Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif, seperti
kebiasaan remaja dalam memilih makanan yang menurut pandangannya
semua makanan yang disukai itu sehat dan bergizi, Sikap reamaja yang
kurang memperhatikan pola makan, mengakibatkan banyak remaja
mengalami gastritis. Penyakit gastritis atau yang sering dikenal sebagai
penyakit maag merupakan penyakit yang sangat mengganggu.Penyakit
gastritis sering terjadi pada Remaja yang mempunyai pola makan tidak
teratur dan makan makanan yang merangsang produksi asam
lambung.Selama ini penyakit yang sering disebut maag di anggap sebagai
suatu penyakit yang wajar bagi remaja sehingga tidak menghiraukan respon
tubuh .Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinya
gastritis. Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri di daerah ulu hati juga
menimbulkan gejala seperti mual, muntah, lemas, kembung, terasa sesak,
nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin,
pusing, selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah
darah (syamsu dwi,dkk,2019)
Menurut WHO kejadian gastritis di dunia, di antaranya Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5 %, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia
insiden gastritis berkisar sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap
tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya.(Elizhabeth, Dkk, 2019 ).
Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi, dari penelitian
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2013 angka kejadian
gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6 %
yaitu di Kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Jakarta 50,0 %,
Denpasar 46,0 %, Palembang 35,5 %, Bandung 32,5 %, Aceh 31,7 %,

1
2

Surabaya 31,2 % dan Pontianak 31,1 % Menurut Profil Kesehatan Bali


tahun 2017 angka kejadian Gastritis mencapai 19.076 jiwa dan menempati
peringkat ke enam dari sepuluh besar penyakit di Puskesmas di Provinsi
Bali (Novitasary et al., 2017). Prevalensi gastritis di Jawa Timur pada
tahun 2011 mencapai 44,5% yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian (Dinkes
Jatim, 2011). pada tahun 2017 gastritis termasuk penyakit terbanyak di
kabupaten probolinggo dengan jumlah 16.669 kejadian dengan prevelensi
4,29% (Dinas kesehatan kabupaten probolinggo, 2017).
Berdasarkan Hasil studi pendahuluan yang telah di lakukan Di Desa
Sidopekso Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo pada tanggal 20
April 2020, Didapatkan 23 Responden yang diteliti, Jumlah responden
yang memiliki pola makan baik sebanyak 5 remaja, dan responden yang
memiliki pola makan kurang baik sebanyak 18 remaja, yang terdiri dari 3
remaja memiliki frekuensi makan < 2 kali sehari, 9 responden menyukai
jenis makanan yang beresiko dapat menimbulkan gastritis dan 9 responden
mempunyai pola makan yang tidak sesuai dengan anjuran makan bagi
remaja. Dengan demikian dijelaskan bahwa gastritis banyak disebabkan
karena pola makan yang tidak teratur seperti kebanyakan remaja hanya
makan 1-2 kali sehari bahkan ada juga remaja yang makan hanya 1 kali
sehari dengan porsi makan yang tidak sesuai . Disamping itu jumlah
kandungan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam makanan yang
dikonsumsi tidak seimbang.
Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari
penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam
mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis memerlukan
pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi
pencernaan. Pola makan yang baik pada remaja seharusnya adalah dengan
makan sesuai waktunya, makan dengan nutrisi yang cukup dan seimbang,
mengkonsumsi buah dan sayuran yang sehat dan bergizi, memilih
makanan yang direbus bukan digoreng, mengurangi makanan cepat saji
atau makanan instan dan menghindari minuman bersoda. Gastritis
merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi
3

akibat ketidakteraturan makan (Rantung, E. P., & Malonda, N. S. H.


2019).
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya gastritis diantaranya
pada saat perut yang harusnya diisi tetapi dibiarkan kosong atau ditunda
pengisiannya maka asam lambung akan meningkat dan mencerna lapisan
mukosa lambung akan menimbulkan rasa nyeri. Usia merupakan suatu
permasalahan yang timbul pada saat remaja yaitu kebiasaan makan yang
buruk seperti kebiasaan tidak makan pagi terjebak dengan pola makan
tidak sehat yaitu menginginkan penurunan berat badan secara drastis
sehingga melakukan pengaturan makan/diet yang salah. ( Elizhabeth, Dkk,
2019).
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian
mengenai pola makan remaja yang mengalami gastritis di desa sidopekso
kraksaan .

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan
“Bagaimanakah pola makan remaja yang mengalami gastritis di desa
sidopekso kraksaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mngeksplorasikan pola makan remaja yang mengalami
gastritis Di desa sidopekso kraksaan .

1.4 Manfaat Penelitian.


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan bahan penelitian selanjutnya
tentang pola makan remaja yang mengalami gastritis.
1.4.2 Bagi profesi keperawatan
Sebagai pengembangan ilmu yang telah ada dan dapat di
aplikasikan dibidang kesehatan gizi sehingga dapat membantu untuk
mengembangkan pengetahuan dan selanjutnya dapat dilakukan
4

perencana dan penanggulangan keteraturan pola makan remaja yang


mengalami gastritis.
1.4.3 Bagi lahan penelitian
Penelitian ini dimanfaatkan pada lahan untuk lebih peduli
terhadap pola makan remaja yang mengalami gastritis.
1.4.4 Bagi subjek
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dalam
hal pola makan remaja yang mengalami gastritis.
1.4.5 Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan
dalam hal penelitian dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pola makan
remaja yang mengalami gastritis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP POLA MAKAN


