2018
Rahman, Zakiah
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12322
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH MADU DALAM TINDAKAN ORAL CARE TERHADAP
PERUBAHAN MUKOSITIS PADA PASIEN KANKER
YANG DILAKUKAN KEMOTERAPI
TESIS
Oleh
ZAKIAH RAHMAN
157046039 /KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
THESIS
By
ZAKIAH RAHMAN
157046039 /MEDICAL SURGICAL NURSING
TESIS
Oleh
ZAKIAH RAHMAN
157046039 /KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pengaruh Madu dalam Tindakan Oral Care Terhadap Perubahan Mukositis pada
Pasien Kanker yang Dilakukan Kemoterapi
ABSTRAK
“Pengaruh madu dalam tindakan oral care pada pasien kanker yang dilakukan
kemoterapi”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan tesis ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
1. Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
3. Dewi Elizadiani Suza, SKp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi
4. Dr. dr. Imam Budi Putra., MHA., Sp. KK selaku Pembimbing I yang telah
6. Chairanur Dara Phonna., S. Kep., Ns., M. Kep Selaku Penguji II yang telah
melakukan penelitian.
8. Ketua Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Letkol (Purn) Dr. H. Heri Priatna.,
9. Kedua orang tuaku tercinta H. Abd. Rahman dan Hj. Fatimah, kedua anakku
Faiz dan Azka, suamiku, dan saudaraku yang selalu memberi doa serta dukungan
10. Rekan-rekan angkatan 2015 serta pihak lain yang tidak mungkin penulis
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada
seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT memberikan keberkahan untuk kita
semua. Amiin….
Penulis
Zakiah Rahman
Halaman
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR KOMISI PENGUJI
PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Hipotesis 6
Manfaat Penelitian 6
BAB 5 PEMBAHASAN 64
Karakteristik Responden 64
DAFTAR PUSTAKA 81
LAMPIRAN
Gambar Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Setiap tahun 12 juta orang di
dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan
pada tahun 2030 kejadian tersebut dapat mencapai hingga 26 juta orang dan 17
kanker setiap hari. Diperkirakan 595.690 orang meninggal akibat kanker dan
sekitar 1.600 kematian per hari. Kanker merupakan penyebab kedua kematian di
Amerika Serikat, dengan lebih dari 1,6 juta kasus baru dan hampir 600 000
prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4 per 1000 penduduk, dan merupakan
yang berobat akibat kanker mencapai 100 orang setiap hari untuk semua jenis
kanker.
pengobatan, Salah satu terapi yang umum diberikan pada pasien kanker adalah
ditubuh pasien. Hingga saat ini obat anti kanker jenis kemoterapi yang sudah
dapat digunakan secara klinis mencapai 70 jenis lebih dan sudah lebih dari 10
jenis kanker yang dapat disembuhkan dengan kemoterapi, atau sekitar 5% dari
seluruh pasien kanker atau setara dengan 10% dari angka kematian akibat kanker
setiap tahun, termasuk kanker ganas. Meskipun sebagian kanker lainnya tidak
cepat, namun dapat membunuh sel-sel yang sehat sehingga kemoterapi sering
kering, dan hilangnya sensasi rasa. Sekitar 40% dari semua pasien kanker yang
Mukositis terjadi sekitar 40% pada pasien yang mendapat dosis standar
dan sebanyak 100% dari pasien yang menerima terapi dosis tinggi atau kombinasi
mukositis antara lain jenis kanker dan jenis kemoterapi yang digunakan untuk
pengobatan. Setiap tahun 400.000 orang mengalami komplikasi pada mulut akibat
kemoterapi dan 30% -75% dari pasien yang dikemoterapi mengalami mukositis
berbagai macam upaya strategis mulai dari upaya menjaga agar tidak terjadi
mukositis terjadi, mikro-organisme yang ada didalam rongga mulut dan seluruh
saluran pencernaan dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan infeksi lanjut
rasa sakit, perdarahan, dan mencegah infeksi, menjaga kesehatan mulut dan
mengurangi risiko komplikasi pada gigi (Eilers, Harris, Henry, & Johnson, 2014).
dalam melakukan oral caretetapi belum ada standar yang rutin digunakan saat ini.
Umumnya agen oral care yang diberikan salah satunya termasuk khlorhexidin.
dalam melakukan oral care untuk mencegah dan mengobati mukositis. Madu
menarik air dari luka, mengurangi ketersediaan air untuk patogen, yang
2013).
jaringan sel. Memiliki antiulcer dari madu sebagai antioksidan. Madu adalah
Selain itu, madu dapat mencegah dan menyembuhkan mukositis dengan menjaga
normal salin 0,9% 15 menit sebelum dan sesudah radioterapi. Hasilnya secara
signifikan proporsi mukositis lebih rendah pada kelompok yang diberikan madu
(pvalue=<0,05).
upaya kuratif mukositis yang digunakan dalam tindakan oral care. Berdasarkan
“Pengaruh madu dalam tindakan oral care terhadap perubahan mukositis pada
Perumusan Masalah
yaitu: “adakah pengaruh madu dalam tindakan oral care terhadap perubahan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
penyakit, status gizi, jenis kanker, jenis kemoterapi dan riwayat mukositis). 2)
Distribusi skor mukositis sebelum intervensi pada kelompok intervensi oral care
madudan kelompok kontrol oral care rutin biasa. 3) Distribusi skor mukositis
sesudah intervensi pada kelompok intervensi oral care madu.4) Distribusi skor
mukositis sesudah intervensi pada kelompok kontrol oral care rutin biasa. 5)
intervensi oral care madu dan kelompok kontrol oral care rutin biasa.
Hipotesis
kemoterapi.
Manfaat penelitian
Pelayanan Keperawatan
Pendidikan Keperawatan
Penelitian Keperawatan
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Kanker
Pengertian Kanker
yang tumbuh secara terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi secara fisiologis (Price & Wilson, 2009).
Kanker adalah : istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal
membelah tanpa terkontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker
dapat menyebar kebagian lain dari tubuh melalui darah dan kelenjar getah bening
Penyebab kanker sampai saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi dapat
infeksi, terpapar radiasi, maupun mengkonsumsi zat kimia tertentu yang bersifat
Gejala umum kanker adalah terdapat massa atau benjolan, nyeri (akibat
koreng atau borok yang sulit sembuh, pengeluaran darah (dari hidung, mulut, alat
vital atau anus), gangguan buang air besar (diare atau sembelit), rasa tidak
nyaman pada perut atau pinggul, gangguan proses buang air kecil, perubahan
drastis.
Tujuh tanda dan gejala kanker dapat dengan mudah diingat dengan
adanya buang air kecil atau buang air besar atau buang air kecil yang berlebihan;
perdarahan yang tidak biasa dari vagina, putting, atau penis, yang tidak biasa
atau kesulitan menelan untuk jangka waktu lama; 6) O: perubahan jelas pada kutil
atau tahi lalat, seperti warna, ukuran, tekstur; dan 7) N: batuk atau suara serak
Jenis Kanker
Pada umumnya, jenis kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel
tempat terjadinya. Sebagai contoh, kanker yang terjadi pada usus besar
sebagai kanker usus besar, sedangkan kanker yang terjadi pada sel basal
dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Jenis kanker kemudian dilakukan
kategori utama yaitu: a) karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan
epitel, seperti kulit atau jaringan yang menyelubungi organ tubuh, misalnya organ
sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma; tulang
merupakan kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah yang
timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh.
Beberapa jenis kanker yang paling umum terjadi pada orang dewasa
sarkoma (kanker jaringan ikat seperti otot dan tulang), kanker pada saluran genital
wanita (leher rahim dan ovarium), kanker tiroid, kanker testis, kanker kolorektal,
leukemia dan otak dan tumor sumsum tulang belakang. Jenis-jenis kanker terlihat
pada orang dewasa muda (usia 20-39) tidak unik untuk kelompok usia ini, tetapi
jenis yang paling umum dalam rentang usia ini sebagian besar berbeda dengan
yang terjadi pada anak-anak atau orang dewasa yang lebih tua yaitu: kanker
kanker paru, limphoma, kanker pankreas, kanker prostat, kanker kulit, kanker
Defenisi Kemoterapi
sel kanker pada tumor dan juga dapat membunuh sel-sel kanker yang telah lepas
dari sel-sel kanker dari sel induk atau telah bermetastase melalui darah dan limpa
Tujuan Kemoterapi
kuratif terhadap tumor sensitif yang kurabel, misalnya leukemia limfositik akut,
limfoma maligna, kanker testis, karsinoma sel kecil paru dan lainnya. Kemoterapi
kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat
dikerjakan setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari terapi
kuratif. Bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase; c). kemoterapi
Jenis Kemoterapi
Obat alkilator adalah obat yang dapat membentuk ikatan asam nukleat,
protein dan banyak molekul dengan berat molekul rendah. Obat golongan ini
memiliki golongan gugus alkilator yang aktif, dalam kondisi fisiologis dapat
membentuk gugus elektrofilik dari ion positif karbon, untuk menyerang lokus
nukleofilik termasuk gugus yang secara biologis penting seperti gugus fosfat,
amino, tiol, imidazol, dan lain-lain akan membentuk ikatan kovalen. Efek
Deoxyribose Nucleat Acid (DNA) atau pembentukan ikatan silang antara molekul
DNA dan protein sehingga struktur sel rusak dan sel mati.
Antimetabolit
Obat golongan ini adalah kelompok senyawa dengan berat molekul rendah
yang mempunyai efek antineoplasma karena struktur dan fungsinya mirip dengan
metabolit yang secara alami terlibat dalam sintesis asam nukleat. Obat golongan
nukleat.
Pirarubyci (THP), Idarubycin, Mitoksantro dan obat lain membunuh sel kanker
dengan cara menyusup masuk ke pasangan basa didekat rantai ganda DNA,
fragmentasi rantai tunggal DNA, Mitomisin (MMC) dan DNA membentuk ikatan
sehingga mitosis berhenti pada metaphase dan replikasi terganggu. Obat anti
tumor baru seperti Taksol dan Taksoter dapat memacu dimerisasi mikrotubuli dan
pada mitosis terhambat. Efek kebalikan dari Vincristin tetapi hasil akhirnya sama,
Inhibitor Topoisomerase
seperti Etopoid (VP-16) dan Teniposid (VM-26) membunuh sel kanker dengan
DNA.
Golongan Hormon
payudara, dan karsinoma prostat. Penyekat reseptor termasuk anti estrogen seperti
masing dapat berikatan secara kompetitif dengan reseptor yang sesuai dalam sel
Belakangan ini telah dikembangkan obat yang tertuju target molekul yang
menjadi kunci dalam proses tumbuh dan berkembangnya kanker misalnya : enzim
tirosin kinase (TK), fernesil transferase (FT) dll pada antigen yang berhubungan
Siklus Kemoterapi
fase awal dimana terapi diberikan secara intensif, tujuannya untuk membunuh sel-
sel kanker sehingga terdapat remisi. Remisi terjadi ketika sel memberikan respon
yang baik terhadap kemoterapi baik respon sementara atau permanen. Remisi
proses keganasan.
untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang masih ada. Fase ketiga yaitu : fase
pemeliharaan yaitu fase dimana fase lanjutan untuk membunuh sel-sel kanker
yang masih ada. Fase ini dapat berlangsung selama beberapa tahun. Fase terakhir
lain terjadinya kekambuhan pada setiap fase. Ketika terjadi kekambuhan, regimen
terapi harus diganti dan memulai kefase awal. Selanjutnya yang harus
yang tepat dapat berdasarkan berat badan, tinggi badan atau luas permukaan
tubuh. Hal tersebut untuk meminimalkan efek toksik pada jaringan dan organ.
Prosedur keamanan dan cara pemberian agen kemoterapi juga harus dipantau dan
namun terkadang obat ini memiliki efek pada sel-sel tubuh normal yang juga
mempunyai sifat cepat membelah seperti rambut, mukosa, sum-sum tulang dan
sperma. Obat ini juga dapat bersifat toksik pada beberapa organ jantung, hati,
Menurut Desen (2011) efek samping dari kemoterapi ada dua kategori,
efek toksik jangka pendek dan efek toksik jangka panjang. Efek toksik jangka
dan lain-lain. Sementara efek toksik jangka panjang adalah karsinogenesitas dan
Reaksi Gastrointestinal
Obat anti tumor sering menimbulkan mual dan muntah pada pasien dengan
derajat yang bervariasi dan dosisi tinggi menimbulkan mual muntah hebat. Obat
stomatitis, mulut kering, disfungsi kelenjar saliva, perubahan sensasi rasa dan
nyeri. Obat sejenis 5FU dan CPT11 kadangkala menimbulkan diare serius serta
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadi harus dikoreksi dengan
segera.
hemoragik. Dosis tinggi MTX yang diekskresi lewat urin dapat menyumbat
duktuli renalis hingga timbul olguria dan uremia. Cisplatin secara langsung
dan diuresis. Tumor massif yang peka kemoterapi seperti leukemia, limpoma,
nefroblastoma jika diberikan kemoterapi akan menyebabkan sel tumor akan lisis/
mati dalam jumlah yang besar, sehingga akan timbul asam urat dalam jumlah
yang besar dalam waktu yang singkat akan menimbulkan nefropati asam urat.
Kardiotoksisitas
dari 500 mg/m² bila dipakai tunggal 450 mg/m² bila dalam kemoterapi kombinasi.
Pulmotosisitas
totalnya. Obat baru dari golongan dengan target molecular Iressa dapat
diwaspadai.
Neurotoksisitas
dengan menghindari minum air dingin dan mencuci tangan dengan air dingin
sewaktu terapi.
Reaksi Alergi
menimbulkan reaksi alergi seperti menggigil, demam, syok anafilakstik dan udem.
Karsinogenesitas
setelah beberapa bulan atau tahun dapat meningkatkan peluang terjadinya tumor
primer kedua.
Infertilitas
Defenisi Mukositis
mukosa dari mulut ke rektum (Eilers, Harris, Henry & Johnson, 2014). Mukositis
sariawan atau mukositis dan kedua istilah tersebut saling dipertukarkan juga
edema, ulserasi, eritema, saliva berlebihan, dan infeksi (White& Duncan, 2012).
merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa atau sub mukosa mulut akibat
Penyebab Mukositis
dan juga efek tidak langsung yang berupa mielosupresi yang mengakibatkan
perdarahan dan infeksi pada mulut (Cancer Care Nova Stovia, 2008).
bakteri, visus, dan jamur. Bakteri yang sering menyebabkan mukositis adalah
terjadinya mukositis dapat dibagi menjadi dua yaitu: mukositis langsung dan
mukositis tidak langsung mukositis langsung terjadi pada sel-sel epitel mukosa
kematian sel. Mukositis ini biasanya terjadi pada hari ke 7 sampai 14 hari
sedangkan mukositis tidak langsung disebabkan oleh invasi langsung dari bakteri
gram negatif dan jamur. Mukositis ini terjadi melalui mekanisme tidak langsung
perawatan untuk kanker tidak dapat membedakan antara sel-sel sehat dan sel
mukosa mulut dan tenggorokan, sehingga sel menjadi rusak selama pengobatan
Stovia (2008) secara patobiologi mukositis terjadi dalam lima fase yaitu fase awal
(Initial phase, fase regulasi dan pembentukan sinyal (up regulating and
species (ROS) oleh agen kemoterapi. ROS akan menyebabkan kerusakan sel,
jaringan dan pembuluh darah secara langsung. Aktivasi ROS akan menstimulasi
faktor transkripsi dan memulai serangkaian biologi terjadinya mukositis. Fase ini
biasanya terjadi setelah pemberian kemoterapi atau pada hari pertama pasca
Fase kedua adalah fase regulasi dan pembentukan messenger signals. Pada
fase ini terjadi kematian kologenik sel lapisan epitel karena kerusakan DNA oleh
Selain itu NK-kB juga akan mengaktivasi sitokin yang merupakan substansi pro-
inflamasi. Fase ini akan terjadi pada hari pertama atau kedua paska kemoterapi.
Fase ketiga yaitu signaling dan amplifikasi. Pada fase ini sitokin pro
inflamasi akan mengaktivasi zat aktivator inflamasi yaitu TNK-alfa, IL-1Beta dan
seperti ceramide dan caspase. Signal ini selanjutnya akan semakin meningkatkan
terjadinya kerusakan jaringan. Seluruh agen yang telah aktif akan menyebabkan
opoptosis. Apoptosis atau kematian sel terjadi pada sel epitel maupun jaringan
submukosa. Inflamasi akan terus terjadi dan menyebabkan sel epitel dan
kematian sel epitel dan jaringan mukosa. Jaringan yang rusak akan memberikan
Fase ulserasi dan inflamasi yang ditandai dengan pembentukan lesi. Lesi
yang terbentuk menjadi tempat masuk mikroorganisme. Oleh karena itu, bakteri-
bakteri patogen seperti bakteri gram positif, negative dan bakteri anaerob dapat
masuk kedalam lesi. Dinding sel bakteri memproduksi suatu zat yang
bebas pembawa respon nyeri. Akan terjadi perubahan saliva yang memperberat
Pada fase ini sangat rentan mengalami bakterimia dan sepsis. Biasanya terjadi hari
yang menstimulasi proliferasi sel epitel baru. Fase ini biasanya terjadi saat
leokosit pasien mulai normal, yaitu pada hari ke-12 sampai hari ke-14 paska
kemoterapi. Setelah fase penyembuhan, mukosa oral akan kembali normal tetapi
Tanda-tanda awal dan gejala klinis mukositis seperti edema, ulserasi, lesi
disekitar mulut, eritema daerah mulut. Gejala lain yang bisa muncul yaitu:
perubahan menelan akibat perubahan saliva dan nyeri, ulserasi daerah bibir
dengan/tanpa perdarahan atau lidah dapat melepuh atau pecah-pecah dan gejala
umur, riwayat mukositis sebelumnya, dan jenis terapi yang diberikan, adanya
penyakit lain yang menyertai (AIDS, DM), status nutrisi, serta penggunaan
Pasien anak dan lanjut usia lebih beresiko terjadi mukositis dari pada
orang dewasa. Pada anak sel-sel epitel pada membran mukosa lebih sensitif
yang mengalami immune disfungsi dan netropenia, misalnya pada ALL, AML,
berikutnya. Lesi yang ada sebelum kemoterapi akan diperburuk oleh kemoterapi.
