Anda di halaman 1dari 220

PENGEMBANGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN KLINIS

PERAWAT PELAKSANA RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh:

ARIENY RIZAFNI
177046039 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


DEVELOPMENT OF NURSE CLINICAL LEADERSHIP COMPETENCY
MODEL IN PATIENT ROOMS AT THE UNIVERSITY OF
SUMATERA UTARA HOSPITAL

THESIS

By

ARIENY RIZAFNI
177046039 / NURSING ADMINISTRATION

MASTER OF NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF NURSING
UNIVERSITY SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


PENGEMBANGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN KLINIS
PERAWAT PELAKSANA RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep)
Dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Administrasi Keperawatan
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ARIENY RIZAFNI
177046039 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji

Pada Tanggal 19 Desember 2019

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Roymond H Simamora, S.Kep., Ns., M.Kep

2. Destanul Aulia, S.K.M., MBA., M.Ec., Ph.D

3. Zulkarnain, Ph.D, Psikolog

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis : Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan
Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara
Nama Mahasiswa : Arieny Rizafni
NIM : 177046039
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
Tahun : 2019

PEENGEMBANGAN MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN KLINIS


PERAWAT PELAKSANA RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana merupakan panduan


penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat sebagai klinisi yang memiliki
waktu 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Kompetensi
perawat pelaksana dapat diobservasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sebuah model kompetensi kepemimpinan klinis perawat
pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Desain
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pendekatan
Participatory Action Research yang dilakukan dalam 1 (satu) siklus selama 6
bulan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan focus group
discussion (FGD), kuesioner pengetahuan dan lembar observasi tentang
kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Penentuan partisipan dengan metode
purposive sampling sebanyak 16 orang, dan melibatkan 30 orang perawat
pelaksana untuk mendapatkan informasi mendalam dan peserta pada kegiatan
implementasi penelitian. Metode analisis data kualitatif menggunakan metode
content analysis. Sedangkan data kuantitatif menggunakan metode uji statistik
deskriptif. Output penelitian ini menghasilkan Draft Assesment Tools Kompetensi
Kepemimpinan Klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit USU
yang terdiri dari 5 komponen dan 18 unsur perilaku beserta rubrik penilaian
kompetensi. Sedangkan outcome yang diperoleh yaitu peningkatan pengetahuan
partisipan sebelum dan setelah sosialisasi dan implementasi model kompetensi
kepemimpinan klinis perawat pelaksana dengan mayoritas kategori cukup
sebanyak 11 orang (68.8%) meningkat menjadi mayoritas kategori baik sebanyak
12 orang (75%). Rekomendasi kepada pihak Rumah Sakit, khususnya kepada
seksi keperawatan untuk membuat pedoman sistem penilaian kompetensi
kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Menciptakan indikator ukur penilaian,
dan memfasilitasi pengesahannya sehingga dapat dipergunakan oleh kepala
ruangan serta menjadi acuan bagi perawat pelaksana.

Kata Kunci: Kompetensi, Kepemimpinan Klinis, Perawat Pelaksana

Universitas Sumatera Utara


Title of Thesis Development of Nurse Clinical Leadership Competency
:
Model in Patient Rooms at the University of Sumatera
Utara Hospital
Name of Student : Arieny Rizafni
Student ID Number : 177046039
Study Program : Master of Nursing Science
Major : Nursing Administration
Academic Year : 2019

DEVELOPMENT OF NURSE CLINICAL LEADERSHIP COMPETENCY


MODEL IN PATIENT ROOMS AT THE UNIVERSITY OF SUMATERA
UTARA HOSPITAL

ABSTRACT

The nurse's clinical leadership competency model is a guide to assessing clinical


nurse leadership competency as a clinician who has 24 hours to provide nursing
care to patients. The competency of practice nurses can be observed to increase
the nursing care quality that can be observed to improve the quality of nursing
services and patient safety. This study aims to develop a clinical leadership
competency nurses in inpatient rooms model at the University Hospital of North
Sumatra. The research design used qualitative method using the Participatory
Action Research in 1 (one) cycle for 6 months. The instrument used a focus group
discussion (FGD), a knowledge questionnaire and a behavioral observation
sheets on the clinical leadership. The participants were taken by purposive
sampling method as many as 16 people, and involving 30 practice nurses to get
in-depth information and participants in research implementation activities.
Qualitative data analysis methods use content analysis methods and quantitative
data use descriptive statistical test methods. The output of this study is Draft
Assessment Tool-Nurse Clinical Leadership Competency in Patient Rooms of
USU Hospital which consists of 5 components and 18 elements of competency
along with the rubric of clinical leadership competency assessment of nurses
implementing inpatient rooms at the USU Hospital. While the outcome increase
participant knowledge before socialization and implementation a majority of
moderate categories that 11 participants (68.8%), and after socialization and
implementation activities increased to a majority of good categories by 12 people
(75%). Recommendation to the Hospital, especially the head of the nursing
section to make a guideline for evaluating the clinical leadership competency of
the practice nurse. Create the indicators for measuring the assessment and
facilitate its approval so that it can be used by the head of the room (nurse
manager) and becomes a reference guideline for practice nurse.

Keywords: Competency, Clinical Leadership, Nurse

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad,
hidayah dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
tesis dengan judul “Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis
Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara”. Selama menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis menyadari bahwa telah
banyak memperoleh bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Prof. DR. Runtung Sitepu, SH., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara sekaligus dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan arahan, ide-ide terbaru dan bimbingan dalam
menyelesaikan penyusunan tesis.
3. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah banyak
memfasilitasi penulis dalam menjalani pendidikan dan penyelesaian tesis.
4. Roymond H. Simamora, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan arahan dan saran dalam penyusunan tesis.
5. Destanul Aulia, S.K.M., MBA., M.Ec., Ph.D selaku penguji 1 yang telah
meluangkan waktu untuk menguji, memberikan kritikan yang membangun
serta saran untuk perbaikan dalam penyusunan tesis.
6. Zulkarnain, Ph.D, Psikolog selaku penguji II yang telah meluangkan waktu
untuk menguji, memberikan kritikan dan saran yang membangun untuk
perbaikan dalam penyempurnaan penyusunan tesis.
7. Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II pada saat ujian proposal
tesis yang memberikan masukan dalam proses penyusunan tesis.
8. Direktur beserta seluruh perawat Rumah Sakit USU yang telah memberikan
izin dan memfasilitasi penulis selama melaksanakan penelitian.
9. Wisrizaf RN (papa), Mawarni Telaumbanua (mama) yang telah memberikan
kasih sayang, selalu mendoakan, memotivasi dan senantiasa mendampingi
penulis setiap waktu dalam menjalani pendidikan hingga akhir menyelesaikan
penyusunan tesis.

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat kepada
seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan
keberkahan untuk kita semua.
Medan, Januari 2020
Penulis,

Arieny Rizafni

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1


Latar Belakang ................................................................................ 1
Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 7
Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 9
Kepemimpinan Klinis...................................................................... 9
Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat.................................... 14
Model Kepemimpinan Klinis .......................................................... 19
Landasan Teori ............................................................................... 34
Konsep Action Research.................................................................. 36
Tingkat Keabsahan Data (Trustworthiness of Data) ....................... 42
Kerangka Konsep ........................................................................... 44
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................ 46
Desain Penelitian ........................................................................... 46
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 47
Partisipan Penelitian ....................................................................... 49
Metode Pengumpulan Data ............................................................ 50
Tahapan Penelitian Action Research ............................................... 55
Defenisi Operasional ....................................................................... 63
Metode Analisis Data ..................................................................... 63
Keabsahan Data (Trustworthiness of Data) ........................... ........ 65
Pertimbangan Etik ............................................................. ............. 68
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 70
Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 71
Proses Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis
Perawat Pelaksana ........................................................................... 76
Tahap Recconnaissance .................................................................. 76
Tahap Planning ............................................................................... 91
Tahap Acting dan Observing ........................................................... 92
Tahap Reflecting .............................................................................. 102
Output Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis
Perawat Pelaksana ........................................................................... 108

iv

Universitas Sumatera Utara


Outcome Perkembangan Model Kompetensi Kepemimpinan
Klinis Perawat Pelaksana................................................................. 118
Pembahasan ..................................................................................... 120
Proses Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis
Perawat Pelaksana ........................................................................... 121
Lesson Learned................................................................................ 145
Implikasi Penelitian ......................................................................... 147
Keterbatasan Penelitian ................................................................... 149
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 151
Kesimpulan .................................................................................... 151
Saran .............................................................................................. 152

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 155


RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 45


Skema 2.2 Rencana Kegiatan Tahapan Penelitian ..................................... 69
Skema 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara 75
Skema 4.2 Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana
Penerapan Pendekatan Sistem .................................................. 110
Skema 4.3 Siklus 1 Membuat dan Memperkenalkan Tentative Model
Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana ........... 119

