Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS

OLEH :

NI PUTU THEA RESCA SABRINA

2014901135

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2022
LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS

A.     KONSEP DASAR


1.   Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, struvit dan sistin). Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana
terdapat satu atau lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan
penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih .
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011). Mary Baradero
mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal,
yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam
kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu
keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011). Batu ginjal adalah
terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir bersama urine
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal
atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran
perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada
bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses
perkemihan.

3.   Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada usia
30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila
jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet
banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau
terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan
pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Idiopatik

4. Pathway Nefrolitiasis
Infeksi saluran kemih kronik. Gangguan metabolism (paratiroidisme,
Hiperuresemia, hiperkalsiuria). Dehidrasi. Benda asing. Jaringan mati.
Inflamasi usus. Masukan vitamin D yang berlebihan.

Pengendapan garam mineral. Infeksi.


Mengubah pH urin dari asam menjadi
alkalis.

Pembentukan batu di ginjal (Nefrolitiasis)

Obstruksi/Penyumbatan di ginjal

Inflamasi/Peradangan Peningkatan distensi abdomen Kurang pengetahuan

Resiko infeksi Anoreksi Cemas


a

Rangsangan terhadap Output berlebihan


mediator reseptor nyeri

Ketidak seimbangan nutrisi


Presepsi nyeri kurang dari kebutuhan tubuh

Nyeri akut

Intoleransi Aktivitas
5. Gambaran klinis
Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :
a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana
batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari
hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama
timbul pada costovertebral.
b. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena
adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis
ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih: demam dan menggigil.
e. Gejala gastrointestinal, meliputi:
1) Mual
2) Muntah
3) Diare
6. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2011) komplikasi yang disebabkan dari
batunefrolitiasis adalah:
a. Sumbatan: akibat pecahan batu
b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007).
7. Test Diagnostik
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa
nefrolitiasis, yaitu :
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologi
1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
2) USG abdomen
3) PIV (Pielografi Intravena)
4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2008)
9. Penatalaksanaan
a.    Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu
yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin
G. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian
diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b.    Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal.
Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling
sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
c.     Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat
gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode
utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien.
Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap
bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap
abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi                          : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi   : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi                     : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi                         : jika batu berada di kandung kemih

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.    Pengkajian
Menurut Asmadi pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini.
Pengumpulan data pada klien dengannefrolitiasis :
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,
diagnose medis, dan tanggal medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri
dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.
Tabel  2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST
Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri,
Incident tetapi pada beberapa kasus di dapatkan bahwa pada
perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau
berbaring berubah ke posisi duduk atau melakukan
fleksi pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.
Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik
pain ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos system kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi akibat
peregengan kapsul ginjal karena terjadi terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila nyeri

 mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri


diseluruh area kostovertebral dan keluhan
gastrointestinal seperti mual dan muntah. Diare dan
ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex retrointestinal dan
proksimitas anatomi ginjal ke lambung, pankreas dan
usus besar.
Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan
radiation, keluhan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
relief menyebar ke paha dan genetalia. Pasien merasa ingin
berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.
Keluhan ini disebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal
dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
ke bawah mendekati kandung kemih, sedangkan pada
pria mendekati testis.
Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4
(scale) of dan pasien akan menilai seberapa jauh yang dirasakan.
pain 0= Tidak ada nyeri
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
4= Nyeri berat sekali/tak tertahan

Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada


pada posisi 3 di rentang 0-4 pengkajian skala nyeri.

Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah gejala


timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga.
Tanyakan apakah gejala-gejala timbul secara terus
menerus atau hilang timbul (intermiten). Tanyakan apa
yang sedang dilakukan pasien pada waktu gejala timbul.
Lama timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut
pertama kali timbul dan usahakan menghitung
tanggalnya seteliti mungkin. Misalnya, tanyakan kepada
pasien apa yang pertama kali dirasakan tidak biasa atau
tidak enak
3. Riwayat Kesehatan
Menurut (http://perawathati.blogspot.com) riwayat kesehatan di bagi
menjadi 3 yaitu :
1. Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor
yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di
bawa ke RS.
2. Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal.Menurut Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran
kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat
penyakit bedah usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium,
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin D.
3. Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
4. Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan
bagaimana perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112)
pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan
pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini,
yang menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososialspiritual yang
seksama.
2.      Pola-pola Fungsi Kesehatan
Menurut (http://perawathati.blogspot.com) pengkajian pola-pola fungsi
kesehatan pada pasien dengan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
a.    Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal
dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b.    Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena
adanya luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi abdominal,
penurunan bising usus .
c.    Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena
adanya luka pada ginjal.
d.    Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit
karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.
e.    Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
adanya penyakitnya.
f.     Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan
bagaimana dilakukan operasi.
g.    Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di
rumah sakit.
h.    Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan
dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi
sexual.
i.     Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada
gangguan.
j.     Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif
jika stress muncul.
k.    Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan
dapat sembuh.
3.      Pemeriksaan Fisik Fokus
Pada pemeriksaan fokus nefrolitiasisdidapatkan adanya perubahan TTV sekunder
dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi
urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat
mual dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus
dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan
ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Risiko Infeksi
c. Nyeri Akut
d. Intoleransi Aktivitas
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh
5. Rencana Tindakan Kepertawatan

