Anda di halaman 1dari 102

PENGARUH VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP KELEMBABAN

KULIT PASIEN UREMIK YANG MENJALANI HEMODIALISA


DI RSUD DR R.M. DJOELHAM BINJAI

TESIS

Oleh:

SITI SAODAH
157046006 / KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


2

THE EFFECT OF VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ON HUMIDITY


OF UREMIC PATIENTS WHO HAVE HEMODIALYSIS
IN RSUD DR R.M. DJOELHAM BINJAI

THESIS

By:

SITI SAODAH
157046006/ MEDICAL SURGICAL NURSING

MASTER OF NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF NURSING
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


3

PENGARUH VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP KELEMBABAN


KULIT PASIEN UREMIK YANG MENJALANI HEMODIALISA
DI RSUD. DR R.M. DJOELHAM BINJAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Keperawatan Medikal Bedah
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI SAODAH
157046006/KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


4

Universitas Sumatera Utara


5

Telah Diuji

Pada Tanggal : 27 Desember 2019

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. dr. Imam Budi Putra, Sp.KK
Anggota : 1. Cholina Trisa Siregar, M.Kep, Sp.KMB
2. Jenny Marlindawani Purba, S.Kp.,MNS.Ph.D
3. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS

Universitas Sumatera Utara


6

Universitas Sumatera Utara


7

Judul Tesis : Pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap


Kelembaban Kulit Pasien Uremik yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD dr. R.M. Djoelham Binjai
Nama Mahasiswa : Siti Saodah
Nomor Induk Mahasiswa : 157046006
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Keperawatan Medikal Bedah
Tahun : 2019

PENGARUH VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP KELEMBABAN


KULIT PASIEN UREMIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD
DR. R.M. DJOELHAM BINJAI

Abstrak

Gagal ginjal kronikmerupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia dan


jumlah penderita semakin meningkat. Gagal ginjal kronik yang dapat menimbulkan
gejala klinis pada berbagai sistem tubuh, salah satunya adalah kelainan pada kulit
yang menjadi kering (uremik). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap kelembaban kulit pasien uremik yang
menjalani hemodialisa. Jenis penelitian ini quasi experiment dengan pre-test and
post-test equivalent control group. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Populasi penelitian sebanyak 80 orang, yang
terbagi menjadi 2 kelompok sampel masing-masing 40 orang. Data yang digunakan
adalah data primer. Analisis data secara univariat, dan analisis bivariat dengan
menggunakan uji t test dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kelembaban kulit pada
kelompok intervensi sebelumdan sesudah diberi Virgin Coconut Oil, p = 0,000
< 0,05; Terdapat pengaruh yang signifikan kelembaban kulit pada kelompok
kontrol sebelumdan sesudah diberi lotion (posttest), p = 0,000 < 0,05.Terdapat
perbedaan kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani hemodialisa yang
diberikan VCO dan diberikan lotion di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM.
Djoelham Binjai, p = 0,000 < 0,05. Pemberian lotion membuat kelembaban kulit
menjadi normal, sedangkan pemberian VCO membuat kulit menjadi berminyak.
Kata Kunci: Virgin Coconut Oil, Lotion, Pasien Uremik, Hemodialisa,
Kelembaban Kulit

Universitas Sumatera Utara


8

Universitas Sumatera Utara


9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak.Oleh karena
itusaya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepadaDr.dr.Imam Budi Putra,
MHA, Sp.KK selaku Dosen Pembimbing I dan Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns.,
M.Kep, Sp.KMB, selaku Dosen PembimbingII yang telah banyak memberikan
pengetahuan, bimbingan dan motivasi kepada saya dalam mengerjakan tesis ini.
Rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D, selakuKetua Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Jenny Marlindawani Purba, S.Kp., MNS., Ph.D, selaku Dosen Penguji I yang
memberikan masukan dan saran-saran yang membangun dalam penyusunan
tesis ini.
5. Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun terhadap penyusunan
tesis ini sehingga tesis ini menjadi lebih baik.
6. Seluruh dosen Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara minat studi Keperawatan Medikal
Bedah yang telah banyak memberikan pengetahuan selama saya menempuh
perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Direktur RSUD dr. R.M. Djoelham Binjai beserta jajarannya dan juga kepada
rekan-rekan perawat yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini.
8. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Suami sayayang selalu
menjadi penyemangat selama menempuh perkuliahan (terima kasih untuk
pengertian kalian sayang). Tak lupa rasa terima kasih saya untuk kedua orang
tua tercinta (Alm. Abah&Mamak) dan ayah dan ibu mertua yang setia
menunggu dari tahun ke tahun agar saya melanjutkan studi ini. Semoga kalian
tetap sehat dan selalu dalam lindunganNya.
Akhirnya, rasa terima kasih saya juga untuk teman-teman seperjuangan di
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Angkatan V 2015/2016 dan semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk
menyelesaikan tesis ini.
Binjai, Desember 2019
Hormat saya,

Siti Saodah

Universitas Sumatera Utara


10

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR KOMISI PENGUJI
PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1


Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................... 6
Tujuan ........................................................................................... 6
Hipotesis ....................................................................................... 7
Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9


Gambaran Uremik ......................................................................... 9
Etiologi ......................................................................................... 9
Gejala Klinis ................................................................................. 10
Komplikasi .................................................................................... 11
Kelembaban Kulit Pada Pasien Uremik ......................................... 12
Patofisiologi Kelembaban Kulit ..................................................... 14
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelembaban Kulit ................... 15
Komplikasi Penurunan Kelembaban Kulit ..................................... 17
Penatalaksanaan Penurunan Kelembaban Kulit.............................. 17
Virgin Coconut Oil (VCO) ............................................................ 18
Cara Pembuatan VCO ................................................................... 19
Kandungan, Manfaat dan Kegunaan VCO ..................................... 19
Kandungan, Manfaat dan Kegunaan Lotion .................................. 20
Pengaruh Virgin Coconut OilTerhadap Kelembaban Kulit ............. 20
PemberianVirgin Coconut Oil ....................................................... 24
Protokol Pemberian Virgin Coconut Oil ........................................ 24
Instrumen Pengukuran Kelembaban Kulit ..................................... 25
Standart Penilaian Pada Kulit ........................................................ 26
Protokol Pengukuran Kelembaban Kulit ........................................ 27
Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 28
Hipotesis Penelitian ....................................................................... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................ 29


Rancangan Penelitian .................................................................... 29
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 30
Lokasi Penelitian ...................................................................... 30

Universitas Sumatera Utara


11

Waktu Penelitian ...................................................................... 30


Populasi dan Sampel ..................................................................... 30
Populasi .................................................................................... 30
Sampel...................................................................................... 30
Metode Pengumpulan Data............................................................ 33
Tahap Persiapan........................................................................ 33
Tahap Pelaksanaan.................................................................... 35
Tahap Intervensi ....................................................................... 35
Tahap post-test ......................................................................... 36
Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 38
Metode Pengukuran ...................................................................... 39
Validitas dan Reliability ................................................................ 40
Metode Analisis Data ................................................................... 40
Pengolahan Data ....................................................................... 40
Analisa Data.................................................................................. 41
Analisa Univariat ...................................................................... 41
Analisa Bivariat ........................................................................ 41
Pertimbangan Etik ......................................................................... 42

BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................ 44


Karakteristik Responden ............................................................... 44
Analisis Univariat ......................................................................... 45
Kelembaban Kulit Pasien Uremik pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol Sebelum Diberi Perlakuan (Pretest) ..... 45
Kelembaban Kulit Pasien Uremik pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol Sebelum Diberi Perlakuan (Posttest) .... 46
Analisis Bivariat ............................................................................ 46
Persyaratan Asumsi Klasik ....................................................... 46
Analisis Statistik ....................................................................... 47

BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................... 50


Perbedaan Kelembaban Kulit pada Kelompok Intervensi Sesudah
diberi VCO dan Kelompok Kontrol Sesudah diberi Lotion di
RSUD DR. R.M. Djoelham
Binjai ............................................................................................
50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 57


Kesimpulan .................................................................................. 57
Saran ............................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 59

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


12

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian .................................................. 37

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 38

4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD


Dr. R.M. Djoelham Bijai Tahun 2019 (n = 80)............................. 45

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelembaban Kulit


Sebelum (Pretest) dan Setelah (Posttest) Perlakuan di RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai Tahun 2019 ............................................. 46

4.3. Hasil Paired Sample T Test (Uji T Sampel Berpasangan) Pengaruh


Kelembaban Kulit Sebelum dan Sesudah diberi VCO di RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai Tahun 2019 .............................................. 47

4.4. Hasil Paired Sample T Test (Uji T Sampel Berpasangan) Pengaruh


Kelembaban Kulit Sebelum dan Sesudah diberi Lotion di RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai Tahun 2019 .............................................. 48

4.5. Hasil Uji Independent Samples t-Test Pengaruh Pemberian Virgin


Coconut Oil (VCO) dan Lotion Terhadap Kelembaban Kulit Pasien
Uremik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai Tahun 2019 ....................................................................... 49

Universitas Sumatera Utara


13

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1. Skema Desain Penelitian ................................................................. 29

3.1. Kerangka Operasional Penelitian/Alur Penelitian ........................... 36

Universitas Sumatera Utara


14

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan ............................... 64

Lampiran 2. Lembar Penelitian ............................................................... 65

Lampiran 3. Prosedur Kerja .................................................................... 66

Lampiran4. Master Data.......................................................................... 70

Lampiran 5. Output SPSS ........................................................................ 72

Lampiran 6. Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan ..................... 78

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU .......... 79

Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian dari RSUD Dr. R.M. DJoelham


Binjai ................................................................................... 80

Lampiran 9. Lembar Konsul Tesis Pembimbing I..................................... 81

Lampiran 10. Lembar Konsul Tesis Pembimbing I..................................... 82

Lampiran11. Riwayat Hidup ..................................................................... 83

Universitas Sumatera Utara


15

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara

metabolism dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang

berakibat pada peningkatan ureum. Pasien gagal ginjal kronis tidak bisa

disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal, dialisis

peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black &

Hawks, 2014).

Penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel yang berlangsung

lebih dari 3 bulan akan menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik (GGK). Gagal

ginjal kronik yang dapat menimbulkan gejala klinis pada berbagai sistem tubuh,

salah satunya adalah kelainan pada kulit (Masmoudi, Houria, Hanbali, &

Masmoudi, 2014).

Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh

dunia. Menurut United State Renal Data System (2013) di Amerika Serikat

prevalensi penyakit gagal ginjal kronik meningkat 20-25% setiap tahun.

Diperkirakan lebih dari 20 juta (lebih dari 10%) orang dewasa di Amerika Serikat

mengalami penyakit ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal di dunia per

tahun meningkat sebanyak lebih dari 50% (USRDS, 2013). Data di dunia

menyebutkan bahwa di Amerika Serikat jumlah penderita gagal ginjal akut di

rumah sakit meningkat dari tahun ke tahun sebesar 4,9% pada tahun 1983; 7,2%

pada tahun 2002; 20% pada tahun 2012 (James & Ortiz, 2014). Peningkatan

Universitas Sumatera Utara


16

insidensi terjadi bukan hanya pada penderita gagal ginjal akut saja begitu juga pada

gagal ginjal kronik. Menurut data WHO (2012), penduduk dunia lebih dari 500 juta

mengalami gagal ginjal kronis dan sekitar 1,5 juta penduduk menjalani terapi

hemodialisa sepanjang hidupnya.

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi penyakit

gagal ginjal kronik berdasarkan diagnose dokter di Indonesia sebesar 0,2%

(Kemenkes RI, 2013). Data Indonesian Renal Registry tahun 2014 menunjukkan

bahwa seluruh pasien yang didiagnosa penyakit ginjal sebesar 87%. Di Sumatera

Utara, diperkirakan sekitar 392 pasien yang didiagnosa gagal ginjal tahap akhir.

Data di Indonesia menunjukkan bahwa peningkatan insidensi penderita yang

menjalani terapi hemodialisis dari tahun 2007 sampai 2012 yakni 6862 pada tahun

2007, tahun 2008 sebanyak 7328 penderita, tahun 2009 sebanyak 12.900 penderita,

2010 sebanyak 14.833 penderita, 2011 sebanyak 22.304 penderita dan 2012

sebanyak 28.782 penderita (Indonesian Renal Registry, 2014).

Pardede (2010) berpendapat bahwa gagal ginjal kronik disebabkan oleh

penurunan fungsi ginjal dan penimbunan sisa metabolisme protein yang disebut

toksin uremik. Uremik merupakan sindrom klinis yang berhubungan dengan

ketidak seimbangan cairan, elektrolit, hormon dan kelainan metabolik yang

berkembang secara paralel dengan penurunan fungsi ginjal. Uremik lebih sering

berkembang dengan penyakit ginjal kronik tapi juga bisa terjadi dengan gagal ginjal

akut jika hilangnya fungsi ginjal dengan cepat (Alper & Shenava, 2014). Salah satu

masalah yang sering muncul dalam GGK adalah gangguan integritas kulit seperti

gatal-gatal (pruritus), kulit kering (xerosis) dan kulit belang (skin discoloration)

Universitas Sumatera Utara


17

yang mempengaruhi 50% - 90% dari pasien dialisis peritoneal atau hemodialisis,

gejala mulai dari ringan sampai parah sesuai dengan stadium akhir penyakit ginjal.

Hasil penelitian Udayakumar, Balasubramanian, Ramalingam, Chembolli, &

Srinivas (2013) menunjukkan bahwa 80% pada 100 pasien HD mengeluh masalah

kulit dengan temuan umum xerosis 79%, pucat 60%, pruritus 53% dan pigmentasi

kulit 43%. Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang sangat mengganggu

pada pasien gagal ginjal akhir yang menjalani hemodialisa.

Lynde & John (2010) mengatakan bahwa xerosis terjadi pada pasien dialisis

dengan persentase 50-75% dengan keluhan kulit kering atau kasar. Xerosis ditandai

dengan sedikitnya turgor kulit, kulit kering, pecah-pecah pada permukaan

ekstremitas. Kondisi ini dapat membuat sangat tidak nyaman karena menyebabkan

bertambahnya celah di kulit, ulcer, iritasi, dermatitis ataupun alergi (Alper &

Shenava, 2014). Hal ini juga penyebab utama terjadinya suatu infeksi (seperti

cellulitis) karena membahayakan pertahanan kulit normal. Tertundanya

penyembuhan luka pada pasien penyakit ginjal stadium lanjut ini meningkatkan

risiko infeksi (Lynde & John, 2010). Salah satu penatalaksanaan pasien Gagal

Ginjal Kronik (GGK) yaitu pengobatan segera terhadap infeksi untuk mencegah

infeksi sampai keginjal karena pada penderita GGK terjadi penurunan imunitas

(Harlim & Yogyartono, 2012).

Xerosis disebabkan berkurangnya kelembaban akibat hilangnya lipid dan

faktor pelembab alami di stratum korneum. Xerosis pertama kali ditandai dengan

gejala kekeringan pada permukaan kulit yang menjadi bersisik, keras dan rasa tidak

nyaman. Kondisi yang berkelanjutan akan menyebabkan permukaan kulit retak dan

pecah-pecah yang berakibat timbulnya iritasi dan inflamasi. Xerosis dapat

Universitas Sumatera Utara


18

menimbulkan masalah yang cukup serius bila tidak ditangani sejak dini. Jika

kedalaman pecahan tersebut cukup dalam hingga lapisan dermis akan menimbulkan

perdarahan yang memicu infeksi oleh jamur dan bakteri (Pray & Pray, 2009).

Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang sangat mengganggu

pada pasien gagal ginjal akhir yang menjalani hemodialisa (Nahid, 2010). Pruritus

atau gatal-gatal merupakan gejala yang paling umum dari penyakit ginjal stadium

lanjut. Penderita dengan gagal ginjal kronis, 15-49% mengalami pruritus dan

mereka yang menjalani dialisa 50-90%. Gagal ginjal akut, pruritus sangat jarang

ditemui. Prevalensinya sedikit lebih besar pada pasien hemodialisa yaitu 42% dan

pada pasien dialisis peritoneal 32% (Lynde & John, 2010). Pruritus tidak memiliki

hubungan yang konsisten dengan usia, jenis kelamin, ras atau penyakit yang

diderita. Pruritus mungkin muncul beberapa waktu atau menetap, tempatnya bisa

lokal atau menyeluruh, dan tingkat pruritusnya bisa ringan atau berat. Jika pruritus

ini digaruk dalam jangka lama dapat menyebabkan berbagai lesi pada kulit (Nunley

& Lerma, 2011). Pruritus juga dapat menimbulkan suatu sensasi yang tidak

menyenangkan pada kulit yang memprovokasi pada keinginan untuk menggaruk

atau sensasi iritasi yang tidak nyaman di kulit, yang dapat menyebabkan terjadinya

suatu infeksi apabila tidak segera ditangani (Mettang & Weisshaar, 2010).

Perawatan kulit, pertama dengan menjaga kulit agar tetap bersih dan kering,

menggunakan pembersih kulit dengan pH yang seimbang. Melindungi kulit dari

paparan kelembaban yang berlebihan dengan memberikan topikal untuk

mengurangi risiko kerusakan pada kulit. Penggunaan pelembab kulit untuk

melembabkan kulit kering untuk mengurangi risiko kerusakan kulit (EPUAP,

2014). Menurut Registered Nurse's Association of Ontorio dalam Syapitri, Siregar,

Universitas Sumatera Utara


19

& Ginting (2017) salah satu intervensi dalam menjaga integritas kulit adalah dengan

cara memberikan pelembab lubrikan seperti lotion, krim dan salep rendah alcohol

atau menggunakan barier pelindung kulit seperti liquid barrierfilms,

transparentfilms dan hydrocolloids.

Perawatan kulit menggunakan moisturizer (pelembab) diyakini merupakan

tindakan yang murah, tidak menimbulkan bahaya dan memungkinkan untuk

diimplementasikan namun keuntungan dan efektifitas bahan topikal spesifik mana

yang lebih simpel belum dapat dijelaskan. Penggunaan Virgin Coconut Oil dapat

dipertimbangkan sebagai bahan untuk melembabkan kulit (Torra, 2010).

VCO diyakini baik untuk kesehatan kulit karena mudah diserap kulit dan

mengandung vitamin E (Utomo, 2012). Virgin Coconut Oil mengandung pelembab

alamiah dan membantu menjaga kelembaban kulit serta baik digunakan untuk kulit

yang kering, kasar dan bersisik. VCO mengandung medium chain fatty acids (MCFA)

yang mudah masuk ke lapisan kulit dalam dan mempertahankan kelenturan serta

kekenyalan kulit (Tranggono & Latifah, 2007).

VCO mengandung komposisi: asam lemak jenuh yang terdiri dari: (Asam

Laurat 43,0–53,0), (Asam Miristat 16,0–21,0), (Asam Kaprat4,5–8,0), (Asam

Palmitat 7,5–10,0), (Asam Kaprilat 5,0-10,0), (Asam Kaproat 0,4-0,6). Asam lemak

tidak jenuh terdiri dari: (Asam Oleat 1,0–2,5), (Asam Palmitoleat 2,0–4,0). Asam

laurat dalam tubuh akan diubah menjadi monolaurin. Hasil penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa monolaurin bersifat anti virus, anti bakteri dan anti

jamur. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam VCO bersifat

melembutkan kulit (Ellis & Bentz, 2007).

Universitas Sumatera Utara


20

Pernyataan di atas juga didukung oleh penelitian “The effect of virgin

coconut oil loaded solid lipid particles (VCO-SLPs) on skin hydration and skin

elasticity” yang dilakukan oleh Mohamed, Aziza, Sarmidia, & Aziza (2013) di

Malaysia didapatkan hasil pelembab lotion dengan VCO-SLPs yang mengandung

virgin coconut oil sebesar 20% ditemukan efektif dalam meningkatkan kelembaban

kulit dan meningkatkan elastisitas kulit. Ada 24,8% peningkatan kelembaban kulit

untuk lotion dengan VCO-SLPs dibandingkan dengan 12,7% peningkatan

kelembaban kulit.

Melihat kandungan VCO dan manfaatnya bagi perawatan kulit yang

dikemukakan dalam beberapa penelitian di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap

Kelembaban Kulit Penderita Uremic Pada Pasien Hemodialisa di RSUD Dr. RM.

Djoelham tahun 2019.

Rumusan Masalah

Bagaimana Pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Kelembaban

Kulit Pasien Uremik yang menjalani Hemodialisa?

Tujuan

Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Kelembaban Kulit

Pasien Uremik yang menjalani Hemodialisa.

Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui dan menganalisis nilai pre test kelembaban kulit pada

kelompok intervensi.

Universitas Sumatera Utara


21

Mengetahui dan menganalisis nilai pre test kelembaban kulit pada

kelompok kontrol.

Mengetahui dan menganalisis nilai post test kelembaban kulit pada

kelompok intervensi.

Mengetahui dan menganalisis nilai post test kelembaban kulit pada

kelompok kontrol.

Membandingkan nilai kelembaban kulit pada kelompok intervensi dan

kontrol sesudah diberi VCO dan lotion di RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai.

Hipotesis

Ada pengaruh virgin coconut oil (VCO) terhadap kelembaban kulit pasien

uremik yang menjalani hemodialisa.

Manfaat Penelitian

Manfaat Kepada Pasien

Penelitian ini bermanfaat agar pasien mengetahui bagaimana cara penanganan

kulit kering yang diakibatkan efek dari hemodialisa. Dan pasien dapat melakukan

perawatan secara mandiri di rumah untuk menjaga kelembaban kulit kering akibat

uremik.

Manfaat Kepada Keluarga

Penelitian ini bermanfaat agar keluarga mengetahui bagaimana cara penanganan

kulit kering yang diakibatkan efek dari hemodialisa. Dan keluarga dapat melakukan

perawatan secara mandiri di rumah untuk menjaga kelembaban kulit kering akibat

uremik.

Universitas Sumatera Utara


22

Manfaat Untuk Keperawatan

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan dalam memberikan suatu

tindakan (intervensi) untuk meningkatkan kelembaban kulit pada pasien uremik.

Manfaat Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bermanfaat untuk menguji salah satu jenis perawatan kulit yaitu

perawatan kulit dengan memberikan VCO secara topikal sebagai intervensi mandiri

keperawatan dalam menjaga kelembaban kulit kering penderita uremic. Penelitian ini

juga dapat menjadi awal bagi penelitian selanjutnya baik yang berkaitan dengan manfaat

VCO maupun menjaga kelembaban kulit penderita Uremik dengan Quasi Eksperimental

design (pre test dan post test with control group design).

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Uremik

Definisi

Uremia adalah sindrom klinis yang berhubungan dengan ketidak-

seimbangan cairan, elektrolit, hormon dan kelainan metabolik, yang berkembang

secara paralel dengan penurunan fungsi ginjal. Penyakit ginjal kronis (chronic

kidney disease) lebih sering berkembang menjadi uremia terutama stadium lanjut

CKD, tetapi juga dapat terjadi dengan gagal ginjal akut (AKI) jika hilangnya fungsi

ginjal dengan cepat. Belum ada uremik toksik tunggal yang telah di identifikasi

menyumbang semua manifestasi klinis uremia. Racun, seperti hormon paratiroid

(PTH), beta 2 mikroglobulin, poliamina, produk glikosilasi akhir mutakhir, dan

molekul menengah lainnya, diperkirakan berkontribusi terhadap sindrom klinis

(Alper & Shenava, 2014). Disebut Uremia bila kadar ureum didalam darah di atas

50 mg/dl. Uremia adalah sindrom penyimpangan biokimia yang ditandai oleh

azotemia, asidosis, hiperkalemia, pengendalian volume cairan yang buruk,

hipokalsemia, anemia dan hipertensi. Uremia adalah sindrom klinis dengan

penurunanlaju filtrasi glomerulus (LFG) < 10-15 ml/menit (Tao & Kendall, 2014).

Etiologi

Pada penyakit ginjal kronis terjadi kerusakan regional glomerulus dan

penurunan LFG terhadap pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asambasa,

keseimbangan elektrolit, system hematopoesis dan hemodinamik, fungsi ekskresi

dan fungsi metabolic endokrin. Sehingga menyebabkan munculnya beberapa gejala

klinis secara bersamaan, yang disebut sebagai sindrom uremia (Suwitra, 2015).

Penyebab dari uremia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu prerenal, renal, dan

23

Universitas Sumatera Utara


24

postrenal. Uremia pre renal disebabkan oleh gagalnya mekanisme sebelum filtrasi

glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi penurunan aliran darah ke ginjal (syok,

dehidrasi, dan kehilangan darah) dan peningkatan katabolisme protein (Bayhakki,

2015). Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (gagal ginjal kronis/chronic renal

failure atau juga pada kejadian gagal ginjal akut/acute renal failure apabila fungsi

ginjal menurun dengan cepat) yang dapat menyebabkan gangguan ekskresi urea

sehingga urea akan tertahan di dalam darah, hal ini akan menyebabkan intoksikasi

oleh urea dalam konsentrasi tinggi yang disebut dengan uremia. Sedangkan uremia

post renal terjadi oleh obstruksi saluran urinary di bawah ureter (vesica urinaria

atau urethra) yang dapat menghambat ekskresi urin. Obstruksi tersebut dapat

berupa batu/kristaluria, tumor, serta peradangan (Nursalam, 2014).

Gejala Klinis

Saraf dan otot biasanya mengalami kelelahan, neuropati perifer, penurunan

ketajaman penglihatan, kejang, anoreksia dan mual, penurunan indera penciuman

dan perasa, haid gelisah, gangguan tidur, koma, berkurangnya membran potensial

otot (Tjokroprawiro, 2014). Sedangkan pada sistem endokrin dan metabolik itu

biasanya dapat terjadi amenore dan disfungsi seksual, penurunan suhu tubuh,

perubahan level asam amino, penyakit tulang karena retensi fosfat hyper

parathyroidism, dan kekurangan vitamin D, resisten insulin, peningkatan

katabolisme protein otot (Muhammad, 2015).

Gejala klinis lain yang mungkin dapat terjadi anatara lain serositis

(termasuk pericarditis), gatal, cegukan, stres oksidan, anemia karena kekurangan

eritropoetin dan usia sel darah merah yang singkat disfungsi granulosit dan limfosit,

disfungsi platelet (Harahap, 2016).

Komplikasi

Universitas Sumatera Utara


25

Anemia

Kapiler peritubular endothelium ginjal menghasilkan hormon eritropoetin

yang diperlukan untuk menstimulasi sumsum tulang dalam mensintesis sel

darah merah (system hematopoesis). Keadaan uremia menyebabkan aktivitas

pembuatan hormon eritropoetin tertekan, sehingga menyebabkan gangguan pada

sistem hematopoesis yang berakibat pada penurunan jumlah sel darah merah dan

kadar hemoglobin (Tjokroprawiro, 2014). Hal ini menyebabkan terjadinya anemia

yang memicu terjadinya peningkatan cardiac output, diikuti dengan peningkatan

cerebral blood flow, sebagai kompensasi pemenuhan kebutuhan oksigen bagi otak

(Haktanir et al., 2005).

Trombositopenia

Kondisi uremia menyebabkan penurunan trombosit yang meningkatkan

risiko perdarahan. Trombosit tidak dapat lagi membentuk bekuan sehingga tidak

terjadi agregasi trombosit. Akibatnya akan timbul perdarahan dari hidung, diare

berdarah, atau bias juga perdarahan di bawah kulit. Efek samping penggunaan anti

hypertensive agents captopril dan pemberian anti koagulan heparin yang lama

melalui reaksi imunologis, juga berperan dalam terjadinya trombositopenia

(Thiagarajan, 2009).

Gizi Buruk

Uremia menginduksi perubahan fungsi saluran cerna sehingga menghambat

asupan nutrisi dan menghasilkan status gizi buruk yang akhirnya meningkatkan

risiko penyakit jantung dan infeksi (Himmelfarb, 2010).

Hiperamonemia

Ureum secara tipikal diangkut dari hati ke ginjal tempat ureum tersebut

diekskresikan. Ginjal yang mengalami kegagalan tidak dapat mengekskresikan

Universitas Sumatera Utara


26

ureum dan karena itu enzim usus urease mengubah ureum tambahan menjadi

ammonia sehingga terjadi hiper amonemia (Tjokroprawiro, 2014).

Resistensi Insulin

Ketika laju filtrasi glomerulus turun di bawah 50 ml permenit per 1,73 m2

terjadi resistensi insulin. Aktivitas fisik mengurangi kerja insulin, pada pasien

uremia resistensi insulin dapat berkembang sebagian karena kurang aktivitas

(Meyer & Hostetter, 2007).

Kelembaban Kulit Pada Pasien Uremik

Pengertian

Kulit merupakan lapisan terluar penutup tubuh yang mempunyai fungsi

sebagai barier terhadap segala bentuk trauma dari luar baik fisik, mekanik maupun

kimiawi. Di samping itu pula sebagai penutup tubuh yang bernilai estetika dengan

tampilan yang nampak halus, lembut dan berkilat. Pada keadaan tertentu kulit

tampak kasar kering dan bersisik (Baumann, 2012).

Peran kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar air yang berada dalam

kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya. Kulit lapisan epidermis dan

lapisan dermis memiliki kadar air berkisar 80%. Tetapi pada bagian teratas lapisan

epidermis terdapat lapisan keratin yang hanya memiliki kadar air antara 10-30%.

Kandungan air sangat menentukan elastisitas bagian atas kulit sehingga kulit akan

tampak lembut, halus, dan bercahaya. Tekstur kulit yang lembab terlihat lebih tebal

sehingga kulit terlihat lebih rata dan kerutan-kerutan pada kulit terangkat ke

permukaan (Priyanto, 2014).

Proses kelembaban kulit yang penting adalah keseimbangan antara

penguapan air dengan kemampuan kulit menahan air, fungsi barier kulit juga

berperan. Oleh karena itu penting untuk mempertahankan kulit yang sehat dan

Universitas Sumatera Utara


27

memperbaiki kulit kering untuk menjaga agar kulit terlihat sehat dan lembab

(Suwitra, 2015).

Jadi dapat disimpulkan kelembaban kulit adalah keadaan kadar kelembaban

subcutan dan keseimbangan antara penguapan air dengan kemampuan kulit

menahan air, fungsi barier kulit juga berperan.

Lapisan epidermis terutama stratum korneum merupakan lapisan terluar

permukaan yang memiliki keseimbangan antara air dan lipida tertentu untuk

menjaga agar kulit tersebut tetap elastis dan tidak kasar. Lipid berfungsi menjaga

faktor pelembab alami tetap di dalam sel. Sehingga tidak terjadi penguapan air

secara berlebihan. Faktor pelembab alami terdiri dari asam amino, asam karboksilat

pirolidon, asam laktat dan urea (Loden, 2015). Lipid ini disusun oleh seramid

sebanyak 40%, kolesterol 25% dan asam lemak bebas 10-15%, diikuti dengan

sejumlah kecil trigliserida dan ester stearil (Miller, Tadagavadi, Ramesh, & Reeves,

2010). Bila kandungan lipid berkurang maka kelembaban akan menurun berakibat

korneosit akan memisah dan kulit menjadi pecah (Suwitra, 2015).

Kelembaban kulit normal berkisar antara 10-30% (Draelos, 2010). Lapisan

terdalam dari stratum korneum mengandung banyak air tetapi pada lapisan terluar

kandungan airnya tergantung pada kelembaban relatif lingkungan. Kelembaban

kulit mempengaruhi keelastisan dari stratum korneum. Terganggunya ikatan air

karena efek samping dari toksin eksogen atau senyawa endogen dari stratum

korneum dapat menghasilkan kondisi yang abnormal (Baumann, 2012).