status nutrisi. Pada asupan tinggi glukosa atau protein dan malnutrisi kekurangan
pertumbuhan sel-sel epitel mukosa. Selain itu pemberian kemoterapi juga dapat
mukosa dan gigi, penurunan asupan makanan dan minuman, serta penurunan rasa.
pengobatan pasien yaitu gizi buruk, usia (anak-anak dan orang dewasa yang lebih
tua), neutropenia, kebersihan mulut yang buruk, faktor genetik, fungsi saliva
agen kemoterapi tertentu, dosis kemoterapi dan jadwal kemoterapi (dosis tinggi
dan transplantasi sel induk), radiasi kombinasi dan kemoterapi, radiasi dan obat-
pencernaan dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan infeksi dan berpotensi
mukositis menyebabkan rasa sakit, membatasi asupan nutrisi, dan yang dapat
Kenaikan biaya mukositis karena lama rawatan, tetapi biaya lebih dari dua kali
lipat akibat mukositis parah (Eilers, Harris, Henry, & Johnson, 2014).
mengakibatkan infeksi, pada keadaan infeksi terapi kanker dapat menunda terapi
yang harus diberikan pada pasien kanker sehingga akan memperlama masa
fokus pada gejala-gejala yang mempengaruhi kualitas hidup dari pada risiko
dengan mempersingkat masa rawat inap dan mengurangi biaya terutama terkait
denganmanajemenfarmakologisdanmeningkatkan kemampuandan
tambahan adalah cryotherapy, terapi laser tingkat rendah, Pelifermin, dan sodium
akibat kemoterapi atau radioterapi adalah oral care, mouth rinses, cryotherapi,
pelindung mukosa, agen anti septik, agen anti inflamasi, agen topikal, cytokine-
membersihkan mulut yang tidak menyebabkan iritasi, dan tidak membuat mulut
dan iodine povidone. Klorheksidin tidak efektif jika dibandingkan normal salin
dan sebaiknya tidak digunakan dalam jangka waktu lama. Hydrogen perokside
iodine yang penggunaannya terbatas karena akan merusak granulasi jaringan baru,
kortikosteroid oral; Agen topikal diberikan untuk melindungi mukosa oral secara
dan Growth factor (GF), berfungsi sebagai anti toksisitas yang dapat menghambat
untuk melakukan penilaian dengan pengkajian yang benar dan tepat (valid dan
relialibel) (Haris, et al, 2015). Pengkajian mukositis harus dilakukan dengan cara
intervensi yang tepat. Beberapa instrument yang dapat digunakan pada pasien
(OMI) oleh McGuire (2002), Oral Mucositis Assesment Scoring (OMAS) oleh
1998), Oral Assesment Guide oleh Eilers (1988), Westerns Concortium for
menjelaskan bahwa instrumen OAG bisa digunakan untuk anak-anak dan lebih
mukosa, menelan, bibir, lidah, saliva, ginggiva dan gigi. Penilaian fungsional dan
kemudian dideskripsikan dalam skala numerik 1-3 untuk parameter. Nilai satu (1)
normal, nilai dua (2) jika terdapat perubahan ringan/sedang, dan nilai tiga (3) jika
terdapat perubahan berat. Cara penilaian OAG dilakukan dengan cara observasi,
menjadi 3 kategori yaitu : (1) jika skor OAG 1-8 normal/tidak mukositis, (2)
mukositis ringan/sedang jika skor OAG 9-16, (3) mukositis berat jika skor OAG
17-24.
tidak mengalami mukositis kategori 1 nilai OAG 1-8 dengan tanda/gejala : suara
(normal ketika berbicara atau menangis), kemampuan menelan secara normal atau
tidak ada kesulitan menelan), bibir lembut dan berwarna merah muda serta
lembab, saliva encer, lidah berwarna merah muda dan lembab, dan papilla lidah
terlihat, membran mukosa berwarna merah muda dan lembab, ginggiva berwarna
merah muda, kokoh dan gusi tidak bengkak, gigi bersih dan tidak ada plak.
OAG 9-16 dengan tanda/gejala: suara terdengar lebih dalam dan serak, nyeri saat
menelan atau ada kesulitan saat menelan, bibir kering dan pecah-pecah, saliva
kental, papilla lidah kurang terlihat dan penampilan lidah berkilat serta dengan
atau tanpa kemerahan pada lidah, membran mukosa berwarna lebih merah,dan
terdapat lapisan putih tanpa ada luka, ginggiva bengkak dengan atau tanpa
kemerahan, gigi terdapat plak pada area yang terlokalisir antara gigi.
tanda/gejala: berbicara atau mengeluh nyeri, atau tidak mampu berbicara sama
sekali, tidak mampu menelan sama sekali, bibir terdapat luka atau perdarahan,
mukosa terdapat luka dengan atau tanpa perdarahan, ginggiva terdapat perdarahan
spontan atau perdarahan jika ditekan, gigi terdapat plak dan debris disepanjang
garis gigi
efek samping dari terapi kanker. Tujuan oral care juga dapat mencegah plak,
komplikasi. Oral care dengan menyikat gigi menyikat gigi, flossing dan
berkumur dilakukan dua kali sehari dianggap sebagai kebiasaan normal, untuk
mengurangi dan mengendalikan plak, akumulasi bioflilm dan halitosis (Potter &
Perry, 2008).
Menyikat gigi dianjurkan dua kali sehari yaitu sesudah makan dan
menjelang tidur. Frekuensi oral care dilaksanakan bervariasi setiap 4 jam sampai
6 jam pada pasien yang berpotensi mengalami infeksi mikroorganisme . Oral care
setiap 2 jam dilaksanakan setiap 2 jam untuk mengurangi masalah pada mulut,
pasien yang sedang mendapat terapi oksigen, pasien yang bernafas melalui mulut,
pasien dengan infeksi mulut, pasien tidak sadar dan pasien dengan tingkat
Konsep Madu
Defenisi Madu
Madu merupakan pemanis alami berasal dari nektar bunga yang telah
dikenal lama oleh masyarakat dunia dan memiliki khasiat tertentu bagi tubuh.
Madu berasal dari nektar bunga yang dikumpulkan oleh lebah dari berbagai
macam tumbuhan yang diproses dalam tubuh hingga membentuk larutan gula
jenuh ataupun sangat jenuh dan mengandung 17% air, 38% fruktosa, 31%
glukosa, 10% jenis gula lainnya dan berbagai macam mikronutrisi (vitamin-
(Bogdanov, 2011).
Madu merupakan sumber penting dari senyawa bioaktif yang berasal dari
tanaman dan beberapa tahun terakhir telah melihat meningkatnya minat dalam
sifat antikanker-nya. Madu alami yang dihasilkan oleh lebah dan berisi lebih dari
200 senyawa, yang terutama terdiri dari gula (75% monosakarida: glukosa dan
fruktosa; 10% -15% disakarida: sukrosa, maltosa, dll) dan air, serta enzim,
vitamin (vitamin B6, riboflavin, niasin, thiamin, dll), mineral, senyawa fenolik
(flavonoid, asam fenolik), senyawa volatil, dan pigmen. Madu adalah cairan
manis yang dihasil akan oleh lebah madu berasal dari berbagai sumber nektar.
