Di susun oleh:
(14401.16.17026)
PROBOLINGGO
2019- 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
BATU URETER
A. Definisi
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau
kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium
urat, asam urat dan magnesium. (Brunner & Suddath,2010). Batu saluran kemih atau
Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen).
Dari dua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa batu saluran kemih adalah
adanya batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra.
B. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui
pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan memecah
ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran
kemih.
c. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada
daerah lain. Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu
saluran kemih.
d. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar
semua substansi dalam urine meningkat
e. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
2
f. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih
g. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas batu
saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih
telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
C. Anatomi Fisiologis
a. Anatomi
b. Fisiologis
Ginjal adalah bagian utama dari sistem perkemihan yang juga masuk didalamnya
ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal terletak pada rongga abdomen posterior,
dibelakang peritonium diarea kanan dan kiri dari kolumna vertebralis. Ginjal
dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Pada orang
dewasa normal panjangnya 12 – 13 cm, lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150
gram. Setiap ginjal memiliki korteks dibagian luar dan di bagian dalam yang
terbagi menjadi piramide-piramide. Pada setiap piramide membentuk duktus
papilaris yang selanjutnya menjadi kaliks minor, kaliks mayor dan bersatu
3
membentuk ginjal tempat terkumpulnya urine. Ureter menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih.
Garis-garis yang terlihat pada piramide disebut nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron. Setiap nefron terdiri atas
glomerulus yang merupakan lubang-lubang yang terdapat pada piramide-piramide
renal, membentuk simpul dan kapiler badan satu mulpigli, kapsul bowman, tubulus
proximal, ansa henle dan tubulus distal.
Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Kedua ureter
merupakan saluran yang panjangnya 10 – 12 inc. Ureter berfungsi menyalurkan urin
ke kandung kemih. Kandung kemih mempunyai tiga muara. Dua maura ureter dan
satu muara uretra. Kandung kemih sebagai tempat menyimpannya urin dan
mendorong urin untuk keluar. Uretra adalah saluran kecil yang berjalan dari kandung
kemih sampai ke luar tubuh yang disebuat meatus uretra.
Fungsi ginjal:
a. Fungsi ekskresi
Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 cm osmol dengan mengubag
ekskresi air
Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal
Mempertahankan pH plasma dengan mengeluarkan kelebihan dan membentuk
kembali Hco3
Mengekskresikan produk ahkir nitrogen dan metabolisme protein terutama
urea, asam urat dan kretinin
b. Fungsi non ekskresi
Menghasilkan renin, penting untuk mengatur tekanan darah
Menghasilkan eritropoitin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah
merah dan sumsum tulang
Metabolisme vitamin D menjdai bentuk aktifnya
Degradasi insulin
Menghasilkan prostaglandin
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
4
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal
Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat
terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit
gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal
Nyeri hebat dan ketidaknyamanan
b. Batu di ginjal
Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral
Hematuri
Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri
kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis
Mual dan muntah
Diare
c. Batu di ureter
Nyeri menyebar kepaha dan genitalia
Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar
Hematuri akibat abrasi batu
Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm
d. Batu di kandung kemih
Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri
Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urin
5
E. Patofisiologi
Devisit
Devisitnutrisi
nutrisi
Gangguan eliminasi
urine
Nyeri akut
nyeri akut
6
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan
urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin akibat
dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi
saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah
casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam
urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu
yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang
besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin, sedangkan batu yang
besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan
terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang
lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara
normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian.
F. Komplikasi
a. Obstruksi
b. Hidronephrosis
c. Gagal ginjal
d. Perdarahan
e. Pada laki-laki dapat terjadi impoten.
7
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa
warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukan SDM,
SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat) alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), urine 24 jam : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum
dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap
Hb, Ht, abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH. Merangsang
reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen
Menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
e. IVP
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau
panggul. Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi
Visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
g. USG ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu
H. Penatalaksanaan
a. Tujuan:
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi
3. Mencegah terjadinya gagal ginjal
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali)
b. Operasi dilakukan jika:
1. Sudah terjadi stasis/bendungan
2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan
positif harus dilakukan operasi
8
c. Therapi
1. Analgesik untuk mengatasi nyeri
2. Allopurinol untuk batu asam urat
3. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
d. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan
1. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung
kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat;
sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung
tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2. Batu struvite
Makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
3. Batu cystin
Makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang
4. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara
teratur.
e. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
a. Bedah laparoskopi pembedahan ini dilakukan untuk mengambil batu
saluran kemih. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
b. Bedah terbuka bedah terbuka meliputi beberapa klarifikasi, antara lain:
- Pielolitotomi atau nefrolitotomi: mengambil batu berukuran besar (batu
staghorn)
- Ureterolitotomi: mengambil batu di ureter
- Vesikolitotomi: mengambil batu di vesika urinaria
2. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Tindakan memecah batu yang ditembakkan dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut yang dapat memecahkan batu menjadi
pecahan yang halus, sehingga pecahan tersebut dapat keluar bersama dengan
air seni. Keutungan dari tindakan ESWL ini yaitu tindakan ini dilakukan tanpa
membuat luka, tanpa pembiusan dan dapat tanpa rawat inap.
