4. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus
darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal
bervariasi, kira-kira ¾ dari batu ginjal kalsium, fosfat, asam urin dan cistein.
Peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau urin
statis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah
dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi
ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan magnesium fosfat
(Tambayong, 2000).
5. Pemeriksaan Penunjang
Mary Baradero (2008) beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegak-
kan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sedimen sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologi
1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih. Batu-batu
jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio opak dan
paling sering dijumpai diantara batu lain, sedangkan batu asam urat
bersifat non opak (radio lusen). Urutan radioopasitas beberapa batu
saluran kemih seperti pada tabel berikut
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semi opak
Urat/Sistin Non opak
2) USG abdomen
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan
PIV, yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras,
faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-
buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis,
pionefrosis, atau pengkerutan ginjal.
3) PIV (Pielografi Intravena)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak
ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos
abdomen. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
4) Rontgen perut, bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu
stuvit
5) Urografi intravena dan urografi retrograd
6) Sistoskpi
6. Komplikasi
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh
darah yang disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena
suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika
dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembang biakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan
infeksi peritonial.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk di ginjal dan lama kelamaan ginjal membesar karena
penumpukan urin.
d. Avaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga
terjadi kematian jaringan.
7. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat.
Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang
telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah
menimbulkan infeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan. Kadang
kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti diatas, namun
diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang
diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari salura
kemih. Pilihan terapi antara lain :
a. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter < 5 mm. Seperti
disebutkan sebelumnya, batu ureter < 5 mm bisa keluar spontan. Terapi
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, berupa :
1) Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2) α – blocker
3) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu
syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada
tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK
menyebabkan observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan
adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal
tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi
terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanya diberi
obat penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan akan
dikenakan gelombang kejut untuk memecahkan batunya Bahkan pada
ESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah.
Jadi, begitu lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan
tombol dan ESWL di ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri
bisa telentang atau telungkup sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang
sudah pecah akan keluar bersama air seni. Biasanya pasien tidak perlu
dirawat dan dapat langsung pulang.
c. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk menge-
luarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energy hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Salah satu tindakan endoirologi adalah PNL (Percutaneous Nephro
Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran
ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
d. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, peng-
ambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pem-
bedahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk
batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi
atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan
berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau meng-
alami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan
obstruksi atau infeksi yang menahun.
e. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter
terkadang memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan
dalam penanganan batu ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang
disertai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent sangat perlu. Juga pada
batu ureter yang melekat (impacted). Setelah batu dikeluarkan dari
saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya
adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Angka kekambuh-
an batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50%
dalam 10 tahun.
8. Pencegahan
Setelah dikeluarkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah
upaya mencegah timbul kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran
kemih rata-rata 7% per tahun atau kambuh > 50% dalam 10 tahun.
9. Pathway
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-
THu7N9fRTFI/ViowYmt2i5I/AAAAAAAAAYs/7jkA2eQm4Zo/s1600/batu-ginjal.jpg
Sumber : https://www.jengana.co.id/wp-content/uploads/2015/10/Bahaya-Kencing-
Berdiri-www.jengana.co_.id-.jpg?w=640
Sumber : http://www.obatherbalkesehatan.com/wp-content/uploads/2011/12/Batu-
Ginjal.jpg
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis di-
dapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Klien terlihat
sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urin terjadi perubahan akibat adanya hematuria,
retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan
pasien terlihat mual dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa
kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau
insisi bedah.
b. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi
kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik
atau infalamsi.
c. Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
e. Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi,
dan pengobatan) berhubungan dengan tidak adanya informasi.
https://perawatsejatiblog.files.wordpress.com/2015/09/lp-nefrolitiasis.pdf diakses
pada tanggal 21 Mei 2017 Jam 21:00 WITA
(.................................................................) (......................................................)