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Timetable (Waktu Pelaksanaan) Penelitian ................................ 49


Tabel 3.2 Rangkaian Kegiatan Reconnaissance ........................................ 58
Tabel 3.3 Timetable Pelaksanaan Action Research Penelitian ................... 59
Tabel 3.4 Rangkaian Kegiatan Acting dan Observing ................................ 62
Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Partisipan ............................................ 80
Tabel 4.2 Karakteristik Demografi Perawat Pelaksana .............................. 81
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Partisipan ............................. 82
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Pelaksana................ 82
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Observasi Perilaku Perawat Pelaksana...... 83
Tabel 4.6 Matrix Tema FGD Tahap Reconnaissance................................. 89
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Pelaksana
Setelah Sosialisai ....................................................................... 100
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kompetensi Kepemimpinan Klinis
Perawat Pelaksana (Implementasi) ............................................. 101
Tabel 4.9 Distribus Frekuensi Pengetahuan Partisipan Setelah
Sosialisasi dan Implementasi ...................................................... 103
Tabel 4.10 Matrix Tema FGD Tahap Reflecting .......................................... 107
Tabel 4.11 Komponen dan Rubrik Penilaian Perilaku Kompetensi
Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana .................................. 110
Tabel 4.12 Keterkaitan Teori Faye Glenn Abdellah dengan Kompetensi
Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana .................................. 117
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Partisipan Sebelum dan
Setelah Sosialisasi dan Implementasi ......................................... 118
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Pelaksana
Sebelum dan Setelah Sosialisasi ................................................. 119

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Siklus Spiral Action Research .................................................. 41


Gambar 3.1 The Action Research Spriral .................................................... 47

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian


a. Penjelasan Penelitian
b. Persetujuan Partisipan
c. Kuesioner Data Demografi
d. Kuesioner Pengetahuan Kompetensi Kepemimpinan Klinis
e. Lembar Observasi Perilaku Kompetensi Kepemimpinan Klinis
f. Panduan Wawancara Focus Group Discussion (FGD)
g. Field Notes
Lampiran 2 Biodata Expert Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
a. Izin Dekan
b. Ethical Clearance
c. Izin Pengambilan Data
d. Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Lembar Konsul

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar belakang

Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang sistematis, dibangun

untuk memberikan jawaban atas kebutuhan permasalahan kesehatan yang dialami

pasien. Layanan kesehatan tersebut membutuhkan sebuah upaya yang

mensinergikan keseluruhan unsur-unsur profesi tersebut dalam satu komando dan

koordinasi dalam sebuah kepemimpinan menjalankan layanan. Kepemimpinan

adalah suatu seni dan proses yang berkaitan dengan kemampuan mempengaruhi

dan mengarahkan orang lain agar memiliki motivasi untuk mencapai tujuan

organisasi dalam situasi tertentu dengan sebaik-baiknya (Mannix et al., 2014;

Simamora, 2012). Penerapan kepemimpinan di area layanan kesehatan, munculah

istilah kepemimpinan klinis yang saat ini menjadi pembahasan dikalangan profesi

pemberi layanan kesehatan.

Kepemimpinan klinis merupakan kemampuan perawat dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien dengan cara

yang inovatif dan kreatif. Kepemimpinan klinis seorang perawat digambarkan

sebagai pemimpin klinis yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik,

menjadi role model dan motivator dalam melaksanakan praktek keperawatan

(Chavez & Yoder, 2014; Stanley, 2017; Swanwick & McKimm, 2011).

Kepemimpinan klinis perawat lebih cenderung sebagai seorang pemimpin yang

diikuti karena memiliki nilai, keyakinan, percaya diri dan kemampuan untuk terus

meningkatkan pelayanan keperawatan yang bermutu dan berkualitas dalam

melaksanakan praktek klinisi (Fealy et al., 2011; Stanton et al., 2010).

Universitas Sumatera Utara


2

Kepemimpinan klinis perawat akan tercermin dari perilaku sehari-hari

dalam melaksanakan asuhan keperawatan antara lain mampu bekerja sama dalam

tim, memiliki hubungan interpersonal yang baik, memiliki visi yang visioner bagi

perkembangan karir diri sendiri (Supamanee et al., 2011). Konsep yang

berkembang, karakteristik kepemimpinan klinis bergantung pada hubungan

interpersonal yang baik, komunikasi yang efektif, bekerja dalam tim, support

team, berkolaborasi dan berkoordinasi serta menjadi advokat (Bender, 2016;

Fealy, 2011; Patrik, 2011; Stanley, 2017).

Kepemimpinan klinis perawat dapat diukur melalui kompetensi.

Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang spesifik terkait konsep, tindakan

dan melaksanakan fungsi dengan sukses sesuai dengan ketetapan standar-standar

dan spesialisasi (Schroeter, 2008). Menurut College of Nurse of Ontario (CNO’s)

(2009), kompetensi adalah kemampuan perawat dalam menggunakan

pengetahuan, keterampilan, penilaian, sikap, nilai-nilai dan keyakinan untuk

melaksanakan perannya pada praktek keperawatan.

Perawat yang memiliki kompetensi kepemimpinan klinis yang baik, secara

otomatis akan menunjukkan performa kerja yang tinggi sebagai salah satu solusi

dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal tentunya akan

dengan sendirinya perawat akan bersinergi dengan sistem kerja yang berlaku di

Rumah Sakit tersebut sehingga indikator mutu Rumah Sakit dapat dicapai.

Keefektifan kepemimpinan klinis ini, diharapkan menjadi kunci utama dalam

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, bersifat fungsional serta dapat

mendukung perawat dan profesi kesehatan lainnya (Daly et al., 2014).

Universitas Sumatera Utara


3

Kompetensi kepemimpinan klinis digambarkan secara terstruktur dan

terfokus pada sebuah model. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pepin,

Dubois, Girard, Tardif, & Ha (2011) di Canada, lebih menekankan kepada

pemodelan kompetensi kognitif kepemimpinan klinis untuk memfasilitasi

pembelajaran dan evaluasi yang disebut dengan Learning Cognitive Model for

Clinical Leadership. Sedangkan, penelitian yang dilakukan di Thailand disebut

dengan Model Preliminary Clinical Nursing Leadership Competency Nurse,

pertama kali diterapkan dengan mendeskripsikan kompetensi kepemimpinan

klinis berdasarkan Iceberg Model’s yang menggabungkan 3 (tiga) karakteristik

yaitu: 1) Sifat, 2) Konsep diri, dan 3) Motif (Supamanee et al., 2011).

Model kepemimpinan klinis menurut National Health Science (NHS)

(2012) yaitu Clinical Leadership Competency Framework (CLCF) yang

mendeskripsikan kepemimpinan klinis berdasarkan domain-domain kompetensi

kepemimpinan klinis yang ditujukan untuk perawat terdiri dari 7 domain yang

mencakup kualitas diri, kerjasama, manajemen asuhan keperawatan,

pengembangan layanan, kemampuan change agent, menciptakan visi dan

mengembangkan strategi.

Model kompetensi kepemimpinan klinis belum ada ditemukan di

Indonesia dan belum penah dilakukan penelitian terkait dengan hal ini, sehingga

belum ada penerapan model kompetensi kepemimpinan klinis tersebut di Rumah

Sakit. Kompetensi perawat di Indonesia yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat

Nasional Indonesia, berdasarkan kategori tenaga keperawatan dengan beberapa

ranah keperawatan yaitu: 1) Praktik profesional, legal dan etis; 2) Pemberian

asuhan dan manajemen; dan 3) Pengembangan profesional, personal dan kualitas.

Universitas Sumatera Utara


4

Kompetensi perawat dapat dinilai dalam pelaksanaan pelayanan asuhan

keperawatan yang dilakukan di Rumah Sakit. Rumah Sakit merupakan area

layanan kesehatan yang harus memenuhi standar pelayanan dan manajemen yang

telah ditetapkan oleh komisi akreditasi Rumah Sakit sehingga Rumah Sakit

terakreditasi sesuai dengan kelas dan tipenya. Komisi Akreditasi Rumah Sakit

(KARS) merupakan lembaga resmi yang ditunjuk dan memiliki wewenang untuk

memutuskan peringkat akreditasi yang tepat untuk suatu Rumah Sakit (Permenkes

No. 12 tahun 2012) dan saat ini telah memiliki Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit (SNARS) edisi 1 tahun 2018.

