Anda di halaman 1dari 136

PENGEMBANGAN PROTOKOL IMPLEMENTASI TIMBANG

TERIMA PASIEN DENGAN METODE BEDSIDE HANDOVER


DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT USU
MEDAN

TESIS

Oleh:

DYNA ELVINA SARAGIH


157046038/ ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


THE DEVELOPMENT OF PATIENT HANDOVER PROTOCOL
IMPLEMENTATION USING BEDSIDE HANDOVER METHOD
IN THE INPATIENT WARDS OF UNIVERSITY OF
SUMATERA UTARA HOSPITAL, MEDAN

THESIS

By:

DYNA ELVINA SARAGIH


157046038/ADMINISTRATION OF NURSING

MASTER OF NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF NURSING
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PENGEMBANGAN PROTOKOL IMPLEMENTASI TIMBANG TERIMA
PASIEN DENGAN METODE BEDSIDE HANDOVER
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT USU
MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar MagisterKeperawatan (M.Kep)
dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Administrasi Keperawatan
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Oleh

Dyna Elvina Saragih


157046038/ Administrasi Keperawatan

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


4

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


Judul : Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima
Pasien dengan Metode BedsideHandover di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit USU Medan.
Nama : Dyna Elvina Saragih
Program Studi: Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
Tahun : 2018

Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien dengan Metode


BedsideHandover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan

ABSTRAK

Protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside


handover merupakan suatu panduan yang dikembangkan sebagai pedoman dalam
menerapkan timbang terima pasien antar shift. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode
bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah action research. yang dilakukan 1
siklus mulai dari bulan Mei sampai Juli 2017. Alat pengumpulan data yang
digunakan adalah panduan focus group discussion, kuisioner kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan, kuisioner kepuasan kerja perawat, dan format
observasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 18 orang perawat, yang
dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis secara kualitatif
menggunakan content analysis dan analisis data kuantitatif menggunakan uji
statistik deskriptif..Penelitian ini menghasilkan protokol implementasi timbang
terima pasien dengan metode bedsidehandoverdi ruang rawat inap Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara Medan..Penelitian ini merekomendasikan kepada
pihak manajemen rumah sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan agar
melakukan evaluasi draft protokol timbang terima pasien dengan metode bedside
handover dengan uji coba sehingga menjadi protokol timbang terima pasien
dengan metode bedside handover yang baku.

Kata kunci: Protokol, timbang terima,bedside handover, action research

ii

Universitas Sumatera Utara


Development of Patient Handover Protocol Implementation Using Bedside
Handover Method in the Inpatient Wards of
University of Sumatera Utara Hospital, Medan
Name of Student : Dyna Elvina Saragih
Study Program : Master of Nursing Science
Major : Nursing Administration
Academic Year : 2018

The Development of Patient Handover Protocol Implementation Using Bedside


Handover Method in the Inpatient Wards of University of Sumatera Utara
Hospital, Medan

ABSTRACT

The protocol of the implementation of patient handover using the bedside


handover method is a guidance developed as the guideline to implement patient
handover between shifts. The objective of the research was to develop the
protocol of the implementation of patient handover using the bedside handover
method in the Inpatient Wards of University of Sumatera Utara Hospital, Medan.
This is an action research, done in 1 cycle from May until July, 2017. The
instruments to collect the data were Guided Focus Group Discussion (FGD),
questionnaires about patients‟ satisfaction to the health service, questionnaires
about nurses‟ job satisfaction, and observational forms. There were 18 nurses
taken as the participants by employing purposive sampling technique. The data
analyzed qualitatively applied content analysis and the data analyzed
quantitatively used descriptive statistical test. The research invented an
implementation protocol of patients‟ handover using bedside handover method in
the inpatient room at University of Sumatera Utara Hospital, Medan.. The
research recommends that the hospital management continue the supervision in
order to evaluate the conduct of the implementation protocol of patients‟
handover using bedside handover in the Inpatient Wards of University of
Sumatera Utara Hospital, Medan.

Keywords: Protocol, Handover, Bedside Handover, Action Research

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT dengan segala berkah dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul
“Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode
Bedside Handover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Pada proses penyelesaian tesis
ini saya banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister
Keperawatan
2. Bapak Setiawan, SKp., MNS., PhD, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Dewi Elizadiani Suza, SKp., MNS., PhD, selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan sekaligus selaku pembimbing I yang banyak memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
4. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing II yang banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Seluruh keluarga dan teman-teman seperjuangan yang banyak
memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.

Saya menyadari penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sehingga dapat
dilanjutkan ke penelitian

Medan, Januari 2018

Dyna Elvina Saragih

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Permasalahan 7
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 10


Konsep Timbang Terima 10
Konsep Kepuasan Kerja 22
Konsep Watson‟s Theory of Transpersonal Caring 26
Konsep Action Research 31
Kerangka Konsep 34

BAB 3. METODE PENELITIAN 35


Jenis Penelitian 35
Lokasi dan Waktu Penelitian 36
Partisipan Penelitian 36
Pengumpulan Data 38
Prosedur Penelitian 45
Variabel dan Definisi Operasional 48
Metode Analisis Data 49
Keabsahan Data 50
Pertimbangan Etik 52

BAB 4. HASIL PENELITIAN


Deskripsi Lokasi Penelitian 55
Proses Pengembangan Protokol Implementasi
Timbang Terima Pasien Dengan Metode
Bedside Handover 57
Outcome Action Research 76

BAB 5. PEMBAHASAN
Proses Pengembangan Action Research 78

Universitas Sumatera Utara


Outcome Pengembangan Protokol Implementasi
Timbang Terima Pasien Dengan Metode
Bedside Handover 86
Pelajaran yang didapatkan Peneliti (Lesson Learned) 87
Keterbatasan Penelitian 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan 89
Saran 89

DAFTAR PUSTAKA 91
RIWAYAT HIDUP 95
LAMPIRAN 96

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1 Mekanisme Timbang Terima Bedside Handover 21


2 Rencana kegiatan tahap reconnaissance 52
3 Rencana kegiatan tahap planning 53
4 Rencana kegiatan tahap acting 53
5 Rencana kegiatan tahap observing 54
6 Rencana kegiatan tahap reflecting 54
9 Observasi pelaksanaan timbang terima pasien 61
10 Distribusi frekwensi kepuasan pasien sebelum aplikasi 65
11 Distribusi frekwensi kepuasan perawat sebelum aplikasi 65

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1 Siklus action research Kemmis dan McTaggart 33

2 Kerangka Teori dan Metodologi Implementasi


Timbang Terima Pasien Metode Bedside Handover
Di Ruang rawat inap 34
3 Struktur organisasi Rumah Sakit USU Medan 56
4 Denah ruang cendana Rumah Sakit USU Medan 58
5 Struktur organisasi ruang cendana
Rumah Sakit USU Medan 59
6 Proses action research pengembangkan implementasi
timbang terima pasien dengan metode bedside handover 77

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Instrumen Penelitian Pengembangan Protokol timbang


terima pasien dengan metode bedside handover 96
a. Lembar persetujuan menjadi partisipan 97
b. Panduan FGD tahap reconnaissance 98
c. Panduan FGD tahap reflecting 100
d. Instrument observasi perawat 102
e. Kuesioner kepuasan pasien 104
f. Kuesioner kepuasan kerja perawat 106
2 Biodata Expert 109
3 Izin Penelitian 110
a. Surat persetujuan etik penelitian
b. Surat izin penelitian
c. Surat izin uji kuesioner
d. Surat izin penelitian Rs.USU Medan
e. Surat selesai penelitian
4 Dokumentasi Penelitian 111
5 Lembar Konsul 125

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Timbang terima yang akurat dan terperinci sangat penting dilakukan untuk

memastikan tim keperawatan yang akan bertugas dapat memberikan asuhan

keperawatan yang aman. Timbang terima dengan metode bedside handover

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang

terima, meningkatkan keselamatan pasien, meningkatkan kepuasan pasien dan

meningkatkan kepuasan perawat (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010).

Kimberly (2013) juga menemukan bahwa timbang terima bedside adalah cara

untuk memperbaiki komunikasi antara perawat, pasien, dan keluarga pasien .

Timbang terima pasien merupakan salah satu bentuk komunikasi perawat

dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien

dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan

pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik dalam

memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan,

rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan (Rushton, 2010).

Komunikasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan dirumah

sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien

(Reisenberg, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Fenomena di negara berkembang pelaksanaan timbang terima dilakukan

sebagai suatu kegiatan ritual, tradisional dan berupa komunikasi satu arah.

Pelaksanaan timbang terima pasien hanya merupakan rutinitas biasa dan

berdasarkan kebiasaan. Kendala yang sering kali muncul pada saat pelaksanaan

timbang terima adalah waktu timbang terima yang terlalu lama, tidak ada standar

timbang terima, perawat yang pulang lebih dulu sebelum timbang terima,

mobilisasi status pasien dan perawat tidak menerima pelatihan formal dalam

komunikasi timbang terima. Masalah timbang terima tersebut dapat memberikan

dampak terhadap ketidakpuasan kerja perawat, meningkatkan insidensi

kecelakaan dan keluhan ketidakpuasan dari pasien dan tim kesehatan lainnya

(Riesenberg, 2010).

Smeulers, Lucas, dan Vermeulen (2014) mengatakan ada empat gaya

timbang terima yaitu: 1) verbal yaitu pertukaran informasi tentang pasien secara

lisan, 2) non verbal yaitu perawat hanya membaca catatan medis pasien, 3) taped

yaitu perawat memberikan informasi dengan cara merekam untuk didengarkan

oleh perawat shift selanjutnya, dan 4) bedside yaitu perawat dan pasien bicara

tatap muka, yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dan menjadi pusat

proses timbang terima. Sejalan dengan penelitian Smeulers, Lucas, dan

Vermeulen (2014) yang bertujuan mengidentifikasi efektivitas dari empat gaya

timbang terima pasien. Hasil penelitian bahwa komunikasi tatap muka langsung

dengan pasien, dokumentasi terstruktur, keterlibatan pasien, dan penggunaan

teknologi efektif diterapkan ketika merancang ulang proses timbang terima pasien

dalam keperawatan

Universitas Sumatera Utara


Penerapan timbang terima di beberapa rumah sakit di Indonesia

melaksanakan timbang terima pasien secara tradisional yaitu dilakukan hanya

cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung,

menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya

pertanyaan atau diskusi, jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan

kondisi secara umum, tidak ada kontribusi atau umpan balik dari pasien dan

keluarga. Ada juga beberapa rumah sakit yang sudah melaksanakan secara

bedside handover. Penelitian Aisyahnur (2016) yang bertujuan untuk mengetahui

perbedaan kepuasan pasien mengenai metode timbang terima pasien dengan

tradisional dan bedside handover, hasil penelitian diketahui terdapat perbedaan

yang bermakna antara kepuasan pasien terhadap timbang terima pasien dengan

tradisional dan timbang terima pasien dengan bedside handover.

Penelitian yang dilakukan oleh Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010)

dalam Australian Commission on Safety and Quality in Health Care di rumah

sakit Queensland dengan 5 komponen utama yang berfungsi sebagai standar

operasional bagi perawat dalam melakukan timbang terima yakni: 1) persiapan,

2) introduksi, 3) pertukaran informasi, 4) keterlibatan pasien, dan 5) safety scan.

Berdasarkan penelitian tersebut, National Clinical Guideline (2014)

merekomendasikan panduan standart untuk meningkatkan keamanan dan kualitas

yaitu timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan melibatkan

pasien dan keluarga dalam proses timbang terima untuk memastikan informasi

tentang perawatan, kondisi dan pengobatan yang diberikan kepada mereka.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa penelitian yang menggunakan Standard Operating Protocol for

bedside handover in nursing menurut Chaboyer, McMuray, dan Wallis (2010)

adalah penelitian Jecklin dan Sherman (2013) yang bertujuan untuk

mengidentifikasi perubahan kepuasan pasien setelah 3 bulan dan 13 bulan

pengenalan timbang terima pasien dengan metode bedside handover di Unit

Bedah di rumah sakit besar Amerika, hasil penelitian mengatakan bahwa timbang

terima pasien dengan metode bedside handover berdampak secara signifikan,

kepuasan pasien meningkat 8% dalam 3 bulan pertama dan kepuasan pasien

meningkat 10% dalam 13 bulan. Penelitian Fetherston, Chaboyer, McMuray, dan

Wallis (2010) yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan dari timbang terima metode recorder dan lisan menjadi

timbang terima keperawatan metode bedside handover, hasil penelitian

memperoleh 3 tema yaitu : memberikan jaminan keselamatan dan kualitas, belajar

untuk mendengarkan, dan strategi peningkatan kualitas. Penelitian Tobiano,

Chaboyer, dan McMuray (2012) yang bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi

keluarga dari perubahan timbang terima dengan metode bedside handover, hasil

penelitian menunjukkan 3 tema yaitu : memahami situasi, berinteraksi dengan staf

perawat, dan menemukan nilai.

Beberapa penelitian menemukan bahwa timbang terima pasien dengan

metode bedside handover juga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian

McMurray, Chaboyer, Wallis, Johnson, dan Gehrke (2010) yang bertujuan untuk

menilai perspektif pasien tentang timbang terima metode bedside handover, hasil

penelitian menunjukkan ada 4 tema yaitu: pasien merasa diakui sebagai mitra

dalam perawatan, pasien melihat bedside handover sebagai kesempatan untuk

Universitas Sumatera Utara


mengubah ketimpangan dalam informasi yang diinformasikan, beberapa pasien

lebih suka keterlibatan pasif bukannya terlibat penuh dalam timbang terima,

sebagian besar pasien menghargai timbang terima sebagai interaksi perawat

pasien. Penelitian Kimberly (2013) yang bertujuan untuk mengidentifikasi

kepuasan pasien dalam proses timbang terima bedside handover yang sesuai

dengan standar di unit bedah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 3

bulan dilaksanakan timbang terima dengan metode bedside handover yang sesuai

dengan standar, ada perubahan kenaikan kepuasan pasien dari 76% menjadi

87,6%. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Cairns, Dudjak, Hoffmann, dan

Lorenz (2013) menemukan bahwa bedside handover dapat berkontribusi untuk

peningkatan skor kepuasan pasien pada survey Hospital Consumer Assessment Of

Healthcare Providers and Systems, karena membantu dalam menjaga informasi

klien dan terlibat dalam rencana perawatan.

Timbang terima pasien dengan metode bedside handover selain berdampak

terhadap kepuasan pasien juga akan berdampak terhadap perawat, yaitu akan

mempengaruhi kepuasan kerja perawat. Penelitian Dupler, Guido, Vanson, dan

Vines (2014) yang bertujuan untuk menentukan apakah timbang terima pasien

dengan metode bedside handover merupakan proses yang penting untuk

mempromosikan kepuasan perawat. Hasil penelitian menemukan 3 tema yaitu

meningkatkan komunikasi antar perawat, kepuasan dalam melaksanakan rencana

keperawatan yang berkesinambungan, dan memberikan motivasi.

Penelitian Jecklin dan Sherman (2013) mengatakan bahwasanya risiko

terbesar untuk miskomunikasi dalam lingkungan kesehatan adalah selama

pergeseran timbang terima. Berdasarkan data American Nurses Association

Universitas Sumatera Utara


(2012) bahwa 80% kesalahan medis dikaitkan dengan miskomunikasi antara

perawat. Institute of Medicine Amerika Serikat dalam “To Err Is Human,

Building a Safer Health System” melaporkan bahwa ada sekitar 3-16% kejadian

tidak diharapkan dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit yang dapat

berdampak pada perpanjangan lama hari rawat pasien dan menimbulkan

kecacatan pasien paska perawatan. Ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan

dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian santinel yaitu kejadian

yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius dirumah sakit disebabkan

karena buruknya komunikasi. Menurut Alvarado et al. (2006) salah satu faktor

mengarah kepada peristiwa santinel pasien adalah miskomunikasi. Berdasarkan

data diatas maka timbang terima pasien dengan metode bedside handover dapat

meminimalkan kesalahan tersebut, dengan melakukan prosedur bedside handover

yang benar, maka perawat dapat meningkatkan efektifitas komunikasi antar shift

dalam melakukan timbang terima pasien (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2008).

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan Rumah Sakit

yang menganut dua nilai dasar yaitu nilai pertama Salus aegroti suprema lex

yakni kepulihan pasien adalah hukum tertinggi (pelayanan berorientasi kepada

pasien) dan nilai kedua Primum non nucere, yakni tidak membahayakan (patient

safety). Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan rumah sakit

baru yang soft launching pada tanggal 28 Maret 2016.

Universitas Sumatera Utara


Permasalahan

Salah satu penyumbang angka kejadian tak diinginkan adalah pelaksanaan

timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruangan yang kurang

optimal. World Health Organization menyatakan bahwa terdapat 11% dari

25.000-30.000 kasus pada tahun 1995 – 2006 terdapat kesalahan akibat

komunikasi pada saat timbang terima pasien (Kesrianti, Bahry, & Maidin, 2015).

Angka ini menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses pelaksanaan bedside

handover akan memberikan dampak negatif yang cukup besar. Sampai saat ini,

pelaksanaan bedside handover hanya berpayung pada peraturan menteri kesehatan

tentang keselamatan pasien. Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang

keselamatan pasien. Namun, tidak dijelaskan secara spesifik terhadap metode atau

cara untuk menurunkan angka bahaya pada pasien, sehingga tiap organisasi

pelayanan kesehatan memiliki berbagai penafsiran dalam pencapaiannya. Belum

adanya kebijakan pemerintah secara nasional, menyebabkan pelaksanaan bedside

handover yang beragam.

Fenomena dilapangan menurut penelitian Mursidah (2012) penerapan

timbang terima di Rumah Sakit sudah menggunakan metode bedside handover

namun penerapannya belum maksimal karena selama kegiatan timbang terima

berlangsung keterlibatan pasien hampir tidak diperhatikan, sehingga menimbulkan

berbagai kendala seperti informasi yang kurang fokus, waktu yang panjang,

kesalahan penerimaan pesan yang berefek pada salah persepsi, sehingga kurang

efektif dan efesien. Survey awal yang dilakukan melalui observasi di ruang rawat

inap Rumah Sakit USU Medan didapatkan data, bahwa hanya ketua tim shift

sebelumnya dan ketua tim yang akan melanjutkan shift berikutnya yang

Universitas Sumatera Utara


melakukan timbang terima, timbang terima hanya dilakukan diruang perawat

kemudian berkeliling kesetiap pasien tapi belum maksimal karena hanya

memberitahukan nama pasien dan diagnosa pasien saja. Jika ada pengecekan

kepada pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum, tidak ada umpan

balik dari pasien dan keluarga.

Berdasarkan wawancara singkat dengan perawat diruang rawat inap terkait

timbang terima, perawat mengatakan bahwasanya timbang terima sudah ada tapi

belum optimal penerapannya. Perawat menggunakan satu arah komunikasi

sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan. Data kunjungan pasien

semakin meningkat sejak soft launching pada tanggal 28 Maret 2016. Survey

kepuasan pasien dan survey kepuasan kerja perawat belum pernah dilakukan di

Rumah Sakit USU karena masih baru.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini, Rumah Sakit USU Medan harus

segera menyusun protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan untuk

meningkatkan keamanan dan kualitas.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan protokol timbang terima

pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU

Medan.