Patofisiologi Kelembaban Kulit

Xerosis dikarakteristikkan dengan berkurangnya kelembaban yang

mencapai kadar kelembaban kurang dari 10% di stratum korneum. Hal ini terjadi

Universitas Sumatera Utara


28

karena peningkatan pada Trans Epidermal Water Loss (TEWL) karena

berkurangnya permeabilitas pelindung kelembaban yang berkurang akan

menyebabkan terjadinya pemisahan korneosit. Ketika kulit menjadi terlalu kering,

kulit akan mengeras, memerah dan berkembang menjadi retak. Bila retakan

menjadi melebar dan semakin dalam akan sampai pada bagian dermis kulit dan

dapat berakibat perdarahan yang akan memicu infeksi. Kondisi ini dapat terjadi

lebih parah pada daerah tubuh yang dengan relatif sedikit kelenjar minyak seperti

tangan dan kaki (Loden, 2015).

Xerosis memiliki karakteristik tertentu yang dapat diamati secara visual,

sentuhan dan sensori. Pengamatan visual ditunjukkan oleh kulit yang mengalami

kemerahan, permukaan yang kusut, lapisan putih dan retakan. Pengamatan

sentuhan ditunjukkan oleh kulit yang terasa kasar dan ganjil ketika disentuh.

Pengamatan sensori ditunjukkan oleh kulit yang dirasakan kering tidak nyaman,

nyeri, sensasi sengatan dan gatal (Loden, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi xerosis yaitu cuaca (suhu dan

kelembaban), paparan bahan kimia dan mikroorganisme, penuaan dan stress

fisiologi, genetik, atopik eczema, psoriasis, dan ichryosis (Loden, 2015). Selain

itu, penggunaan obat-obat diuretik dapat mengakibatkan xerosis.

Gejala pertama terjadinya kekeringan kulit yaitu munculnya warna suram

hitam-putih dan perubahan topografi kulit. Dengan memburuknya kondisi kulit,

akan terjadi penurunan kohesi antar sel keratinosit berakibat ujung sel

keratinositakan menggulung dan muncul ruam pada kondisi kering. Jika berlanjut

akan terbentuk sisik, kulit yang berlapis-lapis dan permukaan kulit terasa kasar.

Penampilan kulit yang kasar menjadi suram karena kurang mampu merefleksikan

Universitas Sumatera Utara


29

cahaya dibandingkan permukaan kulit yang halus. Kulit terasa kurang elastis

(pliable) dengan penarikan dan peregangan. Retakan dan pecahan akan muncul

sebagai hasil dari penurunan elastisitas (Baumann, 2012).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelembaban Kulit

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi Kelembaban kulit

adalah (American Skin Association, 2007; dalam Bristow, 2013).

Usia

Penurunan kelembaban kulit atau kering pada umumnya terjadi pada lansia,

yaitu pada usia 65 tahun keatas. Penurunan kelembaban kulit pada lansia

disebabkan oleh perubahan struktur lapisan kulit berupa perubahan komposisi lipid

pada stratum corneum dan perubahan diferensiasi epidermal yang menyebabkan

kulit kehilangan kemampuan untuk melembabkan secara alami (Black & Hawks,

2014).

Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal dapat menyebabkan perubahan pada kelenjar keringat dan

kelenjar minyak yang menyebabkan kulit menjadi kehilangan kemampuan alami

untuk melembabkan diri. Kondisi ini dapat juga disebabkan dari perubahan

metabolisme pada gagal ginjal kronik, yang saling berkaitan dengan perubahan

volume cairan dari pasien yang menjalani dialisis. Selain itu penurunan kelembaban

kulit pada penderita gagal ginjal juga disebabkan oleh kadar ureum yang tinggi,

sehingga terjadi penimbunan kristal urea di bawah permukaan kulit (Alam &

Hadibroto, 2008).

Menopause

Pada wanita yang mengalami menopause terjadi ketidak seimbangan

hormon, termasuk hormon esterogen. Pada wanita yang mengalami menopause

Universitas Sumatera Utara


30

hormon esterogen dapat menyebabkan penurunan aktivasi kelenjar sebasea pada

kulit yang menyebabkan penurunan jumlah dan ukuran sebasea. Selain itu

esterogen juga menurunkan produksi dari sebum. Hal ini menyebabkan kulit

kehilangan kemampuan untuk melembabkan secara alami. Selain itu juga terjadi

proses fisiologis penuaan kulit (keratinosit bergerak perlahan dari lapisan basal

epidermis ke stratum corneum) dan berkurangnya kandungan air di dalam kulit

yang dapat menyebabkan kulit kehilangan kemampuan untuk melembabkan diri

(Sawitri, 2009).

Komplikasi Penurunan Kelembaban Kulit

Penurunan kelembaban kulit juga dapat memperburuk pruritus pada pasien

gagal ginjal kronik (Uhoda, 2015). Penurunan kelembaban pada kulit membawa risiko

timbulnya ulkus. Rangkaian kejadian yang khas dalam proses terjadinya ulkus dimulai

dari cedera pada jaringan lunak, pembentukan fisura antara jari-jari atau daerah kulit

yang mengalami penurunan kelembaban atau kering, atau pembentukan sebuah kalus

(Smeltzer & Bare, 2012). Clayton; Elasy (2010) juga mengatakan pada kulit yang

kehilangan kemampuan alami untuk melembabkan kulit di atasnya akan menjadi

kering dan semakin rentan terhadap infeksi.

Penatalaksanaan Penurunan Kelembaban Kulit

Untuk mempertahankan kelembaban kulit, harus mengurangi hilangnya air

lewat epidermis dengan jalan memberikan bahan yang bersifat hidrasi (moisturizer)

yang larut dalam air atau pelumas (lumbricating) dan penutup (oclution) yang tidak

larut dalam air (Partogi, 2012). Penanganan yang dapat dilakukan pada kulit yang

mengalami penurunan kelembaban atau kering yaitu dengan melembabkan kaki

Universitas Sumatera Utara


31

dengan pelembab. Istilah pelembab menggambarkan terjadinya penambahan air ke

kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit atau peningkatan kadar air secara aktif

ke kulit. Pengertian pelembab adalah bahan oklusif yang membantu hidrasi kulit

dengan cara melembabkan permukaan kulit dan menahan air di stratum corneum

(Purwandhani & Effendi, 2013).

Pelembab berfungsi sebagai okulsif atau membentuk lapisan yang

mempunyai kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik alamiah. Pelembab

dapat bekerja pada kulit normal maupun yang mengalami kelainan, sehingga dapat

digunakan untuk pengobatan kelainan kulit pada umumnya. Efek dari pelembab

adalah melembabkan kulit, anti inflamasi, anti mitotik dan antri pruritus.

Komponen terpenting pada pelembab adalah lipid. Jacobi menyatakan bahwa

kemampuan kulit untuk menyimpan kelembaban berhubungan dengan adanya

bahan yang larut dalam air, dinamakan faktor X atau faktor pelembab alami

(natural moisturizing factor/NMF) (Partogi, 2012).

Virgin Coconut Oil (VCO)

Definisi

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang dibuat tanpa

pemanasan atau dengan pemanasan minimal. Penggunaan minyak kelapa murni

sebagai bahan perawatan kulit dan rambut telah dilakukan oleh masyarakat

Indonesia secara turun temurun. Kelapa merupakan tanaman buah yang banyak

terdapat di Indonesia dan umumnya digunakan sebagai salah satu bahan masakan

baik dalam bentuk olahan daging buah kelapa segar maupun dibuat minyak untuk

keperluan memasak maupun merawat tubuh (Alamsyah, 2015). Olahan minyak dari

daging buah kelapa terdiri dari 2 jenis yaitu minyak yang diolah dari bahan baku

Universitas Sumatera Utara


32

kopra (daging kelapa kering) dan minyak yang diolah dari bahan baku kelapa

segar/santan. Pengolahan dari bahan baku buah kelapa segar ini yang menghasilkan

minyak kelapa murni (virgin coconut oil). Pemanfaatan VCO dalam bidang

kesehatan terus diteliti berkaitan dengan sifat-sifat baik yang dimiliki VCO yang

diduga dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan (Sutarmi, 2015).

Cara Pembuatan VCO

Virgin coconut oil (VCO) diolah dengan minimal pemanasan atau tanpa

pemanasan sama sekali. Masyarakat Indonesia sejak dahulu mengolah santan

kelapa menjadi minyak goreng melalui pemanasan (Alamsyah, 2015). Amin (2009)

menyatakan pengolahan daging buah kelapa menjadi VCO dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu :

Dengan Proses Mekanis

Pada pengolahan cara ini, daging kelapa dikeringkan dengan cepat lalu

dipres hingga keluar minyaknya. Melalui cara ini akan diperoleh 90% minyak dan

10% air. Air yang terpisah dengan minyak dipisahkan sedangkan air yang

terkandung dalam minyak dipanaskan dengan cepat agar menguap (Amin, 2009).

Dengan Fermentasi

Metode pembuatan VCO dengan fermentasi menggunakan ragi tape

(Saccharomyces Cereviceae) atau ragi roti. Santan di fermentasi selama 12 – 24

jam(Amin, 2009). Dengan cara ini akan diperoleh VCO dengan kualitas dan

kemurnian yang terjamin demikian juga warnanya bening dan mempertahankan

aroma khas buah kelapa(Alamsyah, 2015).

Universitas Sumatera Utara


33

Kandungan, Manfaat Dan Kegunaan VCO

Sifat-sifat baik yang dikandung oleh VCO diantaranya adalah kandungan

zat-zat aktif seperti asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang mencapai 90%

dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) sebesar 10%. Kandungan lemak

tak jenuh inilah yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kandungan asam lemak

jenuh dalam VCO bisa mencapai 92% yang terdiri dari 48% sampai dengan 53%

asam laurat (C12), 1,5 – 2,5 % asam oleat dan asam lemak lainnya seperti 8%

asam kaprilat (C:8) dan 7% asam kaprat (C:10) (Lucida, Salman, & Hervian,

2008).

Disamping mengandung asam laurat yang tinggi, VCO juga mengandung

Vitamin E (Amin, 2009). Kandungan asam lemak (terutama asam laurat dan oleat)

dalam VCO, sifatnya yang melembutkan kulit. Disamping itu, VCO efektif dan

aman digunakan sebagai moisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan

hidrasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Lucida et al., 2008).

Penelitian tentang manfaat VCO juga telah dilakukan oleh LIPI terutama

terkait pemanfaatan VCO untuk kosmetik, hasil penelitian menunjukkan VCO

bagus untuk kulit namun belum diketahui pemanfaatan VCO sebagai obat

(Maharani, 2015). Namun demikian sebagai bahan campuran obat topikal VCO

diketahui meningkatkan laju penetrasi piroksikam melalui membran kulit mencit

dan meningkatkan konsentrasi obat tersebut secara bermakna (p<0,1). Terhadap

perbedaan uji daya peningkat penetrasi obat antara VCO dan dhymetilsulfoxide

(DMSO) pada sediaan krim. Lucida et al. (2008) menyimpulkan VCO mampu

meningkatkan daya penetrasi sebesar 40% sementara DMSO 10%. Lucida, et al

(2008) menggunakan bahan baku VCO yang distandarisasi dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara


34

standar APCC (Asia Pasific Coconut Community). Selain itu, Siswono (2014) juga

menyatakan VCO diyakini baik untuk kesehatan kulit karena mudah diserap kulit

dan mengandung vitamin E.

Kandungan, Manfaat dan Kegunaan Marina Hand & Body Lotion

Sifat-sifat baik yang dikandung Marina Hand & Body Lotion yaitu Aqua

(water) 0,7%, lemak 0,79%, pelembab 0,90%, asam lemak jenuh 55%, vitamin B3

10%, alkohol berlemak 0,50%, mineral oil 0,80%, hydrolyzed milk (lac) protein

0,50%, parfum (fragrance) 40%.

Biowhitening complex paduan dari vitamin B3 dan E, serta milk protein dan

pearl nutrient, menutrisi kulit sehingga tampak lebih melembabkan kulit &

membuat kulit lebih lembut. Dilengkapi mineral essence yang memancarkan

cahaya kulit. Dengan UV protection melindungi kulit dari sinar UV dan UV B

sehingga kulit tampak lebih lembab serta cerah merata. Lotion harus digunakan

secara rutin, minimal dua kali dalam satu hari setelah mandi.

Pengaruh Virgin Coconut Oil Terhadap Kelembaban Kulit

Virgin coconut oil sudah sejak lama digunakan untuk kulit agar tetap halus,

lembut dan mulus. Susunan molekular dari virgin coconut oil memberikan tekstur

lembut dan halus pada kulit. Minyak yang dioleskan pada kulit akan mempengaruhi

jaringan tubuh, terutama jaringan konektif. Bersatunya jaringan konektif membuat

kulit menjadi kuat (Rindengan & Novarianto, 2014). Virgin coconut oil memiliki

banyak manfaat di bidang farmasi dan kesehatan. Virgin coconut oil juga memiliki

kandungan antioksidan dan pelembab yang sangat tinggi dimana antioksidan ini

berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh (Nilamsari,

2010). Kandungan antioksidan dari virgin coconut oil tidak mengalami kerusakan

Universitas Sumatera Utara


35

dan masih lengkap dalam jumlah yang seimbang dengan pemanasan pada suhu 60-

75⁰C (Setiaji & Prayugo, 2014).

Virgin coconut oil adalah minyak kelapa yang dihasilkan dari pengolahan

daging buah kelapa tanpa melakukan pemanasan atau dengan pemanasan suhu

rendah sehingga menghasilkan minyak dengan warna yang jernih, tidak tengik dan

terbebas dari radikal bebas akibat pemanasan. Lucida et al. (2008) menyatakan

virgin coconut oil mengandung 92% asam lemak jenuh yang terdiri dari 48-53%

asam laurat, 1,5-2,5% asam oleat, asam lemak lainnya seperti 8% asam kaprilat,

dan 7% asam kaprat. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam

virgin coconut oil bersifat melembutkan kulit.

Virgin coconut oil dapat diberikan sebagai bahan topical yang berfungsi

menjadi pelembab untuk mencegah kulit kering. Virgin coconut oil juga

memberikan nutrisi melalui proses penyerapan oleh kulit an sebagai pelumas untuk

mengurangi efek gesekan dan shear. Menurut Price (2013), dalam virgin coconut

oil mempunyai unsur antioksidan dan vitamin E masih dapat dipertahankan

sehingga jika digunakan sebagai pelindung kulit akan mampu melembutkan kulit.

Menurut penelitian Price (2013) virgin coconut oil mengandung medium

fatty chain acid, asam lemak pada virgin coconut oil seperti semua minyak dieter

lainnya digabungkan sebagai trigliserida. Edahwati (2011) juga menyebutkan

virgin coconut oil mengandung banyak asam lemak rantai menengah MCFA.

MCFA yang paling banyak terkandung dalam virgin coconut oil adalah asam laurat

(Edahwati, 2011) Dengan demikian trigliserida mempunyai aksi anti mikrobial

langsung. Namun bakteri yang ada di atas kulit merubah trigliserida menjadi asam

Universitas Sumatera Utara


36

lemak bebas. Sehingga terjadi penambahan asam lemak anti mikrobial pada kulit

dan perlindungan dari infeksi (M. Price, 2013).

Pemanfaatan virgin coconut oil sebagai bahan dasar pembuatan krim

pelembab dibuktikan oleh Nilamsari (2010) melalui penelitiannya dengan

kesimpulan bahwa emulsi pelembab dengan kandungan virgin coconut oil 38,04%

mampu menghasilkan emulsi krim yang relatif stabil dan pH mendekati nilai yang

diinginkan sebagai bahan pelembab kulit yaitu 5-8. Price (2013) menyatakan

dipakai secara topikal atau dipakai kedalam, minyak kelapa membantu kulit tetap

muda, sehat dan bebas dari penyakit. Asam lemak antiseptik pada virgin coconut

oil membantu mencegah infeksi jamur dan bakteri. Ketika dipakaikan langsung

pada kulit, asam lemak yang dikandung minyak kelapa tidak langsung berfungsi

sebagai anti mikroba namun akan bereaksi dengan bakteri-bakteri kulit menjadi

bentuk asam lemak bebas seperti yang terkandung dalam sebum (sebum

mengandung uric acid dan asam laktat).