2.1.1 Pengertian Pola Makan
Pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Berdasarkan hasil peneltian dapat dilihat
sebagian besar pola makan anak usia 3-5 tahun di Desa Sungai Jalau
berpola makan tidak baik sebanyak 29 anak dari 53 orang anak. Pola
makan yang seimbang yaitu yang sesuai dengan kebutuhan disertai
pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi
yang terbaik. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan
menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang
disebabkan oleh zat gizi. Sebaliknya asupan makanan kurang dari
yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan
terhadap penyakit. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya
(Riamah, dkk, 2020).
Pola makan merupakan perilaku yang ditempuh seseorang
dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi
pangan setiap hari yang meliputi frekuensi makan dalam sehari, jenis
makanan yang dikonsumai dan porsi makan ( Laurensius .F, Dkk,
2019).
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan
kebiasaan makan seseorang. Secara umum menurut ( Desty, Eka,
2019) faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah
faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan.
a.Faktor ekonomi
Variable ekonomi yang cukup dominan yang
mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga

5
6

dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan


peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas
yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan
menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara
kualitas maupun kuantitas. Meningkatnya taraf hidup
(kesejahteran) masyarakat, pengaruh promosi melalui iklan,
serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan
gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik, baru
dikalangan masyarakat ekonomi menengah keatas. Tingginya
pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup,
akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam
pola makannya sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan
makanan lebih didasarkan kepada pertimbangan selera
disbanding aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi
makanan impor, terutama jenis siap santap (fast food), seperti
ayam goreng, pizza, hamburger, dan lain-lain, telah meningkat
tajam terutama dikalangan generasi muda dan kelompok
masyarakat ekonomi menengah keatas.
b. Faktor sosial budaya
Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu
dapat dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan. Pantangan
yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung
perlambang atau nasihat yang dianggap baik ataupun tidak
baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/adat.
Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang
cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih
dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi.
Kebudayaan menuntun orang dalam bertingkah laku
dan memnuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk
kebutuhan dalam pangan. Buda mempengaruhi seseorang
dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana
pengolahan, persiapan, dan menyajiannya, serta untuk siapa,
7

dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi.


Kebudayaan juga menentukan seseorang boleh dan tidak boleh
mengkonsumsi suatu makanan.
c. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya islam disebut
haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa.
Adanya pantangan terhadap makanan/minuman tertentu dari
sisi agama dikarenakan makanan/minuman tersebut
membahayakan jasmani dan rohani bagi yang
mengkonsumsinya. Konsep halal dan haram sangat
mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan
dikonsumsi. Perayaan hasil besar agama juga mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang disajikan. Bagi agama Kristen,
telur merupakan bahan makanan yang selalu ada pada saat
perayaan Paskah, bagi umat Islam, ketupat adalah bahan
makanan pokok yang selalu tersedia pada saat hari raya
lebaran.
d. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan
makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh,
prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah
biasanya adalah yang penting mengenyangkan, sehingga porsi
bahan makanan sumber karbohidrad lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain.
Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi
memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber
protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan
gizi lain.
e. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya
terhadap pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang
8

dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah serta


adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak.
Kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh besar
terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap
makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam
keluarga.
Keberadaan iklan/promosi makanan ataupun
minuman melalui media elektronik maupun cetak sangat besar
pengaruhnya terhadap pola makan. Tidak sedikit orang tertarik
untuk mengonsumsi atau membeli jenis makanan tertentu
setelah melihat promosinya melalui iklan ditelevisi.akan
sangat mendukung jika seruan mengonsumsi makanan
seimbang dapat dipromosikan melalui media massa terutama
televisi, sehingga masyarakat dapat memilih bahan makanan
yang diinginkan dengan tetap menerapkan prinsip gizi
seimbang.
2.1.3 Macam- Macam Pola Makan
Pola makan remaja yang perlu di cermati adalah tentang
frekuensi makan, jenis makan dan porsi makan (Bagas diatsa,
2016).Pola makan terdiri dari:
a.Frekuensi Makan
Frekuensi makan seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan dalam sehari baik makanan utama atau makan selingan.
Frekuensi makan di katakan baik bila frekuensi makan setiap
harinya 3 kali makan utama atau 2 kali makan utama dengan 1
kali makan selingan. Pada umumnya setiap orang melakukan 3
kali makan utama yaitu makan pagi, makan siang, makan
malam. Pola makan yang tidak normal di bagi menjadi 2 yaitu
makan dalam jumlah banyak, dimana orang makan dalam
jumlah banyak dan makan di malam hari.
b. Jenis makanan
Jenis makan yang dikonsumsi remaja dapat dikelompokkan
9

menjadi dua yaitu makanan utama dan makan selingan.


Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang
beruapa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan
minuman.
c.Porsi Makan
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun
takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan.
Jumlah (porsi) makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi
remaja menurut (Desty Eka, 2019 ). Jumlah (porsi) standar
bagi remaja antara lain: makanan pokok berupa nasi, roti tawar,
dan mie instant. Jumlah atau porsi makanan pokok antara lain :
nasi 100 gram dan ukuran kecil 60 gram. Lauk pauk
mempunyai dua golongan lauk nabati dan lauk hewani, jumlah
atau porsi makan antara lain : daging 50 gram, telur 50 gram,
tempe 50 gram (dua potong) tahu 100 gram (dua potong).
Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-
tmbuhan, jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis
masakan sayuran antara lain : sayur 100 gram. Buah
merupakan suatu hidangan yang disajikan setelah makanan
utama berfungsi sebagai pencuci mulut. Jumlah porsi buah
ukuran 100 gram, ukuran potongan 75 gram.
2.1.5 Pengetahuan Makan
(Desty Eka, 2019) mengatakan dalam menyusun menu
seimbang diperlukan pengetahuan makan, karena nilai gizi setiap
bahan makanan tiap kelompok tidak sama seperti:
a.Bahan Makanan Pokok
Dalam susunan hidangan Indonesia sehari-hari, bahan
makanan pokok merupakan bahan makanan yang memegang
peran penting. Bahan makanan pokok dapat dikenal dari
makanan yang dihidangkan pada waktu pagi, siang atau
malam. Pada umumnya porsi makanan pokok dalam jumlah
10