Komponen yang tercantum pada SNARS yang berkaitan erat dengan

kepemimpinan klinis yaitu Standar Keselamatan Pasien pada poin Meningkatkan

Komunikasi Efektif membutuhkan kejelasan informasi, cara penyampaian yang

tepat agar informasi dipahami pasien, dan komunikasi interprofesional yang

efektif, dimana kompetensi kepemimpinan klinis pada domain kerja sama akan

menjawab kebutuhan ini.

Komponen standar akreditasi SNARS lainnya yang berkaitan erat dengan

kompetensi kepemimpinan klinis domain pengembangan layanan adalah standar

pelayanan berfokus pada pasien pada poin Asesmen Pasien (AP) berisikan tentang

kemampuan staf klinis dalam hal ini adalah perawat, untuk mengisi Catatan

Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) yang membutuhkan critical thinking

yang baik dalam memberi keputusan tindakan keperawatan pada pasien

terselesaikan ataupun dimodifikasi dan poin Pelayanan Asuhan Pasien (PAP),

perawat mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan deteksi perubahan

kondisi pasien.

Universitas Sumatera Utara


5

Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sumatera Utara merupakan Rumah

Sakit dibawah pimpinan Universitas Sumatera Utara dan Kemenristek Dikti.

Rumah Sakit USU memiliki klasifikasi C dan telah terakreditasi Kars Paripurna.

Rumah Sakit USU menyelenggarakan 16 departemen pelayanan kesehatan,

memiliki kapasitas 11 ruangan dengan 160 perawat. Perawat rata-rata memiliki

latar belakang pendidikan D3 Keperawatan, dengan masa kerja 2 tahun dan

mengikuti beberapa pelatihan kurang lebih sebanyak 2 kali yang disesuaikan

dengan area pekerjaannya.

Konsep kompetensi kepemimpinan klinis saat ini belum terlalu dikenal

dikalangan perawat Rumah Sakit USU. Selain itu, belum ada perencanaan oleh

pihak manajemen untuk mengadakan pelatihan terkait tentang kepemimpinan

klinis yang mungkin dapat digunakan untuk pengembangan sumber daya manusia.

Penjelasan yang disampaikan perawat pelaksana masih jarang mengikuti

pelatihan-pelatihan, apalagi pelatihan tentang kepemimpinan klinis, memang

sama sekali belum pernah diikuti.

Kualitas diri merupakan salah satu domain kompetensi kepemimpinan

klinis, latar belakang pendidikan perawat juga belum sesuai dengan standar yang

diinginkan. Kemampuan kerjasama juga merupakan domain kompetensi

kepemimpinan klinis, salah satu ketua tim menyatakan bahwa perawat pelaksana

didalam timnya kurang mampu melakukan kerja sama yang baik, hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan tepat pada

waktunya, padahal ketua tim telah membagi tugas kepada masing-masing perawat

pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


6

Manajemen Asuhan keperawatan juga merupakan domain kompetensi

kepemimpinan klinis perawat. Ketua tim mengatakan perawat melaksanakan

asuhan keperawatan tanpa melakukan perencanaan tindakan mandiri. Tindakan

yang dilaksanakan terhadap pasien selama ini hanya yang bersifat kolaborasi dan

cenderung tindakan-tindakan rutin di ruangan. Perawat tidak berinisiatif untuk

mengembangkan asuhan keperawatan terhadap pasien sehingga hal ini menjadi

budaya kerja bagi para perawat. Perawat terbiasa dengan rutinitas kerja yang sama

setiap hari, maka perawat tidak termotivasi untuk melakukan pengembangan

layanan serta berperan sebagai change agent. Kedua hal ini juga merupakan

domain dari kepemimpinan klinis. Kondisi perawat dan sistem pelayanan di

Rumah Sakit USU saat ini masih dalam proses penataan. Model kompetensi

kepemimpinan klinis yang sudah ada dinilai akan sulit diterapkan mengingat

operasional Rumah Sakit masih baru.

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan pemaparan latar

belakang diatas, didapatkan kesimpulan bahwa perawat pelaksana belum memiliki

kompetensi kepemimpinan klinis yang berpengaruh kuat dalam pemberian

pelayanan asuhan keperawatan. Rumah Sakit USU masih membutuhkan

identifikasi dan pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis yang

sesuai dengan kondisi Rumah Sakit saat ini. Oleh karena itu, pembuatan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah

Sakit USU sangat diperlukan agar semua perawat menguasai kompetensi tersebut

dan dapat diterapkan dalam pelayanan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


7

Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengembangan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu untuk mengembangkan

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu: 1) Mengidentifikasi pengetahuan

partisipan dan perawat pelaksana tentang kompetensi kepemimpinan klinis,

2) Menganalisis persepsi perawat pelaksana tentang kompetensi kepemimpinan

klinis, dan 3) Menghasilkan komponen dan unsur kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara.

Manfaat Penelitian

Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif terkait

pengkayaan teori-teori manajemen keperawatan khususnya tentang konsep

kepemimpinan klinis dan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


8

Bagi Pelayanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan acuan bagi

Rumah Sakit dalam mengembangkan model kompetensi kepemimpinan klinis

yang sesuai dengan kondisi Rumah Sakit. Pengembangan model ini pada akhirnya

diharapkan akan diterapkan di Rumah Sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas

layanan kesehatan, khususnya layanan keperawatan.

Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evidence based bagi

penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan konsep yang sama

dengan kompetensi kepemimpinan klinis.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kepemimpinan Klinis

Defenisi Kepemimpinan Klinis

Kepemimpinan klinis didefenisikan sebagai kompetensi profesional yang

ditunjukkan dalam praktek klinis yang mengajarkan perawat untuk dapat

mempengaruhi orang lain (rekan sejawat) untuk terus meningkatkan layanan

keperawatan yang diberikan kepada pasien (Pepin et al., 2010). Menurut Chavez

& Yoder (2014) kepemimpinan klinis adalah perawat yang memberikan pengaruh

signifikan terhadap orang lain atau tim kesehatan serta memfasilitasi upaya-upaya

untuk mencapai tujuan klinis secara bersama, baik secara individual ataupun

kolektif, meskipun tidak ada otoritas secara formal yang diberikan kepada mereka.

Kepemimpinan klinis merupakan suatu kemampuan perawat pelaksana

untuk meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien selama perawatan dengan

cara berinovasi dan kreatif dengan dapat bekerja bersama tim, memiliki hubungan

interpersonal yang baik, memiliki visi dan visioner dalam pengembangan karier

diri sendiri dalam proses organisasi maupun praktek keperawatan (Leigh et al.,

2014). Kepemimpinan klinis menekankan pada ahli klinisi dibidangnya secara

langsung terlibat dalam memberikan layanan keperawatan yang mampu

berkomunikasi dengan baik, menjadi role model, motivator, memiliki nilai dan

keyakinan dalam mengaplikasikan tindakan dalam praktek keperawatan.

Kepemimpinan klinis tidak perlu berada dalam posisi kekuasaan, atau memegang

posisi hierarki yang signifikan untuk memimpin di area klinis (Stanley, 2017).

9
Universitas Sumatera Utara
10

Kepemimpinan klinis merupakan pernyataan bahwa mengakui perawat

memiliki keahlian pada klinis keperawatan, komunikasi yang efektif, kolaborasi,

koordinasi dan pemahaman interpersonal (Patrick et al., 2011). Perawat

berkewajiban untuk bertindak sebagai advokat klien dan mengadvokasi.

Kepemimpinan klinis sangat penting untuk keberhasilan organisasi keperawatan,

memiliki keterkaitan dengan perawatan berkualitas tinggi, melibatkan profesional

keperawatan dalam menentukan arah dan menerapkan perubahan yang bersifat

multidisipliner (Swanwick & McKimm, 2011).

Karakteristik Kepemimpinan Klinis

Karakteristik kepemimpinan klinis menurut Stanley (2017) berfokus pada

perawat yang langsung memberikan layanan keperawatan terhadap pasien bukan

yang berada pada posisi struktural kepemimpinan keperawatan. Komponen-

komponen karakteristik kepemimpinan klinis tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Kompetensi dan pengetahuan klinis

Perawat diidentifikasi sebagai kompeten secara klinis yaitu kredibel dalam

bidang klinis, memiliki seperangkat pengetahuan yang spesifik secara klinis

serta mengetahui bagaimana bekerja dengan tim dan memiliki hubungan

interprofesional yang efektif.

2. Approachability (Kedekatan)

Perawat dinilai dalam melakukan tindakan perawatan dengan pendekatan

lebih santai. Perawat digambarkan sebagai orang yang supportive, adil,

reasonable, mau berubah, ramah, pengertian dan mudah didekati.

