TESIS
Oleh:
SITI SAODAH
157046006 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
THESIS
By:
SITI SAODAH
157046006/ MEDICAL SURGICAL NURSING
TESIS
Oleh
SITI SAODAH
157046006/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Telah Diuji
Abstrak
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak.Oleh karena
itusaya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepadaDr.dr.Imam Budi Putra,
MHA, Sp.KK selaku Dosen Pembimbing I dan Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns.,
M.Kep, Sp.KMB, selaku Dosen PembimbingII yang telah banyak memberikan
pengetahuan, bimbingan dan motivasi kepada saya dalam mengerjakan tesis ini.
Rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D, selakuKetua Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Jenny Marlindawani Purba, S.Kp., MNS., Ph.D, selaku Dosen Penguji I yang
memberikan masukan dan saran-saran yang membangun dalam penyusunan
tesis ini.
5. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun terhadap penyusunan
tesis ini sehingga tesis ini menjadi lebih baik.
6. Seluruh dosen Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara minat studi Keperawatan Medikal
Bedah yang telah banyak memberikan pengetahuan selama saya menempuh
perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Direktur RSUD dr. R.M. Djoelham Binjai beserta jajarannya dan juga kepada
rekan-rekan perawat yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini.
8. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Suami sayayang selalu
menjadi penyemangat selama menempuh perkuliahan (terima kasih untuk
pengertian kalian sayang). Tak lupa rasa terima kasih saya untuk kedua orang
tua tercinta (Alm. Abah&Mamak) dan ayah dan ibu mertua yang setia
menunggu dari tahun ke tahun agar saya melanjutkan studi ini. Semoga kalian
tetap sehat dan selalu dalam lindunganNya.
Akhirnya, rasa terima kasih saya juga untuk teman-teman seperjuangan di
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Angkatan V 2015/2016 dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk
menyelesaikan tesis ini.
Binjai, Desember 2019
Hormat saya,
Siti Saodah
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR KOMISI PENGUJI
PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
berakibat pada peningkatan ureum. Pasien gagal ginjal kronis tidak bisa
peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black &
Hawks, 2014).
lebih dari 3 bulan akan menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik (GGK). Gagal
ginjal kronik yang dapat menimbulkan gejala klinis pada berbagai sistem tubuh,
salah satunya adalah kelainan pada kulit (Masmoudi, Houria, Hanbali, &
Masmoudi, 2014).
dunia. Menurut United State Renal Data System (2013) di Amerika Serikat
Diperkirakan lebih dari 20 juta (lebih dari 10%) orang dewasa di Amerika Serikat
mengalami penyakit ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal di dunia per
tahun meningkat sebanyak lebih dari 50% (USRDS, 2013). Data di dunia
rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun sebesar 4,9% pada tahun 1983; 7,2%
pada tahun 2002; 20% pada tahun 2012 (James & Ortiz, 2014). Peningkatan
insidensi terjadi bukan hanya pada penderita gagal ginjal akut saja begitu juga pada
gagal ginjal kronik. Menurut data WHO (2012), penduduk dunia lebih dari 500 juta
mengalami gagal ginjal kronis dan sekitar 1,5 juta penduduk menjalani terapi
(Kemenkes RI, 2013). Data Indonesian Renal Registry tahun 2014 menunjukkan
bahwa seluruh pasien yang didiagnosa penyakit ginjal sebesar 87%. Di Sumatera
Utara, diperkirakan sekitar 392 pasien yang didiagnosa gagal ginjal tahap akhir.
menjalani terapi hemodialisis dari tahun 2007 sampai 2012 yakni 6862 pada tahun
2007, tahun 2008 sebanyak 7328 penderita, tahun 2009 sebanyak 12.900 penderita,
2010 sebanyak 14.833 penderita, 2011 sebanyak 22.304 penderita dan 2012
penurunan fungsi ginjal dan penimbunan sisa metabolisme protein yang disebut
berkembang secara paralel dengan penurunan fungsi ginjal. Uremik lebih sering
berkembang dengan penyakit ginjal kronik tapi juga bisa terjadi dengan gagal ginjal
akut jika hilangnya fungsi ginjal dengan cepat (Alper & Shenava, 2014). Salah satu
masalah yang sering muncul dalam GGK adalah gangguan integritas kulit seperti
gatal-gatal (pruritus), kulit kering (xerosis) dan kulit belang (skin discoloration)
yang mempengaruhi 50% - 90% dari pasien dialisis peritoneal atau hemodialisis,
gejala mulai dari ringan sampai parah sesuai dengan stadium akhir penyakit ginjal.
Srinivas (2013) menunjukkan bahwa 80% pada 100 pasien HD mengeluh masalah
kulit dengan temuan umum xerosis 79%, pucat 60%, pruritus 53% dan pigmentasi
kulit 43%. Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang sangat mengganggu
Lynde & John (2010) mengatakan bahwa xerosis terjadi pada pasien dialisis
dengan persentase 50-75% dengan keluhan kulit kering atau kasar. Xerosis ditandai
ekstremitas. Kondisi ini dapat membuat sangat tidak nyaman karena menyebabkan
bertambahnya celah di kulit, ulcer, iritasi, dermatitis ataupun alergi (Alper &
Shenava, 2014). Hal ini juga penyebab utama terjadinya suatu infeksi (seperti
penyembuhan luka pada pasien penyakit ginjal stadium lanjut ini meningkatkan
risiko infeksi (Lynde & John, 2010). Salah satu penatalaksanaan pasien Gagal
Ginjal Kronik (GGK) yaitu pengobatan segera terhadap infeksi untuk mencegah
infeksi sampai keginjal karena pada penderita GGK terjadi penurunan imunitas
faktor pelembab alami di stratum korneum. Xerosis pertama kali ditandai dengan
gejala kekeringan pada permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan rasa tidak
nyaman. Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak dan
menimbulkan masalah yang cukup serius bila tidak ditangani sejak dini. Jika
kedalaman pecahan tersebut cukup dalam hingga lapisan dermis akan menimbulkan
perdarahan yang memicu infeksi oleh jamur dan bakteri (Pray & Pray, 2009).
pada pasien gagal ginjal akhir yang menjalani hemodialisa (Nahid, 2010). Pruritus
atau gatal-gatal merupakan gejala yang paling umum dari penyakit ginjal stadium
lanjut. Penderita dengan gagal ginjal kronis, 15-49% mengalami pruritus dan
mereka yang menjalani dialisa 50-90%. Gagal ginjal akut, pruritus sangat jarang
ditemui. Prevalensinya sedikit lebih besar pada pasien hemodialisa yaitu 42% dan
pada pasien dialisis peritoneal 32% (Lynde & John, 2010). Pruritus tidak memiliki
hubungan yang konsisten dengan usia, jenis kelamin, ras atau penyakit yang
diderita. Pruritus mungkin muncul beberapa waktu atau menetap, tempatnya bisa
lokal atau menyeluruh, dan tingkat pruritusnya bisa ringan atau berat. Jika pruritus
ini digaruk dalam jangka lama dapat menyebabkan berbagai lesi pada kulit (Nunley
& Lerma, 2011). Pruritus juga dapat menimbulkan suatu sensasi yang tidak
atau sensasi iritasi yang tidak nyaman di kulit, yang dapat menyebabkan terjadinya
suatu infeksi apabila tidak segera ditangani (Mettang & Weisshaar, 2010).
Perawatan kulit, pertama dengan menjaga kulit agar tetap bersih dan kering,
& Ginting (2017) salah satu intervensi dalam menjaga integritas kulit adalah dengan
cara memberikan pelembab lubrikan seperti lotion, krim dan salep rendah alcohol
yang lebih simpel belum dapat dijelaskan. Penggunaan Virgin Coconut Oil dapat
VCO diyakini baik untuk kesehatan kulit karena mudah diserap kulit dan
alamiah dan membantu menjaga kelembaban kulit serta baik digunakan untuk kulit
yang kering, kasar dan bersisik. VCO mengandung medium chain fatty acids (MCFA)
yang mudah masuk ke lapisan kulit dalam dan mempertahankan kelenturan serta
VCO mengandung komposisi: asam lemak jenuh yang terdiri dari: (Asam
Palmitat 7,5–10,0), (Asam Kaprilat 5,0-10,0), (Asam Kaproat 0,4-0,6). Asam lemak
tidak jenuh terdiri dari: (Asam Oleat 1,0–2,5), (Asam Palmitoleat 2,0–4,0). Asam
laurat dalam tubuh akan diubah menjadi monolaurin. Hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa monolaurin bersifat anti virus, anti bakteri dan anti
jamur. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam VCO bersifat
coconut oil loaded solid lipid particles (VCO-SLPs) on skin hydration and skin
elasticity” yang dilakukan oleh Mohamed, Aziza, Sarmidia, & Aziza (2013) di
virgin coconut oil sebesar 20% ditemukan efektif dalam meningkatkan kelembaban
kulit dan meningkatkan elastisitas kulit. Ada 24,8% peningkatan kelembaban kulit
kelembaban kulit.