Universitas Sumatera Utara


Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Rumah Sakit, bidang

keperawatan, praktik keperawatan dan perkembangan riset keperawatan.

Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam kebijakan

rumah sakit terkait protokol timbang terima pasien metode bedside handover di

ruang rawat inap sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

Bidang keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi bidang

keperawatan dalam mengembangkan protokol implementasi timbang terima

pasien metode bedside handover di ruang rawat inap dalam upaya meningkatkan

manajemen pelayanan keperawatan terutama di ruang rawat inap sehingga asuhan

keperawatan dapat diberikan secara optimal terhadap pasien.

Bagi praktik keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar keterlibatan dan

tolok ukur kepala ruangan serta staf keperawatan lainnya dalam mengoptimalkan

komunikasi efektif saat timbang terima pasien metode bedside untuk

meningkatkan kepuasan pasien.

Bagi perkembangan riset keperawatan

Penelitian ini akan menjadi data (evidence based) yang dapat dikembangkan

sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Timbang Terima

Defenisi timbang terima

Australian Healthcare and Hospitals Association (2009) mendefenisikan

timbang terima sebagai pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas

untuk beberapa atau semua aspek dari perawatan pasien atau kelompok pasien

kepada orang lain atau kelompok professional secara sementara maupun dalam

jangka yang permanen. The Joint Commission (2008) mengatakan bahwa timbang

terima adalah sebuah proses dimana informasi pasien yang melibatkan kondisi

dan rencana pengobatan pasien dikomunikasikan dari satu perawat ke perawat

yang lain. Proses timbang terima merupakan bagian integral perawatan pasien,

proses di mana informasi tentang perawatan pasien dikomunikasikan dengan cara

yang konsisten dari satu penyedia layanan ke penyedia layanan yang lain.

Timbang terima adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Kesenjangan dalam komunikasi

saat timbang terima pasien, antara unit-unit pelayanan serta antar tim pelayanan

dalam satu unit, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan pelayanan,

pengobatan yang tidak tepat, dan potensial risiko dapat mengakibatkan cedera

terhadap pasien (WHO, 2007).

10

Universitas Sumatera Utara


Tujuan timbang terima

Timbang terima menurut Australian Healthcare and Hospitals Association

(2009) memiliki tujuan untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan

meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.

Menurut Sand Jecklin dan Sherman (2013) bedside reporting bertujuan untuk

meningkatkan keamanan dan kepuasan klien, menciptakan kepercayaan antara

perawat dan klien, mengurangi kesalahan komunikasi, mempromosikan

akuntabilitas dan kerjasama tim juga rasa hormat antara staf.

Manfaat timbang terima

Manfaat timbang terima menurut Australian Healthcare and Hospitals

Association (2009) adalah: 1) peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang

berkelanjutan misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya

kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien, 2) timbang terima

merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat yang

mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan selain itu timbang

terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan

asuhan keperawatan selanjutnya, 3) timbang terima memberikan manfaat katarsis

(upaya untuk melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang

mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa

diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa

pulang dengan kata lain proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang

terjadi pada perawat, 4) timbang terima memiliki dampak yang positif bagi

perawat yaitu memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi

untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya

11

Universitas Sumatera Utara


(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan),

meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan

kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat serta perawat dapat mengikuti

perkembangan pasien secara komprehensif, dan 5) timbang terima memiliki

manfaat bagi pasien diantaranya yaitu pasien mendapatkan pelayanan kesehatan

yang optimal, dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum

terungkap, dan bagi rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan keperawatan

kepada pasien secara komprehensif.

Jenis timbang terima

Timbang terima pasien menurut Chaboyer, McMurray, Wallis, dan

Fetherston (2010) ada beberapa bentuk, yakni : 1) timbang terima pasien secara

lisan, 2) timbang terima pasien dengan perekaman, dan 3) timbang terima pasien

dengan metode bedside handover.

Timbang terima pasien secara lisan

Timbang terima secara lisan dilakukan diruang konferensi atau ruang

perawat jaga. Timbang terima pasien secara lisan harus dihadiri oleh anggota staf

dari kedua kelompok. Perawat yang akan menyerahkan, menyiapkan status pasien

dan melaporkan kepada perawat yang akan bertugas saat itu, kemudian dilaporkan

tentang masalah keperawatan yang belum teratasi, serta tindakan yang sudah dan

belum dilaksanakan, selanjutnya perawat yang akan bertugas pada saat itu wajib

mengklarifikasi laporan yang telah disampaikan. Kelemahan timbang terima

pasien secara lisan adalah kemungkinan adanya data yang hilang sehingga akan

memberikan informasi yang tidak akurat.

12

Universitas Sumatera Utara


Timbang terima pasien dengan perekaman

Timbang terima pasien dengan audiotape diberikan oleh perawat yang telah

menyelesaikan perawatan pada pasien dan ditinggal untuk perawat pada giliran

tugas berikutnya untuk ditinjau ulang. Jenis pelaporan dengan audiotape cendrung

berisi informasi yang lebih objektif serta dapat meningkatkan efisiensi dengan

memungkinkan staf untuk melaporkan ketika ada waktu, tetapi pada pelaporan ini

tidak memungkinkan staf untuk mengajukan pertanyaan dan meminta klarifikasi.

Timbang terima pasien dengan metode bedside handover

Chaboyer, McMurray, Wallis, dan Fetherston (2010) menyampaikan bahwa

timbang terima dengan metode bedside bermanfaat bagi pasien untuk menjaga

informasi pasien dan memungkinkan pasien untuk mengetahui siapa yang

merawat mereka, memberdayakan pasien dalam proses kesehatan, memberi

kesempatan untuk berbicara dengan perawat. Menurut Australian Comission for

Safety and Quality in Health Care (2008), bedside handover yaitu metode transfer

informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan

perawatan yang berkelanjutan atau pertukaran antar shift yang dilakukan

disamping tempat tidur pasien yang bertujuan untuk berbagi informasi antara

perawat dan pasien untuk memastikan kesinambungan perawatan dan merupakan

proses interaktif, memberikan kesempatan pasien untuk memberikan masukan dan

penyampaian masalah.

Bedside handover adalah komunikasi informasi penting bagi pasien dari

satu penyedia layanan yang lain yang terjadi pada titik pemberian perawatan

(Friesen, Herbst, Robinson, Speroni, & Turner, 2013). Penelitian Australian

Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQH, 2008) di rumah sakit

13

Universitas Sumatera Utara


Queensland pada seluruh ruang rawat inap didapatkan hasil bahwa bedside

handover mempunyai tiga keuntungan yakni memberikan dukungan kepada ketua

tim dan perawat pelaksana, meningkatkan keselamatan pasien dan meningkatkan

angka kepulangan pasien.

Mekanisme kegiatan timbang terima bedside handover

Timbang terima menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) dalam

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQH, 2008)

bedside handover memiliki 5 komponen utama yang berfungsi sebagai standar

operasional bagi perawat dalam melakukan timbang terima, komponen-komponen

utamanya yakni :

Persiapan

Alokasi staf dan pasien

Alokasi staf dan pasien adalah cara mengelompokkan pasien menjadi

beberapa yang ditentukan oleh tim keperawatan, sehingga tim dengan mudah

dapat membagi tugas dari masing-masing perawat pelaksana yang bertugas pada

saat itu. Metode bedside handover tidak ada ketentuan khusus dalam

mengkategorikan pasien, sehingga perawat pelaksana dapat membagi sesuai

kebutuhan. Metode ini dapat meningkatkan motivasi kerja perawat karena perawat

terlibat langsung dalam pembagian kategori pasien terebut (ACSQH, 2008).

Mengkaji ulang status pasien

Mengkaji kembali status pasien yakni : usia, jenis kelamin, diagnosa medis,

diagnosa keperawatan, rekam medis, riwayat keluarga, perubahan kondisi pasien,

terapi yang akan dan sedang berlangsung, dan informasi sensitif yang seharusnya

diketahui sebelum memulai bedside handover (ACSQH, 2008). Ketua tim

14

Universitas Sumatera Utara


mempunyai tanggung jawab memastikan dan melihat apakah status pasien akurat

dan telah diperbaharui. Mengkaji ulang status pasien maka akan diketahui

bersama kesalahan yang mungkin tidak disengaja terhadap terapi yang telah

diberikan atau hal lainnya. Sebaiknya status pasien juga diletakkan dikaki tempat

tidur pasien dan dekat daerah yang aman agar mudah bagi perawat untuk melihat

dan melakukan pengkajian awal (ACSQH, 2008).

Memberitahukan kepada pasien

Perawat Pelaksana harus memberi tahu pasien bahwa timbang terima akan

dimulai sebentar lagi, hal ini menjadi tanda kepada pasien bahwa perawat yang

merawatnya akan segera berganti dan juga memberikan waktu untuk bersiap-siap

kepada pasien termasuk apa yang ingin disampaikan pada saat timbang terima

berlangsung (ACSQH, 2008).

Meminta keluarga dan pengunjung lainnya untuk meninggalkan ruangan

Mengizinkan anggota keluarga untuk tetap tinggal mendampingi pasien atas

izin pasien saat timbang terima berlangsung. Pengunjung lainnya diminta untuk

meninggalkan ruangan pada saat timbang terima berlangsung. ada beberapa

manfaat dari tahapan ini menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) yakni:

1) pasien merasa lebih nyaman untuk memulai timbang terima, 2) keluarga dapat

hadir dan ikut serta dalam memberikan kontribusi bersama pasien, dan 3) pasien

dan keluarga dapat memberikan informasi yang lebih fokus dan lengkap apabila

pengunjung lainnya diminta untuk keluar dari ruangan pada saat timbang terima

berlangsung (ACSQH, 2008).

15

Universitas Sumatera Utara


Introduksi

Ketua tim dan beberapa perawat pelaksana shift sebelumnya yang akan

melaksanakan timbang terima sedangkan perawat pelaksana yang lain bertugas

melayani pasien dan melakukan asuhan keperawatan yang masih belum

dilakukan. Ketua tim shift sebelumnya telah membuat laporan mengenai pasien

yang akan dialihkan untuk shift selanjutnya. Ketua tim shift sebelumnya menyapa

pasien, memastikan bahwa pasien siap dan memperkenalkan tim shift selanjutnya

kepada pasien dan keluarganya. Ketua tim shift selanjutnya dapat memilih

perawat pelaksana untuk mengikuti timbang terima sesuai dengan pembagian

pasien dari tim tersebut (ACSQH, 2008). Manfaat menerapkan tahapan introduksi

menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) adalah: 1) memberikan

kesempatan kepada perawat pelaksana yang lain dalam melaksanakan tugas wajib

keperawatan yang lainnya, 2) seluruh perawat pelaksana shift selanjutnya dapat

mengikuti jalannya timbang terima, 3) perawat pelaksana shift selanjutnya yang

bertanggung jawab terhadap pasien tertentu dapat berkontribusi lebih pada saat

timbang terima, dan 4) perawat pelaksana yang tidak melakukan timbang terima

dapat menggunakan status pasien sebagai panduan dan mengatur asuhan yang

akan diberikan dibawah pengawasan ketua tim.

Hal yang penting diperhatikan pada saat introduksi dilakukan adalah

menanyakan kembali kepada pasien apakah pasien bersedia untuk melakukan

timbang terima disamping tempat tidur pasien. Pasien mempunyai hak untuk

menolak dilakukannya timbang terima, apabila dianggap tidak nyaman atau ingin

beristirahat pada saat timbang terima dilakukan. Hal ini banyak terjadi pada

pasien yang dirawat diruangan yang mempunyai 3 atau lebih tempat tidur, dengan

16

Universitas Sumatera Utara


demikian perawat akan melakukan timbang terima di ruang perawat

(ACSQH, 2008).

Pertukaran informasi

Pertukaran informasi dapat dilakukan seiring dengan pengkajian pasien

dengan menggunakan format timbang terima (menggunakan format SBAR atau

ISOBAR) untuk melihat sejauhmana perkembangan kesehatan pasien. Ada

beberapa data yang dapat langsung dilihat dan divalidasi yakni : waktu dan alasan

masuk rumah sakit, riwayat medis pasien, investigasi kemungkinan diagnosa

lanjutan, tindakan asuhan keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan respon

dari pasien, pertimbangan keamanan, dan rekomendasi perawatan selanjutnya

(Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010).

Perawat menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan budaya pasien

dan mengurangi menggunakan kata-kata medis yang sulit dimengerti pasien dan

keluarganya. Secara umum, informasi yang disampaikan pada saat timbang terima

pasien dengan metode bedside handover tidak berbeda dengan jenis timbang

terima yang lainnya. Kelebihan menerapkan tahapan pertukaran informasi

menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) dalam timbang terima pasien

dengan metode bedside handover yaitu : 1) pasien dapat memvisualisasikan

asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien, 2) memicu perawat yang

akan bertugas untuk mengajukan pertanyaan tambahan secara langsung dengan

pasien, keluarga pasien maupun teman sejawatnya, 3) perawat akan

mengobservasi secara langsung kondisi dan memperoleh data yang lebih akurat

dikarenakan melihat pasien secara langsung.

17

Universitas Sumatera Utara


Keterlibatan pasien

Keterlibatan pasien sangat penting dalam proses timbang terima pasien

dengan metode bedside handover. Pasien harus diberi kesempatan untuk

klarifikasi tindakan, kondisi dan mengkonfirmasi informasi yang diterima pasien.

Tim perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan

komentar atau menanyakan pertanyaan ketika timbang terima. Anggota keluarga

juga diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam timbang terima dengan

persetujuan pasien (ACSQH, 2008). Kelompok pasien yang mungkin tidak dapat

mengikuti timbang terima yang sudah dijadwalkan sebelumnya yaitu: pasien yang

sedang tidur, pasien penurunan kesadaran atau kebingungan, pasien koma pasien

isolasi, pasien yang sulit berkomunikasi dan pasien dengan kondisi lainnya yang

membutuhkan partisipasi lanjutan dari pasien sendiri.

Perawat harus memperhatikan aspek sensitif atau kerahasian pasien dalam

melakukan timbang terima pasien metode bedside handover. Kerahasian pasien

dapat menjadi masalah jika tidak segera ditangani. Ada beberapa strategi untuk

menjaga kerahasian pasien yaitu: 1) informasi sensitif dapat dibahas jauh dari

samping tempat tidur pasien, 2) perawat menurunkan suara mereka ketika berbagi

informasi sensitif, dan 3) informasi sensitif dapat dicatat pada lembar timbang

terima. Informasi sensitif dapat mencakup: tes darah yang bersifat diagnostik

(misalnya HIV positif), informasi penyakit menular (misalnya Hepatitis), masalah

psikiatrik (misalnya bunuh diri, penyalahgunaan etanol), masalah keluarga

(misalnya konflik, kekerasan dalam rumah tangga).

18

Universitas Sumatera Utara


Safety scan

Tindakan safety scan adalah suatu tindakan pemantauan sekeliling

lingkungan pasien. Safety scan membantu mempromosikan keamanan pasien dan

merupakan salah satu keuntungan dari timbang terima pasien dengan metode

bedside handover. Menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) ada 3

indikator dari safety scan yaitu : 1) safety scan lingkungan, 2) melihat ulang

catatan pasien, dan 3) melihat ulang lembar bedside pasien.

Safety scan lingkungan

Safety scan lingkungan adalah memeriksa keamanan lingkungan pasien dan

peralatan ketika bedside. Ada beberpa yang harus diperhatikan perawat, yakni :

1) call bell pasien harus dalam jangkauan pasien. Apabila tidak ada call bell,

maka pasien diajarkan untuk dapat memanggil keluarga untuk diminta

memanggilkan perawat bila diperlukan, 2) suction, oksigen dan perlengkapan lain

bekerja secara normal dan mudah dijangkau pasien, balutan luka, drains dan

cairan infus aman dan terpasang secara benar, 3) kelembaban lantai dan ruangan

yang kondusif untuk mobilitas yang aman dan kemudahan akses, dan 4) melihat

penggunaan rel tempat tidur, ketinggian tempat tidur, dan lain-lain

(Chaboyer, McMurray, &Wallis, 2010).

Melihat ulang catatan pasien

Pengamatan kembali kepada pasien memungkinkan perawat memperoleh

gambaran kondisi pasien dengan jelas ketika melihat pasien dan berkomunikasi

dengan secara langsung apa yang dirasakan pasien (Chaboyer, McMurray,

&Wallis, 2010).

19

Universitas Sumatera Utara


Melihat ulang lembar bedside pasien

Melihat ulang lembar bedside pasien untuk mengidentifikasi pertimbangan

keamanan tambahan. Lembar bedside pasien yang harus dilihat adalah : asuhan

keperawatannya, observasi tanda-tanda vital, catatan obat, catatan infus, nyeri dan

resiko jatuh.

Timbang terima lengkap

Perawat mengajukan pertanyaan terakhir untuk klarifikasi lebih lanjut

sebelum meninggalkan tempat tidur pasien. Setelah selesai timbang terima,

perawat harus memastikan bahwa semua informasi rahasia telah diteruskan

kepada shift berikutnya (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010).

20

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1:Mekanisme Timbang Terima Bedside Handover

PERSIAPAN
 Menglokasikan pasien
 Mengkaji ulang status pasien
 Memberitahukan kepada pasien timbang terima akan dimulai
 Meminta keluarga dan pengunjung lainnya untuk meninggalkan ruangan

INTRODUKSI
 Menyapa pasien
 Perawat shift sebelumnya memperkenalkan kepada pasien dan keluarganya
perawat shift selanjutnya

PERTUKARAN INFORMASI
 Menggunakan format timbang terima
 Mengurangi menggunakan kata-kata medis yang sulit dimengerti pasien dan
keluarganya
 Mengklarifikasi dan bertanya (kondisi klinis, tes dan prosedur, ADL,
discharge planning, perencanaan asuhan keperawatan).

KETERLIBATAN PASIEN
 Bertanya kepada pasien jika mereka memiliki pertanyaan atau komentar.
 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengkonfirmasi dan
mengklarifikasi

SAFETY SCAN
 Safety scan lingkungan
 Melihat ulang catatan pasien
 Melihat ulang lembar bedside pasien

TIMBANG TERIMA LENGKAP


 Minta pasien jika pasien memiliki pertanyaan akhir.
 Memastikan bahwa semua informasi rahasia telah diteruskan kepada
shift berikutnya

PASIEN BERIKUTNYA

Chaboyer, McMuray, dan Wallis. Standard operating protocol for bedside


handover in nursing. Queensland Australia (2010).
Konsep Kepuasan Kerja

21

Universitas Sumatera Utara


Pengertian kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan keseluruhan perasaan terhadap pekerjaan dan

hubungannya dengan berbagai aspek dari pekerjaan, dimana aspek penilaian

kepuasan kerja terdiri dari mengemukakan aspek-aspek kerja, gaji, kesempatan

promosi, pengawasan, keuntungan yang didapat, prosedur dalam melakukan kerja,

aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi dan rekan kerja (Spector, 1997).

Kirsten et al. (2014) juga mendefenisikan kepuasan kerja sebagai hasil pencapaian

pada saat bekerja yang didukung dengan pencapaian kebutuhan fisik dan

psikologis. Menurut Kreitner (2014) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan

afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang.