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang


dengan selama menenangkan
Faktor keturunan, Krisis ……………..............klien 2. Nyatakan dengan jelas
situasional, Stress, kecemasan teratasi dgn harapan terhadap pelaku
perubahan status kesehatan, kriteria hasil: pasien
ancaman kematian,  Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur
perubahan konsep diri, mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
kurang pengetahuan dan mengungkapkan selama prosedur
hospitalisasi gejala cemas 4. Temani pasien untuk
 Mengidentifikasi, memberikan keamanan
DO/DS: mengungkapkan dan dan mengurangi takut
 Insomnia menunjukkan tehnik 5. Berikan informasi faktual
 Kontak mata kurang untuk mengontol mengenai diagnosis,
 Kurang istirahat cemas tindakan prognosis
 Berfokus pada diri  Vital sign dalam batas 6. Libatkan keluarga untuk
sendiri normal mendampingi klien
 Iritabilitas  Postur tubuh, ekspresi 7. Instruksikan pada pasien
 Takut wajah, bahasa tubuh untuk menggunakan
 Nyeri perut dan tingkat aktivitas tehnik relaksasi
 Penurunan TD dan menunjukkan 8. Dengarkan dengan penuh
denyut nadi berkurangnya perhatian
 Diare, mual, kelelahan kecemasan 9. Identifikasi tingkat
 Gangguan tidur kecemasan
 Gemetar 10. Bantu pasien mengenal
 Anoreksia, mulut kering situasi yang menimbulkan
 Peningkatan TD, denyut kecemasan
nadi, RR 11. Dorong pasien untuk
 Kesulitan bernafas mengungkapkan perasaan,
 Bingung ketakutan, persepsi
 Bloking dalam 12. Kelola pemberian obat
pembicaraan anti cemas:........
 Sulit berkonsentrasi

Diagnosa
Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptif


keperawatan 2. Batasi pengunjung bila
Faktor-faktor selama…….................pasien perlu
risiko : tidak mengalami infeksi 3. Cuci tangan setiap sebelum
 Prosedur Infasif dengan kriteria hasil: dan sesudah tindakan
 Kerusakan  Klien bebas dari tanda dan keperawatan
jaringan dan gejala infeksi 4. Gunakan baju, sarung
peningkatan  Menunjukkan kemampuan tangan sebagai alat
paparan untuk mencegah pelindung
lingkungan timbulnya infeksi 5. Ganti letak IV perifer dan
 Malnutrisi  Jumlah leukosit dalam dressing sesuai dengan
 Peningkatan batas normal petunjuk umum
paparan  Menunjukkan perilaku 6. Gunakan kateter intermiten
lingkungan hidup sehat untuk menurunkan infeksi
patogen  Status imun, kandung kencing
 Imonusupresi gastrointestinal, 7. Tingkatkan intake nutrisi
 Tidak adekuat genitourinaria dalam batas 8. Berikan terapi
pertahanan normal antibiotik:...........................
sekunder ......
(penurunan Hb, 9. Monitor tanda dan gejala
Leukopenia, infeksi sistemik dan lokal
penekanan 10. Pertahankan teknik isolasi
respon k/p
inflamasi) 11. Inspeksi kulit dan
 Penyakit kronik membran mukosa terhadap
 Imunosupresi kemerahan, panas, drainase
 Malnutrisi 12. Monitor adanya luka
 Pertahan primer 13. Dorong masukan cairan
tidak adekuat 14. Dorong istirahat
(kerusakan 15. Ajarkan pasien dan
kulit, trauma keluarga tanda dan gejala
jaringan, infeksi
gangguan 16. Kaji suhu badan pada
peristaltik) pasien neutropenia setiap 4
jam