3. URS (Ureterorenoscopy)
9
Prosedur tindakan pemeriksaan saluran kandung kemih yang menggunakan
suatu alat yang dimasukkan melalui saluran kemih kedalam ureter kemudian
batu dipecahkan dengan gelombang pneumatik. Pecahan batu akan keluar
bersama air seni.
4. PCNL (Percutaneous Nephrolithotomy)
Tindakan menghancurkan batu ginjal dengan memasukkan alat endoskopi
yang dimasukkan kedalam ginjal sehingga batu dapat dihancurkan dengan alat
tersebut. Tindakan ini memerlukan pembiusan dan rawat inap.
5. Lithocklast
Lithoclast dilakukan untuk memecah batu di ureter (saluran kencing) sampai
pelvis ginjal.
6. Litotripsi
Prosedur yang dilakukan untuk menghancurkan batu di saluran kemih dengan
menggunakan gelombang kejut ultrasonik, sehingga pecahannya dapat dengan
mudah lolos dari tubuh.
I. ASUHAN KEPERAWATAN ( teori)
A. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1. Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik
2. Riwayat infeksi saluran kemih
3. Pajanan lingkungan: zat-zat kimia
4. Keturunan
5. Alkoholik, merokok
6. Untuk pasien wanita : jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi)
b. Pola nutrisi metabolik
1. Mual, muntah
2. Demam
3. Diet tinggi purin oksalat atau fosfat
4. Kebiasaan mengkonsumsi air minum
5. Distensi abdominal, penurunan bising usus
6. Alkoholik
c. Pola eliminasi
10
1. Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output
2. Hematuri
3. Rasa terbakar, dorongan berkemih
4. Riwayat obstruksi
5. Penurunan hantaran urin, kandung kemih
d. Pola aktivitas dan latihan
1. Pekerjaan (banyak duduk)
2. Keterbatasan aktivitas
3. Gaya hidup (olah raga)
e. Pola tidur dan istirahat
1. Demam, menggigil
2. Gangguan tidur akibat rasa nyeri
11
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No DX kep Tujuan Criteria hasil intervensi
1. a. Nyeri Setelah dilakukan Keluhan nyeri MANAJEMEN NYERI
Observasi
berhubungan tindakan asuhan menurun
1. Identifikasi lokasi,
dengan adanya keperawatan Kemampuan
karakteristik,
iritasi pada selama 2x24 jam menuntaskan aktivitas
durasi,frekuensi,kualitas,
saluran kemih tingkat nyeri meningkat
intensitas nyeri
menurun Frekuensi nadi
2. Identifikasi skala nyeri
membaik
3. Identifikasi nyeri non
Pola napas membaik
verbal
Teraupetik
1. Berikan tehnik non
farmakologi (terapi musik,
terapi pijat, kopres
hangat/dingin)
2. Fasilitasi istirahat tidur
3. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik
2. Devisit nutrisi Setlah dilakukan Ekspektasi membaik MANAJEMEN NUTRISI
b/d mual muntah tindakan asuhan Porsi makan membaik Observasi
keperawatan Nafsu makan menigkat 1.identifikasi status nutrisi
diharapkan nafsu Bising usus membaik 2.identifikasi alergi dan
12
makan klien Frekuensi makan intoleransi makanan
meningkat membaik 3. monitor asupan makanan
4. monitor berat badan
Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrian
Terapeutik
1.Berikan makanan tinggi kaloti
dan tinggi protein
2.Berikan suplemen makanan
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Anjurkn diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medkasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan tim gizi
3. Gangguan Setelah dilakukan Ekspentasi meningkat observasi
eliminasi urin tindakan Sensasi berkemih 1. identifikasi tanda dan
b/d obstruksi keperawatan meningkat gejalaretensi urine
karena batu selama 2x 24 jam Distensi kandung kemih 2. monitor eliminasi urine
klien diharapkan menurun Terapeutik
eliminasi urine Frekuensi BAK 1. Catat waktu-waktu haluan
lancar membaik berkemih
2. Batasi asupan cairan
3. Ambil sample urine tengah
Edukasi
1. ajarkan mengurangi minum
menjelang tidur
2. ajarkan mengenal kemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih
3.
13
kolaborasi
1. kolaborasi pemberian obat
supositoria ureter
D. Discharge planning
a. Mengubah pola berkemih : hindari menahan BAK
b. Mengubah pola minum :
- Minum banyak > 2000 cc/hari
- Hindari minuman yang mengandung tinggi kalsium( susu, air yang
mengandung kapur)
c. Mengubah pola makan : mengurangi makanan yang menyebabkan batu seperti :
- Tinggi kalsium (keju, coklat)
- Tinggi purin (ikan, unggas, daging)
- Tinggi oksalat (bayam, sledri, kopi)
d. Mengurangi konsumsi obat-obatan bebas yang dapat menimbulkan batu saluran
kemih
e. Memberitahu tentang tanda dan gejala komplikasi yaitu demam. Pengeluaran urin
yang sedikit, nyeri pada saat BAK
f. Jelaskan teknik higiene personal yang benar
g. Libatkan keluarga dalam pengelolaan diet dan pola makan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2. EGC :
Jakarta
Carpenito, Linda Juall. 2010. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). EGC : Jakarta
https://www.scribd.com/doc/141897861/LP-Batu-Saluran-Kemih diakses pada tanggal
18 November 2014 pukul 11.30 WIB
Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI : Jakarta
Sylvia dan Lorraine. 2002. Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4, volume 2.
EGC: Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018
Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II 2018
Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018
15