Kelembaban Kulit Penderita Uremic Pada Pasien Hemodialisa di RSUD Dr. RM.
Rumusan Masalah
Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Kelembaban Kulit
Tujuan Khusus
kelompok intervensi.
kelompok kontrol.
kelompok intervensi.
kelompok kontrol.
kontrol sesudah diberi VCO dan lotion di RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai.
Hipotesis
Ada pengaruh virgin coconut oil (VCO) terhadap kelembaban kulit pasien
Manfaat Penelitian
kulit kering yang diakibatkan efek dari hemodialisa. Dan pasien dapat melakukan
perawatan secara mandiri di rumah untuk menjaga kelembaban kulit kering akibat
uremik.
kulit kering yang diakibatkan efek dari hemodialisa. Dan keluarga dapat melakukan
perawatan secara mandiri di rumah untuk menjaga kelembaban kulit kering akibat
uremik.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk
Penelitian ini bermanfaat untuk menguji salah satu jenis perawatan kulit yaitu
perawatan kulit dengan memberikan VCO secara topikal sebagai intervensi mandiri
keperawatan dalam menjaga kelembaban kulit kering penderita uremic. Penelitian ini
juga dapat menjadi awal bagi penelitian selanjutnya baik yang berkaitan dengan manfaat
VCO maupun menjaga kelembaban kulit penderita Uremik dengan Quasi Eksperimental
design (pre test dan post test with control group design).
Gambaran Uremik
Definisi
secara paralel dengan penurunan fungsi ginjal. Penyakit ginjal kronis (chronic
kidney disease) lebih sering berkembang menjadi uremia terutama stadium lanjut
CKD, tetapi juga dapat terjadi dengan gagal ginjal akut (AKI) jika hilangnya fungsi
ginjal dengan cepat. Belum ada uremik toksik tunggal yang telah di identifikasi
(Alper & Shenava, 2014). Disebut Uremia bila kadar ureum didalam darah di atas
penurunanlaju filtrasi glomerulus (LFG) < 10-15 ml/menit (Tao & Kendall, 2014).
Etiologi
klinis secara bersamaan, yang disebut sebagai sindrom uremia (Suwitra, 2015).
Penyebab dari uremia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu prerenal, renal, dan
23
postrenal. Uremia pre renal disebabkan oleh gagalnya mekanisme sebelum filtrasi
2015). Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (gagal ginjal kronis/chronic renal
failure atau juga pada kejadian gagal ginjal akut/acute renal failure apabila fungsi
ginjal menurun dengan cepat) yang dapat menyebabkan gangguan ekskresi urea
sehingga urea akan tertahan di dalam darah, hal ini akan menyebabkan intoksikasi
oleh urea dalam konsentrasi tinggi yang disebut dengan uremia. Sedangkan uremia
post renal terjadi oleh obstruksi saluran urinary di bawah ureter (vesica urinaria
atau urethra) yang dapat menghambat ekskresi urin. Obstruksi tersebut dapat
Gejala Klinis
dan perasa, haid gelisah, gangguan tidur, koma, berkurangnya membran potensial
otot (Tjokroprawiro, 2014). Sedangkan pada sistem endokrin dan metabolik itu
biasanya dapat terjadi amenore dan disfungsi seksual, penurunan suhu tubuh,
perubahan level asam amino, penyakit tulang karena retensi fosfat hyper
Gejala klinis lain yang mungkin dapat terjadi anatara lain serositis
eritropoetin dan usia sel darah merah yang singkat disfungsi granulosit dan limfosit,
Komplikasi
Anemia
sistem hematopoesis yang berakibat pada penurunan jumlah sel darah merah dan
cerebral blood flow, sebagai kompensasi pemenuhan kebutuhan oksigen bagi otak
Trombositopenia
risiko perdarahan. Trombosit tidak dapat lagi membentuk bekuan sehingga tidak
terjadi agregasi trombosit. Akibatnya akan timbul perdarahan dari hidung, diare
berdarah, atau bias juga perdarahan di bawah kulit. Efek samping penggunaan anti
hypertensive agents captopril dan pemberian anti koagulan heparin yang lama
(Thiagarajan, 2009).
Gizi Buruk
asupan nutrisi dan menghasilkan status gizi buruk yang akhirnya meningkatkan
Hiperamonemia
Ureum secara tipikal diangkut dari hati ke ginjal tempat ureum tersebut
ureum dan karena itu enzim usus urease mengubah ureum tambahan menjadi
Resistensi Insulin
terjadi resistensi insulin. Aktivitas fisik mengurangi kerja insulin, pada pasien
Pengertian
sebagai barier terhadap segala bentuk trauma dari luar baik fisik, mekanik maupun
kimiawi. Di samping itu pula sebagai penutup tubuh yang bernilai estetika dengan
tampilan yang nampak halus, lembut dan berkilat. Pada keadaan tertentu kulit
Peran kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar air yang berada dalam
lapisan dermis memiliki kadar air berkisar 80%. Tetapi pada bagian teratas lapisan
epidermis terdapat lapisan keratin yang hanya memiliki kadar air antara 10-30%.
Kandungan air sangat menentukan elastisitas bagian atas kulit sehingga kulit akan
tampak lembut, halus, dan bercahaya. Tekstur kulit yang lembab terlihat lebih tebal
sehingga kulit terlihat lebih rata dan kerutan-kerutan pada kulit terangkat ke
penguapan air dengan kemampuan kulit menahan air, fungsi barier kulit juga
berperan. Oleh karena itu penting untuk mempertahankan kulit yang sehat dan
memperbaiki kulit kering untuk menjaga agar kulit terlihat sehat dan lembab
(Suwitra, 2015).
permukaan yang memiliki keseimbangan antara air dan lipida tertentu untuk
menjaga agar kulit tersebut tetap elastis dan tidak kasar. Lipid berfungsi menjaga
faktor pelembab alami tetap di dalam sel. Sehingga tidak terjadi penguapan air
secara berlebihan. Faktor pelembab alami terdiri dari asam amino, asam karboksilat
pirolidon, asam laktat dan urea (Loden, 2015). Lipid ini disusun oleh seramid
sebanyak 40%, kolesterol 25% dan asam lemak bebas 10-15%, diikuti dengan
sejumlah kecil trigliserida dan ester stearil (Miller, Tadagavadi, Ramesh, & Reeves,
2010). Bila kandungan lipid berkurang maka kelembaban akan menurun berakibat
terdalam dari stratum korneum mengandung banyak air tetapi pada lapisan terluar
karena efek samping dari toksin eksogen atau senyawa endogen dari stratum
mencapai kadar kelembaban kurang dari 10% di stratum korneum. Hal ini terjadi
kulit akan mengeras, memerah dan berkembang menjadi retak. Bila retakan
menjadi melebar dan semakin dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan
dapat berakibat perdarahan yang akan memicu infeksi. Kondisi ini dapat terjadi
lebih parah pada daerah tubuh yang dengan relatif sedikit kelenjar minyak seperti
sentuhan dan sensori. Pengamatan visual ditunjukkan oleh kulit yang mengalami
sentuhan ditunjukkan oleh kulit yang terasa kasar dan ganjil ketika disentuh.
Pengamatan sensori ditunjukkan oleh kulit yang dirasakan kering tidak nyaman,
fisiologi, genetik, atopik eczema, psoriasis, dan ichryosis (Loden, 2015). Selain
akan terjadi penurunan kohesi antar sel keratinosit berakibat ujung sel
keratinositakan menggulung dan muncul ruam pada kondisi kering. Jika berlanjut
akan terbentuk sisik, kulit yang berlapis-lapis dan permukaan kulit terasa kasar.
