Pengertian
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65).
Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang
ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi
zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli
terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu
keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan
mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007:726).
B. Penyebab
Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia
30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan
pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011:108)
D. Patofisiologi
Zat pembentuk batu dapat mempercepat dalam kencing jika batas solvabilitas
terlampaui. Dalam jangkauan metastabil yang diduga, pengembangan batu mulia
mungkin tidak terjadi sama sekali atau hanya berlanjut secara bertahap, meskipun
susunannya sangat mendalam. Meskipun demikian, dengan asumsi peningkatan fokus
melewati jangkauan metastabil, kristalisasi terjadi, melarutkan permata yang telah
terbentuk bisa saja terjadi dengan menurunkan fiksasi di bawah jangkauan metastabil.
Menurut Silbernagl (2007), campuran paling terkenal yang ditemukan pada
batu ginjal adalah kalsium oksalat (sekitar 70%), kalsium fosfat atau
magnesiumamonium fosfat (sekitar 30%), dan xantin atau sistin ( 100%) pada
peningkatan filtrasi dan pelepasan batu zat-zat penghantar akan mendorong fiksasi
yang meluas di batu. plasma.
Selanjutnya, hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat perluasan konsumsi
usus dan aktivasi dari tulang, misalnya jika ada kelebihan PTH atau kalsitriol.
Hiperkalsemia dapat disebabkan oleh ketidakteraturan metabolisme dalam pemecahan
asam amino atau melalui perluasan asimilasi dalam susu. Hiperurisemia terjadi karena
pasokan yang berlebihan, campuran baru yang meluas, atau kerusakan purin yang
meluas, batu xantin dapat terjadi jika perkembangan purin sangat meluas dari
pemecahan xantin purin menjadi korosif urat terhambat. Meskipun demikian, xantin
lebih pelarut daripada korosif urat, sehingga batu xantin lebih jarang terjadi.
Struktur batu ginjal di tubulus ginjal dan kemudian berdiam di kelopak,
infidibulum, pelvis ginjal, dan bahkan dapat mengisi panggul, seperti kelopak seluruh
ginjal. batu yang mengisi pyelum dan beberapa kali ginjal memberikan gambaran
taring rusa yang diduga batu starghon, penyimpangan atau pemeriksaan pada
kerangka pelvis ginjal (penyempitan infidibulum dan stenosis uretropelvis) bekerja
dengan perbaikan batu ginjal.
Batu yang tidak terlalu besar digerakkan oleh peristaltik otot rangka panggul
dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Gerak peristaltik ureter mencoba untuk 8
memasukkan batu ke dalam kandung kemih. Batu yang kecil (> 5 mm) secara
keseluruhan dapat lewat dengan cepat, sementara yang lebih besar secara teratur tetap
berada di ureter dan menyebabkan respons yang berapi-api, dan menyebabkan
penyumbatan konstan sebagai hidronefrosis. menyebabkan anomali primer pada
banyak saluran kemih bagian atas.
Hambatan di ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di
pileum dapat menyebabkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat
menyebabkan kaliumektasis di kaliks yang dimaksud. Kapanpun disertai dengan
penyakit opsional, dapat menyebabkan pyonefrosis, urosepsis, bisul ginjal, sakit
perinefrik, kanker paranephric, atau pieloneferitis. Dalam kondisi mutakhir kerusakan
ginjal dapat terjadi dan jika mengenai kedua sisi dapat menyebabkan gagal ginjal
yang berkepanjangan. Keadaan batu ginjal memberikan masalah keperawatan pada
pasien reaksi yang berbeda terhadap hambatan, kontaminasi, dan kejengkelan.
(Raufandita, 2019)
E. Pathway Keperawatan
Obstruksi/Penyumbatan di ginjal
Nyeri akut
Intoleransi Aktivitas
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang
dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G.
Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian
diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini
disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering
dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan
gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang
kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama.
Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi
bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk
penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas
anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan
yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
G. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis,
yaitu:
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologi
1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
2) USG abdomen
3) PIV (Pielografi Intravena)
4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2008:61)
H. Pengkajian Fokus
1. Penkajian
Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
status kesehatan klien saat ini.
