Definisi
Batu ginjal adalah satu keadaan terdapat suatu atau lebih batu didalam pelvis atau calyces
ginjal atau disaluran kemih (Pratomo, 2007).
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks,infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal danmerupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal.
68-69).
Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan
didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik,
misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam
kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir
bersama urine (Susan Martin, 2007:726).
B. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya
batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia 30-50 tahun,
dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila jumlah air
dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin, oksalat (teh,
kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu,
kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kencing.
b.Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
d. Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011:108)
C. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca
oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam
urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan
status cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis
yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional
perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering
merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual
dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan
abdominal dapat terjadi.
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu:
a. Teori inti (nucleus):
Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah
mengalami supersaturasi.
b. Teori matriks:
Matriks organik yang berasal dari serum dan protein urine memberikan kemungkinan
pengendapan kristal.
c. Teori inhibitor kristalisasi:
Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang
rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Pembentukan batu membutuhkan supersaturasi dimana supersaturasi ini tergantung dari PH
urine, kekuatan ion, konsentrasi cairan dan pembentukan kompleks.
Terdapat beberapa jenis batu, di antaranya :
a. Batu kalsium
Batu jenis ini sering di temukan. Bentuknya besar dengan permukaan halus, dapat
bercampur antara kalsium dengan fosfat. Batu kalsium sering di jumpai pada orang yang
mempunyai kadar vitamin D berlebihan atau gangguan kelenjar paratiroid. Orang
menderita kangker, struke, atau penyakit sarkoidisis juga dapat menderita batu kalsium.
Batu kalsium dapat di sebabkan oleh:
Hiperkalsiuria abortif:
Gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus yang berlebihan
juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid.
Hiperkal siuria renalis:kebocoran pada ginjal
b. Batu oksalat
Batu oksalat dapat disebabkan oleh
Primer autosomal resesif
Ingesti-inhalasi: Vitamin C, ethylenglicol, methoxyflurane, anestesi.
Hiperoksaloria: inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by pass jejenoikal, sindrom
malabsorbsi
c. Batu asam urat
Permukaanya halus, berwarna coklat lunak. Batu ini dapat disebabkan oleh:
Makanan yang banyak mengandung purin
Pemberian sitostatik pada pengobatan neoplasma
Dehidrasi kronis
Obat: tiazid, lazik, salisilat
d. Batu sturvit
Batu ini biasanya berbentuk tanduk rusa. Biasanya mengacu pada riwayat infeksi,
terbentuk pada urin yang kaya ammonia alkali persisten akibat UTI kronik. Batu sistin
terjadi terutama pada beberapa pasien yang mengalami defek absorbsi sistin.
e. Batu Sistin
Berbentuk kristal kekuningan timbul akibat tingginya kadar sistin dalam urin.keadan ini
terjadi pada penyakit sistinuria. Kelainan herediter yang resesif autosomal dari
pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim,
arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
D. Gambaran klinis
a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada.
Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul
dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.
b. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma
yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta
ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih:
demam dan menggigil.
e. Gejala gastrointestinal, meliputi:
1) Mual
2) Muntah
3) Diare (Nursalam, 2011:67)
E. Komplikasi
a. Sumbatan: akibat pecahan batu
b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007:727)
F. Test Diagnostik
a. Urin
PH lebih dari 7,6
Sediment sel darah merah lebih dari 90%
Biakan urin
Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b.Darah
Hb turun
Leukositosis
Urium kreatinin
Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologi
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
USG abdomen
PIV (Pielografi Intravena)
Sistoskpi (Mary Baradero, 2008:61)
G. Penatalaksanaan
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang
lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu
alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah
dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak
berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap
abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang
dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
5. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase batu ginjal dan atau
insisi bedah (Susan M. T., 2007:727).
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi, menunjukkan fostur rileks.
Intervensi :
1) Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.
Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan terjadi sumbatan kalkulus/batu
atau obstruksi aliran urine.
2) Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.
Rasional : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran yang sempit.
3) Laporan mengenai nyeri yang menyerupai nyeri yang berupa kolik renal.
Rasional : Kolik mengindikasikan pergerakan kalkulus.
4) Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks
5) Ajarkan teknik relaksasi/distraksi
Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri.
6) Berikan obat anti nyeri/analgesik
Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri
b. Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi (Kartika S. W., 2013:189).
Tujuan : Perubahan eliminasi urine teratasi
Kriteria hasil : Haematuria tidak ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar tidak ada,
dorongan ingin berkemih terus berkurang.
Intervensi :
1) Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.
Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda komplikasi misalnya
infeksi, atau perdarahan.
2) Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.
Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi
kebutuhan berkemih segera.
6. Implementasi
Menurut Nursalam (2011:127) Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifi. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yan spesifik dilaksanakan utuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
7. Evaluasi
Menurut Zaidin Ali (2009:174) Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menentukan nilai
keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Menurut Marilyn E Doenges (Zaidin Ali, 2009:175) ada 3 komponen penting dalam evaluasi
keperawatan, yakni :
a. Pengkajian Ulang
Pengkajian ulang merupakan pemantauan status klien yang konstan dengan melihat respons klien
terhadap intervensi keperawatan dan kemajuan kearah pencapaian hasil yang diharapkan dan
dilaksanakan terus menerus sampai klien pulang dari rumah sakit/sembuh.
b. Modifikasi rencana keperawatan
Hasil pengkajian ulang merupakan informasi yang sangat penting dalam memodifikasi rencana
keperawatan. Apabila telah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar, seperti udara, air, makanan, dan
keamanan, asuhan keperawatan beralih ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya harga diri. Apabila
kebutuhan dasar belum terpenuhi, kebutuhan dasar dipenuhi dahulu dan kebutuhan yang lebih
tinggi ditunda.
c. Penghentian pelayanan
Apabila hasil yang diharapkan telah tercapai dan tujuan yang lebih luas telah terpenuhi,
penghentian pelayanan keperawatan dapat direncanakan. Akan tetapi, hal ini agak sulit bagi
pemecah masalah yang lama, misalnya perubahan nutrisi. Apabila penghentian pelayanan
keperawatan selesai, perhatian pelayanan berfokus pada kemandirian klien dalam mengatasi
masalah sendiri.
Ada dua macam evaluasi keperawatan, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
a. Evaluasi formatif, yakni hasil observasi/pengamatan dan analisis perawat terhadap respons klien
pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan atau sesudahnya.
b. Evaluasi sumatif, yaitu rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan
klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan. Kesimpulan evaluasi sumatif
menunjukkan adanya perkembangan kesehatan klien atau adanya masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA