Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP PENYAKIT KRONIS

Dosen : Sri Setyowati S. kep, Ns, M. kes

KELOMPOK :V

KELAS : B/KP/VII

DISUSUN OLEH:

1. HIDAYATI INDAH SARI 04164357


2. INDAH SRI ROHANI 04164360
3. IVA NOVIYANTI 04164361
4. RAIYAN 04164373
5. RINI WAHYUNINGSIH 04164375
6. SEKAR SARI 04164379

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ konsep
penyakit kronis ” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai konsep penyakit kronis. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Yogyakarta, 22 Oktober 2019

penulis

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ...................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................... 3
BAB I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi Kondisi Kronis ............ 6
B. Karakteristik Kondisi Kronis ...................................................................... 6
C. Masalah Yang Muncul ............................................................................... 7
D. Masalah Psikologis .................................................................................... 7
E. Implikasi Keperawatan............................................................................... 10
F. Contoh Penyakit Kronis ............................................................................. 11
BAB III. PENUTUP
A. Keseimpulan .............................................................................................. 21
B. Saran.......................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan dapat
menyebabkan kematian terbesar di seluruh dunia, salah satunya adalah diabetes melitus
(DM). Diabetes melitus atau yang sering disebut kencing manis merupakan penyakit
kronik yang akan diderita seumur hidup. Hal ini dipengaruhi oleh gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Diabetes melitus disebabkan oleh faktor genetik, pola
hidup tidak sehat, dan pengaruh lingkungan (Dinkes DIY, 2015).
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia
dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang
dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia,
penurunan berat badan dan kesemutan (Hakim. B, 2010).
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi Diabetes
Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian
urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes me litus didunia
adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah
95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%.
Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak
dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor
risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat pendidikan, pekerjaan,
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar
pinggang dan umur ( Harding et.al, 2011).

Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit
yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit
jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren,

4
infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang,
penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi
pembusukan Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2
maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat
oral hiperglikemik dan insulin (Depkes, 2005 dalam Restiana, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah yang
berjudul konsep penyakit kronis diabetes mellitus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian konsep penyakit kronis?
2. Sebutkan karakteristik kondisi kronis?
3. Jelaskan masalah yang muncul selama kondisi kronis?
4. Jelaskan masalah psikologis pada kondisi kronis?
5. Jelaskan fase dan kondisi kronis?
6. Jelaskan implikasi keperawatan pada kondisi kronis?
7. Sebutkan contoh penyakit kronis?

C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan kronis.
2. Agar mahasiswa dapat menyebutkan karakteristik kondisi kronis.
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan masalah yang muncul selama kondisi kronis.
4. Agar mahasiswa dapat menjelaskan masalah psikologis pada kondisi kronis.
5. Agar mahasiswa dapat menjelaskan fase dan kondisi kronis.
6. Agar mahasiswa dapat menjelaskan implikasi keperawatan pada kondisi kronis.
7. Agar mahasiswa dapat meneyebutkan contoh penyakit kronis.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kondisi Kronis

Kondisi kronis didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang
berhubungan dengan gejala, gangguan, ataupun ketidakmampuan dan membutuhkan
manajemen pengobatan dan perawatan dalam waktu yang lama (≥ 3 bulan). Kondisi
kronis digambarkan sebagai penyakit yang berjalan lama dan mungkin juga tidak dapat
disembuhkan, Karakteristik khas penyakit kronis yang berlangsung lama sering
menimbulkan masalah dalam manajemen pengobatan dan perawatan pasien dan
Kondisi kronis memberikan dampak psikososial kultural dan ekonomi bagi pasien dan
keluarga. Reaksi psikologi dan emosional pada kondisi akut dan kronis berbeda. Reaksi
ini umumnya terjadi tidak hanya saat awal kejadian tetapi juga saat gejala berulang
terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pasien dan keluarga dengan


kondisi kronis anatara lain:

a. Kepribadian pasien sebelum memiliki penyakit


b. Sikap pasien dalam memecahkan masalah dan menghadapi kesedihan (duka cita)
sebelum memiliki penyakit
c. Situasi saat penyakit muncul (kejadian) dan dampak perubahan gaya hidup yang
terjadi secara tiba-tiba
d. Konsep keluarga dan individu dalam menghadapi stress
e. Gaya hidup pasien dan keluarga sebelumnya
f. Pengalaman dengan penyakit sebelumnya