Penampilan kulit yang kasar menjadi suram karena kurang mampu merefleksikan
cahaya dibandingkan permukaan kulit yang halus. Kulit terasa kurang elastis
(pliable) dengan penarikan dan peregangan. Retakan dan pecahan akan muncul
Usia
Penurunan kelembaban kulit atau kering pada umumnya terjadi pada lansia,
yaitu pada usia 65 tahun keatas. Penurunan kelembaban kulit pada lansia
disebabkan oleh perubahan struktur lapisan kulit berupa perubahan komposisi lipid
kulit kehilangan kemampuan untuk melembabkan secara alami (Black & Hawks,
2014).
untuk melembabkan diri. Kondisi ini dapat juga disebabkan dari perubahan
metabolisme pada gagal ginjal kronik, yang saling berkaitan dengan perubahan
volume cairan dari pasien yang menjalani dialisis. Selain itu penurunan kelembaban
kulit pada penderita gagal ginjal juga disebabkan oleh kadar ureum yang tinggi,
sehingga terjadi penimbunan kristal urea di bawah permukaan kulit (Alam &
Hadibroto, 2008).
Menopause
kulit yang menyebabkan penurunan jumlah dan ukuran sebasea. Selain itu
esterogen juga menurunkan produksi dari sebum. Hal ini menyebabkan kulit
kehilangan kemampuan untuk melembabkan secara alami. Selain itu juga terjadi
proses fisiologis penuaan kulit (keratinosit bergerak perlahan dari lapisan basal
(Sawitri, 2009).
gagal ginjal kronik (Uhoda, 2015). Penurunan kelembaban pada kulit membawa risiko
timbulnya ulkus. Rangkaian kejadian yang khas dalam proses terjadinya ulkus dimulai
dari cedera pada jaringan lunak, pembentukan fisura antara jari-jari atau daerah kulit
yang mengalami penurunan kelembaban atau kering, atau pembentukan sebuah kalus
(Smeltzer & Bare, 2012). Clayton; Elasy (2010) juga mengatakan pada kulit yang
lewat epidermis dengan jalan memberikan bahan yang bersifat hidrasi (moisturizer)
yang larut dalam air atau pelumas (lumbricating) dan penutup (oclution) yang tidak
larut dalam air (Partogi, 2012). Penanganan yang dapat dilakukan pada kulit yang
kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit atau peningkatan kadar air secara aktif
ke kulit. Pengertian pelembab adalah bahan oklusif yang membantu hidrasi kulit
dengan cara melembabkan permukaan kulit dan menahan air di stratum corneum
dapat bekerja pada kulit normal maupun yang mengalami kelainan, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada umumnya. Efek dari pelembab
adalah melembabkan kulit, anti inflamasi, anti mitotik dan antri pruritus.
bahan yang larut dalam air, dinamakan faktor X atau faktor pelembab alami
Definisi
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang dibuat tanpa
sebagai bahan perawatan kulit dan rambut telah dilakukan oleh masyarakat
Indonesia secara turun temurun. Kelapa merupakan tanaman buah yang banyak
terdapat di Indonesia dan umumnya digunakan sebagai salah satu bahan masakan
baik dalam bentuk olahan daging buah kelapa segar maupun dibuat minyak untuk
keperluan memasak maupun merawat tubuh (Alamsyah, 2015). Olahan minyak dari
daging buah kelapa terdiri dari 2 jenis yaitu minyak yang diolah dari bahan baku
kopra (daging kelapa kering) dan minyak yang diolah dari bahan baku kelapa
segar/santan. Pengolahan dari bahan baku buah kelapa segar ini yang menghasilkan
minyak kelapa murni (virgin coconut oil). Pemanfaatan VCO dalam bidang
kesehatan terus diteliti berkaitan dengan sifat-sifat baik yang dimiliki VCO yang
Virgin coconut oil (VCO) diolah dengan minimal pemanasan atau tanpa
kelapa menjadi minyak goreng melalui pemanasan (Alamsyah, 2015). Amin (2009)
menyatakan pengolahan daging buah kelapa menjadi VCO dapat dilakukan dengan
Pada pengolahan cara ini, daging kelapa dikeringkan dengan cepat lalu
dipres hingga keluar minyaknya. Melalui cara ini akan diperoleh 90% minyak dan
10% air. Air yang terpisah dengan minyak dipisahkan sedangkan air yang
terkandung dalam minyak dipanaskan dengan cepat agar menguap (Amin, 2009).
Dengan Fermentasi
jam(Amin, 2009). Dengan cara ini akan diperoleh VCO dengan kualitas dan
zat-zat aktif seperti asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang mencapai 90%
dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) sebesar 10%. Kandungan lemak
tak jenuh inilah yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kandungan asam lemak
jenuh dalam VCO bisa mencapai 92% yang terdiri dari 48% sampai dengan 53%
asam laurat (C12), 1,5 – 2,5 % asam oleat dan asam lemak lainnya seperti 8%
asam kaprilat (C:8) dan 7% asam kaprat (C:10) (Lucida, Salman, & Hervian,
2008).
Vitamin E (Amin, 2009). Kandungan asam lemak (terutama asam laurat dan oleat)
dalam VCO, sifatnya yang melembutkan kulit. Disamping itu, VCO efektif dan
hidrasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Lucida et al., 2008).
Penelitian tentang manfaat VCO juga telah dilakukan oleh LIPI terutama
bagus untuk kulit namun belum diketahui pemanfaatan VCO sebagai obat
(Maharani, 2015). Namun demikian sebagai bahan campuran obat topikal VCO
perbedaan uji daya peningkat penetrasi obat antara VCO dan dhymetilsulfoxide
(DMSO) pada sediaan krim. Lucida et al. (2008) menyimpulkan VCO mampu
standar APCC (Asia Pasific Coconut Community). Selain itu, Siswono (2014) juga
menyatakan VCO diyakini baik untuk kesehatan kulit karena mudah diserap kulit
Sifat-sifat baik yang dikandung Marina Hand & Body Lotion yaitu Aqua
(water) 0,7%, lemak 0,79%, pelembab 0,90%, asam lemak jenuh 55%, vitamin B3
10%, alkohol berlemak 0,50%, mineral oil 0,80%, hydrolyzed milk (lac) protein
Biowhitening complex paduan dari vitamin B3 dan E, serta milk protein dan
pearl nutrient, menutrisi kulit sehingga tampak lebih melembabkan kulit &
sehingga kulit tampak lebih lembab serta cerah merata. Lotion harus digunakan
secara rutin, minimal dua kali dalam satu hari setelah mandi.
Virgin coconut oil sudah sejak lama digunakan untuk kulit agar tetap halus,
lembut dan mulus. Susunan molekular dari virgin coconut oil memberikan tekstur
lembut dan halus pada kulit. Minyak yang dioleskan pada kulit akan mempengaruhi
kulit menjadi kuat (Rindengan & Novarianto, 2014). Virgin coconut oil memiliki
banyak manfaat di bidang farmasi dan kesehatan. Virgin coconut oil juga memiliki
kandungan antioksidan dan pelembab yang sangat tinggi dimana antioksidan ini
berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Nilamsari,
2010). Kandungan antioksidan dari virgin coconut oil tidak mengalami kerusakan
dan masih lengkap dalam jumlah yang seimbang dengan pemanasan pada suhu 60-
Virgin coconut oil adalah minyak kelapa yang dihasilkan dari pengolahan
daging buah kelapa tanpa melakukan pemanasan atau dengan pemanasan suhu
rendah sehingga menghasilkan minyak dengan warna yang jernih, tidak tengik dan
terbebas dari radikal bebas akibat pemanasan. Lucida et al. (2008) menyatakan
virgin coconut oil mengandung 92% asam lemak jenuh yang terdiri dari 48-53%
asam laurat, 1,5-2,5% asam oleat, asam lemak lainnya seperti 8% asam kaprilat,
dan 7% asam kaprat. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam
Virgin coconut oil dapat diberikan sebagai bahan topical yang berfungsi
menjadi pelembab untuk mencegah kulit kering. Virgin coconut oil juga
memberikan nutrisi melalui proses penyerapan oleh kulit an sebagai pelumas untuk
mengurangi efek gesekan dan shear. Menurut Price (2013), dalam virgin coconut
sehingga jika digunakan sebagai pelindung kulit akan mampu melembutkan kulit.
fatty chain acid, asam lemak pada virgin coconut oil seperti semua minyak dieter
virgin coconut oil mengandung banyak asam lemak rantai menengah MCFA.