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,
diagnose medis, dan tanggal medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri
dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.
3) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :
a) Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa
ke RS.
b) Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal.Menurut Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran
kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat
penyakit bedah usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium,
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin D.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan
dari orang tua.
d) Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana
perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian
psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya
pengkajian psikososialspiritual yang seksama.
2. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan pada pasien dengan
diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal
dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena
adanya luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi abdominal,
penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013:187).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena
adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit
karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan
bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di
rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan
dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi
sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang
positif jika stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan
dapat sembuh.
3. Pemeriksaan Fokus Fisik
Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasisdidapatkan
adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan,
keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi : Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien
terlihat mual dan muntah.
b. Palpasi : Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa
kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi : Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
2. Risiko Infeksi
3. Nyeri Akut
4. Intoleransi Aktivitas
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh
J. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Intervensi
No Tujuan & Kriteria Hasil
Keperawatan Keperawatan
1 Ansietas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
selama 3 x 24 jam, maka tingkat ansietas Observasi
menurun, dengan kriteria hasil: Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi,
1. Verbalisasi kebingungan menurun waktu, stresor)
2. Verbalisasi khawatir akibat Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
kondisi yang dihadapi menurun Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
3. Perilaku gelisah menurun Terapeutik
4. Perilaku tegang menurun Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
5. Konsentrasi membaik kepercayaan
6. Pola tidur membaik Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika
perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Aprillia, Tubagus, V., & Loho, E. (2017). Profil CT-Scan Non-kontras pada Penderita
Nefrolitiasis di Bagian Radiologi FK Unsrat / SMF Radiologi RSUP Prof . Dr . R . D .
Kandou. Jurnal E-Clinic (ECl), 5, 2–6.
Aslim, O., Utomo, N. B., Prasidja, N., Prasetyo, R. B., Aslim, O., Utomo, N. B.,
Prasidja, N., & Prasetyo, R. B. (2014). Original Article Dari Dua Sentimeter Di
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Tahun 2011-2014 Treatment of
Kidney Stone With Stone Burden More Than Two Centimeters in Gatot Soebroto
Indonesia Army Central Hospital in 2011-2014.
Fikriani, H., & Wardhana Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran JlRaya Bandung
Sumedang Km, Y. W. (2018). Alternatif Pengobatan Batu Ginjal Dengan Seledri. 16,
531–539.
Hadibrata, E., Tjahjo, M. D., Fadli, M. Y., Priyono, A. H., Spesialis, D., Urologi, B.,
Kedokteran, F., Lampung, U., Umum, D., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2020).
Efikasi dan Keamanan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL ) tipe
Piezoelektrik Pada Pasien Batu Ginjal The Efficacy and Safety of Piezoelectric Type
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL ) as Management of Kidney Stone
Patients. 4, 122–127.
Hasanah, U. (2016). Mengenal Penyakit Batu Ginjal. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera,
14(28), 76–85. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/view/4698/4129
Mayasari, D., & Wijaya, D. C. (2020). Faktor Paparan Sinar Matahari dan
Hiperkalsiuria 40 sebagai Faktor Risiko Pembentukan Batu Ginjal pada Pekerja
Agrikultur. J Agromedicine Unila |, 7(1), 13–18.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/2774
Nursalam. (2011). asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perkemihan.
155–168.
Ridwan, M. S., Timban, J. F. J., & Ali, R. H. (2015). Gambaran Ultrasonografi Ginjal
Pada Penderita Nefrolitiasis Dibagian Radiologi Fk Unsrat Blu Rsup Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Periode 1 Januari – 30 Juni 2014. E-CliniC, 3(1).
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.6828
Samita, L. (2018). Program studi d iii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan
perintis padang tahun 2018. 1–104.
Wira Citerawati SY, Y., Nurjanah Widiastuti, E., & Ayu Hapsari, R. (2018). Faktor
Risiko Pasien Batu Ginjal Rawat Jalan RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
Jurnal Vokasi Kesehatan, 4(2), 97. https://doi.org/10.30602/jvk.v4i2.140