B. Karakteristik Kondisi Kronis


Karakteristik efek yang mengikuti perkembangan penyakit kronis, yaitu:
a. Penatalaksanaan penyakit kronis melibatkan seluruh aspek, tidak hanya masalah
medis
b. Kondisi kronis akan melewati anyak fase berbeda pada perjalanan penyakit

6
c. Pengobatan dan perawatan kondisi kronis membutuhkan kepatuhan terhadap
manajemen pengobatan
d. Satu kondisi penyakit kronis dapat menjadi penyebab dari kondisi kronis lainnya
e. Penyakit kronis memberikan dampak pada keluarga
f. Terdapat tanggung jawab besar setiap harinya dalam manajemen perawatan dan
pengobatan pasien dengan penyakit kronis
g. Manajemen kondisi kronis merupakan perjalanan yang sangat panjang
h. Manejemen kondisi kronis merupakan proses kolaborasi
i. Manajemen kondisi kronis merupakan sesuatu yang sangat mahal
j. Kondisi kronis merupakan kondisi sulit yang dapat meningkatkan isu etik bagi
pasien, tenaga kesehatan dan sosial
k. Hidup dengan penyakit kronis seperti hidup dengan ketidaktentuan
C. Masalah yang Muncul Selama Kondisi Kronis
Kondisi kronis memberikan dampak pada kehidupan sehari-hari individu dan
keluarganya sebagai bagian dari sosial. Gaya hidup pasien dan keluarga dapat
mengalami perubahan. Perubahan kondisi pada pasien dapat disimpulkan di bawah ini:

a. Fokus pada pencegahan kekambuhan, mengurangi dan manajemen gejala serta


komplikasi
b. Adanya adaptasi psikologi terhadap perubahan kondisi dan ketidakmampuan yang
dialami
c. Fokus pada manajemen pengobatan dan perawatan yang telah ditentukan
d. Perubahan harga diri dan ideal diri pasien dan fungsi keluarga
e. Usaha untuk mengembalikan dan menormalkan kehidupan individu dan keluarga.
f. Hidup dengan batasan waktu (ketidakpastia), isolasi sosial, dan kesendirian
g. Harapan akan kematian dengan martabat dan kenyamanan
Setiap pasien dengan kondisi kronis memiliki pengalaman masing-masing terhadap
gangguan atau ketidakmampuan yang dialami. Faktor-faktor yang mempengaruhi
respon seseorang terhadap penyakit kronis, yaitu:

a. Faktor personal (ex: jenis kelamin, ras, umur, mekanisme koping, dan pengalaman
lalu)
b. Hubungan dan dukungan lingkungan sosial dan keluarga

7
c. Status sosioal dan ekonomi
d. Budaya
e. Lingkungan (fisik, sosial, dan politik)
f. Aktivitas (ex: kegiatan harian, hiburan, sekolah, dan pekerjaan)
g. Tujuan kehidupan individu
D. Masalah Psikologis pada Kondisi Kronis

Kondisi kronis akan memberikan stress tersendiri pada pasien. Perubahan positif
dan negatif membuat pasien harus adaptasi terhadap kondisinya dan dapat
menimbulkan stress tersendiri. Stress ini berhubungan dengan ancaman yang
digambarka oleh individu mengenai penyakitnya.

Beberapa ancaman yang terkadang dirasakan oleh pasien:

a. Ancaman untuk kehidupan dan kebaikan kondisi fisik


b. Ancaman terhadap integritas tubuh dan kenyamanan sebagai akibat dari penyakit
dan ketidakmampuan, baik itu akibat prosedur diagnostik ataupun pengobatan dan
perawatan
c. Ancaman untuk kemandirian
d. Ancaman untuk konsep diri dan peran diri
e. Ancaman untuk tujuan hidup dan rencana masa depan
f. Ancaman untuk hubungan dengan keluarga, teman dan relasi
g. Ancaman Ancaman terhadap kemampuan yang dimiliki
h. Ancaman untuk ekonomi

Masalah ini dipengaruhi oleh mekanisme koping individu dalam menghadapi


masalah. Mekanisme koping merupakan kemampuan individu untuk dapat
menghadapi stress, masalah, perubahan yang terjadi didalam kehidupannya.

Fase dalam Kondisi Kronis


Terdapat sembilan (9) fase yang umumnya dilalui oleh pasien dan keluarga dalam
menghadapi kondisi kronis:
a. Pre Trajectory Phase
Fase dimana seseorang berisiko untuk mengalami kondisi kronis yang berkembang
dari situasi atau penyakit yang dialaminya. Perkembangan kondisi ini dapat terjadi

8
akibat faktor genetik ataupun gaya hidup yang dapat memicu perkembangan
kondisi jatuh ke kondisi kronis.

b. Trajectory Phase
Karakteristik pada fase ini adalah terjadinya onset atau awal mula munculnya
gejala, gangguan ataupun ketidakmampuan yang berhubungan dengan kondisi
kronis. Sejak diagnosa ditegakkan, kondisi ketidakpastian akan kehidupan mulai
dirasakan pasien.
c. Stable Phase
Pada fase ini, individu gejala dan ketidakmampuan telah tampak dan dapat di
manajemen dengan baik. Meskipun dalam kondisi ini pasien telah dapat
memanajemen kondisinya dengan baik, tetapi dibutuhkan peran perawat untuk
memberikan reinforcement positif.
d. Unstable Phase
Pada fase ktidakstabilan, kondisi gejala penyakit, perkembangan komplikasi,
aktifitas harian pasien terganggu karena kondisi tidak terkontrol.
e. Acute Phase
Pada fase akut, kondisi penyakit kronis pasien dapat tiba-tiba mengalami serangan
mendadak yang berisiko mengalami kondisi kegawatan. Sehingga terkadang dapat
membuat pasien dan keluarga panik dan cemas.
f. Chrisis Phase
Karakteristik kondisi ini adalah kondisi pasien jatuh kedalam kondisi yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan dan pengobatan
kegawatdaruratan.
g. Comeback Phase
Pada Fase ini pasien kembali dari fase akut dan krisis. Proses belajar dan
menerima kondisi gangguan dan ketidakmampuan yang dialami perlu mendapat
dukungan oleh keluarga dan perawat.
h. Downward Phase

Karakteristik kondisi ini adalah adanya penurunan kondisi pasien terhadap


penyakit yang dialaminya.

i. Dying Phase

9
Merupakan fase persiapan kematian dengan tenang yang harus diterima oleh
keluarga dan pasien. Pada kondisi ini perawat memiliki tugas untuk membantu
pasien menghadapi kematian dengan tenang dan baik, dan mendukung keluarga
untuk dapat menerima kematian pasien.

E. Implikasi Keperawatan pada Kondisi Kronis

Mengelola seseorang dengan penyakit kronis atau ketidakmampuan tidak hanya


terfokus dengan aspek medis atau kondisi fisik yang dialami pasien tetapi juga
mengelola pasiennya secara individu, fisik, emosional dan sosial. Fokus pengelolaan
pasien dengan penyakit kronis dimulai dari pengkajian hingga evaluasi

a. Step 1 : Mengidentifikasi Trajectory Phase


Pada tahap satu ini, perlu mengidentifikasi secara spesifik masalah medis, sosial,
dan psikologi serta kebutuhan support emsional.
b. Step 2 : Merumuskan Tujuan
Pada tahap kedua ini perawat merumuskan tujuan dalam perawatan pasien.
Perawat berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim perawatan serta
pengobatan pasien.
c. Step 3 : Membuat Perencanaan untuk keberhasilan Tujuan
Pada tahap ini, perawat merumuskan intervensi yang akan dilakukan guna
mencapai keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien.
d. Step 4 : Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat tercapainya tujuan
Pada tahap ini, perawat mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan
penghambat proses perawatan. Baik itu fasilitas yang ada, kemampuan ekonomi
pasien dan keluarga, dukungan keluarga dan lingkungan. Semua faktor
biopsikososial dan cultural serta ekonomi yang mendukung perawatan pasien.

e. Step 5 : Mengimplementasikan rencana yang telah disusun


Pada tahap ini , perawat mengimplementasikan rencana tindakan yang telah
disusun.

f. Step 6 : Mengevaluasi Keefektifan dari Intervensi


Pada tahap ini, perawat mengevalusi keefektifan intervensi yang telah disusun
untuk melihat keberhasilan tujuan.