Pernyataan di atas juga didukung oleh penelitian “The effect of virgin

coconut oil loaded solid lipid particles (VCO-SLPs) on skin hydration and skin

elasticity” yang dilakukan oleh Mohamed et al. (2013) di Malaysia didapatkan hasil

pelembab lotion sarat dengan VCO-SLPs yang mengandung virgin coconut oil

sebesar 20% ditemukan efektif dalam meningkatkan kelembaban kulit dan

meningkatkan elastisitas kulit. Ada 24,8% peningkatan kelembaban kulit untuk

lotion dengan VCO-SLPs dibandingkan dengan 12,7% peningkatan kelembaban

kulit dalam penggunaan lotion kosong untuk durasi pemakaian 2 kali sehari selama

28 hari. Penelitian yang dilakukan Haak (2012) yang berjudul “Change in Moisture

and Fat Content of Skin Under The Application Of Callusan Extra Cream Mousse”

Universitas Sumatera Utara


37

juga menyatakan bahwa rata-rata nilai kelembaban kulit kaki yang diukur dengan

moisture meter sebelum diberikan pelembab 32,2% dan setelah durasi aplikasi 3

minggu meningkat menjadi 44,89% yang menyatakan pelembab mempunyai

pengaruh terhadap meningkatkan nilai kelembaban kulit dan mengatasi kekeringan

pada kulit.

Virgin coconut oil mengandung pelembab alamiah dan membantu menjaga

kelembaban kulit serta baik digunakan untuk kulit yang kering, kasar dan bersisik.

Virgin coconut oil mengandung MCFA yang mudah masuk ke lapisan kulit dalam

dan mempertahankan kelenturan serta kekenyalan kulit. Molekul MCFA relatif

lebih kecil sehingga mudah larut dalam air. MCFA pada virgin coconut oil ketika

diterapkan secara langsung pada kulit untuk mencegah infeksi jamur dan bakteri di

kulit dengan cara untuk mendapatkan masuk ke dalam tubuh adalah dengan

menembus kulit. Ketika pertahanan kulit rusak seperti pada kulit yang mengalami

penurunan kelembaban atau kering, infeksi dapat terjadi. Kulit yang sehat memiliki

pH sekitar 5, sehingga sedikit asam. Keringat dan minyak tubuh mempertahankan

keadaan asam ini. Minyak tubuh kita memproduksi disebut sebum (Fife, 2013).

Kelenjar sebasea mensekresi minyak tubuh yang disebut sebum yang

menjaga kulit dari kekeringan. Sebum disekresi oleh kelenjar minyak. Fungsi dari

minyak tubuh Ini melembutkan dan melumasi kulit dan mencegah kulit kering dan

retak (Tranggonno, 2007). Seperti sebum, virgin coconut oil mengandung Medium

Chain Triglycerides (MCT ). Virgin coconut oil juga diyakini baik untuk kesehatan

kulit. Sebab minyak ini mudah diserap oleh kulit dan mengandung vitamin E.

Minyak ini juga membantu menjaga kulit agar tetap lembut dan halus (Edahwati,

2011). Seperti minyak tubuh, virgin coconut oil berfungsi sebagai pelembab dengan

Universitas Sumatera Utara


38

berikatan dengan keringat dengan cara melapisi permukaan kulit dan menahan air

di stratum corneum. Kelenjar keringat ditemukan bersama dengan kelenjar minyak

di kulit. Minyak berfungsi sebagai pelembab dengan berikatan dengan keringat

dengan cara melapisi permukaan kulit dan menahan air di stratum corneum.

Kelenjar keringat ditemukan bersama dengan kelenjar minyak di kulit. Keringat

melembabkan kulit. Namun, tanpa campuran apapun, keringat akan mudah

menguap, mengakibatkan pengeringan kulit yang lebih parah. Untuk mencegahnya,

zat lain dibutuhkan (Eurell & Frappier, 2006).

Pemberian Virgin Coconut Oil

Pemberian virgin coconut oil dilakukan pada kedua kaki dan tangan, dengan

cara dioleskan pada punggung, telapak kaki dan tangan pasien. Pemberian virgin

coconut oil dilakukan 2 kali sehari setelah mandi dimana setelah mandi keadaan

kulit bersih (Mohamed et al., 2013).

Memberikan pelembab setelah mandi akan membuat kulit kembali segar.

Dengan memakai virgin coconut oil setelah mandi akan bermanfaat bagi kesehatan

kulit dengan meningkatkan atau mempertahankan toleransi jaringan yang

diharapkan (Mohamed et al., 2013).

Protokol Pemberian Virgin Coconut Oil

Pengertian

Pemberian virgin coconut oil dengan cara dioleskan pada punggung tangan

dan kaki pasien dua kali sehari setelah mandi.

Tujuan

Untuk melembabkan kulit pasien dan mencegah terjadinya infeksi pada

kulit.

Universitas Sumatera Utara


39

Persiapan Alat

1. Virgin coconut oil

2. Tissue/handuk

Prosedur

1. Identifikasi kondisi pasien atau klien/hal-hal yang diperlukan

2. Siapkan alat-alat yang diperlukan

3. Dekatkan alat kedekat pasien

4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri

(untuk pertemuan pertama)

5. Jelaskan manfaat dan prosedur tindakan pada klien

6. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dimulai

7. Atur posisi pasien senyaman mungkin

8. Cuci tangan

9. Menggulung pakaian pasien jika pakaian menutupi bagian yang akan dilakukan

tindakan pengolesan VCO

10. Pastikan kulit yang akan dioles VCO dalam keadaan bersih

11. TuangkanVCO sebanyak 0,5 ml pada kedua telapak tangan kemudian ratakan

12. OleskanVCO pada tangan dan kaki

13. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik positif

pada pasien

14. Kontrak pertemuan selanjutnya

15. Bereskan alat-alat

16. Cuci tangan

17. Catat hasil kegiatan dalam lembar observasi (Bayhakki, 2015)

Universitas Sumatera Utara


40

Instrumen Pengukuran Kelembaban Kulit

Skin Moisture Meter adalah sebuah alat digital yang banyak digunakan

dalam bidang kecantikan dan kesehatan. Alat ini memiliki kemampuan khusus

untuk mengukur tingkat kelembaban kulit. Skin moister meter secara otomatis

mendeteksi kondisi kulit dan menampilkan hasilnya pada layar LCD sebagai angka

persentase, skin moister meter membaca sebuah hambatan listrik kulit yang akan

tergantung pada hidrasi dan kekeringan.

Skin moisture meter adalah sebuah alat digital elektronik yang bisa

digunakan untuk mengetahui kelembaban kulit, alat ini memiliki kegunaan utama

dalam hal menentukan nilai kelembaban kulit manusia. Nilai normal kelembaban

kulit 35-40%.

Pengukuran dilakukan dengan menekankan ujung alat skin moisture meter

pada kulit pasien secara perlahan. Biarkan alat ini menempel pada kulit sampai alat

ini selesai mendeteksi. Setelah alat ini mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi

dan layar akan menunjukkan hasil dalam bentuk persentase (%).

Standard Penilaian Pada Kulit

Standar penilaian hasil pengukuran kelembaban kulit adalah sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


41

1. ≤35%, kulit kering

2. 35-40%, kulit normal

3. ≥40%, kulit berminyak

Protokol Pengukuran Kelembaban Kulit

Pengertian

Pengukuran nilai kelembaban kulit kaki untuk memperoleh nilai

kelembaban kulit pasien dengan menggunakan alat skin moisture analyzer.

Persiapan Alat

1. Alat skin moisture analyzer

2. Tissue/lap

3. Sarung tangan sesuai kebutuhan

Prosedur

1. Identifikasi kondisi pasien/hal-hal yang diperlukan

2. Siapkan alat

3. Dekatkan alat pada pasien

4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya serta memperkenalkan diri

(untuk pertemuan pertama)

5. Jelaskan manfaat dan prosedur tindakan pada klien

6. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dimulai

7. Cuci tangan

8. Gunakan sarung tangan sesuai kebutuhan

9. Ambil skin moisture analyzer

10. Bersihkan ujung skin moisture analyzer yang akan ditempelkan ke kulit pasien

dengan menggunakan tissue/lap

Universitas Sumatera Utara


42

11. Periksa dan pastikan skin mositure analyzer hidup dengan menekan tombol ON

pada alat

12. Atur posisi pasien dengan posisi nyaman

13. Tekankan ujung alat skin moisture analyzer pada kulit yang akan diperiksa

secara perlahan. Biarkan alat ini menempel pada kulit samapai alat ini selesai

mendeteksi. Setelah alat ini telah mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi

dan layar akan menunjukkan hasil dalam bentuk persentase (%).

14. Lihat skin moisture analyzer, baca hasilnya dan informasikan kepada pasien

15. Bersihkan skin moisture analyzer dan kembalikan pada tempatnya

16. Catat hasilnya

17. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik positif

18. Kontrak pertemuan selanjutnya

19. Bereskan alat-alat

20. Cuci tangan

21. Catat hasil kegiatan dalam lembar dokumentasi(Jayanthi, 2014).

Universitas Sumatera Utara


43

Kerangka Konsep Penelitian


Pasien uremik yang
menjalani hemodialisa
Penilaian kelembaban
- Faktor yang
kulit sebelum mempengaruhi:
intervensi Efek samping - Usia
hemodialisa: - Jenis Kelamin
gangguan kulit - Pekerjaan
sperti kulit kering, - Lama menjalani HD
bersisik, gatal-gatal

Pemberian VCO pada Pemberian lotion


Intervensi kelompok intervensi biasa pada
keperawatan  Membunuh mikroba kelompok kontrol
 Mencegah infeksi
 Melembabkan dan
menghaluskan kulit
 Mempercepat
penyembuhan pada
kulit
Evaluasi: penilaian
kelembaban kulit
setelah intervensi Perubahan nilai
Kelembaban
kulit

Hipotesis Penelitian

Ho: pemberian VCO tidak lebih efektive memberikan kelembaban kulit penderita

uremik pada pasien Hemodialisa dari pada lotion.

Ha: pemberian VCO lebih efektive memberikan kelembaban kulit penderita uremik

pada pasien Hemodialisa dari pada lotion.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain

quasyexperiment dengan desain pre test dan post test equivalent control group

(Polit & Beck, 2012). Desain penelitian quasy eksperimen adalah desain penelitian

dengan menggunakan kelompok kontrol tetapi tidak sepenuhnya mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi penelitian. Desain ini melibatkan dua

kelompok grup yaitu kelompok intervensi (perlakuan) dan kelompok kontrol.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan intervensi pada kelompok

eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Pada penelitian ini

terdapat dua kelompok, yaitu kelompok intervensi / perlakuan dan kelompok

kontrol.

Desain penelitian dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

X1 I1 X2

Y1 I0 Y2

Skema 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

I1 : Pemberian Virgin Coconut Oil pada kelompok intervensi


I0 : pemberian lotion pada kelompok kontrol
X1 : Nilai kelembaban kulit pada kelompok intervensi sebelum diberikan VCO
X2 : Nilai kelembaban kulit pada kelompok intervensi sesudah diberikan VCO
Y1 : Nilai kelembaban kulit pada kelompok kontrol sebelum diberikan lotion
Y2 : Nilai kelembaban kulit pada kelompok kontrol sesudah diberikan lotion

30

Universitas Sumatera Utara


31

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan di Unit Haemodialisa RSUD Dr. RM.

Djoelham Binjai. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah karena Rumah Sakit

Dr. RM. Djoelham Binjai adalah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah

daerah dengan Pemerintah Daerah Kota Binjai yang menjadi pusat rujukan di

Daerah sehingga memungkinkan untuk mencapai jumlah responden yang dapat

mewakili populasi.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2019. Pengambilan data

penelitian untuk kelompok intervensi dimulai pada bulan April s/d Mei 2019.

Populasi Dan Sampel

Populasi

Populasi merupakan suatu kelompok tertentu dari individu atau elemen

yang menjadi fokus penelitian. Sasaran populasi yaitu seluruh himpunan individu

atau elemen yang memenuhi kriteria sampling (Burns & Grove, 2010). Populasi

dalam penelitian ini adalah pasien hemodialisa rutin yang dirawat di ruang

hemodialisa RSUD. Dr. RM. Djoelham Binjai.

Sampel

Sampel adalah bagian atau elemen dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili karakteristik populasi tersebut(Polit & Beck, 2012). Jenis sampling yang

digunakan pada penelitian ini yaitu consecutive sampling. Consecutive sampling

adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua

Universitas Sumatera Utara


32

individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel

yang diinginkan terpenuhi(Dharma, 2015). Atau pemilihan sampel dengan

menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dimasukkan dalam

penelitian sehingga jumlah sampel yang ditentukan dapat terpenuhi (Polit & Beck,

2012). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien dengan kulit kering yang menjalani hemodialisa

2. Usia ≥ 40 tahun

3. Melakukan terapi modalitas hemodialisis rutin lebih dari 6 bulan

4. Pasien dan keluarga dapat berkomunikasi dan baca tulis dengan menggunakan

bahasa Indonesia.

5. Bersedia dan mau bekerjasama dalam melakukan penelitian (yang ditunjukkan

dengan mengisi lebar persetujuan partisipan).

Sedangkan kriteria eksklusi yang akan digunakan untuk mengeleminasi

responden yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak menggunakan pelembab dalam 2 minggu terakhir.

2. Memiliki riwayat gangguan jiwa.

3. Gangguan orientasi.

4. Pengobatan dengan menggunakan psikotropika.

Dalam penelitian ini besaran sampel ditentukan dengan menggunakan tabel

power analysis. Sebelum melihat tabel power analysis peneliti harus mencari effect

size dari penelitian terdahulu berdasarkan rumus (Cohen, Manion, & Morrison,

2010) yaitu:

MA − MB
d=
σ

Universitas Sumatera Utara


33

Keterangan:

d : Indeks effect size berdasarkan rata-rata t-test penelitian lain

MA-B : Rata-rata hasil pengukuran penelitian lain

 : Standar deviasi dari penelitian lain

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dhikil, Lubna, & Eilean

(2014)tentang “Effect Of Coconut Oil Usage In Risk Of Pressure Ulcers Among

Bedridden Patients Of Selected Hospitals In North India” didapatkan nilai mean

pada kelompok pressure ulcer sebelum intervensi 14 dengan standar deviasi 1,36

dan nilai mean sesudah intervensi 13 dengan standar deviasi 2,19. Sebelum

menentukan besar effect size, harus ditentukan terlebih dahulu beda rata-rata standar

deviasi () dari penelitian ini dengan menggunakan rumus (Cohen et al., 2010)

yaitu:

(𝑠𝑑1 )2+ (𝑠𝑑2 )2


s𝑑 = √ 2

Keterangan:

sd : Standar deviasi

sd1, sd2: Standar deviasi dari penelitian sebelumnya

Maka,

(1,3,6)2 + (2,19)2
𝑠𝑑 = √
2

sd = 1,82

Universitas Sumatera Utara


34

Dari hasil diatas didapat bahwa rata-rata standar deviasi () dari penelitian

ini adalah 1,82. Berdasarkan rata-rata standar deviasi () diatas maka dapat

ditentukan besar effect size-nya yaitu:

14 − 13
d=
1,82

d = 0,55

Besarnya jumlah sampel berdasarkan tabel power analysis dengan equal power

ditetapkan (1-β) = 0,80 dan estimasi effect size berdasarkan hasil diatas 0,55 dengan

tingkat signifikan (alpha [α]) = 0,05, maka didapatkan jumlah sampel yaitu sebesar

40 responden pada masing-masing kelompok.

Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap

persiapan dan tahap pelaksanaan.

Tahap persiapan

Tahap persiapan pertama peneliti mempersiapkan VCO yang didapatkan

dari ahli Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan teknik

pembuatan tanpa pemanasan maupun fermentasi yaitu dengan cara mendiamkan

santan kelapa yang telah diambil selama 24 jam lalu memisahkan minyak yang

terbentuk dengan kertas sarig. Santan kelapa didapatkan dengan cara melakukan

pengepresan buah kelapa parut. Virgin Coconut Oil yang digunakan dalam

penelitian ini adalah VCO dengan kandungan asam lemak tak jenuh 92% yang

terdiri dari 53% asam laurat (C12), 2,3% asam oleat, 8% asam kaprilat (C8) dan

7% asam kaprat. Dilanjutkan dengan prosedur administratif dengan mengajukan

surat permohonan kepada Dekan Fakultas Keperawatan untuk mengeluarkan surat

permohonan ijin pengambilan data ke Rumah Sakit tempat penelitian dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


35

Selanjutnya, peneliti mengajukan surat lulus uji etik (ethical clearance) kepada

lembaga etik penelitian yaitu komisi etik penelitian kesehatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara apabila surat permohonan izin

pengambilan data dan lulus uji etik dikeluarkan, peneliti mengajukan permohonan

izin untuk melaksanakan penelitian kepada Direktur RSUD Dr. RM. Djoelham

Binjai melalui bagian pendidikan dan penelitian. Setelah surat izin penelitian

dikeluarkan, selanjutnya peneliti meminta izin kepada kepala ruangan Hemodialisa

RSUD. Dr. RM. Djoelham Binjai serta menjelaskan tujuan dan membuat kontrak

kerja terhadap lamanya penelitian dilakukan.

Peneliti akan merekrut asisten penelitian dengan tujuan membantu peneliti

dalam melakukan penelitian. Syarat asisten penelitian adalah: 1) memiliki latar

belakang pendidikan Ners, 2) pengalaman bekerja sebagai perawat hemodialisa

minimal 3 tahun. Selain perawat, peneliti juga merekrut keluarga untuk dijadikan

sebagai asisten penelitian dengan tujuan untuk membantu peneliti melakukan

pengolesan VCO yang akan dilakukan dirumah. Setelah didapatkan asisten

peneliti, kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan tugas asisten peneliti serta

melakukan pelatihan pengolesanVCOdengan cara mengatur posisi klien dengan

nyaman sehingga pasien merasa santai dan tidak bosan saat diberikan penjelasan

tentang tindakan yang akan dilakukan, selanjutnya perawat cuci tangan dan

menggulung pakaian pasien jika pakaian menutupi bagian yang akan dilakukan

tindakan pengolesan VCO, Pastikan kulit yang akan dioles VCO dalam keadaan

bersih, tuangkanVCO sebanyak 0,5 ml pada kedua telapak tangan kemudian

ratakan, oleskan VCO pada tangan dan kaki, evaluasi perasaan klien, simpulkan

hasil kegiatan, berikan umpan balik positif pada pasien, kontrak pertemuan

selanjutnya, bereskan alat-alat, perawat cuci tangan, catat hasil kegiatan dalam

lembar observasi, untuk menyamakan persepsi antara peneliti dan asisten peneliti.

Universitas Sumatera Utara


36

Tahap persiapan selanjutnya peneliti mengidentifikasi sampel yang telah

ditetapkan. Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi yang telah

ditetapkan peneliti sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti akan memperkenalkan

diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta prosedur intervensi juga meminta

kesediaan responden untuk berpartisipasi aktif mengikuti penelitian dengan cara

meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)

yang telah disediakan. Pada lembar informed consent responden diminta untuk

mencantumkan alamat lengkap nomor telepon yang bisa dihubungi sebagai media

komunikasi untuk memastikan apakah tindakan diberikan atau tidak.

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan meliputi tiga tahapan

yaitu :

Pertemuan pre-test

Pada pertemuan pertama, peneliti mengidentifikasi responden berdasarkan

kriteria yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, peneliti membagi sampel

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, selanjutnya

menjelaskan tata cara proses penelitian yaitu untuk kelompok intervensi dilakukan

pemberian Virgin Coconut Oil dengan cara oles sedangkan untuk kelompok kontrol

diberikan lotion.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

penilaian kelembaban kulit dengan beberapa tahap pada kelompok tindakan dan

kelompok kontrol (pre test) dengan menggunakan instrumen Skin Moisture

Analyzer.

Universitas Sumatera Utara


37

Tahap Intervensi

Pada tahap pelaksanaan sampel dibagi atas dua kelompok yaitu pasien

untuk kelompok intervensi dan pasien untuk kelompok kontrol. Pada kelompok

intervensi diberikan Virgin Coconut Oil secara oles dimana pelaksanaannya, pasien

diberikan VCO dengan cara oles. Tindakan ini dilakukan dua kali sehari setelah

mandi selama 4-5 menit. Sedangkan pada kasus kelompok kontrol diberikan lotion

yang diberikan dua kali sehari setelah mandi selama 4-5 menit.

Tahap post-test

Setelah intervensi pemberian VCO dilakukan selama 15 hari menurut

penelitian Dhikil, Lubna, dan Eilean (2014) tentang “Effect Of Coconut Oil Usege

In Risk Of Pressure Ulcers Among Bedridden Patients Of Selected Hospitals In

North India”, maka dilanjutkan dengan penilaian ulang kelembaban kulit dengan

alat ukur skin moisture meter. Tujuan diadakannya post-test ini adalah untuk

melihat hasil intervensi yang telah dilakukan sebelumnya (evaluasi) dan

dilanjutkan dengan mendokumentasikannya ke dalam bentuk tabulasi data.

Adapun kerangka operasional penelitian ini adalah sebagai berikut

Pre test Post test

Pasien uremik yang


Nilai menjalani hemodialisa Nilai Nilai
Kelembaban diberikan VCO secara oles Kelembaban
Kelembaban
Kulit dua kali sehari setelah Kulit Kulit
mandi selama 4-5 menit
(Kelompok Intervensi)

Nilai
Pasien uremik yang Kelembaban
menjalani hemodialisa Kulit
Nilai
diberikan hand body
Kelembaban
secara oles dua kali Faktor yang mempengaruhi :
Kulit sehari setelah mendi - Usia
selama 4-5 menit - Jenis Kelamin
(Kelompok Kontrol) - Pekerjaan
- Lama menjalani HD

Universitas Sumatera Utara


38

Gambar 3.1
Kerangka Operasional Penelitian/Alur Penelitian

Tabel 3.1 Tahapan pelaksanaan Penelitian

Tahapan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Pre (Persiapan) Menilai kelembaban Menilai kelembaban
kulit sebelum perlakuan kulit sebelum perlakuan
Menjelaskan protokol Menjelaskan protokol
pengolesanVCO pengolesan lotion
Menyiapkan VCO yang Menyiapkan handbody
akan digunakan yang akan digunakan

Intervensi Membagikan VCO lima Membagikan lotion lima


menit sebelum dilakukan menit sebelum
tindakan dilakukan tindakan
Menjelaskan kembali Menjelaskan kembali
protokol protokol pengolesan
pengolesanVCO lotion
Sebelum tindakan Sebelum tindakan
dilakukan peneliti dilakukan responden
mengajarkan kepada dianjurkan untuk
keluarga pasien cara membersihkan kulit
pemberian VCO untuk terlebih dahulu pada
perlakuan tindakan di bagian yang sudah
rumah, sebelum tindakan ditentukan yaitu pada,
dilakukan responden kedua tangan dan kedua
dianjurkan untuk kaki
membersihkan kulit Tindakan pengolesan
terlebih dahulu pada lotion dilakukan dua kali
bagian yang sudah satu hari setelah mandi
ditentukan yaitu pada Mengobservasi tindakan
kedua tangan dan kedua menggunakan lembar
kaki observasi yang diberikan
Tindakan kepada klien dan
pengolesanVCO keluarga, apabila pasien

Universitas Sumatera Utara


39

Tahapan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


dilakukan satu hari dua melakukan sesuai
kali setelah mandi dengan protokol diberi
Mengobservasi tindakan tanda checklist (√) pada
menggunakan lembar lembar observasi, tetapi
observasi yang diberikan bila pasien tidak
kepada klien dan melakukan sesuai
keluarga, apabila pasien protokol diberi tanda
melakukan sesuai strip (-) pada lembar
dengan protokol diberi observasi.
tanda checklist (√) pada
lembar observasi, tetapi
bila pasien tidak
melakukan sesuai
protokol diberi tanda
strip (-) pada lembar
observasi.
Post (Evaluasi) Menilai kelembaban Menilai kelembaban
kulit pasien pada hari kulit pasien pada hari
ke-1 sampai hari ke-14 ke-1 sampai hari ke-14
setelah pemberian VCO setelah pemberian lotion

Variabel dan Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan salah satu aspek dalam penelitian yang

memberikan informasi ilmiah tentang bagaimana seorang peneliti mengukur

variabel penelitian berdasarkan suatu konsep (Nazir, 2005). Semua konsep yang

ada dalam penelitian harus dibuat dalam istilah yang operasional agar tidak ada

makna ganda dalam istilah yang digunakan dalam penelitian tersebut sehingga tidak

menimbulkan kerancuan dalam pengukuran, analisis serta simpulan(Sastroasmoro

& Ismail, 2008). Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini

dijelaskan Dalam tabel 3.2.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Cara &
Variabel Defenisi Operasional Hasil ukur Skala
alat ukur
Variabel Minyak kelapa murni Melakukan 1. Diberikan SOP
Independent: yang didapatkan dari pengolesan VCO
(Harmoni
Virgin olahan buah kelapa VCO di Virgin
Coconut Oil yang dilakukan dengan wajah, Coconut
(VCO) pemanasan dengan suhu punggung Oil)
rendah sehingga tangan, 2. Diberikan
lotion
dihasilkannya minyak lengan dan (Marina
yang jernih. VCO yang kaki dua Hand &
digunakan dilakukan kali sehari Body
oleh ahli farmasi dan setelah Lotion)
saya hanya pemakai. mandi
VCO digunakan dua
kali sehari setelah
mandi dengan cara
mengoleskannya pada
kulit selama 3-5 menit
sebanyak 0,5 ml.

Variabel Tingkat keBerminyakan Alat 1. Kering: Ratio


Dependent: dari tekstur kulit pada pengukur <35%
2. Normal:
Kelembaban area yang telah kelembaban 35-40%
kulit ditentukan yang diukur kulit (Skin 3. Berminyak
menggunakan skin Moisture : >40%
moisture analyzer Analyzer).
dengan menunjukkan
hasil dalam bentuk
persentase (%) dan
hasilnya dicatat dalam
lembar observasi.

Metode Pengukuran

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu skin moisture meter dan

kuesioner untuk menilai kelembaban kulit. Skin Moisture Meter adalah perangkat

portable yang menggunakan biolectricimpedansi analisis (BIA) teknologi. Alat ini

Universitas Sumatera Utara


41

memiliki kemampuan khusus untuk mengukur tingkat kelembaban kulit. Skin

moister meter secara otomatis mendeteksi kondisi kulit dan menampilkan hasilnya

pada layar LCD sebagai angka persentase, skin moister analyzer membaca sebuah

hambatan listrik ke kulit yang akan tergantung pada hidrasi dan kekeringan. Skin

moisture analyzer adalah sebuah alat digital elektronik yang bisa digunakan untuk

mengetahui kelembaban kulit, alat ini memiliki kegunaan utama dalam hal

menentukan nilai kelembaban kulit manusia. Dengan penilaian ≤35% = kulit

kering, dengan nilai 35-40% = kulit normal, dengan nilai ≥ 40% = kulit berminyak.

Pengukuran dilakukan dengan menekankan ujung alat skin moisture

analyzer pada kulit tangan dan kaki pasien secara perlahan. Biarkan alat ini

menempel pada kulit sampai alat selesai mendeteksi. Setelah alat ini telah

mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi dan layar akan menunjukkan hasil

dalam bentuk persentase (%).

Lembar observasi pemberian VCO adalah alat yang digunakan untuk

mengobservasi pemberian VCO sesuai dengan protokol yang sudah dibuat. Apabila

melakukan tindakan sesuai dengan protokol di beri tanda checklist (√) pada lembar

observasi, tetapi apabila tidak melakukan sesuai dengan protokol di beri tanda strip

(-) pada lembar observasi.

Validitas dan Reliability

Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan yang

penting yaitu pengujian validitas dan reliabilitas, uji validitas merupakan suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan instrument atau sejauh mana sebuah

instrument mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Polit & Beck, 2012).

Universitas Sumatera Utara


42

Uji validitas Alat ukur penilaian kelembaban kulit yaitu: Skin Moisture Meter

adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tingkat kelembaban kulit yang

mudah dipakai dan sudah dilakukan uji kalibrasi pada tahun 2018.

Selain uji validitas dilakukan uji reliabilitas agar alat ukur berkualitas dan

dapat digunakan. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.

Reliabilitas menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data yang konsisten

jika instrumen digunakan secara berulang. Reliabilitas suatu instrumen ditentukan

berdasarkan perhitungan statistik dengan rentang nilai 0-1, nilai 1 menunjukkan

yang sempurna (Dharma, 2015).

Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari :

Pengolahan data

Data yang telah terkumpul melalui lembar observasi diolah melalui empat

tahapan yaitu :

Editing

Proses editing dilakukan setelah pengumpulan data dilakukan dengan

memeriksa kembali kelengkapan, kejelasan dan relevansi format pengkajian

karakteristik responden dan lembar observasi sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Proses ini dilakukan selama berada dengan konsumen atau dilapangan sehingga

apabila ada data yang meragukan, salah atau tidak diisi dapat dikonfirmasi

langsung kepada responden.

Coding

Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data, memberikan

kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dari sumber data

Universitas Sumatera Utara


43

yang telah diperiksa kelengkapannya. Data-data yang berupa angka atau tulisan

dikategorikan dalam skor yang telah ditetapkan peneliti.

Entry Data

Setelah melakukan coding maka langkah selanjutnya adalah melakukan

entry data dari instrument penelitian kedalam komputer melalui program statistik.

Cleaning

Kegiatan membersihkan data dengan melakukan pemeriksaan kembali

terhadap data yang sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak.

Analisa Data

Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskriptifkan karakteristik responden

dan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti. Variabel yang

berbentuk kategorik (jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan,

pekerjaan) ditampilkan dalam bentuk proporsi. Sementara pada variabel yang

berbentuk numerik (umur, status sosial ekonomi) disajikan berupa nilai dalam

bentuk frekuensi dan persentase.

Rumus persentase:

𝑓
% = 𝑛 x 100%

Keterangan

f : jumlah responden pada suatu kategori

n : jumlah responden

Analisis Bivariat

Analisis statistik bivariat digunakan dalam menggambarkan hubungan

diantara dua variabel (Polit& Beck, 2012). Analisa bivariat bertujuan untuk

Universitas Sumatera Utara


44

menganalisis dua kelompok data yang akan dianalisis adalah variabel VCO sebagai

variabel independen dan variabel kelembaban kulit pasien penderita uremik sebagai

variabel dependen. Pada analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui kelembaban

kulit setelah diberikan virgin coconut oil pada kedua grup pretest dan posttest

menggunakan analisa statistik dependent t-test (paired sampel t test). Sedangkan

untuk melihat perbedaan kelembaban kulit setelah tindakan antara grup intervensi

dan grup kontrol menggunakan analisa statistik independent t-test. Teknik analisa

yang digunakan adalah pengaruh pemberian VCO digunakan paired T-tes dengan

kemaknaan p < 0,05 (Sturt, 2009). Sebelum dilakukan analisis bivariat, maka

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homogenitas varians

kelompok.

