CRANIOTOMY
DI OK BEDAH RSPAD GATOT SOEBROTO
DISUSUN OLEH :
DENI NURROHMAN
1510721005
I.
DEFINISI
pembukaan
tengkorak
melalui
pembedahan
untuk
Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat
edema, perdarahan trauma
Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari
garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulang
Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak
Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak
Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subarakhnoid
Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi
yang akan dapat meningkatkan TIK
Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam
meningkatkan TIK/perubahan mental
Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab
terhadap penurunan kesadaran
Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang
cukup efektif untuk mengatasi kejang.
(Doenges, Marilynn.E, 1999)
IV. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. PRAOPERASI
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan
medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi.
Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai
edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik
(furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama
pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu yang
mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum pasien
dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian
diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan
antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk
menghilangkan ansietas.
Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi)
sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.
2. PASCAOPERASI
Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang untuk
memantau tekanan darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi
dan mendapat terapi oksigen tambahan.
Mengurangi Edema Serebral : Terapi medikasi untuk mengurangi edema
serebral meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan
menarik air bebas dari area otak (dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian
dieksresikan malalui diuresis osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui
intravena setiap 6 jam selama 24 sampai 72 jam ; selanjutnya dosisnya dikurangi
secara bertahap.
Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang : Asetaminofen biasanya diberikan
selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit
kepala setelah kraniotomi, biasanya sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan
dan diiritasi selama pembedahan. Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup
untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam)
diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko
tinggi epilepsi setelah prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau
untuk mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.
Memantau Tekanan Intrakranial : Kateter ventrikel, atau beberapa tipe
drainase, sering dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa
posterior. Kateter disambungkan ke sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter
diperhatikan melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun
sistem dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam
dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa
sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi
yang tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat
mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter
diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu
kapanpun kateter tanpak tersumbat.
Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada yang
adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail chest dan tiap
pernapasan yang dilakukan dengan susah (labored breathing) sebaiknya harus
dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi penderita dan harus segera di
evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk dan pergerakan
dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu
ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya darah atau udara ke dalam paru.
Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan atau
tidak terdengarnya suara napas pada satu atau hemitoraks merupakan tanda akan
adanya cedera dada. Hati-hati terhadap adanya laju pernapasan yang cepattakipneu mungkin menunjukkan kekurangan oksigen
Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang saturasi
oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan adanya ventilasi
yang adekuat.
3. Circulation dengan kontrol perdarahan
a. Respon
awal
tubuh
terhadap
perdarahan
adalah
takikardi
untuk
karena gambaran jantung dapat dilihat pada hasil foto torak anteroposterior.
(Priharjo, 1996)
4. Ekstermitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada ekstremitas bersangkutan,
antara lain yaitu ;
a. Cedera pembuluh darah
b. Fraktur di sekitar sendi lutut dan sendi siku
c. Crush injury
d. Sindroma kompartemen
e. Dislokasi sendi panggul
Keadaan iskemik ini akan ditandai dengan :
a. Pusasi arteri tidak teraba
b. Pucat (pallor)
c. Dingin (coolness)
d. Hilangnya fungsi sensorik dan motorik
e. Kadang-kadang disertai hematoma, bruit dan thrill
Fiksasi fraktur khususnya pada penderita dengan cedera kepala sedapat
mungkin
dilaksanakan
secepatnya.
Sebab
fiksasi
yang
tertunda
dapat
VII.
NO
1.
FOKUS INTERVENSI
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan perfusi
jaringan perifer
Meningkatkan
tingkat kesadaran biasa /
perbaikan,
ognisi
dan
fungsi motorik-sensori.
Rencana Intervensi
Mendemonstrasika
Rasional
Mandiri
1. Tentukan
faktor-faktor
berhubungan
dengan
yang
Menentukan
pilihan
keadaan
neurologis
koma/penurunana
perfusi
potensial
jaringan
otak
dan
tanda-tanda peningkatan
peningkatan TIK.
atau
kegagalan
dalam
TIK
status
neurologis
Mengkaji
adanya
seperti
spontan
(sadar
jika
Menentukan
kesadaran.
tingkat
malah
menggunakan
bingung;
kata-kata/
frase
Jika
kerusakan
(dari
rangsangan
diberikan
tetapi
verbal
yang
mungkin
juga
luas
pada
korteks
serebral
respon
terhadap rangsang.
5. Kaji respon motorik terhadap
perintah yang sederhana, gerakan
yang
tidak
sesuai
berusaha
untuk
dan
merupakan
meremas
atau
petunjuk
keadaan
melepaskan
tangan
atau
menarik/menjauhi
atau
gerakan
rangsangan
gerakan yang
nyeri
disadari paien
tubuh).
Tidak
adanya
TD
catat
adanya
berat.
takikardia,
Hipovelemia
atau
tingkat
atau
kesadaran.
hipertensi
dapat
serebral.
Perubahan pada ritme (paling
yang
mencermikan
adanya
periode
jantung sebelumnya.
hiperventilasi
apnea
yang
setelah
disebut
Nafas
o
dapat
yang
menunjukkan
tidak
teratur
lokasi
adanya
memerlukan
intervensi
yang
lebih
menyempit
dan
kedalaman
persepsi.
nafas buatan.
Gangguan penglihatan yang
o
dapat
diakibatkan
oleh
kerusakan
juga
akam
mempengaruhi
pilihan
intervensi.
11. Pantau suhudan atur lingkungan
sesuai
indikasi.
penggunaan
kompres
selimut,
berikan
menggunakan
selimut
hipotermia
sangat
berpengaruh
langsung
refleks
Batasi
selimut
Penurunan
(selimut
dingin).
dan
12. Pantau
pemasukan
gulungan
handuk
kecil
atau
Resiko tinggi
Mempertahankan
terhadap infeksi
nonmotermia, bebas
berhubungan
tanda-tanda infeksi
dengan invasi MO
Mandiri
1.
aseptik
Mencapai
perawatan
dan
Cara
pertama
untuk
antiseptik,
penyembuhan luka
(craniotomi) tepat pada
Berikan
2.
waktunya.
yang
yang baik.
Observasi daerah kulit
infeksi
mengalami
kerusakan
memungkinkan
jahitan),
pencegahan
selanjutnya.
(seperti
luka,
garis
terhadap
untuk
komplikasi
Dapat
mengindikasikan
menggigil,
diaforesis
perubahan
fungsi
dan
mental
dengan segera.
(penurunan kesadaran).
4.
Menurunkan
pemajanan
cegah
infeksi.
pengunjung
yang
Kolaborasi
1.
Berikan
antibiotik
sesuai
Terapi
profilaktik
dapat
indikasi.
Ambil
bahan
pemeriksaan
Kultur/sensivitas. Pewarnaan
o
Gram
dapat
memastikan
dilakukan
adanya
infeksi
untuk
dan
yang sesuai.
3.
Gangguan
rasa o
nyaman Nyeri
Melaporkan nyeri
hilang/terkontrol.
Mandiri
1.
Mengungkapkan
Kaji
intensitas,
sedang
sampai
metode yang
memberikan
sensasi.
oksipital.
Kesemutan
yang
tidak
penghilangan.
o
Mungkin
Mendemontrasika
n penggunaan
saraf
keterampilan relaksasi
saraf/daerah operasi.
o
2.
Kaji
manifestasi
atau
sebagai
akibat
dari
Perkembangan/resolusi
edema dan inflamasi pada fase awal
kembali
pascaoperasi
yang
dapat
mempengaruhi
nyeri.
3.
Izinkan
pasien
rogroll
selama
melakukan
perubahan posisi.
4.
perhatian
Demonstrasikan
penggunaan
menurunkan
keterampilan
tertentu,
kurang nyaman.
Menurunkan
rasa
tidak
Berikan
makanan
lunak,
diet
menelan.
pelembab
Teliti
pasien
mengenai
Sebagai
tanda
adanya
keluhan
munculnya
kembali nyeri.
Diberikan
untuk
Kolaborasi
1.
nyeri.
asetamenofen
(tylenol)
dengan
kodein.
intraoperasi.
Relaksan
otot,
siklobenzaprin
seperti
(flexeril):
terhadap
diazepam (valium).
2.
Memberikan
kontrol
pengobatan
(biasanya
Syok
berhubungan
dengan
perdarahan
tindakan asuhan
resiko keperawatan selama 1 X
Pasang
unit
TENS
sesuai
kebutuhan.
1. Auskultasi nadi apical. Awasi
setelah penyembuhan.
Perubahan
disritmia
dan
hipotensi,
hipoksia,
asidosis,
ketidakseimbangan
terjadi syok
air
dingin
elektrolit
digunakan
mengontrol perdarahan.
atau
untuk
berkeringat,
pengisian
kapiler
efek vasopressin.
Penurunan perfusi sistemik
dimanifestasikan
dengan
menyebar ke bahu.
disebabkan
ulkus
iskemia
sehubungan
kulit
untuk
pucat,
atau
perforasi
atau
timbulnya
peritonitis.
Gangguan
pada
sirkulasi
Mengobati
hipoksia
dan
volume
Gangguan
napas
pola Menunjukkn
perbaikan
Mandiri
1.
kedalaman
GDA
dalam
rentang
pernafasan.
Perubahan
menandakan
Catat
dapat
awitan
komplikasi
distres pernafasan.
lokasi/luasna
keterlibatan
otak.
menelan
kemampuan
pasien
dan
untuk
ventilasi
mekanis.
perlunya
Kemampuan
memobilisasi
untuk
Pasang
jalan
napas
sesuai
pemeliharaan
jalan
nafas.
indikasi.
3.
menandakan
Angkat
kepala
tempat
posisi
perlunya
jalan
napas
4.
Lakukan
atelektasis.
perhisapan
Penghisapan
biasanya
dari sekret.
yang
menimbulkan
perfusi serebral.
Untuk
mengidentifikasi
yang
membahayakan
oksigenasi
Kolaborasi
1.
Dapat
meningkatkan
gas
darah,
tekanan
oksimetri.
Menentukan
kecukupan
ulang.
Melihat
kembali
keadaan
3.
Berikan oksigen.
Memaksimalkan
oksigen
pencegahan
hipoksia.
pernapasan
Jika
tertekan
pusat
mungkin
Walaupun
kontraindikasi
merupakan
pada
pasien
dengan
akut
rehabilisasi
untuk
dan
atelektasis
menurunkan
atau
risiko
komplikasi
paru
lainnya.
6.
dengan
jaringan
kapiler,
adanya
rusak
kemerahan, pembengkakan.
kulit
dengan
kriteria hasil :
1. kulit
klien
kemerahan
iritasi.
biasanya
cenderung
perubahan
ketidakmampuan
sirkulasi
untuk
merasakan tekanan.
2. Lakukan massase dan lubrikasi
tidak
menunjukkan
karena
perifer,
mempertahankan
integritas
Kulit
permukaan
kulit,
atau
2. Mengidentifikasi
faktor
resiko
individual
pemahaman
6. Gunakan
tentang
kebutuhan tindakan.
4. Berpartisipasi
untuk
3. Mengungkapkan
tingkat
kulit
pada
kemampuan
o
penghilang
tekanan
kulit
tekanan
sesuai
kebutuhan.
7. Beri salep seperti seng oksida
mencegah
kerusakan kulit
5. Menunjukkan
8. Hindari
menggunakan
tissue
perilaku peningkatan
penyembuhan.
mengandung alkohol.
percobaan.
o
VIII. PATOFISIOLOGI
Pembedahan Craniotomy
Mengaktivasi
reseptor nyeri
Merangsang
Melalui
sistem
thalamus
&
saraf
ascenden
Muncul
sensasi
Gangguan
koteks
serebri
nyeri
rasa
Kerusakan
neuromuskuler
Trauma
jaringan
Penurunan
kelembaban
luka
Infasi
bakteri
Resiko
Prosedur anestesi
Perdarahan otak
Paralisis
Kelemahan
Gangguan
pergerakan
Kontraktur
mobilisasi
sendi
Aliran darah
ke otak
Penekanan pada
Susunan saraf pusat
(SSP)
Penurunan
Penekanan
Ganguan
Suplay O2 ke
pusat
Penurunan tonus metabolisme
otak
pernafasan
otot sensori
Penurunan kerja
Asam
organ
pernafasan
Hipoksia jaringan
laktat
Ketidakadekuatan
Penurunan
Perubahan
Ganguan
Pola nafas
Oedem
otak Penurunan RR
ekspansi
suplai
paru
2
persepsi
perfusi
tidakO
Penekanan pada
sistem
cardiovaskuler
Penurunan
cardiac
out
put
Suplai
Penurunan
darah
Gangguan
(COP)
aliran
berkurang
darah
perfusi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 3.EGC : Jakarta.
Doenges, Marilyn E., Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. 1999.Rencana Asuhan
Keperawatan. EGC: Jakarta.
Poppy Kumala dkk. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Copy editor,
Indonesia; Dyah Nuswantari. Ed.25. EGC: Jakarta
http://en.wikipedia.org/wiki/Craniotomy
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/criteria.html
health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/3223.html
www.healthopedia.com/craniotomy
http://www.dhs.vic.gov.au/copyright.htm
http://www.cinn.org/treattech/
http://www.neuro-onkologi.com/?page=home
edisi Bahasa