10
F. Penyakit-penyakit kronis yang sering terjadi dimasyarakat
1. Melanoma
Jenis penyakit pertama yang akan dibahas adalah kanker kulit yang bernama
Melanoma. Biasanya penyakit ini, menyerang seseorang yang usianya sekitar 50
tahun ke atas. Namun kini, seseorang yang berusia 20 tahunan, atau bahkan lebih
awal, dapat terkena penyakit tersebut. Penyakit ini sendiri terjadi karena
gangguan pertahanan pada kulit, yang biasanya terjadi karena beberapa faktor.
Untuk mengatasi dan mencegah penyakit yang satu ini, mudah saja. Anda hanya
perlu menghindari terik matahari langsung, atau bahkan berjemur, pada rentan
waktu jam 10 pagi hingga 2 siang. Jika ingin berjemur, selalu gunakan tabir surya
atau sun protector. Akan lebih baik, jika menggunakan SPF 30, jika tidak ada SPF
15 pun sudah cukup.
2. AsamUrat
Penyakit kedua yang paling banyak menyerang mereka yang usianya masih muda
adalah Asam Urat. Penyakit ini sendiri biasanya menyerang seseorang yang
usianya 50 hingga 60 tahun. Namun kini, penyakit tersebut, dapat menyerang
seseorang yang usianya 20 tahunan. Asam Urat sendiri adalah penyakit yang
terjadi karena pengkristalan asam urat yang ada di dalam tubuh. Hal ini
disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah gaya hidup,
terutama faktor makanan. Seseorang yang menderita obesitas, sering
mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak, juga mempunyai risiko yang lebih
tinggi.Untuk mengatasi penyakit seperti ini mudah saja, yang harus Anda lakukan
hanyalah menjaga pola makan, dan pola hidup yang lebih sehat. Mengonsumsi
makanan sehat, melakukan olahraga secara teratur, dan tidak lupa melakukan diet
sehat, adalah hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi dan mencegah
penyakit Asam Urat.
3. DiabatesTipe2
Jenis penyakit berikutnya yang banyak menyerang para kawula muda adalah
Diabetes tipe 2. Penyakit Diabetes sendiri biasanya menyerang seseorang yang
berusia 40 hingga 50 tahun ke atas. Namun kini, penyakit Diabetes tipe 2 banyak
diidap sejak anak-anak. Penyakit Diabetes tipe 1, terjadi karena gangguan atau
tidak maksimalnya kinerja hormon insulin yang berfungsi menyeimbangkan

11
kadar gula dalam darah. Sedangkan Diabetes tipe 2, terjadi karena hormon insulin
tidak bekerja dengan baik. Ini yang menyebabkan anak-anak jadi tidak dapat
beraktivitas secara normal dan leluasa. Untuk mengatasinya mudah saja, yang
harus Anda lakukan adalah menjaga pola makan seimbang, dan melakukan
olahraga fisik secara berkala dan seimbang. Pastikan untuk memperoleh asupan
insulin secara berkala, agar tubuh snantiasa sehat.
4. Stroke
Penyakit kronis lainnya yang banyak menyerang mereka yang usianya masih
sangat muda adalah Stroke. Ini adalah salah satu jenis penyakit yang biasanya
menyerang pada usia sekitar 65 tahun ke atas. Namun kini, penyakit tersebut
dapat menyerang mereka yang berusia sekitar 20 hingga 30 tahun. Stroke sendiri
adalah penyakit yang terjadi karena kurang maksimalnya kinerja pembuluh darah
dan saraf ke otak. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah mengalami
penyempitan akibat lemak yang menumpuk, dan membuat kinerja jantung jadi
tidak maksimal. Rokok, makanan berlemak, adalah beberapa hal yang mampu
meningkatkan risiko terkena Stroke. Untuk menghindari dan mencegahnya, maka
Anda harus berolahraga secara teratur, menjaga pola hidup, dan pola makan yang
sehat.
G. Salah satu contoh penyakit kronis yang diambil
Salah satu penyakit kronis yang biasanya sering terjadi dikalangan masyarakat
yaitu:

a. Definisi Diabetes mellitus


Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati.

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat


insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta

12
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus.

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di


tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).

b. Prevalensi Diabetes Melitus Tipe 2


Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-
laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita
memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di
Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian
diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi
kejadiandiabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
menderita diabetes mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita
diabetes mellitus tipe 1.

c. Patogenesis

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya


kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu:

1. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia, dll)
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas
3. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
d. Patofisiologis
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :

1. Resistensi insulin

2. Disfungsi sel B pancreas


Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara

13
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin
banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada
penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun
seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes
melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.

Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan


pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi
resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan
selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas
akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,
sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi
insulin dan defisiensi insulin.

e. Faktor resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation
(ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah
meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun,
etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan
rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan
IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolic memiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau

14
peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.

1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada
derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar
glukosa darah menjadi 200mg%.

2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari
dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus


Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang
yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes
Mellitus.

4. Dislipedimia
Kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat
hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35
mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.

5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah
> 45 tahun.

6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000
gram

7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.

15
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini.

8. Alkohol dan Rokok


Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan
dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak aktifan fisik, faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional
kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam
konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita
DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan
tekanan darah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml
proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.

Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan


menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya umur, faktor genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis
kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.

f. Gejala klinis
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik

a. Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia


(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari),
nafsu makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
b. Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi,

16
pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
g. Penatalaksanaan
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan,
terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein
10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass
Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan


kelebihan berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung
dengan rumus berikut:

BeratBadan (Kg)

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m)

2. Exercise (latihan fisik/olahraga)


Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous, Rhythmical,
Interval, Progresive, Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan
kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki
biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau
bermalasmalasan.

17
3. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan
kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok
masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada
kelompok pasien DM. Sedangkan pendidikan kesehatan untuk pencegahan
tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit
menahun.

4. Obat oral hipoglikemik, insulin


Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi
tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan
pemakaian obat hipoglikemik

h. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :

1. Komplikasi akut
Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai
normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM
tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.

Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat


secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non
Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.

2. Komplikasi kronis
Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah

18
pada sebagian otak),mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.

Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada


penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati,
dan amputasi

H. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi menjadi empat bagian yaitu:

a. Pencegahan Premordial

Pencegahan premodial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada


masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari kebiasaan,
gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan dengan
multimitra. Pencegahan premodial pada penyakit DM misalnya adalah menciptakan
prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan kebarat-baratan
adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau kurang aktivitas,
dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.

b. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang


termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi
berpotensi untuk menderita DM diantaranya :

1. Kelompok usia tua (>45tahun)


2. Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman atau IMT>27 (kglm2))
3. Tekanan darah tinggi (>140i90mmHg)
4. Riwayat keiuarga DM
5. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
6. Disiipidemia (HvL<35mg/dl dan atau Trigliserida>250mg/dl).
7. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya DM dan upaya untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut.

19
Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini hendaknya telah
ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis
makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk:, dan risiko merokok
bagi kesehatan.

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya


penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit. Dalam pengelolaan pasien DM, sejak awal sudah harus diwaspadai dan
sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Pilar utama
pengelolaan DM meliputi:

1. Penyuluhan
2. Perencanaan makanan
3. Latihan jasmani
4. Obat berkhasiat hipoglikemik.
d. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih


lanjut dan merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut
menetap. Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin
terkait sangat diperlukan, terutama dirumah sakit rujukan, misalnya para ahli
sesama disiplin ilmu seperti ahli penyakit jantung, mata, rehabilitasi medis, gizi
dan lain-lain.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kondisi kronis didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang
berhubungan dengan gejala, gangguan, ataupun ketidakmampuan dan membutuhkan
manajemen pengobatan dan perawatan dalam waktu yang lama (≥ 3 bulan).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pasien dan keluarga dengan
kondisi kronis anataralain: Kepribadian pasien sebelum memiliki penyakit, Sikap pasien
dalam memecahkan masalah dan menghadapi kesedihan (duka cita) sebelum memiliki
penyakit, Situasi saat penyakit muncul (kejadian) dan dampak perubahan gaya hidup
yang terjadi secara tiba-tiba, Konsep keluarga dan individu dalam menghadapi stress,
Gaya hidup pasien dan keluarga sebelumnya, Pengalaman dengan penyakit sebelumnya.

B. SARAN
Bagi pembaca dan masyarakat diharpakn utuk tetap menjaga kondisi kesehatan
agar tidak terjadi kondisi kronis seperti pe jelasan yang telah dipaparkan di atas. Penulis
menyadari bahwa makalah di atas masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Buraerah, Hakim. 2010. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tanrutedong, Sidenreg Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional.
Departemen Kesehatan. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus.
Dinas kesehatan DIY. 2015. Profil kesehatan DIY.
Harding, Anne Helen et al. 2011. Dietary Fat and Risk of Clinic Type Diabetes. American
Journal of Epidemiology.

22

Anda mungkin juga menyukai