MAKALAH TUTORIAL
KEPERAWATAN ANAK
SKENARIO IV
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
a. Penulisan Kasus
“KULIT ANAK SAYA KOK BINTIK-BINTIK MERAH?”
Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dibawa ke IGD rumah sakit karena
demam sudah 3 hari, dan muncul beberapa bintik merah dikulit. Gejala yang
dirasakan antara lain: badan lemas, malaise, sakit kepala dan mual-mual sesekali
muntah serta tidak nafsu makan. Dari hasil pemeriksaan oleh perawat
didapatkan: suhu 39o C, RR: 21 kali/menit, HR: 102 kali/menit dan TD: 125/80
mmHg, epistaksis, hasil tes rimpelide DHF atau tipoid sehingga dilakukan
pemeriksaan darah: trombosit dan hematokrit. Orang tua terlihat cemas dan
sering bertanya-tanya mengenai kondisi anaknya.
b. Daftar Kata Sulit
1. Epistaksis
2. Hematokrit
c. Daftar Pertanyaan
1. Apakah tes rempelide positif selalu dinyatakan DHF ?
2. Bagaimana pendekatan terhadap orang tua di dalam kasus ?
3. Ciri-ciri DHF selain dikasus ?
4. Penyebab DHF ?
5. Pencegahan DHF ?
6. Penanganan pertama DHF sebelum dibawa ke RS ?
7. Perbedaan DHF dan tipoid ?
8. Penyebab munculnya bintik merah ?
9. Mengapa pasien dalam kasus harus melakukan pemeriksaan darah ?
2
BAB II
HASIL
a. Klarifikasi Istilah
1. Epistaksis
Epistaksis adalah mimisan.
2. Hematokrit
Hematokrit adalah kadar sel darah merah didalam darah.
b. Jawaban Pertanyaan
1. Pertanyaan dari kasus
Apakah tes rempelide positif selalu dinyatakan DHF ?
Tidak
Bagaimana pendekatan terhadap orang tua di dalam kasus ?
Memberikan edukasi untuk memperbanyak minum dalam sehari sesuai
kebutuhan tubuh
Ciri-ciri DHF selain dikasus ?
Nyeri di bagian mata, nyeri di bagian otot maupun persendian, mimisan,
keluar darah dari telinga, gusi berdarah, gelisah dan gangguan kesadaran
Penyebab DHF ?
Karena gigitan nyamuk aides aigepty
Pencegahan DHF ?
Perbaikan sanitasi lingkungan dan peningkatan imunitas tubuh dengan
makan-makanan yang bergizi
Penanganan pertama DHF sebelum dibawa ke RS ?
Menganjurkan penderita untuk minum air putih yang banyak, minum
oralit, dan makan-makanan bergizi, minum vitamin, makan sedikit tapi
sering, meminum obat penurun panas
3
Perbedaan DHF dan tipoid ?
DHF disebabkan oleh gigitan nyamuk aides aigepty, demamnya setiap
waktu tetapi puncaknya sekitar pukul 08-11 pagi dan malam, demamnya
juga bisa mencapai 41oC, terdapat bintik-bintik merah di kulit biasanya,
klien tidak pilek dan juga batuk, sedangkan tipoid disebabkan oleh
bakteri salmonella thypi,demam hanya dimalam hari biasanya disertai
batuk dan juga pilek.
Penyebab munculnya bintik merah ?
Karena adanya penurunan hematokrit dan juga hematokrit yang rendah
Mengapa pasien dalam kasus harus melakukan pemeriksaan darah ?
Untuk menunjang diagnosa sehingga memudahkan untuk menentukan
intervensi dan juga tindakan selanjutnya
1. IRK
Asy-syura 30
Ar-arum 41
Al-baqarah 2
Al-baqarah 27
HR.Ahmad 7209
Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: Siapa yang lebih
dzalim dari seorang yang mencipta seperti ciptaan-Ku, hendaklah
mereka mencipta seekor nyamuk atau hendaklah mereka menciptakan
sebiji dzarrah”(HR. Ahmad : 7209)
o Hadits Qudsi tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT
menciptakan seekornyamuk atau semisal biji dzarrah
mempunyai tujuan masing-masing, salah satunya sebagai
pelajaran bagi manusia.
4
Seperti halnya nyamuk Aedes aegypti diciptakan Allah SWT
di dunia ini, yang terbukti sebagai vektor penyebab penyakit
demam berdarah. Semakin tinggi perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti maka semakin besar resiko penyebaran
penyakit demam berdarah. Oleh karena itu, sebagai insan
Ulul Albabjangan meremehkan hal kecil. Dalam hal ini kita
tidak boleh meremehkan nyamuk Aedes aegypti. Kita harus
berusaha untuk menemukan cara efektif pengendalian
nyamuk Aedes aegypti.