Pertimbangan Etik

Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti memperhatikan prinsip-prinsip

dasar etik penelitian yang terdiri dari beneficience, respect for human dignity dan

justice(Polit & Beck, 2012). prinsip-prinsip dasar etik penelitian meliputi: 1)

Beneficiency, yaitu peneliti terlebih dahulu mendapatkan persetujuan etik dari

Komite Etik Penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

menjelaskan tujuan penelitian, manfaat dan prosedur penelitian serta hak dan

kewajiban responden, menjelaskan hak dan kewajiban peneliti untuk melindungi

responden dan menggunakan data atau informasi yang diberikan responden hanya

sebatas untuk kegiatan penelitian, meminta persetujuan melalui lembar informed

consent kepada kelompok intervensi dan kontrol dan menghentikan kegiatan

penelitian apabila terjadi hal yang membahayakan seperti keluhan yang

mengancam nyawa responden secara mendadak saat penelitian berlangsung. 2)

Universitas Sumatera Utara


45

Respect for human dignity yaitu peneliti memberikan penjelasan langsung kepada

responden tentang pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam informed consent,

memberikan kesempatan untuk bertanya tentang aspek-aspek yang belum

dipahami, memberikan waktu yang cukup untuk menentukan pilihan dan meminta

responden menandatangani formulir informed consent apabila menyetujui untuk

berpartisipasi. Dalam hal ini, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan

mencakup penjelasan tentang a) Judul penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, b)

Permintaan untuk berpartisipasi, c) Penjelasan prosedur penelitian, d) Gambaran

tentang risiko dan ketidaknyamanan selama penelitian, e) Keuntungan yang didapat

berpartisipasi, f) Jaminan kerahasiaan dan anonimitas, g) Hak untuk mengundurkan

diri sebagai responden kapanpun sesuai keinginan responden dan, h) Persetujuan

dari responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3) Justice yaitu peneliti dalam

melaksanakan kegiatan penelitian tidak membedakan-bedakan responden dengan

memperhatikan prinsip keadilan. Semua responden yang telah ditentukan

berdasarkan kriteria inklusi diperlakukan sama dengan responden lainnya. Peneliti

tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi

oleh subyek, lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden

Perhitungan umur responden diperoleh dari umur rata-rata yaitu 47 tahun

dengan umur terendah 40 tahun dan umur tertinggi 58 tahun, mayoritas responden

pada kelompok intervensi berumur <47 tahun sebanyak 25 orang (62,5%),

demikian juga responden pada kelompok kontrol berumur <47 tahun sebanyak 23

orang (57,5%). Pada kelompok intervensi sama banyaknya laki-laki dan perempuan

masing-masing sebanyak 20 orang (50,0%), sedangkan kelompok kontrol

mayoritas perempuan sebanyak 22 orang (55,0%). Mayoritas responden pada

kelompok intervensi berpendidikan SMP sebanyak 15 orang (37,5%), pada

kelompok kontrol mayoritas berpendidikan SMP sebanyak 16 orang

(40,0%).Mayoritas responden pada kelompok intervensi bekerja sebagai buruh

sebanyak 12 orang (30,0%), demikian juga kelompok kontrol mayoritas bekerja

sebagai buruh sebanyak 14 orang (35,0%).Berdasarkan status pernikahan,

mayoritas responden pada kelompok intervensi belum menikah sebanyak 21 orang

(52,5%), sedangkan responden pada kelompok kontrol mayoritas sudah menikah

sebanyak 30 orang (75,0%).Mayoritas responden pada kelompok intervensi

menjalani hemodialisa <2 tahun sebanyak 31 orang (77,5%), demikian juga

kelompok kontrol mayoritas menjalani hemodialisa <2 tahun sebanyak 33 orang

(82,5%). Karakteristik responden dikategorikan sebagaimana dapat dilihat pada

Tabel 4.1 berikut ini.

45

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di RSUD DR. R.M.
Djoelham Binjai Tahun 2019 (n = 80)

Kelompok
Kelompok Kontrol
No Karakteristik Intervensi
n=40 %(100) n=40 %(100)
1. Umur:
a. <47 tahun 25 62,5 23 57,5
b. >47 tahun 15 37,5 17 42,5
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki 20 50,0 18 45,0
b. Perempuan 20 50,0 22 55,0
3. Pendidikan :
a. SD 07 17,5 08 20,0
b. SMP 15 37,5 16 40,0
c. SMA
d. PT 11 27,5 10 25,0
07 17,5 06 15,0
4. Pekerjaan :
a. Buruh 12 30,0 14 35,0
b. Guru 07 17,5 03 07,5
c. IRT
d. Petani 06 15,0 08 20,0
e. TNI 10 25,0 12 30,0
f. PNS 04 10,0 00 00,0
g. Wiraswasta 01 02,0 03 07,5
00 00,0 00 00,0
5. Status Pernikahan :
a. Belum menikah 04 10,0 03 07,5
b. Menikah 36 90,0 37 92,5
6. Lama HD :
a. < 2 tahun 31 77,5 33 82,5
b. > 2 tahun 09 22,5 07 17,5

Analisis Univariat

Kelembaban Kulit Pasien Uremik pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol Sebelum Diberi Perlakuan (Pretest)

Kelembaban kulit responden pada kelompok intervensi sebelum diberi

VCOberdasarkan kategori menunjukkan bahwa seluruhnya kelembaban kulit

Universitas Sumatera Utara


47

responden dalam kategori kering sebanyak 40 orang (10,0%), demikian juga

kelembaban kulit responden pada kelompok kontrol sebelum diberi lotion juga

menunjukkan hal yang sama bahwa seluruhnya kelembaban kulit responden dalam

kategori kering sebanyak 40 orang (100,0%).

Kelembaban Kulit Pasien Uremik pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol Setelah Diberi Perlakuan (Posttest).

Hasil analisa data kelembaban kulit yaitu normal pada responden kelompok

intervensi setelah diberi VCO sebanyak 25 orang (62,5%), sebagian kecil dalam

kategori Berminyak sebanyak 15 orang (37,5%). Demikian juga kelembaban kulit

responden pada kelompok kontrol sesudah diberi lotion juga lebih menunjukkan

hal yang sama bahwa mayoritas kelembaban kulit responden dalam kategori normal

sebanyak 38 orang (95,0%), sebagian kecil dalam kategori Berminyak sebanyak 2

orang (5,0%). Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa lotion lebih efektif

dibandingkan VCO karena pada kelompok intervensi yang menggunakan VCO

lebih banyak responden yang kelembaban kulitnya menjadi berminyak yaitu

berjumlah 15 responden (37,5%) sedangkan pada kelompok kontrol yang

menggunakan lotion responden yang kelembaban kulitnya menjadi berminyak

hanya 2 responden (5,0%). Berdasarkan perhitungan variabel kelembaban kulit

responden dikategorikan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Kelembaban Kulit Sebelum (Pretest) dan
Setelah (Posttest) Perlakuan di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2019
VCO
Kontrol
Kelembaban (Intervensi)
No.
Kulit Pretest Posttest Pretest Posttest
f % F % f % f %
1. Kering 40 100,0 0 0,0 40 100,0 0 0,0
2. Normal 0 0,0 25 62,5 0 0,0 38 95,0

Universitas Sumatera Utara


48

3. Berminyak 0 0,0 15 37,5 0 0,0 2 5,0


Jumlah 40 100,0 40 100,0 40 100,0 40 100,0

Analisis Bivariat

Persyaratan Asumsi Klasik. Berdasarkan hasil uji normalitas

menunjukkan bahwa kelembaban kulit sebelum dan sesudah diberi VCO dan

kelembaban kulit sebelum dan sesudah diberi lotion adalah berdistribusi normal

>0,05 yaitu pada kelembaban kulit sebelum diberi VCO (pretest) sebesar 0,195 dan

sesudah diberi VCO (posttest) sebesar 0,126 demikian juga pada kelembaban kulit

sebelum diberi lotion(pretest) sebesar 0,135 dan sesudah diberi lotion(posttest)

sebesar 0,053.

Analisis statistik

Kelembaban kulit sebelum dan sesudah pemberian VCO (pretest-

posttest). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired Samples

Test (pengujian dua sampel berpasangan) menunjukkan bahwa nilai t-hitung (-

19,748) < t-tabel (1,684) dan nilai signifikan (0,000 <0,05) maka terdapat

pengaruh (perbedaan) yang signifikan kelembaban kulit sebelum diberi VCO

(pretest) dengan kelembaban kulit setelah diberi VCO (posttest). Nilai negatif

pada hasil uji-t berarti rata-rata nilai sebelum diberi VCO lebih rendah daripada

sesudah diberi VCO. Nilai rata-rata (mean) kelembaban kulit sebelum perlakuan

yaitu 35,50 dan setelah diberi perlakuan meningkat menjadi 43,50. Berdasarkan

hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3.
Hasil Paired Sample T Test (Uji T Sampel Berpasangan) Pengaruh Kelembaban
Kulit Sebelum dan Sesudah diberi VCO di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun
2019

Universitas Sumatera Utara


49

Pemberian 95%CI
Mean Standar Deviasi t-hitung p-value
VCO Lower Upper
Sebelum 35,50 1,132
-8,818 -7,180 -19,748 0,000
Sesudah 43,50 2,837

Kelembaban kulit sebelum dan sesudah pemberian lotion (pretest-

posttest). Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired Samples

Test (pengujian dua sampel berpasangan) menunjukkan bahwa nilai t-hitung (-

21,134) < t-tabel (1,684) dan nilai signifikan (0,000 <0,05) maka terdapat

pengaruh (perbedaan) yang signifikan kelembaban kulit sebelum diberi lotion

(pretest) dengan kelembaban kulit setelah diberi lotion (posttest). Nilai negatif

pada hasil uji-t berarti rata-rata nilai sebelum diberi lotion lebih rendah daripada

sesudah diberi VCO. Nilai rata-rata (mean) kelembaban kulit sebelum perlakuan

yaitu 35,45 dan setelah diberi perlakuan meningkat menjadi 40,17. Berdasarkan

hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini:

Tabel 4.4.
Hasil Paired Sample T Test (Uji T Sampel Berpasangan) Pengaruh Kelembaban
Kulit Sebelum dan Sesudah diberi Lotion di RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai
Tahun 2019

Pemberian 95%CI p-
Mean Standar Deviasi t-hitung
Lotion Lower Upper value
Sebelum 35,45 1,299
-5,177 -4,272 -21,134 0,000
Sesudah 40,17 1,838

Perbedaan nilai kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani

hemodialisa setelah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol. Berdasar-kan uji independent Samples t-Test menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


50

bahwa diperoleh nilai mean pada kelompok intervensi (VCO) sebesar 43,5 dan

kelompok kontrol (lotion) sebesar 40,1, nilai tersebut berarti rata-rata kelembaban

kulit pasien uremik yang menjalani hemodialisa pada kelompok intervensi (VCO)

sebesar 43,5 dan pada kelompok kontrol (lotion) sebesar 40,1. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani

hemodialisa pada kelompok intervensi setelah diberi VCO lebih tinggi dari pada

lotion. Hasil analisis uji paired sample t-test diperoleh nilai t hitung > t tabel atau

6,220>1,664 pada df (degree of freedom) 78 dan diperoleh nilai signifikan p = 0,000

< 0,05, hal tersebut berarti terdapat pengaruh (perbedaan) antara pemberian VCO

dan lotion terhadap kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani hemodialisa.

Untuk peningkatan kelembaban kulit menjadi normal, pemberian lotion lebih baik

dibandingkan dengan VCO, karena dengan pemberian lotion lebih banyak kulit

menjadi normal, sedangkan menggunakan VCO kulit menjadi lebih banyak yang

Berminyak dibandingkan dengan pemberian lotion (dapat dilihat pada tabel 4.2.).

Berdasarkan hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5.
Hasil Uji Independent Samples t-Test Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil
(VCO) dan LotionTerhadap Kelembaban Kulit Pasien Uremik yang Menjalani
Hemodialisadi RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai Tahun 2019

Standard Std. Error


Kelompok Mean df t P
Deviation Mean
Intervensi
43,5 2,837 0,448
(VCO)
78 6,220 0,000
Kontrol
40,1 1,838 0,290
(lotion)

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Perbedaan Kelembaban Kulit pada Kelompok Intervensi Sesudah diberi VCO


dan Kelompok Kontrol Sesudah diberi Lotion di RSUD DR. R.M. Djoelham
Binjai

Pasien GGK dengan hemodialisis memiliki efek samping adanya rasa tidak

nyaman berupa gangguan pada kulit. Gangguan pada kulit seperti rasa gatal, kulit

kering, dan kulit belang/hitam. Penyebab gatal pada kulit dikarenakan kulit kering,

tingginya kadar ureum, kalsium dan fosfat serta meningkatnya kadar histamine dan

penumpukan zat besi, hal tersebut diakibatkan karena ginjal tidak dapat

mengeluarkan sisa-sisa metabolism (Thomas, Kanso, & Sedor, 2013). Pasien

Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani hemodialisis (HD) memiliki masalah

yang kompleks seperti salah satunya yaitu kulit kering yang sering memicu

terjadinya uremik (Sukandar, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian skor kelembaban kulit pada kelompok

intervensi setelah diberi VCO sebanyak 25 orang (62,5%), sebagian kecil dalam

kategori Berminyak sebanyak 15 orang (37,5%). Demikian juga kelembaban kulit

responden pada kelompok kontrol sesudah diberi lotion juga lebih menunjukkan

hal yang sama bahwa mayoritas kelembaban kulit responden dalam kategori normal

sebanyak 38 orang (95,0%), sebagian kecil dalam kategori Berminyak sebanyak 2

orang (5,0%). Secara makna untuk peningkatan kelembaban kulit menjadi normal,

pemberian lotion lebih baik dibandingkan dengan VCO, karena dengan pemberian

lotion lebih banyak kulit menjadi normal, sedangkan menggunakan VCO kulit

menjadi lebih banyak yang Berminyak dibandingkan dengan pemberian lotion. Hal

ini disebabkan karena VCO mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid)

51

Universitas Sumatera Utara


52

yang mencapai 90% sedangkan kandungan lemak jenuh pada lotion marina hanya

55%. Pemberian VCO dan lotion yang dilakukan selama 2 kali sehari yaitu pagi

dan sore, dalam rentang 2 minggu (14 hari) pada tangan dan kaki mampu

meningkatkan kelembaban kulit pasien uremia yang menjalani hemodialisa di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Mayoritas responden yang

pada awalnya dalam kategori kulit kering setelah diberikan intervensi dengan VCO

dan lotion mayoritas kulit responden menjadi normal dan ada juga yang sudah

lembab.

Salah satu obat tradisional yang dapat digunakan untuk kulit yaitu minyak

kelapa murni (Virgin Coconut Oil). Bahan alami ini mudah ditemukan di sekitar

kita, sehingga dapat mengurangi besarnya biaya yang harus dikeluarkan serta

mengurangi efek samping dari obat yang akan memperberat kerja ginjal penderita

gagal ginjal kronik(Alamsyah, 2015). Unsur antioksidan dan vitamin E dalam

VCOdigunakan sebagai pelindung kulit yang mampu melembutkan kulit(S. Price

& Wilson, 2012). Virgin Coconut Oil juga memiliki keunggulan dalam hal

kandungan medium chain fattyacid (MCFA) yang merupakan komponen asam

lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu

melembabkan kulit yang kering. Penggunaan VCO ini dapat mengurangi faktor

risiko terjadinya pruritus seperti kulit kering menjadi lembabpada kliengagal ginjal

kronik dengan hemodialisis(Sutarmi, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi (2014)

di Rumah Sakit Wangaya menunjukkan terjadi peningkatan 15,19% kelembaban

kulit kaki pada kelompok eksperimen, dan penurunan 0,39% kelembaban kulit kaki

pada kelompok kontrol (hanya perawatan biasa, tanpa intervensi). Artinya

Universitas Sumatera Utara


53

kelembaban kulit meningkat setelah diberi minyak kelapa murni (virgin coconut

oil) sedangkan yang tidak mendapat perlakuan kelembaban kulit menurun.

Berdasarkan uji-t sampel independen menunjukkan ada efek signifikan dari minyak

kelapa murni (virgin coconut oil) untuk kelembaban kulit kaki. Penelitian yang

dilakukan Sari (2018) di Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahrine

menunjukkan bahwa pemberian Virgin Coconut Oil yang secara berkelanjutan akan

memberikan efek yang baik bagi kerusakan integritas kulit pada pasien GGK

dengan skor visual analog scale (VAS) pre intervensi 8 (pruritus berat) dan post

intervensi 6 (pruritus sedang) sehingga tindakan ini merupakan tindakan yang

efektif dan efisien bagi pasien. Penelitian yang lainnya oleh Sari (2017)di ICU

RSUD Soedarso Pontianak bahwa berdasarkan hasil observasi yang didapatkan

selama penelitian peneliti berpendapat bahwa ada pengaruh antara pemberian VCO

(Virgin Coconut Oil) terhadap luka tekan pada kulit.

Sejalan dengan penelitian Dahlan (2011) bahwa pemberian lotion atau

pelembab selama 3 minggu pada kulit penderita dermatitis atopik (DA) anak

terbukti efektif memperbaiki sawar kulit (menurunkan Transepidermal Water

Loss/TEWL), memperbaiki kekeringan kulit secara bermakna.Berbagai riset

memang membuktikan memakai pelembab adalah cara paling efektif untuk

menjaga kelembaban kulit. Menurut riset American Academy of Dermatology

(AAD) tahun 2015 yang meneliti lebih dari 20.000 dokter kulit yang berpraktik

bahwa penggunaan lotion dapat membantu melembabkan kulit. Hal tersebut juga

berlaku untuk penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa untuk

melembabkan kulit yang kering.

Universitas Sumatera Utara


54

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kulit kering

adalah memberikan lotion setiap kali habis mandi. Lotion mampu melembabkan

kulit dan menghilangkan rasa gatal serta bersisik dengan tujuan mempertahankan

kelembaban kulit, agar terbebas dari kerusakan akibat hemodialisis.

Dalam asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik terdapat

diagnosis keperawatan tentang gangguan rasa nyaman gatal dan risiko infeksi.

Gangguan rasa nyaman gatal ditangani dengan pemberian lotion, pemberian

salicil talk, kolaborasi tentang pemberian anti histamin dan anti pruritus serta

perawatan lainnya. Begitu juga pada diagnosis risiko infeksi sekunder selain

dilakukan perawatan menjaga kebersihan kulit juga berkolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian antibiotic (Bayhakki, 2015).

Mohamed et al. (2013) di Malaysia didapatkan hasil pelembab lotion

dengan VCO-SLPs yang mengandung virgin coconut oil sebesar 20% ditemukan

efektif dalam meningkatkan kelembaban kulit dan meningkatkan elastisitas kulit.

Ada 24,8% peningkatan kelembaban kulit untuk lotion dengan VCO-SLPs

dibandingkan dengan 12,7% peningkatan kelembaban kulit. Penelitian yang

dilakukan oleh Dewi, Kristiyawati, & Purnomo (2016) pada pasien DM di RSUD

Kota Salatiga tentang pengaruh minyak kelapa terhadap penurunan rasa gatal

menunjukkan bahwa sebanyak 20 responden mengalami pruritus dengan kategori

sedang. Penelitian lainnya yang dilakukan Astuti & Cut (2017) tentang skala

pruritus pada pasien gagal ginjal kronik yang menunjukkan bahwa sebanyak 91

pasien gagal ginjal kronik yang mengalami pruritus dengan kategori sedang.

Penelitian yang dilakukan Asri & Zuryati (2018) di RSIJ Cempaka Putih

mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara derajat

Universitas Sumatera Utara


55

pruritus sebelum pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p-value

0.832, sedangkan setelah intervensi terdapat perbedaan yang signifikan antara

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan p-value 0.000. Sehingga

disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi VCO terhadap pruritus setelah

diberikan intervensi terapiVCO selama tujuh hari.

Minyak kelapa murni atau yang lebih dikenal dengan sebutan Virgin

Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa yang tidak mengalami hidrogenasi

sehingga komponen anti oksidannya tidak mengalami kerusakan dan bebas dari

lemak trans. VCO merupakan pelembab kulit alami karena mampu mencegah

kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap kulit tersebut. VCO pun

mampu mencegah berkembangnya bercak-bercak di kulit akibat penuaan dan

melindungi kulit dari cahaya matahari. Bahkan VCO dapat memperbaiki kulit yang

rusak atau sakit. Oleh karena itu, penggunaan VCO akan mampu menampilkan kulit

menjadi lebih muda (Alamsyah, 2015).

Pemanfaatan virgin coconut oil dalam sediaan setengah padat

dimungkinkan karena memiliki sejumlah sifat yang baik pada kulit yaitu bersifat

emolien dan moisturizer. Hal ini membuat kulit lembut dan lembab sehingga dapat

menurunkan tahanan diffusinya (Agero & Verallo-Rowell, 2004).

Menurut peneliti, hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan

VCO tidak lebih efektif dibandingkan penggunaan lotion untuk melembabkan kulit

pasien uremik yang menjalani hemodialisa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

statistik dan persentase rata-rata peningkatan skor kelembaban kulit. Secara statistik

terlihat bahwa ada perbedaan kelembaban kulit pada kedua kelompok yang diteliti.

Sedangkan secara persentase, peningkatan kelembaban kulit yang memiliki

Universitas Sumatera Utara


56

kelembaban kulit normal lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan

kelompok intervensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan lotion atau pelembab

kulit juga dapat meningkatkan kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani

hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Umumnya

kulit kering dan gatal-gatal pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis tidak sampai menyerupai alergi (tidak sampai menimbulkan bentol-

bentol kemerahan). Dan jika pasien memberikan lotion pelembab di kulitnya, maka

gejala kering dan gatal bisa mereda. Bagi pasien yang tidak memiliki VCO dapat

menggunakan lotion atau pelembab kulit biasa yang banyak dijual di warung atau

kedai. Penggunaan lotion pada tangan dan kaki secara teratur selama 14 hari (2

minggu) yaitu pada pagi dan sore hari setelah mandi. Terbukti memang penggunaan

lotion secara teratur juga dapat meningkatkan kelembaban kulit pasien uremik yang

menjalani hemodialisa. Penggunaan lotion efektif dalam meningkatkan

kelembaban kulit kering pasien uremik dan lebih baik dibanding pemberian VCO

yang cenderung membuat kulit menjadi lebih Berminyak, sedangkan dari hasil

penelitian ini pemberian lotion membuat kelembaban kulit menjadi normal. Hal ini

disebabkan karena VCO mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang

mencapai 90% sedangkan kandungan lemak jenuh pada lotion marina hanya 55%.

Berdasarkan literatur dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa virgin

coconut oil, minyak terbaik karena melindungiterhadapinfeksi kulit, melembutkan

dan melembabkan serta mencegah kerutan dankendur pada kulit.Sedangkan

penggunaan lotion biasa, umumnya menggunakan komponen air sehingga ketika

lotion tersebut digunakan akan memberikankesegaran sesaat namun ketika

Universitas Sumatera Utara


57

kandungan airnya hilang karena penguapanmaka kulit akan kembali seperti semula

atau menjadi kering. Virgin coconut oil memiliki antioksiden dan vitamin E, jika

digunakan sebagai pelindung kulit akan mampu melembabkan kulit. Terbukti

bahwa kulit pasien uremik yang menjalani hemodialisa yang diberikan VCO

menjadi lebih lembab dibandingkan dengan pasien uremik yang menjalani

hemodialisa yang diberikan lotion. Untuk itu, bagi pasien uremik yang menjalani

hemodialisa dapat diberikan VCO ataupun lotion secara teratur pada pagi dan sore

hari sebagai cara untuk menjaga kelembaban kulit dan telah dibuktikan efektif.

Penggunaan VCO ataupun lotion sangat penting dalam melembabkan kulit

pasien uremik yang menjalani hemodialisa, terbukti dari hasil penelitian ini bahwa

penggunaan lotion lebih baik dibandingkan dengan penggunaan VCO. Hal ini

disebabkan karena VCO mengandung asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang

mencapai 90% sedangkan kandungan lemak jenuh pada lotion marina hanya 55%.

VCO mengandung antioksidan yang mampu menghilangkan kerutan pada kulit.

Selain itu, VCO mengandung asam lemak, terutama asam laurat dan oleat yang

memiliki fungsi melembutkan dan melembabkan kulit, serta mempercepat

penyembuhan pada kulit. VCO juga aman digunakan pada kulit karena tidak akan

mengakibatkan iritasi, berbeda dengan lotion yang diproduksi oleh perusahaan

dengan kandungan Aqua (water), glycerin, isopropyl palmitate, stearic acid,

ethylhexyl salicylate, niacinamide, cetyl alcohol, mineral oil, hydrolyzed milk (lac)

protein, pearl powder, tocopheryl acetate, butyl methoxydibenzoylmethane,

marissal (sea salt), potassium hydroxide, glyceryl stearate, dimethicone, carbomer,

mica, titanium dioxide, parfum (fragrance), disodium EDTA, methylparaben,

Universitas Sumatera Utara


58

ethylparaben, propylparaben, butylparaben, phenoxyethanol, BHT.Bahan-bahan

tersebut dapat menimbulkan iritasi bagi kulit yang sensitif.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: 1) Pemberian VCO

perlu diperhatikan cara pemakaian, jumlah VCO yang digunakan dan lama

pemberian, karna akan sangat mempengaruhi dari hasil kelembaban kulit yang

dapat membuat kulit menjadi berminyak, 2) VCO yang digunakan sebaiknya dibuat

sendiri untuk mendapatkan VCO yang diinginkan dan mendapatkan hasil yang baik,

3) Cara pengumpulan data seharusnya tidak hanya melalui telfon melainkan dengan

metode ilmiah yang sebenarnya.`

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan

pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan, terdapat pengaruh

yang signifikan kelembaban kulit pada kelompok intervensi sebelum diberi

virgin coconut oil(pretest) dan sesudah diberi virgin coconut oil (posttest) di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai, terdapat pengaruh yang

signifikan kelembaban kulit pada kelompok kontrol sebelum diberi lotion

(pretest) dan sesudah diberi lotion (posttest) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

RM. Djoelham Binjai.

Terdapat perbedaan kelembaban kulit pasien uremik yang menjalani

hemodialisa yang diberikan VCO dan diberikan lotion di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Sehingga dapat dilihat dari hasil penelitian

bahwa Ha ditolak artinya pemberian VCO tidak lebih efektive memberikan

kelembaban kulit penderita uremik pada pasien Hemodialisa dari pada lotion di

RSUD DR R.M. Djoelham Binjai, Hal ini disebabkan karena VCO mengandung

asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang mencapai 90% sedangkan kandungan

lemak jenuh pada lotion marina hanya 55% sehingga pada hasil penelitian

penggunaan VCO pada kelompok intervensi pasien lebih banyak yang over moist

dari pada kelompok kontrol yang menggunakan lotion.

Tidak perlu emulsion khusus seperti VCO untuk melembabkan kulit pada

pasien uremik yang menjalani hemodialisa karena dengan menggunakan lotion

biasa saja sudah dapat melembabkan kulit, tetapi harus digunakan secara teratur,

59

Universitas Sumatera Utara


60

dua kali dalam satu hari setelah mandi, lotion yang digunakan juga harus lotion

yang tidak mengandung merkuri maupun zat kimia yang dapat membahayakan

kulit.

Saran

Saran-saran disampaikan kepada beberapa pihak yang terkait dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai. Pihak Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai agar membuat kebijakan bagi pasien

uremik yang menjalani hemodialisa melakukan perawatan kulitnya dengan

memberi pelembab kulit seperti lotion secara teratur setiap hari terutama setelah

mandi agar kulit tetap lembab (kelembaban kulit terjaga).

Tenaga kesehatan (dokter, perawat) di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. RM. Djoelham Binjai. Disarankan kepada tenaga kesehatan (dokter, perawat)

untuk mempraktikkan dengan benar dan tepat cara pemberian pelembab kulit

seperti lotion pada pasien uremik yang menjalani hemodialisa sehingga dapat

dilakukan di rumah.

Tenaga kesehatan (dokter, perawat) rutin memberikan informasi melalui

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakukan perawatan kulit

untuk menjaga kelembaban kulit. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara

individu maupun kelompok serta memberikan leaflet atau brosur berkaitan dengan

penggunaan pelembab kulit seperti lotion.

Peneliti selanjutnya. Disarankan kepada peneliti selanjutnya melakukan

penelitian lanjutan berkaitan dengan menjaga kelembaban kulit pada pasien uremik

yang menjalani hemodialisa dengan memperhatikan keterbatasan dalam

Universitas Sumatera Utara


61

pelaksanaan penelitian ini adalah: 1) Pemberian VCO perlu diperhatikan cara

pemakaian, jumlah VCO yang digunakan dan lama pemberian, karna akan sangat

mempengaruhi dari hasil kelembaban kulit yang dapat membuat kulit menjadi

berminyak, 2) VCO yang digunakan sebaiknya dibuat sendiri untuk mendapatkan

VCO yang diinginkan dan mendapatkan hasil yang baik, 3) Cara pengumpulan data

seharusnya tidak hanya melalui telfon melainkan dengan metode ilmiah yang

sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara


62

DAFTAR PUSTAKA

Agero, & Verallo-Rowell. (2004). A randomized double-blind controlled


trialcomparing extra virgin coconut oil with mineral oil as a moisturizer
formild to moderate xerosis. US National Library of Medicine
NationalInstitute of Health, 15(3), 109–116.

Alam, S., & Hadibroto, I. (2008). Gagal Ginjal (Cetakan 1). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Alamsyah, A. N. (2015). Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka Penyakit.


(Cetakan 1). Jakarta: Agro Media Pustaka.

Alper, A., & Shenava, R. (2014). Uremia. Retrieved September 16, 2018, from
http://emedicine.medscape.com

Amin, S. (2009). Cocopreneurship Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa (Cetakan 1).
Yogyakarta: Lily Publisher.

Asri, N. F. S., & Zuryati, M. (2018). Pengaruh Pemberian Terapi Vco (Virgin
Coconut Oil) Terhadap Pruritus Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Dengan
Hemodialisis Di RSIJ Cempaka Putih Tahun 2018. Jakarta: Program Studi
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah.

Astuti, R., & Cut, H. (2017). Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Banda Aceh : Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

Baumann, L. (2012). Cosmetic Dermatology: Principles and Practice (5th Editio).


New York: The McGraw-hill Companies.

Bayhakki. (2015). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik (Cetakan
1). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Medical-surgical Nursing: Clinical


Management for Positive Outcomes (7th Editio). St. Louis: Missouri Elsevier
Saunders.

Burns, N., & Grove, S. K. (2010). Understanding Nursing Research: Building


AnEvidence-Based Practice (4th Editio). Philadelphia: Saunders Elsevier.

Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2010). Research Methods in Education
(3rd Editio). New York: Routledge Falmer.

Universitas Sumatera Utara


63

Dahlan, N. A. (2011). Pengaruh Pemberian Pelembab Terhadap Perbaikan Sawar


Kulit Pada Dermatitis Atopik Anak. Makassar : Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.

Dewi, A., Kristiyawati, S., & Purnomo. (2016). Pengaruh Minyak Kelapa Terhadap
Penurunan Rasa Gatal Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Kota Salatiga.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), 1(1), 1–8.

Dharma, K. K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian (Cetakan 2). Jakarta: Trans
Info Media (TIM).

Dhikil, T., Lubna, S., & Eilean, B. (2014). Effect Of Coconut Oil Usage In Risk Of
Pressure Ulcers Among Bedridden Patients Of Selected Hospitals In North
India. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology, 5(2), 24–
29.

Draelos, Z. D. (2010). Dermatologic Aspects of Cosmetic: Therapeutic


Moisturizers. Dermatolologic Clinical, 18(4), 245–253.

Edahwati, L. (2011). Aplikasi penggunaan enzim papain dan bromelin terhadap


perolehan VCO (Cetakan 1). Jakarta: UPN Press.

Ellis, J. R., & Bentz, P. M. (2007). Modules for basic nursing skills (7th Editio).
Philadelpia: Williams & Wilkins.

EPUAP. (2014). National Pressure Ulcer Advisory Panel, European Pressure


Ulcer Advisory Panel and Pan Pacific Pressure Injury Alliance. European
Pressure Ulcer Advisory Panel.

Eurell, J. A., & Frappier, B. L. (2006). Dellmann’s Textbook of Veterinary


Histology (6th Editio). State Avenue: Blackwell Publishing.

Fife, B. (2013). The Healing Miracles of Coconut Oil (3rd Editio). Colorado:
Piccadilly Books Ltd.

Haak, S. (2012). Change in Moisture and Fat Content of Skin Under The
Application Of Callusan Extra Cream Mousse. Journal Dermatology, 9(2),
54–62.

Haktanir, A., Demir, S., Acar, M., Ucok, K., Albayrak, R., & A, Y. (2005).
Sonographic Evaluation of Cerebral Blood Flow in Anemia Resulting
FromChronic Renal Failure Alpay. J Ultrasound Med, 24(9), 47–52.

Universitas Sumatera Utara


64

Harahap, P. (2016). Gagal Ginjal, Siapa Takut? (Cetakan 1). Yogyakarta: Andi.

Harlim, C., & Yogyartono. (2012). Pruritus Uremik Pada Gagal Ginjal Kronik.
Majalah Kedokteran FK UKI, 28(2), 1–8.

Himmelfarb, J. (2010). Core Curriculum In Nephrology Hemodialysis


Complications. National Kidney Foundation, 34(2), 54–62.

Indonesian Renal Registry. (2014). Report Of Indonesian Renal Registry. Jakarta:


Indonesian Renal Registry.

James, P. A., & Ortiz, E. (2014). Evidence-Based Guideline For The


ManagementOf High Blood Pressure In Adults. JAMA, 21(2), 125–132.

Jayanthi, N. K. D. (2014). Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil Terhadap


Kelembaban Kulit Kaki Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus di RSUD
Wangaya. Program Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Loden, M. (2015). The Clinical Benefit of Moisturizer. J. Eur. Acad. Dermatol.


Venerol., 30(3), 15–24.

Lucida, H., Salman, & Hervian, S. (2008). Uji Daya peningkatan penetrasi virgin
coconut oil (VCO) dalam basis krim. Jurnal Sains & Teknologi Farmasi,
13(1), 1–15.

Lynde, C., & John, K. (2010). Skin Manifestations of Kidney Disease Conditions
Range From Benign to Life-Threatening. NCBI, 15(2), 12–21.

Maharani, A. (2015). Penyakit Kulit : Perawatan, Pencegahan Pengobatan


(Cetakan 1). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Masmoudi, M., Houria, Z. B., Hanbali, A. A., & Masmoudi, F. (2014). Decision
Support Procedure for Medical Equipment Maintenance Management.
Journal of Clinical Engineering, 41(1), 19–29.

Mettang, M., & Weisshaar, E. (2010). Pruritus: control of itch in patients


undergoing dialysis. Skin Therapy Lett., 15(2), 1–5.

Meyer, T. W., & Hostetter, T. H. (2007). Uremia. N Engl J Med, 357(13), 1316–
1325.

Universitas Sumatera Utara


65

Miller, R. P., Tadagavadi, R. K., Ramesh, G., & Reeves, W. B. (2010). Mechanisms
of Cisplatin Nephrotoxicity. NCBI.

Mohamed, N., Aziza, A., Sarmidia, M., & Aziza, R. (2013). The Effect of virgin
coconut oilloaded solid lipid particles (VCO-ALPs) onskin hydration and skin
elasticity. Jurnal Teknologi, 62(2), 39–43.

Muhammad, A. (2015). Serba Serbi Gagal Ginjal (Cetakan 1). Yogyakarta: Diva
Press.

Nahid, S. (2010). Effect of aromatherapy on pruritis relif inhemodialysis patient.


Iranian Journal of Nursing and Midwifery Reserch, 3(2), 21–26.

Nilamsari. (2010). Optimasi terhadap Kestabilan emulsi Krim pelembab Dari


Minyak Kelapa Murni. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Nunley, J. R., & Lerma, E. V. (2011). Dermatological Manifestations ofKidney


Disease. New York: Springer.

Nursalam. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan (Cetakan 2). Jakarta: Salemba Medika.

Pardede, S. O. (2010). Pruritus Uremik. Journal Sari Pediatri, 11(1), 348–354.

Partogi, D. (2012). Kulit Kering (Cetakan 1). Jakarta: MDVI.

Polit, & Beck, P. (2012). Essential of Nursing Research: Apparaising Evidence


ForNursing Practic (7th Editio). New York: Lippincot Williams & Wilkins.

Pray, J. J., & Pray, W. S. (2009). Tinnitus: When The Ears Ring. Retrieved
September 15, 2018, from medscape.com website:
http://www.medscape.com/viewarticle/506920

Price, M. (2013). Terapi Minyak Kelapa (Cetakan 3). Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.

Price, S., & Wilson, L. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
(Cetakan 5). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Priyanto. (2014). Farmakologi Dasar, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi


(Cetakan 2). Depok: LESKONFI.

Purwandhani, E., & Effendi, E. (2013). Pelembab & emolien untuk kelainan kulit
pada bayi dan anak (Cetakan 1). Jakarta: MDVI.

Universitas Sumatera Utara


66

Rindengan, B., & Novarianto, H. (2014). Minyak Kelapa Murni: Pembuatan dan
Pemanfatannya (Cetakan 2). Jakarta: Penebar Swadaya.

Sari, E. D. (2017). Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil (VCO) Pada Area
Tertekan Untuk Mencegah Luka Tekan Pada Pasien Tirah Baring. Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.

Sari, W. N. K. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Gagal


Ginjal Kronik Dengan Intervensi Inovasi Pemberian Virgin Coconut Oil
(VCO) Terhadap Tingkat Keparahan Pruritus yang Menjalani Hemodialisa di
Ruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab Sjahrine 2018. Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Sastroasmoro, S., & Ismail, S. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis


(Cetakan 3). Jakarta: Sagung Seto.

Sawitri. (2009). Kulit dan Menopause: Manifestasi dan Penatalaksanaan. Artikel


Berkala Ilmu Kesehatan , Kulit, Dan Kelamin, 21(1), 25–28.

Setiaji, B., & Prayugo, S. (2014). Membuat VCO Berkualitas Tinggi (Cetakan 2).
Jakarta: Penebar Swadaya.

Siswono. (2014). Manfaat minyak kelapa murni (VCO) untuk kesehatan (Cetakan
1). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Smeltzer, S. C., & Bare, G. (2012). Brunner and Suddarth’s textbook of medical
surgical nursing (11th Editi). Philadelphia: Lippincot.

Sukandar, E. (2014). Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis (Cetakan 2).
Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.

Sutarmi. (2015). Taklukkan Penyakit Dengan VCO (Cetakan 1). Jakarta: Penebar
Swadaya.

Suwitra, K. (2015). Penyakit Ginjal Kronik (Cetakan 1). Jakarta: Interna


Publishing.

Syapitri, H., Siregar, L. M., & Ginting, D. (2017). Nigella Sativa Oil Efektif Dalam
Mencegah Luka Decubitus Pada Pasien Bedrest Total. Program StudiNers,
Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Tao, L., & Kendall, K. (2014). Gagal Ginjal Kronis. Sinopsis Organ System Ginjal
(Cetakan 1). Tangerang: Karisma.

Universitas Sumatera Utara


67

Thiagarajan, P. (2009). Platelets Disorders. Retrieved February 20, 2019, from


Medline website: www.medline.com/nlm/nih/topic/full/260.htm

Thomas, R., Kanso, A., & Sedor, J. R. (2013). Chronic Kidney Disease and Its
Complication. Prim Care.

Tjokroprawiro, A. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Cetakan 1). Surabaya:
FK Universitas Airlangga.

Torra, S. (2010). Randomized clinical trial about the systemic use of Mepentol,
atopical product hyperoxygenated fat acids and herbal extract, in
thepreventeion of pressure ulcers in heels. Barcelona: Lab. Bama Geve.

Tranggono, R. I., & Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik
(Cetakan 1). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Udayakumar, P., Balasubramanian, S., Ramalingam, K., Chembolli, L., & Srinivas.
(2013). Cutaneous manifestations in patients with chronic renal failure
hemodialysis. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprology,
72(2), 119–125.

USRDS. (2013). 2013 Annual Data Report. Minneapolis: United States Renal Data
System.

Utomo, P. (2012). Apresiasi Penyakit Pengobatan SecaraTradisional Dan Modren


(Cetakan 2). Jakarta: Rineka Cipta.

WHO. (2012). Promoting Rational Use Of Medicines: Core Components. Geneva:


WHO Policy Perspectives on Medicines.

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP / CURRICULUM VITAE

Nama Ns. SITI SAODAH, S.Kep.


TempatTanggalLahir Tanjung Selamat, 21 Januari 1989
Status Menikah
Alamat Jln. Perintis Kemerdekaan No. 45 LK. V Kel.
Pahlawan Kec. Binjai Utara
NomorTelepon/HP 082239474786 (HP/WA)
Pekerjaan saat ini 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Putra Abadi
Langkat
- Wakil Ketua III (Bidang Kemahasiswaan)
- Sekertaris Sistem Penjaminan Mutu
Internal
2. SMK Swasta Napsi’ah Stabat
- Kepala Jurusan Keperawatan
PendidikanTerakhir Program Profesi Ners STIKes Putra Abadi Langkat
dan sedang kuliah magister keperawatan di Fakultas
Keperawatan USU
E-mail Sitisaodah759@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

2019 – 2013 Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Putra Abadi


Langkat Stabat
2013 – 2014 Program Profesi Ners STIKes Putra Abadi Langkat
Stabat

RIWAYAT PEKERJAAN

2014 - Sekarang Staff/Dosen STIKes Putra Abadi Langkat Stabat


2014- Sekarang Guru Keperawatan di SMK Swasta Napsi’ah Stabat

Binjai, Oktober 2019

Ns.Siti Saodah, S.Kep.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Judul Penelitian : Pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap Kelembaban


Kulit Pasien Uremik yang Menjalani Hemodialisa Di
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai

Peneliti : SitiSaodah

Nama tersebut di atas adalah mahasiswa Program Studi Magister Ilmu


Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
melaksanakan penelitian berjudul : “Pengaruh Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap
Kelembaban Kulit Pasien Uremik yang Menjalani Hemodialisa Di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu tugas akhir di
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian sesuai dengan judul di
atas, maka saya bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Partisipasi saya
dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa pengaruh dari pihak manapun juga.
Peneliti menjamin kerahasiaan identitas karena penelitian hanya digunakan untuk
kepentingan serta pengembangan ilmu keperawatan.
Demikianlah Keterangan persetujuan ini saya perbuat semoga dapat
digunakan seperlunya.

Partisipan,

(................................)

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENELITIAN
PENGARUH VIRGIN COCONUT OIL (VCO) TERHADAP KELEMBABAN
KULIT PASIEN UREMIK YANG MENJALANI HEMODIALISA
DI RSUD DR. R.M. DJOELHAM BINJAI

No. : ......................
(Diisi oleh Peneliti)
IDENTITAS

Petunjuk:
- Jawablah pertanyaan identitas di bawah ini sesuai dengan kondisi Saudara.
- Mohon semua pertanyaan dijawab (jangan ada yang kosong)

1. Nama/Inisial : ................................................

2. Umur : ................................................

3. Jenis Kelamin : ................................................

4. Pendidikan Terakhir : ................................................

5. Pekerjaan : ................................................

6. Status Pernikahan : ................................................

7. Lama Hemodialisa (HD) : ...................... (tahun)

HASIL PENGUKURAN KELEMBABAN KULIT

Pengukuran kelembaban kulit menggunakan Skin Moisture Analyzer yang


dilakukan oleh peneliti.

Pengukuran Awal (Pretest) : ........................%

Pengukuran Akhir (Posttest) : ........................%

Universitas Sumatera Utara


PROSEDUR KERJA

PEMBERIAN VIRGIN COCONUT OIL

Pengertian

Pemberian virgin coconut oil dengan cara dioleskan pada punggung tangan dan kaki

pasien dua kali sehari setelah mandi

Tujuan

Untuk melembabkan kulit pasien dan mencegah terjadinya infeksi

Persiapan Alat

1. Virgin coconut oil

2. Tissue/handuk

Prosedur

1. Identifikasi kondisi pasien atau klien/hal-hal yang diperlukan

2. Siapkan alat-alat yang diperlukan

3. Dekatkan alat kedekat pasein

4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri

(untuk pertemuan pertama)

5. Jelaskan manfaat dan prosedur tindakan pada klien

6. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dimulai

7. Atur posisi pasien senyaman mungkin.

8. Cuci tangan.

9. Menggulung pakaian pasien jika pakaian menutupi bagian yang akan

dilakukan tindakan pengolesanVCO

Universitas Sumatera Utara


10. Pastikan kulit yang akan diolesVCO dalam keadaan bersih

11. TuangkanVCO sebanyak 0,5 ml pada kedua telapak tangan kemudian

ratakan

12. OleskanVCO pada tangan dan kaki

13. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik

positif pada pasien

14. Kontrak pertemuan selanjutnya

15. Bereskan alat-alat

16. Cuci tangan

17. Catat hasil kegiatan dalam lembar observasi.

Universitas Sumatera Utara


PROSEDUR KERJA

PENGUKURAN KELEMBABAN KULIT

Pengertian

Pengukuran nilai kelembaban kulit kaki untuk memperoleh nilai kelembaban kulit

pasien dengan menggunakan alat skin moisture analyzer.

Persiapan Alat

1. Alat skin moisture analyzer

2. Tissue/lap

3. Sarung tangan sesuai kebutuhan

Prosedur

1. Identifikasi kondisi pasien/hal-hal yang diperlukan

2. Siapkan alat

3. Dekatkan alat pada pasien

4. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya serta memperkenalkan diri

(untuk pertemuan pertama)

5. Jelaskan manfaat dan prosedur tindakan pada klien

6. Beri kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dimulai

7. Cuci tangan

8. Gunakan sarung tangan sesuai kebutuhan

9. Ambil skin moisture analyzer

10. Bersihkan ujung skin moisture analyzer yang akan ditempelkan ke kulit pasien

dengan menggunakan tissue/lap

Universitas Sumatera Utara


11. Periksa dan pastikan skin moisture analyzer hidup dengan menekan tombol ON

pada alat.

12. Atur posisi pasien dengan posisi nyaman

13. Tekankan ujung alat skin moisture analyzer pada kulit yang akan diperiksa

secara perlahan. Biarkan alat ini menempel pada kulit sampai alat ini selesai

mendeteksi. Setelah alat ini telah mendeteksi sepenuhnya, terdapat tanda bunyi

dan layar akan menunjukkan hasil dalam bentuk persentase (%)

14. Lihat skin moisture analyzer, baca hasilnya dan informasikan kepada pasien

15. Bersihkan skin moisture analyzer dan kembalikan pada tempatnya

16. Catat hasilnya

17. Evaluasi perasaan klien, simpulkan hasil kegiatan, berikan umpan balik positif

18. Kontrak pertemuan selanjutnya

19. Bereskan alat-alat

20. Cuci tangan

21. Catat hasil kegiatan dalam lembar dokumentasi

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

UJI KALIBRASI DAN UJI KONSENTRAT

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4

LEMBAR KONSUL

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai