua perawat di Ruang Muzdalifah dan
mahasiswa mampu melaksanakan discharge planning dengan benar.
3. Waktu : Minggu ke II-III Januari 2020
4. Rencana Strategi:
1) Menentukan penanggung jawab discharge
planning.
2) Menentukan materi discharge planning.
3) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek
discharge planning.
4) Menyiapkan peralatan, status, kartu discharge
planning.
5) Menentukan jadwal pelaksanaan discharge
planning
6) Melaksanakan discharge planning.
5. Kriteria evaluasi
1) Evaluasi struktur
(1) Persiapan pasien, peralatan, status, kartu dan lingkungan.
(2) Penyusunan struktur pelaksanaan discharge planning
2) Evaluasi proses
(1) Discharge planning dilaksanakan pada semua pasien pulang.
(2) Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Evaluasi hasil
(1) Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang
(2) Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan di rumah
tentang: aturan diet, obat yang harus diminum di rumah,
aktivitas, yang harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang perlu
di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.
Perencanaan pelaksanaan discharge planning adalah suatu
dokumentasi untuk menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi pasien
yang akan pulang dan asuhan keperawatan saat pasien di rumah.
1. Perencanaan pulang bertujuan (Nursalam, 2011)
95

1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial


2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang baik
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
2. Langkah-langkah dalam perencanaan pulang
1) Pra-discharge planning :
(1) Perawat primer mengidentifikasikan pasien yang direncanakan
untuk pulang.
(2) Perawat primer melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang
akan pulang.
(3) Perawat primer membuat perencanaan pasien pulang.
(4) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga.
2) Tahap pelaksanaan discharge planning :
(1) Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan
lingkungan.
(2) Perawat primer dibantu perawat associate melakukan
pemeriksaan fisik sesuai kondisi pasien.
(3) Perawat primer memberikan pendidikan kesehatan yang
diperlukan pasien dan keluarga untuk perawatan di rumah
tentang: aturan diet, obat yang harus diminum di rumah,
aktivitas, yang harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang
perlu di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan
khusus.
(4) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan
keluarga untuk mencoba mendemonstrasikan pendidikan
kesehatan yang telah diajarkan.
96

(5) Perawat primer memberikan kesempatan kepada pasien dan


keluarga untuk bertanya bila belum mengerti.
3) Tahap post-discharge planning :
(1) Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang
(2) Karu memberikan reinforcement atau reward kepada pasien
dan keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang
sudah dilaksanakan.
8. Dokumentasi Keperawatan
a. Penanggung jawab : Dwi Indah Purwati, S.Kep.
b. Waktu : Minggu ke II-III Januari 2020
Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek
komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.

1. Tujuan Utama
Pendokumentasian
1) Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat
kebutuhan klien, merencanakan,melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi tindakan.
2) Dokumentasi untuk penelitian, hukum dan etika.
2. Manfaat dan
Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
1) Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum, oleh karena itu data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh
tenaga kesehatan seperti perawat, dokter, pasien atau keluarga pasien.
Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari
adanya penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah.

2) Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)


Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan
memberi kemudahan perawat untuk menyelesaikan masalah klien
97

serta untuk mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini
juga memungkinkan perawat untuk mengetahui adanya masalah baru
secara dini.

3) Komunikasi
Dokumentasi merupakan alat perekam semua data yang
berkaitan dengan klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat
komunikasi antar tenaga kesehatan

4) Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah
diberikan dicatat dengan lengkap sebagai acuan dalam menentukan
biaya perawatan klien. Semuanya telah tercantum dalam sistem
komputerisasi rumah sakit.

5) Pendidikan
Dokumentasi berisi kronologis dari kegiatan asuhan
keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.

6) Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan
mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset
untuk pengembangan ilmu keperawatan.

7) Akreditasi
Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat
sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

3. Hal-hal yang perlu


diperhatikan dalam pendokumentasian (Potter dan Perry, 1984)
1) Jangan menghapus dengan tipe x atau menghapus tulisan yang
salah. Cara yang benar adalah dengan mencoret tulisan yang salah
98