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa
nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang
beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Rabb
mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak
orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula)
banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah
kecuali orang-orang yang fasik." (QS. Al-Baqarah/ 2:26)
2. Definisi DHF
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh dengue ,oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes agepty,dapat menyebabkan
kematian ,bisa menyerang anak umur 15 tahun,infeksi akut oleh virus yang
disebabkan oleh aedes agepty ,bisa ditimbulkan oleh wabah ,demam khusus
yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan
terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik,bisa timbul
demam.
5
Demam dengue/DHF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemoragic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diastesis haemoragic (Suhendro, dkk, 2007)
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam
genus flavi virus merupakam virus dengan diameter 30nm. Terdapat 4
serotipe
virus yaitu den 1, den 2, den 3, den 4 yang semua dapat menyebabkan
DHF.
Ke-4 serotipe ditemukan di Indonesia dengan den 3 merupakan serotype
terbanyak (Sudoyo, 2006)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Nabiel 2014)
dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut dengan
ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer, Arif 2008
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Hemrrhagic Fever (DHF)
ialah penyakit yang disebabkan virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegyti dan Aedes albbopictus. Kedua jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali
ditempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut
(Ginanjar, 2008
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk.
2008)
6
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)
7
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani,
2001).
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai
empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
8
3. Pathway
9
DHF/DBD
Perjalanan penyakit
(Nursalam, 2008)
viremia
(splenomegali)
Vaskulitis Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)
Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %), Hipoproteinemia,
Hiponatremia dan Efusi
serosa.
Hipoksia
jaringan
10
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
Vaskulitis adalah peradangan pada pembuluh darah yang menyebabkan perubahan pada
dinding pembuluh darah. Perubahan yang dapat terjadi pada dinding pembuluh darah
antara lain penebalan, penyempitan, pelemahan, dan munculnya bekas luka
Osmolalitas adalah menyatakan jumlah partikel zat terlarut per kilogram air dan
osmolaritas menyatakan jumlah partikel zat terlarut per liter larutan.
4. Klasifikasi
4 derajat
A. Demam diuji dengan positif,hanya terdapat manifestasinya
perdarahan .
B. Disertai dengan kulit
C. Tekan nadi turun nadi lemah
D. Sudah mengalami syock berat
11
Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan
satu-satunya manifestasi perarahan
adalah uji tourniquet
Derajat 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan
dikulit dan atau perdarahan lain
Derajat I
disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji rumpeleede positif dan
mudah memar.
Derajat II
Tanda pada derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit berupa ptekiae dan
ekimosis, epistaksis, muntah darah (hematemesis), melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun,
gelisah.
Derajat IV
Syok berat dimana nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur, kulit lembab
dan dingin, tubuh berkeringat, kulit membiru. Merupakan manifestasi syok dan
seringkali berakhir dengan kematian.
a) Derajat I Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
12
b) Derajat II Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan
spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
c) Derajat III Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti
nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah
menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
d) Derajat IV Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
Derajat II :
Derajat III :
Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
5. Pemeriksaan penunjang
Darah
Trombosit <100.000 mililiter
IGD dengue
Infeksi :
Pengumpulan spesimen darah diteteskan pada kertas saring
Serum darah diambil dengan spuit ditunggu sekitar 15mnt
13
Uji serologis
Pemeriksaan radiologis
Uji torniquet
Tes laboratorium
a) Uji Torniquet
Tes tourniquet (Rumpel-Lende)/ tes kerapuhan kapiler merupakan
metode diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan
pada pasien. Penilaian kerapuhan dinding kapiler digunakan untuk
mengidentifikasi trombositopinia. Metode ini merupakan syarat
diagnosis DBD menurut WHO.
b) Labolatorium
o Hb dan PCV meningkat ( 20% )
o Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
o Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
o Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap
jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ),
Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
o Hemokonsentrasi yaitu terjadi peningkatan nilai hematokrit >
20 %. Meningginya hematokrit sangat berhubungan dengan
beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului perubahan
tekanan darah dan nadi, oleh kerena itu pemeriksan hematokrit
secara berkala dapat menentukan sat yang tepat penghentian
pemberian cairan atau darah.
o Trombositopenia, akan terjadi penurunan trombosit sampai
dibawah 100.000 mm3
o Sediaan hapusan darah tepi, terdapat fragmentosit, yang
menandakan terjadinya hemolysis
14
o Sumsum tulang, terdapatnya hipoplasi sistem eritropoetik disertai
hiperplasi sistem RE dan terdapatnya makrofag dengan
fagositosis dari bermacam jenis sel
o Elektrolit, : hiponatremi (135 mEq/l). terjadi hiponatremi karena
adanya kebocoran plasma,anoreksia, keluarnya keringat, muntah
dan intake yang kurang
o Hiperkalemi , asidosis metabolic
o Tekanan onkotik koloid menurun, protein plasma menurun,
Serum transaminasi meningkat.