Diagnosa
Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri


berhubungan dengan: tinfakan keperawatan secara komprehensif termasuk
Agen injuri (biologi, selama lokasi, karakteristik, durasi,
kimia, fisik, …........................... frekuensi, kualitas dan faktor
psikologis), kerusakan Pasien tidak mengalami presipitasi
jaringan nyeri, dengan kriteria 2. Observasi reaksi nonverbal
hasil: dari ketidaknyamanan
DS:  Mampu mengontrol 3. Bantu pasien dan keluarga
 Laporan secara nyeri (tahu penyebab untuk mencari dan
verbal nyeri, mampu menemukan dukungan
menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti
untuk mengurangi suhu ruangan, pencahayaan
DO: nyeri, mencari dan kebisingan
 Posisi untuk bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi
menahan nyeri  Melaporkan bahwa nyeri
 Tingkah laku nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
berhati-hati dengan untuk menentukan intervensi
 Gangguan tidur menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik non
(mata sayu, manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
tampak capek,  Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
sulit atau gerakan nyeri (skala, hangat/ dingin
kacau, intensitas, frekuensi 8. Berikan analgetik untuk
menyeringai) dan tanda nyeri) mengurangi nyeri:
 Terfokus pada diri  Menyatakan rasa …….......................................
sendiri nyaman setelah nyeri 9. Tingkatkan istirahat
 Fokus menyempit berkurang 10. Berikan informasi tentang
(penurunan  Tanda vital dalam nyeri seperti penyebab nyeri,
persepsi waktu, rentang normal berapa lama nyeri akan
kerusakan proses  Tidak mengalami berkurang dan antisipasi
berpikir, gangguan tidur ketidaknyamanan dari
penurunan prosedur
interaksi dengan 11. Monitor vital sign sebelum
orang dan dan sesudah pemberian
lingkungan) analgesik pertama kali
 Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
menemui orang
lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
 Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
 Perubahan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah
ke kaku)
 Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Observasi adanya


Berhubungan dengan : tindakan keperawatan pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau selama melakukan aktivitas
imobilisasi …..................... ....Pasien 2. Kaji adanya faktor yang
 Kelemahan bertoleransi terhadap menyebabkan kelelahan
menyeluruh aktivitas dengan Kriteria 3. Monitor nutrisi  dan sumber
 Ketidakseimbangan Hasil : energi yang adekuat
antara suplei  Berpartisipasi dalam 4. Monitor pasien akan
oksigen dengan aktivitas fisik tanpa adanya kelelahan fisik dan
kebutuhan disertai peningkatan emosi secara berlebihan
Gaya hidup yang tekanan darah, nadi 5. Monitor respon
dipertahankan. dan RR kardivaskuler  terhadap
DS:  Mampu melakukan aktivitas (takikardi,
 Melaporkan secara aktivitas sehari hari disritmia, sesak nafas,
verbal adanya (ADLs) secara mandiri diaporesis, pucat,
kelelahan atau  Keseimbangan perubahan hemodinamik)
kelemahan. aktivitas dan istirahat 6. Monitor pola tidur dan
 Adanya dyspneu atau lamanya tidur/istirahat
ketidaknyamanan pasien
saat beraktivitas. 7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
DO : seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
 Respon abnormal mengidentifikasi aktivitas
dari tekanan darah yang disukai
atau nadi terhadap 13. Bantu klien untuk membuat
aktifitas jadwal latihan diwaktu
 Perubahan ECG : luang
aritmia, iskemia 14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual

Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari keperawatan makanan
kebutuhan tubuh selama….................nutrisi 2. Yakinkan diet yang
Berhubungan dengan : kurang teratasi dengan dimakan
Ketidakmampuan untuk indikator: mengandung tinggi
memasukkan atau  Albumin serum serat untuk mencegah
mencerna nutrisi oleh  Pre albumin serum konstipasi
karena faktor biologis,  Hematokrit 3.

psikologis atau  Hemoglobin 4. Ajarkan pasien


ekonomi.  Total iron binding bagaimana membuat
DS: capacity catatan makanan
 Nyeri abdomen  Jumlah limfosit harian
 Muntah 5. Monitor adanya
 Kejang perut penurunan BB dan
 Rasa penuh tiba- gula darah
tiba setelah makan 6. Monitor lingkungan
selama makan
7. Jadwalkan
pengobatan  dan
tindakan tidak selama
jam makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
DO: kekeringan jaringan
 Diare konjungtiva
 Rontok rambut 12. Monitor intake
yang berlebih nuntrisi
 Kurang nafsu 13. Informasikan pada
makan klien dan keluarga
 Bising usus tentang manfaat
berlebih nutrisi
 Konjungtiva pucat 14. Kolaborasi dengan
 Denyut nadi lemah dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
15. Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak
minum
18. Pertahankan terapi
IV line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oval

Anda mungkin juga menyukai