(kuantitas atau volume) terlihat lebih banyak dari bahn


makanan lainnya. Dari sudut ikmu gizi, bahan makanan pokok
merupakan sumber energi (kalori) dan mengandung banyak
karbohidrat. Beberapa jenis makanan pokok juga memberikan
zat protein yang reatif cukup besar jumlahnya dalam konsumsi
manusia.
b. Bahan makanan lauk-pauk
Buah-buahan merupakan santapan lauk pauk di dalam
pola makan orang Indonesia berfungsi sebagai teman
makanan pokok yang memberikan rasa enak, merupakan zat
gizi protein dalam menu makanan sehari-hari. Lauk pauk amat
bervariasi dalam hal bahan makanan merupak teknik
pengolahan dan bumbunya. Sebagai sumbernya, dikenal
bahan makanan berasal dari hewan dan tumbuhan. Lauk pauk
berasal dari hewan seperti daging dan ikan, selain itu dari
tumbuhan yaitu kacang kedelai yang dibuat menjadi tahu,
tempe dan lain sebagainya.
c. Bahan makanan sayur mayur
Dalam hidangan orang Indonesia sayur mayor
adalah sebagai teman makanan pokok, pemberi serat dalam
hidangan serta pembasah karena umumnya dimasak berkuah.
Sayur mayor merupakan vitamin dan mineral. Namun, zat-zat
ini dapat rusak atau berkurang jika mengalami pemanasan.
Dianjurkan sayuran yang dimakan setiap hari terdiri dari
campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran
berwarna jingga.
d. Bahan makanan buah-buahan
Buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam
suatu cara makan atau dimakan kapan saja. Umumnya dipilih
buah yang sudah masak dengan rasa manis dan dimakan
mentah. Padat juga buah-buahan yang diolah atau diawetkan,
buah merupakan sumber vitamin bagi mausia. Ada beberapa
11

jenis buah yang juga memberikan kalori yang cukup tinggi


seperti lemak yang terkandung dalam alpukat ataupun
karbohidrat yang terdapat pada durian.
e. Susu
Susu adalah cairan berwarna putih yang di keluarkan olek
kelenjar susu. Istilah untuk air susu manusia adalah air susu
ibu (ASI). Susu yang bukan berasal dari manusia disebut air
pengganti susu ibu (PASI). Dalam kandugan susu sapi
mupun ASI terdapat laktosa yaitu gula khusus pada air susu,
susu dapat diperoleh dalam berbagai macam bentuk, yaitu
cairan dan bubuk.
f. Lain-lain
Disamping kelima golongan bahan makanan tersebut,
terdapat menu sehari-hari biasanya mengandung gula dan
minyal kelapa sebagai penyedap dan diberi rasa gurih. Gurih
dan minyak kelapa merupakan sumber energi. Gula rata-rata
di makan sebanyak 25-35 garam sehari (2½- 3½ sendok
makan) dalam minuman atau kue-kue. Sedangkan minyak
sebanyak 25-50 gram (2 ½-5 sendok makan) untuk
mengoreng, campuran, dalam kue, dan sebagai santan atau
kelapa parut.

2.2 KONSEP REMAJA


2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu tahap antara masa kanak- kanak dengan
masa dewasa. Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun pada laki-
laki dan 10 tahun pada perempuan. Pada masa ini remaja mengalami
banyak perubahan antaranya perubanahan fisik, menyangkut
pertumbuhan dan kematanagan organ produksi, perubahan intelektual,
perubahan saat bersosialisasi, dan perubahan kematanagan kepribadian
termasuk emosi.Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks
12

sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik


serta kognitif (Desty Eka, 2019) Remaja masih belum mampu
menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun
psikisnya. Namun, yang perlu diletakkan disini adalah bahwa fase
remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa
amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik
(Mohammad Ali, 2014).
Istilah remaja atau adolesence berasal dari bahasa latin
adolesscere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang
artinya "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa" Remaja adalah periode
perkembangan dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun
(Bagas diatsa, 2016). Remaja adalah periode perkembangan dimana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun (Bagas adista, 2016).
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
a.Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-
12 tahun sampai 20-21 tahun
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan
fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar
seksual.
c.Secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu
mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi,
social, dan moral, di antara masa anak-anak menuju dewasa.
2.2.2 Tugas Perkembangan Remaja
Ada tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan baik pada setiap
periode perkembangan. Tugas perkembangan adalah hal-hal yang
harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh
harapan sosial. Diskripsi tugas perkembangan berisi harapan
lingkungn yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam bertingkah
laku. Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai
berikut.
13

a.Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan


tubuhnya secara efektif.
b. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-
laki atau perempuan).
c.Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman
sebaya, baik sejenis maupun lawan jenis.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab.
e.Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orangtua dan
orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
g. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi
perkawinan dan kehidupan keluarga.
h. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual
untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang
pendidikan atau pekerjaan).
i. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
2.2.3 Tahap-Tahap Remaja
Perkembangan dalam segi rohani atau kewajiban juga melewati
tahapan-tahapan yang dalam hal ini dimungkinkan dengan adanya
kontak terhadap lingkungan sekitarnya. Masa remaja dibedakan
menjadi:
a.Masa remaja awal (10-13 tahun)
1. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman
sebaya.
2. Tampak dan merasa ingin bebas.
3. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berfikir khayal (abstrak).
b. Masa remaja tengah (14-16 tahun)
1. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
2. Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan
jenis.
14

3. Timbul perasaan cinta yang mendalam.


4. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin
berkembang.
5. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sek-
sual.
c. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
1. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap
dirinya.
4. Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.
2.2.4 Karakteristik Perkembangan Remaja
Masa remaja sering kali dikenal dengan masa mencari jati diri,
oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) Ini terjadi
karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi
fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti
orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa,
ternyata belum dapat menunjukkan sikap dewasa.
Oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan
oleh remaja, yaitu sebagai berikut.
a. Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya remaja mempunyai
banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak
diwujudkan dimasa depan. Namun, sesungguhnya remaja
belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk
mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan
keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan
kemampuannya.
Selain itu, disatu pihak mereka ingin mendapat
pengalaman sebanyak-banyaknya untuk menambah
15

pengetahuan, tetapi dipihak lain mereka merasa belum mampu


melakukan berbagai hal dengan baik sehingga tidak berani
mengambil tindakan mencari pengalaman langsung dari
sumbernya. Tarik menarik antara angan-angan yang tinggi
dengan kemampuannya yang masih belum memadai
mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Sebagai individu yan sedang mencari jati diri, remaja
berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari
orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri.
Oleh karena itu, pada umumnya remaja sering mengalami
kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara
merekan dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu
menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari
orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri
remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. Remaja
sesungguhnya belum begitu berani mengambil resiko dari
tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas
aman bagi dirinya. Tambahan pula ingin melepaskan diri itu
belum disertai dengan kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa
bantuan orang tua dalam soal keuangan. Akibatnya,
pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan
kebingungan dalam diti remaja itu sendiri maupun pada orang
lain.
c. Mengkhayal
Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak
semuanya tersalurkan. Biasanya hambatannya dari segi
keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar
yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal
kebanyakan remaja hanymemperoleh uang dari pemberian
orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari
kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia
16

fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal


prestasi dan jenjang karier, sedangkan remaja putri lebih
mengkhayalkan romantika hidup. Khayalan ini tidak
selamanya bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadang-kadang
menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya
timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
d. Aktifitas Berkelompok
Berbagai macam keinginan para remaja seringkali
tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan
yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya
bermacam-amacam larangan dari orang tua sering kali
melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.
Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari
kesulitannyasetelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya
untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu
keinginan secara berkelompok sehingga berbagai kendala
dapat diatasi bersama-sama.
e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tau
yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin
tau yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang,
menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang
belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh
keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin
mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang
dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi,
remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang
dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya
berkata bahwa remaja ingin membuktikan bahwa sebenarnya
dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan oleh orang
dewasa. Remaja putri sering kali mencoba kosmetik baru,
meskipun sekolah melarangnya.
17

2.2.5 Masa Transisi Remaja


Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami.
Masa transisi tersebut menurut (Desty Eka, 2019) adalah sebagai
berikut:
a. Transisi fisik
Berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh. Bentuk tubuh
remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini
menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap
masyarakat yang kurang konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi
Pertumbuhan hormonal dalam tubuh remaja
berhubungan erat dengan peningkatan kehidupan emosi.
Remaja sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi.
Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung, melamun,
dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun
marah-marah.
c. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari
keluarga, di mana lingkungan teman sebaya mulai
memegang peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman
sebaya merupakan teman upaya remaja untuk mandiri
(Melepaskan ikatan dengan keluarga).
d. Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang
dianutnya dan menuju nilai- nilai yang dianut orang
dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai- nilai yang
diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai
sendiri.
e. Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang
18

pesat sehingga mulai menggembangkan kemampuan berfikir


abstrak.

2. 3 KONSEP GASTRITIS
2.3.1 Definisi Gastritis
Gastritis merupakan gangguan kesehatan terkait dengan proses
pencernaan terutama lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan
karena proses peremasan yang terjadi terus-menerus selama hidup.
Selain itu, lambung bisa mengalami kerusakan jika sering kosong
karena lambung meremas hingga dinding lambung lecet atau luka
( Laurensius .F, Dkk, 2019).
Gastritis merupakan suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan kerusakan erosi. Sedang kronik
adalah inflams lambung yang lama yang disebabkan oleh ulkesbenigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri H Pylori. (Aulia Putri,
2019).
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari peradangan
ini antara lain anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman pada
epigastrium, mual, dan muntah. Peradangan lokal pada mukosa
lambung ini akan berkembangan bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lainnya (Desty Eka, 2019 ).
2.3.2 Penyebab gastritis
salah satu faktor penyebab terjadinya gastritis adalah pola makan
yang tidak baik,terlambat makan, kebiasaan merokok,Kebiasaan
minum kopi dan faktor psikologis (stress psikis dan stress fisik)
( Lilik & Muhammad. H, 2019).
a.Pola makan
Pola makan yang tidak baik seperti Gaya hidup yang instan
dan kurang sehat membuat remaja menyukai makanan instan
pula seperti sering makan junk food atau fast food (makanan
cepat saji), sering makan mie instan, sering minum soft drink,
19

minum minuman beralkohol, suka ngemil yang tidak sehat,


suka makan kekenyangan, makan yang terlalu cepat, dan sering
jajan sembarangan yang tidak memperhatikan kebersihan dan
nilai gizi dari makanan tersebut. kebiasaan yang dapat
menimbulnya berbagai macam penyakit salah satunya adalah
penyakit gastritis yang di sebabkan karena pola makan yang tidak
baik ( Syamsu, D, Dkk, 2017).
b. Terlambat makan
Dapat menjadi pemicu terjadinya gastritis karena kebiasaan
makan yang kurang teratur dan sering terlambat makan dapat
mengakibaatkan lambung sulit beradaptasi dan jika terjadi dalam
waktu yang lama lambung akan memproduksi asam secara
berlebihan yang dapat mengiritasi dinding mukosa lambung
( Almas ,Dkk, 2019).
c. Kopi
Minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan
senyawa kimia, termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam
nabati, yang disebut denang fenol, vitamin dan mineral.
Menkonsumsi kopi juga kita tidak sadari ternyata dapat menjadi
pemicu terjadinya gastritis sehingga kopi diketahui merangsang
lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga
menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengitasi
asam lambung. karena kafein dalam kopi dapat mempercepat
proses terbentuknya asam lambung. Hal ini membuat produksi
gas dalam lambung berlebih sehingga sering mengeluhkan
sensasi nyeri di perut (Muhammad, Dkk, 2019).
d. Stres
Pengaruh stres terhadap sindrom dispepsia diduga muncul
akibat interaksi antara otak dan usus. Corticotropin Releasing
Hormone (CRH), mediator utama dari respon stres pada brain-
gut axis, dapat meningkatkan permeabilitas usus sehingga
20

memicu terjadinya dispepsia fungsional. Sehingga stress dapat


menjadi faktor pemicu tejadinya gastritis ( Nurul, 2018).
2.3.3 Manifestasi Gastritis
Menurut ( Bagas, 2016) Manifestasi gastritis akut dan kronis
adalah :
a.Anoreksia
b. Nyeri pada epigastrium
c.Mual dan muntah
d. Perdarahan saluran cerna (Hematemesis Melena)
e.Anemia (tanda lebih lanjut)
f. Naucea
2.3.4 Komplikasi
Menurut (Desty, Eka, 2019)) komplikasi Gastritis dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
a.Komplikasi dalam gastritis akut,

yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa


hematemesis dan melena. Perdarahan yang banyak dapat
menyebabkan syok hemoragik yang bisa mengakibatkan
kematian dan dapat terjadi ulkus. Kompliksai yang timbul .
b. gastritis kronis
yaitu atrofi lambung yang dapat menyebabkan gangguan
penyerapan vitamin B12, akibat kurangnya penyerapan B12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan zat besi terganggu
dan penyempitan daerah atrum pylorus .
2.3.5 Klasifikasi Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang di daerah tersebut. Secara umum,
gastritis yang merupakan salah satu jenis penyakit dalam, dapat di
bagi menjadi beberapa macam:
a.Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan parah pada
21

permukaan mukosa lambung dengan kerusakan-kerusakan.


Gastritis akut merupakan proses inflamasi bersifat akut dan
biasanya terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini
paling sering berkaitan dengan penggunaan obat-obatan anti
inflamasi nonsteroid (Khususnya, aspirin) dosis tinggi dan
dalam jangka waktu, konsumsi alcohol yang berlebihan, dan
kebiasaan merokok.
Di samping itu, stress berat seperti luka bakar dan
pembedahan, iskemia dan syok juga dapat menyebabkan
gastritis akut. Demikian pula halnya dengan kemotrapi,
uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam atau alkali, iradiasi
lambung, trauma mekanik, dan gastrektomi distal.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung dalam jangka
waktu lama dan dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
malignadari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory
.Gastritis kronis merupakan keadaan terjadinya perubahan
inflamatorik yang kronis pada mukosa lambung sehingga
akhirnya terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel.
Keadaan ini menjadi latar belakang munculnya dysplasia dan
karsinoma (Deaty Eka,2019).
2.3.6 Faktor Resiko Gastritis
Faktor-faktor Risiko Gastritis menurut Bagas, Diatsa ,
(2016) faktor-faktor resiko yang sering menyebabkan gastritis
diantaranya:
a. Pola makan
Remaja tidak memperhatikan makanan yang
dikonsumsinya, faktor kesibukan, mengkonsumsi makanan
yang instan, pedas, makanan yang keasamannya tinggi,
makanan yang banyak mengandung lemak/goreng -
gorengan, minuman yang mengandung soda yang dapat
meningkatkan produksi asam lambung dan pada akhirnya
22

kekuatan dinding lambung menurun serta menimbulkan luka


pada dinding lambung dan menyebabkan gastritis.(Honasa,
2017).
b. Helicobacter Pylori
Helicobacter pylori adalah kuman garam negatif, hasil
yang berbentuk kurva dan batang Helicobacter pylori adalah
suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan
lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Infeksi
Helicobacter pylori ini sering diketahui sebagai penyebab
utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab terserang
terjadinya gastritis.
c. Terlambat makan
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam
lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6
jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah
banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan
lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam
lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih
sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.
d. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan
akan merangsang systempencernaan, terutama lambung dan
usus kontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah.
Gejala tersebut membuat penderita semakin berkurang nafsu
makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas ≥
1x dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus
menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis.
23