dengan 2 garis kemudian dituliskan kata salah dan diberi paraf, setelah
itu dituliskan catatan yang benar.
2) Jangan mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain yang
dapat digunakan sebagai bukti terhadap asuhan keperawatan yang
tidak professional.
3) Jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan dulu bahwa
datanya akurat.
4) Catat hanya fakta, akurat, reliable.
5) Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong. Coret bagian
sisa yang kosong dan bubuhkan tanda tangan.
6) Semua catatan ditulis dengan tinta dan bahasa yang lugas.
7) Jika mempertanyakan suatu instruksi catat bahwa anda sedang
mengklarifikasi.
8) Tulis hanya untuk diri sendiri.
9) Hindari penulisan yang kurang spesifik.
10) Catatlah dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda
tangan. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditanda
tangani.
4. Kelompok mencoba
membuat suatu model pendokumentasian yang mengacu pada model PIE.
Teknik pengisian lembar dokumentasi keperawatan:
1) Pengkajian pada waktu klien masuk diikuti pengkajian
persistem.
2) Pengkajian dilakukan secara komprehensif.
3) Lembar dokumentasi asuhan keperawatan:
(1) Pengisian nama, umur, jenis kelamin, tanggal, dan nomor register
klien.
(2) Tiap lembar data diisi problem, intervensi dan evaluasi.
4) Pada kolom problem ditambahkan data subjektif dan
objektif.
99

5) Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap


penyelesaian masalah ditandai dengan “I” (intervensi), nomor masalah
dicatat dan dibuat oleh PP.
6) Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai
pengaruh dari intervensi diidentifikasi dengan tanda “E” (evaluasi)
dan nomor masalah, berisi tentang jam dan paraf perawat.
7) Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal
tiap 8 jam (setiap pergantian jaga).
Keuntungan:
1) Memungkinkan pengguanaan proses keperawatan.
2) Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3) Memungkinkan pemberian asuhan keperwatan secara kontinyu.
4) Perkembangan klien dapat dengan mudah digambarkan.
Kerugian:
1) Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu.
2) Pembatasan rencana tindakan keperawatan yang tidak aplikatif uuntuk
beberapa situasi keperawatan.
5. Bagian dari
dokumentasi keperawatan:
Format pengkajian dengan menggunakan format pengkajian
persistem. Lembar dokumentasi keperawatan dengan sistem PIE berisi
tentang:

1) Nama klien
2) Umur
3) No register
4) Diagnosis medis
5) Diagnosis keperawatan
6) Kolom tanggal dan jam
7) Kolom problem
8) Kolom intervensi
9) Evaluasi
10) Kolom tanda tangan
100

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

I M1 – Mengoptimalkan
MAN kinerja sumberdaya
yang telah ada 1. Mendukung adanya Pemenuhan Ming
- pelatihan dan seminar kebutuhan dasar u 2-4
untuk perawat baru, pasien terpenuhi,
secara bergantian pasien menyatakan
2. Menerapkan MAKP puas dengan
primer pelayanan yang
ada.

II M2–
Material
Menjaga 1. Membuat kembali 1. Sarana dan Min
- inventarisasi dan dokumentasi sarana prasarana 2-
mengoptimalkan dan prasarana. terdata dengan
sarana dan 2. Mengusulkan baik.
prasarana yang ada, pembuatan format 2. Pendokumentasi
peminjaman alat an alat dan obat
(buku peminjaman dilakukan
dan keluar masuk dengan teratur
alat) sehingga dan disiplin
pendokumentasiaanny 3. Pasien dan
a terkoordinsi keluarga
3. Memanfaatkan sarana menggunakan
kesehatan dasar yang wastafel dan
masih minimal seperti atau alkohol
wastafel dan alkohol gliserin dengan
gliserin untuk efektif dan
mengurangi risiko efisian
penularan 4. Peralatan
nosokomial. kesehatan bagi
4. Mengusulkan petugas
penambahan alkohol kesehatan di
gliserin untuk setiap Ruang Pandan I
bed memenuhi
5. Memberi usulan standard rumah
untuk melengkapi alat sakit dan atau
dan obat emergency Kepmenkes.
101

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

III M III – Mencoba 1. Mendiskusikan setiap


METHOD menerapkan model hambatan yang ada
MAKP primer dalam penerapan model
A. MAKP Primer Perawat
Penerapan menggunakan Min
2. Membentuk rincian dan II-I
Model pembagian tugas kerja MAKP Primer di
MAKP yang jelas antara ruangan dengan
- masing-masing benar
perawat.

B.
Timbang 1. Isi timbang
Terima Timbang terima 1. Timbang terima dapat terima tentang Min
dapat dilakukan dilakukan secara lisan masalah
(1) Kegiatan setiap pergantian dan tertulis dalam II-I
keperawatan
timbang shift sesuai dengan buku operan. yang sudah dan
terima format Timbang 2. Melaksanakan belum teratasi,
pada Terima yang telah timbang terima terdokumenstasi
shift ada bersama dengan dengan baik dan
siang, kepala ruangan dan benar pada buku
malam staf keperawatan. laporan timbang
dan hari 3. Dilaksanakan pada terima yang telah
libur setiap pergantian disediakan
tidak shift. 2. Timbang
selalu 4. Dipimpin oleh terima dilakukan
dilakuka perawat primer dengan
n sesuai sebagai penanggung melakukan
dengan jawab shift. validasi kepada
urutan 5. Diikuti perawat, pasien
acara mahasiswa yang 3. Timbang
timbang berdinas atau akan terima
terima. berdinas. dilaksanakan
6. Informasi yang setiap pergantian
disampaikan harus shift baik dihari
akurat, singkat, kerja ataupun
sistematis yang sabtu minggu
menggambarkan
kondisi saat ini
dengan tetap menjaga
102

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

kerahasiaan pasien.
7. Timbang terima
berorientasi pada
permasalahan
keperawatan, rencana
keperawatan,
tindakan dan
perkembangan
kesehatan pasien.
8. Mendokumentasikan
hasil timbang terima
pasien pada buku
operan.
C. Ronde Menerapkan
Keperawat
an Ronde keperawatan 1. Kegiatan: 1. Adanya format Min
agar terlaksana a. Menyusun dan II-I
- secara rutin, proposal kegiatan dokumentasi
terjadwal, sesuai ronde keperawatan ronde
dengan adanya (strategi dan materi). keperawatan.
kasus yang tidak b. Menyusun 2. Perawat mampu
dapat terselesaikan, materi sesuai dengan menjelaskan
serta dilakuksan kasus yang dengan benar
disamping pasien. ditemukan 2 hari persiapan dan
sebelum kegiatan pelaksanaan
ronde keperwatan ronde
dilaksanakan. keperawatan.
c. Melaksan 3. Ronde
akan ronde keperawatan
keperawatan. dilakukan sesuai
d. Memotiva jadwal setiap
si perawat agar ada masalah
menerapkan ronde keperawatan
keperawatan di ruang yang
Pandan I membutuhkan
2. Membuat jadwal dilakukannya
ronde keperawatan ronde
dengan masalah yang keperawatan.
terjadi di ruangan
103

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

agar dapat dengan


cepat teratasi,
misalnya 1 kali dalam
sebulan, dilaksanakan
minimal 30 menit,
dihadiri oleh
multidisiplin dan
dipimpin oleh Kepala
ruangan
D.
Sentrali
sasi Mengoptimalkan 1. Membuat lembar 1. Adanya format Ming
Obat sistem persetujuan pasien/ sentralisasi obat II-IV
desentralisasi obat keluarga pasien yang
- terhadap rencana terdokumentasika
dilakukannya n
sentralisasi obat. 2. Adanya
2. Membuat kartu kartu salinan obat
salinan obat yang yang diterima
diterima oleh pasien. pasien.
E.
Supervisi 1. Memasukkan 1. Supervisi
Keperawat Mengoptimalkan kegiatan supervisi dilakukan sesuai Min
an sistem supervisi (membuat jadwal) dengan jadwal, II-I
yang telah ada dalam rencana minimal 1x
- kegiatan bulanan di dalam 1 bulan.
ruangan tersebut 2. Ada
a. Melaksanakan dokumentasi
supervisi sesuai setiap kegiatan
dengan format supervisi
yang telah ada dari 3. Sosialisasi
ruangan supervisi
b. Menentukan dilaksanakan
materi supervisi
keperawatan.
c. Menyiapkan
petunjuk teknis
pelaksanaan
supervisi
104

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

keperawatan.
d. Melaksanakan
supervisi
keperawatan
bersama-sama
perawat ruangan.
e. Melakukan
evaluasi dari
kegiatan supervisi
yang telah
dilakukan
2. Mendokumentasikan
hasil pelaksanaan
supervisi
keperawatan.
3. Bekerja sama dengan
ruangan melakukan
sosialisasi tentang
supervisi
F.
Penerimaa
an Pasien Mengaplikasikan Merencanakan Mengaplikasikan Ming
Baru peran perawat penerimaan pasien baru peran perawat II-IV
dalam penerimaan dengan perawat ruangan dalam penerimaan
(1) pasien baru dan membuat welcome pasien baru sesuai
optimal book yang berisi tata standar di Ruang
nya tertib penunggu pasien, Ruang Pandan I
penjela hak pasien dan keluarga,
san denah ruangan, tarif
menge perawatan dll.
nai
orienta
si
lingkun
gan
dan
fasilita
s.
105

