Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL

A. Pengertian
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian
berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan infundibulum, pelvis ginjal dan
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
saluran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2014). Batu ginjal
merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai
zatterlarut dalam urin pada saluran kemih. Jadi, batu ginjal adalah
batu/kalkuli yang terdapat di ginjal.

B. Klasifikasi
1. Batu kalsium

Kalsium adalah batu yang paling banyak menyebabkan BSK (70%-80%).


Dijumpai dalam bentuk batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau
campuran. Terbentuknya batu terkait kadar kalsium yang tinggi di dalam
urine atau darah dan akibat dari dehidrasi, overdosis vit D, gangguan
kelenjar paratiroid, kanker, penyakit ginjal. Batu kalsium terdiri dari dua
tipe: (Purnomo, 2014)

a. Whewellite (monohidrat): batu padat, konsentrasi as. oksalat


tinggi pada air kemih.

b. Kombinasi kalsium magnesium menjadi weddllite (dehidrat):


kuning, mudah hancur (Purnomo, 2014).

2. Batu Asam Urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.
Diantara 75- 80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak
diderita oleh
pasien- pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat
urikosurik diantaranya adalah sulfinipirazone, thiazide, dan
salisila.Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

3. Batu struvit (magnesium-amonium m-amonium fosfat)

Batu struvit disebut juga batu infeksi, terbentuknya batu ini disebabkan
adanya ISK. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman
pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease
dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya
adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus. (Purnomo, 2014)

4. Batu Sistin

Terjadi saat kehamilan, disebabkan gangguan ginjal, kelainan


metabolism.

a. Teori inti matrik

Terbentuknya batu ginjal, batu seperti pada saluran kemih atau ginjal
memerlukan substansi organik sebagai inti pebentukan. Matrik organik
berasal dari serum dan protein urine yang memberikan kemungkinan
pengendapan kristal sehingga akan menjadi pembentukan inti.

b. Teori Saturasi

Teori ini berkaitan dengan terjadinya kejenuhan substansi pembentukan


batu di ginjal, dalam urine seperti sistin, vantin, asam urat, kalsium
oksalat akan mengakibatkan pembentukan batu.

c. Teori presipitasi- Kristal

Terjadinya perubahan pH urine mempengaruhi substansi dalam urine.


Pada urine yang bersifatasam akan mengendap asam urat, garam urat,
sistin dan santin. Sedangkan urine yang bersifat basa akan mengendapkan
garam- garam fosfat. Pengendapan ini baik urine yang bersifat asam
maupun basa akan menjadi inti pembentukan batu.
d. Teori berkurangnya faktor penghambat seperti peptisida fosfat,
pirofosfat, sistrat, magnesium akan mempermudah terbentuknya batu
pada ginjal

C. Etiologi

Penyebab dari batu terdiri daripada beberapa hal yang sangat


kompleks dan dijelaskan seperti berikut (Purnomo, 2014) ;

1. Diet Defisiensi vitamin A, menyebabkan terjadinya deskuamasi lapisan


epitel sehingga terbentuknya nidus yang terdeposisi menjadi batu.
Mekanisme ini biasanya aktif terjadi pada pembentukan batu bulu-bulu
(Vesikolithiasis.)

2. Gangguan Pengendapan Urin dan Koloid, Kurangnya koloid urin


yang berfungsi menyerap bahan larut, atau mukoprotein, yang
memecahkan kalsium, akan terkristalisasi sehingga membentuk batu.

3. Kekurangan Sitrat Pada Urin, adanya sitrat pada urin, sekitar 300-900 mg
per 24 jam (1,6-4,7 mol per 24 jam) yang terdiri dari asam sitrus
menyebabkan kalsium fosfat tidak larut dan mempertahankan sitrat dalam
larutan

4. Infeksi Pada Ginjal, batu ginjal sangat sering terjadi apabila air kemih
terinfeksi adanya streptococci pemecah-urea, staphylococci dan terutama
Proteus spp

5. Stasis urin dan Inadekuasi Drainase Urin, adanya kelainan bawaan pada
sistem pelvikalises (stenosis uretero-pelvis) divertikel, obstruksi
intravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu

6. Immobilisasi yang Lama

7. Hiperparatiroidisme
D. Anatomi dan Fisiologi Anatomi Traktus Urinarius

Sistem saluran kemih merupakan suatu sistem dimana terjadinya


proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan sistem saluran kemih terdiri dari : a) dua ginjal yang
mmenghasilkan urin, b) dua ureter yang c) satu vesika urinaria tempat
urin dikumpulkan,dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria
(Pearce, 2011)

Anatomi Renal

Renal terletak di dalam rongga retroperitoneal abdomen di samping


vertebra lumbal atas. Membentang dari setinggi vertebra Thorakal 11-12
sampai lumbal 3. Renal dextra lebih atas. Renal dextra lebih rendah
letaknya dari renal sinistra, karenala tertekan oleh hepar. Renal
mempunyai dua buah kutub yaitu superior yang mempunyai glandula
suprarenalalis, dan inferior. Renal juga mempunyai dua permukaan: di
anterior yang berlekuk dan di posterior yang rata. Selain itu renal
mempunya dua tepi: tepi lateral yang berbentuk cembung, dan tepi medial
yang berbentuk cekung dan mempunyai suatu hilus renalalis, tempat
masuk keluarnya pembuluh darah arteri dan vena, limfe, dan saraf.

Anatomi Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke


vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-
gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung
kemih.