MCFA yang paling banyak terkandung dalam virgin coconut oil adalah asam laurat
langsung. Namun bakteri yang ada di atas kulit merubah trigliserida menjadi asam
lemak bebas. Sehingga terjadi penambahan asam lemak anti mikrobial pada kulit
kesimpulan bahwa emulsi pelembab dengan kandungan virgin coconut oil 38,04%
mampu menghasilkan emulsi krim yang relatif stabil dan pH mendekati nilai yang
diinginkan sebagai bahan pelembab kulit yaitu 5-8. Price (2013) menyatakan
dipakai secara topikal atau dipakai kedalam, minyak kelapa membantu kulit tetap
muda, sehat dan bebas dari penyakit. Asam lemak antiseptik pada virgin coconut
oil membantu mencegah infeksi jamur dan bakteri. Ketika dipakaikan langsung
pada kulit, asam lemak yang dikandung minyak kelapa tidak langsung berfungsi
sebagai anti mikroba namun akan bereaksi dengan bakteri-bakteri kulit menjadi
bentuk asam lemak bebas seperti yang terkandung dalam sebum (sebum
coconut oil loaded solid lipid particles (VCO-SLPs) on skin hydration and skin
elasticity” yang dilakukan oleh Mohamed et al. (2013) di Malaysia didapatkan hasil
pelembab lotion sarat dengan VCO-SLPs yang mengandung virgin coconut oil
kulit dalam penggunaan lotion kosong untuk durasi pemakaian 2 kali sehari selama
28 hari. Penelitian yang dilakukan Haak (2012) yang berjudul “Change in Moisture
and Fat Content of Skin Under The Application Of Callusan Extra Cream Mousse”
juga menyatakan bahwa rata-rata nilai kelembaban kulit kaki yang diukur dengan
moisture meter sebelum diberikan pelembab 32,2% dan setelah durasi aplikasi 3
pada kulit.
kelembaban kulit serta baik digunakan untuk kulit yang kering, kasar dan bersisik.
Virgin coconut oil mengandung MCFA yang mudah masuk ke lapisan kulit dalam
lebih kecil sehingga mudah larut dalam air. MCFA pada virgin coconut oil ketika
diterapkan secara langsung pada kulit untuk mencegah infeksi jamur dan bakteri di
kulit dengan cara untuk mendapatkan masuk ke dalam tubuh adalah dengan
menembus kulit. Ketika pertahanan kulit rusak seperti pada kulit yang mengalami
penurunan kelembaban atau kering, infeksi dapat terjadi. Kulit yang sehat memiliki
keadaan asam ini. Minyak tubuh kita memproduksi disebut sebum (Fife, 2013).
menjaga kulit dari kekeringan. Sebum disekresi oleh kelenjar minyak. Fungsi dari
minyak tubuh Ini melembutkan dan melumasi kulit dan mencegah kulit kering dan
retak (Tranggonno, 2007). Seperti sebum, virgin coconut oil mengandung Medium
Chain Triglycerides (MCT ). Virgin coconut oil juga diyakini baik untuk kesehatan
kulit. Sebab minyak ini mudah diserap oleh kulit dan mengandung vitamin E.
Minyak ini juga membantu menjaga kulit agar tetap lembut dan halus (Edahwati,
2011). Seperti minyak tubuh, virgin coconut oil berfungsi sebagai pelembab dengan
berikatan dengan keringat dengan cara melapisi permukaan kulit dan menahan air
dengan cara melapisi permukaan kulit dan menahan air di stratum corneum.
Pemberian virgin coconut oil dilakukan pada kedua kaki dan tangan, dengan
cara dioleskan pada punggung, telapak kaki dan tangan pasien. Pemberian virgin
coconut oil dilakukan 2 kali sehari setelah mandi dimana setelah mandi keadaan
Dengan memakai virgin coconut oil setelah mandi akan bermanfaat bagi kesehatan
Pengertian
Pemberian virgin coconut oil dengan cara dioleskan pada punggung tangan
Tujuan
kulit.
Persiapan Alat
2. Tissue/handuk
Prosedur
4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri
8. Cuci tangan
9. Menggulung pakaian pasien jika pakaian menutupi bagian yang akan dilakukan
10. Pastikan kulit yang akan dioles VCO dalam keadaan bersih
11. TuangkanVCO sebanyak 0,5 ml pada kedua telapak tangan kemudian ratakan
13. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik positif
pada pasien
Skin Moisture Meter adalah sebuah alat digital yang banyak digunakan
dalam bidang kecantikan dan kesehatan. Alat ini memiliki kemampuan khusus
untuk mengukur tingkat kelembaban kulit. Skin moister meter secara otomatis
mendeteksi kondisi kulit dan menampilkan hasilnya pada layar LCD sebagai angka
persentase, skin moister meter membaca sebuah hambatan listrik kulit yang akan
Skin moisture meter adalah sebuah alat digital elektronik yang bisa
digunakan untuk mengetahui kelembaban kulit, alat ini memiliki kegunaan utama
dalam hal menentukan nilai kelembaban kulit manusia. Nilai normal kelembaban
kulit 35-40%.
pada kulit pasien secara perlahan. Biarkan alat ini menempel pada kulit sampai alat
ini selesai mendeteksi. Setelah alat ini mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi
berikut:
Pengertian
Persiapan Alat
2. Tissue/lap
Prosedur
2. Siapkan alat
4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya serta memperkenalkan diri
7. Cuci tangan
10. Bersihkan ujung skin moisture analyzer yang akan ditempelkan ke kulit pasien
11. Periksa dan pastikan skin mositure analyzer hidup dengan menekan tombol ON
pada alat
13. Tekankan ujung alat skin moisture analyzer pada kulit yang akan diperiksa
secara perlahan. Biarkan alat ini menempel pada kulit samapai alat ini selesai
mendeteksi. Setelah alat ini telah mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi
14. Lihat skin moisture analyzer, baca hasilnya dan informasikan kepada pasien
17. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik positif
Hipotesis Penelitian
Ho: pemberian VCO tidak lebih efektive memberikan kelembaban kulit penderita
Ha: pemberian VCO lebih efektive memberikan kelembaban kulit penderita uremik
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
quasyexperiment dengan desain pre test dan post test equivalent control group
(Polit & Beck, 2012). Desain penelitian quasy eksperimen adalah desain penelitian
eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Pada penelitian ini
kontrol.
X1 I1 X2
Y1 I0 Y2
Keterangan:
30
Lokasi Penelitian
Djoelham Binjai. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah karena Rumah Sakit
Dr. RM. Djoelham Binjai adalah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah
daerah dengan Pemerintah Daerah Kota Binjai yang menjadi pusat rujukan di
mewakili populasi.
Waktu Penelitian
penelitian untuk kelompok intervensi dimulai pada bulan April s/d Mei 2019.
Populasi
yang menjadi fokus penelitian. Sasaran populasi yaitu seluruh himpunan individu
atau elemen yang memenuhi kriteria sampling (Burns & Grove, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien hemodialisa rutin yang dirawat di ruang
Sampel
Sampel adalah bagian atau elemen dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili karakteristik populasi tersebut(Polit & Beck, 2012). Jenis sampling yang
adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua
individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel
penelitian sehingga jumlah sampel yang ditentukan dapat terpenuhi (Polit & Beck,
2. Usia ≥ 40 tahun
4. Pasien dan keluarga dapat berkomunikasi dan baca tulis dengan menggunakan
bahasa Indonesia.