Kepuasan kerja menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya.

Kepuasan itu tidak nampak secara nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu

hasil pekerjaan. Kepuasan kerja bersifat individual dimana setiap individu

memiliki tingkat kepuasan berbeda-beda sesuai sistem nilai yang berlaku pada

dirinya.

Teori kepuasan kerja

Greenberg dan Baron (2003) mengatakan salah satu teori pendekatan

mengenai kepuasan kerja adalah teori dua faktor. Teori dua faktor (two factor

theory) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan rasa puas dan

tidak puas seseorang yakni faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor

motivasi (motivational factors).

22

Universitas Sumatera Utara


Pengukuran kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan indikator yang bersifat kualitatif. Mengukur

kepuasan kerja diperlukan suatu metode pengukuran yang terstruktur dan

sistematis agar data yang ditemukan dalam subjek penelitian mampu

diterjemahkan dalam suatu bahasa yang dapat diinterprestasikan. Data tersebut

sebaiknya dikuantitatifkan agar memudahkan pembaca mengartikannya dan

mempermudah pula dalam pengambilan kesimpulan, untuk itu dapat digunakan

sejumlah daftar pertanyaan yang telah teruji validatas dan reliabilitasnya..

Daftar pertanyaan yang digunakan dapat bermacam-macam, tergantung dari

aspek mana kepuasan kerja itu diteliti, namun semuanya berkaitan dengan apa

yang dirasakan ditempat kerja (Pangabean, 2002). Alat yang digunakan untuk

mengukur kepuasan kerja antara lain: 1) minnesota satisfaction questionnaire,

2) job descriptive index , 3) pay satisfaction questionnaire, 4) job diagnostic

survey, 5) brayfield rothe index, 6) job descriptive index, 7) job satisfaction

survey.

Minnesota satisfaction questionnaire

Pengukuran kepuasan kerja ini dikembangkan oleh Weiss dan England pada

tahun 1967. Minnesota satisfaction questionnaire (MSQ) adalah suatu instrumen

atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang sedemikian rupa yang

didalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang terkategorikan dalam unsur

kepuasan dan unsur ketidakpuasan. Skala MSQ mengukur berbagai aspek

pekerjaan yang dirasakan sangat memuaskan, memuaskan, tidak dapat

memutuskan, tidak memuaskan dan sangat tidak memuaskan. Karyawan diminta

23

Universitas Sumatera Utara


memilih satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi pekerjaannya. Skor

yang tinggi mencerminkan skor kepuasan kerja yang tinggi pula.

Job descriptive index

Job descriptive index adalah suatu instrumen pengukur kepuasan kerja yang

dikembangkan oleh Kendall dan Hulin (1969). Instrumen ini dapat diketahui

secara luas bagaimana sikap karyawan terhadap komponen-komponen dari

pekerjaan itu. Variabel yang diukur adalah kepuasan terhadap penawasan

(supervisi), kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri,

kepuasan terhadap gaji, dan kepuasan terhadap promosi.

Pay satisfaction questionnaire

Pay satisfaction questionnaire merupakan sebuah daftar pertanyaan yang

ditunjukkan untuk menilai kepuasan kerja terhadap aspek pembayaran. Bentuk

kepuasan gaji dalam penelitian dapat diartikan bahwa seseorang akan terpuaskan

dengan gajinya ketika persepsi terhadap gaji dan yang mereka peroleh sesuai

dengan yang diharapkan. Kepuasan gaji diukur dengan dimensi yang berjumlah

18 item dengan indikator: tingkat gaji (pay level), kompensasi (benefits), kenaikan

gaji (pay raise), struktur dan administrasi penggajian (pay structure and

administration).

Job diagnostic survey

Job diagnostic survey dikembangkan oleh Hackman dan Oldman (1975).

Alat ukur ini menunjukkan kaitan kepuasan kerja dengan 5 dimensi inti dari

karakteristik pekerjaan yaitu: keanekaragaman keterampilan (skill variety),

identitas tugas (task identity), keberartian tugas (task significance), otonomi

(autonomy), dan umpan balik (feedback).

24

Universitas Sumatera Utara


Brayfield rothe index

Brayfield dan Rothe (1951) mengemukakan bahwa usaha yang sistematis

untuk mengembangkan indeks kepuasan kerja telah dilakukan oleh Hoppock pada

permulaan 1930. Indeks itu terdiri atas 4 pertanyaan, dimana masing-masing

diminta untuk memilih 7 jawaban dengan menggunakan skala interval dari yang

paling sangat setuju ke jawaban yang paling sangat tidak setuju.

Job descriptive index

Sebuah kuesioner pengukuran yang didalamnya menggambarkan beberapa

aspek pekerjaan, diantaranya mengenai pekerjaan itu sendiri, gaji, peluang

promosi, supervisi dan hubungan kerja.

Job satisfaction survey

Alat ukur kepuasan ini dikembangkan oleh Spector (1997), alat ukur ini

sering digunakan pada pelayanan keperawatan. Job satisfaction survey (JSS) ini

terdiri dari 9 aspek dan 36 item berbentuk skala linkert. Berdasarkan penjelasan

yang telah diperoleh, skala pengukuran yang sesuai mengukur kepuasan kerja

perawat adalah dengan menggunakan job satisfaction survey, dimana pengukuran

setiap aspeknya menggunakan skala dari nilai terendah sampai tertinggi (skala

linkert) dengan tingkat kepuasan.

25

Universitas Sumatera Utara


Konsep Watson’s Theory of Transpersonal Caring

Teori ini dikembangkan oleh Jean Watson pada tahun 1979, dikenal juga

dengan istilah Theory of Human Caring. Teori ini terus dikembangkan dari tahun

ke tahun, namun pemikiran dasar dari teori ini tidak berubah yakni menekankan

aspek humanistik kedalam ilmu pengetahuan keperawatan.

Teori Transpersonal caring relationship menurut Watson (1999)

berkarakteristikkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral

perawat yang berkomitmen, melindungi, dan meningkatkan martabat manusia

seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran

yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai spiritual, tidak

memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek.

Teori utama yang dikembangkan mencakup carative factor, transpersonal,

caring relationship, dan caring occation moment. Terkait konteks penelitian maka

peneliti hanya akan membahas teori tentang carative factor yang mempunyai

kaitan dengan implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover yakni: 1) membina hubungan saling percaya (carative factor yang ke 4),

dan 2) menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang

mendukung (carative factor yang ke 8).

Membina hubungan saling percaya

Keperawatan sebagai ilmu yang didasari konsep caring harus

mempertimbangkan konsep membina hubungan saling percaya antara perawat dan

pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika perawat

tersebut memperhatikan kebutuhan dasarnya sebagai individu sehingga

menumbuhkan rasa percaya, keyakinan dan harapan terhadap pelayanan

26

Universitas Sumatera Utara


keperawatan. Perawat yang mempunyai kompetensi dalam bersikap caring akan

mampu menghasilkan outcomes yang bernilai dalam pelayanan keperawatan.

Dengan demikian pasien yang mempunyai hubungan interpersonal yang baik

dengan perawat akan mengindikasikan tingginya kualitas pelayanan keperawatan.

Agar dapat membina hubungan saling percaya, perawat terlebih dahulu harus

menanamkan sikap tertentu yaitu congruence, empathy dan non possesive Warmth

(Watson, 1979).

Congruence

Congruence didasarkan pada keinginan perawat ingin menjadi apa dan

terlihat seperti apa, melibatkan keterbukaan dalam perasaan, dan sikap yang

diberikan saat interaksi. Congruence dapat juga disamakan dengan genuineness

yang berarti terasa nyata, jujur dan otentik. Dengan kata lain pelayanan

keperawatan yang diberikan oleh perawat akan terasa nyata, jujur dan otentik bagi

pasien.

Emphaty

Emphaty merupakan konsep yang penting dalam membina hubungan saling

percaya. Empathy mengacu pada kemampuan perawat untuk ikut mengalami

dunia dan perasaan orang lain, sehingga mampu berkomunikasi berdasarkan

pemahamannya tentang dunia atau perasaan orang lain tersebut. Kemampuan

perawat untuk berespon terhadap perasaan orang lain adalah dasar dalam emphaty.

Jika perawat mampu merasakan perasaan pasien maka pasien dan perawat akan

mempunyai hubungan emosional yang baik. Perawat yang emphaty mampu

mengenali dan menerima perasaan orang lain tanpa merasa tidak nyaman, takut,

27

Universitas Sumatera Utara


marah atau konflik dalam dirinya sehingga perawat akan mampu untuk

berkomunikasi tentang perasaan pasien tanpa menganalisa atau menghakimi.

Non possessive warmth

Non possessive warmth merupakan kondisi interpersonal dalam membina

hubungan saling percaya. Perawat yang efektif akan memberikan pelayanan yang

tidak mengancam, aman, terpercaya dengan menunjukkan penerimaan,

penghargaan positif dan keramahan yang tidak posesif. Beberapa sikap non

verbal yang dapat ditunjukkan perawat dalam mewujudkan non possesive warmth

antara lain: 1) mempertahankan kontak mata selama interaksi, 2) menggunakan

volume suara yang sesuai, 3) terlihat nyaman dan santai, 4) bertatap muka dengan

orang lain, 5) menunjukkan sikap fostur tubuh yang terbuka, 6) mencondongkan

tubuh ke arah lawan bicara, dan 7) memberikan ekspresi wajah yang sesuai

dengan kondisi emosionalnya.

Menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang

mendukung

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien

terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. Adanya hubungan yang saling terkait

antara lingkungan internal dan eksternal sangat berpengaruh terhadap kondisi

sehat dan sakit dari manusia. Lingkungan internal berupa biologis dan fisiologis

akan mempengaruhi pola atau gaya hidup seseorang, selain itu gaya hidup

eksternal seseorang juga akan mempengaruhi keseimbangan (homeostatis)

internalnya. Lingkungan eksternal yang perlu diperhatikan perawat yang

berhubungan dengan stress antara lain : kenyamanan, privasi, keamanan dan

lingkungan yang bersih dan indah.

28

Universitas Sumatera Utara


Kenyamanan

Kenyamanan merupakan variabel eksternal yang dapat dikendalikan oleh

perawat. Adanya stress pada pasien yang diakibatkan proses hospitalisasi dapat

diatasi dengan memberikan lingkungan yang nyaman sehingga berpengaruh

terhadap kesehatan fisik dan mental pasien. Perawat dapat melakukan berbagai

cara atau prosedur untuk memberikan dan meningkatkan kenyamanan pasien

seperti: 1) perawatan personal hygiene, 2) kebersihan tempat tidur, dan

3) penempatan obat-obatan yang rapi, 4) memindahkan peralatan yang berbahaya

bagi pasien, 5) melakukan perubahan posisi, 6) membuat tempat tidur yang

nyaman, 7) menurunkan ketegangan otot dengan massage, 8) memberikan

prosedur teraupetik seperti obat-obatan pengurang nyeri, 9) mengidentifikasi

implikasi dari penyakit pasien dan meminimalkan implikasi dari penyakit

tersebut, dan 10) memodifikasi pelayanan keperawatan kepada pasien.

Privasi

Privasi adalah faktor utama yang perlu dipertimbangkan untuk dapat

meningkatkan lingkungan fisik, sosiokultural dan spiritual pasien. Privasi dapat

dinterpretasikan kedalam beberapa pengertian yaitu : 1) hak pasien untuk tidak

mengikutsertakan orang lain terkait informasi tentang penyakitnya, 2) kesadaran

dan penghargaan dari perawat bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk

mengambil keputusan bagi dirinya, 3) faktor yang berpengaruh terhadap waktu,

tempat, masalah dan sejumlah informasi, dan 4) upaya untuk menjauhkan pasien

dari hal-hal yang mempengaruhi kondisi fisik dan psikologisnya.

29

Universitas Sumatera Utara


Keselamatan

Keselamatan merupakan tindakan yang dilakukan perawat untuk

mendukung, melindungi dan memperbaiki lingkungan yang dapat menyebabkan

bahaya. Perawat harus mampu mengkaji variabel yang berpengaruh terhadap

keselamatan seperti: usia, kemampuan bergerak, pengaturan perabot, defisit

sensori, disorientasi, restrain, kaki palsu dan peralatan pendukung lainnya.

Pengawasan mendasar terhadap keselamatan antara lain control infeksi dengan

mencuci tangan, perawatan kulit, teknik isolasi dan teksik sterilisasi. Beberapa

bahaya yang dapat terjadi selama proses hospitalisasi pada anak antara lain pasien

jatuh, luka bakar, terhirup benda asing, mainan yang berbahaya, keracunan, dan

kurangnya imunisasi.

Lingkungan yang bersih dan indah.

Perawat harus mempertimbangkan bahwa makna keindahan berbeda pada

masing-masing orang, namun keindahan dan kebersihan lingkungan selalu

memberikan efek positif terhadap peningkatan kesehatan seseorang, namun upaya

untuk memenuhi kebersihan dan keindahan lingkungan tersebut tetap

memperhatikan privasi, kenyamanan dan gaya hidup pasien.

30

Universitas Sumatera Utara


Konsep Action Research

Pengertian action research

Action research merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian yang

didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan oleh partisipan

dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktek sosial atau kependidikan

(Kemmis & McTaggart, 1988). Action research memungkinkan adanya

keterlibatan antara peneliti dengan partisipan dalam bentuk kolaborasi dan

menitikberatkan terhadap pendekatan naturalistic dan humanistic (Holter &

Schwartz-Barcott, 1993). Action research menuntut seorang peneliti untuk tidak

hanya mengumpulkan informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu, namun

juga diharapkan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada

saat penelitian (Polit & Beck, 2012). Metode penelitian action research

berlangsung bersama kolaborasi dan dialog yang dapat memotivasi, meningkatkan

harga diri dan menghasilkan solidaritas yang kuat antara partisipan dan peneliti.

Strategi pengumpulan data yang digunakan tidak hanya metode tradisional seperti

wawancara dan observasi, tetapi bisa juga dilakukan bercerita, drama komedi,

menggambar dan melukis, bermain peran dan kegiatan lain yang mendorong

partisipan mengenali kekuatan sendiri dan menemukan cara-cara kreatif untuk

mengeksplorasi kehidupan mereka (Polit & Beck, 2012).

31

Universitas Sumatera Utara


Proses action research

Kemmis dan McTaggart (1988) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan

action research memerlukan beberapa langkah tindakan yaitu reconnaissance,

planning, acting and observing dan reflection.

Reconnaisance

Reconnaisance merupakan tahap awal dalam mencari permasalahan yang

ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary studi, yaitu mempelajari

masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap ini menggambarkan

apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan sekarang. Pernyataan-

pernyataan tentang masalah yang ada mulai dimunculkan pada tahap ini. Selain

menentukan masalah yang akan diteliti, tahap ini juga menentukan group action

berupa kumpulan orang-orang yang terlibat dalam penelitian dan memastikan

bahwa orang-orang tersebut sudah mendapatkan informasi tentang penelitian dan

mempunyai komitmen untuk bekerjasama dalam proyek penelitian.

Planning

Planning merupakan perencanaan yang bersifat untuk perbaikan. Tahap

ini beorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan partisipan. Pada

tahap ini peneliti harus memutuskan bersama dengan kelompok aksi kemungkinan

tindakan perbaikan yang dapat dilakukan dan hambatan dalam penelitian. Peneliti

merumuskan apa yang dapat dilakukan pada situasi atau kondisi tempat

penelitian. Perencanaan meliputi rencana untuk merubah dengan menggunakan

bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan

merencanakan hasil yang di inginkan. Tahap ini akan menjawab pertanyaan : apa

yang akan dilakukan, oleh siapa, kapan dan bagaimana?

32

Universitas Sumatera Utara


Acting dan observing

Acting dan observing adalah mengimplementasikan rencana dan

mengobservasi pekerjaan yang dilakukan. Tahap ini adalah melaksanakan rencana

yang sudah di tetapkan, meliputi melaksanakan rencana untuk berubah dengan

menggunakan bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan

organisasi, dan mengobservasi hasil dari implementasi yang telah di lakukan. Hal

yang harus diperhatikan oleh peneliti pada tahap ini adalah, setelah peneliti

melakukan kegiatan maka peneliti harus segera memonitor apa yang terjadi

setelah dilakukan tindakan.

Reflection

Reflection merupakan waktu untuk memberikan analisa, sintetis,

interpretasi dan menyimpulkan hal yang penting. Pada tahap ini refleksi berfokus

pada hasil yang telah di capai kemudian di buat analisa untuk perbaikan pada

cycle berikutnya.

Berikut akan digambarkan proses action research menurut Kemmis dan

McTaggart (1988) :

Gambar 1 Siklus action research Kemmis dan McTaggart (1988)

33

Universitas Sumatera Utara


Kerangka Konsep

STRUKTUR Ruang rawat inap


Carative Factor 4:
1. Perawat
2. Pasien Membina hubungan
3. Lembar saling percaya
timbang terima 1. Congruence
Tentative Protokol Implementasi
2. Empathy
Timbang Terima Pasien dengan 3. Non possesive
PROSES Metode Bedside Handover warmth
1. Persiapan
Carative Factor 8:
2. Introduksi
3. Pertukaran Menciptakan
Informasi lingkungan yang
4. Keterlibatan mendukung
Pasien P
1. Kenyamanan
5. Safety Scan R
2. Privasi
6. Timbang 3. Keselamatan
terima selesai
CYCLE 1 4. Lingkungan yang
bersih dan indah
(Watson, 1979)
A&O

OUT COME

Draft Protokol Implementasi Timbang


Terima Pasien dengan Metode Bedside
Handover

Keterangan

P : Planning
A & O : Action dan observation
R : Reflective

Gambar 2 Kerangka Teori Dan Metodologi Implementasi Timbang Terima


Pasien Metode Bedside Handover Di Ruang rawat inap

34

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah action research untuk

mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara Medan, karena action research merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian

yang didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan partisipan

dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktek sosial atau kependidikan

(Kemmis & McTaggart, 1988). Action research menuntut seorang peneliti untuk

tidak hanya mengumpulkan informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu,

namun juga diharap kan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang

ditemui pada saat penelitian (Polit & Beck, 2012).

Penelitian ini merupakan 1 siklus action research dan dibagi kedalam

empat tahapan yang disusun berdasarkan konsep four „moments‟ of action

research Kemmis & McTaggart (1988). Keempat tahapan tersebut terdiri dari

planning, acting, observing dan reflecting. Penelitian ini merupakan penelitian

action research yang pertama dilakukan peneliti di Rumah Sakit USU Medan,

maka peneliti memerlukan tahap reconnaissance (persiapan) yang merupakan

tahap awal dalam mencari permasalahan terkait timbang terima pasien di ruang

rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

35

Universitas Sumatera Utara


Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan. Ruang rawat inap akan dijadikan sebagai

tempat penelitian mengingat ruangan ini merupakan ruangan baru dibuka soft

launching 28 Maret 2016, sehingga masih membutuhkan banyak pengembangan

dalam pelayanan keperawatannya. Pengambilan data dan kegiatan penelitian

berdasarkan action research dilaksanakan selama 12 minggu sejak Mei hingga

Juli 2017.

Partisipan Penelitian

Proses pemilihan partisipan dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik purposive sampling, dimana setiap orang yang mempunyai pengalaman

tentang fenomena yang sedang diteliti berhak menjadi partisipan atau orang-orang

yang terlibat langsung dalam pengembangan protokol timbang terima metode

bedside handover yaitu kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana dan pasien

sebagai objek (Streubert & Carpenter, 2003). Pemilihan subjek penelitian ini

sejalan dengan pendapat Polit dan Beck (2012) yang menyatakan bahwa pada

penelitian kualitatif subjek penelitian atau dikenal dengan partisipan adalah subjek

yang pernah mengalami substansi yang akan diteliti. Pemilihan partisipan tersebut

dilakukan peneliti pada saat focus group discussion.

Teknik pemilihan partisipan dilakukan dengan cara yaitu: 1) mencari

informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi lapangan, dan 2) mencari

partisipan yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan mempertimbangkan

berbagai variasi untuk memperkaya data hasil penelitian. Menurut Polit dan Beck

36

Universitas Sumatera Utara


(2012), untuk menghindari bias pada penelitian maka sampel yang dipilih harus

memenuhi kriteria karakteristik populasi yang spesifik atau disebut dengan

kriteria populasi yang memenuhi syarat (eligibility criteria) atau disebut juga

kriteria inklusi (inclusion criteria).

Kriteria inklusi partisipan yang dipilih peneliti pada saat focus group

discussion adalah: 1) harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang

berkaitan dengan timbang terima metode bedside handover di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan, 2) mampu mengemukakan pendapat dan

berpengalaman, 3) bersedia terlibat dalam kegiatan penelitian, 4) bersedia untuk

diwawancarai dan direkam aktifitasnya selama wawancara, 5) memberikan

persetujuan mempublikasikan hasil penelitian. Jumlah partisipan focus group

discussion pada tahap reconnaissance adalah 5 (lima) orang yaitu kepala ruangan,

ketua tim dan perawat pelaksana. Jumlah partisipan focus group discussion pada

tahap reflection adalah 6 (enam) orang yaitu Kepala seksi keperawatan, Ketua

komite keperawatan, wakil ketua komite keperawatan, kepala ruangan, ketua tim

dan perawat pelaksana.

Partisipan untuk penyebaran kuesioner (self report) kepuasan pasien

terhadap pelayanan keperawatan yang terpilih menjadi partisipan telah memenuhi

kriteria inklusi sebagai berikut, yaitu: 1) telah dirawat minimal 3 hari di ruang

cendana, 2) bersedia berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian, dan

3) dapat berkomunikasi dengan baik, dimana jumlah pasien diruang rawat inap

kelas I sebanyak 30 pasien. Partisipan untuk penyebaran kuesioner (self report)

kepuasan kerja perawat yang terpilih menjadi partisipan telah memenuhi kriteria

inklusi sebagai berikut: 1) perawat yang bekerja di ruang cendana, dan 2) tidak

37

Universitas Sumatera Utara


sedang dalam cuti tahunan, cuti melahirkan, dan pelatihan. Dimana pada awalnya

partisipan yang terlibat direncanakan 20 orang, dikarenakan ada 2 orang ketua

tim ada yang seminar maka partisipan yang terlibat menjadi 18 orang.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan yang beragam (ecletical

approach) yaitu menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini

memungkinkan dilakukan karena action research merupakan penelitian yang unik

dan kompleks sehingga dapat digunakan tools yang beragam dalam proses

pengumpulan data (Webb,1989). Kompleksitas penelitian action research ini juga

terlihat dari beragamnya pengumpulan data pada setiap tahap action research,

selanjutnya akan diuraikan tentang alat dan metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini.

Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode focus

group discussion, observasi partisipan, self report dan field notes.

Focus Group Discussion

Focus group discussion pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

data persepsi partisipan tentang timbang terima selama ini dan untuk mengetahui

persepsi partisipan setelah pengembangan protokol implementasi timbang terima

pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Peneliti berperan

sebagai moderator yang akan memberi arahan terhadap diskusi dengan memberi

pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Focus group discussion akan

38

Universitas Sumatera Utara


dilakukan 2 kali yaitu pada tahap reconnaissance dan pada tahap reflecting

dengan durasi 60 menit. Focus group discussion pada tahap reconnaissance akan

dilakukan pada bulan Mei 2017 di ruangan Bidang Keperawatan dan focus group

discussion pada tahap reflecting dilakukan bulan Juli 2017 di ruangan Bidang

Keperawatan.

Observasi

Observasi merupakan observasi partisipan dimana peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data (Spadley, 1980). Observasi pada tahap reconnaissance dilakukan

Mei 2017 terhadap perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas I. Tujuan

pelaksanaan observasi pada tahap reconnaissance untuk menilai pelaksanaan

timbang terima pasien selama ini. Observasi pada tahap observing dilaksanakan

Juni 2017 untuk mengevaluasi perumusan protokol implementasi timbang terima

pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap.

Self report

Teknik self report dilakukan dengan cara meminta partisipan mengisi

kuesioner data demografi, kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan dan kuesioner kepuasan kerja perawat. Penyebaran kuesioner data

demografi, kuesioner kepuasan pasien dan penyebaran kuesioner kepuasan kerja

perawat dilakukan pada tahap reconnaissance yaitu pada Mei 2017.

39

Universitas Sumatera Utara


Alat pengumpulan data

Penelitian action research menggunakan peneliti sebagai instrument

penelitian yang berarti peneliti sebagai alat untuk melakukan pengumpulan data

serta merupakan narasumber apabila ada permasalahan yang muncul dalam

penelitian (Polit & Beck, 2012). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian terdiri dari 5 instrumen yaitu: 1) panduan focus group discussion, 2)

format timbang terima sebagai lembar observasi partisipan, 3) kuesioner data

demografi, 4) kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, dan 5)

kuesioner kepuasan kerja perawat. Pengembangan alat pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan

studi literatur. Instrumen yang telah disusun kemudian dilakukan uji validitas dan

uji reliabilitas. Untuk uji validitas dilakukan dengan 4 item sebagai penilaiannya

yaitu relevan (relevan), kejelasan (clarity), kesederhanaan (simplicity), dan

ambiguitas (ambiguity). Instrumen akan dinyatakan valid apabila Content Validity

Index berada diatas >0,80 (Polit & Beck, 2012). Untuk uji reliabilitas dilakukan

internal consistency pada kuesioner yang digunakan yang berfokus pada

homogenecity dari item. Kuesioner dengan reliabilitas yang tinggi jika nilai

Cronbach‟s alpha melebihi angka kritis. Uji reliabilitas minimal 0.70 (Polit &

Beck, 2012). Selanjutnya akan dijelaskan tentang alat pengumpulan data yang

akan di gunakan dalam penelitian ini.

40

Universitas Sumatera Utara


Panduan Focus Group Discussion

Panduan focus group discussion pertama terdiri dari 5 item pertanyaan

terbuka tentang persepsi partisipan terhadap timbang terima selama ini.

Pertanyaan terbuka ditujukan untuk menggali informasi terkait bagaimana

pelaksanaan timbang terima pasien di ruangan selama ini, manfaat timbang

terima, faktor penghambat yang dijumpai dalam pelaksanaan timbang terima, dan

harapan partisipan terhadap pelaksanaan timbang terima di ruang rawat inap.

Instrumen panduan telah diuji validitasnya oleh 3 expert manajemen keperawatan

yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, 2) Misrah Panjaitan,S.Kep,Ns,M.Kep,

dan 3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama

didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion

adalah 1, hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument

panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan

content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1. Hasil

perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan panduan

focus group discussion tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1.

Panduan focus group discussion kedua terdiri dari 5 item pertanyaan

terbuka tentang evaluasi proses perumusan pengembangan protokol implementasi

timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap.

Pertanyaan ditujukan untuk menggali informasi tentang persepsi partisipan

terhadap proses perumusan pengembangan protokol implementasi timbang terima

pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Pertanyaan juga

ditujukan untuk menggali informasi tentang manfaat, hambatan, faktor

pendukung, upaya untuk mengatasi hambatan dalam proses perumusan

41

Universitas Sumatera Utara


pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover di ruang rawat inap. Instrumen panduan telah diuji validitasnya

oleh 3 expert manajemen keperawatan. yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep,

2) Misrah Panjaitan, S.Kep, Ns, M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar, S.Kep, Ns,

M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk

instrument panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert kedua

didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion

adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrument

panduan focus group discussion adalah 1. Hasil perhitungan atas uji validitas yang

telah dilakukan maka didapatkan bahwa panduan focus group discussion tersebut

dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1.

Format timbang terima sebagai lembar observasi partisipan

Lembar observasi terdiri dari 22 item pernyataan terkait kegiatan yang harus

dilakukan oleh perawat saat implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover di ruang rawat inap. Pernyataan tentang kegiatan persiapan,

kegiatan introduksi, kegiatan pertukaran informasi, kegiatan keterlibatan pasien

dan kegiatan safety scan. Skor 1 diberikan apabila kegiatan dalam pernyataan

dilakukan dan skor 0 apabila kegiatan dalam pernyataan tidak dilakukan. Uji

validitas lembar observasi telah diuji validitasnya oleh 3 expert manajemen

keperawatan yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep,Ns,M.Kep, 2) Misrah Panjaitan,

S.Kep,Ns,M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep.

42

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk

instrument panduan observasi adalah 1, hasil dari expert kedua didapatkan

content validity untuk instrument panduan observasi adalah 1, hasil dari expert

ketiga didapatkan content validity untuk instrument panduan observasi adalah 1.

Ada beberapa item pertanyaan yang harus diperbaiki yaitu item 1, 4, 13, 14, 15,

16 dan 17. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka

didapatkan panduan observasi tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1

Kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan

Kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dikembangkan

sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terdiri

dari 18 pernyataan dan data demografi pasien yaitu: jenis kelamin, umur,

pendidikan, agama, suku, hari rawatan, dan kebangsaan. Tujuan kuesioner

kepuasan pasien untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien tentang pelayanan

keperawatan. Setiap pernyataan terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu sangat puas

diberi nilai 5 (lima), puas diberi nilai 4 (empat), tidak ada pendapat diberi nilai 3

(tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas diberi nilai 1 (satu).

Uji validitas instrumen kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan dilakukan oleh 3 expert dalam manajemen keperawatan yaitu:

1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, 2) Misrah Panjaitan,S.Kep,Ns,M.Kep, dan

3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama

didapatkan content validity untuk instrumen kuesioner kepuasan pasien adalah 1,

hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument kuesioner

kepuasan pasien adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity

untuk instrumen kuesioner kepuasan pasien adalah 1. Hasil perhitungan atas uji

43

Universitas Sumatera Utara


validitas yang telah dilakukan maka didapatkan kuesioner kepuasan pasien

tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1.

Uji reliabilitas menggunakan internal consistency dengan menguji

instrumen dan dilakukan analisis untuk menentukan nilai cronbach alpha,

interpretasi nilai reliabilitas dengan cronbach alpha minimal 0.70 adalah baik,

akan tetapi bila nilai 0.80 maka nilai tersebut diharapkan (Polit & Back, 2012).

Uji reliabilitas instrumen kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan dengan nilai

0.93, dari nilai cronbach alpha tersebut artinya instrumen dinyatakan reliabel

untuk mengukur variabel yang diteliti.

Kuesioner kepuasan kerja perawat

Kuesioner kepuasan kerja perawat dikembangkan sendiri oleh peneliti

dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terdiri dari 18 pernyataan

dan data demografi perawat yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan

lama bekerja. Kuesioner kepuasan kerja perawat merupakan upaya meningkatkan

komunikasi perawat antar shift. Setiap pernyataan terdiri dari 5 pilihan jawaban

yaitu sangat puas diberi nilai 5 (lima), puas diberi nilai 4 (empat), tidak ada

pendapat diberi nilai 3 (tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas

diberi nilai 1 (satu).

Uji validitas instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat telah dilakukan

oleh 3 expert manajemen keperawatan yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep,

2) Misrah Panjaitan,S.Kep,Ns,M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep.

Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk

instrument kuesioner kepuasan kerja perawat adalah 1, hasil dari expert kedua

44

Universitas Sumatera Utara


didapatkan content validity untuk instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat

adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrumen

kuesioner kepuasan kerja perawat adalah 1. Hasil perhitungan atas uji validitas

yang telah dilakukan maka didapatkan kuesioner kepuasan kerja perawat tersebut

dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1.

Uji reliabilitas menggunakan internal consistency dengan menguji

instrumen dan dilakukan analisis untuk menentukan nilai cronbach alpha,

interpretasi nilai reliabilitas dengan cronbach alpha minimal 0.70 adalah baik,

akan tetapi bila nilai 0.80 maka nilai tersebut diharapkan (Polit & Back, 2012).

Uji reliabilitas instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat dilakukan di RSU

Imelda Pekerja Indonesia Medan dengan nilai 0.93, dari nilai cronbach alpha

tersebut artinya instrumen dinyatakan reliabel untuk mengukur variabel yang

diteliti.

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah prosedural action research dalam pengembangan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang

rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan adalah sebagai

berikut :

Tahap reconnaisance (Tahap persiapan)

Reconnaissance merupakan preliminary study atau studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan berdasarkan

data yang terkumpul dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data. Pada

tahap ini peneliti mengidentifikasi setting penelitian diruang rawat inap Rumah

45

Universitas Sumatera Utara


Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Peneliti melakukan focus group

discussion dengan kepala ruangan, ketua tim dan 4 orang perawat pelaksana.

Tujuan dari focus group discussion adalah untuk mengetahui persepsi partisipan

tentang implementasi timbang terima pasien yang telah berjalan selama ini,

kemudian peneliti melakukan observasi terhadap implementasi timbang terima

pasien yang telah berjalan selama ini.

Selain itu juga peneliti melakukan pengukuran kepuasan kerja perawat

dengan menggunakan kuisioner kepuasan kerja peawat dan pengukuran kepuasan

pasien terhadap pelayanan keperawatan dengan menggunakan kuisioner kepuasan

pasien. Hasil focus group discussion dan observasi ini kemudian dianalisa untuk

memperoleh masalah terkait implementasi timbang terima pasien di ruang rawat

inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

Siklus action research

Siklus action research dibagi kedalam 4 langkah yaitu planning, acting,

observing dan reflecting. Selanjutnya akan dijelaskan kegiatan pada masing-

masing tahap.

Planning

Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan tindakan atau kegiatan

yang bersifat tentatif yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan (Kemmis &

Taggart, 1988). Perencanaan tindakan ini dimulai dengan merumuskan tujuan

perencanaan yaitu mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas

46

Universitas Sumatera Utara


Sumatera Utara Medan, kemudian kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan

strategi apa yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perencanaan.

Kegiatan yang direncanakan pada tahap ini antara lain: 1) merencanakan

pertemuan dengan pihak manajerial Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Medan, 2) merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur timbang

terima pasien pada tahap reconnaissance, 3) merencanakan jadwal perumusan

pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover.

Strategi yang dilakukan adalah: 1) membina hubungan saling percaya

dengan partisipan, 2) membangun pola fikir partisipan tentang pentingnya

protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover

bagi praktek keperawatan, dan 3) melakukan pendekatan terhadap pimpinan

rumah sakit, pimpinan keperawatan dan jajarannya untuk mendapat dukungan

dalam penelitian.

Acting dan Observing

Tahap ini merupakan tahap penerapan atas rencana tindakan yang telah

disusun. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) melakukan pertemuan

dengan pihak manajerial, 2) sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur timbang

terima pasien pada tahap reconnaissance, dan 3) perumusan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pada tahap

ini peneliti melakukan pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan partisipan.

Apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya atau tidak.

47

Universitas Sumatera Utara


Reflecting

Tahap ini merupakan tahap penilaian atas kegiatan yang telah dijalani

selama siklus dalam action research. Tujuan pada tahap ini adalah menilai

kemajuan, kelemahan dan kendala apa saja yang ditemukan oleh partisipan selama

proses kegiatan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover dilakukan. Setelah itu peneliti berupaya untuk

memahami, memaknai dan menyimpulkan data-data yang ditemukan. Pada tahap

ini peneliti melakukan focus group discussion dengan kepala seksi keperawatan,

kepala ruangan, ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana. Tujuan dari focus group

discussion adalah untuk menggali persepsi partisipan dalam memberikan masukan

tentang faktor pendukung dan penghambat dalam perumusan pengembangan

protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover.

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel yang diteliti adalah pengembangan protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover. Defenisi operasional

pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover yang dimaksud pada penelitian ini adalah pengembangan suatu

protokol implementasi timbang timbang terima pasien yang dilakukan oleh

perawat antar shift dengan metode action research.

48

Universitas Sumatera Utara


Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif yang

diperoleh dari hasil focus group discussion tahap reconnaissance dan focus group

discussion tahap reflection dan hasil observasi. Analisis data kualitatif dilakukan

dengan terlebih dahulu menyusun transkrip data kualitatif. Transkrip selanjutnya

dianalisis menggunakan metode content analysis. Peneliti melakukan content

analysis menurut Setiawan (2012) dengan menggunakan 10 tahapan yaitu: 1)

menyusun dan membaca keseluruhan transkrip dan mengulanginya bila dirasa

perlu, 2) mengidentifikasi pernyataan signifikan dari setiap teks yang terdapat

dalam transkrip, 3) menuliskan pernyataan signifikan kedalam tabel, 4)

mengidentifikasi pernyataan signifikan untuk memastikan tidak ada pernyataan

signifikan yang terlewatkan, 5) melakukan sorting dengan ascending mode,

6) memberikan kode untuk setiap pernyataan signifikan, 7) mengelompokkan

koding yang sama dalam suatu kategori, 8) mengecek kembali kesesuaian

penempatan pernyataan signifikan dibawah satu kategori, 9) mengelompokkan

kategori yang sejenis, dan 10) menentukan tema atau sub tema. Peneliti

menggunakan software weft QDA dalam melakukan content analysis. Program ini

memungkinkan seluruh data akan dimasukkan kedalam komputer, setiap bagian

dari data diberi kode. Kemudian teks lain yang sesuai dengan kode tersebut

dikelompokkan untuk kemudian dianalisa.

Data kuantitatif diperoleh dari self report kuisioner kepusan pasien dan

kuisioner kepuasan kerja perawat. Analisis data kuantitatif berupa data kepuasan

pasien dan kepuasan perawat dianalisa dengan menggunakan uji statistik non

parametrik. Data tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan

49

Universitas Sumatera Utara


dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat rata-rata (mean)

kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Data tentang kepuasan kerja

perawat dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat rata-rata

(mean) kepuasan kerja perawat.

Keabsahan Data

Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang

berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan

memperjelas data dengan fakta-fakta aktual dilapangan. Menurut Lincoln dan

Guba (1985) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data penelitian

kualitatif yaitu: credibility, transferability, dependability dan comfirmability.

Credibility

Peneliti dengan menggunakan teknik prolonged engagement untuk

membangun kepercayaan antara peneliti dan partisipan. Prolonged engagement

dilakukan peneliti dengan cara saling mengenal terhadap partisipan selama

beberapa bulan pada tahap reconnaissance. Pendekatan-pendekatan yang

dilakukan meliputi pendekatan kepada pihak manajemen atau pihak pengambil

keputusan. Pendekatan juga dilakukan kepada para perawat pelaksana yang

terlibat dalam penelitian.

Transferability

Penelitian ini dapat digunakan pada setting yang berbeda. Kriteria ini

dipenuhi peneliti dengan menjelaskan secara rinci data yang diperoleh termasuk

juga situasi organisasi dan geografis tempat penelitian serta temuan yang

diperoleh. Semua data tersebut dibuat dalam satu deskripsi tebal (thick

50

Universitas Sumatera Utara


description) untuk memungkinkan seseorang tertarik dalam membuat transfer

untuk mencapai kesimpulan apakah transfer dapat dipikirkan sebagai

kemungkinan.

Dependability

Memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan konteks yang sama,

metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil penelitian yang diperoleh

juga akan sama. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan secara detail

setiap proses penelitian kepada pembimbing untuk menilai apakah proses dan

hasil yang diperoleh sudah sesuai sehingga data yang diperoleh dari hasil

penelitian dapat lebih objektif.

Comfirmability

Upaya untuk menciptakan kepastian data penelitian. Hal ini dilakukan

peneliti dengan metode triangulation, check expert dan audit trail. Metode

triangulation untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang

diperoleh dengan data dari sumber lain, metode triangulation dilakukan peneliti

dengan melakukan metode pengumpulan data yang beragam terdiri dari observasi,

focus group discussion dan penyebaran kuisioner. Check expert dilakukan

kepembimbing untuk validasi hasil coding dan tema yang ditemukan saat

melakukan analisa data. Audit trail dilakukan dengan cara membuat tabel atau

diagram yang berisi tentang alur kegiatan secara rinci yang meliputi jenis

kegiatan, tujuan, sasaran, partisipan dan waktu pelaksanaan kegiatan.

51

Universitas Sumatera Utara


Pertimbangan Etik

Ethical clearance telah diperoleh dari Komisi Etik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan setelah partisipan

menyetujui keikutsertaan dalam penelitian dan menandatangani informed concent

yang berisi informasi terkait penelitian. Penelitian ini bersifat sukarela dan

partisipan berhak untuk menarik keikutsertaannya dalam penelitian kapan saja

diinginkannya (respect for human). Peneliti juga mengganti nama partisipan

dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh

partisipan(confidentiality). Informasi yang diberikan partisipan tidak akan

digunakan untuk sesuatu yang merugikan bagi pasien (beneficence).

Tabel 2: Kegiatan tahap reconnaissance pengembangkan protokol implementasi


timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat
inap Rumah Sakit USU Medan

Waktu Kegiatan
20 Maret 2017 s/d 1. merencanakan pertemuan dengan pihak manajerial
dan rencana pertemuan dengan kepala ruangan rawat
13 Mei 2017 inap Rumah Sakit USU Medan
2. Melakukan prolonged engagement
3. Membuat pertemuan dengan melibatkan seluruh
partisipan secara bersama-sama
4. Menyampaikan langkah-langkah dari kegiatan yang
dilakukan selama penelitian
5. Menyampaikan batas waktu penelitian
6. Mencari informasi kembali secara menyeluruh
tentang setting penelitian

52

Universitas Sumatera Utara


10 Mei 2017 1. Melakukan focus group discussion dengan Kepala
bidang keperawatan, Kepala ruangan, Ketua tim dan
3 orang perawat pelaksana untuk mengetahui
persepsi partisipan tentang implementasi timbang
terima pasien yang telah berjalan selama ini
2. Focus group discussion menggunakan panduan
focus group discussion dan recorder
3. Lama focus group discussion 30 sampai 60 menit
4. Hasil focus group discussion dibuat dalam bentuk
transkrip dan dianalisis
5. Melakukan penyebaran kuesioner tentang kepuasan
kerja perawat
6. Melakukan penyebaran kuesioner tentang kepuasan
pasien
7. Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah
dibagikan sebelumnya kepada partisipan
8. Mengobservasi pelaksanaaan timbang terima pasien
10-13 Mei 2017 1. Melakukan analisa data
2. Melakukan member chacking terhadap hasil focus
group discussion dan penyebaran kuesioner kepada
partisipan

Tabel 3:Kegiatan tahap planning pengembangkan protokol implementasi


timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat
inap Rumah Sakit USU Medan
Waktu Kegiatan
15 Mei 2017 Merencanakan pertemuan dengan pihak manajerial Rumah
Sakit USU Medan
23 Mei 2017 Merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data pada
tahap reconnaissance kepada pihak rumah sakit
29 – 31 Mei 2017 Merencanakan perumusan protokol timbang terima pasien
dengan metode bedside handover.

Tabel 4:Kegiatan tahap acting pengembangkan protokol implementasi timbang


terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap
Rumah Sakit USU Medan
Waktu Kegiatan
22 Mei 2017 Melakukan pertemuan dengan pihak manajerial Rumah
Sakit USU Medan
23 Mei 2017 Sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap
reconnaissance kepada pihak rumah sakit
29-31 Mei 2017 Perumusan protokol timbang terima pasien dengan metode
bedside handover

53

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5:Kegiatan tahap observing pengembangkan protokol implementasi
timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap
Rumah Sakit USU Medan

Waktu Kegiatan
07-12 Juli 2017 Mengobservasi partisipan proses perumusan protokol
implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside
handover
12 juli 2017 Melakukan member chacking terhadap hasil observasi

Tabel 6:Kegiatan tahap reflecting pengembangkan protokol implementasi


timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat
inap Rumah Sakit USU Medan

Waktu Kegiatan
24 Juli 2017 1. Melakukan focus group discussion dengan kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
2. Focus group discussion menggunakan panduan FGD
dan recorder
3. Lama focus group discussion 30 sampai 60 menit
4. Hasil focus group discussion dibuat dalam bentuk
transkrip dan dianalisis
24 – 26 Juli 2017 1. Melakukan analisa data
2. Melakukan member chacking terhadap hasil FGD

54

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu rumah sakit Perguruan Tinggi Negeri yang soft launching

pada tanggal 28 Maret 2016, berlokasi di jalan Dr. Mansyur Medan. Visi Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara Medan adalah sebagai pusat pengembangan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK) 2025. Misi Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara Medan ada 2 (dua) yaitu: 1) meningkatkan

mutu Dokter, Dokter Spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu pelayanan

kesehatan khususnya di sumatera bagian utara, dan 2) mengembangkan

IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang ilmu kedokteran dan

kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang. Motto Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan adalah: Kualitas, Aman dan Bersahabat

(Quality, Safety and Friendly) yang menganut dua nilai dasar yaitu nilai pertama

Salus aegroti suprema lex yakni kepulihan pasien adalah hukum tertinggi

(pelayanan berorientasi kepada pasien) dan nilai kedua Primum non nucere, yakni

tidak membahayakan (patient safety).

55

Universitas Sumatera Utara


Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah rumah sakit tipe C

dengan akreditasi paripurna bintang lima merupakan satu tolak ukur agar

pelayanan pasien dan peningkatan mutu memiliki standar. Pelayanan UGD 24

jam, klinik umum, klinik KIA, klinik gigi, layanan klinik spesialis dasar (penyakit

dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri & ginekologi), klinik spesialis lainnya

(mata, THT, syaraf, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, jantung dan

pembuluh darah), layanan farmasi, layanan diagnostik penunjang, rawat inap

dengan kapasitas 400 tempat tidur. Pada tahun 2016 pasien rawat jalan di Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara Medan mencapai hampir 2000 orang dan pasien

rawat inap mencapai 50 orang per harinya. Sejak 1 April 2017 Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara secara resmi membuka pelayanan praktek bersama

dokter spesialis. Susunan Struktur organisasi Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara Medan sebagai berikut :

Gambar 3 : Struktur organisasi Rumah Sakit USU Medan.

56

Universitas Sumatera Utara


Proses Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien

Dengan Metode Bedside Handover

Proses pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover dilakukan melalui action research selama 20

minggu yang dibagi kedalam 2 tahap. Tahap pertama merupakan tahap

reconnaissance yaitu mulai dari identifikasi setting penelitian hingga

mendapatkan masalah yang akan diteliti. Tahap kedua merupakan siklus action

research yang terdiri dari planning, acting, observing dan reflecting.

Tahap reconnaissance

Tahap reconnaissance dilakukan selama 8 minggu sejak 20 Maret 2017

hingga 13 Mei 2017. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengidentifikasi setting

penelitian dan identifikasi masalah terkait implementasi timbang terima pasien di

ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit USU Medan. Agar dapat mengidentifikasi

masalah maka peneliti melakukan pendekatan dengan cara berbaur dengan

partisipan, selain itu peneliti juga melakukan pendekatan dengan pihak

manajemen rumah sakit untuk mendapatkan izin penelitian dan dukungan dalam

pelaksanaan dalam penelitian ini.

Data yang diperoleh pada tahap reconnaissance terdiri dari : 1) setting

penelitian, 2) persepsi perawat tentang implementasi timbang terima pasien,

3) tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, dan 4) tingkat

kepuasan kerja perawat. Untuk memperoleh data tersebut peneliti melakukan

beberapa teknik pengumpulan data yaitu focus group discussion, observasi,

penyebaran kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan

kuesioner kepuasan kerja perawat.

57

Universitas Sumatera Utara


Setting tempat penelitian

Rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan memiliki ruangan rawat

inap dengan kapasitas 400 tempat tidur tetapi masih 4 ruangan rawat inap yang

difungsikan yaitu ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II dan ruang kelas III.

Penelitian pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan

metode bedside handover dilakukan di ruang cendana Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara Medan. Denah ruang cendana Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara Medan dapat terlihat pada gambar 4 dibawah ini :

Gambar 4 : Denah ruang cendana Rumah Sakit USU Medan

Ruang cendana merupakan ruang dengan fasilitas kelas I. Ada 10 ruangan

dan 1 ruangan terdapat 2 kapasitas pasien dewasa. Ruang cendana memiliki

tenaga perawat sebanyak 19 orang dan bidan 1 orang. Metode penugasan dalam

58

Universitas Sumatera Utara


memberikan asuhan keperawatan yang dijalankan di ruang cendana adalah metode

tim, sehingga memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, dan

memungkinkan terjalinnya komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi

sehingga akan memberikan kepuasan pada anggota tim. Ruang cendana dipimpin

oleh kepala ruangan dan 3 orang ketua tim. Untuk lebih jelasnya tentang struktur

organisasi ruang cendana Rumah Sakit USU Medan dapat terlihat pada gambar 5

dibawah ini :

Gambar 5 : Struktur organisasi ruang cendana Rumah Sakit USU Medan

59

Universitas Sumatera Utara


Persepsi perawat tentang implementasi timbang terima pasien

Pada tahap reconnaissance peneliti melakukan focus group discussion

dengan partisipan kepala ruangan, ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana. focus

group discussion dilakukan selama 50-60 menit, ditemukan 5 tema yaitu: 1)

pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap, 2) manfaat

dilaksanakannya timbang terima pasien, 3) kendala dalam melaksanakan timbang

terima pasien, 4) cara mengatasi kendala dalam melaksanakan timbang terima

pasien, dan 5) harapan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien.

Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap

Partisipan menyatakan bahwa pelaksanaan timbang terima pasien di ruang

rawat inap yaitu : 1) belum optimal hanya di ners station, 2) tidak langsung

didepan pasien, 3) dengan model status saja, dan 4) tidak memiliki SPO yang

baku. Pelaksanaan timbang terima pasien ini dinyatakan oleh beberapa partisipan

seperti pada ungkapan berikut ini:

“.......pernah saya coba ada semacam pre comprence dulu disitu kita
bahas, bagi, terkait hal yang umum untuk semua pasien baru kemudian
bed to bed, baru kemudian kembali lagi untuk post, menanyakan apa yang
akan direncanakan oleh tim, itu rencana, yang terjadi adalah itu kemudian
kami pertahankan menjadi hanya balik lagi hanya di ners station saja”
(P1. L25-L29).
“......banyak misalnya yang sudah dioperkan ini-ini tetapi tetap tidak
langsung ke depan pasien” (P2. L53-L54).
“Kita hanya model status aja, ini yang sudah dilakukan, ini yang hal yang
perlu ditindak lanjuti, ini yang perlu difoto, ini aja sich” (p2. L55-L56).
“SOP untuk timbang terima belum ada” (P4.L89)

60

Universitas Sumatera Utara


Pernyataan partisipan tentang pelaksanaan timbang terima pasien ini sesuai

dengan hasil observasi yang dilakukan. Observasi pelaksanaan timbang terima

pasien yang dilakukan terhadap shift pagi, shift siang dan shift malam.

Hasil uji statistik deskriptif terhadap pelaksanaan timbang terima pasien,

memperoleh data pelaksanaan timbang terima dari 22 kegiatan mayoritas

partisipan tidak melakukan, dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini :

Tabel 9 :
Observasi pelaksanaan timbang terima pasien (n=18)
Kegiatan Kategori
Melakukan % Tidak Melakukan % Total %
(n) (n) (n)
1 18 100 0 0 18 100
2 18 100 0 0 18 100
3 0 0 18 100 18 100
4 0 0 18 100 18 100
5 18 100 0 0 18 100
6 0 0 18 100 18 100
7 0 0 18 100 18 100
8 10 55,56 8 44,44 18 100
9 6 33,33 12 66,67 18 100
10 6 33,33 12 66,67 18 100
11 6 33,33 12 66,67 18 100
12 18 100 0 0 18 100
13 10 55,56 8 44,44 18 100
14 0 0 18 100 18 100
15 0 0 18 100 18 100
16 0 0 18 100 18 100
17 0 0 18 100 18 100
18 0 0 18 100 18 100
19 0 0 18 100 18 100
20 0 0 18 100 18 100
21 0 0 18 100 18 100
22 18 100 0 0 18 100

61

Universitas Sumatera Utara


Manfaat pelaksanaan timbang terima pasien

Partisipan menyatakan bahwa manfaat pelaksanaan timbang terima pasien

yaitu: 1) untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan, 2)

manfaat bagi perawat untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan

keperawatan selanjutnya, dan 3) manfaat bagi pasien diantaranya pasien

mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, Manfaat pelaksanaan timbang

terima pasien ini dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan

berikut ini:

“.......saat berkomunikasi melanjutkan ee pekerjaan aktivitas keperawatan


terkait dengan asuhan yang diberikan kepasien dari shift sebelumnya ke
shift berikutnya.......” (P1. L71-L73)
“.......dari handover itu lah kita tahu apa yang sudah dilakukan , apa yang
sudah didapat dengan pasien ini, dan apa tindakan yang akan dilakukan,
jadi kalau misalnya operan tidak ada maka semuanya akan missing” (P2.
L71-L80).
“Pokoknya semuanya diobservasi dari sebelumnya observasi pengkajian,
intervensi, implementasi keperawatan gitu khan sampai dengan evaluasi
semuanya disampaikan ketika operan dari shift sebelumnya ke shift
selanjutnya nya gitu” (P3. L82-L85)

Kendala dalam melaksanakan timbang terima pasien

Partisipan menyatakan bahwa kendala dalam pelaksanaan timbang terima

pasien yaitu: 1) keterbatasan waktu, 2) tidak adanya arahan dari pimpinan

keperawatan tentang bagaimana seharusnya timbang terima pasien yang efisien

waktu dan efektif, 3) banyaknya tugas tambahan perawat di ruangan, 4)

kurangnya motivasi perawat dalam melaksanakan timbang terima pasien, dan 5)

waktu pelaksanaan visit dokter bersamaan dengan waktu pelaksanaan timbang

terima pasien. Kendala pelaksanaan timbang terima pasien dinyatakan oleh

beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

62

Universitas Sumatera Utara


“......mungkin apa ya ee masukan dari teman-teman juga dari tim juga
bahwa kalau kita pre, bed to bed, post , ribet, lama” (P1. L42-L43)
“......hanya saja kita masih belum menemukan yang apa yang membuat itu
bisa cepat sehingga bed to bed itu bisa terkejar juga gitu” (P1. L46-L47)
“....karena jujur aja masih kebanyakan bukan tugas-tugas keperawatan
yang disitu terlaksana tapi apa namanya, ee..kolaboratif termasuklah
terapi pemberian terapi obat ini. Nah Itu dikumpulkan semua catatan
pemberian obat kemudian dibundel jadi satu” (P1. L98-L100)
“....kalau memang shift sebelumnya melakukan apa yang harus dia
lakukan dan mencatat semua apa yang udah dia kerjakan, tinggal
mencatat saja, sebenarnya nggak lama” (P2. L112-L114).
“nah satu lagi ada dokter yang visit datang pas waktu operan, jadi
terbagi. Kadang misalnya dipagi bisalah ya, PP nya bisalah ke pasien
gitu khan, dokter visit pas waktu operan, khan memakan waktu juga.
mengganggu ritme” (P2. L115-L118)

Cara mengatasi kendala pelaksanaan timbang terima pasien

Partisipan menyatakan bahwa cara untuk mengatasi kendala pelaksanaan

timbang terima yaitu: 1) saling percaya antara perawat shift berikutnya dengan

perawat shftt sebelumnya, dan 2) mengatur waktu pemberian obat pasien. Cara

mengatasi kendala pelaksanaan timbang terima pasien dinyatakan oleh beberapa

partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“.......nah sejauh ini metode yang begitu memang ee jadinya apa ya ee


high trustlation shift ya, percaya bahwa kawan shift sebelumnya sudah
eee melaporkan apa yang betul-betul dilakukan mereka tanpa kita ke bed
pasien”(P1. L37-L39)
“....buat jam-jam pemberian obat yang ee.. dibakukan diruangan, jadi
setiap jam sekian untuk yang 1x 24 jam, 3 kali, 2 kali dan segala
macamnya itu untuk injeksi, oral dan cairan itu kita plot jam-jam nya tapi
terkecuali pada kasus emergency, misalnya ada obat-obat ekstra untuk
kondisi pasien yang harus dapat ini gitu”(P1. L122-L126

63

Universitas Sumatera Utara


Harapan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien

Partisipan menyatakan bahwa harapan terhadap pelaksanaan timbang

terima pasien yaitu: 1) agar ada SOP timbang terima serta diperlukan sosialisasi

kepada seluruh perawat dengan cara role play, dan 2) agar pelaksanaan timbang

terima pasien seragam diruang rawat inap. Harapan terhadap pelaksanaan timbang

terima pasien dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut:

“mungkin perlu ini juga , ya SOP itu tadi kan, apa-apa yang musti
disampaikan dengan format itu, dengan cara apa bahkan kata-katanya,
perlu di ini lagi, perlu di role play-kan” (P.1 L147-L148)
“kami berharap outputnya nanti yang berupa SOP lebih detail lagi, betul-
betul harus diarahkan lagi” (P.1 L207-L208)
“kalau saya ya, harapan kedepannya bisa seragam di semua
ruangan”(P4. L153)

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan

Kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan disebarkan

kepada 30 orang pasien yang di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara Medan. Dari 30 responden diperoleh hasil bahwa 5 orang

responden (16,70%) menyatakan tidak puas, 13 orang responden (43,30%)

menyatakan puas, dan 2 orang responden (6,70%) menyatakan sangat puas

dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap kelas I dan VIP Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan. Frekwensi kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan sebelum aplikasi implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan dapat dilihat pada tabel 12 berikut :

64

Universitas Sumatera Utara


Tabel 10 :
Distribusi frekwensi kepuasan pasien sebelum aplikasi (n=30)
Kategori F %

Tidak Puas 5 16,70

Tidak Ada Pendapat 10 33,30

Puas 13 43,30

Sangat Puas 2 6,70

Tingkat kepuasan kerja perawat

Kuesioner kepuasan kerja perawat disebarkan kepada 18 orang perawat di

ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Dari 18

responden diperoleh hasil bahwa orang 8 responden (44,40%) menyatakan puas

dan 1 orang responden (5,60%) menyatakan sangat puas dengan pekerjaannya

sebagai perawat di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara Medan. Frekwensi kepuasan kerja perawat sebelum aplikasi implementasi

timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas

I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dapat dilihat pada tabel 13 :

Tabel 11 :
Distribusi frekwensi kepuasan perawat sebelum aplikasi (n=18)
Kategori F %

Tidak Ada Pendapat 9 50,00

Puas 8 44,40

Sangat Puas 1 5,60

65

Universitas Sumatera Utara


Hasil tahap reconnaissance yang telah dilaksanakan ditemukan

permasalahan yaitu kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien di

ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan yang

dapat dilihat dari : 1) pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap

belum optimal, 2) tidak memiliki SOP yang baku yang dapat dijadikan acuan bagi

perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien, 3) rendahnya motivasi perawat

dalam pelaksanaan timbang terima pasien, 4) tidak adanya arahan dari pimpinan

keperawatan tentang bagaimana seharusnya timbang terima pasien yang efisien

waktu dan efektif, 5) rendahnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan, dan 6) rendahnya tingkat kepuasan kerja perawat di ruang rawat

inap kelas I dan VIP Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti melakukan proses action

research untuk melakukan pengembangan protokol implementasi timbang terima

pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I dan VIP

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

66

Universitas Sumatera Utara


Siklus Action Research

Pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan

metode bedside handover di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan

dilaksanakan melalui proses action research dengan beberapa kegiatan pada

masing-masing tahapannya. Selanjutnya akan dijelaskan kegiatan yang dilakukan

oleh peneliti pada setiap tahapan action research.

Tahap planning

Tahap planning merupakan tahap kedua penelitian untuk menyusun

tentative protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

Tentative protokol ini disusun agar dapat menjadi panduan bagi perawat dalam

melaksanakan timbang terima pasien. Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei

2017 dan bertujuan menyusun perencanaan dalam pengembangan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang

rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

Peneliti merencanakan beberapa kegiatan untuk mencapai tujuan

penelitian yaitu: 1) merencanakan pertemuan dengan tim manajemen keperawatan

untuk penjelasan tentang kegiatan penelitian dan manfaat penelitian ini bagi

peningkatan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara Medan, 2) merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur

timbang terima pasien pada tahap reconnaissance, dan 3) merencanakan jadwal

perumusan protokol timbang terima pasien yang rencananya akan dilaksanakan

pada tanggal 29 Mei 2017.

67

Universitas Sumatera Utara


Tahap acting dan observation

Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 12 Juli

2017. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan

pada tahap planning. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini terdapat kegiatan

yaitu: 1) pertemuan dengan tim manajemen keperawatan, 2) sosialisasi hasil

pengumpulan data prosedur timbang terima pasien pada tahap reconnaissance,

dan 3) perumusan protokol timbang terima pasien perumusan pengembangan

protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover.

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pertemuan dengan tim

manajemen keperawatan. Peneliti melakukan pertemuan dengan Kepala Seksi

Keperawatan, Komite Keperawatan, Kepala Instalasi Rawat Inap, dan Kepala

ruangan rawat inap kelas I pada tanggal 22 Mei 2017. Pada pertemuan tersebut

peneliti menjelaskan tentang penelitian action research yang akan dijalankan di

Rumah Sakit USU Medan. Kepala Seksi Keperawatan juga menyatakan

dukungannya terhadap penelitian tersebut dan akan mendampingi setiap kegiatan

penelitian yang akan dilaksanakan.

Kegiatan kedua adalah sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap

reconnaissance yang telah dilaksanakan peneliti kepada Kepala Seksi

Keperawatan, Komite Keperawatan, Kepala Instalasi Rawat Inap, dan Kepala

ruangan rawat inap kelas I. Hasil observasi peneliti menemukan tahapan-tahapan

pelaksanaan timbang terima pasien yang dilakukan perawat selama ini di ruang

rawat inap yaitu: 1) Kepala ruangan/ketua tim mengelompokkan pasien per tim

dilihat jumlah ketergantungannya, 2) mengkaji ulang kondisi pasien di nurse

station, 3) menggunakan format komunikasi SBAR dan nurse note, 4) harapan

68

Universitas Sumatera Utara


partisipan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien yaitu: timbang terima bed

to bed pasien dan ruang rawat inap memiliki SPO yang seragam disemua ruangan.

Peneliti menyampaikan tentang rencana penelitian action research untuk

mengembangkan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside

handover.

Kegiatan ketiga adalah perumusan protokol timbang terima pasien dengan

metode bedside handover. Pelaksanaan meeting koordinasi peneliti dengan tim

perumus dilakukan sebanyak 3 kali di ruang komite keperawatan Rumah Sakit

USU Medan. Pertemuan pertama tanggal 29 Mei 2017 bertempat di Ruang

komite keperawatan. Peneliti dan tim perumus membahas tentang: 1) penelitian

action research terkait pengembangan protokol timbang terima pasien dengan

metode bedside handover, 2) langkah-langkah dalam penyusunan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Hasil

pembahasan rapat adalah: 1) semua anggota tim sudah memahami tentang

penelitian action research, 2) peneliti menunjukkan referensi standard operating

protocol for implementing bedside handover in nursing (Chaboyer, McMurray, &

Wallis, 2010) terkait protokol implementasi timbang terima pasien dengan

metode bedside handover.

Pertemuan kedua tentang perumusan protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan pada tanggal 30 Mei

2017. Pertemuan ini membicarakan langkah-langkah dalam implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover berdasarkan referensi dan hasil

dari data yang diperoleh peneliti pada tahap reconnaissance. Hasil pembahasan

didapatkan bahwa masih kekurangan atau kelemahan dari langkah-langkah

69

Universitas Sumatera Utara


timbang terima pasien yang telah disusun. Ada beberapa perbaikan pada langkah

persiapan yaitu kejelasan tentang siapa melakukan apa dalam langkah persiapan

belum terlihat.

Pertemuan ketiga tentang perumusan protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan pada tanggal 31 Mei

2017 . Pertemuan ini membahas tentang finalisasi protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover. Format protokol yang digunakan

sesuai dengan tata naskah Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

Format protokol berisikan komponen: 1) pengertian, 2) tujuan, 3) kebijakan, 4)

prosedur, dan 5) unit terkait.

Hasil pembahasan didapatkan bahwa pengertian timbang terima pasien

dengan metode bedside handover yaitu metode transfer informasi (termasuk

tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang

berkelanjutan atau pertukaran antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur

pasien berdasarkan referensi dari Australian Comission for Safety and Quality in

Health Care.

Tujuan implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover dalam protokol ini dirumuskan ada 2 yaitu: 1) sebagai acuan bagi

perawat berbagi informasi antara perawat dan pasien untuk memastikan

kesinambungan perawatan dan merupakan proses interaktif, dan 2) terlaksananya

proses implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside. Kebijakan

protokol ini akan disahkan sesuai dengan SK Direktur tentang Kebijakan Mutu

Profesi Keperawatan di RS Universitas Sumatera Utara Medan.

70

Universitas Sumatera Utara


Prosedur implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover dalam protokol ini dirumuskan ada 3 tahap yaitu: 1) persiapan, 2)

pelaksanaan, dan 3) timbang terima lengkap. Tahap persiapan berisikan 6 langkah

yang harus dilakukan saat implementasi timbang terima pasien. Untuk prosedur

tahap pelaksanaan berisikan komponen-komponen yakni: introduksi, pertukaran

informasi, keterlibatan pasien, dan safety scan. Ada 9 langkah kegiatan yang

dilakukan pada tahap pelaksanaan yang harus dilakukan saat implementasi

timbang terima pasien. Tahapan terakhir adalah timbang terima lengkap yang

berisikan 2 langkah kegiatan sebagai penutup dari implementasi timbang terima

pasien.

Unit terkait protokol ini yaitu: 1) Direktorat Pelayanan Medik dan

Keperawatan, 2) Bidang Pelayanan Keperawatan, 3) Komite Keperawatan, dan 4)

Rawat inap. Pada pertemuan ini tim dan peneliti sudah menyepakati draft protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

Tahap reflection

Tahap reflection adalah tahapan akhir dari siklus action research yang

bertujuan untuk melakukan analisa, sintetis, interpretasi, dan menyimpulkan hal-

hal penting. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi mulai tanggal 24-26 Juli

2017 yaitu: 1) focus group disscation untuk menggali persepsi partisipan dalam

memberikan masukan tentang manfaat, hambatan, faktor pendukung dan usaha

mengatasi hambatan dalam proses perumusan pengembangan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover.

71

Universitas Sumatera Utara


Persepsi partisipan dalam proses perumusan pengembangan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover

Pada tahap reflection peneliti melakukan focus group discussion dengan 6

orang partisipan yang telah mengikuti seluruh tahapan pada penelitian

pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover di ruang rawat inap. Kegiatan focus group discussion dilakukan

pada tanggal 24 Juli 2017 selama 50-60 menit, ditemukan 5 tema yaitu: 1)

perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover, 2) hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover, 3) upaya mengatasi hambatan perumusan

protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover,

3) faktor pendukung perumusan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover, dan 4) manfaat perumusan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover.

Perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover

Kegiatan focus group discussion yang dilakukan pada 6 partisipan

didapatkan ada lima langkah untuk merumuskan protokol sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan yaitu: 1) mengumpulkan informasi terkait

resiko tindakan, 2) mengumpulkan informasi terkait pihak yang terlibat, 3)

menetapkan format penulisan SPO, 4) menulis konten/isi SPO, dan 5) membuat

draft SPO. Langkah perumusan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti

pada ungkapan berikut ini:

72

Universitas Sumatera Utara


“Tapi nanti lha kita sosialisasikan dan biar kita coba laksanakan ya di
satu ruangan. Biar nantinya bisa kita revisi kalau ada yg gak cocok bisa
kita perbaiki lagi” (P4. L37-L39)
“...ee..saya ikut senang kami diikutsertakan dalam proses merumuskan
SPO operan ini ya bu” (P6. L47-L48)

“Apalagi format yg kita gunakan menggunakan format tata naskah SPO


yg punya RS. Jadi memudahkan kami juga lha bu” (P1. L18-L20)
“...kalau menurut saya draft yang udah kita rumuskan ini bagus. Mudah-
mudahan nanti bisa kita sosialisasikan dan di uji cobakan di satu ruangan
ya” (P2. L25-L26)
“...isi protokol operannya dari pasien ke pasien menanyakan keluhan
langsung kepasien kalau menurut saya draft yang udah kita rumuskan ini
bagus” (P2. L24-L25)
“...konten dari SPO ini ada hal yang baru ya seperti keterlibatan pasien
dan safety scan lingkungan terasa agak sulit juga merumuskannya” (P3.
L31-L33)
“SPO yang kita rumuskan ini sudah sesuai dengan kondisi rumah sakit
kita. Mudah-mudahan draft ini dapat segera kita tindak lanjuti ya” (P5.
L43-L44)

Hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover

Hambatan yang ditemukan dalam perumusan protokol implementasi

timbang terima pasien dengan metode bedside handover adalah hambatan

individu atau perseorangan yaitu: 1) kehadiran kurang lengkap, 2) banyak

kesibukan, 3) kurang referensi, 4) orientasi pada konsep lama, dan 5) kurang

fokus. Hambatan perumusan implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan

berikut ini:

73

Universitas Sumatera Utara


“...kita gak pernah lengkap yang hadir pas rapat perumusan SPO itu”
(P1. L54-L55)
“...waktunya yang menghambat, untuk kedatangan tepat waktu ee
sedikit...” (P6. L103-L104)
“...misalnya aja mau kumpul susah, karena banyaknya kesibukan lain tim
perumus itu sendiri.. jadi susah untuk cari waktu yang pas” (P2. L63-L64)
“...kurangnya referensi mengenai timbang terima pasien dengan metode
bedside handover ini ya bu” (P3. L72-L73)
“...jadi orientasi berfikir kita masih pada konsep yang lama” (P3. L73)
“Proses diskusi kurang fokus salah satunya adalah karena handphone”
(P4. L86-L87)
“Kurang koordinasi kami sesama bidang yang lain, kesibukan kami
masing-masing dan susah untuk duduk bersama membahas suatu
perumusan” (P5. L94-L96)

Upaya mengatasi hambatan perumusan protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover

Upaya mengatasi hambatan perumusan protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) membuat aturan rapat, 2)

membuat undangan, 3) membuat tentative, dan 4) memotivasi staf . Upaya

mengatasi hambatan tersebut dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada

ungkapan berikut:

“Pada pertemuan rapat pertama kami sudah sepakati aturan rapat selama
penelitian ini” (P1. L58)
“Membuat undangan rapat 2 hari sebelumnya ya...dan jam nya itu kami
buat pas jam makan siang pasien atau pas jam istirahat untuk bagian
manajemen. Sesuai kesepakatan kami lha bu” (P2. L67-L69)
“Untuk masalah ini bisa kita atasi kerna peneliti sebelumnya sudah
membuat tentative secara operasional” (P3. L78-L79)
“...harus pintar-pintar membagi waktu eee gimana caranya kita itu nggak
memakan waktu yang lama. Karena penelitian ini juga penting yang
nantinya hasilnya juga untuk kami” (P6. L106-L107)

74

Universitas Sumatera Utara


Faktor pendukung pengembangan protokol implementasi timbang terima

pasien dengan metode bedside handover

Faktor pendukung dalam perumusan protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) adanya dukungan dari

direktur dan kepala seksi keperawatan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Medan sebagai key person, 2) ketersediaan fasilitas, 3) melibatkan perawat

pelaksana, dan 4) ketersediaan bahan dan materi. Hal ini sesuai dengan pernyataan

beberapa partisipan berikut ini:

“Adanya dukungan dari Direktur utama melalui Direktur diklat,


penelitian dan kerjasama telah memberikan kesempatan dan memo nya
eee... kepada peneliti (P1. L110-L112)
“ Fasilitas untuk rapat atau pertemuan kita tersedia. Kapan pun kita mau
pakai diizinkan” (P2. L116-L117)
“Adanya dukungan dari kepala seksi keperawatan” (P3. L123-L124)
“ Ikut melibatkan perawat pelaksana dalam merumuskan SPO ini ya bu”
(P4. L128-L129)
“ tersedianya bahan dan materi yang disediakan rumah sakit tentang
prosedur yang seharusnya di operan pasien itu seperti apa. Sehingga kami
termotivasi untuk merubah nya” (P5. 136-L138)

Manfaat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan

metode bedside handover

Partisipan menyatakan bahwa manfaat yang dirasakan pada saat

perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover yaitu: 1) menambah ilmu pengetahuan, 2) mengetahui peran dan posisi

masing-masing, 3) meminimalisir kesalahan, dan 4) menjaga konsistensi dalam

bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan berikut ini:

75

Universitas Sumatera Utara


“...banyak pengetahuan baru yang bisa kami share, jadi rapat tim perumus
ini bisa saling membuka wacana baru tentang tata cara protokol timbang
terima dirumah sakit ini” (P1. L145-L147)
“SPO nya jadi nampak teratur, lagian perawatnya jadi mengerti langkah-
langkahnya. Kayaknya ini bagus lha digunakan diruangan kita (P3. L157-
L158)
“...perawatnya jadi tau gitu, apa yang harus dikerjakan duluan, gitu bu.
Pokoknya protokol ini kayaknya lebih baik dan lebih terarah gitu lah bu”
(P4. L161-L163)
“Rumusan protokol ini memang membuat perawat jadi lebih mengerti
mau ngapain dengan pasien. Begitu juga sebaliknya pasien jadi merasa
dihormati gitu, diperlakukan dengan baik (P5.L167-L168)

Outcome Action Research

Proses action research yang dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan telah menghasilkan outcome yaitu telah

tersusunnya draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover dengan mengkombinasikan 5 komponen utama standard

operating protocol for implementing bedside handover in nursing (Chaboyer,

McMurray, & Wallis, 2010).

Komponen-komponen yang terdapat dalam draft protokol implementasi

timbang terima pasien dengan metode bedside handover adalah elaborasi dari 5

komponen utama yang berfungsi sebagai standar operasional bagi perawat dalam

melakukan timbang terima yakni: 1) persiapan, 2) introduksi, 3) pertukaran

informasi, 4) keterlibatan pasien, dan 5) safety scan. Komponen tersebut telah di

elaborasikan dengan langkah-langkah kerja dalam protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover, sehingga Rumah Sakit USU

Medan diharapkan dapat menggunakannya sebagai standar baku dalam

pelaksanaan timbang terima pasien antar shift.

76

Universitas Sumatera Utara


RECONNAISANCE (20 Maret 2017 hingga 13 Mei 2017)
Masalah yang ditemukan
1) pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap belum optimal, 2) tidak memiliki SOP yang baku yang dapat
dijadikan acuan bagi perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien, 3) rendahnya motivasi perawat dalam pelaksanaan
timbang terima pasien, 4) tidak adanya arahan dari pimpinan keperawatan tentang bagaimana seharusnya timbang terima pasien
yang efisien waktu dan efektif, 5) rendahnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, dan 6) rendahnya tingkat
kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap kelas I dan VIP Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

SIKLUS ACTION RESEARCH

ACTING dan OBSERVING


(22 Mei 2017 s/d 12 Juli 2017)
PLANNING (15 Mei 2017)
1. Tujuan 1. Melakukan pertemuan dengan pihak manajerial
Mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien Rumah Sakit USU Medan
dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah 2. Sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap
Sakit USU Medan. reconnaissance kepada pihak rumah sakit
3. Perumusan protokol timbang terima pasien
2. Planning dengan metode bedside handover
1. Merencanakan pertemuan dengan pihak menejerial Rumah
Sakit USU Medan
2. Merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur
timbang terima pasien pada tahap reconnaissance
3. Merencanakan jadwal perumusan protokol timbang terima
pasien

3. Strategi REFLECTING (24 s/d 26 Juli 2017)


1. Membina hubungan saling percaya dengan partispan
2. Membangun pola fikir partisipan tentang pentingnya 1. Menggali persepsi perawat dalam
timbang terima pasien dengan metode bedside handover pengembangan protokol timbang terima
bagi praktek keperawatan pasien dengan metode bedside handover
3. Melakukan pendekatan terhadap pimpinan rumah sakit, 2. Outcomes draft protokol implementasi
pimpinan keperawatan dan jajarannya untuk mendapat timbang terima pasien metode bedside
dukungan dalam penelitian ini handover

Gambar 6: Proses action research pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan
metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan.

77

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Proses Pengembangan Action Research

Penelitian ini menggunakan desain penelitian action research untuk

mengembangkan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside

handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan. Terdapat persamaan

dan perbedaan antara penelitian action research pengembangan protokol timbang

terima pasien dengan metode bedside handover dengan penelitian action research

yang dilakukan oleh Moore, Crozier, dan Kite (2011) yang mengembangkan

infrastruktur untuk pengembangan kapasitas penelitian di National Health Service

Foundation. Persamaan penelitian dapat dilihat dari waktu lamanya proses

penelitian dilakukan. Penelitian ini merupakan 1 siklus action reseach yang

dilakukan selama 3 bulan. Menurut Kemmis dan McTaggart (1988) bagi peneliti

action research pemula ada baiknya tidak melakukan siklus yang terlalu lama

karena akan sulit untuk mempertahankan komitmen dan mengkaji kemajuan

penelitian. Lamanya waktu untuk action research bervariasi antara 1 hingga 48

bulan (Waterman, 2001).

Perbedaan antara penelitian action research pengembangan protokol

timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan penelitian action

research yang dilakukan oleh Moore, Crozier, dan Kite (2011) dapat dilihat dari

metode pengumpulan data. Penelitian pengembangan protokol timbang terima

pasien dengan metode bedside handover menggunakan metode pengumpulan

data focus group discussion, observasi, self report dan field notes, sedangkan

78

Universitas Sumatera Utara


penelitian Moore, Crozier, dan Kite (2011) menggunakan metode pengumpulan

data in-depth interview dan focus group discussion. Menurut Sullivan, Hegney,

dan Francis (2013) sumber data untuk penelitian action research dapat

dikumpulkan melalui kombinasi interview, focus group discussion dan catatan

pasien. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti sesuai dengan

penjelasan Hegney dan Francis (2015), focus group discussion dan in-depth

interview seringkali digunakan untuk mengidentifikasi informasi dari issue di

setting penelitian hasilnya akan memberikan masukan positif atau negatif dari

setting penelitian.

Sebelum siklus action research dilakukan, terlebih dahulu peneliti

melaksanakan tahapan reconnaissance, bertujuan melakukan pendekatan dengan

tempat penelitian untuk mencari masalah penelitian yang tepat. Peneliti telah

mengidentifikasi kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien di ruang

rawat inap yang salah satunya adalah tidak memiliki SOP yang baku yang dapat

dijadikan acuan bagi perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien. Masalah

yang telah diidentifikasi peneliti dari tahap reconnaissance terdapat persamaan

dengan penelitian Nopriyanto (2017) belum optimalnya pelaksanaan timbang

terima di ruang rawat, faktor material tampak belum adanya SPO terkait timbang

terima. Barbosa, Mauro, Cristovao, dan Mangione (2011) menyatakan Standar

Prosedur Operasional (SPO) adalah petunjuk rinci yang dijelaskan untuk

mencapai keseragaman ketika melaksanakan fungsi tertentu. SPO juga dapat

dijadikan pantauan evaluasi dalam melakukan suatu pekerjaan.

79

Universitas Sumatera Utara


Masalah kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien di ruang

rawat inap yang lainnya adalah rendahnya motivasi perawat dalam pelaksanaan

timbang terima pasien, tidak adanya arahan dari pimpinan keperawatan tentang

bagaimana seharusnya timbang terima pasien yang efisien waktu dan efektif,

rendahnya tingkat kepuasan kerja perawat. Motivasi kerja merupakan suatu

dorongan yang menyebabkan seseorang mau melaksanakan suatu pekerjaan yang

menjadi tugas dan tanggung jawabnya (Mangkunegara, 2011).

Manajer memegang peranan penting dalam memotivasi staf untuk

mencapai tujuan organisasi. Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan manajer

dalam menciptakan suasana yang motivasi adalah mengembangkan kerjasama

tim. Ketika manajer sudah tidak melakukan peranannya maka terjadi penurunan

motivasi kerja perawat dan penurunan kepuasan perawat sehingga menimbulkan

kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien. Hal ini sejalan dengan

penelitian Safitri (2012) bahwa pelatihan operan dengan cara modern yang

dilakukan secara bedside handover menunjukkan adanya perbedaan bermakna

motivasi perawat dan kepuasan kerja perawat sebelum dan setelah diberi

pelatihan. Untuk dapat memberikan hasil yang terbaik prosedur kerja

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover harus

ditetapkan terlebih dahulu oleh manajemen sebagai dasar suatu proses

pelaksanaan operasional rumah sakit.

Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian action research adalah

tahapan planning. Peneliti merencanakan kegiatan untuk mencapai tujuan

penelitian dengan merencanakan pertemuan dengan tim manajemen keperawatan.

Hal ini sejalan dengan Kemmis dan McTaggart (1988) menerangkan bahwa pada

80

Universitas Sumatera Utara


tahap planning peneliti merencanakan tindakan yang bersifat tentative atau

sementara serta fleksibel terhadap perubahan sesuai kondisi partisipan

Tahap action, peneliti merumuskan protokol implementasi timbang terima

pasien dengan metode bedside handover. Protokol bukan hanya menjadi prosedur

kerja rutin yang harus dilaksanakan, tetapi berfungsi juga untuk mengevaluasi

pekerjaan yaang telah ditentukan, oleh karena itu proses penyusunannya pun tidak

bisa sembarangan. Perumusan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover berisikan langkah-langkah dalam implementasi

timbang terima pasien dengan metode bedside handover berdasarkan referensi dan

hasil dari data yang diperoleh peneliti pada tahap reconnaissance.

Persiapan di nurse station merupakan langkah pertama dalam draf

protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover.

Pada tahap ini, perawat yang akan pulang mempersiapkan dan memastikan

informasi yang akan disampaikan pada saat timbang terima. Persiapan yang

dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab, meliputi

informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya, kegiatan ini

dilakukan untuk menghindari kesalahan informasi yang akan diberikan

(Chaboyer, et al, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Chaboyer, McMurray,

dan Wallis (2010) menyatakan persiapan yang dilakukan oleh perawat dalam

memulai timbang terima pasien dengan metode bedside handover adalah 1)

menglokasikan pasien, 2) mengkaji ulang status pasien, 3) memberitahukan

kepada pasien timbang terima akan dimulai, dan 4) meminta keluarga dan

pengunjung lainnya untuk meninggalkan ruangan.

81

Universitas Sumatera Utara


Tahap berikutnya adalah tahapan pelaksanaan dimana perawat dalam

timbang terima pasien menyapa pasien dan perawat shift sebelumnya

memperkenalkan kepada pasien dan keluarganya perawat shift selanjutnya.

Tahapan ini sangat penting untuk membina hubungan saling percaya antara

perawat dan pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika

perawat tersebut memperhatikan kebutuhan dasarnya sebagai individu sehingga

menumbuhkan rasa percaya, keyakinan dan harapan terhadap pelayanan

keperawatan. M embina hubungan saling percaya, perawat terlebih dahulu harus

menanamkan sikap tertentu yaitu congruence, empathy dan non possesive Warmth

(Watson, 1979).

Pertukaran informasi dalam tahap pelaksanaan memungkinkan adanya

komunikasi dua arah antara perawat shift sebelumnya kepada perawat shift

selanjutnya. Pertukaran informasi dilakukan dengan sistematika penyampaian

metode SBAR. Semua informasi yang telah tercatat dalam status pasien

disampaikan secara berurutan dan ringkas, sehingga terjadi keseragaman

penyampaian informasi oleh perawat pelaksana pada saat timbang terima pasien.

Komunikasi antar perawat saat pertukaran informasi yang dilakukan disamping

tempat tidur pasien sangat penting dilakukan karena dapat meningkatkan

kepuasan kerja perawat. Hal ini sejalan dengan pendapat Spektor (1997)

bahwasanya komunikasi merupakan salah satu dari aspek penilaian kepuasan

kerja yang terdiri dari gaji, kesempatan promosi, pengawasan, keuntungan yang

didapat, prosedur dalam melakukan kerja, aspek sosial dalam pekerjaan,

komunikasi dan rekan kerja.

82

Universitas Sumatera Utara


Tahapan pelaksanaan dalam protokol timbang terima pasien dengan

metode bedside handover selain introduksi dan pertukaran informasi juga ikut

melibatkan pasien. Keterlibatan pasien sangat penting dalam proses timbang

terima pasien dengan metode bedside handover. Pasien dapat bertukar informasi

dengan staf mengenai aktivitas perawatan hari ke hari untuk memastikan tidak ada

kesalah fahaman antara penerima dan pemberi pelayanan kesehatan. Hal ini

sejalan dengan penelitian Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) menyatakan

kegiatan pada tahap keterlibatan pasien adalah: 1) bertanya kepada pasien jika

memiliki pertanyaan atau komentar, dan 2) memberikan kesempatan kepada

pasien untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi. Memahami pasien merupakan

cara perawat melibatkan pasien dalam pelayan kesehatan, mengetahui kebutuhan

pasien (need), keinginan pasien (demand) dan harapan pasien (expextasi).

Pemeriksaan keselamatan (safety scan) merupakan suatu tindakan

pemantauan sekeliling lingkungan yang dilakukan perawat dalam tahap

pelaksanaan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover.

Perawat harus melakukan pemeriksaan keselamatan terhadap lingkungan dan

perlengkapan pasien untuk mengidentifikasi resiko kesalahan dan keselamatan

yang dapat terjadi pada pasien. Hal ini sejalan dengan teori Watson (1979) salah

satunya carative factor yang ke 8 yakni menciptakan lingkungan mental, fisik,

sosial budaya dan spiritual yang mendukung. Jadi dalam timbang terima pasien

perawat memerlukan pemantauan sekeliling lingkungan pasien karena perawat

perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap

kesehatan kondisi penyakit pasien.

83

Universitas Sumatera Utara


Mekanisme timbang terima yang baik, yang ditunjukkan dengan adanya

standar proses maupun standar isi komunikasi yang diinformasikan akan

memberikan manfaat bagi keselamatan pasien. Pengembangan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dielaborasi

oleh peneliti dan tim sehingga perawat lebih fokus dan terarah dalam melakukan

timbang terima protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover, sehingga kesinambungan informasi dan keberlanjutan

pelayanan dapat dicapai untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

Pada tahap reflection peneliti melakukan focus group discussion untuk

mengevaluasi proses perumusan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian

berdasarkan persepsi partisipan menyatakan langkah-langkah dalam perumusan

protokol teridentifikasi lima kategori yaitu: 1) mengumpulkan informasi terkait

resiko tindakan, 2) mengumpulkan informasi terkait pihak yang terlibat, 3)

menetapkan format penulisan SPO, 4) menulis konten/isi SPO, dan 5) membuat

draft SPO. Menurut Sailendra (2015) dalam buku Pembuatan Standard Operating

Procedures tahapan teknis perumusan SPO adalah: 1) mengumpulkan informasi

terkait dengan metode pendekatan pengumpulan data, 2) mengumpulkan

informasi pelengkap, 3) menetapkan metode dan teknik penulisan SPO yang

dipilih, 4) melaksanakan penulisan SPO, dan 5) membuat draft pedoman SPO.

Proses perumusan suatu protokol tidak terlepas dari berbagai hambatan,

lingkungan internal tenaga kesehatan dan lingkungan eksternal diluar ruang

perawatan memberikan kontribusi yang tidak kalah pentingnya saat proses

84

Universitas Sumatera Utara


perumusan protokol ini. Hasil penelitian teridentifikasi yang menjadi hambatan

adalah hambatan individu atau perseorangan yaitu: 1) kehadiran kurang lengkap,

2) banyak kesibukan, 3) kurang referensi, 4) orientasi pada konsep lama, dan 5)

kurang fokus. Hal ini sejalan dengan Budihardjo (2014) menyatakan ada tiga

hambatan dalam penyusunan SPO yakni: hambatan individu, hambatan

organisasi, dan hambatan manajerial. Beberapa hambatan yang dimaksud penting

dikenal dan direkomendasikan agar dapat dipersiapkan antisipasinya.

Peneliti mengidentifikasi ada beberapa upaya untuk mengatasi hambatan

perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover yaitu: 1) membuat aturan rapat, 2) membuat undangan, 3) membuat

tentative, dan 4) memotivasi staf. Memulai rapat dengan tepat waktu dan akhiri

juga dengan tepat waktu. Selesai tepat waktu merupakan nasehat manajemen rapat

yang krusial. Harvey (1991) menyatakan mutu keperawatan dapat diukur dengan

pendekatan yang bottom-up. Dukungan dari pihak manajemen baik berupa

fasilitas fisik maupun support untuk memotivasi perawat sangat mempengaruhi

tercapainya mutu pelayanan keperawatan yang diinginkan. Oleh karena itu,

seorang manajer yang baik harus mampu membuat strategi agar hambatan dan

dukungan yang ada dapat ditelaah kembali yang bertujuan untuk memperlancar

proses perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover untuk kedepannya.

Komisi akreditasi rumah sakit (KARS, 2012), mensyaratkan rumah sakit

terakreditasi harus memiliki prosedur tertulis, yang bermanfaat untuk: 1)

memenuhi persyaratan standar pelayanan rumah sakit, 2) mendokumentasikan

langkah-langkah kegiatan, dan 3) memastikan perawat rumah sakit memahami

85

Universitas Sumatera Utara


pekerjaannya (KARS, 2012). Keterlibatan kepemimpinan sangat penting dalam

bertanggung jawab untuk membantu pemantauan dan memberikan panduan dalam

inisiatif perubahan ini, termasuk memantau kepuasan pasien dan memberikan

umpan balik kepada staf secara real time. Hal ini sesuai dengan pernyataan

partisipan bahwasanya faktor pendukung dalam perumusan protokol implementasi

timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) adanya

dukungan dari direktur dan kepala seksi keperawatan Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara Medan sebagai key person, 2) ketersediaan fasilitas, 3)

melibatkan perawat pelaksana, dan 4) ketersediaan bahan dan materi, adanya

protokol sementara yang sudah disusun oleh tim, protokol sementara ini

memudahkan perawat untuk mengingat komponen-komponen timbang terima

pasien dengan metode bedside handover yang akan dilaksanakan mulai dari

persiapan sampai selesai.

Outcome Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien

dengan Metode Bedside Handover

Proses penelitian 1 siklus action research ini sesuai dengan tujuan

penelitian bahwa outcome yang diharapkan adalah adanya draft protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang

rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan yang dapat

diaplikasikan oleh perawat sebagai pedoman dalam pelaksanaan timbang terima

pasien antar shift. Menurut Lesha (2014), penelitian action research sangat tepat

sekali bagi orang-orang yang berkeinginan untuk meningkatkan kinerja, atau juga

bagi suatu organisasi yang mengharapkan peningkatan kinerja secara bersama-

86

Universitas Sumatera Utara


sama. Penelitian dengan metode action research sangat baik dilakukan untuk

mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode

bedside handover karena dapat memberdayakan partisipan, menghasilkan

pengetahuan baru, sehingga akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik.

Pelajaran yang didapat dari Penelitian Action Research (Lesson Learned)

Pelaksanaan penilitian ini banyak memberikan pembelajaran bagi peneliti

dan partisipan (perawat) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas

Sumatera Utara Medan. Pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti adalah peneliti

dapat belajar lebih dalam lagi tentang penggunaan desain penelitian action

research dalam pengembangan inovasi ilmu keperawatan. Peneliti telah mampu

menggunakan desain penelitian action research dalam mengembangkan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yang dapat

digunakan untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang terima pasien

antar shift.

Pelajaran penting lainnya yang peneliti dapatkan adalah kemampuan

manajemen yaitu bagaimana mengorganisasikan perawat untuk melakukan

perubahan untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang terima pasien

antar shift dan mengajak pihak manajemen rumah sakit untuk merumuskan draft

protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover.

Perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara

Medan juga mendapatkan pengetahuan baru terutama tentang proses penelitian

dan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover. Perubahan pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi sangat

87

Universitas Sumatera Utara


terlihat selama proses penelitian. Komunikasi perawat dengan perawat menjadi

lebih efektif dan keterlibatan pasien dalam implementasi timbang terima lebih

meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hsiao, et. al (2012), salah satu

hambatan terbesar dalam mengintegrasikan teori, praktik, dan penelitian adalah

penggunaan kata dan komunikasi, melalui proses penelitian action research teori

akan lebih dipahami dan digunakan dalam praktik, sehingga dapat

menggambarkan, dan merevisi bahasa agar dapat diterima oleh semua partisipan.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang didapatkan peneliti dalam menjalankan penelitian ini

antara lain adalah lokasi pelaksanaan penelitian hanya disalah satu ruang rawat

inap yaitu diruang rawat inap kelas I. Partisipan yang menjadi fokus penelitian

adalah perawat dan pasien diruang rawat inap kelas I, namun tidak dapat

dikesampingkan bahwa masih banyak ruangan lain di Rumah Sakit Umum

Universitas Sumatera Utara Medan.

Peneliti telah melakukan penelitian action research dengan mengikuti

empat tahapan, yaitu tahap planning, acting, observing, dan reflecting.

Keterbatasan yang dialami selama proses action research adalah keterbatasan

waktu partisipan pada tahap acting dan observing. Peneliti mengatasi hal tersebut

sengan membuat perubahan jadwal dinas selama penelitian berlangsung, jadwal

dinas berubah mengikuti shift dinas yang telah disepakati antara peneliti dan

partisipan.

88

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penelitian ini dilakukan selama 20 minggu dengan menggunakan desain

action research dibagi /kedalam empat tahapan yaitu: planning, acting,

observing dan reflecting.

2. Output yang didapatkan setelah penelitian ini adalah tersusunnya draft

protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan sebagai pedoman

bagi perawat untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat implementasi

timbang terima pasien antar shift.

3. Manfaat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan

metode bedside handover yaitu: 1) menambah ilmu pengetahuan dalam hal

timbang terima pasien, 2) mengetahui peran dan posisi masing-masing staf

pada saat timbang terima pasien, 3) meminimalisir kesalahan pada saat

timbang terima pasien, dan 4) menjaga konsistensi dalam bekerja.

Saran

Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini merekomendasikan kepada pihak manajemen Rumah Sakit

Umum Universitas Sumatera Utara Medan agar melakukan evaluasi draft

protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan uji coba

sehingga menjadi protokol timbang terima pasien dengan metode bedside

handover yang baku.

89

Universitas Sumatera Utara


Bagi perawat administrator

Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat administrator supaya

terus berupaya melakukan perubahan terhadap penyempurnaan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover secara

periodik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bagi praktik keperawatan

Penelitian ini merekomendasikan untuk seluruh bagian di rumah sakit agar

dapat dijadikan sebagai pedoman bagi perawat untuk meningkatkan akurasi

komunikasi saat timbang terima pasien antar shift.

Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam

proses pembelajaran sehingga dapat mempersempit kesenjangan antara teori dan

praktek dalam ilmu administrasi keperawatan.

Bagi perkembangan riset keperawatan

Peneliti merekomendasikan kepada peneliti berikutnya agar melanjutkan

penelitian terkait uji coba dengan penerapan draft protokol implementasi timbang

terima pasien dengan metode bedside handover pada semua ruangan di rumah

sakit mengunakan 3 siklus sehingga protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover dapat disempurnakan dan sesuai dengan kondisi

rumah sakit secara umum.

90

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alvarado, K., et al. (2006). Transfer of acountability : Transforming shift

handover to enhance patient safety. Health care Quarterly. Longwoods

Publishing.

Aisyahnur, S (2016). Perbedaan Kepuasan Pasien Mengenai Metode Serah

Terima Pasien Dengan Tradisional Dan Bedside Handover. Universitas

Andalas. Padang.

Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare (ACSQHC) (2012).

National Safety and Quality Service Standards. Sydney: ACSQHC.

Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare (2010) OSSIE Guide

to Clinical Handover Improvement. Sydney: ACSQHC.

Australian Healthcare & Hospital Association. (2009). Clinical handover : system

change, leadership and principles. Sydney: Issue paper.

Bradley S. & Mott S. (2013) Adopting a patient-centred approach: an

investigation into the introduction of bedside handover to three rural

hospitals. Journal of Clinical Nursing 23, 1927-1936

Cairns, L, L., Dudjak, L, A., Hoffmann, R, L., & Lorenz, H, L. (2013). Utilizing

bedside shift report to improve the effectiveness of shift handoff. The

Journal of Nursing Administration 43(3), 160-165.

Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis, M., & Fetherston, C. (2010). Implementing

bedside handover: strategies for change management. Journal of clinical

nursing, 19, 2580-2589.

91

Universitas Sumatera Utara


Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis, M., & Chang, H, Y. (2008). Standard

operating protocol for implementing bedside handover in nursing.

Journal of Nursing Management, 7, 29-36.

Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis M. & Chu, S. (2008). Bedside Handover

One Quality Improvement Strategy to Transform care at The Bedside.

Griffith University. Australia.

Evans, A, M; Pereira, D, A; & Parker, J, M. (2008). Discourses of anxiety in

nursing practice: a psychoanalytic case study of the change-of-shift

handover ritual. Nursing Inquiry.

H.Simamora, R. (2010). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jember University

Press

Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). The action research planner. 3 ed.

Geelong: Deakin.

Kemmis, S., & McTaggart, R. (2005). Participatory action research:

communicative action and the public sphare. In in N.K.Denzin and Y.S

Lincoln. The sage Handbook of Qualitative Research 3 ed. housand

Oaks, CA: Sage publications, Inc.

Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan, Yogyakarta: Nuha

Medik.

Kurniawan, Y. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan

operan pasien perawat pelaksana di RS Hasan Sadikin Bandung.

McMurray, A., Chaboyer, W., Wallis, M., Johnson, J., & Gehrke, T. (2011)

Patients‟ perspectives of bedside nursing handover. Collegian 18, 19-26.

92

Universitas Sumatera Utara


Mursidah, D. (2012). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap

penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUD Raden

Mattaher Jambi. Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3.

National Clinical Guideline No. 5 Communication (Clinical Handover) in

Maternity Services ISSN 2009-6259 Published November 2014.

National Clinical Guideline No. 11 Communication (Clinical Handover) in Acute

and Children’s Hospital Services ISSN 2009-6267. November 2015.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik

Keperawatan Profesional. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Medika.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing: Generating and assessing evidence

for nursing practice. (9th ed.). Philadelpia: Lippincott.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2014). Essentials of nursing research: appraising

evidence for nursing practice, 4th edn. Lippincott Williams & Wilkins,

Philadelphia.

Radtke, K. (2013). Improving patient satisfaction with nursing communication

using bedside shift report. Clinical Nurse Specialist 27(1), 19-25.

Radtke, K. (2013). Improving patient satisfaction with nursing communication

using bedside shift report. Journal of Nursing Care Quality.

Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., & Cunningham, M. (2010). Nursing Handoffs : A

systemic review of the literature : surprisingly little is know about what

constitutes best practice. American Journal of Nursing.

Rushton, H. C. (2010). Ethics of Nursing Shift Report. AACN : Advanced Critical

Care : Ethics in Critical Care, 21(4) : 380 – 384.

Simamora, R. (2009). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press

93

Universitas Sumatera Utara


Simamora, R.H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima

Pasien Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR. USU Press Medan.

Sand-Jecklin, K., & Sherman, J. (2014). A quantitative assessment of patient and

nurse outcomes of bedside nursing report implementation. Journal of

Clinical Nursing 23, 2854-2863. DOI: 10.1111/jocn.12575.

Smeulers, M., Lucas C. & Vermeulen, H. (2014). Effectiveness of different

nursing handover styles for ensuring continuity of information in

hospitalised patients (Review). The Cochrane Database of Systematic

Reviews 2014, Issue 6. Art. No.: CD009979. DOI: 10.1002/14651858.

CD009979.

Tobiano, G., Chaboyer, W., & McMurray A. (2013). Family members‟

perceptions of the nursing bedside handover. Journal of Clinical Nursing,

22(1Y2), 192Y200. doi: 10.1111/j.1365-2702.2012.04212.x

Vines M.M., Dupler A.E., Van Son C.R. & Guido G.W. (2014) Improving client

and nurse satisfaction through the utilization of bedside report. Journal

for Nurses in Professional Development 30(4), 166-173

Velji, et al denganJudul: Efektivitas sebuah Alat Komunikasi SBAR diadaptasi

untuk pengaturan rehabilitasi,Healthcare Quarterly, 11(Sp) 2008: 72-79,

94

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Nama : Dyna Elvina Saragih

Tempat/Tgl Lahir : Pegajahan / 20 Mei 1981

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Desa Pegajahan, Kecamatan


Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai

No. Telp/ Hp : 081377175141

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD Negeri No.106187 Pegajahan 1993

SMP SMP Negeri 2 Perbaungan 1996

SMA SMA Negeri Perbaungan 1999

D III Keperawatan AKPER IMELDA 2002

Sarjana Keperawatan STIKES Sumatera Utara 2014

(S. Kep)

Pendidikan Profesi STIKES Sumatera Utara 2015

(Ners)

Riwayat Pekerjaan:

Staf Puskesmas Aek Batu Kabupaten Labuhanbatu Selatan TMT Maret 2009-
Oktober 2014

Ka Sub Bagian Tata Usaha UPT.Puskesmas Pegajahan TMT Oktober 2014-


sekarang

95

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

96

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 A

Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian Pengembangan Protokol


Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan

Bapak/Ibu/Saudara/i yang saya hormati,


Saya Dyna Elvina Saragih (Nim: 157046038) adalah mahasiswa Magister
Administrasi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Protokol
Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan. Penelitian ini bertujuan untuk
menyusun protokol timbang terima pasien yang diharapkan mampu meningkatkan
kepuasan pasien dan kepuasan kerja perawat. Penelitian ini merupakan kegiatan
untuk memenuhi tugas akhir tesis.
Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi partisipan
dalam penelitian ini. Sebagai partisipan keikut sertaan anda tidak akan
memberikan dampak/resiko ataupun pengaruh yang merugikan. Untuk itu apabila
timbul hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan, anda berhak secara penuh
untuk mengundurkan diri atau menolak menjadi partisipan. Peneliti menjamin
kerahasian informasi dan identitas yang diberikan dan digunakan hanya untuk
kepentingan penelitian
Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini,
mohon menandatangani formulir ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

No. Partisipan : (diisi oleh peneliti)

97

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1B

Panduan Focus Group Discussion Pelaksanaan Timbang Terima Pasien

Tempat : Tanggal :

Peserta : Waktu :

Nama Fasilitator :

Kegiatan :

a. Fasilitator membuka pertemuan.

Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu pada pertemuan hari ini.

b. Menyampaikan tujuan Focus group discussion

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melakukan pembicaraan secara

terbuka dan fokus tentang topik “ Implementasi timbang terima pasien di

ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan”. Pertemuan ini berlangsung

kurang lebih 90 menit.

c. Persetujuan group terhadap kerahasiaan jawaban dan norma yang berlaku

dalam diskusi.

Sebelumnya saya akan menyampaikan beberapa aturan selama proses diskusi

yaitu:

1. Dimohon kepada para peserta untuk menghormati pendapat orang

lain, yang mungkin memiliki pendapat yang berbeda.

98

Universitas Sumatera Utara


2. Hal-hal yang akan didiskusikan akan saya simpan dan rahasiakan.

Saya akan merekam dan mencatat perjalanan diskusi ini, tanpa

menuliskan nama atau siapa yang memberi pernyataan.

d. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan timbang terima pasien di ruangan selama ini?

2. Menurut Bapak/Ibu apa saja manfaat dilaksanakannya timbang terima

pasien?

3. Apa saja kendala yang Bapak/Ibu alami dalam melaksanakan timbang

terima pasien?

4. Apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut?

5. Bagaimana harapan Bapak/Ibu terhadap pelaksanaan timbang terima

pasien?

e. Menutup Focus group discussion

Terima kasih atas waktu dan saran yang Bapak/Ibu berikan. Hal ini akan

sangat bermanfaat bagi saya.

99

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1C

Panduan Focus Group Discussion Evaluasi Perumusan Protokol


Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover

Tempat : Tanggal :

Peserta : Waktu :

Nama Fasilitator :

Kegiatan :

a. Fasilitator membuka pertemuan.

Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu pada pertemuan hari ini.

b. Menyampaikan tujuan Focus group discussion

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melakukan pembicaraan secara

terbuka dan fokus tentang topik “ Evaluasi perumusan protokol implementasi

timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap

Rumah Sakit USU Medan”. Pertemuan ini berlangsung kurang lebih 90

menit.

c. Persetujuan group terhadap kerahasiaan jawaban dan norma yang berlaku

dalam diskusi.

Sebelumnya saya akan menyampaikan beberapa aturan selama proses diskusi

yaitu:

1. Dimohon kepada para peserta untuk menghormati pendapat orang

lain, yang mungkin memiliki pendapat yang berbeda.

100

Universitas Sumatera Utara


2. Hal-hal yang akan didiskusikan akan saya simpan dan rahasiakan.

Saya akan merekam dan mencatat perjalanan diskusi ini, tanpa

menuliskan nama atau siapa yang memberi pernyataan.

d. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu pelaksanaan perumusan protokol

implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover?

2. Menurut Bapak/Ibu, Apa saja hambatan yang bapak/ibu rasakan pada

saat proses perumusan protokol implementasi timbang terima pasien

dengan metode bedside handover?

3. Apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut

4. Menurut Bapak/Ibu, Apa saja faktor pendukung dalam perumusan

protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside

handover?

5. Menurut Bapak/Ibu, Apa saja manfaat yang Bapak/ibu peroleh pada

saat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan

metode bedside handover?

e. Menutup focus group discussion

Terima kasih atas wakt u dan saran yang Bapak/Ibu berikan. Hal ini akan

sangat bermanfaat bagi saya.

101

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1D

Instrument Observasi Perawat Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Dengan


Metode Bedside Handover

Petunjuk Pengisian :
Berikan tanda checklist ( √ ) dikolom YA apabila kegiatan telah dilakukan oleh
partisipan dan berikan tanda checklist ( √ ) dikolom IDAK apabila kegiatan tidak
dilakukan atau tidak tepat yang dilakukan partisipan.

Tanggal :
Ruangan :
Observer :
NO Kegiatan Dilakukan
Ya Tidak
Persiapan
1. Ada perawat penanggung jawab pasien dengan
mengelompokkan pasien berdasarkan jumlah perawat.
2. Mengkaji ulang status pasien berdasarkan kondisi
terakhir
3. Menyampaikan kepada pasien bahwa serah terima tugas
akan dimulai
4. Meminta pengunjung untuk keluar sesaat selama
timbang terima berlangsung
Introduksi
5. Menentukan jumlah perawat yang akan ikut timbang
terima
6. Menyapa pasien
7. Memperkenalkan perawat shift selanjutnya yang akan
bertugas
Pertukaran informasi
8. Menggunakan format komunikasi efektif SBAR
9. Mengklarifikasi kondisi terakhir pasien
10. Menyampaikan hasil tes laboraturium pasien jika perlu
kepada shift berikutnya
11. Menanyakan kebutuhan sehari-hari pasien kepada shift
berikutnya
12. Menyampaikan perencanaan asuhan keperawatan
13. Pertanyaan dari tim yang bertugas selanjutnya
Keterlibatan pasien
14. Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya
15. Memberi kesempatan pada pasien untuk klarifikasi
16. Melibatkan pasien terkait asuhan keperawatan
selanjutnya

102

Universitas Sumatera Utara


Safety scan
17. Memeriksa call bell
18. Memeriksa alat-alat medis yang terpasang pada pasien
19. Memeriksa alat-alat bantu mobilitas dalam jangkauan
20. Memeriksa pemakaian identifikasi gelang pasien
Timbang terima lengkap
21. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya

22. Memastikan kerahasian semua informasi tentang pasien


untuk diteruskan perawat shift selanjutnya.

Keterangan :

Ya = skor 1 : Apabila kegiatan dalam pernyataan dilakukan

Tidak = skor 0 : Apabila kegiatan dalam pernyataan tidak dilakukan

Medan, 2017

Observer

( Dyna Elvina Saragih )

103

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1E

Kuesioner Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan

Kode:

Petunjuk Pengisian :

1. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu karakteristik responden dan


kepuasan pasien.
2. Karakteristik responden berisi pertanyaan tentang identitas responden.
3. Berilah tanda pada kotak yang tersedia pada salah satu kolom yang menurut
anda paling sesuai dengan kenyataan yang anda alami saat ini,
1 : Sangat Tidak Puas ( STP )
2 : Tidak Puas ( TP )
3 : Tidak Ada Pendapat ( TAP )
4 : Puas ( P )
5 : Sangat Puas ( SP )
4. Dimohon untuk tidak mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan

Kuesioner A: Karakteristik Responden

1. Umur :

2. Jenis kelamin : Perempuan Laki-laki

3. Pendidikan terakhir : SD SMP SMA

D III S1

104

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner B: Kepuasan Pasien

NO. Pertanyaan STP TP TAP P SP

1. Perawat memberitahukan kepada saya bahwa


kegiatan timbang terima akan dimulai
2. Perawat menyebutkan namanya saat berinteraksi
dengan saya
3. Perawat menyampaikan kepada saya perawat yang
bertanggung jawab pada shift selanjutnya
4. Perawat memberi informasi kepada saya dengan
suara yang jelas
5. Saya mendapatkan penjelasan terkait kondisi
kesehatan saya
6. Saya mendapatkan penjelasan tentang hasil tes
laboratorium
7. Saya mendapatkan penjelasan terkait pemenuhan
aktivitas sehari-hari
8. Saya mendapatkan informasi terkait tindakan yang
akan saya terima
9. Perawat menanyakan kepada saya apabila
mempunyai pertanyaan terkait kondisi saya
10. Perawat memberi kesempatan kepada saya untuk
bertanya terkait asuhan keperawatan yang telah
diberikan
11. Saya dan perawat berdiskusi untuk membahas asuhan
keperawatan selanjutnya
12. Perawat mendengarkan dengan penuh perhatian saat
saya berbicara
13. Perawat cepat berespon untuk menanggapi panggilan
saya
14. Perawat membantu saya untuk melakukan hal-hal
yang tidak dapat saya lakukan sendiri
15. Perawat terampil saat melakukan tindakan
keperawatan (seperti infus, injeksi)
16. Perawat terampil dalam menggunakan alat-alat
kesehatan
17. Perawat memberikan tindakan keperawatan kepada
saya sesuai dengan waktu yang dijadwalkan
18. Sebelum meninggalkan ruangan, perawat bertanya
kepada saya jika ada hal lain yang dibutuhkan

105

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1F

Kuesioner Kepuasan Kerja Perawat

Kode:

Petunjuk Pengisian :

1. Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu karakteristik responden dan


kepuasan kerja perawat
2. Karakteristik responden berisi pertanyaan tentang identitas responden.
3. Berilah tanda pada kotak yang tersedia pada salah satu kolom yang menurut
anda paling sesuai dengan kenyataan yang anda alami saat ini,

1 : Sangat Tidak Puas ( STP )

2 : Tidak Puas ( TP )

3 : Tidak Ada Pendapat ( TAP )

4 : Puas ( P )

5 : Sangat Puas ( SP )

4. Dimohon untuk tidak mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan

Kuesioner A: Karakteristik Responden

1. Umur :

2. Jenis kelamin : Perempuan Laki-laki

3. Pendidikan terakhir : SPK D III S1

4. Pengalaman Kerja : <1 tahun 1-5 tahun

5-10 tahun >10 tahun

106

Universitas Sumatera Utara


Kuesioner B: Kepuasan Kerja Perawat

NO. Pertanyaan STP TP TAP P SP


1. Saya memiliki interaksi yang baik dengan kepala
ruangan
2. Pekerjaan saya sebagai perawat terorganisir dengan
baik
3. Saya menginformasikan kepada pasien ketika timbang
terima akan dimulai
4. Saya memperkenalkan diri saya ketika berinteraksi
dengan pasien
5. Pasien mengenal nama perawat pada shift berikutnya

6. Saya sudah memberikan informasi yang jelas kepada


pasien
7. Saya sudah memberikan informasi tentang kondisi
pasien saat ini
8. Saya sudah memberikan informasi kepada pasien
tentang hasil tes laboratorium
9. Saya sudah memberikan informasi kepada pasien
tentang pemenuhan aktivitas sehari-hari selama dirawat
disini
10. Saya memberikan informasi kepada pasien terkait
rencana keperawatan selanjutnya
11. Saya mempersilahkan pasien menanyakan tindakan
yang akan diterima
12. Saya menanyakan kepada pasien apabila mempunyai
pertanyaan terkait kondisi dan asuhan yang akan
diterima
13. Saya sudah memberi kesempatan kepada pasien
bertanya terkait asuhan keperawatan yang telah
diberikan
14. Pasien dilibatkan secara aktif dalam timbang terima

15. Komunikasi antar shift ini saya lakukan dengan baik

16. Saya lebih memprioritaskan keselamatan pasien


dengan timbang terima
17. Saya merasa lebih percaya diri merawat pasien saya
saat timbang terima
18. Pada saat timbang terima saya berusaha mendapatkan
informasi pasien dengan lengkap.

107

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

BIODATA EXPERT

108

Universitas Sumatera Utara


BIODATA EXPERT
CONTENT VALIDITY INDEX
PANDUAN FGD, LEMBAR OBSERVASI, dan KUESIONER

1. Mazly Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep

Ketua Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat STIKES Sumatera

Utara

2. Resmi M. Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep

Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan

3. Misrah Panjaitan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kepala Bidang Rawat Jalan Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan

109

Universitas Sumatera Utara


110

Universitas Sumatera Utara


111

Universitas Sumatera Utara


112

Universitas Sumatera Utara


113

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI

PENELITIAN

114

Universitas Sumatera Utara


Melakukan Focus Group Discussion (FGD) tahap reconnaissance

115

Universitas Sumatera Utara


Mensosialisasikan Data Tahap Reconnaissance

116

Universitas Sumatera Utara


Melakukan Focus Group Discussion (FGD) tahap reflecting

117

Universitas Sumatera Utara


118

Universitas Sumatera Utara


119

Universitas Sumatera Utara


120

Universitas Sumatera Utara


121

Universitas Sumatera Utara


122

Universitas Sumatera Utara


123

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai