TESIS
Oleh:
THESIS
By:
2
PENGEMBANGAN PROTOKOL IMPLEMENTASI TIMBANG TERIMA
PASIEN DENGAN METODE BEDSIDE HANDOVER
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT USU
MEDAN
TESIS
Oleh
3
4
i
ABSTRAK
ABSTRACT
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT dengan segala berkah dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul
“Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode
Bedside Handover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Pada proses penyelesaian tesis
ini saya banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya yang telah
memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister
Keperawatan
2. Bapak Setiawan, SKp., MNS., PhD, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Dewi Elizadiani Suza, SKp., MNS., PhD, selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan sekaligus selaku pembimbing I yang banyak memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
4. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing II yang banyak
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
5. Seluruh keluarga dan teman-teman seperjuangan yang banyak
memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.
Saya menyadari penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sehingga dapat
dilanjutkan ke penelitian
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Permasalahan 7
Tujuan Penelitian 8
Manfaat Penelitian 9
BAB 5. PEMBAHASAN
Proses Pengembangan Action Research 78
Outcome Pengembangan Protokol Implementasi
Timbang Terima Pasien Dengan Metode
Bedside Handover 86
Pelajaran yang didapatkan Peneliti (Lesson Learned) 87
Keterbatasan Penelitian 88
DAFTAR PUSTAKA 91
RIWAYAT HIDUP 95
LAMPIRAN 96
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
GAMBAR Halaman
Lampiran Halaman
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Timbang terima yang akurat dan terperinci sangat penting dilakukan untuk
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang
Kimberly (2013) juga menemukan bahwa timbang terima bedside adalah cara
dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan
pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik dalam
(Reisenberg, 2010).
sebagai suatu kegiatan ritual, tradisional dan berupa komunikasi satu arah.
berdasarkan kebiasaan. Kendala yang sering kali muncul pada saat pelaksanaan
timbang terima adalah waktu timbang terima yang terlalu lama, tidak ada standar
timbang terima, perawat yang pulang lebih dulu sebelum timbang terima,
mobilisasi status pasien dan perawat tidak menerima pelatihan formal dalam
kecelakaan dan keluhan ketidakpuasan dari pasien dan tim kesehatan lainnya
(Riesenberg, 2010).
timbang terima yaitu: 1) verbal yaitu pertukaran informasi tentang pasien secara
lisan, 2) non verbal yaitu perawat hanya membaca catatan medis pasien, 3) taped
oleh perawat shift selanjutnya, dan 4) bedside yaitu perawat dan pasien bicara
tatap muka, yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dan menjadi pusat
timbang terima pasien. Hasil penelitian bahwa komunikasi tatap muka langsung
teknologi efektif diterapkan ketika merancang ulang proses timbang terima pasien
dalam keperawatan
Penerapan timbang terima di beberapa rumah sakit di Indonesia
pertanyaan atau diskusi, jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan
kondisi secara umum, tidak ada kontribusi atau umpan balik dari pasien dan
keluarga. Ada juga beberapa rumah sakit yang sudah melaksanakan secara
yang bermakna antara kepuasan pasien terhadap timbang terima pasien dengan
yaitu timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan melibatkan
pasien dan keluarga dalam proses timbang terima untuk memastikan informasi
Bedah di rumah sakit besar Amerika, hasil penelitian mengatakan bahwa timbang
mempengaruhi perubahan dari timbang terima metode recorder dan lisan menjadi
keluarga dari perubahan timbang terima dengan metode bedside handover, hasil
McMurray, Chaboyer, Wallis, Johnson, dan Gehrke (2010) yang bertujuan untuk
menilai perspektif pasien tentang timbang terima metode bedside handover, hasil
penelitian menunjukkan ada 4 tema yaitu: pasien merasa diakui sebagai mitra
lebih suka keterlibatan pasif bukannya terlibat penuh dalam timbang terima,
kepuasan pasien dalam proses timbang terima bedside handover yang sesuai
bulan dilaksanakan timbang terima dengan metode bedside handover yang sesuai
dengan standar, ada perubahan kenaikan kepuasan pasien dari 76% menjadi
87,6%. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Cairns, Dudjak, Hoffmann, dan
terhadap kepuasan pasien juga akan berdampak terhadap perawat, yaitu akan
Vines (2014) yang bertujuan untuk menentukan apakah timbang terima pasien
Building a Safer Health System” melaporkan bahwa ada sekitar 3-16% kejadian
tidak diharapkan dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit yang dapat
dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian santinel yaitu kejadian
yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius dirumah sakit disebabkan
karena buruknya komunikasi. Menurut Alvarado et al. (2006) salah satu faktor
data diatas maka timbang terima pasien dengan metode bedside handover dapat
yang benar, maka perawat dapat meningkatkan efektifitas komunikasi antar shift
dalam melakukan timbang terima pasien (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2008).
yang menganut dua nilai dasar yaitu nilai pertama Salus aegroti suprema lex
pasien) dan nilai kedua Primum non nucere, yakni tidak membahayakan (patient
safety). Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan rumah sakit
timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruangan yang kurang
komunikasi pada saat timbang terima pasien (Kesrianti, Bahry, & Maidin, 2015).
handover akan memberikan dampak negatif yang cukup besar. Sampai saat ini,
keselamatan pasien. Namun, tidak dijelaskan secara spesifik terhadap metode atau
cara untuk menurunkan angka bahaya pada pasien, sehingga tiap organisasi
berbagai kendala seperti informasi yang kurang fokus, waktu yang panjang,
kesalahan penerimaan pesan yang berefek pada salah persepsi, sehingga kurang
efektif dan efesien. Survey awal yang dilakukan melalui observasi di ruang rawat
inap Rumah Sakit USU Medan didapatkan data, bahwa hanya ketua tim shift
sebelumnya dan ketua tim yang akan melanjutkan shift berikutnya yang
melakukan timbang terima, timbang terima hanya dilakukan diruang perawat
memberitahukan nama pasien dan diagnosa pasien saja. Jika ada pengecekan
kepada pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum, tidak ada umpan
timbang terima, perawat mengatakan bahwasanya timbang terima sudah ada tapi
semakin meningkat sejak soft launching pada tanggal 28 Maret 2016. Survey
kepuasan pasien dan survey kepuasan kerja perawat belum pernah dilakukan di
menjadi permasalahan dalam penelitian ini, Rumah Sakit USU Medan harus
bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan untuk
Tujuan Penelitian
pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU
Medan.
Manfaat Penelitian
rumah sakit terkait protokol timbang terima pasien metode bedside handover di
ruang rawat inap sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan dapat
Bidang keperawatan
pasien metode bedside handover di ruang rawat inap dalam upaya meningkatkan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar keterlibatan dan
tolok ukur kepala ruangan serta staf keperawatan lainnya dalam mengoptimalkan
Penelitian ini akan menjadi data (evidence based) yang dapat dikembangkan
TINJAUAN PUSTAKA
untuk beberapa atau semua aspek dari perawatan pasien atau kelompok pasien
kepada orang lain atau kelompok professional secara sementara maupun dalam
jangka yang permanen. The Joint Commission (2008) mengatakan bahwa timbang
terima adalah sebuah proses dimana informasi pasien yang melibatkan kondisi
yang lain. Proses timbang terima merupakan bagian integral perawatan pasien,
yang konsisten dari satu penyedia layanan ke penyedia layanan yang lain.
saat timbang terima pasien, antara unit-unit pelayanan serta antar tim pelayanan
pengobatan yang tidak tepat, dan potensial risiko dapat mengakibatkan cedera
Menurut Sand Jecklin dan Sherman (2013) bedside reporting bertujuan untuk
merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat yang
terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan
(upaya untuk melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang
diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa
pulang dengan kata lain proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang
terjadi pada perawat, 4) timbang terima memiliki dampak yang positif bagi
kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat serta perawat dapat mengikuti
yang optimal, dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
Fetherston (2010) ada beberapa bentuk, yakni : 1) timbang terima pasien secara
lisan, 2) timbang terima pasien dengan perekaman, dan 3) timbang terima pasien
perawat jaga. Timbang terima pasien secara lisan harus dihadiri oleh anggota staf
dari kedua kelompok. Perawat yang akan menyerahkan, menyiapkan status pasien
dan melaporkan kepada perawat yang akan bertugas saat itu, kemudian dilaporkan
tentang masalah keperawatan yang belum teratasi, serta tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan, selanjutnya perawat yang akan bertugas pada saat itu wajib
pasien secara lisan adalah kemungkinan adanya data yang hilang sehingga akan
Timbang terima pasien dengan audiotape diberikan oleh perawat yang telah
menyelesaikan perawatan pada pasien dan ditinggal untuk perawat pada giliran
tugas berikutnya untuk ditinjau ulang. Jenis pelaporan dengan audiotape cendrung
berisi informasi yang lebih objektif serta dapat meningkatkan efisiensi dengan
memungkinkan staf untuk melaporkan ketika ada waktu, tetapi pada pelaporan ini
timbang terima dengan metode bedside bermanfaat bagi pasien untuk menjaga
Safety and Quality in Health Care (2008), bedside handover yaitu metode transfer
disamping tempat tidur pasien yang bertujuan untuk berbagi informasi antara
penyampaian masalah.
satu penyedia layanan yang lain yang terjadi pada titik pemberian perawatan
Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQH, 2008) di rumah sakit
Queensland pada seluruh ruang rawat inap didapatkan hasil bahwa bedside
utamanya yakni :
Persiapan
beberapa yang ditentukan oleh tim keperawatan, sehingga tim dengan mudah
dapat membagi tugas dari masing-masing perawat pelaksana yang bertugas pada
saat itu. Metode bedside handover tidak ada ketentuan khusus dalam
kebutuhan. Metode ini dapat meningkatkan motivasi kerja perawat karena perawat
Mengkaji kembali status pasien yakni : usia, jenis kelamin, diagnosa medis,
terapi yang akan dan sedang berlangsung, dan informasi sensitif yang seharusnya
dan telah diperbaharui. Mengkaji ulang status pasien maka akan diketahui
bersama kesalahan yang mungkin tidak disengaja terhadap terapi yang telah
diberikan atau hal lainnya. Sebaiknya status pasien juga diletakkan dikaki tempat
tidur pasien dan dekat daerah yang aman agar mudah bagi perawat untuk melihat
Perawat Pelaksana harus memberi tahu pasien bahwa timbang terima akan
dimulai sebentar lagi, hal ini menjadi tanda kepada pasien bahwa perawat yang
merawatnya akan segera berganti dan juga memberikan waktu untuk bersiap-siap
kepada pasien termasuk apa yang ingin disampaikan pada saat timbang terima
izin pasien saat timbang terima berlangsung. Pengunjung lainnya diminta untuk
manfaat dari tahapan ini menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) yakni:
1) pasien merasa lebih nyaman untuk memulai timbang terima, 2) keluarga dapat
hadir dan ikut serta dalam memberikan kontribusi bersama pasien, dan 3) pasien
dan keluarga dapat memberikan informasi yang lebih fokus dan lengkap apabila
pengunjung lainnya diminta untuk keluar dari ruangan pada saat timbang terima
Ketua tim dan beberapa perawat pelaksana shift sebelumnya yang akan
dilakukan. Ketua tim shift sebelumnya telah membuat laporan mengenai pasien
yang akan dialihkan untuk shift selanjutnya. Ketua tim shift sebelumnya menyapa
pasien, memastikan bahwa pasien siap dan memperkenalkan tim shift selanjutnya
kepada pasien dan keluarganya. Ketua tim shift selanjutnya dapat memilih
pasien dari tim tersebut (ACSQH, 2008). Manfaat menerapkan tahapan introduksi
kesempatan kepada perawat pelaksana yang lain dalam melaksanakan tugas wajib
bertanggung jawab terhadap pasien tertentu dapat berkontribusi lebih pada saat
timbang terima, dan 4) perawat pelaksana yang tidak melakukan timbang terima
dapat menggunakan status pasien sebagai panduan dan mengatur asuhan yang
timbang terima disamping tempat tidur pasien. Pasien mempunyai hak untuk
menolak dilakukannya timbang terima, apabila dianggap tidak nyaman atau ingin
beristirahat pada saat timbang terima dilakukan. Hal ini banyak terjadi pada
pasien yang dirawat diruangan yang mempunyai 3 atau lebih tempat tidur, dengan
demikian perawat akan melakukan timbang terima di ruang perawat
(ACSQH, 2008).
Pertukaran informasi
beberapa data yang dapat langsung dilihat dan divalidasi yakni : waktu dan alasan
Perawat menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan budaya pasien
dan mengurangi menggunakan kata-kata medis yang sulit dimengerti pasien dan
keluarganya. Secara umum, informasi yang disampaikan pada saat timbang terima
pasien dengan metode bedside handover tidak berbeda dengan jenis timbang
menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) dalam timbang terima pasien
asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien, 2) memicu perawat yang
mengobservasi secara langsung kondisi dan memperoleh data yang lebih akurat
persetujuan pasien (ACSQH, 2008). Kelompok pasien yang mungkin tidak dapat
mengikuti timbang terima yang sudah dijadwalkan sebelumnya yaitu: pasien yang
sedang tidur, pasien penurunan kesadaran atau kebingungan, pasien koma pasien
isolasi, pasien yang sulit berkomunikasi dan pasien dengan kondisi lainnya yang
dapat menjadi masalah jika tidak segera ditangani. Ada beberapa strategi untuk
menjaga kerahasian pasien yaitu: 1) informasi sensitif dapat dibahas jauh dari
samping tempat tidur pasien, 2) perawat menurunkan suara mereka ketika berbagi
informasi sensitif, dan 3) informasi sensitif dapat dicatat pada lembar timbang
terima. Informasi sensitif dapat mencakup: tes darah yang bersifat diagnostik
merupakan salah satu keuntungan dari timbang terima pasien dengan metode
indikator dari safety scan yaitu : 1) safety scan lingkungan, 2) melihat ulang
peralatan ketika bedside. Ada beberpa yang harus diperhatikan perawat, yakni :
1) call bell pasien harus dalam jangkauan pasien. Apabila tidak ada call bell,
bekerja secara normal dan mudah dijangkau pasien, balutan luka, drains dan
cairan infus aman dan terpasang secara benar, 3) kelembaban lantai dan ruangan
yang kondusif untuk mobilitas yang aman dan kemudahan akses, dan 4) melihat
gambaran kondisi pasien dengan jelas ketika melihat pasien dan berkomunikasi
&Wallis, 2010).
Melihat ulang lembar bedside pasien
keamanan tambahan. Lembar bedside pasien yang harus dilihat adalah : asuhan
keperawatannya, observasi tanda-tanda vital, catatan obat, catatan infus, nyeri dan
resiko jatuh.
INTRODUKSI
Menyapa pasien
Perawat shift sebelumnya memperkenalkan kepada pasien dan keluarganya perawat shift selanjutnya
PERTUKARAN INFORMASI
Menggunakan format timbang terima
Mengurangi menggunakan kata-kata medis yang sulit dimengerti pasien dan keluarganya
Mengklarifikasi dan bertanya (kondisiklinis, tes dan prosedur, ADL,
discharge planning, perencanaan asuhan keperawatan).
KETERLIBATAN PASIEN
Bertanya kepada pasien jika mereka memiliki pertanyaan atau komentar.
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi
SAFETY SCAN
Safety scan lingkungan
Melihat ulang catatan pasien
Melihat ulang lembar bedside pasien
PASIEN BERIKUTNYA
aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi dan rekan kerja (Spector, 1997).
Kirsten et al. (2014) juga mendefenisikan kepuasan kerja sebagai hasil pencapaian
pada saat bekerja yang didukung dengan pencapaian kebutuhan fisik dan
Kepuasan itu tidak nampak secara nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu
memiliki tingkat kepuasan berbeda-beda sesuai sistem nilai yang berlaku pada
dirinya.
mengenai kepuasan kerja adalah teori dua faktor. Teori dua faktor (two factor
theory) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan rasa puas dan
tidak puas seseorang yakni faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor
aspek mana kepuasan kerja itu diteliti, namun semuanya berkaitan dengan apa
yang dirasakan ditempat kerja (Pangabean, 2002). Alat yang digunakan untuk
survey.
Pengukuran kepuasan kerja ini dikembangkan oleh Weiss dan England pada
atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang sedemikian rupa yang
Job descriptive index adalah suatu instrumen pengukur kepuasan kerja yang
dikembangkan oleh Kendall dan Hulin (1969). Instrumen ini dapat diketahui
(supervisi), kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri,
kepuasan gaji dalam penelitian dapat diartikan bahwa seseorang akan terpuaskan
dengan gajinya ketika persepsi terhadap gaji dan yang mereka peroleh sesuai
dengan yang diharapkan. Kepuasan gaji diukur dengan dimensi yang berjumlah
18 item dengan indikator: tingkat gaji (pay level), kompensasi (benefits), kenaikan
gaji (pay raise), struktur dan administrasi penggajian (pay structure and
administration).
Alat ukur ini menunjukkan kaitan kepuasan kerja dengan 5 dimensi inti dari
untuk mengembangkan indeks kepuasan kerja telah dilakukan oleh Hoppock pada
diminta untuk memilih 7 jawaban dengan menggunakan skala interval dari yang
Alat ukur kepuasan ini dikembangkan oleh Spector (1997), alat ukur ini
sering digunakan pada pelayanan keperawatan. Job satisfaction survey (JSS) ini
terdiri dari 9 aspek dan 36 item berbentuk skala linkert. Berdasarkan penjelasan
yang telah diperoleh, skala pengukuran yang sesuai mengukur kepuasan kerja
setiap aspeknya menggunakan skala dari nilai terendah sampai tertinggi (skala
Teori ini dikembangkan oleh Jean Watson pada tahun 1979, dikenal juga
dengan istilah Theory of Human Caring. Teori ini terus dikembangkan dari tahun
ke tahun, namun pemikiran dasar dari teori ini tidak berubah yakni menekankan
seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran
caring relationship, dan caring occation moment. Terkait konteks penelitian maka
peneliti hanya akan membahas teori tentang carative factor yang mempunyai
handover yakni: 1) membina hubungan saling percaya (carative factor yang ke 4),
dan 2) menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang
pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika perawat
Agar dapat membina hubungan saling percaya, perawat terlebih dahulu harus
Congruence
terlihat seperti apa, melibatkan keterbukaan dalam perasaan, dan sikap yang
yang berarti terasa nyata, jujur dan otentik. Dengan kata lain pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh perawat akan terasa nyata, jujur dan otentik bagi
pasien.
Emphaty
perawat untuk berespon terhadap perasaan orang lain adalah dasar dalam emphaty.
Jika perawat mampu merasakan perasaan pasien maka pasien dan perawat akan
mengenali dan menerima perasaan orang lain tanpa merasa tidak nyaman, takut,
marah atau konflik dalam dirinya sehingga perawat akan mampu untuk
hubungan saling percaya. Perawat yang efektif akan memberikan pelayanan yang
penghargaan positif dan keramahan yang tidak posesif. Beberapa sikap non
verbal yang dapat ditunjukkan perawat dalam mewujudkan non possesive warmth
volume suara yang sesuai, 3) terlihat nyaman dan santai, 4) bertatap muka dengan
tubuh ke arah lawan bicara, dan 7) memberikan ekspresi wajah yang sesuai
mendukung
terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. Adanya hubungan yang saling terkait
sehat dan sakit dari manusia. Lingkungan internal berupa biologis dan fisiologis
akan mempengaruhi pola atau gaya hidup seseorang, selain itu gaya hidup
perawat. Adanya stress pada pasien yang diakibatkan proses hospitalisasi dapat
terhadap kesehatan fisik dan mental pasien. Perawat dapat melakukan berbagai
Privasi
dan penghargaan dari perawat bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk
tempat, masalah dan sejumlah informasi, dan 4) upaya untuk menjauhkan pasien
mencuci tangan, perawatan kulit, teknik isolasi dan teksik sterilisasi. Beberapa
bahaya yang dapat terjadi selama proses hospitalisasi pada anak antara lain pasien
jatuh, luka bakar, terhirup benda asing, mainan yang berbahaya, keracunan, dan
kurangnya imunisasi.
didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan oleh partisipan
juga diharapkan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada
saat penelitian (Polit & Beck, 2012). Metode penelitian action research
harga diri dan menghasilkan solidaritas yang kuat antara partisipan dan peneliti.
Strategi pengumpulan data yang digunakan tidak hanya metode tradisional seperti
wawancara dan observasi, tetapi bisa juga dilakukan bercerita, drama komedi,
menggambar dan melukis, bermain peran dan kegiatan lain yang mendorong
Reconnaisance
ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary studi, yaitu mempelajari
masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap ini menggambarkan
apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan sekarang. Pernyataan-
pernyataan tentang masalah yang ada mulai dimunculkan pada tahap ini. Selain
menentukan masalah yang akan diteliti, tahap ini juga menentukan group action
Planning
ini beorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan partisipan. Pada
tahap ini peneliti harus memutuskan bersama dengan kelompok aksi kemungkinan
tindakan perbaikan yang dapat dilakukan dan hambatan dalam penelitian. Peneliti
merumuskan apa yang dapat dilakukan pada situasi atau kondisi tempat
bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan
merencanakan hasil yang di inginkan. Tahap ini akan menjawab pertanyaan : apa
organisasi, dan mengobservasi hasil dari implementasi yang telah di lakukan. Hal
yang harus diperhatikan oleh peneliti pada tahap ini adalah, setelah peneliti
melakukan kegiatan maka peneliti harus segera memonitor apa yang terjadi
Reflection
interpretasi dan menyimpulkan hal yang penting. Pada tahap ini refleksi berfokus
pada hasil yang telah di capai kemudian di buat analisa untuk perbaikan pada
cycle berikutnya.
McTaggart (1988) :
OUT COME
Draft Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Bedside Handover
Keterangan
P : Planning
A & O : Action dan observation
R : Reflective
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
bedside handover di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara Medan, karena action research merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian
yang didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan partisipan
(Kemmis & McTaggart, 1988). Action research menuntut seorang peneliti untuk
namun juga diharap kan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang
action research Kemmis & McTaggart (1988). Keempat tahapan tersebut terdiri
penelitian action research yang pertama dilakukan peneliti di Rumah Sakit USU
merupakan tahap awal dalam mencari permasalahan terkait timbang terima pasien
Universitas Sumatera Utara Medan. Ruang rawat inap akan dijadikan sebagai
tempat penelitian mengingat ruangan ini merupakan ruangan baru dibuka soft
Juli 2017.
Partisipan Penelitian
tentang fenomena yang sedang diteliti berhak menjadi partisipan atau orang-orang
bedside handover yaitu kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana dan pasien
sebagai objek (Streubert & Carpenter, 2003). Pemilihan subjek penelitian ini
sejalan dengan pendapat Polit dan Beck (2012) yang menyatakan bahwa pada
penelitian kualitatif subjek penelitian atau dikenal dengan partisipan adalah subjek
yang pernah mengalami substansi yang akan diteliti. Pemilihan partisipan tersebut
berbagai variasi untuk memperkaya data hasil penelitian. Menurut Polit dan Beck
(2012), untuk menghindari bias pada penelitian maka sampel yang dipilih harus
kriteria populasi yang memenuhi syarat (eligibility criteria) atau disebut juga
Kriteria inklusi partisipan yang dipilih peneliti pada saat focus group
discussion pada tahap reconnaissance adalah 5 (lima) orang yaitu kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana. Jumlah partisipan focus group discussion pada
tahap reflection adalah 6 (enam) orang yaitu Kepala seksi keperawatan, Ketua
komite keperawatan, wakil ketua komite keperawatan, kepala ruangan, ketua tim
kriteria inklusi sebagai berikut, yaitu: 1) telah dirawat minimal 3 hari di ruang
3) dapat berkomunikasi dengan baik, dimana jumlah pasien diruang rawat inap
kepuasan kerja perawat yang terpilih menjadi partisipan telah memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut: 1) perawat yang bekerja di ruang cendana, dan 2) tidak
sedang dalam cuti tahunan, cuti melahirkan, dan pelatihan. Dimana pada awalnya
tim ada yang seminar maka partisipan yang terlibat menjadi 18 orang.
Pengumpulan Data
dan kompleks sehingga dapat digunakan tools yang beragam dalam proses
terlihat dari beragamnya pengumpulan data pada setiap tahap action research,
selanjutnya akan diuraikan tentang alat dan metode pengumpulan data yang
data persepsi partisipan tentang timbang terima selama ini dan untuk mengetahui
pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Peneliti berperan
sebagai moderator yang akan memberi arahan terhadap diskusi dengan memberi
dengan durasi 60 menit. Focus group discussion pada tahap reconnaissance akan
dilakukan pada bulan Mei 2017 di ruangan Bidang Keperawatan dan focus group
discussion pada tahap reflecting dilakukan bulan Juli 2017 di ruangan Bidang
Keperawatan.
Observasi
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
Mei 2017 terhadap perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas I. Tujuan
timbang terima pasien selama ini. Observasi pada tahap observing dilaksanakan
Self report
penelitian yang berarti peneliti sebagai alat untuk melakukan pengumpulan data
penelitian (Polit & Beck, 2012). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan
studi literatur. Instrumen yang telah disusun kemudian dilakukan uji validitas dan
uji reliabilitas. Untuk uji validitas dilakukan dengan 4 item sebagai penilaiannya
Index berada diatas >0,80 (Polit & Beck, 2012). Untuk uji reliabilitas dilakukan
homogenecity dari item. Kuesioner dengan reliabilitas yang tinggi jika nilai
Cronbach‟s alpha melebihi angka kritis. Uji reliabilitas minimal 0.70 (Polit &
Beck, 2012). Selanjutnya akan dijelaskan tentang alat pengumpulan data yang
terima, faktor penghambat yang dijumpai dalam pelaksanaan timbang terima, dan
adalah 1, hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument
panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan
content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1. Hasil
perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan panduan
focus group discussion tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1.
timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap.
pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Pertanyaan juga
bedside handover di ruang rawat inap. Instrumen panduan telah diuji validitasnya
oleh 3 expert manajemen keperawatan. yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep,
2) Misrah Panjaitan, S.Kep, Ns, M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar, S.Kep, Ns,
M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk
instrument panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert kedua
adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrument
panduan focus group discussion adalah 1. Hasil perhitungan atas uji validitas yang
telah dilakukan maka didapatkan bahwa panduan focus group discussion tersebut
Lembar observasi terdiri dari 22 item pernyataan terkait kegiatan yang harus
dilakukan oleh perawat saat implementasi timbang terima pasien dengan metode
dan kegiatan safety scan. Skor 1 diberikan apabila kegiatan dalam pernyataan
dilakukan dan skor 0 apabila kegiatan dalam pernyataan tidak dilakukan. Uji
content validity untuk instrument panduan observasi adalah 1, hasil dari expert
Ada beberapa item pertanyaan yang harus diperbaiki yaitu item 1, 4, 13, 14, 15,
16 dan 17. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka
didapatkan panduan observasi tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1
sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terdiri
dari 18 pernyataan dan data demografi pasien yaitu: jenis kelamin, umur,
keperawatan. Setiap pernyataan terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu sangat puas
diberi nilai 5 (lima), puas diberi nilai 4 (empat), tidak ada pendapat diberi nilai 3
(tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas diberi nilai 1 (satu).
hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument kuesioner
kepuasan pasien adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity
untuk instrumen kuesioner kepuasan pasien adalah 1. Hasil perhitungan atas uji
validitas yang telah dilakukan maka didapatkan kuesioner kepuasan pasien
interpretasi nilai reliabilitas dengan cronbach alpha minimal 0.70 adalah baik,
akan tetapi bila nilai 0.80 maka nilai tersebut diharapkan (Polit & Back, 2012).
0.93, dari nilai cronbach alpha tersebut artinya instrumen dinyatakan reliabel
dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terdiri dari 18 pernyataan
dan data demografi perawat yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan
komunikasi perawat antar shift. Setiap pernyataan terdiri dari 5 pilihan jawaban
yaitu sangat puas diberi nilai 5 (lima), puas diberi nilai 4 (empat), tidak ada
pendapat diberi nilai 3 (tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas
oleh 3 expert manajemen keperawatan yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep,
instrument kuesioner kepuasan kerja perawat adalah 1, hasil dari expert kedua
didapatkan content validity untuk instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat
adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrumen
kuesioner kepuasan kerja perawat adalah 1. Hasil perhitungan atas uji validitas
yang telah dilakukan maka didapatkan kuesioner kepuasan kerja perawat tersebut
interpretasi nilai reliabilitas dengan cronbach alpha minimal 0.70 adalah baik,
akan tetapi bila nilai 0.80 maka nilai tersebut diharapkan (Polit & Back, 2012).
Imelda Pekerja Indonesia Medan dengan nilai 0.93, dari nilai cronbach alpha
diteliti.
Prosedur Penelitian
rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan adalah sebagai
berikut :
data yang terkumpul dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data. Pada
tahap ini peneliti mengidentifikasi setting penelitian diruang rawat inap Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Peneliti melakukan focus group
discussion dengan kepala ruangan, ketua tim dan 4 orang perawat pelaksana.
Tujuan dari focus group discussion adalah untuk mengetahui persepsi partisipan
tentang implementasi timbang terima pasien yang telah berjalan selama ini,
pasien. Hasil focus group discussion dan observasi ini kemudian dianalisa untuk
masing tahap.
Planning
yang bersifat tentatif yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan (Kemmis &
dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara Medan, kemudian kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan
bedside handover.
dalam penelitian.
Tahap ini merupakan tahap penerapan atas rencana tindakan yang telah
disusun. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) melakukan pertemuan
implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pada tahap
ini peneliti melakukan pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan partisipan.
Apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
Tahap ini merupakan tahap penilaian atas kegiatan yang telah dijalani
selama siklus dalam action research. Tujuan pada tahap ini adalah menilai
kemajuan, kelemahan dan kendala apa saja yang ditemukan oleh partisipan selama
dengan metode bedside handover dilakukan. Setelah itu peneliti berupaya untuk
ini peneliti melakukan focus group discussion dengan kepala seksi keperawatan,
kepala ruangan, ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana. Tujuan dari focus
bedside handover.
bedside handover yang dimaksud pada penelitian ini adalah pengembangan suatu
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif yang
diperoleh dari hasil focus group discussion tahap reconnaissance dan focus group
discussion tahap reflection dan hasil observasi. Analisis data kualitatif dilakukan
kategori yang sejenis, dan 10) menentukan tema atau sub tema. Peneliti
menggunakan software weft QDA dalam melakukan content analysis. Program ini
dari data diberi kode. Kemudian teks lain yang sesuai dengan kode tersebut
Data kuantitatif diperoleh dari self report kuisioner kepusan pasien dan
kuisioner kepuasan kerja perawat. Analisis data kuantitatif berupa data kepuasan
pasien dan kepuasan perawat dianalisa dengan menggunakan uji statistik non
Keabsahan Data
Credibility
Transferability
Penelitian ini dapat digunakan pada setting yang berbeda. Kriteria ini
dipenuhi peneliti dengan menjelaskan secara rinci data yang diperoleh termasuk
juga situasi organisasi dan geografis tempat penelitian serta temuan yang
diperoleh. Semua data tersebut dibuat dalam satu deskripsi tebal (thick
description) untuk memungkinkan seseorang tertarik dalam membuat transfer
kemungkinan.
Dependability
metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil penelitian yang diperoleh
juga akan sama. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan secara detail
setiap proses penelitian kepada pembimbing untuk menilai apakah proses dan
hasil yang diperoleh sudah sesuai sehingga data yang diperoleh dari hasil
Comfirmability
peneliti dengan metode triangulation, check expert dan audit trail. Metode
diperoleh dengan data dari sumber lain, metode triangulation dilakukan peneliti
dengan melakukan metode pengumpulan data yang beragam terdiri dari observasi,
kepembimbing untuk validasi hasil coding dan tema yang ditemukan saat
melakukan analisa data. Audit trail dilakukan dengan cara membuat tabel atau
diagram yang berisi tentang alur kegiatan secara rinci yang meliputi jenis
yang berisi informasi terkait penelitian. Penelitian ini bersifat sukarela dan
Waktu Kegiatan
20 Maret 2017 s/d 1. merencanakan pertemuan dengan pihak manajerial
dan rencana pertemuan dengan kepala ruangan rawat
13 Mei 2017 inap Rumah Sakit USU Medan
2. Melakukan prolonged engagement
3. Membuat pertemuan dengan melibatkan seluruh
partisipan secara bersama-sama
4. Menyampaikan langkah-langkah dari kegiatan yang
dilakukan selama penelitian
5. Menyampaikan batas waktu penelitian
6. Mencari informasi kembali secara menyeluruh
tentang setting penelitian
10 Mei 2017 1. Melakukan focus group discussion dengan Kepala
bidang keperawatan, Kepala ruangan, Ketua tim dan
3 orang perawat pelaksana untuk mengetahui
persepsi partisipan tentang implementasi timbang
terima pasien yang telah berjalan selama ini
2. Focus group discussion menggunakan panduan
focus group discussion dan recorder
3. Lama focus group discussion 30 sampai 60 menit
4. Hasil focus group discussion dibuat dalam bentuk
transkrip dan dianalisis
5. Melakukan penyebaran kuesioner tentang kepuasan
kerja perawat
6. Melakukan penyebaran kuesioner tentang kepuasan
pasien
7. Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah
dibagikan sebelumnya kepada partisipan
8. Mengobservasi pelaksanaaan timbang terima
pasien 10-13 Mei 2017 1. Melakukan analisa data
2. Melakukan member chacking terhadap hasil focus
group discussion dan penyebaran kuesioner kepada
partisipan
Waktu Kegiatan
07-12 Juli 2017 Mengobservasi partisipan proses perumusan protokol
implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside
handover
12 juli 2017 Melakukan member chacking terhadap hasil observasi
Waktu Kegiatan
24 Juli 2017 1. Melakukan focus group discussion dengan kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
2. Focus group discussion menggunakan panduan FGD
dan recorder
3. Lama focus group discussion 30 sampai 60 menit
4. Hasil focus group discussion dibuat dalam bentuk
transkrip dan dianalisis
24 – 26 Juli 2017 1. Melakukan analisa data
2. Melakukan member chacking terhadap hasil FGD
BAB 4
HASIL PENELITIAN
merupakan salah satu rumah sakit Perguruan Tinggi Negeri yang soft launching
pada tanggal 28 Maret 2016, berlokasi di jalan Dr. Mansyur Medan. Visi Rumah
mutu Dokter, Dokter Spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu pelayanan
(Quality, Safety and Friendly) yang menganut dua nilai dasar yaitu nilai pertama
Salus aegroti suprema lex yakni kepulihan pasien adalah hukum tertinggi
(pelayanan berorientasi kepada pasien) dan nilai kedua Primum non nucere, yakni
dengan akreditasi paripurna bintang lima merupakan satu tolak ukur agar
jam, klinik umum, klinik KIA, klinik gigi, layanan klinik spesialis dasar (penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri & ginekologi), klinik spesialis lainnya
(mata, THT, syaraf, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, jantung dan
dengan kapasitas 400 tempat tidur. Pada tahun 2016 pasien rawat jalan di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara Medan mencapai hampir 2000 orang dan pasien
rawat inap mencapai 50 orang per harinya. Sejak 1 April 2017 Rumah Sakit
mendapatkan masalah yang akan diteliti. Tahap kedua merupakan siklus action
Tahap reconnaissance
hingga 13 Mei 2017. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengidentifikasi setting
ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit USU Medan. Agar dapat mengidentifikasi
manajemen rumah sakit untuk mendapatkan izin penelitian dan dukungan dalam
inap dengan kapasitas 400 tempat tidur tetapi masih 4 ruangan rawat inap yang
difungsikan yaitu ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II dan ruang kelas III.
Sumatera Utara Medan. Denah ruang cendana Rumah Sakit Universitas Sumatera
tenaga perawat sebanyak 19 orang dan bidan 1 orang. Metode penugasan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang dijalankan di ruang cendana adalah metode
sehingga akan memberikan kepuasan pada anggota tim. Ruang cendana dipimpin
oleh kepala ruangan dan 3 orang ketua tim. Untuk lebih jelasnya tentang struktur
organisasi ruang cendana Rumah Sakit USU Medan dapat terlihat pada gambar 5
dibawah ini :
dengan partisipan kepala ruangan, ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana. focus
rawat inap yaitu : 1) belum optimal hanya di ners station, 2) tidak langsung
didepan pasien, 3) dengan model status saja, dan 4) tidak memiliki SPO yang
baku. Pelaksanaan timbang terima pasien ini dinyatakan oleh beberapa partisipan
“.......pernah saya coba ada semacam pre comprence dulu disitu kita
bahas, bagi, terkait hal yang umum untuk semua pasien baru kemudian
bed to bed, baru kemudian kembali lagi untuk post, menanyakan apa yang
akan direncanakan oleh tim, itu rencana, yang terjadi adalah itu
kemudian kami pertahankan menjadi hanya balik lagi hanya di ners
station saja” (P1. L25-L29).
“......banyak misalnya yang sudah dioperkan ini-ini tetapi tetap tidak
langsung ke depan pasien” (P2. L53-L54).
“Kita hanya model status aja, ini yang sudah dilakukan, ini yang hal yang
perlu ditindak lanjuti, ini yang perlu difoto, ini aja sich” (p2. L55-L56).
“SOP untuk timbang terima belum ada” (P4.L89)
Pernyataan partisipan tentang pelaksanaan timbang terima pasien ini sesuai
pasien yang dilakukan terhadap shift pagi, shift siang dan shift malam.
Tabel 9 :
Observasi pelaksanaan timbang terima pasien (n=18)
Kegiatan Kategori
Melakukan % Tidak Melakukan % Total %
(n) (n) (n)
1 18 100 0 0 18 100
2 18 100 0 0 18 100
3 0 0 18 100 18 100
4 0 0 18 100 18 100
5 18 100 0 0 18 100
6 0 0 18 100 18 100
7 0 0 18 100 18 100
8 10 55,56 8 44,44 18 100
9 6 33,33 12 66,67 18 100
10 6 33,33 12 66,67 18 100
11 6 33,33 12 66,67 18 100
12 18 100 0 0 18 100
13 10 55,56 8 44,44 18 100
14 0 0 18 100 18 100
15 0 0 18 100 18 100
16 0 0 18 100 18 100
17 0 0 18 100 18 100
18 0 0 18 100 18 100
19 0 0 18 100 18 100
20 0 0 18 100 18 100
21 0 0 18 100 18 100
22 18 100 0 0 18 100
Manfaat pelaksanaan timbang terima pasien
terima pasien ini dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan
berikut ini:
timbang terima yaitu: 1) saling percaya antara perawat shift berikutnya dengan
perawat shftt sebelumnya, dan 2) mengatur waktu pemberian obat pasien. Cara
terima pasien yaitu: 1) agar ada SOP timbang terima serta diperlukan sosialisasi
kepada seluruh perawat dengan cara role play, dan 2) agar pelaksanaan timbang
terima pasien seragam diruang rawat inap. Harapan terhadap pelaksanaan timbang
terima pasien dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut:
“mungkin perlu ini juga , ya SOP itu tadi kan, apa-apa yang musti
disampaikan dengan format itu, dengan cara apa bahkan kata-katanya,
perlu di ini lagi, perlu di role play-kan” (P.1 L147-L148)
“kami berharap outputnya nanti yang berupa SOP lebih detail lagi, betul-
betul harus diarahkan lagi” (P.1 L207-L208)
“kalau saya ya, harapan kedepannya bisa seragam di semua
ruangan”(P4. L153)
kepada 30 orang pasien yang di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas
dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap kelas I dan VIP Rumah Sakit
dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit
Puas 13 43,30
ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Dari 18
sebagai perawat di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera
timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas
I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dapat dilihat pada tabel 13 :
Tabel 11 :
Distribusi frekwensi kepuasan perawat sebelum aplikasi (n=18)
Kategori F %
Puas 8 44,40
ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan yang
dapat dilihat dari : 1) pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap
belum optimal, 2) tidak memiliki SOP yang baku yang dapat dijadikan acuan bagi
dalam pelaksanaan timbang terima pasien, 4) tidak adanya arahan dari pimpinan
inap kelas I dan VIP Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.
pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I dan VIP
Tahap planning
handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.
Tentative protokol ini disusun agar dapat menjadi panduan bagi perawat dalam
melaksanakan timbang terima pasien. Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei
untuk penjelasan tentang kegiatan penelitian dan manfaat penelitian ini bagi
Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 12 Juli
2017. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan
pada tahap planning. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini terdapat kegiatan
ruangan rawat inap kelas I pada tanggal 22 Mei 2017. Pada pertemuan tersebut
pelaksanaan timbang terima pasien yang dilakukan perawat selama ini di ruang
rawat inap yaitu: 1) Kepala ruangan/ketua tim mengelompokkan pasien per tim
to bed pasien dan ruang rawat inap memiliki SPO yang seragam disemua ruangan.
handover.
terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan pada tanggal 30 Mei
terima pasien dengan metode bedside handover berdasarkan referensi dan hasil
dari data yang diperoleh peneliti pada tahap reconnaissance. Hasil pembahasan
persiapan yaitu kejelasan tentang siapa melakukan apa dalam langkah persiapan
belum terlihat.
terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan pada tanggal 31 Mei
terima pasien dengan metode bedside handover. Format protokol yang digunakan
sesuai dengan tata naskah Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.
berkelanjutan atau pertukaran antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur
pasien berdasarkan referensi dari Australian Comission for Safety and Quality in
Health Care.
handover dalam protokol ini dirumuskan ada 2 yaitu: 1) sebagai acuan bagi
protokol ini akan disahkan sesuai dengan SK Direktur tentang Kebijakan Mutu
yang harus dilakukan saat implementasi timbang terima pasien. Untuk prosedur
informasi, keterlibatan pasien, dan safety scan. Ada 9 langkah kegiatan yang
timbang terima pasien. Tahapan terakhir adalah timbang terima lengkap yang
pasien.
Rawat inap. Pada pertemuan ini tim dan peneliti sudah menyepakati draft protokol
Tahap reflection
Tahap reflection adalah tahapan akhir dari siklus action research yang
hal penting. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi mulai tanggal 24-26 Juli
2017 yaitu: 1) focus group disscation untuk menggali persepsi partisipan dalam
bedside handover di ruang rawat inap. Kegiatan focus group discussion dilakukan
pada tanggal 24 Juli 2017 selama 50-60 menit, ditemukan 5 tema yaitu: 1)
bedside handover
berikut ini:
“...kita gak pernah lengkap yang hadir pas rapat perumusan SPO itu”
(P1. L54-L55)
“...waktunya yang menghambat, untuk kedatangan tepat waktu ee
sedikit...” (P6. L103-L104)
“...misalnya aja mau kumpul susah, karena banyaknya kesibukan lain tim
perumus itu sendiri.. jadi susah untuk cari waktu yang pas” (P2. L63-L64)
“...kurangnya referensi mengenai timbang terima pasien dengan metode
bedside handover ini ya bu” (P3. L72-L73)
“...jadi orientasi berfikir kita masih pada konsep yang lama” (P3. L73)
“Proses diskusi kurang fokus salah satunya adalah karena handphone”
(P4. L86-L87)
“Kurang koordinasi kami sesama bidang yang lain, kesibukan kami
masing-masing dan susah untuk duduk bersama membahas suatu
perumusan” (P5. L94-L96)
terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) membuat aturan rapat, 2)
ungkapan berikut:
“Pada pertemuan rapat pertama kami sudah sepakati aturan rapat selama
penelitian ini” (P1. L58)
“Membuat undangan rapat 2 hari sebelumnya ya...dan jam nya itu kami
buat pas jam makan siang pasien atau pas jam istirahat untuk bagian
manajemen. Sesuai kesepakatan kami lha bu” (P2. L67-L69)
“Untuk masalah ini bisa kita atasi kerna peneliti sebelumnya sudah
membuat tentative secara operasional” (P3. L78-L79)
“...harus pintar-pintar membagi waktu eee gimana caranya kita itu nggak
memakan waktu yang lama. Karena penelitian ini juga penting yang
nantinya hasilnya juga untuk kami” (P6. L106-L107)
Faktor pendukung pengembangan protokol implementasi timbang terima
terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) adanya dukungan dari
direktur dan kepala seksi keperawatan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
pelaksana, dan 4) ketersediaan bahan dan materi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan berikut ini:
“...banyak pengetahuan baru yang bisa kami share, jadi rapat tim
perumus ini bisa saling membuka wacana baru tentang tata cara protokol
timbang terima dirumah sakit ini” (P1. L145-L147)
“SPO nya jadi nampak teratur, lagian perawatnya jadi mengerti langkah-
langkahnya. Kayaknya ini bagus lha digunakan diruangan kita (P3. L157-
L158)
“...perawatnya jadi tau gitu, apa yang harus dikerjakan duluan, gitu bu.
Pokoknya protokol ini kayaknya lebih baik dan lebih terarah gitu lah bu”
(P4. L161-L163)
“Rumusan protokol ini memang membuat perawat jadi lebih mengerti
mau ngapain dengan pasien. Begitu juga sebaliknya pasien jadi merasa
dihormati gitu, diperlakukan dengan baik (P5.L167-L168)
Proses action research yang dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit
timbang terima pasien dengan metode bedside handover adalah elaborasi dari 5
komponen utama yang berfungsi sebagai standar operasional bagi perawat dalam
terima pasien dengan metode bedside handover, sehingga Rumah Sakit USU
1. Melakukan
mplementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakitpertemuan dengan pihak manajerial
USU Medan.
Rumah Sakit USU Medan
2. Sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap
dengan pihak menejerial Rumah Sakit USU Medan reconnaissance kepada pihak rumah sakit
asil pengumpulan data prosedur timbang terima pasien pada tahap reconnaissance 3. Perumusan protokol timbang terima pasien
musan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover
Gambar 6: Proses action research pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan
metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan.
BAB 5
PEMBAHASA
handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan. Terdapat persamaan
terima pasien dengan metode bedside handover dengan penelitian action research
yang dilakukan oleh Moore, Crozier, dan Kite (2011) yang mengembangkan
dilakukan selama 3 bulan. Menurut Kemmis dan McTaggart (1988) bagi peneliti
action research pemula ada baiknya tidak melakukan siklus yang terlalu lama
timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan penelitian action
research yang dilakukan oleh Moore, Crozier, dan Kite (2011) dapat dilihat dari
data focus group discussion, observasi, self report dan field notes, sedangkan
penelitian Moore, Crozier, dan Kite (2011) menggunakan metode pengumpulan
data in-depth interview dan focus group discussion. Menurut Sullivan, Hegney,
dan Francis (2013) sumber data untuk penelitian action research dapat
penjelasan Hegney dan Francis (2015), focus group discussion dan in-depth
setting penelitian hasilnya akan memberikan masukan positif atau negatif dari
setting penelitian.
tempat penelitian untuk mencari masalah penelitian yang tepat. Peneliti telah
rawat inap yang salah satunya adalah tidak memiliki SOP yang baku yang dapat
dijadikan acuan bagi perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien. Masalah
terima di ruang rawat, faktor material tampak belum adanya SPO terkait timbang
rawat inap yang lainnya adalah rendahnya motivasi perawat dalam pelaksanaan
timbang terima pasien, tidak adanya arahan dari pimpinan keperawatan tentang
bagaimana seharusnya timbang terima pasien yang efisien waktu dan efektif,
mencapai tujuan organisasi. Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan manajer
tim. Ketika manajer sudah tidak melakukan peranannya maka terjadi penurunan
kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien. Hal ini sejalan dengan
penelitian Safitri (2012) bahwa pelatihan operan dengan cara modern yang
motivasi perawat dan kepuasan kerja perawat sebelum dan setelah diberi
Hal ini sejalan dengan Kemmis dan McTaggart (1988) menerangkan bahwa pada
tahap planning peneliti merencanakan tindakan yang bersifat tentative atau
pasien dengan metode bedside handover. Protokol bukan hanya menjadi prosedur
kerja rutin yang harus dilaksanakan, tetapi berfungsi juga untuk mengevaluasi
pekerjaan yaang telah ditentukan, oleh karena itu proses penyusunannya pun tidak
timbang terima pasien dengan metode bedside handover berdasarkan referensi dan
Pada tahap ini, perawat yang akan pulang mempersiapkan dan memastikan
informasi yang akan disampaikan pada saat timbang terima. Persiapan yang
informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya, kegiatan ini
(Chaboyer, et al, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Chaboyer, McMurray,
dan Wallis (2010) menyatakan persiapan yang dilakukan oleh perawat dalam
kepada pasien timbang terima akan dimulai, dan 4) meminta keluarga dan
Tahapan ini sangat penting untuk membina hubungan saling percaya antara
perawat dan pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika
komunikasi dua arah antara perawat shift sebelumnya kepada perawat shift
metode SBAR. Semua informasi yang telah tercatat dalam status pasien
penyampaian informasi oleh perawat pelaksana pada saat timbang terima pasien.
kepuasan kerja perawat. Hal ini sejalan dengan pendapat Spektor (1997)
kerja yang terdiri dari gaji, kesempatan promosi, pengawasan, keuntungan yang
metode bedside handover selain introduksi dan pertukaran informasi juga ikut
terima pasien dengan metode bedside handover. Pasien dapat bertukar informasi
dengan staf mengenai aktivitas perawatan hari ke hari untuk memastikan tidak ada
kesalah fahaman antara penerima dan pemberi pelayanan kesehatan. Hal ini
kegiatan pada tahap keterlibatan pasien adalah: 1) bertanya kepada pasien jika
yang dapat terjadi pada pasien. Hal ini sejalan dengan teori Watson (1979) salah
sosial budaya dan spiritual yang mendukung. Jadi dalam timbang terima pasien
oleh peneliti dan tim sehingga perawat lebih fokus dan terarah dalam melakukan
draft SPO. Menurut Sailendra (2015) dalam buku Pembuatan Standard Operating
kurang fokus. Hal ini sejalan dengan Budihardjo (2014) menyatakan ada tiga
tentative, dan 4) memotivasi staf. Memulai rapat dengan tepat waktu dan akhiri
juga dengan tepat waktu. Selesai tepat waktu merupakan nasehat manajemen rapat
yang krusial. Harvey (1991) menyatakan mutu keperawatan dapat diukur dengan
seorang manajer yang baik harus mampu membuat strategi agar hambatan dan
dukungan yang ada dapat ditelaah kembali yang bertujuan untuk memperlancar
umpan balik kepada staf secara real time. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dukungan dari direktur dan kepala seksi keperawatan Rumah Sakit Universitas
protokol sementara yang sudah disusun oleh tim, protokol sementara ini
pasien dengan metode bedside handover yang akan dilaksanakan mulai dari
rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan yang dapat
pasien antar shift. Menurut Lesha (2014), penelitian action research sangat tepat
sekali bagi orang-orang yang berkeinginan untuk meningkatkan kinerja, atau juga
pengetahuan baru, sehingga akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik.
dan partisipan (perawat) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas
Sumatera Utara Medan. Pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti adalah peneliti
dapat belajar lebih dalam lagi tentang penggunaan desain penelitian action
implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yang dapat
antar shift.
antar shift dan mengajak pihak manajemen rumah sakit untuk merumuskan draft
Perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara
lebih efektif dan keterlibatan pasien dalam implementasi timbang terima lebih
meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hsiao, et. al (2012), salah satu
penggunaan kata dan komunikasi, melalui proses penelitian action research teori
menggambarkan, dan merevisi bahasa agar dapat diterima oleh semua partisipan.
Keterbatasan Penelitian
antara lain adalah lokasi pelaksanaan penelitian hanya disalah satu ruang rawat
inap yaitu diruang rawat inap kelas I. Partisipan yang menjadi fokus penelitian
adalah perawat dan pasien diruang rawat inap kelas I, namun tidak dapat
waktu partisipan pada tahap acting dan observing. Peneliti mengatasi hal tersebut
dinas berubah mengikuti shift dinas yang telah disepakati antara peneliti dan
partisipan.
BAB 6
Kesimpulan
handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan sebagai pedoman
Saran
protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan uji coba
penelitian terkait uji coba dengan penerapan draft protokol implementasi timbang
terima pasien dengan metode bedside handover pada semua ruangan di rumah
dengan metode bedside handover dapat disempurnakan dan sesuai dengan kondisi
Publishing.
Andalas. Padang.
Cairns, L, L., Dudjak, L, A., Hoffmann, R, L., & Lorenz, H, L. (2013). Utilizing
Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis, M., & Fetherston, C. (2010). Implementing
Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis M. & Chu, S. (2008). Bedside Handover
Press
Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). The action research planner. 3 ed.
Geelong: Deakin.
Medik.
McMurray, A., Chaboyer, W., Wallis, M., Johnson, J., & Gehrke, T. (2011)
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing: Generating and assessing evidence
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2014). Essentials of nursing research: appraising
evidence for nursing practice, 4th edn. Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia.
CD009979.
Vines M.M., Dupler A.E., Van Son C.R. & Guido G.W. (2014) Improving client
Riwayat Pendidikan :
(S. Kep)
(Ners)
Riwayat Pekerjaan:
Staf Puskesmas Aek Batu Kabupaten Labuhanbatu Selatan TMT Maret 2009-
Oktober 2014
INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 1 A
Tanda tangan :
Tanggal :
Tempat : Tanggal :
Peserta : Waktu :
Nama Fasilitator :
Kegiatan :
ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan”. Pertemuan ini berlangsung
dalam diskusi.
yaitu:
pasien?
terima pasien?
pasien?
Terima kasih atas waktu dan saran yang Bapak/Ibu berikan. Hal ini akan
Tempat : Tanggal :
Peserta : Waktu :
Nama Fasilitator :
Kegiatan :
timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap
menit.
dalam diskusi.
yaitu:
handover?
handover?
Terima kasih atas wakt u dan saran yang Bapak/Ibu berikan. Hal ini akan
Petunjuk Pengisian :
Berikan tanda checklist ( √ ) dikolom YA apabila kegiatan telah dilakukan oleh
partisipan dan berikan tanda checklist ( √ ) dikolom IDAK apabila kegiatan tidak
dilakukan atau tidak tepat yang dilakukan partisipan.
Tanggal :
Ruangan :
Observer :
NO Kegiatan Dilakukan
Ya Tidak
Persiapan
1. Ada perawat penanggung jawab pasien dengan
mengelompokkan pasien berdasarkan jumlah perawat.
2. Mengkaji ulang status pasien berdasarkan kondisi
terakhir
3. Menyampaikan kepada pasien bahwa serah terima tugas
akan dimulai
4. Meminta pengunjung untuk keluar sesaat selama
timbang terima berlangsung
Introduksi
5. Menentukan jumlah perawat yang akan ikut timbang
terima
6. Menyapa pasien
7. Memperkenalkan perawat shift selanjutnya yang akan
bertugas
Pertukaran informasi
8. Menggunakan format komunikasi efektif SBAR
9. Mengklarifikasi kondisi terakhir pasien
10. Menyampaikan hasil tes laboraturium pasien jika perlu
kepada shift berikutnya
11. Menanyakan kebutuhan sehari-hari pasien kepada shift
berikutnya
12. Menyampaikan perencanaan asuhan keperawatan
13. Pertanyaan dari tim yang bertugas selanjutnya
Keterlibatan pasien
14. Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya
15. Memberi kesempatan pada pasien untuk klarifikasi
16. Melibatkan pasien terkait asuhan keperawatan
selanjutnya
Safety scan
17. Memeriksa call bell
18. Memeriksa alat-alat medis yang terpasang pada pasien
19. Memeriksa alat-alat bantu mobilitas dalam jangkauan
20. Memeriksa pemakaian identifikasi gelang pasien
Timbang terima lengkap
21. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya
Keterangan :
Medan, 2017
Observer
Kode:
Petunjuk Pengisian :
1. Umur :
D III S1
Kuesioner B: Kepuasan Pasien
Kode:
Petunjuk Pengisian :
2 : Tidak Puas ( TP )
4 : Puas ( P )
5 : Sangat Puas ( SP )
1. Umur :
BIODATA EXPERT
BIODATA EXPERT
CONTENT VALIDITY
INDEX
PANDUAN FGD, LEMBAR OBSERVASI, dan KUESIONER
Utara
Kepala Bidang Rawat Jalan Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI
PENELITIAN
Melakukan Focus Group Discussion (FGD) tahap reconnaissance
Mensosialisasikan Data Tahap Reconnaissance
Melakukan Focus Group Discussion (FGD) tahap reflecting