Universitas Sumatera Utara


11

3. Motivator

Perawat profesional memiliki sikap percaya diri yang mampu membuat orang

lain merasa percaya diri, termotivasi untuk mampu memotivasi orang lain dan

memberdayakan orang lain agar berkinerja lebih baik. Perawat menanamkan

bakat kepemimpinan untuk membiarkan yang lain menjadi seorang pemimpin,

dan menangani layanan keperawatan yang berkualitas.

4. Dukungan

Perawat menjadi pendukung yang dikaitkan dengan didekati. Kepemimpinan

klinis yang efektif memberi dukungan sebagai peran sentral untuk

membangun dan mempertahankan agar dapat bekerja sama dalam tim

(Bender, 2016; Mannix, Wilkes & Daly., 2013).

5. Menginspirasi Keyakinan

Terkait dengan motivasi dan keyakinan yang menginspirasi yang diartikan

bahwa seorang perawat orang yang dilihat orang lain sebagai contoh terbaik

dari kinerja yang sangat baik dan yang memotivasi orang lain untuk tumbuh

dan sukses.

6. Integritas / Kejujuran

Bersikap jujur dan memiliki integritas terkait dengan komponen yang mudah

didekati dan bersikap mendukung. Perawat yang ideal memiliki pemahaman

yang jelas tentang peran, tanggung jawab, integritas, jujur dan transparan serta

memerlukan kepercayaan dan rasa hormat dari rekan sejawat tenaga kesehatan

untuk mencapai kesuksesan.

Universitas Sumatera Utara


12

7. Role Model

Perawat memiliki standar praktek keperawatan yang menunjukkan

kemampuan seorang profesional kesehatan untuk peduli secara efektif untuk

pasien atau klien yang membuat mereka menjadi menonjol (frontline).

Perawat sebagai teladan yang baik dapat dilihat sebagai seseorang yang dicari,

orang yang menginspirasi dan orang yang diinginkan pada layanan

keperawatan.

8. Komunikator yang Efektif

Perawat harus pandai dalam menjelaskan hal-hal pada tingkat yang tepat yang

dapat dipahami oleh orang lain. Perawat akan lebih dihormati jika mampu

mendengarkan untuk kemudian menyampaikan agar dapat mempengaruhi

orang lain.

9. Visibible in Practice

Cara terbaik yang dilakukan oleh perawat untuk memberikan informasi dan

pendidikan dengan bertemu secara langsung dengan pasien. Perawat harus

terlihat dan hadir di area klinis serta perlu terlibat dalam aktivitas perawatan

pasien. Visibilitas menyiratkan kompetensi klinis, pengetahuan klinis,

komunikasi yang efektif, dukungan, pemberdayaan dan motivasi, bersikap

terbuka, mudah didekati dan bertindak sebagai role model.

10. Berupaya dengan baik pada suatu perubahan

Perawat mampu mengatasi perubahan dengan baik sebagai kunci dalam

layanan kesehatan modern dan merupakan salah satu hal yang dapat dihargai.

Universitas Sumatera Utara


13

Manfaat Kepemimpinan klinis

Menurut Australian College of Nursing (2015), perawat sebagai pemberi

pelayanan keperawatan memiliki kepemimpinan klinis yang dibutuhkan pada

semua tingkat hirarki organisasi, serta seluruh sistem kesehatan. Kontribusi

perawat tersebut mendorong perubahan dalam perawatan klinis garda depan

(frontline). Perawat memiliki kemampuan kepemimpinan klinis berperan sebagai

pemimpin klinis dalam lingkup praktek keperawatan. Peran perawat sebagai

klinisi dikembangkan dalam menanggapi isu-isu dan tantangan tentang kualitas

pelayanan dan keselamatan dari kompleksitas asuhan keperawatan, kemajuan

teknologi serta sistem kesehatan yang selalu berubah (Stavrianopoulos, 2011).

Kepemimpinan klinis keperawatan sangat penting dan memiliki hubungan

yang signifikan antara perawat dan pasien. Hasil yang didapatkan seperti

peningkatan kepuasan pasien, berkurangnya efek samping dan penurunan

komplen dari pasien (Wong & Cummings, 2007). Salah satu domain

kepemimpinan klinis perawat pelaksana dalam mengelola komunikasi dengan

baik menjadi kualitas penting bagi keberhasilan mempertahankan keselamatan

pasien (Sherman et al., 2011).

Manfaat pengembangan kepemimpinan klinis terdapat pada 3 (tiga) level,

yaitu: 1) Level personal: memiliki kesadaran diri, memiliki keterampilan

berkomunikasi, memiliki kinerja dan visi yang jelas; 2) Level tim: memiliki

kemampuan berkomunikasi interprofesional yang efektif dan memiliki tanggung

jawab; dan 3) Level proses: meningkatkan kualitas perawatan yang berpusat pada

pasien, melakukan perawatan yang berkelanjutan dan berkolaborasi interdisipliner

(Casterle et al., 2008).

Universitas Sumatera Utara


14

Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat

Defenisi Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan yang spesifik terkait konsep,

tindakan dan melaksanakan fungsi sesuai dengan ketetapan standar-standar dan

spesialisasi (Schroeter, 2008). Kompetensi harus dimiliki baik sebagai pendidik,

mahasiswa maupun tenaga praktek. Kompetensi adalah suatu hal yang dikaitkan

dengan kemampuan, pengetahuan atau wawasan, dan sikap yang dijadikan suatu

pedoman dalam melakukan tanggung jawab pekerjaan yang dikerjakan.

Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang dapat terobservasi

mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performa yang ditetapkan

(Ristekdikti, 2011). Kompetensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk

melakukan pekerjaan dengan benar. Kompetensi menurut Spencer dalam

Moeheriono (2009) adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan

dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar

yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan

acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi

tertentu.

Defenisi Kompetensi Perawat

Menurut College of Nurse of Ontario (CNO’s) (2009), kompetensi perawat

adalah kemampuan perawat dalam menggunakan pengetahuan, keterampilan,

penilaian, sikap, nilai-nilai dan keyakinan untuk melaksanakan perannya pada

praktek keperawatan. Perawat harus kompeten dalam memberikan pelayanan

keperawatan tergambar dari perilaku tindakan yang dapat dilihat dan diukur.

Universitas Sumatera Utara


15

Menurut Standar Kompetensi Perawat Nasional Indonesia (2005),

kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi

mencakup atas pengetahuan, keterampilan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang ditetapkan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kompetensi perawat merupakan suatu pedoman seorang

perawat dalam melakukan pekerjaan yang dapat diobservasi terhadap

pengetahuan, keterampilan dan efektifitas kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan

sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Kompetensi yang diharapkan

dimiliki oleh individu yang akan bekerja dibidang pelayanan keperawatan

ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku.

Karakteristik Kompetensi Perawat

Karakteristik kompetensi menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI) (2005) adalah: 1) Motif, yaitu sesuatu yang secara konsisten dipikirkan

atau diinginkan oleh seseorang yang menyebabkan munculnya suatu tindakan.

Motif mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau tujuan sehingga

lain dari yang lain, 2) Bawaan, yaitu dapat berupa karakteristik fisik atau

kebiasaan seseorang dalam merespon suatu situasi atau informasi tertentu,

contohnya bertindak cepat dan tepat yang diperlukan oleh perawat gawat darurat,

3) Pengetahuan akademik, yaitu pengetahuan merupakan kompetensi yang

kompleks. Penilaian terhadap pengetahuan kurang bermanfaat untuk

memprediksi kinerja seseorang karena kesulitan dalam mengukur kebutuhan

pengetahuan dan keahlian secara nyata yang digunakan dalam pekerjaan, dan

4) Keahlian atau keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan semua

aktifitas secara fisik maupun mental.

Universitas Sumatera Utara


16

Kompetensi Perawat

Berdasarkan Blue Print Uji Kompetensi Perawat Indonesia (2009),

pengukuran kompetensi perawat di Indonesia dilakukan melalui 3 aspek meliputi:

1) Pengetahuan (knowledge), 2) Keterampilan (skill), dan 3) Sikap (attitude).

Sedangkan, berdasarkan Standar Kompetensi Perawat Nasional Indonesia (2005),

kompetensi perawat dikelompokkan menjadi 3 ranah utama, yaitu:

1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya, yaitu: (1) Bertanggung gugat

terhadap praktik profesional, (2) Melaksanakan praktik keperawatan (secara

etis dan peka budaya), (3) Melaksanakan praktik secara legal.

2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan, yaitu:

(1) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen

asuhan keperawatan, (2) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam

pelayanan keperawatan, (3) Melakukan pengkajian keperawatan,

(4) Menyusun rencana keperawatan, (5) Melaksanakan tindakan keperawatan

sesuai rencana, (6) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan,

(7) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam

pemberian pelayanan, (8) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang

aman, (9) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan

keperawatan/pelayanan kesehatan, (10) Menggunakan delegasi dan supervisi

dalam pelayanan asuhan keperawatan.