Anatomi Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria


berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13.7-16.2 cm, terdiri dari :

a.Uretra pars prostatika

b.Uretra pars membranosa

c.Uretra pars spongiosa. Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3.7-6.2


cm sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina ) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi (Pearce, 2011).

E. Faktor Resiko

1. Faktor Instrinsik

a. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

b. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

c. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.

2. Faktor ekstrinsik, meliputi:

a. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang


lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt (sabuk batu)

b. Iklim dan temperature

c. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

d. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya


batu

saluran kemih.

e. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang


pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

(Purnomo, 2014)
F. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian
bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada
batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau
hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan
ginjal permanen (gagal ginjal). Mekanisme pembentukan batu ginjal atau
saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa buku
menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut : (Purnomo, 2014)

1. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana


apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.

2. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,


dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.

3. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan


menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan
G. Manifestasi Klinik

Menurut Purnomo (2014) beberapa tanda dan gejala yang dapat


ditemukan dan dirasakan pada pasien batu ginjal yaitu :

1. Nyeri

Nyeri mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri
kolik terjadi akrena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises
ataupunn ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan
infeksi.

2. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih


karena batu.

3. Demam

4. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin. Apabila ginjal
manusia mengalami gangguan,maka akan terjadi lah gangguan pada
pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya. Akibat
dari gangguan ini,maka terjadilah perubahan dalam frekuensi buang
air kecil.mungkin buang air kecil lebih sering dan lebih banyak dari
pada biasanya dengan warna urin yang pucat. Dan mungkin buang air
kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin yang berwarna
gelap.

5. Pembekkakan tubuh

6. Tubuh cepat lelah

7. Bau mulut / Ammonia Breath

8. Gangguan gastrointentinal: mual muntah


H. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-kadang


kristaluria. Hematuria biasanya terlihat secara mikroskopis, dan derajat
hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu
atau kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya hematuria dapat
menyokong adanya suatu obstruksi komplit, dan ketiadaan ini juga
biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang tidak aktif. Pada
pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal

yang ditemukan dapat memberi petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin


<5 menyokong suatu batu asam urat, sedangkan bila terjadi peningkatan
pH ≥7 menyokong adanya organisme pemecah urea seperti Proteus sp,
Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan batu struvit.

2. Radiologi
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu menurut Purnomo
(2014)
a. Foto polos abdomen. Foto polos abdomen dapat menentukan besar,
macam dan lokasi batu radiopaque. Batu-batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radiopaque dan paling sering dijumpai
diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.

b. Intravenous Pyelography (IVP). IVP dapat menentukan dengan tepat


letak batu, terutama batu-batu yang Radiolusen dan untuk melihat
fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat mendeteksi mendeteksi adanya batu
semi opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat terlihat oleh
foto polos abdomen.

c. CT Scan (Computerized Tomography )adalah tipe diagnosis sinar X


yang dapat membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain.
membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain.

d. Retrograde Pielography (RPG). Dilakukan bila pada kasus-kasus di


mana IVP tidak jelas, alergi zat kontras, dan IVP tidak mungkin
dilakukan.
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologis

Menurut Purnomo (2014) beberapa penatalaksanaan pada batu ginjal


yaitu :

a. Medikamentosa, ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5


mm, karna diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran
urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya
dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.

b. ESWL (Extrocorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ini dapat


memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau buli-buli tanpa
melalui tindakan infasif atau tanpa ada pembiusan.

c. Endourologi, adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan


batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
urethra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).

d. Bedah Laparoskpi, untuk mengambil batu saluran kemih saat ini


sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai pada operasi
pengambilan batu ureter.

e. Bedah Terbuka (open surgery).antara lain adalah open pielolitotomi


atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter.

2. Keperawatan

Penatalaksanaan menurut klasifikasi pembentukan batu ginjal:

a. Batu Kalsium: asupan cairan ditingkatkan dan asupan kalsium,


natrium, dan protein hewani dikurangi.

b. Batu Asam Urat: mengurangi asupan purin dan diet,


meningkatkan volume urin dan alkalinisasi urin dengan natrium
bikarbonat atau kalium sitrat.
c. Batu Sistin: meningkatkan asupan cairan yang baik dan
alkalinisasi dengan natrium bikarbonat.

d. Batu Infeksi: pengangkatan batu, antibiotik, dan skrining


predisposisi pembentukan batu.

J. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (D.0077)


2. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra (D.0050)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)

K. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan


dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Padila, 2012). Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

1.Tindakan keperawatan mandiri:

Tindakan yang dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan


mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan
yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.

2. Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja


dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja
dengan tenaga kesehatan lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertujuan untuk mengatasi masalah klien. Misal kolaborasi dengan
dengan dokter dalam pemberianan analgetik.

L. Evaluasi

Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang


menentukan apakah tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu
rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas keperawatan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi diperoleh dari
ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari
hasil pengamatan. Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri
dari dua jenis yaitu :

1. Evaluasi formatif, evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana


evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

2. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode


evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2013 Nursing Intervention Classification (NIC)


Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Elsevier

Huda,Amin dan Hardhi.Kusuma.2016. Asuhan Keperawatan Praktis edisi


revisi. Jogjakarta: Medi Action

Muttaqin dan Sari. 2011. Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta :Salemba


Medika

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan


praktek.Jakarta : Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Pearce, Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Purnomo B.B. 2014. Dasar-Dasar Urologi. Malang : CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai