Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

BERAT BADAN LAHIR RENDAH


Dosen : Eka Oktavianto s,Kep,Ns.,M.kep

DI SUSUN KELOMPOK 3

KELAS B/KP/IV OLEH:

Indah Sri Rohani (04164360)

Iva Noviyanti (04164361)

Mega muslimah (04163466)

Shafira Triasa. F. (04164380)

Sofia (04164383)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “BBLR”. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan, dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin Yaa Robbal ’Alamiin.

Yogyakarta, 1 juni 2018

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1

A. Latar belakang........................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 3

A. Pengertian BBLR...................................................................... 3
B. Klasifikasi BBLR...................................................................... 3
C. Etiologi...................................................................................... 4
D. Tanda dan Gejala....................................................................... 4
E. Patofisiologi.............................................................................. 5
F. Phatway..................................................................................... 7
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 8
H. Penatalaksanaan BBLR............................................................. 10
I. Komplikasi BBLR..................................................................... 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................... 13

BAB IV PENTUP............................................................................. 26

A. Kesimpulan............................................................................... 26
B. Saran.......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam kehidupan
sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga kesehatannya.Dalam kehidupan
sekarang telah banyak ilmu–ilmu yang mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang
kesehatan dan ilmu tentang penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya hidup
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit yang kemungkinan dapat
diderita. (Notoatmodjo,2007).
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian
bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi.Masalah yang
mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang relative lebih
besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko
kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh
relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK
< 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system
kekebalan.
Masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi
parasit dan penyakit kurang gizi.Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah
dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu.Indonesia dikategorikan dalam
Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek
kesehatan.Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran bayi berat
lahir rendah.Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi
rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 %
sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.Frekuensi kejadian bayi lahir kurang
dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk
kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai
masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
bervariasi antara 6 – 16 %.Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus

4
adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas .(Saifudin, Abdul Bari
dkk ,2007)

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari BBLR
2. Apa saja klasifikasi dari BBLR
3. Apa penyebab etiologi dari BBLR
4. Bagaimana tanda dan gejala dari BBLR
5. Bagaimana patofisiologi BBLR
6. Bagaimana pohoan masalah atau phatway BBLR
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada BBLR
8. Untuk mengetahui terapi/ penatalaksanaan dari BBLR

C. Tujuan
1.  Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan bayi berat lahir rendah
serta asuhan keperawatan pada klien dengan BBLR( bayi berat lahir rendah )
2.  Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dari BBLR


b. Untuk mengetahui klasifikasi dari BBLR
c. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari BBLR
e. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
f. Untuk mengetahui pohoan masalah atau phatway BBLR
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada BBLR
h. Untuk mengetahui terapi/ penatalaksanaan dari BBLR
i. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan 

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir . (Amru sofian,2012).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) ialah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir.b (Huda dan Hardhi, 2013).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memperhatikan usia gestasi. (Wong,2009).
BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). (Ribek dkk,
2011).
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah ) merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki
berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Herdman, T. Heather. 2012).
B.   Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut  WHO  membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm   : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm     : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan dengan
umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya hal ini disebabkan
pertukaran zat antara ibu dan janin merngalami gangguan. (Bobak, Irene M. 2005)

6
C.  Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
a. Factor genetik atau kromosom
b. Infeksi
c. Bahan toksik
d. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
e. Radiasi
f. Faktor nutrisi
g. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta
previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu :
1.    Faktor ibu
a.    Paritas
b.    Abortus spontan sebelumnya
c.    Infertilitas
d.    Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e.    Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f.    Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2.    Faktor kehamilan
a.    Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b.    Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3.    Faktor janin
a.    Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b.    Infeksi congenital (missal : rubella) .(Huda dan Hardhi ,2013).

D.  Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari bayi berat lahir rendah adalah:
1.    Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

7
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai
kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
(Tim Adaptasi Indonesia, 2009)
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.
(Huda dan Hardhi, 2013)

E.       Patofisiologi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35

8
tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun
ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan,
cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram
dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur
dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm
terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus
arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan
pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia,  dan malformasi konginetal. (Bobak, Irene M. 2005)

9
F.      Phatway

10
G.  Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a) Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat
dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim
dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung .
b) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2
hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan
memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka. (Mansjoer A, 2006).
2. Laboratorium
a. Darah Rutin
1) Hematokrit (HCT)
a) Bayi usia 1 hari 48-69%
b) Bayi usia 2 hari 48-75%
c) Bayi usia 3 hari 44-72%.
2)   Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3)   Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4)   Hb F
a) Bayi usia 1 hari 63-92%
b) Bayi usia 5 hari 65-88%
c) Bayi usia 3 minggu 55-85%
d) Usia 6-9 minggu 31-75%.
5)   Jumlah leukosit
a) Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( L)
b) Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( L)
c) Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( L).
b.  Bilirubin
1) Total (serum)
a) Tali pusat < 2,0 mg/dl
b) 0-1 hari 8,0 mg/dl

11
c) 1-2 hari 12,0 mg/dl
d) 2-5 hari 16,0 mg/dl
e) Kemudian 2,0 mg/dl.
2) Direk (terkonjugasi)
a) 0,0-0,2 mg/dl
c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50
mg/dl.
d. Serum
e. Tali pusat 45-96 mg/dl
f.  Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
g. Bayi usia> 1 hari 50-90 mg/dl.
h. Analisa gas darah
1)  Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2)  Tekanan parsial O2 (PO2)
a)  Lahir 8-24 mmHg
b)  5-10 menit 33-75 mmHg
c)  30 menit 31-85 mmHg
d)  > 1 jam 55-80 mmHg
e)  1 hari 54-95 mmHg
f)  Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg. 3). Saturasi oksigen (SaO2)
a)  Bayi baru lahir 85-90%
b)  Kemudian 95-99%.
3) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
i. Elektrolit darah (k/p)
1) Natrium
a). Serum atau plasma
1.1)      Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
1.2)      Bayi 139-146 mEq/L.
b). Urine 24 jam 40-220 mEq/L.
2)  Kalium
a)  Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L

12
b)  Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c)  Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).
3)  Klorida
a). Serum/plasma
1.1)      Tali pusat 96-104 mEq/L
1.2)      Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.
j. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan amnion
yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah
garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian
dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1). (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan
terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2).  (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-paru
belum matang/tidak ada surfaktan.
3).   Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. (Masjoer A, 2006)

H.     Penatalaksanaan BBLR


1.    Penatalaksanaan Keperawatan :
a.    Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
b.   Mempertahankan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh.
Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370
C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam
suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu

13
0
perawatan harus diatas 25 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.    Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
d.   Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e.   Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f.   Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter
( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
2.  Medis
a.  Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b.  Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c.  Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d.  Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
(Bobak, Irene M. 2005)

14
I.   Komplikasi BBLR
1.   Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2.   Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3.   Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,sehingga
olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4.   Asfiksia neonetorum
5.   Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin
disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati. (Maryunani, Anik. 2009)

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.  Pengkajian
a.  Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien:meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin . Bidata
penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b.  Riwayat kesehatan
1.  Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:
a.  Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b.  Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
c.  Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
e.  Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
f.     Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
g.    Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
2.    Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a.    Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-
6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b.     badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala kurang
atau lebih dari normal (34-36 cm).
c.    Pola nutrisi

16
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi,
kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
d.   Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi,
jumlah
e.    Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-
obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
f.     Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan
perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
g.    Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik
bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan.Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
h.    Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat.
Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C,
nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering
pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
i.      Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo
dan verniks.
j.      Kepala

17
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung
atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
k.    Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak
kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
l.      Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
m.  Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n.    Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
o.    Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
p.    Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi
bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
q.    Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costae     pada garis
papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung
adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
r.     Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali
pusat.
s.     Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus
laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan.
t.     Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari feses.
u.    Ekstremitas

18
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan
syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
v.    Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang(Doenges E
marlyn,2007)

B. Diagnosa yang mungkin muncul


a. Ketidakefektifan pola nafas  b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b. Resiko infeksi
c. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
d. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi
f. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di dalam
system gastrointestinal
g. Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat
h. Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi

C. Intervensi Keperawatan
a.    Dx : Ketidakefektifan pola nafas   b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Pola nafas yang efektif
Kriteria hasil :
1. Kebutuhan oksigen  menuru
2. Nafas spontan, adekuat
3. Tidak sesak.
4. Tidak ada retraksi
Rencana Tindakan :

a. Kaji TTV bayi


R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Beri posisi semifowler

19
R/ : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.
c. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi
pernapasan pada bayi  
R/: mengetahui obat-obatan yang memperberat depresi pernapasan pada bayi
d. Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
R/ :Mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernapasan
e. Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai.
R/:memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh

b. Diagnosa : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam suhu bayi stabil
Kreteria hasil: Suhu 36,50C -37,5 0C, Akral hangat
Rencana Tindakan :
a.   Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.
R/: Menurunkan risiko hipotermi / hipertermi.
c.   Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
R/: Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
d.   Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu.
R/: Memantau terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh.
e.   Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi :  fenobarbital
R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan hipertermia.
c.    Diagnosa : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Integritas kulit baik
Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada iritasi,Tidak plebitis
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien

20
b. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang
tertekan.
R/: Memantau adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet.
c. Lakukan perawatan tali pusat.
R/: Menjaga tali pusat dalam keadaan baik.
d.   Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
R/: Menurunkan terjadinya gangguan integritas kulit
e.   Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium.
f.   Kolaborasi pemberian antibiotika.
R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses penyembuhan.
d.   Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi adekuat
kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema, Protein dan albumin dara
dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a.   Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Catat intake dan output
R/: Memantau jumlah cairan masuk dan keluar.
c.   Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat.
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
d.   Timbang berat badan setiap hari
R/: Timbang berat badan setiap hari
e.   Kolaborasi dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu
R/: Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.
e.   Diagnosa : Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di
dalam system gastrointestinal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam system gastrointestinal
berfungsi dengan baik

21
Kriteria hasil : tidak ada kram abdomen, tidak ada nyeri abdomen, tidak ada diare, nafsu makan
meningkat, peristaltic usus dalam batas normal 15-30x/menit
Rencana tindakan :
a.   Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Monitor bising usus
R/: Mengetahui frekuensi bising usus yang normal
c.   Monitor status cairan dan elektrolit
R/: Mengetahui banyaknya ciaran dan elektrolit dalam tubuh
d.   Catat intake dan output secara akurat
R/:Mengetahui intake dan output dalam tubuh secara adekuat
d. Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit(membran mukoso kering,
sianosis)
R/: mengetahui adanya tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f.   Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan
R/:Terpenuhinya kalori dalam tubuh
f.   Diagnosa : Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam pasien tidak memperlihatkan
adanya tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Darah rutin normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan :
a.   Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Kaji adanya tanda – tanda infeksi
R/:Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
c.   Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi
R/: Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi  yang lebih luas
d.   Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan
R/:Untuk mencegah adanya infeksi
e.   Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril
R/:untuk mencegah infeksi

22
e. Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung dengan
bayi.
R/:untuk mencegah infeksi lebih lanjut pada bayi
g.   Kolaborasi pemberian antibiotik
R/: untuk mencegah infeksi menyebar luas ketempat lain
g.   Diagnosa : Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal, status nutrisi adekuat,
tidak ada respon alergi sistemik
Rencana Tindakan :
a.   Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Amati tanda-tanda ikterus
R/:Mengrtahui tanda-tanda ikterus yang abnormal
c.   Kaji tanda-tanda dehidrasi
R/: untuk mengetahui adanya tnda-tnada dehidrasi
d.   Obsevasi peningkatan bilirubin serum
R/:Mengetahui adanya peningkatan bilirubin serum atau tidak
e.   Timbang BB setiap hari
R/: mengetahui adanya peningkatan BB atau tidak
f.   Kolaborasi dalam pemberian fototerapi
R/: untuk memberikan tindakan lebih lanjut

(NANDA NIC NOC, 2016)

23
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Bayi laki-laki dilahirkan dengan BB:2000 gram dan PB: 35 cm. pada usia kehamilan 32
minggu.Ibu mengalami KPD,usia 43 tahun dan mengalami gizi kurang.Hasil pemeriksaan fisik
didapati: kulit tipis dan berkeriput,penuh lanugo di dahi,pelipis,lengan,suhu tubuh bayi :36C,detak
jantung :130x/mnt,pernafasan 55x/mnt.Pemeriksaan roating dan sucking reflex masih lemah. Saat
ini bayi berada di incubator.Sesekali tampak orangtua menengok bayi dari luar jendela dan
menangis. Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi bayinya saat ini.

Diagnosis Keperawatan Hasil NOC Intervensi NIC


NANDA 2017-2019
Pola nafas tidak efektif b/d Status pernafasan (0415) Manajemen jalan nafas
imaturitas organ pernafasan (3140)
ditandai dengan pernafasan  Pernapasan dalam batas  Posisikan pasien untuk
55x/mnt, detak jantungnya normal (30-40x/mnt) memaksimalkan ventilasi
130x/mnt  Irama pernpasan   Identifikasi pasien
normal kedalaman perlunya pemasangan alat
inspirasi (batasan jalan nafas buatan
normal)   Pasang mayo jika
Definisi :  Tidak ada suara napas diperlukan
Pertukaran udara inspirasi tambahan  Keluarkan sekret dengan
dan/atau ekspirasi tidak  Tidak terjadi dipsnea batuk atau suction
adekuat  Tidak terlihat  Auskultasi suara nafas,
penggunaan otot bantu catat adanya suara
napas tambahan
   Berikan bronkodilator bila
perlu
B   Atur intake cairan
untukmengoptimalkan
keseimbangan.

Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrisi bayi (1020) Monitor Nutrisi (1160)


kurang dari kebutuhan tubuh

24
b/d reflek hisap bayi buruk  Intake nutrisi tubuh  Timbang berat badan
d/d pemeriksaa rooting dan terpenuhi
sucking reflek masih lemah  asupan kalori adekuat pasien
 Asupan protein  Monitor pertumbuhan
adekuat dan perkembangan
Definisi:asupan nutrisi tidak  Asupan lemak
cukup untuk memenuhi adekuat  Lakukan pengukuran
kebutuhn tubuh  Asupan vitamin dan antropometri pada
mineral adekuat
komposisi tubuh
 Asupan zat besi,
kalsium dan sodium  Monitor
adekuat kecenderungan turun
dan naiknya berat
badan
 Monitor turgor kulit
dan mobilitas
 Identifikasi berat
badan terakhir

Resiko infeksi ditandai Keparahan infeks:baru kontrol infeksi (6540)


lahir(0708)  Pertahankan teknik isolasi
dengan kulit tipis dan
 Suhu tubuh menjadi
berkeriput stabil  Batasi pengunjung
 Tidak mengalami  Instruksikan pada
hipotermia
pengunjung untuk
 Wajah menjadi tidak
pucat mencuci tangan saat
Definisi :Rentan mengalami
berkunjung dan setelah
invasi dan multiplikasi
berkunjung
organism patogenik yang
dapat menganggu kesehatan  Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawtan
  Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
 Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat

25
 Berikan terapi antibiotik
bila perlu

Ketidakefektifan pola makan Penghisapan Non


bayi berhubungan dengan Status Nutrisi(6900)
prematuritas ditandai dengan Adaptasi Bayi baru lahir  Posisikan ibu jari
Ketidakmampuan memulai (0118) dan telunjuk
menghisap yang dibawah mandibular
efektif,ketidakmampuan  Berat badan dalam bayi untuk
mengoordinasi menghisap. rentang normal membantu reflek
 Reflek menghisap menghisap
menjadi adekuat  Usap pipi bayi
Definisi:Gangguan  Termoregulasi tetap denga lembut untuk
kemampuan bayi utk stabil menstimulasi
menghisap atau refle kmenghisap
mengoordinasi respon  Informasikan
mengisap atau menelan yang orangtua pentingnya
mengakibatkan mmenuhi kebutuhan
ketidakadekuatan nutrisi oral menghisap bayi
untk kebutuhan metabolic.  Dorong ibu
menyusui agar
mengijinkan
penghisapan non
nutritive pada
payudara setelah
selesai memberikan
asi
 Informasikan
orangtua alternative
dari penghisapan
putting misalnya ibu
jari.

Resiko kekurangan volume Berat badan:Massa Pemberian makan dengan


cairan dengan faktor resiko Tubuh(1006) botol (1052)
berat badan  Berat badan berada  Monitor beat badan bayi
eksteremditandai dengan pada kisaran normal sesuai kebutuhan
berat badan  Persentil tinggi badan  Monitor atau evaluasi
ekstrem(2000gram) berada pada kisaran reflek menghisap Selma
normal menyusu

26
 Persentil berat badan  Kaji status bayi sebelum
Definisi: kerentanan berada pada kisaran memulai memberikan
mengalami penurunan normal susu
volume cairan intra  Dorong untuk
vaskuler,interstisial dan atau menghisap dengan
intraselular,yang dapat menstimulasi reflek
menganggu kesehatan rooting sesuai
kebutuhan
 Tingkatkan efektifitas
penghisapan dengan
menekan pipi
bebarengan dengan
menghisap sesuai
kebutuhan

Resiko hipotermia ditandai Kontrol resiko Pengaturan suhu (3900)
dengan berat badan hipotermi(1923)
eksterem,usia  Mempertahankan  Monitor suhu paling
ekserem,hipotermia tingkat 1 keutuhan kulit tidak setiap 2 jam sesuai
(suhu inti mendekati 36,5C)  Memodivikasi kebutuhan
lingkungan sekitar  Monitor suhu bayi baru
untuk meningkatkan lahir sampai stabil
Definisi: rentang terhadap penyimpanan panas  Monitor tekanan
kegagalan termoregulasi  Berpartisipasi dalam darah,nadi,dan respirasi
yang dapat mengakibatkan menskrining masalah sesuai kebutuhan
suhu tubuh dibawah rentang kesehatan yang  Pasang alat monitor
normal diurnal,yang dapat meningkatkan resiko suhu inti secara
menganggu kesehatan continue sesuai
kebutuhan
 Tempatkan bayi baru
lahir dibawah
penghangat
 Pertahankan
kelembapan pada 50%
atau lebih besar dalam
incubator untuk
mencegah hilangnya
panas

Anaietas berhubungan Tingkat kecemasan Pengurangan kecemasan


dengan krisis situasi(kurang (1211) (5820)
pengetahuan) ditandai
dengan Sesekali tampak  Perasan gelisah
orangtua menengok bayi dari menjadi tenang  Gunakan pendekatan
luar jendela dan menangis. yang tenang dan

27
Ibu mengatakan khawatir  Distress cukup berat meyainkan
dengan kondisi bayinya. menjadi ringan  Nyatakan dengan jelas
 Rasa takut yang harapan terhadap
disampakan secara perilaku klien
lisan  Dukung penggunaan
 Rasa cemas yang mekanisme koping yang
disampaika secara sesuai
Definisi: lisan  Lakukan usapan pada
punggung atau leher
Perasaan tidak nyaman atau
dengan cara yang tepat
kehawatiran yang samar
 Berada disisi klien
disertai respon otonom
unruk menngkatkan rasa
(sumber seringkali tidak
aman dan mengurangi
spesifik atau tidak diketahui
ketakutan
oleh individu), perasaan takut
yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk
bertindak menghadapi
ancaman.

28
BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan
karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-
periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit
dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan
masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B.     Saran
Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai beberapa kekurangan.
Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang telah dibuat oleh penulis adalah sebagai
berikut :

1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.


2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi barulahir
dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta : EGC.


Doenges E marlyn,2007.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-
2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti.
Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Mansjoer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan.Jakarta : TIM.
NANDA NIC NOC. 2016.Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid
1.Jogjakarta:Mediaction.
Notoatmodjo, S.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku .Jakarta :Rineka Cipta.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek
Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Saifudin Bari ,Abdul. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Edisi 1.Jakarta: ybp-sp.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Sosial Edisi 3
Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC
Tim adaptasi Indonesia.2009.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.Jakarta :Depkes.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.

30

Anda mungkin juga menyukai