Nektar adalah semacam cairan yang dihasilkan oleh kelenjar nectar tumbuhan
pada jenis madu dan tehnologi yang digunakan untuk mengolah madu
madu merupakan parameter mutu madu yang baik. Secara alamiah warna madu
dari jernih sampai warna amber yang gelap. Warna dari madu segar sangat
dasarnya semakin terang warna madu mengandung mineral yang sedikit daripada
kandungan air dan suhu ruangan. Pada suhu ruangan sekitar 20°C madu biasanya
kental dan sulit diambil dibandingkan dengan suhu ruangan 25°-30°C. Pada suhu
ruangan 25°C madu memiliki kelembaban sekitar 14.2%, mengandung 17% air
dan 80% gula. Berat jenis madu sangat tergantung pada kadar air, sedang jenis
sumber bunga sedikit sekali pengaruhnya terhadap berat jenis madu. Pada suhu
200C berat jenis madu dengan kadar air 15% adalah 1.435 dan 1.417 (18%), dua
2, yakni madu monofloral dan multiflola. Madu yang berasal dari satu jenis
tanaman, misal madu randu dan madu kelengkeng. Madu randu adalah madu yang
dihasilkan oleh lebah yang mengkonsumsi nektar dari tanaman randu. Madu
kelengkeng adalah madu yang dihasilkan oleh lebah yang mengkonsusmi nectar
didominasi oleh satu nectar. Madu multifloral adalah madu yang berasal dari
berjenis-jenis tanaman, sebagai contoh madu hutan dari lebah yang mendapatkan
Madu juga dapat dibagi menurut asal nektar, maupun menurut bentuk
madu yang lazim terdapat dalam istilah pemasaran. Berbagai jenis madu dapat
dihasilkan dari berbagai sumber nektar yang dikenal sebagai madu flora, madu
ekstra flora serta madu embun (honey dew honey). Madu ekstra flora, madu yang
dihasilkan dari nektar yang terdapat di luar bunga yaitu dari bagian tanaman lain,
seperti daun, cabang dan batang. Madu embun dihasilkan dari cairan hasil sekresi
pada bagian-bagian tanaman. Cairan ini kemudian dihisap dan dikumpulkan oleh
Komposisi Madu
komposisi nektar asal madu, keadaan iklim, topografi, jenis lebah, cara
karbohidrat (gula sederhana) dan air. Karbohidrat tersebut terdiri dari fruktosa,
glukosa, maltosa, sukrosa, dan gula lain. Selain itu madu mengandung komponen
lain seperti asam, enzim, dan hidrosimetilfurfural (HMP). Pada umumnya madu
(31,29%), sukrosa (1,31%), gula lainnya (8,8%), total asam (0,57%), abu
fruktosa. Enzim lainnya : glucose oxidase dan catalase yang mengatur produksi
sebagai agen anti bakteri. Enzim berikutnya adalah inulase untuk mengubah
insulin menjadi levulose, enzim manitol dan dulcitol serta enzim-enzim yang
member efek aromatik. Enzim aromatik madu adalah terpenes, aldehid dan ester.
Madu juga mengandung kolin (0,3-25 mg/kg) dan asetil kolin (0,06-5
membran sel dan penyembuhan sel dan asetil kolin sebagai neurotransmitter untuk
memfasilitasi konduksi inpuls syaraf dan otot. Kandungan madu juga cukup
lengkap. Kandungan vitamin madu yaitu : vitamin A, vitamin B (B1, B2, B6,
Madu juga mengandung anti oksidan seperti : flavonoid, polypherol dan volatin
yang terdapat dalam madu yaitu : Aspergillum dan Penicillium yang dapat bersifat
anti fungal.
indeks glukosa tinggi jika dikonsumsi pada saat latihan atau olah raga (high
glikemic index). Disisi lain madu juga memiliki indeks glikemik rendah jika
glukosa darah. Pada saat istirahat, madu akan menurunkan ambilan glukosa,
sehingga kadar glukosa darah menjadi stabil dalam waktu lama karena madu
Agen antimikroba
dengan cara langsung dan tidak langsung. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
madu mengaktivasi sistem imun, mekanisme kerja sifat anti inflamasi dan aktivasi
prebiotik madu. Sifat madu sebagai anti mikroba langsung dengan dua cara yaitu
akan membentuk radikal bebas yang akan mengaktivasi respon anti inflamasi.
Agen hidrogen peroksida sebagai agen anti septik dan pembersih luka.
mecanhanism karena madu memiliki PH yang asam (3.3-3.9), efek osmotik madu,
flavanoid dan phenol, kandungan enzim lysozim dan anti mikroba yang baik
Madu memiliki fungsi sebagai anti oksidan yang melindungi jaringan dari
stres oksidatif. Stress oksidatif terjadi karena radikal bebas pada sel jaringan tubuh
mengandung anti oksidan dalam madu adalah gukosa oksidatif, katalase, asam
askorbat (vitamin C), flavanoid, phenol, derivate karotenoid, asam amino dan
melanoidin. Anti oksidan utamanya adalah phenol dan melanoidin. Anti oksidan
Madu memiliki fungsi anti inflamasi. Anti inflamasi pada madu berkaitan
bebas tersebut mengaktivasi zat-zat anti oksidan pada madu, sehingga zat anti
oksidan akan aktif dan mencegah kerusakan jaringan. Aktifnya anti oksidan yang
nyeri. Pemberian madu dapat mengurangi aktivasi tromboksan B(2), PGE (2) dan
PGF (2ά). Zat-zat tersebut yang dikeluarkan tubuh saat inflamasi yang diaktivasi
oleh histamin (Bogdanov, 2011). Madu memiliki efek anti inflamasi karena madu
merangsang pembentukan sitokin inflamasi (seperti TNF-α, IL-1β dan IL-6) dari
Madu memiliki anti metastasis dan dapat menurunkan resiko metastasis sel
kanker. Hal tersebut merupakan efek sekunder dari anti oksidan dan anti inflamasi
dari madu. Sifat-sifat anti mutagenik dan metastasis madu akan berkurang jika
inflamasi dari monosit melalui TLR4 dan meningkatkan pelepasan TNF-α, IL-1β
dan IL-6 dari sel MM6 (monosit). Madu mengandung flavonoid dan chrysin
jaringan baru. Efek sekunder dari anti histamine pada madu yang dapat
darah. Aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi berjalan lancar melalui
pembetukan jaringan baru menjadi lebih cepat. Hidrogen peroksida dalam madu
dapat juga meningkatkan aliran darah pada jaringan iskemik dan menstimulasi
pembentukan sitokin oleh leukosit sebagai proses penyembuhan (Evan & Flavin,
Dari hasil beberapa penelitian madu dapat mengaktivasi sistem imun dan
dapat mensupresi sistem imun. Konsumsi madu sebesar 1.2 g/kg BB selama dua
limfosit dan eosinofil sebesar 50 % dan kadar zink, magnesium, hemoglobin dan
selama respon imun primer dan sekunder terhadap antigen dan menurunkan
Madu merupakan salah satu zat yang sangat berperan dalam penanganan
kanker. Madu yang memiliki efek teraupetik. Menurut beberapa penelitian, madu
setelah pemberian kemoterapi. Pada fase pertama ini kemoterapi merusak DNA
merusak jaringan dan memulai fase inflamasi. Pemberian madu segera setelah
kemoterapi dapat meminimalisir aktivasi ROS. Hal ini terjadi karena madu
Zat-zat yang terdapat pada madu yang bekerja sebagai pelindung sel atau
anti oksidan adalah gukosa oksidase, katalase, asam askorbat (vitamin C),
tersebut berfungsi melindungi sel dari stres oksidatif akibat produksi radikal bebas
(ROS). Oleh karena itu pemberian madu segera setelah kemoterapi diharapkan
mampu mencegah terjadinya kerusakan sel mukosa. Fase kedua mukositis adalah
akan aktif pada fase ketiga atau fase inflamasi. Madu akan menghambat
Beberapa penelitian yang lain, menyebut madu sebagai salah satu obat
dan fagosit dan membantu monosit untuk melepaskan sitokin dan interleukin,
amplifikasi.
antara 7,2 dan 7,4 . kadar gula tinggi dari madu menarik air dari luka, mengurangi
mikroba. Hal ini juga berisi enzim glukosa-oksidase yang merangsang pelepasan
hidrogen peroksida setelah kontak dengan jaringan tubuh, yang memiliki efek
antiseptik dan dalam beberapa jenis madu ada fitokimia yang dikenal memiliki
sifat bakterisida. Hal tersebut dapat membantu fase 4 (Ulserasi dan inflamasi) dari
proses biologis dari mukositis dan meminimalkan mukositis lebih parah dan
kolonisasi oleh bakteri mulut dan risiko sepsis (Bardy, et al, 2012). Penggunaan
hidrogen peroksida 0,003%. Madu juga memiliki kandungan enzim katalase yang
amino, mineral, polifenol, vitamin dan senyawa aroma dan komposisinya sangat
tergantung pada asal madu. Terlepas dari kenyataan bahwa kontribusi madu untuk
asupan harian yang direkomendasikan, madu dapat membantu pasien kanker yang
menjalani terapi radiasi dan kemoterapi yang menderita gizi buruk dan penurunan
berat badan. Dalam penelitian juga madu diterapkan penyembuhan luka dan
teori keperawatan yang dapat diaplikasikan. Teori Mira E. Levine dalam Fawcet
dan bagian yang ada di dalam tubuh, bersifat terbuka dan saling mempengaruhi
dari adaptasi akan terciptanya konservasi. Sedangkan adaptasi adalah suatu proses
sebagai suatu sistem terbuka. Keutuhan akan tercapai jika terdapat interaksi yang
yang stabil antara manusia dengan lingkungan secara terus menerus dan terbentuk
bekal untuk melakukan proses adaptasi. Tujuan konservasi adalah kesehatan dan
eksternal. Ancaman dari lingkungan internal yaitu adanya sel-sel kanker yang
menyerang sel-sel normal. Sedang ancaman eksternal berupa efek samping dari
berkualitas yaitu oral care dalam mencegah atau mengurangi mukositis akibat
kemoterapi pada pasien kanker. Madu digunakan dalam tindakan oral care karena
madu berfungsi sebagai agen anti inflamasi, stimulasi pertumbuhan sel dan lain-
yang biasanya terjadi sebagai efek samping dari kemoterapi pasien kanker. Pasien
kanker dengan mukositis yang memerlukan perawatan mulut (oral care) untuk
Aplikasi pada penelitian ini madu dalam tindakan oral care selama 5 hari.
Sedangkan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada pasien mukositis dengan
Evaluasi :
(Penilaian
Mukositis
dengan OAG) Perubahan mukositis
Sumber : Fawcet (2006), Bogdanov, (2011), Cancer Care Nova Stovia (2008).
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
menggunakan desain pre-test and post-test group design with control group yaitu
dan menganalisis efek dari perlakuan (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini
bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh perlakuan yang dinilai pada subjek
penelitian dengan cara membandingkan nilai pre test dan post test pada kelompok
O1 X
O2
O3 O4
Keterangan :
O1 = skor mukositis sebelum diberikan intervensi pada kelompok intervensi.
O2 = skor mukositis sesudah diberikan intervensi pada kelompok intervensi.
O3 = skor mukositis sebelum perawatan rutin biasa (klorheksidin 0,2%) pada
kelompok kontrol.
O4 = skor mukositis sesudah perawatan rutin biasa (klorheksidin 0,2%) pada
kelompok kontrol.
X = Intervensi diberikan madu dalam tindakan oral care
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker yang mengalami
Sampel
Sampel adalah sebagian kecil atau wakil dari populasi yang dapat
dalam penelitian ini consecutive sampling yaitu suatu metode pemilihan sampel
yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi
kriteria sampling sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Polit & Beck,
2012).
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi
dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi agar
subjek dapat diikutsertakan dalam penelitian ini . Kriteria inklusi sampel dalam
mengalami penyakit diabetes mellitus dan HIV/AIDS; d). Bersedia jadi responden
berbagai sebab. Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah: a). pasien
atau keluarga pasien tidak bersedia menjadi responden; dan b). pasien yang
mengalami kanker mulut atau kanker nasopharing stage 4 dan kanker lidah yang
menyebabkan pasien sulit membuka mulut sehingga sulit untuk dilakukan oral
care.
(1-β) = .80, effect size (γ) = .70 dan α = .05. Didapatkan jumlah sampel dalam
sampel 64 orang.
Variabel Dependen
Mukositis Penilaian dengan 1= (1- 8 skor Interval
Mukositis adalah peradangan OAG, memiliki normal/tidak
pada selaput lendir mulut 8 parameter, mukositis)
akibat dari kemoterapi berupa yaitu : membran 2 = (9-16 skor
kemerahan, luka, bengkak, mukosa, bibir, 1)
berdarah, perubahan air ludah, lidah, ginggiva, 3= (17-24
yang dirasakan pasien nyeri gigi, suara, skor)
menelan, kering, dan menelan.
perubahan fungsi berupa Penilaian setiap
perubahan suara dan parameter: mulai
kemampuan menelan. skor 1-3, skor 1
apabila normal,
skor 2 bila
terjadi perubahan
fungsi tetapi
tidak semua atau
kerusakan
ringan, dan skor
3apabila terjadi
kerusakan dan
hilangnya fungsi
dari aspek
tersebut.
Kemudian skor
tersebut
ditambahkan
untuk
menghasilkan
skor total
mukositis
Tahap persiapan
data berupa : kuisioner yang terdiri dari dua bagian yaitu kuisioner karakteristik
mukositis yaitu Oral Assesment guide (OAG) yang telah dipublikasikan oleh Dod
dan Eiler tahun 1988 & 2004, yang terdiri 8 parameter meliputi : suara, membran
mukosa, menelan, bibir, lidah, saliva, ginggiva dan gigi.Alat pengumpul data
lainnya lembar observasi pelaksanaan oral care yang telah dilakukan oleh
responden.
surat lulus uji etik (ethical clearance) kepada lembaga etik penelitian yaitu komisi
setelah mendapat surat lulus uji etik, maka peneliti mengajukan surat permohonan
mengajukan surat izin penelitian kepada Direktur RSUP H. Adam Malik Medan
dan izin kepada kepala ruangan rawat inap kemoterapi terpadu diRSUP H. Adam
Malik Medan serta menjelaskan tujuan dan lamanya penelitian dilakukan. Tahap
selama 2minggu sampel tidak memenuhi, maka jumlah sampel diambil sesuai
Tahap pelaksanaan
Tahap pre-test
menanyakan data karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin,
mengukur tinggi badan, dan menimbang berat badan, selanjutnya melihat hasil
pemeriksaan pasien dan protokol tindakan kemoterapi terkait jenis kemoterapi dan
jenis kanker pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Selain itu responden
dari kedua kelompok juga diminta untuk mengisi lembar observasi pelaksanaan
Tahap intervensi
dilakukan intervensi oral care 4 kali sehari selama 6 hari dan dilakukan
menggunakan lidi kapas keseluruh area mulut dan bibir (selama 60-90
detik)sebanyak empat (4) kali sehari kemudian dianjurkan untuk membilas dengan
air mineral. Sedangkan pada kelompok kontrol tindakan yang dilakukan oral care
dengan cara berkumur 4 kali sehari selama 6 hari. kemudian dianjurkan untuk
Tahap post-test
intervensi diberikan madu dalam tindakan oral care selama 6 hari (4 kali
sehari)dan responden kelompok kontrol diberikan tindakan oral care rutin biasa
Gambar 3.1
Alur Penelitian
Metode Pengukuran
mukosa, menelan, bibir, lidah, saliva, ginggiva dan gigi. Penilaian fungsional dan
kemudian dideskripsikan dalam skala numerik 1-3 untuk parameter. Nilai satu (1)
normal, nilai dua (2) jika terdapat perubahan ringan/sedang, dan nilai tiga (3) jika
terdapat perubahan berat. Cara penilaian OAG dilakukan dengan cara observasi,
menjadi 3 kategori yaitu : (1) jika skor OAG 1-8 normal atau tidak mengalami
mukositis, (2) mukositis ringan-sedang jika skor OAG 9-16, (3) mukositis berat
Uji Validitas
ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan instrumen atau sejauh mana sebuah
instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur(Polit & Beck, 2012)..
Instrumen dikatakan valid jika mengukur apa yang harus diukur. Instrumen
penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan yang penting yaitu
dilakukan uji validitas content validity oleh ekspert pada bulan November 2017
oleh 3 orang ekspert dibidang keperawatan kanker yaitu : 1 orang perawat Kepala
Medan, 1 orang perawat berpendidikan MNS dari Fakultas keperawatan USU dan
nilai CVI sebesar 0,95, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh
Uji Reliabilitas
RSUP. H. Adam Malik Medan. Uji reliabilitas ini melibatkan 30 pasien kanker
2012). Uji realibilitas untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
ini dilakukan dengan Cronbach Alpha dengan hasil interpretasi 0,89, oleh karena
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
Pengolahan data
Data yang telah terkumpul melalui lembar isian penelitian dan lembar
data yang diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan entrydata. d) Entri data, data yang telah
Analisa data
Metode statistik untuk analisa data dalam penelitian ini adalah : a)Analisis
dan persentase data yang meliputi karakteristik responden seperti usia, jenis
jenis kanker dan diagnosa penyakit, dan skor mukositis. b) Analisis bivariat
digunakan dalam menggambarkan hubungan diantara dua variabel (Polit & Beck,
yaitu uji normalitas dan homogenitas varianstiap kelompok perlakuan. Bila hasil
menguji beda 2 mean dari 2 hasil pengukuran pada kelompok yang sama.
test.
skewness dengan standar errornya. Data dianggap berdistribusi normal jika nilai
skewness dibagi standart errornya menghasilkan <2. Hasil uji normalitas data
dalam penelitian ini menunjukkan data berdistribusi normal, maka uji hipotesis
Pertimbangan Etik
dasar etik penelitian yang meliputi beneficience, respect for human dignity dan
justice (Polit & Beck, 2012). Pertimbangan etik terkait penelitian ini dilakukan
Utara.
Ada beberapa yang hal yang harus dipertimbangkan oleh peneliti terkait
penderitaan kepada subjek; b). Bebas dari eksploitasi : harus dihindarkan dari hal
yang tidak menguntungkan subjek, informasi yang diberikan subjek tidak untuk
merugikan subjek dalam bentuk apapun; c). Risiko (benefit rasio) : harus hati-hati
mempertimbangkan rasio dan keuntungan yang akan berakibat fatal pada setiap
subjek.
bersedia atau tidak menjadi responden; Hak untuk mendapatkan jaminan dari
terperinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi; danInformed
atau menolak.
yang adil (right in fair treatment) subjek harus diperlakukan secara adil baik
sebelum, selama dan sesudah penelitian; dan Hak dijaga kerahasiaannya (right to
privacy) : subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).
BAB 4
HASIL PENELITIAN
kelompok kontrol. Deskripsi subjek penelitian ini terdiri dari : usia, jenis kelamin,
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden kelompok oral care madu dan oral
care rutin biasa
ini didapatkan bahwa usia responden menurut Depkes RI (2014), kelompok oral
care madu sepertiga dari pasien pada rentang umurlansia awal (46–55 tahun) 11
(34,4%), kelompok oral care rutin biasa sepertiga lebih responden berusia 36-45
tahun 13 (40,6%) dan sepertiga lebih lansia akhir usia 56 – 65 tahun 13 (40,6%).
madu 18 (56,3%) dan oral care rutin biasa 22 (68,8%). Pendidikan responden
kelompok oral care madu sepertiga lebih SLTA 13 (40,6%) dankelompok oral
responden kelompok oral care madu kanker nasoparing 17 (53,1%) dan kelompok
oral care rutin biasa kanker mamae 7 (21,9%) dan kanker rekti 6 (18,8%).
care madu 25 (78,1%) dan kelompok oral care rutin biasa 28 (87,5%). Mayoritas
oral care madu dan kelompok oral care rutin biasa 20 (62,5%). Jenis kemoterapi
memiliki toksisitas tinggi 30 (93,8%) kelompok oral care madudan oral care
rutin biasa 31 (96,9%) dengan jenis kanker karsinoma 29 (90,6%) pada kelompok
oral care madu dan kelompok oral care rutin biasa 30 (93,8%).
sebelum dan setelah intervensi yang secara lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.2 Distribusi mukositis kelompok oral care madu dan oral care rutin
biasa
Oral Care Madu Oral Care Rutin Biasa
Kategori Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
F % F % F % F %
1. Tidak mukositis 0 0 10 31,3 0 0 0 0
(Skor 1-8)
2. Ringan/Sedang 17 53,1 22 68,8 27 84,4 29 90,6
(Skor 9-16)
3. Berat 15 46,9 0 0 5 15,6 3 9,4
(Skor 17-24)
kelompok oral care madu sebelum intervensi sebagian besar pada kategori skor
mukositis ringan/sedang (skor 9-16) 17 (53,1%) dengan mean 17,47 SD 2,09 dan
sebelum dan sesudah oral care madu yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Perbedaan mukositis sebelum dan sesudah oral care madu
Hasil penelitian pada tabel 4.3 dengan menggunakan uji statistik paired t-
test. Didapatkan sebelum intervensi nilai rata-rata 17,47SD 2,094 dan sesudah
intervensi nilai rata-rata 10,16 SD 2,127 dengan nilai t=48,155, pvalue 0,000,
sebelum dan sesudah intervensi oral care madu, artinya oral care madu dapat
sebelum dan sesudah intervensi kelompok oral care rutin biasa yang dapat dilihat
Tabel 4.4. Perbedaan oral care rutin biasa sebelum dan sesudahoral care rutin
biasa
Skor mukositis n Mean SD t pvalue
Sebelum intervensi 32 14,38 1,93 5,326 0,000
Sesudah intervensi 32 13,47 1,81
Hasil penelitian pada tabel 4.4 dengan menggunakan uji statistik paired t-
intervensi nilai rata-rata 13,47 SD 1,81 dengan nilai t=5,326, pvalue= 0,000. Hasil
analisa menunjukkan bahwa secara signifikan ada perbedaan antara sebelum dan
sesudah intervensi oral care rutin biasa klorheksidin 0,2%, artinya ada pengaruh
oral care rutin biasa klorheksidin 0,2% terhadap penurunan skor mukositis.
Perbedaan Mukositis Antara Oral Care Madu dan Oral Care Rutin Biasa
Klorheksidin
Perbedaan skor mukositisantara kelompok oral care madu dan oral care
kelompok oral care madu dan oral care rutin biasa klorheksidin 0,2% dapat
Tabel 4.5. Perbedaan mukositis antara kelompok oral care madu dan oral care
oral care madu dan rata-rata 3,313 kelompok oral care rutin biasa dengan t-6,704
terdapatperbedaan skor mukositis antara sesudah intervensi oral care madu dan
oral care rutin biasa klorheksidin 0,2%. Nilai rata-rata oral care madu lebih
rendah dibandingkan nilai rata-rata oral care rutin biasa 3,313 artinya oral care
madu lebih baik daripada oral care rutin biasa untuk menurunkan skor mukositis
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Usia
mukositis akibat kemoterapi pada kelompok oral care madu sepertiga berada pada
rentang umur lansia awal (46–55 tahun) 11 (34,4%), kelompok oral care rutin
biasa sepertiga lebih berusia 36-45 tahun 13 (40,6%) dan sepertiga lebih lansia
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
mukositis akibat kemoterapi. Meskipun efek dari usia pasien mukositis pada
pasien kanker kepala dan leher tidak jelas, tetapi harus diperhatikan. Dalam tiga
studi rata-rata usia responden berkisar 54-60 tahun, di satu studi 48 tahun.
tahun.
pasien kanker berada pada rentang yang lebih tua. Hal ini terjadi karena berbagai
alasan, diantaranya akumulasi zat karsinogen dan penurunan sistem immun. Hal
ini didukung juga oleh Ignatavicius dan Workman (2008) yang menyatakan
tahun seperti kanker payudara, dan kanker kolon kejadiannya setelah usia 50
tahun serta kanker pankreas dan lambung yang umum terjadi pada usia antara 50-
60 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa ciri dari kanker itu memiliki jangka waktu
bahwa sebagian besar pasien kanker terdiagnosa kanker pada usia antara 35
hingga 54 tahun.
Jenis kelamin
perempuan pada kelompok oral care madu 18 (56,3%) dan oral care rutin biasa
epidemiologi terhadap insiden kanker dari 1975 sampai 2004 tersebut bertujuan
untuk membuktikan bahwa kanker lebih tinggi pada laki-laki dari pada
memiliki insidence rate ratio (IRR) yang lebih besar dari wanita, yaitu sarkoma
dan organ perkemihan (2,92%). sementara pada 5 kanker lainnya, wanita memiliki
IRR yang lebih tinggi dari pada laki-laki yaitu kanker payudara (0,01%),
peritoneum dan omentum (0,18%), tiroid (0,39%), kantung empedu (0,57%), serta
anorektum (0,81%).
menderita kanker dari pada laki-laki dikarenakan perempuan lebih beresiko dari
pada laki-laki seperti kanker payudara, kanker ovarium dan kanker serviks. Akan
tiroid dan laki-laki lebih beresiko mengalami kanker kanker kandung kemih.
Pendidikan
SLTA pada kelompok oral care madu 13 (40,6%) dan kelompok oral care rutin
dan oleh karena itu mempengaruhi sikap seseorang untuk menerima informasi dan
responden pada kelompok oral care madu kanker nasoparing 17 (53,1%) dan
kelompok oral care rutin biasa kanker mamae 7 (21,9%) serta kanker rekti 6
(18,8%). Sedangkan jenis kanker mayoritas jenis karsinoma pada kelompok oral
care madu 29 (90,6%) dan pada kelompok oral care rutin biasa 30 (93,8%).
Beberapa jenis kanker yang paling umum terjadi pada orang dewasa
sarkoma (kanker jaringan ikat seperti otot dan tulang), kanker pada saluran genital
wanita (leher rahim dan ovarium), kanker tiroid, kanker testis, kanker kolorektal,
leukemia dan otak dan tumor sumsum tulang belakang Jenis-jenis kanker terlihat
pada orang dewasa muda (usia 20-39) tidak unik untuk kelompok usia ini, tetapi
jenis yang paling umum dalam rentang usia ini sebagian besar berbeda dengan
yang ada di anak-anak atau orang dewasa yang lebih tua yaitu : kanker bladder,
kanker payudara, kanker kolorektal, kanker renal, leukemia, kanker hati, kanker
paru, lymphoma, kanker pankreas, kanker prostat, kanker kulit, kanker tiroid dan
Status Gizi
kategori normal (18,6 – 25 kg/M2) kelompok oral care madu 25 (78,1%) dan
melaporkan hasil penelitian yang berbeda terkait dengan status gizi dan
bahwa status gizi buruk dapat mengakibatkan mukositis yang lebih berat karena
imun yang lemah dan kurang zat nutrisi yang diperlukan untuk proses
penyembuhan.
menunjukkan bahwa terjadi penurunan status gizi pasien kanker (40%) setelah
kanker (31% menjadi 43%) setelah menjalani terapi radiasi. Studi lain
menunjukkan bahwa 64% pasien kanker mereka mengalami gizi buruk yang
dimana perawatan paliatif yaitu perawatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
ini biasanya dilakukan pada pasien dengan kondisi stadium lanjut. Karena
tingginya prevalensi gizi buruk pada pasien kanker sehingga penting untuk
kanker, maka gizi merupakan bagian dari terapi untuk mempertahankan atau
sebelumnya kelompok oral care madu 22 (68,8%) dan pada kelompok oral care
rutin biasa 20 (62,5%). Sejalan dengan reviuw literatur bahwa sebagian besar
pasien yang mendapat kemoterapi akan mengalami mukositis pada setiap siklus
dalam beberapa fase, mulai dari fase awal yaitu : pembentukan reactive oxigen
spesies (ROS) pada hari kemoterapi sampai fase penyembuhan pada hari ke-12
tidak akan sama lagi seperti sebelum terjadinya mukositis karena lingkungan flora
dimukosa mulut sudah berubah dan terjadi perubahan dalam sel-sel epitel mukosa
oral akibat kemoterapi. Setelah fase penyembuhan mukosa mulut kembali terlihat
Jenis Kemoterapi
kelompok oral care madu 30 (93,8%) dan oral care rutin biasa 31 (96,9%).
toksisitas kemoterapi tinggi yang digunakan. Hal ini terjadi karena jenis
menimbulkan derajat toksisitas lebih tinggi dari pada tunggal. Sedangkan menurut
terlebih dahulu diukur dengan instrumen Oral Assesment Guide (OAG). Hasil
pengukuran awal skor mukositis kedua kelompok sebagian besar skor mukositis
Sedangkan sesudah oral care madu mayoritas berada pada kategori ringan
/sedang (skor 9-16) 22 (68,8%) dengan mean 10,16 SD 2,12 dan pada kelompok
Sebelumdilakukan intervensi oral care madu dan oral care rutin biasa
mayoritas skor mukositis pasien berada pada rentang ringan/sedang dan sesudah
intervensi oral care madu dan oral care rutin biasa klorheksidin 0,2% skor
mukositis mengalami perubahan dari skor berat ada yang berubah ke skor
(kategori 2 skor nilai OAG 9-16) meliputi: suara terdengar lebih dalam dan serak,
nyeri saat menelan atau ada kesulitan saat menelan, bibir kering dan pecah-pecah,
saliva kental, papilla lidah kurang terlihat dan penampilan lidah berkilat serta
dengan atau tanpa kemerahan pada lidah, membran mukosa berwarna lebih
merah,dan terdapat lapisan putih tanpa ada luka, ginggiva bengkak dengan atau
tanpa kemerahan, gigi terdapat plak pada area yang terlokalisir antara gigi.
tidak mukositis dengan skor OAG 1-8. dengan tanda/gejala : suara (normal ketika
berbicara atau menangis), kemampuan menelan secara normal atau tidak ada
kesulitan menelan, bibir lembut dan berwarna merah muda serta lembab, saliva
encer, lidah berwarna merah muda dan lembab, dan papilla lidah terlihat,
membran mukosa berwarna merah muda dan lembab, ginggiva berwarna merah
muda, kokoh dan gusi tidak bengkak, gigi bersih dan tidak ada plak.
diberikan intervensi oral care madu dengan kelompok oral care rutin biasa
klorheksidin 0,2% (pvalue= 0,000). Hasil penelitian ini: rata-rata skor mukositis
pada kelompok intervensi lebih rendah daripada kelompok kontrol. Artinya oral
care madu yang dilakukan dapat menurunkan skor mukositis 3,094, dan pada
kelompok yang tidak diberikan oral care madu 3,31. Perubahan skor mukositis
pada mukosa mulut pasien yang akan dilakukan radiasi, hal ini menunjukkan
madu terbukti efektif sebagai profilasis dalam mengurangi mukositis pada pasien
tindakan oral care dapat menurunkan skor mukositis secara signifikan pada
dan membentuk radikal bebas yang akan mengaktivasi respon anti inflamasi.
perawatan mulut (P =< 0,05), karena madu menjaga kesehatan mulut, mengurangi
mengurangi flora abnormal, mencegah infeksi dan mengurangi efek samping dari
terapi kanker
Saat ini, satu-satunya standar kebersihan mulut terdiri dari bilas air hangat,
normal salin, dan sodium karbonat 4 kali sehari. Perawatan mulut dasar untuk
Menjaga kebersihan mulut dilakukan secara rutin dengan menyikat gigi, flossing,
dan pelembab minimal dua kali sehari dan sebaiknya empat kali satu hari, dengan
durasi satu sesi menyikat gigi minimal 90 detik. (Wanyonyi & Suila, 2015).
efek madu dalam mengurangi mukositis oral pada pasien kanker dengan jumlah
mulut tiga kali sehari (1 jam sebelum radiasi, dan 2 dan 6 jam setelahnya radiasi)
dan kelompok kontrol diberikan iodine povidon (betadin 1 ml dengan 100 ml air)
yang digunakan sebagai perawatan mulut tiga kali sehari (pagi hari, setelah makan
Setelah dilakukannya intervensi pada kelompok oral care madu dan oral
care rutin biasa, hasil uji statistik dengan nilai rata-rata 3,094 pada kelompok
intervensi oral care madu lebih efektif secara signifikan dari pada oral care rutin
kanker kepala dan leher yang menjalani radioterapi dilakukan perawatan mulut
Penelitian Jasline (2015) pada pasien dewasa dengan kanker kepala dan
leher yang mendapat kemoterapi pada 45 sampel yang dibagi 3 kelompok yang
diberikan madu, pepaya dan jus buah. Madu diberikan 2 kali sehari selama terapi.
Hasil penelitian tersebut secara signifikan dapat menurunkan mukositis lebih baik
dari pada kelompok lainnya, artinya madu lebih efektif dibanding lainnya.
normal salin 0,9% 15 menit sebelum dan sesudah radioterapi. Hasilnya secara
signifikan proporsi mukositis lebih rendah pada kelompok yang diberikan madu
mukositis (pvalue=<0,05).
Mukositis sebagai efek samping yang paling sering dialami oleh pasien.
Oleh karena itu, tanggung jawab perawat yang paling penting dengan
untuk mengatasi masalah tersebut, dan memberikan perawatan efektif. Salah satu
mengurangi efek toksik dari kemoterapi. Madu baru-baru ini mendapat banyak
perhatian dalam terapi alternatif. Madu memiliki sifat bakteri dan antioksidan, dan
glukosa oksidase yang akan mengkoversi glukosa menjadi glukosa acid yang akan
menyebabkan madu dapat mengekstrak air dari sel bakteri, sehingga bakteri
menjadi mati. Ph madu yang rendah menyebabkan bakteri sulit hidup. Madu
Madu merupakan salah satu zat yang berperan dalam penanganan kanker.
Madu juga dapat mengurangi oedema. Berkurangnya oedema pada jaringan akan
melalui kapiler darah pada jaringan luka akan berjalan lancar. Selain itu madu
Kandungan nutrisi pada organ vital dan sel-sel epitel serta makrofag, sehingga
epitel mukosa baru. Madu memfasilitasi peningkatan limfosit dan fagosit dan
merangsang proses penyembuhan dan memiliki sifat bakterisida yang ada dalam
beberapa jenis madu diyakini efektif dalam mencegah dan menurunkan infeksi
Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perawat untuk meningkatkan
sakit, dan diharapkan kedua pihak mampu saling memberdayakan diri antara
kemoterapi.
praktik keperawatan.
menjawab tujuan maupun hipotesis serta beberapa saran yang dapat diterapkan
Kesimpulan
meliputi: dewasa 35- 45 tahun dan lansia 45-65 tahun, dengan jenis kelamin
kanker mamae. Status gizi mayoritas normal (18,6 – 25 kg/M2) dengan memiliki
antara kelompok oral care madu dan kelompok oral care rutin biasa (pvalue=
0,000). Secara signifikan bahwa terdapat pengaruh madu dalam tindakan oral
selama 60-90 detik 4 kali sehari lebih efektif daripada klorheksidin 0,2%.
Saran
yang benar dan dilakukan home care pada pasien kanker yang mengalami
mukositis.
tentang terapi komplementer : oral care madu melalui seminar, simposium dan
konferensi keperawatan.
kanker, pemberian madu sebagai agen perawatan mulut merupakan salah satu
terapi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati mukositis akibat
keseluruh area mulut dan bibir dan dengan cara berkumur dalam mengobati
dengan mukositis berat saja atau pasien dengan mukositis ringan/sedang saja.
Abdollahi, M., Rahimi, R., &Radfar, M. (2008). Review current opinion on drug-
induced oral reactions: acomprehensive Review. Journal Contemporary
Dental Practice, 9 (3), 001-015.
Abdulmuthalib, A. (2006). Prinsip dasar terapi sistemik pada kanker. Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.
Amanat, A., Ahmed, A., Kazmi, A., &Bushra Aziz, B. (2017). The effect of
honey on radiation-induced oral mucositis in head and neck cancer patients.
IndianJournal of Palliative Care, 23(3): 17-20.doi:
10.4103/IJPC.IJPC_146_16
Al-Jaouni, S. K., Al-Muhayawi, M. S., Hussein, A., Elfiki, I., Al-Raddadi, R., Al
Muhayawi, S.M., Almasaudi, S., Mohammad Amjad Kamal, K. M.,
&Harakeh. S. (2016). Effects of honey on oral mucositis among pediatric
cancer patients undergoing chemo/cadiotherapy treatment at king Abdulaziz
University Hospital in Jeddah,Kingdom of Saudi Arabia. Journal Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine, 7.
doi.org/10.1155/2017/5861024
Baliga, M. S., Rao, S., Hegde, S. K., Rao, P., Dinkar, C., Thilakchand, K. R.,
George, T., Baliga, M. P.R., Palatty, P. R. (2017). Honey mitigates
radiation-induced oral mucositis in head and neck cancer patients without
affecting the tumor response. Journal Foods Multidisciplinary Digital
Publishing Institute, 6(9), 77. doi. 10.3390/foods6090077.
Bulut, H.Y., & Tufekcy, F.G. (2016). Honey prevents oral mucositis in children
undergoing chemotherapy: aquasi-experimental study with a control
group.Journal Complementary Therapies in Medicine, 29, 132–140.
Cancer Care Nova Stovia. (2008). Best practice guidelines for the management of
oral complications from cancer therapy. California Nova Stovia
Government, http://www.cancercare.ns .
Cook, M.B., Dawsey, S.M., Freedman, N. D., Inskip, P. D., Wichner, S.M.,
Quraishi, S. M., Devesa, S.S., &Glynn, K.A. M. (2009). Sex disparities in
cancer incidence by period and age. Cancer Epidemiology Biomarkers
Prevention, 18 (4).
Desen, W. (2011). Buku ajar onkologi klinik. Edisi 2. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI.
Evans, J., & Flavin,S. (2008). A guide for healthcare professionals. British
Journal of Nursing, 17, 24-30.
Haris, D.J., Eiller, J., Harriman, A., &Cashavellt, B. J. (2015). Putting evidance
based practice: evidence based interventions for themanagement of oral
mucositis . Clinical Journal Oncology Nursing, 12 (1), 141-152.
Peterson, D. E., Bensadoun, R.J., &. Roila. F.(2011). Management of oral and
gastrointestinal mucositis. ESMO clinical practice guidelines. Oxford
University Press. Annals of Oncology, 22 (6), 78–84.
doi:10.1093/annonc/mdr391.
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing reseach: generating and assessing
evidance for nursing practice. 9th edition. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.
Potter, A.G.,& Perry, P.A. (2008). Fundamental keperawatan konsep proses dan
praktis. Edisi 4. Jakarta: EGC.
RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan:
Responden
(………………………………….)
Responden
Inisial : ……………………………………
Jenis Kelamin : ……………………………………
Diagnosa Kanker : …..………………………………..
Umur : ……………………………………
Pendidikan : ……………………………………
Alamat : ……………………………………
Petunjuk : isilah nilai setiap parameter pengkajian dengan angka 1, 2, dan 3 pada
kolom penilaian
LEMBAR OBSERVASI
Kode : ……………………………….
Inisial :……………………………….
Ruang Rawat : ……………………….
LEMBAR OBSERVASI
Kode : ……………………………….
Inisial :……………………………….
Ruang Rawat : ……………………….
Petunjuk Pengisian :
Dokumentasikan pelaksanaan Oral Careklorheksidin 0,2 % harian dengan
member- tanda chek list (√ ) pada kolom tindakan oral care
Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Menyikat gigi (Brussing)
Sebelum menyikat gigi lakukan pengkajian terlebih dahulu (jika tidak ada
perdarahan pada gusi lakukan menyikat gigi dengan sikat gigi, dan jika ada
perdarahan lakukan menyikat gigi dengan kassa lembab.
Menyikat gigi dengan sikat sikat gigi.
a. Posisikan pasien dalam posisi nyaman atau semi fowler.
b. Letakkan alas/handuk didada klien
c. Letakkan wadah bersih/bengkok didada klien
d. Pastikan sikat gigi dalam keadaan bersih
e. Jika terdapat kotoran, bersihkan kotoran dari sikat, rendam bulu sikat
gigi dengan air hangat, pastikan tidak ada kotoran dalam sela-sela gigi.
f. Oleskan sedikit pasta gigi atau secukupnya pada bagian atas sikat gigi.
g. Bersihkan gigi depan dengan menempatkan sikat gigi pada garsi gusi
pada sudut 45° dari sisi gusi. Gerakkan sikat gigi dengan tekanan
lembut, gerakkan dengan arah atas bawah pada seluruh gigi bagian
depan.
h. Bersihkan gigi depan bagian dalam, anjurkan untuk membuka mulut
agak lebar, kemudian tempatkan sikat gigi secara vertical pada gigi
depan bagian dalam. Gerakkan sikat gigi dengan arah atas –bawah,
lakukan untuk gigi atas dan gigi bawah.
i. Bersihkan gigi bagian belakang, sikat bagian dalam dan bagian
depannya, gerakkan dengan arah atas-bawah, pastikan semus gigi telah
disikat seluruhnya.
j. Bersihkan sikat gigi dengan air, kemudian sikat lidah dengan lembut.
Sikat lidah dengan arah dari belakang kebagian depan.
k. Setelah prosedur menyikat gigi selesai, berikan kumur-kumur dengan
air biasa.
Menyikat gigi dengan kassa lembab
a. Lembabkan kassa dengan air minum atau NaCl 0,9%
b. Lilitkan kassa pada jari tengah
Persiapan Alat
1. Sikat gigi dengan ujung kepala kecil dan tidak runcing serta bulu sikat gigi
lembut, sikat gigi eletrik tidak digunakan untuk pasien kanker.
2. Pasta gigi dengan fluoride (1000 ppm), pasta gigi berupa yang bersifat
less abrasive.
3. Klorheksidin 0,2% 15 ml digunakan untuk berkumur.
4. Bengkok atau wadah bersih yang dialasi plastik kresek (tempat sampah)
5. Alas perlak atau handuk pengalas
6. Kassa basah
7. Kertas tissu
8. Sarung tangan
9. NaCl 0,9% dan air mineral.
Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Menyikat gigi (Brussing)
Sebelum menyikat gigi lakukan pengkajian terlebih dahulu (jika tidak ada
perdarahan pada gusi lakukan menyikat gigi dengan sikat gigi, dan jika ada
perdarahan lakukan menyikat gigi dengan kassa lembab.
Menyikat gigi dengan sikat sikat gigi.
a. Posisikan pasien dalam posisi nyaman atau semi fowler.
b. Letakkan alas/handuk didada klien
c. Letakkan wadah bersih/bengkok didada klien
d. Pastikan sikat gigi dalam keadaan bersih
e. Jika terdapat kotoran, bersihkan kotoran dari sikat, rendam bulu sikat
gigi dengan air hangat, pastikan tidak ada kotoran dalam sela-sela gigi.
f. Oleskan sedikit pasta gigi atau secukupnya pada bagian atas sikat gigi.
g. Bersihkan gigi depan dengan menempatkan sikat gigi pada garsi gusi
pada sudut 45° dari sisi gusi. Gerakkan sikat gigi dengan tekanan
lembut, gerakkan dengan arah atas bawah pada seluruh gigi bagian
depan.
h. Bersihkan gigi depan bagian dalam, anjurkan untuk membuka mulut
agak lebar, kemudian tempatkan sikat gigi secara vertical pada gigi
depan bagian dalam. Gerakkan sikat gigi dengan arah atas –bawah,
lakukan untuk gigi atas dan gigi bawah.
i. Bersihkan gigi bagian belakang, sikat bagian dalam dan bagian
depannya, gerakkan dengan arah atas-bawah, pastikan semus gigi telah
disikat seluruhnya.
j. Bersihkan sikat gigi dengan air, kemudian sikat lidah dengan lembut.
Sikat lidah dengan arah dari belakang kebagian depan.
k. Setelah prosedur menyikat gigi selesai, berikan kumur-kumur dengan
air biasa.
Menyikat gigi dengan kassa lembab
a. Lembabkan kassa dengan air minum atau NaCl 0,9%
b. Lilitkan kassa pada jari tengah
Sumber : Bagdanov, (2011), Cancer Care Nova Stovia (2008), Potter & Perry
(2008).
No Kategori
1 BB tingkat berat: <17
2 BB tingkat ringan : 17-18
3 BB normal : 18.5-25.0
4 BB >> tingkat ringan 25,1-27.0
5 Gemuk >> Berat >27
KUESIONER