3. Gangguan orientasi.
power analysis. Sebelum melihat tabel power analysis peneliti harus mencari effect
size dari penelitian terdahulu berdasarkan rumus (Cohen, Manion, & Morrison,
2010) yaitu:
MA − MB
d=
σ
Keterangan:
pada kelompok pressure ulcer sebelum intervensi 14 dengan standar deviasi 1,36
dan nilai mean sesudah intervensi 13 dengan standar deviasi 2,19. Sebelum
menentukan besar effect size, harus ditentukan terlebih dahulu beda rata-rata standar
deviasi () dari penelitian ini dengan menggunakan rumus (Cohen et al., 2010)
yaitu:
Keterangan:
sd : Standar deviasi
Maka,
(1,3,6)2 + (2,19)2
𝑠𝑑 = √
2
sd = 1,82
Dari hasil diatas didapat bahwa rata-rata standar deviasi () dari penelitian
ini adalah 1,82. Berdasarkan rata-rata standar deviasi () diatas maka dapat
14 − 13
d=
1,82
d = 0,55
Besarnya jumlah sampel berdasarkan tabel power analysis dengan equal power
ditetapkan (1-β) = 0,80 dan estimasi effect size berdasarkan hasil diatas 0,55 dengan
tingkat signifikan (alpha [α]) = 0,05, maka didapatkan jumlah sampel yaitu sebesar
Tahap persiapan
dari ahli Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan teknik
santan kelapa yang telah diambil selama 24 jam lalu memisahkan minyak yang
terbentuk dengan kertas sarig. Santan kelapa didapatkan dengan cara melakukan
pengepresan buah kelapa parut. Virgin Coconut Oil yang digunakan dalam
penelitian ini adalah VCO dengan kandungan asam lemak tak jenuh 92% yang
terdiri dari 53% asam laurat (C12), 2,3% asam oleat, 8% asam kaprilat (C8) dan
Selanjutnya, peneliti mengajukan surat lulus uji etik (ethical clearance) kepada
pengambilan data dan lulus uji etik dikeluarkan, peneliti mengajukan permohonan
izin untuk melaksanakan penelitian kepada Direktur RSUD Dr. RM. Djoelham
Binjai melalui bagian pendidikan dan penelitian. Setelah surat izin penelitian
RSUD. Dr. RM. Djoelham Binjai serta menjelaskan tujuan dan membuat kontrak
minimal 3 tahun. Selain perawat, peneliti juga merekrut keluarga untuk dijadikan
peneliti, kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan tugas asisten peneliti serta
nyaman sehingga pasien merasa santai dan tidak bosan saat diberikan penjelasan
tentang tindakan yang akan dilakukan, selanjutnya perawat cuci tangan dan
menggulung pakaian pasien jika pakaian menutupi bagian yang akan dilakukan
tindakan pengolesan VCO, Pastikan kulit yang akan dioles VCO dalam keadaan
ratakan, oleskan VCO pada tangan dan kaki, evaluasi perasaan klien, simpulkan
hasil kegiatan, berikan umpan balik positif pada pasien, kontrak pertemuan
selanjutnya, bereskan alat-alat, perawat cuci tangan, catat hasil kegiatan dalam
lembar observasi, untuk menyamakan persepsi antara peneliti dan asisten peneliti.
ditetapkan. Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi yang telah
diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta prosedur intervensi juga meminta
yang telah disediakan. Pada lembar informed consent responden diminta untuk
mencantumkan alamat lengkap nomor telepon yang bisa dihubungi sebagai media
Tahap Pelaksanaan
yaitu :
Pertemuan pre-test
menjelaskan tata cara proses penelitian yaitu untuk kelompok intervensi dilakukan
pemberian Virgin Coconut Oil dengan cara oles sedangkan untuk kelompok kontrol
diberikan lotion.
penilaian kelembaban kulit dengan beberapa tahap pada kelompok tindakan dan
Analyzer.
Tahap Intervensi
Pada tahap pelaksanaan sampel dibagi atas dua kelompok yaitu pasien
untuk kelompok intervensi dan pasien untuk kelompok kontrol. Pada kelompok
intervensi diberikan Virgin Coconut Oil secara oles dimana pelaksanaannya, pasien
diberikan VCO dengan cara oles. Tindakan ini dilakukan dua kali sehari setelah
mandi selama 4-5 menit. Sedangkan pada kasus kelompok kontrol diberikan lotion
yang diberikan dua kali sehari setelah mandi selama 4-5 menit.
Tahap post-test
penelitian Dhikil, Lubna, dan Eilean (2014) tentang “Effect Of Coconut Oil Usege
North India”, maka dilanjutkan dengan penilaian ulang kelembaban kulit dengan
alat ukur skin moisture meter. Tujuan diadakannya post-test ini adalah untuk
Nilai
Pasien uremik yang Kelembaban
menjalani hemodialisa Kulit
Nilai
diberikan hand body
Kelembaban
secara oles dua kali Faktor yang mempengaruhi :
Kulit sehari setelah mendi - Usia
selama 4-5 menit - Jenis Kelamin
(Kelompok Kontrol) - Pekerjaan
- Lama menjalani HD
Gambar 3.1
Kerangka Operasional Penelitian/Alur Penelitian
variabel penelitian berdasarkan suatu konsep (Nazir, 2005). Semua konsep yang
ada dalam penelitian harus dibuat dalam istilah yang operasional agar tidak ada
makna ganda dalam istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut sehingga tidak
& Ismail, 2008). Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini
Cara &
Variabel Defenisi Operasional Hasil ukur Skala
alat ukur
Variabel Minyak kelapa murni Melakukan 1. Diberikan SOP
Independent: yang didapatkan dari pengolesan VCO
(Harmoni
Virgin olahan buah kelapa VCO di Virgin
Coconut Oil yang dilakukan dengan wajah, Coconut
(VCO) pemanasan dengan suhu punggung Oil)
rendah sehingga tangan, 2. Diberikan
lotion
dihasilkannya minyak lengan dan (Marina
yang jernih. VCO yang kaki dua Hand &
digunakan dilakukan kali sehari Body
oleh ahli farmasi dan setelah Lotion)
saya hanya pemakai. mandi
VCO digunakan dua
kali sehari setelah
mandi dengan cara
mengoleskannya pada
kulit selama 3-5 menit
sebanyak 0,5 ml.
Metode Pengukuran
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu skin moisture meter dan
kuesioner untuk menilai kelembaban kulit. Skin Moisture Meter adalah perangkat
moister meter secara otomatis mendeteksi kondisi kulit dan menampilkan hasilnya
pada layar LCD sebagai angka persentase, skin moister analyzer membaca sebuah
hambatan listrik ke kulit yang akan tergantung pada hidrasi dan kekeringan. Skin
moisture analyzer adalah sebuah alat digital elektronik yang bisa digunakan untuk
mengetahui kelembaban kulit, alat ini memiliki kegunaan utama dalam hal
kering, dengan nilai 35-40% = kulit normal, dengan nilai ≥ 40% = kulit berminyak.
analyzer pada kulit tangan dan kaki pasien secara perlahan. Biarkan alat ini
menempel pada kulit sampai alat selesai mendeteksi. Setelah alat ini telah
mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi dan layar akan menunjukkan hasil
mengobservasi pemberian VCO sesuai dengan protokol yang sudah dibuat. Apabila
melakukan tindakan sesuai dengan protokol di beri tanda checklist (√) pada lembar
observasi, tetapi apabila tidak melakukan sesuai dengan protokol di beri tanda strip
penting yaitu pengujian validitas dan reliabilitas, uji validitas merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan instrument atau sejauh mana sebuah
instrument mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Polit & Beck, 2012).
Uji validitas Alat ukur penilaian kelembaban kulit yaitu: Skin Moisture Meter
adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tingkat kelembaban kulit yang
mudah dipakai dan sudah dilakukan uji kalibrasi pada tahun 2018.
Selain uji validitas dilakukan uji reliabilitas agar alat ukur berkualitas dan
Pengolahan data
Data yang telah terkumpul melalui lembar observasi diolah melalui empat
tahapan yaitu :
Editing
Proses ini dilakukan selama berada dengan konsumen atau dilapangan sehingga
apabila ada data yang meragukan, salah atau tidak diisi dapat dikonfirmasi
Coding
kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data
yang telah diperiksa kelengkapannya. Data-data yang berupa angka atau tulisan
Entry Data
entry data dari instrument penelitian kedalam komputer melalui program statistik.
Cleaning
terhadap data yang sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak.
Analisa Data
Analisa Univariat
berbentuk numerik (umur, status sosial ekonomi) disajikan berupa nilai dalam
Rumus persentase:
𝑓
% = 𝑛 x 100%
Keterangan
n : jumlah responden
Analisis Bivariat
diantara dua variabel (Polit& Beck, 2012). Analisa bivariat bertujuan untuk
menganalisis dua kelompok data yang akan dianalisis adalah variabel VCO sebagai
variabel independen dan variabel kelembaban kulit pasien penderita uremik sebagai
kulit setelah diberikan virgin coconut oil pada kedua grup pretest dan posttest
untuk melihat perbedaan kelembaban kulit setelah tindakan antara grup intervensi
dan grup kontrol menggunakan analisa statistik independent t-test. Teknik analisa
yang digunakan adalah pengaruh pemberian VCO digunakan paired T-tes dengan
kemaknaan p < 0,05 (Sturt, 2009). Sebelum dilakukan analisis bivariat, maka
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas varians
kelompok.