15
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan
yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut
tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau plasma akspander,
banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara
membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga
kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka untuk
mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit
dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup,
susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan
maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose
5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan
pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda
vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu
tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti
paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak
gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral
hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB
(tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam
mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis
yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi
darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan
16
perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah
merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus
dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai
pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
A. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah B. Serology : HI (hemaglutination inhibition test). 1) Rontgen
thorax : Efusi pleura. 2) Uji test tourniket (+)
a. Darah
Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD
dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
HB, Hematokrit / PCV meningkat sama atau lebih dari 20 %.
Normal : PCV / Hm = 3 x Hb.
Nilai normal : - HB = L : 12,0 – 16,8 g/dl.
P : 11,0 – 15,5 g/dl.
- PCV /Hm = L : 35 – 48 %.
P : 34 – 45 %.
2. Trombosit menurun 100.000 / mm3.
Nilai normal : L : 150.000 – 400.000/mm3.
P : 150.000 – 430.000/mm3.
17
3. Leucopenia, kadang-kadang Leucositosis ringan.
Nilai normal : L/P : 4.600 – 11.400/mm3.
4. Waktu perdarahan memanjang.
Nilai normal : 1 – 5 menit.
5. Waktu protombin memanjang.
Nilai normal : 10 – 14 detik.
18
masyarakat untuk sadar diri terhadap kebersihan lingkungan dan
perilaku hidup sehat.
Untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungannya masing-
masing sehingga bebas dari jentik-jentik nyamuk aedes aegypti.
Terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai,
perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan
yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan
masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara
nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berpartisipasi akif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Selanjutnya masyarakat mempunyai
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu. Layanan yang tersedia adalah layanan yang berhasil
guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata dindonesia.
Dengan demikian terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara social dan ekonomis.
Upaya preventif atau pencegahan demam berdarah secara dini
ternyata mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu
keberhasilan . Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya angka
penderita demam berdarah yang sebelumnya tinggi angka
kejadianya. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran pemerintah
yang melakukan kegiatan pengendalian secara kimiawi dan peran
serta masyarakat yang melakukan kegiatan pengendalian terhadap
lingkungan sekitarnya. Harapanya untuk kedepan adalah
19
terwujudnya peran serta masyarakat yang aktif di seluruh wilayah
yang ada di indonesia tentang sadar diri terhadap lingkungan
sekitar seperti melakukan upaya upaya pencegahan sebelum
terjadinya wabah penyakit.
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berpartisipasi akif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
20
lemas, mual-mual dan kebutuhan dapat eratasi bgaaimana
sesekali muntah serta dnegan kriteria hasil : membuat catatan
tidak nafsu makan Nafsu makan makanan harian
bertambah Kolaborasi dengan
Mampu ahli gizi untuk
mengidentifikasi menentukan jumlah
makanan nutrisi dan kalori
Tidak ada mual dan
muntah
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-
3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan
bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult ,
gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
21
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan
tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan
berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi
hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan
anak adalah sebagai berikut :
22
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan andi elmah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin.
berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat
dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan
ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)
dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
23
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
24
C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak
muntah – muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau
balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum
albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian
cairan yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa
bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam tubuh
supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
25
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
2. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit
(viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Intervensi
Mandiri :
26
Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu
tubuhnya.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungandengan anoreksia.
Tujuan :Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
27
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
Intervensi.
Mandiri :
28
b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
c. Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika ada
tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Mendapatkan penanganan segera mungkin.
d. Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi lunak,
memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai pengambilan
darah.
Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan.
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
Intervensi.
Mandiri :
29
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada
saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien
ketergantungan terhadap perawat.
6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya volume
cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Intervensi.
Mandiri :
30
sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
31
tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan
yang direncanakan tercapai.
c. Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien
dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan
penyakit yang dialami.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan/penyembuhan
e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
Rasional: Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah
diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan
askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada
klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah
tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta
keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
32
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal
dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
A. PENGKAJIAN.
1. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak
dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama terjadi
pada saat musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin, alamat, pendidikan,
pekerjaan.