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

G.
Discharge
planning 1. Terlaksanannya 1. Menyusun 1. Perawat Min
discharge perencanaan tentang melakukan II-I
(1) Discha planning sesuai pelaksanaan discharge
rge dengan standar. discharge planning. planning sesuai
planni 2. Kemampuan 2. Membuat brosur/ dengan standar
ng perawat leaflet tentang 2. Pasien dan
belum meningkat pengertian penyakit, keluarga
terlaks dalam pencegahan, mengerti dan
ana memberikan perawatan dirumah, memahami
secara pendidikan nutrisi, aktivitas dan penjelasan
optimal kesehatan istirahat sesuai tentang
, kepada pasien. dengan kebutuhan penyakitnya
diantar pasien. Dan membuat 3. Adanya brosur/
anya: leaflet dengan leaflet tentang
pember tindakan perawatan penyakit yang
ian dan kasus terbanyak paling banyak
pendidi diruangan. ada diruang
kan Pandan I RSUD
kesehat Dr. Soetomo
an Surabaya
hanya 4. Adanya
dilakuk dokumentasi
an dari discharge
secara planning yang
lisan telah dilakukan
kepada pada status
pasien/ pasien.
keluarg 5. Adanya kartu
a, tidak discharge
terdapa planning yang
t media dibawa pulang
yang pasien
disedia
kan
untuk
pasien.
106

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

H.
Pendokum 1) Mendiskusikan a) Mah
entasian Mampu format pengkajian asiswa mampu Min
menerapkan dan menerapkan II-I
1) Peng pendokumentasian pendokumentasian pendokumenta
isian keperawatan secara asuhan keperawatan sian secara
form ringkas,baik dan sesuai dengan kasus ringkas, baik
at benar. di Pandan I . dan benar.
doku 2) Merevisi format b) Pen
ment pengkajian, diagnosis dokumentasia
asi keperawatan, n dilakukan
kepe perencanaan, segera setelah
rawa pelaksanaan dan melakukan
tan evaluasi asuhan tindakan
belu keperawatan. keperawatan.
m 3) Membuat format c) Dok
leng pendokumentasian umentasi
kap.. asuhan keperawatan asuhan
PIE. keperawatan
4) Membuat pada status
petunjuk teknis pasien lengkap
pendokumentasian dan benar.
asuhan keperawatan
dengan menggunakan
model PIE.
5) Melaksanakan
pendokumentasian
asuhan keperawatan
bersama dengan
perawat ruangan.
6) Mengevaluasi
pelaksanaan sistem
dokumentasi asuhan
keperawatan yang
telah dilakukan.
IV M4 –
Money
Min
107

Indikator
No Problem Tujuan Kegiatan Wak
Keberhasilan

- Mengoptimalkan Memberikan pelayanan Pasien tidak II-I


sistem keuangan yang berkualitas pada mengeluhkan
yang telah ada pasien perawatan dirinya

V M5 – Mutu
1. Memberikan
1) Kurang Mengembangkan 1. 80 % Pasien Ming
penyuluhan tentang
optimaln mutu pelayanan dan keluarga 3-4
ya pentingnya cuci
keperawatan dalam dapat
fungsi tangan untuk
hal patient safety. melakukan cuci
tim mengendalikan
tangan
PKRS infeksi pada keluarga
atau 2. Dokumentasi
pasien
penyulu penilaian nyeri
2. Mengajak pasien dan
han di pada rekam
keluarga untuk
ruangan medis pasien
dengan melakukan cuci
terisi setiap
baik dan tangan bersama
harinya
terjadwa setelah validasi
l. 3. Dokumentasi
pasien setiap hari
penilaian resiko
3. Bekerjasama dengan
jatuh pada
perawat ruangan
rekam medis
untuk mengkaji
pasien terisi
penilaian nyeri pasien
setiap hari
setiap hari dan
mendokumentasikann
ya
4. Bekerjasama dengan
perawat ruangan
untuk mengkaji
penilaian resiko jatuh
pada pasien setiap
hari dan
mendokumentasikann
ya
1.3 Rencana Strategi
108
109

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta

Nawawi, H.Hadari. 2003. Perencanaan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta:Gadjah Mada University Press

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Peter hall et al., 1992. "Perceived Usefulness, ease of use, and Usage of
Information Technology : A Replication." Management Information
System Quarterly, vol. 21(3). Agarwal, R., dan Prasad, J. 1999. "Are
Individual Differences

Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan


Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
110

Lampiran 2 Struktur Organisasi MAKP Harian


STRUKTUR ORGANISASI MAKP HARIAN

MAHASISWA PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN

KARU

PP

PAGI SIANG MALAM

PA NIC NIC

PA PA PA

PA PA

PA

Keterangan:
Karu : Kepala Ruangan
PP : Perawat Primer
PA : Perawat Associate
NIC : Ners in Charge

Anda mungkin juga menyukai