2.3.7 Penatalaksanaan Gastritis


(Desty, Eka, 2019) menyebabkan cara terbaik untuk
mengatasi gastritis adalah melakukan pencegahan. Pencegahan di
lakukan dengan memperbaiki pola makan dan zat-zat makanana
yang dikonsumsi. Gastritis merupakan penyakit pencernaan
sehingga pengaturan terhadap zat makanan merupakan factor
utama untuk menghindari gastritis seperti tidak menggunakan obat-
obatan yang mengiritasi lambung, makan teratur atau tidak terlalu
cepat, mengurangi makan makanan yang pedas, berminyak, hindari
merokok, minum kopi atau alkohol dan kurangi stress.
Mengurangi makan makanan yang merangsang pengeluaran
asam lambung, seperti makan berbumbu, pedas, cuka, dan lada
berlebihan. Beberapa jenis makanann yang telah diketahui
memberikan rangsangan yang kurang enak terhadap perut juga
dihindari. Setiap orang harus mengetahui makanan apa yang dapat
menimbulkan rasa tidak enak di perut. Hal tersebut dapat
memperkecil kemungkinan infeksi bakteri penyebab gastritis
kronik
Pengobatan yang dilakukan terhadap gastritis bergantung
pada penyebabnya. Antibiotik digunakan untuk menghilangkan
infeksi. Pengobatan lain juga diperlukan bila timbul komplikasi
atau akibat lain dari gastritis, obat yang dapat meningkatkan
produksi asam lambung seperti aspirin dan obat rematik. Namun,
umumnya penggobatan obat-obatan ini disertai dengan antasida.
Menurut (prandnyanita, 2019). Pola makan yang baik pada pasien
gastritis yaitu:
a.Asupan Makanan
Penilaian asupan makanan biasanya dilihat melalui
jumlah zat-zat gizi yang dikonsumsi. Zat-zat gizi yang
masuk terdiri dari makronutrient yakni karbohidrat, protein
dan lemak serta mikronutrient yang terdiri dari vitamin dan
mineral. Jumlah kalori yang masuk dengan jumlah energi
24

yang dikeluarkan harus seimbang. Makanan yang dikosumsi


harus seimbang dengan kebutuhan yang disesuaikan dengan
umur dan piramida makanan yaitu karbohidrat 50-60%,
lemak 25-30% dan protein 15-20%.
b. Jenis Makanan
Jenis makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
guna mencegah gastritis adalah sumber karbohidrat yang
mudah dicerna (nasi lunak, roti, biskuit, krekers), sumber
protein yang diolah dengan cara direbus dan dipanggang
dan ditumis, sayuran yang tidak bergas dan tidak banyak
serat (bayam, dan wortel), buah-buahan yang tidak bergas
(pepaya, pisang, pir), dan minuman (teh, susu).
c. Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan jumlah waktu makan
dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan
makan selingan (snack). Makanan lengkap biasanya
diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang dan
makan malam), sedangkan makanan selingan biasa
diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara
makan siang dan makan malam.
d. Jadwal makan
Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga
makan utama yaitu makan pagi, makan siang, dan makan
malam. Jadwal makan sehari dibagi menjadi makan pagi
(sebelum pukul 09.00), makan siang (jam 12.00-13.00),
dan makan malam (jam 18.00-19.00). Jadwal makan ini
disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-
4 jam sehingga waktu makan yang baik adalah dalam
rentang waktu ini sehingga lambung tidak dibiarkan
kosong terutama dalam waktu yang lama.
c.4 Kerangka pikir
Penatalaksanaan gastritis
1. Makan yang teratur 3x sehari
Faktor penyebab gastritis :
2. Mengurangi makanan pedas, berminyak,
1.pola makan yang tidak baik
2. kebiasaanmerokok, dan 3. Hindari merokok
3. Helicobacter Pylori 4. Hindari minum kopi atau alcohol
4. stres 5. Kurangi stress
5. Kebiasaan minum kopi Gastritis 6. Menjaga pola makan yang baik

POLA MAKAN REMAJA YANG


MENGALAMI GASTRITIS

Pola makan yang baik untuk pasien gastritis


1. Asupan makanan yaitu karbohidrat 50-60%, lemak 25-
30% dan protein 15-20%.
2. Jenis makanan yaitu sumber karbohidrat yang mudah
dicerna,
3. Frekuensi makan ( full meat & makan selingan)
4. Jadwal makan 3kali sehari

Bagan 3.4 Kerangka pikir penelitian pola makan remaja yang mengalami gastritis Di desa Sidopekso Kecamatan Kraksaan
Kabupaten Probolinggo

25
1.27
BAB 3
METODOLOGI PELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desaian penelitian adalah rencana menyeluruh peneliti untuk
memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian dan untuk menguji
hipotesis penelitian (Nursalam, 20110)
Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian
bisa diterapkan, dipergunakan sebagai petunjuk dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2010).
Desain penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian
kualitatif dengan strategi penelitian case study research.
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi (Sugiyono, 2016).
Menurut Sugiyono (2016) menyatakan bahwa penelitian deskriptif
adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan nilai
variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sidopekso
Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo dan tidak pernah
dilakukan penelitian tentang Pola makan remaja yang mengalami
gastritis .