2. Keluhan Utama.
Panas atau demam.
3. Riwayat Kesehatan.
33
a. Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran
kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak
semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang
DHF.
c. Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
d. Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
e. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).
34
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
(inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya
suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien.
Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop (auskultasi
dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Keadaan umum :
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vital
dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah, kecil,
dan tidak teratur serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak
sianosis.
b. Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotobia,
pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-kadang)
sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah servikal
posterior.
c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
35
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi turgor kulit
dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f. Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan
dan kaki.
6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig.D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
B. DIAGNOSA.
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang
dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
36
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Ditandai oleh :
a. Konvulsi.
b. Kulit kemerahan.
c. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
d. Kejang.
e. Takikardi.
f. Takipnea.
g. Kulit terasa hangat.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
a. Perubahan status mental.
b. Penurunan tekanan darah.
c. Penurunan tekanan nadi.
d. Penurunan volume nadi.
e. Penurunan turgor kulit.
f. Penurunan turgor lidah.
g. Pengeluaran haluaran urine.
h. Penurunan pengisian vena.
i. Membrane mukosa kering.
j. Kulit kering.
k. Peningkatan hematokrit.
l. Peningkatan suhu tubuh.
m. Peningkatan frekuensi nadi.
n. Peningkatan konsentrasi urine.
o. Penurunan berat badan tiba-tiba.
p. Haus.
q. Kelemahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan.
a. Kram abdomen.
37
b. Nyeri abdomen.
c. Menghindari makanan.
d. Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal.
e. Kerapuhan kapiler.
f. Diare.
g. Kehilangan rambut berlebihan.
h. Bising usus hiperaktif.
i. Kurang makanan.
j. Kurang informasi.
k. Kurang minat pada makanan.
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
m. Kesalahan konsepsi.
n. Kesalahan informasi.
4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
a. kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
a. Perilaku hiperbola.
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah.
c. Ketidakakuratan melakukan tes.
d. Perilaku tidak tepat.
e. Pengungkapan masalah.
C. INTERVENSI.
Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan
keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
38
Tujuan Rencana Rasional
Mempertahankan suhu a. Ukur tanda-tanda vitala. Suhu 38,90C-41,10C
tubuh normal. (suhu). menunjukkan proses
KH : b. Berikan kompres penyakit infeksi akut.
Suhu tubuh antara 36 hangat. b. Kompres hangat akan
0
– 37 C. c. Tingkatkan intake terjadi perpindahan
Membrane mukosa cairan. panas konduksi.
basah. c. Untuk mengganti
Nyeri otot hilang. cairan tubuh yang
hilang akibat evaporasi.
39
cairan/elektrolit.
40
adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi dari
KH : b. Nilai kemungkinan peningkatan kehilangan
TTV stabil. terjadinya kematian cairan mengakibatkan
jaringan pada hipotensi.
ekstremitas seperti b. Kondisi kulit
dingin, nyeri, dipengaruhi oleh
pembengkakan kaki. sirkulasi, nutrisi, dan
immobilisasi.
41
D. IMPLEMENTASI.
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
(Perry & Potter, 2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri
dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres
hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk
mengatasi masalah klien.
E. EVALUASI.
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi
kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau
kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan
yang terjadi pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue
sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
42
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda
vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakitnya.
9. Discard planning
43
BAB II
Skema
1
DAFTAR PUSTAKA
Asuhan keperawatan pada LITA KRESTI NOVALIANA Fakultas Ilmu kesehatan UMP 2016
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika.
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
2
FORM PENILAIAN LAPORAN/PAPER
NO ITEM PENILAIAN 5 4 3 2 1
1 Penulisanlaporansesuai format yang diberikan
2 Menjelaskankelengkapan data terkait topic
3 Kesesuaian topic dengan data penunjang
4 Menjelaskanisi topic secarajelasdanrinci
5 Menampilkan data terbaru
6 Menampilkan critical analisisterhadap topic
7 Memberikan literature/referensi yang
adekuatberdasarkan evidence
8 Menyimpulkan topic secarajelasdanrinci
9 Menggunakanpenulisan yang benar (EYD)
dankesalahanpenulisan
10 Menampilkankonsistensipenulisan (topic,
3
tujuandanevaluasi)
Total Skor
NilaiAkhir
KeteranganAngka:
5 :Eexcellent 2 : Below Average
4 : Good 1 : Unsatisfied
3 : Average
Comments:………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Instruktur,
4
5