Pertimbangan Etik
dasar etik penelitian yang terdiri dari beneficience, respect for human dignity dan
menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur penelitian serta hak dan
responden dan menggunakan data atau informasi yang diberikan responden hanya
Respect for human dignity yaitu peneliti memberikan penjelasan langsung kepada
dipahami, memberikan waktu yang cukup untuk menentukan pilihan dan meminta
dari responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3) Justice yaitu peneliti dalam
tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
dengan umur terendah 40 tahun dan umur tertinggi 58 tahun, mayoritas responden
demikian juga responden pada kelompok kontrol berumur <47 tahun sebanyak 23
orang (57,5%). Pada kelompok intervensi sama banyaknya laki-laki dan perempuan
45
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD DR. R.M.
Djoelham Binjai Tahun 2019 (n = 80)
Kelompok
Kelompok Kontrol
No Karakteristik Intervensi
n=40 %(100) n=40 %(100)
1. Umur:
a. <47 tahun 25 62,5 23 57,5
b. >47 tahun 15 37,5 17 42,5
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki 20 50,0 18 45,0
b. Perempuan 20 50,0 22 55,0
3. Pendidikan :
a. SD 07 17,5 08 20,0
b. SMP 15 37,5 16 40,0
c. SMA
d. PT 11 27,5 10 25,0
07 17,5 06 15,0
4. Pekerjaan :
a. Buruh 12 30,0 14 35,0
b. Guru 07 17,5 03 07,5
c. IRT
d. Petani 06 15,0 08 20,0
e. TNI 10 25,0 12 30,0
f. PNS 04 10,0 00 00,0
g. Wiraswasta 01 02,0 03 07,5
00 00,0 00 00,0
5. Status Pernikahan :
a. Belum menikah 04 10,0 03 07,5
b. Menikah 36 90,0 37 92,5
6. Lama HD :
a. < 2 tahun 31 77,5 33 82,5
b. > 2 tahun 09 22,5 07 17,5
Analisis Univariat
kelembaban kulit responden pada kelompok kontrol sebelum diberi lotion juga
menunjukkan hal yang sama bahwa seluruhnya kelembaban kulit responden dalam
Hasil analisa data kelembaban kulit yaitu normal pada responden kelompok
intervensi setelah diberi VCO sebanyak 25 orang (62,5%), sebagian kecil dalam
responden pada kelompok kontrol sesudah diberi lotion juga lebih menunjukkan
hal yang sama bahwa mayoritas kelembaban kulit responden dalam kategori normal
orang (5,0%). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa lotion lebih efektif
responden dikategorikan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Kelembaban Kulit Sebelum (Pretest) dan
Setelah (Posttest) Perlakuan di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2019
VCO
Kontrol
Kelembaban (Intervensi)
No.
Kulit Pretest Posttest Pretest Posttest
f % F % f % f %
1. Kering 40 100,0 0 0,0 40 100,0 0 0,0
2. Normal 0 0,0 25 62,5 0 0,0 38 95,0
Analisis Bivariat
menunjukkan bahwa kelembaban kulit sebelum dan sesudah diberi VCO dan
kelembaban kulit sebelum dan sesudah diberi lotion adalah berdistribusi normal
>0,05 yaitu pada kelembaban kulit sebelum diberi VCO (pretest) sebesar 0,195 dan
sesudah diberi VCO (posttest) sebesar 0,126 demikian juga pada kelembaban kulit
sebesar 0,053.
Analisis statistik
posttest). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired Samples
19,748) < t-tabel (1,684) dan nilai signifikan (0,000 <0,05) maka terdapat
(pretest) dengan kelembaban kulit setelah diberi VCO (posttest). Nilai negatif
pada hasil uji-t berarti rata-rata nilai sebelum diberi VCO lebih rendah daripada
sesudah diberi VCO. Nilai rata-rata (mean) kelembaban kulit sebelum perlakuan
yaitu 35,50 dan setelah diberi perlakuan meningkat menjadi 43,50. Berdasarkan
Tabel 4.3.
Hasil Paired Sample T Test (Uji T Sampel Berpasangan) Pengaruh Kelembaban
Kulit Sebelum dan Sesudah diberi VCO di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun
2019
Pemberian 95%CI
Mean Standar Deviasi t-hitung p-value
VCO Lower Upper
Sebelum 35,50 1,132
-8,818 -7,180 -19,748 0,000
Sesudah 43,50 2,837
posttest). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired Samples
21,134) < t-tabel (1,684) dan nilai signifikan (0,000 <0,05) maka terdapat
(pretest) dengan kelembaban kulit setelah diberi lotion (posttest). Nilai negatif
pada hasil uji-t berarti rata-rata nilai sebelum diberi lotion lebih rendah daripada
sesudah diberi VCO. Nilai rata-rata (mean) kelembaban kulit sebelum perlakuan
yaitu 35,45 dan setelah diberi perlakuan meningkat menjadi 40,17. Berdasarkan
hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini:
Tabel 4.4.
Hasil Paired Sample T Test (Uji T Sampel Berpasangan) Pengaruh Kelembaban
Kulit Sebelum dan Sesudah diberi Lotion di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai
Tahun 2019
Pemberian 95%CI p-
Mean Standar Deviasi t-hitung
Lotion Lower Upper value
Sebelum 35,45 1,299
-5,177 -4,272 -21,134 0,000
Sesudah 40,17 1,838
bahwa diperoleh nilai mean pada kelompok intervensi (VCO) sebesar 43,5 dan
kelompok kontrol (lotion) sebesar 40,1, nilai tersebut berarti rata-rata kelembaban
kulit pasien uremik yang menjalani hemodialisa pada kelompok intervensi (VCO)
sebesar 43,5 dan pada kelompok kontrol (lotion) sebesar 40,1. Dengan demikian
hemodialisa pada kelompok intervensi setelah diberi VCO lebih tinggi dari pada
lotion. Hasil analisis uji paired sample t-test diperoleh nilai t hitung > t tabel atau
< 0,05, hal tersebut berarti terdapat pengaruh (perbedaan) antara pemberian VCO
dan lotion terhadap kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani hemodialisa.
Untuk peningkatan kelembaban kulit menjadi normal, pemberian lotion lebih baik
dibandingkan dengan VCO, karena dengan pemberian lotion lebih banyak kulit
menjadi normal, sedangkan menggunakan VCO kulit menjadi lebih banyak yang
Berminyak dibandingkan dengan pemberian lotion (dapat dilihat pada tabel 4.2.).
Berdasarkan hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5.
Hasil Uji Independent Samples t-Test Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil
(VCO) dan LotionTerhadap Kelembaban Kulit Pasien Uremik yang Menjalani
Hemodialisadi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2019
PEMBAHASAN
Pasien GGK dengan hemodialisis memiliki efek samping adanya rasa tidak
nyaman berupa gangguan pada kulit. Gangguan pada kulit seperti rasa gatal, kulit
kering, dan kulit belang/hitam. Penyebab gatal pada kulit dikarenakan kulit kering,
tingginya kadar ureum, kalsium dan fosfat serta meningkatnya kadar histamine dan
penumpukan zat besi, hal tersebut diakibatkan karena ginjal tidak dapat
Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani hemodialisis (HD) memiliki masalah
yang kompleks seperti salah satunya yaitu kulit kering yang sering memicu
intervensi setelah diberi VCO sebanyak 25 orang (62,5%), sebagian kecil dalam
responden pada kelompok kontrol sesudah diberi lotion juga lebih menunjukkan
hal yang sama bahwa mayoritas kelembaban kulit responden dalam kategori normal
orang (5,0%). Secara makna untuk peningkatan kelembaban kulit menjadi normal,
pemberian lotion lebih baik dibandingkan dengan VCO, karena dengan pemberian
lotion lebih banyak kulit menjadi normal, sedangkan menggunakan VCO kulit
menjadi lebih banyak yang Berminyak dibandingkan dengan pemberian lotion. Hal
ini disebabkan karena VCO mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid)
51
yang mencapai 90% sedangkan kandungan lemak jenuh pada lotion marina hanya
55%. Pemberian VCO dan lotion yang dilakukan selama 2 kali sehari yaitu pagi
dan sore, dalam rentang 2 minggu (14 hari) pada tangan dan kaki mampu
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Mayoritas responden yang
pada awalnya dalam kategori kulit kering setelah diberikan intervensi dengan VCO
dan lotion mayoritas kulit responden menjadi normal dan ada juga yang sudah
lembab.
Salah satu obat tradisional yang dapat digunakan untuk kulit yaitu minyak
kelapa murni (Virgin Coconut Oil). Bahan alami ini mudah ditemukan di sekitar
kita, sehingga dapat mengurangi besarnya biaya yang harus dikeluarkan serta
mengurangi efek samping dari obat yang akan memperberat kerja ginjal penderita
& Wilson, 2012). Virgin Coconut Oil juga memiliki keunggulan dalam hal
lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu
melembabkan kulit yang kering. Penggunaan VCO ini dapat mengurangi faktor
risiko terjadinya pruritus seperti kulit kering menjadi lembabpada kliengagal ginjal
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi (2014)
kulit kaki pada kelompok eksperimen, dan penurunan 0,39% kelembaban kulit kaki
kelembaban kulit meningkat setelah diberi minyak kelapa murni (virgin coconut
Berdasarkan uji-t sampel independen menunjukkan ada efek signifikan dari minyak
kelapa murni (virgin coconut oil) untuk kelembaban kulit kaki. Penelitian yang
menunjukkan bahwa pemberian Virgin Coconut Oil yang secara berkelanjutan akan
memberikan efek yang baik bagi kerusakan integritas kulit pada pasien GGK
dengan skor visual analog scale (VAS) pre intervensi 8 (pruritus berat) dan post
efektif dan efisien bagi pasien. Penelitian yang lainnya oleh Sari (2017)di ICU
selama penelitian peneliti berpendapat bahwa ada pengaruh antara pemberian VCO
pelembab selama 3 minggu pada kulit penderita dermatitis atopik (DA) anak
(AAD) tahun 2015 yang meneliti lebih dari 20.000 dokter kulit yang berpraktik
bahwa penggunaan lotion dapat membantu melembabkan kulit. Hal tersebut juga
berlaku untuk penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa untuk
adalah memberikan lotion setiap kali habis mandi. Lotion mampu melembabkan
kulit dan menghilangkan rasa gatal serta bersisik dengan tujuan mempertahankan
diagnosis keperawatan tentang gangguan rasa nyaman gatal dan risiko infeksi.
salicil talk, kolaborasi tentang pemberian anti histamin dan anti pruritus serta
perawatan lainnya. Begitu juga pada diagnosis risiko infeksi sekunder selain
dengan VCO-SLPs yang mengandung virgin coconut oil sebesar 20% ditemukan
dilakukan oleh Dewi, Kristiyawati, & Purnomo (2016) pada pasien DM di RSUD
Kota Salatiga tentang pengaruh minyak kelapa terhadap penurunan rasa gatal
sedang. Penelitian lainnya yang dilakukan Astuti & Cut (2017) tentang skala
pruritus pada pasien gagal ginjal kronik yang menunjukkan bahwa sebanyak 91
pasien gagal ginjal kronik yang mengalami pruritus dengan kategori sedang.
Penelitian yang dilakukan Asri & Zuryati (2018) di RSIJ Cempaka Putih
mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara derajat
pruritus sebelum pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p-value
disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi VCO terhadap pruritus setelah
Minyak kelapa murni atau yang lebih dikenal dengan sebutan Virgin
Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa yang tidak mengalami hidrogenasi
sehingga komponen anti oksidannya tidak mengalami kerusakan dan bebas dari
lemak trans. VCO merupakan pelembab kulit alami karena mampu mencegah
kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap kulit tersebut. VCO pun
melindungi kulit dari cahaya matahari. Bahkan VCO dapat memperbaiki kulit yang
rusak atau sakit. Oleh karena itu, penggunaan VCO akan mampu menampilkan kulit
dimungkinkan karena memiliki sejumlah sifat yang baik pada kulit yaitu bersifat
emolien dan moisturizer. Hal ini membuat kulit lembut dan lembab sehingga dapat
VCO tidak lebih efektif dibandingkan penggunaan lotion untuk melembabkan kulit
pasien uremik yang menjalani hemodialisa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji
statistik dan persentase rata-rata peningkatan skor kelembaban kulit. Secara statistik
terlihat bahwa ada perbedaan kelembaban kulit pada kedua kelompok yang diteliti.
kelompok intervensi.
kulit juga dapat meningkatkan kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani
hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Umumnya
kulit kering dan gatal-gatal pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
bentol kemerahan). Dan jika pasien memberikan lotion pelembab di kulitnya, maka
gejala kering dan gatal bisa mereda. Bagi pasien yang tidak memiliki VCO dapat
menggunakan lotion atau pelembab kulit biasa yang banyak dijual di warung atau
kedai. Penggunaan lotion pada tangan dan kaki secara teratur selama 14 hari (2
minggu) yaitu pada pagi dan sore hari setelah mandi. Terbukti memang penggunaan
lotion secara teratur juga dapat meningkatkan kelembaban kulit pasien uremik yang
kelembaban kulit kering pasien uremik dan lebih baik dibanding pemberian VCO
yang cenderung membuat kulit menjadi lebih Berminyak, sedangkan dari hasil
penelitian ini pemberian lotion membuat kelembaban kulit menjadi normal. Hal ini
disebabkan karena VCO mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang
mencapai 90% sedangkan kandungan lemak jenuh pada lotion marina hanya 55%.
kandungan airnya hilang karena penguapanmaka kulit akan kembali seperti semula
atau menjadi kering. Virgin coconut oil memiliki antioksiden dan vitamin E, jika
bahwa kulit pasien uremik yang menjalani hemodialisa yang diberikan VCO
hemodialisa yang diberikan lotion. Untuk itu, bagi pasien uremik yang menjalani
hemodialisa dapat diberikan VCO ataupun lotion secara teratur pada pagi dan sore
hari sebagai cara untuk menjaga kelembaban kulit dan telah dibuktikan efektif.
pasien uremik yang menjalani hemodialisa, terbukti dari hasil penelitian ini bahwa
penggunaan lotion lebih baik dibandingkan dengan penggunaan VCO. Hal ini
disebabkan karena VCO mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang
mencapai 90% sedangkan kandungan lemak jenuh pada lotion marina hanya 55%.
Selain itu, VCO mengandung asam lemak, terutama asam laurat dan oleat yang
penyembuhan pada kulit. VCO juga aman digunakan pada kulit karena tidak akan
ethylhexyl salicylate, niacinamide, cetyl alcohol, mineral oil, hydrolyzed milk (lac)
Keterbatasan Penelitian
perlu diperhatikan cara pemakaian, jumlah VCO yang digunakan dan lama
pemberian, karna akan sangat mempengaruhi dari hasil kelembaban kulit yang
dapat membuat kulit menjadi berminyak, 2) VCO yang digunakan sebaiknya dibuat
sendiri untuk mendapatkan VCO yang diinginkan dan mendapatkan hasil yang baik,
3) Cara pengumpulan data seharusnya tidak hanya melalui telfon melainkan dengan
Kesimpulan
virgin coconut oil(pretest) dan sesudah diberi virgin coconut oil (posttest) di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai, terdapat pengaruh yang
(pretest) dan sesudah diberi lotion (posttest) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
hemodialisa yang diberikan VCO dan diberikan lotion di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Sehingga dapat dilihat dari hasil penelitian
kelembaban kulit penderita uremik pada pasien Hemodialisa dari pada lotion di
RSUD DR R.M. Djoelham Binjai, Hal ini disebabkan karena VCO mengandung
asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang mencapai 90% sedangkan kandungan
lemak jenuh pada lotion marina hanya 55% sehingga pada hasil penelitian
penggunaan VCO pada kelompok intervensi pasien lebih banyak yang over moist
Tidak perlu emulsion khusus seperti VCO untuk melembabkan kulit pada
biasa saja sudah dapat melembabkan kulit, tetapi harus digunakan secara teratur,
59
dua kali dalam satu hari setelah mandi, lotion yang digunakan juga harus lotion
yang tidak mengandung merkuri maupun zat kimia yang dapat membahayakan
kulit.