26
1.27

3.2.2. Waktu Penelitian


Tabel 3.1 Jadwal Penyusuna KTI

Bulan
No Kegiatan Mar Apr Mei Jun‘ Jul
‘20 ’20 ‘20 20 ‘20
1. Pembuatan Proposal
2. Study Pendahuluan
3. Ujian Proposal KTI
4. Pelaksaan Penelitian
5. Penyusunan laporan
6. Ujian Hasil Penelitian
7 Perbaikan KTI
8 Pengumpulan KTI

Penelitian akan dilakukan pada bulan April 2020


3.3. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini adalah di Desa Sidopekso Kecmatan Kraksaan
Kabupaten Probolinggo. Dengan batas wilayah perbatasan dengan sebelah barat desa
kebun agung kecamatan kraksaan. Daerah cukupan datar persawahan dan pertambaan dan
pekarangan. Sebagian besar penduduknya bermana pencarian petani ,berdagang dan
wirasuasta. Di Desa Sidopekso Kecamatan Kraksan tersebut belum pernah dilakukan
penelitian terkait dengan judul “Pola Makan Remaja Yang Mengalami Gastritis” sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di DesaSidopekso tersebut.

3.4. Subjek Penelitian atau Partisipan


Metode ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi pendekatan Case Study
Research atau studi kasus maka ditetapkan subyek didalam penelitian ini yang berjudul
Pola makan remaja yang mengalami gsstritis Di desa sidopekso Kecamatan kraksaan ,
kabupaten Probolinggo.

27
1.27

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan nonprobability


sampling dengan pendekatan purposive sampling (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini
yang menjadi subjek yaitu remaja yang mengalami gastritis yang memenuhi kriteria
tertentu. Adapun kreteria yang dijadikan sebagai subjek penelitian yaitu:
1. Bersedia menjadi subyek penelitian
2. Remaja yang mengalami gastritis Kronis usia 16-19 tahun
3. Remaja yang tidak mengalami kecacatan.

3.5. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu:
3.5.1. Wawancara
Menurut Jenita (2016) wawancara adalah metode penelitian data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-
cakap secara tatap muka. Karena kualitatif bersifat berubah-ubah. Peneliti harus
benar-benar mencari data secara mendalam.
Bentuk pertanyaan saat wawancara dapat terstruktur, terbuka, maupun
fleksibel. Pertanyaan terbuka mengarahkan subjek untuk menjawab pertanyaan
secara lebih luas.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dirumah subjek dalam waktu
kurang lebi 45 menit. Penelitian ini tentang “Pola Makan Remaja Yang Mengalami
Gastritis”
3.5.2. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2017) menyatakan bahwa observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi.
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2016) mengklasifikasikan observasi
menjadi observasi yang tak berstruktur (unstructured observation), observasi yang
secara terang-terangan, tersamar (overt observation dan covert observation), dan
observasi berpartisipasi (participant observation).

28
1.27

3.5.3. Alat Perekam


Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti
dapat berkonsentrasi pada saat pengambilan data tanpa harus berhenti untuk
mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Dalam pengumpulan data, alat perekam
baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subyek untuk mempergunakan
alat tersebut pad saat wawancara berlangsung. Alat perekam yang digunakan pada
saat melakukan melakukan penelitian dengan menggunakan handphone oppo A7
2019, Kapasitas RAM: 4GB, ROM: 64 GB.
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu:
a.Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
subyek, pedoman wawancara ini berisi pertanyaan mendasar yang nantinya akan
berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang disusun, ditujukan
kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing, peneliti membuat
perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk
melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat
pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku
subyek selama wawancara dan onservasi terhadap lingkungan atau setting
wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subyek dan pencatatan
langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila
tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah
wawancara.
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik
subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya
kepada subyek tentang kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah subyek
bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subyek
tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Peneliti membuat kesepakatan dengan subyek mengenai waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah

29
1.27

wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan


wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan
analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang
dijabarkan pada bagian metode analisis data diakhir bab ini. Setelah itu, peneliti
membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti
memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
Adapun tahap pelaksaan penelitian yaitu:
1. Tahap I ( Kontrak waktu)
Tahap penelitian menggunakan kurang lebih 5 remaja , sebelum
melakukan wawancara peneliti kontrak waktu dengan subjek pertama
dilanjutkan dengan sabjek ke dua dan seterusnya sampai mencapai
saturasi yang cukup, dengan waktu masing –masing < 45 menit.
2. Tahap II ( Pelaksanaan)
Pada tahap pelaksanaan Peneliti mewawancarai subjek sesuai
dengan pertanyaan yang telah di sediakan oleh peneliti, dengan
menggunakan media handpond oppo a7 2019, Kapasitas RAM: 4GB,
ROM: 64 GB.sebagai alat untuk perekam selama pelaksanaan wawanca
di mulai.
3. Tahap III
Dalam tahap III ini Setelah dilakukan wawancara melakukan
kontrak waktu kembali apabila ada yang masih belum jelas ( trminasi).

3.6. Metode Uji Keabsahan Data (Uji Trigulasi Sumber)


Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat hal sebagai berikut:
3.6.1. Keabsahan Konstruk (Construct Validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang
berikut benar-benar merupakan variable yang ingin diukur. Kebsahan ini juga dapat
dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah
dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding data. (Sugiyono, 2017).

30
1.27

3.6.2. Keabsahan Internal


Kebsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interprestasi yang tepat.
Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya
akan .mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji
keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya munculnya kesimpulan lain
yang berbeda. (Sugiyono, 2017).

3.6.3. Keabsahan Eksternal (Eksternal Validity)


Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada kasis lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki
sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitian kualitatif tetapi dapat dikatakan
memiliki keabsahan eksternal terhadap kasus-kasus ini selama kasus tersebut
memiliki konteks yang sama.
3.6.4. Keajegan (Rabilitas)
Keajegan merupakan konsep yaang mengacu pada seberapa jauh penelitian
berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang
sama, sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan penelitian
selanjutnya memperoleh hasil ynag sama apbila penelitian dilakukan sekali lagi
dengan subyek yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa konsep kegiatan keajegan
penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara
pengumpulan data dan pengolahan data.

3.7. Metode Analisa Data


Marshall dan Rosman mengajukan teknik analisa data kaulitatif untuk proses
analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat
beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Jonathan, 2006), diantaranya:
3.7.1. Mengorganisasikan data

31
1.27

Penelitian mendapatkan dat langsung dari subyek melalui wawancara


mendalam (indepth interviwer), dimana tersebut direkam dengan tape recorder
dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkripnya dengan mengubah
hasil wawancara dari bentuk rekan menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data
yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau
hasil yang telah didapatkan.
3.7.2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian
yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul diluar apa yang ingin
digali.dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh
dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul diluar apa yang ingin digali.
Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah
kerangka awal analisis sebagaiacuan dan pedoman dalam melakukan coding.
Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara
dan melakukan coding, melakuakn pemulihan dat yang relevan dengan pokok
pembicaran. Data yang relevan diberi kode dengan penjelasan singkat, kemudian
dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah
dibuat.
Pada analisis ini, analisis dilakuakn terhadap sebuah kasus yang diteliti.
Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal
diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokkan tersebut oleh peneliti
dicoba untuk dipahami secara utuhdan ditemukan tema-tema penting serta kata
kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan
dinamika yang terjadi pada subyek.
3.7.3. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data
Setelah kategori pola dan tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan
teori yang telah dijabrkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian

32
1.27

ini tidak memiliki hipotesisi tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat
asumsi-asumsi mengenai hbungan antara konsp-konsep dan faktor-faktor yang ada.
3.7.4. Mencari alternative penjelasan bagi data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti
masuk ke dalam penjelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah di dapat dari
kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mkencari sesuatu alternative penjelasan
lain tentang kesimpulan yang telah di dapat. Sebab dalam penelitian kualitatif
memang selalu ada alternative penjelasan yang lain dari analisis, ada kemungkinan
tedapat hal-hal yang menyimapang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya.
Pada tahap ini dijelaskan denga alternative lain melalui referensi atau teori-teori
lain. Alternative ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan
saran.
3.7.5. Penulis hasil penelitian
Penulisan data subyek yang telah berhasil dikumpulakan merupakan suatu
hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang
dibuat telah selesai. Dalam penelitia ini, penulis yang dipakai adalah presentase
data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan
wawancara mendalam dan observasi dengan subyek dan siknificant other. Proses
dimulai dari data-data yang diperoleh dari subyek dan siknificant other, dibaca
berulang sehingga penulis mengerti bnear permasalahannya, kemudian dianalisi
sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subyek.
Selanjutnyan dilakukan interprestasi secara keseluruhan diamna di dalmnya
mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian .

3.8. Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian, setelah mendapat rekomendasi dari PRODI D-III
Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo, kemudian
dilanjutkan dengan mengajukan ijin kepada BanKes BangPol, untuk mendapatkan
persetujuan. Selanjutnya peneliti mengadakan pendekatan kepada subyek untuk
koordinasi. Setelah disetujui kuisioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan
pada masalah etika yang meliputi:

33
1.27

3.8.1 Nilai Sosial


Nilai sosial mengacu pada pentingnya informasi yang akan dihasilkan oleh
peneliti. Informasi dapat menjadi penting karena relevansi langsung yang
bermakna langsung memahami atau intervensi pada masalah kesehatan atau karena
pentingnya kontribusi untuk mempromosikan kesehatan individu atau masyarakat.

3.8.2 Nilai Ilmiah


Persyaratan nilai ilmiah berlaku untuk semua penelitian yang berhubungan
dengan kesehatan dengan manusia, terlepas dari sumber pendanaan atau tingkat
resiko kepada peserta. Hal ini karena beragam pemangku kepentingan (pasien,
dokter, peneliti, pembuat kebijakan, sponsor industry, dll) bergantung pada hasil
untuk membuat keputusan yang memiliki konsekuensi penting bagi kesehatan
individu dan masyarakat.
3.8.3 Nilai Manfaat Resiko
Penelitian harus lebih banyak manfaatnya daripada resiko yang didapat baik
peneliti maupun responden.
3.8.4 Anonymity
Merupakan etika penelitian dimana pemeliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur tetapi hanya mennuliskan kode pada lembar
pengumpulan data. Kode yang digunakan berupa nomor responden (angka Arab).
3.8.5 Informed Consent
Subyek yang akan diteliti sebelumnya diberitahu tentang maksud, tujuan,
manfaat, dan dampak dari tindakan yang dilakukan.
3.8.6 Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari suyek dijamin oleh peneliti,
seluruh informasi akan digunakan untuk kepentingan peneliti dan hanya kelompok
tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
3.8.7 Nilai Bujukan/Indusment
Peneliti ini menerapkan bujukan atau intensif pada calon subyek untuk ikut
berpartisipasi seperti uang, hadiah, layanan gratis, atau yang lainnya. Rencana dan
prosedur dan orang yang bertanggung jawab untuk menginformasikan bahaya atau

34
1.27

keuntungan peserta, atau tentang riset lain tentang topik yang sama, yang bisa
mempengaruhi keberlangsungan keterlibatan subyek dalam penelitian.

35

Anda mungkin juga menyukai