Saran
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Pihak Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai agar membuat kebijakan bagi pasien
memberi pelembab kulit seperti lotion secara teratur setiap hari terutama setelah
Dr. RM. Djoelham Binjai. Disarankan kepada tenaga kesehatan (dokter, perawat)
untuk mempraktikkan dengan benar dan tepat cara pemberian pelembab kulit
seperti lotion pada pasien uremik yang menjalani hemodialisa sehingga dapat
dilakukan di rumah.
individu maupun kelompok serta memberikan leaflet atau brosur berkaitan dengan
penelitian lanjutan berkaitan dengan menjaga kelembaban kulit pada pasien uremik
pemakaian, jumlah VCO yang digunakan dan lama pemberian, karna akan sangat
mempengaruhi dari hasil kelembaban kulit yang dapat membuat kulit menjadi
VCO yang diinginkan dan mendapatkan hasil yang baik, 3) Cara pengumpulan data
seharusnya tidak hanya melalui telfon melainkan dengan metode ilmiah yang
sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S., & Hadibroto, I. (2008). Gagal Ginjal (Cetakan 1). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Alper, A., & Shenava, R. (2014). Uremia. Retrieved September 16, 2018, from
http://emedicine.medscape.com
Amin, S. (2009). Cocopreneurship Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa (Cetakan 1).
Yogyakarta: Lily Publisher.
Asri, N. F. S., & Zuryati, M. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Vco (Virgin
Coconut Oil) Terhadap Pruritus Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Dengan
Hemodialisis Di RSIJ Cempaka Putih Tahun 2018. Jakarta: Program Studi
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah.
Astuti, R., & Cut, H. (2017). Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Banda Aceh : Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
Bayhakki. (2015). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik (Cetakan
1). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2010). Research Methods in Education
(3rd Editio). New York: Routledge Falmer.
Dewi, A., Kristiyawati, S., & Purnomo. (2016). Pengaruh Minyak Kelapa Terhadap
Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Kota Salatiga.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 1(1), 1–8.
Dhikil, T., Lubna, S., & Eilean, B. (2014). Effect Of Coconut Oil Usage In Risk Of
Pressure Ulcers Among Bedridden Patients Of Selected Hospitals In North
India. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology, 5(2), 24–
29.
Ellis, J. R., & Bentz, P. M. (2007). Modules for basic nursing skills (7th Editio).
Philadelpia: Williams & Wilkins.
Fife, B. (2013). The Healing Miracles of Coconut Oil (3rd Editio). Colorado:
Piccadilly Books Ltd.
Haak, S. (2012). Change in Moisture and Fat Content of Skin Under The
Application Of Callusan Extra Cream Mousse. Journal Dermatology, 9(2),
54–62.
Haktanir, A., Demir, S., Acar, M., Ucok, K., Albayrak, R., & A, Y. (2005).
Sonographic Evaluation of Cerebral Blood Flow in Anemia Resulting
FromChronic Renal Failure Alpay. J Ultrasound Med, 24(9), 47–52.
Harahap, P. (2016). Gagal Ginjal, Siapa Takut? (Cetakan 1). Yogyakarta: Andi.
Harlim, C., & Yogyartono. (2012). Pruritus Uremik Pada Gagal Ginjal Kronik.
Majalah Kedokteran FK UKI, 28(2), 1–8.
Lucida, H., Salman, & Hervian, S. (2008). Uji Daya peningkatan penetrasi virgin
coconut oil (VCO) dalam basis krim. Jurnal Sains & Teknologi Farmasi,
13(1), 1–15.
Lynde, C., & John, K. (2010). Skin Manifestations of Kidney Disease Conditions
Range From Benign to Life-Threatening. NCBI, 15(2), 12–21.
Masmoudi, M., Houria, Z. B., Hanbali, A. A., & Masmoudi, F. (2014). Decision
Support Procedure for Medical Equipment Maintenance Management.
Journal of Clinical Engineering, 41(1), 19–29.
Meyer, T. W., & Hostetter, T. H. (2007). Uremia. N Engl J Med, 357(13), 1316–
1325.
Miller, R. P., Tadagavadi, R. K., Ramesh, G., & Reeves, W. B. (2010). Mechanisms
of Cisplatin Nephrotoxicity. NCBI.
Mohamed, N., Aziza, A., Sarmidia, M., & Aziza, R. (2013). The Effect of virgin
coconut oilloaded solid lipid particles (VCO-ALPs) onskin hydration and skin
elasticity. Jurnal Teknologi, 62(2), 39–43.
Muhammad, A. (2015). Serba Serbi Gagal Ginjal (Cetakan 1). Yogyakarta: Diva
Press.
Pray, J. J., & Pray, W. S. (2009). Tinnitus: When The Ears Ring. Retrieved
September 15, 2018, from medscape.com website:
http://www.medscape.com/viewarticle/506920
Price, M. (2013). Terapi Minyak Kelapa (Cetakan 3). Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Price, S., & Wilson, L. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
(Cetakan 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Purwandhani, E., & Effendi, E. (2013). Pelembab & emolien untuk kelainan kulit
pada bayi dan anak (Cetakan 1). Jakarta: MDVI.
Rindengan, B., & Novarianto, H. (2014). Minyak Kelapa Murni: Pembuatan dan
Pemanfatannya (Cetakan 2). Jakarta: Penebar Swadaya.
Sari, E. D. (2017). Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil (VCO) Pada Area
Tertekan Untuk Mencegah Luka Tekan Pada Pasien Tirah Baring. Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Setiaji, B., & Prayugo, S. (2014). Membuat VCO Berkualitas Tinggi (Cetakan 2).
Jakarta: Penebar Swadaya.
Siswono. (2014). Manfaat minyak kelapa murni (VCO) untuk kesehatan (Cetakan
1). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, S. C., & Bare, G. (2012). Brunner and Suddarth’s textbook of medical
surgical nursing (11th Editi). Philadelphia: Lippincot.
Sukandar, E. (2014). Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis (Cetakan 2).
Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.
Sutarmi. (2015). Taklukkan Penyakit Dengan VCO (Cetakan 1). Jakarta: Penebar
Swadaya.
Syapitri, H., Siregar, L. M., & Ginting, D. (2017). Nigella Sativa Oil Efektif Dalam
Mencegah Luka Decubitus Pada Pasien Bedrest Total. Program StudiNers,
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Tao, L., & Kendall, K. (2014). Gagal Ginjal Kronis. Sinopsis Organ System Ginjal
(Cetakan 1). Tangerang: Karisma.
Thomas, R., Kanso, A., & Sedor, J. R. (2013). Chronic Kidney Disease and Its
Complication. Prim Care.
Tjokroprawiro, A. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Cetakan 1). Surabaya:
FK Universitas Airlangga.
Torra, S. (2010). Randomized clinical trial about the systemic use of Mepentol,
atopical product hyperoxygenated fat acids and herbal extract, in
thepreventeion of pressure ulcers in heels. Barcelona: Lab. Bama Geve.
Tranggono, R. I., & Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik
(Cetakan 1). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Udayakumar, P., Balasubramanian, S., Ramalingam, K., Chembolli, L., & Srinivas.
(2013). Cutaneous manifestations in patients with chronic renal failure
hemodialysis. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology,
72(2), 119–125.
USRDS. (2013). 2013 Annual Data Report. Minneapolis: United States Renal Data
System.
RIWAYAT PEKERJAAN
INSTRUMEN PENELITIAN
Peneliti : SitiSaodah
Partisipan,
(................................)
No. : ......................
(Diisi oleh Peneliti)
IDENTITAS
Petunjuk:
- Jawablah pertanyaan identitas di bawah ini sesuai dengan kondisi Saudara.
- Mohon semua pertanyaan dijawab (jangan ada yang kosong)
1. Nama/Inisial : ................................................
2. Umur : ................................................
5. Pekerjaan : ................................................
Pengertian
Pemberian virgin coconut oil dengan cara dioleskan pada punggung tangan dan kaki
Tujuan
Persiapan Alat
2. Tissue/handuk
Prosedur
4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri
8. Cuci tangan.
ratakan
13. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik
Pengertian
Pengukuran nilai kelembaban kulit kaki untuk memperoleh nilai kelembaban kulit
Persiapan Alat
2. Tissue/lap
Prosedur
2. Siapkan alat
4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya serta memperkenalkan diri
7. Cuci tangan
10. Bersihkan ujung skin moisture analyzer yang akan ditempelkan ke kulit pasien
pada alat.
13. Tekankan ujung alat skin moisture analyzer pada kulit yang akan diperiksa
secara perlahan. Biarkan alat ini menempel pada kulit sampai alat ini selesai
mendeteksi. Setelah alat ini telah mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi
14. Lihat skin moisture analyzer, baca hasilnya dan informasikan kepada pasien
17. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik positif
IZIN PENELITIAN
LEMBAR KONSUL