3. Pengembangan professional, yaitu: (1) Melaksanakan peningkatan

professional dalam praktik keperawatan, (2) Melaksanakan peningkatan mutu

pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan, (3) Mengikuti pendidikan

berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi.

Universitas Sumatera Utara


17

Kompetensi perawat sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku,

berdasarkan kategori Tenaga keperawatan dan kompetensi sesuai dengan Standar

Kompetensi Perawat Nasional Indonesia (2005) yang diterbitkan oleh PPNI,

kerangka kerja kompetensi perawat terkait dengan kepemimpinan dan manajemen

menjadi satu kesatuan dikelompokkan pada ranah kedua yaitu pemberian asuhan

dan manajemen asuhan keperawatan yang dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:

(1) Pelayanan/asuhan kesehatan interprofesional, (2) Delegasi Supervisi, dan

(3) Keselamatan Lingkungan.

Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki jabatan fungsional perawat

yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk

melakukan kegiatan pelayanan keperawatan. Kebijakan pemerintah terkait jabatan

fungsional perawat yang diduduki oleh pegawai negeri sipil menurut Permenpan

RB No. 25 tahun 2014, terdiri dari perawat kategori keterampilan yang terdiri dari

perawat terampil, perawat mahir dan perawat penyelia, dan perawat kategori

keahlian yang terdiri dari perawat ahli pertama, perawat ahli muda, perawat ahli

madya, dan perawat ahli utama.

Perawat memiliki jenjang pangkat dan golongan ruang jabatan fungsional

yang terdiri dari kategori Perawat Keterampilan, yaitu: 1) Perawat Terampil:

Pengatur, golongan ruang II/c, dan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d, 2)

Perawat Mahir: Penata Muda, golongan ruang III/a, dan Penata Muda Tingkat I,

golongan ruang III/b, dan 3) Perawat Penyelia: Penata, golongan ruang III/c, dan

Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

Universitas Sumatera Utara


18

Sedangkan jenjang pangkat, golongan ruang Jabatan Fungsional Perawat

kategori Keahlian, yaitu: 1) Perawat Ahli Pertama: Penata Muda, golongan ruang

III/a, dan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, 2) Perawat Ahli Muda:

Penata, golongan ruang III/c, dan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, 3)

Perawat Ahli Madya: Pembina, golongan ruang IV/a, Pembina Tingkat I,

golongan ruang IV/b, dan Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, dan 4)

Perawat Ahli Utama: Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, dan Pembina

Utama, golongan ruang IV/e.

Perawat memiliki rincian kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan

fungsional tersebut. Rincian kegiatan tersebut ditetapkan dan dinilai dari angka

kredit. Unsur-unsur yang dimaksud dalam angka kredit merupakan sebuah

kompetensi yang harus dilakukan oleh perawat berdasarkan pada jenjang jabatan

fungsionalnya. Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme perawat

yang akan naik jenjang jabatan harus mengikuti dan lulus uji kompetensi yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat

Kompetensi kepemimpinan klinis perawat terdiri dari berkomunikasi,

memberdayakan, memotivasi orang lain, melibatkan keterbukaan, kemampuan

untuk pengambilan keputusan, pemodelan peran, menjadi ahli, dan pemecah

masalah (Burns, 2009; Stanley, 2017). Kompetensi klinis perawat terdiri dari

keterampilan kepemimpinan yang diintegrasikan ke dalam setiap kategori, yaitu

pengambilan keputusan, koordinasi, dan fleksibilitas, dan menegaskan

kompleksitas menjadi pemimpin (Bahreini, et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara


19

Sikap perawat merupakan bagian dari kompetensi kepemimpinan klinis

perawat yang efektif menjamin sistem pelayanan kesehatan berkualitas tinggi

dengan konsisten memberikan perawatan yang aman dan efisien (Daly et al.,

2014). Sikap profesional perawat berbicara lembut, memahami kondisi pasien dan

keluarga, sabar, sigap, peduli, ramah dan sopan, tidak suka marah-marah dan

memberi informasi yang jelas bagian dari kompetensi kepemimpinan klinis.

Pembinaan sikap profesional perawat perlu dilakukan oleh manager dengan

mengembangkan metode pembinaan yang proaktif dan aspiratif seperti coaching,

mentoring, konseling atau preceptor (Simamora, 2013).

Model Kepemimpinan Klinis

Kepemimpinan klinis digambarkan secara terstruktur dan terfokus pada

sebuah model. Beberapa model kepemimpinan klinis yang dikembangkan oleh

para ahli sebenarnya tidak secara khusus diperuntukkan bagi perawat, tetapi

menjadi acuan bagi perawat sehingga perawat mengetahui kemampuan dan

kompetensi yang harus dimiliki. Pengembangan suatu kerangka kepemimpinan

klinis menggambarkan kualitas pribadi seseorang dalam konsep kepemimpinan

sebagai klinisi di setiap tingkatan (NHS, 2012).

Menurut Cortino (2004) model kompetensi kepemimpinan klinis untuk

perawat dengan mempresentasikan konsep yang memiliki 4 (empat) domain yaitu:

1) Manajemen, 2) Komunikasi, 3) Strategi, dan 4) Visi. Konsep Cortino

didasarkan pada pengalaman perawat, dan dirancang untuk perawat perawatan

kritis menggabungkan keterampilan kepemimpinan dan manajerial.

Universitas Sumatera Utara


20

Model kepemimpinan klinis antara lain: 1) Reflective Practice Model,

2) Canadian Nursing Model, 3) The Royal College of Nursing Clinical Leadership

Program, 4) Learning Cognitif Model for Clinical Leadership, 5) Preliminary

Clinical Nursing Leadership Competency Nurse, dan 6) Clinical Leadership

Competency Framework (CLCF).

Reflecting Practice Model

Menurut Matsuo (2012), model kepemimpinan klinis perawat ditekankan

dalam memfasilitasi pembelajaran dengan pemodelan persamaan struktural yang

mendorong praktik reflektif (kritis dan kreatif) dalam memainkan peran sentral

dalam meningkatkan pembelajaran pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap

pasien. Pembelajaran yang diberikan melibatkan pembelajaran secara individu,

kelompok, dan organisasi sehingga dapat dievaluasi.

Reflecting practice model menunjukkan bahwa memainkan peran yang

reflektif (kritis dan kreatif) merupakan fasilitas terpenting dalam proses

pembelajaran untuk mendapatkan kompetensi kepemimpinan klinis perawat yang

optimal. Karakteristik perilaku kepemimpinan yang mendorong sebuah praktik

reflektif yaitu pembelajaran yang diberikan di tempat kerja, perawat manager

secara aktif membantu perawat pelaksana dalam merefleksikan praktik yang

dilakukan, adanya dukungan tim dari setiap kegiatan, mempromosikan role

model, mengklarifikasi misi unit lingkungan kerja, dan mengklarifikasi tujuan

masing-masing individu.

Universitas Sumatera Utara


21

Canadian Nursing Model

Menurut Canadian Nurses Association perkembangan kepemimpinan klinis

perawat dengan model menganalisis program kepemimpinan, pendekatan dan

strategi berdasarkan pada domain dan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan,

kesenjangan dan peluang. Kepemimpinan klinis diidentifikasi berdasarkan domain

kompetensi yang dibutuhkan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Domain

kepemimpinan klinis diidentifikasi bersama dengan 4 (empat) domain

keperawatan yaitu praktik klinis, pendidikan, penelitian, dan administrasi.

Kerangka kerja kepemimpinan dan manajemen disajikan dalam sebuah

kompetensi yang spesifik yaitu pengetahuan dan keterampilan dijelaskan secara

detail. Ada 10 (sepuluh) kompetensi kepemimpinan yang diidentifikasi adalah:

1) Perubahan, 2) Kepedulian, 3) Memimpin diri sendiri, 4) Memimpin orang lain,

5) Kebijakan/politik, 6) Mengelola, 7) Membangun tim, 8) Mengelola proyek,

9) Berkomunikasi, dan 10) Visioning. Selain itu, pendekatan untuk pengembangan

kepemimpinan ditinjau termasuk pada kegiatan seperti kursus, mentoring,

pemodelan, pembinaan, penjurnalan, manajemen kasus, penyelesaian masalah,

internship adan fellowship, dan inisiatif proyek kepemimpinan.

The Royal College Of Nursing Clinical Leadership Programme

Model clinical leadership programme development bertujuan untuk

mengeksplorasi sebuah program yang efektif untuk pengembangan kepemimpinan

klinis tentang pengembangan intervensi dan metode implementasi. Sifat empiris

program kepemimpinan klinis berkaitan langsung dengan perawatan pasien,

praktik klinis dan pengembangan tim, sehingga strategi yang sangat sukses untuk

memungkinkan penyediaan perawatan yang lebih berpusat pada pasien.

Universitas Sumatera Utara


22

Perubahan positif yang terjadi pada kemampuan kepemimpinan klinis

perawat yaitu perawat lebih percaya diri, menunjukkan rasa nilai dan optimisme

yang lebih besar tentang peran klinis yang dilakukan pada pasien. Kerangka kerja

program kepemimpinan klinis sebagai berikut:

1. Belajar mengelola diri (learning to manage self)

Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan memiliki kesadaran diri melihat

kemampuan yang dimiliki untuk meninjau kembali keterampilan, sikap, dan

interaksi. Hal ini merupakan dukungan dalam proses pengembangan pribadi,

kesadaran diri, keterbukaan bagaimana cara melakukan sesuatu dan membantu

menanamkan kepercayaan diri yang lebih besar pada kemampuan mereka

untuk memulai perubahan positif dalam praktik klinis untuk perawatan pasien.

2. Hubungan yang efektif (effective relationship)

Perawat lebih menghargai keterampilan dan kemampuan anggota tim dan

membantu mengubah cara berinteraksi dengan tim. Mengembangkan

keterampilan kepemimpinan membuka jalan untuk berbagi informasi secara

lebih aktif dan sebuah upaya memfasilitasi pengembangan anggota tim secara

individu. Perawat dapat mentransfer beberapa keterampilan dan strategi yang

telah dipelajari kepada anggota tim lainnya.

3. Fokus pada pasien/klien (client focus)

Perawat mengutip serangkaian inisiatif dalam pemberian layanan yang

berpusat pada pasien yang mengesankan, termasuk pengenalan perubahan

praktik yang dilakukan. Pengamatan perawatan dan cerita kepada pasien dinilai

sebagai hal yang sangat berharga dalam membantu menarik perhatian pada

masalah layanan keperawatan yang diharapkan oleh pasien.

Universitas Sumatera Utara


23

4. Jejaring (networking)

Melakukan jejaring sebagai bagian dari program kepemimpinan klinis.

Manfaat dari jejaring yang lebih luas didalam kepercayaan terhadap tindakan

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, termasuk kesempatan untuk

dapat berkolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya.

5. Kesadaran politik (political awareness)

Kemampuan dan kepercayaan diri perawat dalam melakukan pendekatan

kepada teman sejawat yang lebih senior atau profesi kesehatan lainnya untuk

menyampaikan terkait dengan perilaku atau tindakan yang diberikan pada

pasien. Komunikasi yang baik secara aktif dilakukan sebuah upaya untuk

mempengaruhi para pemangku kepentingan utama dalam rangka

mempromosikan perbaikan pada layanan kesehatan.

Preliminary Clinical Nursing Leadership Competency Nurse

Menurut Supamanee et al. (2011), menawarkan model yang pertama kali

diterapkan di Thailand yang mendeskripsikan kompetensi kepemimpinan klinis

yang menggabungkan karakteristik yaitu: 1) Sifat yang terdiri dari kepercayaan

diri (self-confidence), antusiasme belajar (learning enthusiasm), pemikiran

sistematik (systematic thinking), kematangan emosi (emotional maturity),

kesadaran kerja (working consciousness), flexibility, human relationships dan role

model, 2) Konsep diri yang terdiri dari sikap positif terhadap profesi keperawatan

dan nilai-nilai tujuan untuk berbuat baik, dan 3) Motif yang terdiri dari rasa

hormat dari tim keperawatan dan perawatan kesehatan dan keamanan dalam

hidup.

Universitas Sumatera Utara


24

Learning Cognitif Model for Clinical Leadership

Menurut Pepin et al. (2011) model kepemimpinan klinis lebih menekankan

kepada penerapan pengembangan dan pemahaman perawat tentang pemodelan

kompetensi kognitif kepemimpinan klinis untuk memfasilitasi pembelajaran dan

evaluasi. Model ini merupakan kompetensi pengetahuan kompleks yang

dikembangkan untuk kualitas perawatan pasien dan keluarga.

Ada 5 (lima) lima langkah terkait dengan model kepemimpinan klinis

Learning Cognitif Model for clinical leadership yaitu: 1) Kesadaran

kepemimpinan klinis dalam keperawatan: mengenali karakteristik dan tindakan

perawat klinis, memposisikan diri pada jalur kepemimpinan klinis, menyadari

bahwa dapat menjadi pemimpin dan dapat mempengaruhi pasien/keluarga, dan

berbagi pengetahuan dan membantu rekan kerja, 2) Integrasi kepemimpinan klinis

dalam tindakan: percaya diri, komunikasi interprofesional, mengenali kemampuan

diri, dan role model, 3) Kepemimpinan aktif dengan pasien/keluarga: memimpin

pada situasi sulit bagi pasien/keluarga, kolaborasi yang berfokus pada pasien,

sebagai role model, menerapkan gaya kepemimpinan, dan mengembangkan

kompetensi, 4) Kepemimpinan aktif dengan tim/group: Tim memobilisasi, sebagai

nara sumber, berdiskusi tentang cara atau tindakan yang akan dilakukan,

beradaptasi dengan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi, meningkatkan

kompetensi diri dan tim, dan 5) Kepemimpinan klinis tertanam dan diperluas

ditingkat organisasional dan tidak diragukan lagi: pengambil keputusan,

mengantisipasi dan mencegah masalah, manajemen konflik dan bertindak sebagai

mentor.

Universitas Sumatera Utara


25

Clinical Leadership Competency Framework (CLCF)

Clinical Leadership Competency Framework (CLCF) mendeskripsikan

kompetensi kepemimpinan yang dibutuhkan oleh para klinisi untuk menjadi lebih

aktif terlibat dalam perencanaan, pengiriman dan transformasi layanan perawatan

kesehatan. Kepemimpinan tidak terbatas pada orang - orang yang ditunjuk sebagai

pimpinan, bisa datang dari siapa pun dalam organisasi pada setiap waktu (NHS,

2012). Klasifikasi kerangka model Clinical Leadership Competency Framework

(CLCF) dikelompokan dalam berbagai domain-domain kepemimpinan klinis yang

meliputi 5 domain ditujukan untuk perawat pelaksana dan 2 domain untuk

perawat manajer. Domain-domain kepemimpinan klinis tersebut, sebagai berikut:

1. Kualitas Individu (Personal Qualities)

Kepemimpinan efektif mensyaratkan individu-individu untuk bertindak diatas

nilai-nilai, kekuatan dan kemampuan untuk menyampaikan pelayanan dengan

standar tinggi. Untuk dapat melakukan itu, mereka harus menunjukkan

efektivitas dalam:

a) Pengembangan kesadaran diri

Kesadaran diri adalah suatu cara untuk mengenal kelebihan dan

kekurangan diri. Kualitas diri menimbulkan respon dan sikap antisipasi

untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi situasi serta menimbulkan

rasa tanggung jawab. Perawat yang kompeten akan mengakui dan

mengartikulasikan nilai & prinsip, memahami perbedaan, mengidentifikasi

kekuatan & keterbatasan, dampak perilaku & efek stres, mengidentifikasi

emosi & prasangka, menganalisis serta bertindak dari berbagai sumber

umpan balik (NHS, 2012).

Universitas Sumatera Utara


26

b) Manajemen diri

Manajemen diri mengatur dan melakukan manajemen diri sendiri,

memperhitungkan kebutuhan dan prioritas. Perawat yang kompeten akan

mengelola dampak emosi dari perilaku dengan pertimbangan dampak pada

orang lain, tanggung jawab dan komitmen dengan standar tinggi secara

konsisten, memastikan rencana dan tindakan fleksibel dari pola kerja

orang lain, merencanakan beban kerja dan kegiatan untuk memenuhi

persyaratan kerja dan komitmen tanpa mengorbankan kesehatan.

c) Pengembangan pribadi berkelanjutan

Pengembangan diri berkelanjutan dilakukan dengan belajar melalui

partisipasi dalam pengembangan profesionalisme berkelanjutan dan

pengalaman serta umpan balik. Perawat yang kompeten akan secara aktif

mencari peluang dan tantangan untuk pembelajaran dan pengembangan

diri. Pengembangan profesional berkelanjutan menjadi kajian dasar

pengembangan perawat pelaksana melalui pendidikan yang berkelanjutan

baik yang formal maupun tidak formal.

d) Tindakan dengan berintegritas

Tindakan yang berintegritas diidentifikasi dengan berperilaku dalam sikap

terbuka, jujur dan beretika. Perawat akan menjunjung etika dan nilai-nilai

pribadi dan profesional, memperhitungkan nilai-nilai organisasi dan

menghormati budaya, keyakinan dan kemampuan individu, berkomunikasi

secara efektif, menghargai latar belakang sosial dan budaya, menghormati

dan mempromosikan kesetaraan dan keragaman serta bertindak sesuai

etika dan nilai-nilai yang disepakati.

Universitas Sumatera Utara


27

2. Kerjasama (working with others)

Kepemimpinan yang efektif membutuhkan individu-individu yang dapat

bekerja sama dengan orang lain dalam konteks tim dan jejaring untuk

memberikan dan meningkatkan pelayanan. Agar dapat melakukannya, mereka

harus menunjukkan efektivitas dalam:

a) Pengembangan jejaring

Mengembangkan jejaring berarti cara bekerja sama dengan pasien,

perawat, pengguna layanan dan perwakilannya serta kolega di dalam dan

diseluruh sistem. Perawat yang kompeten akan mengidentifikasi peluang

bekerja sama dengan orang lain, menciptakan peluang untuk bekerja sama

individu dan kelompok bersama-sama mencapai tujuan, mempromosikan

berbagi informasi dan sumber daya dan secara aktif mencari

pendapat/pandangan orang lain. Hubungan kerja dalam bentuk kolaborasi

termasuk salah satu unsur penting perawat pelaksana dalam meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan (Kieft et al., 2014).

b) Membangun dan mempertahankan hubungan

Membangun dan mempertahankan hubungan dilakukan dengan saling

mendengarkan, mendukung, mengumpulkan kepercayaan dan

menunjukkan kesepahaman. Perawat yang kompeten akan mendengarkan

orang lain dan mengakui perspektif yang berbeda, memperhitungkan

kebutuhan dan perasaan orang lain, berkomunikasi secara efektif,

mendapatkan/menjaga kepercayaan dan dukungan dari rekan.

Universitas Sumatera Utara


28

c) Mendorong kontribusi

Mendorong kontribusi dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan

yang membuat semua orang terdorong untuk berkontribusi. Perawat yang

kompeten akan memberikan dorongan dan kesempatan bagi rekan

kerjanya untuk terlibat dalam pengambilan keputusan, menghormati nilai

dan mengakui peran, mengelola konflik dan memfokuskan kontribusi

dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien. Keterlibatan perawat

pelaksana secara bersama dalam pengambilan keputusan menimbulkan

kesenangan dan kepuasan dengan lingkungannya sehingga perbedaan-

perbedaan yang ada tidak sampai menganggu setiap individu.

d) Bekerja dalam tim

Tim adalah suatu kelompok kerja yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang bekerja bersama-sama dalam saling ketergantungan untuk mencapai

tujuan. Berkerja dalam tim bertujuan untuk menyampaikan dan

meningkatkan layanan. Perawat yang kompeten memiliki rasa yang jelas

tentang peran, tanggung jawab dan tujuan dalam tim, mengadopsi

pendekatan tim, mengakui dan menghargai upaya, kontribusi dan

kompromi, mengakui tujuan tim dan menghormati keputusan, bersedia

untuk memimpin sebuah tim yang melibatkan orang-orang yang tepat pada

waktu yang tepat.

3. Manajemen asuhan keperawatan (managing service)

Kepemimpinan yang efektif menuntut individu-individu untuk fokus pada

keberhasilan organisasi tempatnya bekerja. Untuk dapat melakukan itu,

mereka harus efektif dalam setiap tindakan pelayanan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


29

a) Perencanaan

Perencanaan merupakan proses analisa dan memahami, memperkirakan

segala kemampuan, segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Merencanakan dimulai dengan secara aktif

berkontribusi untuk melakukan perencanaan dalam upaya pencapaian

tujuan. Perawat yang kompeten akan merencanakan memberikan

dukungan untuk layanan yang merupakan bagian strategi untuk sistem

kesehatan yang lebih luas, menerima umpan balik dari pasien, pengguna

jasa dan rekan untuk membantu mengembangkan rencana, berkontribusi

untuk proses perencanaan dan menilai manfaat dan risiko dari berbagai

alternatif.

b) Manajemen sumber daya

Manajemen sumber daya dimulai dengan mengetahui sumber daya yang

tersedia dan menjamin bahwa sumber daya tersebut digunakan secara

efisien, aman dan sesuai untuk berbagai macam kebutuhan. Perawat yang

kompeten akan mengidentifikasi jenis dan tingkat sumber daya yang

sesuai secara akurat yang diperlukan untuk memberikan layanan yang

aman dan efektif, meminimalkan kesalahan dan memberikan arahan ketika

sumber daya tidak digunakan secara efektif dan efisien. Manajemen

sumber daya perawat pelaksana yang terampil memerlukan perencanaan

jangka pendek dan jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara


30

c) Manajemen manusia/personalia

Manajemen personalia dengan menyediakan arahan, meninjau kinerja,

memotivasi dan mempromosikan kesetaraan dan keberagaman.Perawat

yang kompeten akan memberikan bimbingan dan arahan bagi orang lain

menggunakan keterampilan anggota tim secara efektif, meninjau kinerja

anggota tim untuk memastikan bahwa hasil layanan yang direncanakan

terpenuhi, memberi dukungan anggota tim untuk mengembangkan peran

dantanggung jawab, memberikan dukungan lain untuk perawatan dan

layanan pasien lebih baik.

d) Manajemen kinerja

Manajemen kinerja dengan memastikan pola kerja yang dapat mengukur

keluaran layanan dengan memegang tanggung jawab terhadap hasil

layanan. Perawat yang kompeten akan menganalisa informasi dari

berbagai sumber tentang prestasi, mengambil tindakan untuk

meningkatkan kinerja, bertanggung jawab untuk mengatasi masalah yang

sulit, membangun belajar dari pengalaman dalam rencana masa depan.

Manajemen staf yang efektif memastikan standar perawatan tinggi,

komunikasi dan tim kerja baik. Jadi, mengelola layanan keperawatan

dimulai dengan perencanaan sehingga perawat memberikan perawatan

berkualitas dengan pengelolaan yang baik.

4. Pengembangan layanan keperawatan (improving service)

Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan individu-individu untuk membuat

perbedaan terhadap kesehatan seseorang dengan memberikan pelayanan

Universitas Sumatera Utara


31

kualitas tinggi dan melakukan mengembangkan perbaikan layanan. Untuk

dapat melakukan hal ini berikut ini.

a) Menjamin keselamatan pasien

Menjamin keselamatan pasien dengan menilai dan mengelola resiko

pasien yang terkait pada pengembangan pelayanan, menyeimbangkan

pertimbangan ekonomi dengan kebutuhan keselamatan pasien. Perawat

yang kompeten akan mengidentifikasi dan mengukur risiko untuk pasien

yang menggunakan informasi dari berbagai sumber, menggunakan bukti

positif maupun negatif untuk mengidentifikasi pilihan, menggunakan cara

yang sistematis untuk menilai dan meminimalkan risiko serta memantau

efek dan hasil perubahan.

b) Evaluasi kritis

Evaluasi kritis berarti mampu berfikir secara analitik, konseptual dan

mampu mengidentifikasi pada aspek mana sebuah layanan dapat

ditingkatkan. Bekerja secara individual sebagai bagian dari tim yang

kompeten yang akan mendapatkan umpan balik dari hasil pelayanan yang

diberikan kepada pasien. Menilai dan menganalisis proses menggunakan

metode perbaikan untuk menerapkan dan mengevaluasi perbaikan.

c) Mendorong perbaikan dan inovasi

Mendorong perbaikan dan inovasi dengan menciptakan iklim perbaikan

layanan secara terus menerus. Perawat yang kompeten akan menjadi role

model positif untuk inovasi, mendorong dialog dan debat dengan semua

orang yang terlibat, mengembangkan solusi kreatif untuk mengubah

layanan dan perawatan.

Universitas Sumatera Utara


32

d) Memfasilitasi transformasi

Memfasilitasi transformasi berarti berkontribusi secara aktif untuk

mengubah proses-proses yang memicu perbaikan layanan. Perawat yang

kompeten akan merubah model yang mengarah kesistem redesign dengan

mengartikulasikan perlunya perubahan dan mempromosikan perubahan

yang berdampak terhadap masyarakat dan layanan.

5. Kemampuan change agent (setting direction)

Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan masing-masing individu untuk

berkontribusi terhadap strategi dan aspirasi organisasi dan bertindak dengan

perilaku yang konsisten. Untuk dapat melakukan ini, masing-masing individu

harus menunjukkan efektivitas dalam:

a) Mengidentifikasi perubahan

Menyadari faktor yang perlu diperhitungkan. Perawat yang kompeten akan

menunjukkan kesadaran (politik, sosial, teknis, lingkungan ekonomi,

organisasi dan profesional), memahami kerangka undang-undang dan

akuntabilitas yang relevan, mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk

masa depan dengan ide-ide, dan praktek terbaik yang berdampak pada

hasil kesehatan dan mengembangkan dan mengkomunikasikan aspirasi.

b) Mengaplikasikan pengetahuan dan bukti ilmiah

Mengumpulkan informasi untuk menciptakan perubahan berbasis bukti

pada sistem dan pada proses dalam upaya mengidentifikasi kesempatan

untuk perbaikan layanan. Perawat yang kompeten akan mengunakan

metode yang tepat untuk mengumpulkan data dan informasi, melakukan

analisis terhadap berbasis bukti kriteria yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


33

c) Membuat keputusan

Membuat keputusan dengan menggunakan nilai-nilai yang mereka pegang

dan berbagai bukti ilmiah. Perawat yang kompeten akan berpartisipasi dan

berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan organisasi, konsisten

bertindak dengan nilai-nilai dan prioritas organisasi dan profesi, mendidik

dan menginformasikan orang yang mempengaruhi dan membuat

keputusan, berkontribusi untuk tim dan organisasi.

d) Mengevaluasi dampak

Mengevaluasi dampak dilakukan dengan pengukuran dan evaluasi,

membuat tindakan korektif ketika dibutuhkan dan bertanggung jawab

untuk memperhitungkan keputusan. Perawat yang kompeten akan

mencoba dan mengevaluasi pilihan layanan baru, membakukan dan

mempromosikan pendekatan baru, mengatasi hambatan untuk pelaksanaan

dan secara formal dan informal menyebarkan praktik yang baik.

6. Menciptakan visi (creating the vision)

Kepemimpinan yang efektif melibatkan diri menciptakan visi untuk masa

depan. Membangun visi yang dipahami, sehingga dapat memiliki komitmen

Untuk dapat melakukan ini, masing-masing individu harus menunjukkan

efektivitas dalam: (a) Mengembangkan visi organisasi, dengan melihat ke

masa depan untuk menentukan arah bagi organisasi, (b) Mensosialisasikan

visi dalam sistem kesehatan yang lebih luas dengan bekerja sama dengan mitra

diseluruh organisasi, (c) Mengkomunikasikan visi dan memotivasi orang lain

untuk bekerja untuk mencapainya, (d) Mewujudkan visi dalam berperilaku

secara konsisten sesuai dengan visi dan nilai-nilai organisasi.

Universitas Sumatera Utara


34

7. Merancang strategi (delevering strategy)

Kepemimpinan yang efektif merancang strategi dengan mengembangkan dan

menyetujui rencana strategis yang menempatkan perawatan berpusat pada

pasien dan memastikan rencana operasional dicapai . Untuk dapat melakukan

ini, masing-masing individu harus menunjukkan efektivitas dalam:

(a) Membentuk strategi dengan mengidentifikasi strategi alternatif bagi

organisasi dan menggambar pada berbagai informasi, pengetahuan dan

pengalaman, (b) Mengembangkan strategi dengan terlibat bersama rekan-

rekan dan para pemangku kepentingan utama, (c) Pengorganisasian strategi

dengan mengelola dan asumsi risiko organisasi, (d) Menanamkan strategi

dengan memastikan bahwa rencana strategis tercapai dan berkelanjutan.

Landasan Teori

Faye Glenn Abdellah menggambarkan setiap orang memiliki emosional

sosiologis dan kebutuhan fisik. Kesehatan didefenisikan sebagai pola dinamis

yang berfungsi ada interaksi dilanjutkan dengan kekuatan internal dan eksternal

dengan hasil yang optimal. Keperawatan didasari pada seni dan ilmu yang

membentuk sikap, kompetensi intelektual, dan keterampilan teknis dari perawat

untuk membantu orang sakit atau sehat, mengatasi kebutuhan kesehatan.

Kerangka kerja untuk mengidentifikasi masalah keperawatan, didasarkan pada

gagasan bahwa keperawatan berorientasi untuk memenuhi kebutuhan menyeluruh

kesehatan individu yang bukan saja baik, peduli, tetapi juga cerdas, kompeten dan

secara teknis siap untuk memberikan pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


35

Keperawatan sebagai layanan yang komprehensif mencakup (Alligood,

2014): 1) Menyadari masalah merawat pasien, 2) Menentukan tindakan yag tepat

untuk mengambil keputusan dalam hal prinsip-prinsip keperawatan yang relevan,

3) Memberikan perawatan kontinius seluruh kebutuhan kesehatan individu,

4) Memberikan perawatan lanjutan untuk menghilangkan rasa sakit dan

ketidaknyamanan dan memerikan keamanan langsung bagi individu, 5) Mengatur

seluruh rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan individu pasien,

6) Membantu individu untuk lebih daoat mengatur sendiri dalam mengarahkan,

mencapai atau mempertahankan keadaan yang sehat pikiran dan tubuh,

7) Memerintahkan para perawat dan keluarga untuk membantu individu

memenuhi kebutuhan klien yang tidak dapat dilakukannya karena keterbatasan,

8) Membantu indvidu untuk menyesuaikan diri dengan keterbatasan dan masalah

emosional, 9) Bekerja sama dengan tenaga kesehatan profesional dalam

perencanaan untuk kesehatan yang optimal pada kebutuhan keadaan lokal,

nasional dan internasional, dan 10) Melakukan evaluasi dan penelitian untuk

meningkatkan Teknik keperawatan dan untuk mengembangkan teknik baru untuk

memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

Abdellah menyimpulkan tiga bidang tipologi yaitu, fisik, sosiologis dan

emosional kebutuhan pasien, jenis hubungan interpersonal antara perawat dan

pasien, dan unsur umum perawatan pasien yang memiliki 21 masalah

keperawatan. Teori Abdellah menyatakan bahwa perawat membutuhkan

pengetahuan ilmu dasar dan keterampilan perawatan, psikologi komunikasi,

pertumbuhan dan perkembangan sosiologi dan hubungan interpersonal.

Universitas Sumatera Utara


36

Berikut 11 (sebelas) keterampilan perawat, mencakup: 1) Kemampuan

pengamatan status kesehatan, 2) Keterampilan komunikasi, 3) Aplikasi

pengetahuan, 4) Pengajaran pasien dan keluarga, 5) Perencanaan dan organisasi

kerja, 6) Penggunaan bahan-bahan sumber daya, 7) Penggunaan sumber daya

personil, 8) Pemecah masalah, 9) Arah pekerjaan ke orang lain, 10) Terapi

penempatan diri, dan 11) Prosedur perawatan.

Konsep Action Research (AR)

Definisi Action research

Action research merupakan suatu penelitian dengan karakteristik peneliti

harus bekerja dalam kelompok untuk memahami atau memperbaiki situasi yang

diidentifikasi oleh kelompok menggunakan teknik yang sistematis, analitis, dan

reflektif guna mengumpulkan data yang mengarah pada pengembangan rencana

tindakan guna memecahkan masalah berdasarkan pada informasi yang

dikumpulkan (Streubert & Carpenter, 2011).

Action research sebagai penelitian tindakan berdasarkan partisipatif

(participatory action research). Terdapat 7 ciri utama participatory action

research (PAR) antara lain:

1. Participatory Action Research adalah Sebuah Proses Sosial: secara sadar

mengkaji hubungan antara ranah individu dengan ranah sosial. Menyadari

bahwa “mustahil terjadi individuasi tanpa sosialisasi, dan sosialisasi pun tidak

mungkin tanpa individuasi”, dan bahwa proses individuasi dan sosialisasi

terus menerus membentuk individu-individu dan hubungan sosial di segenap

setting tempat kita berada.

Universitas Sumatera Utara


37

2. Participatory Action Research berciri Partisipatoris: mengajak manusia untuk

mengkaji ilmu pengetahuan (pemahaman, kecakapan, dan nilai-nilai) dan

kategori-kategori interpretif manusia (yaitu cara mereka menafsirkan diri

sendiri dan tindakannya dalam dunia sosial dan material). Sebuah proses yang

menjadi sarana bagi masing-masing individu dalam sebuah kelompok

berupaya untuk menangani cara-cara ilmu pengetahuan membentuk kepekaan

akan rasa identitas dan keberfungsian diri serta merefleksikan secara kritis

bagaimana ilmu pengetahuan saat ini membingkai dan membatasi tindakan

manusia.

3. Participatory Action Research berciri Praktis dan Kolaboratif: mengajak

manusia untuk mengkaji praktik-praktik sosial yang menghubungkan diri

dengan orang lain dalam interaksi sosial. Sebuah proses yang menjadi sarana

bagi manusia untuk mengeksplorasi komunikasi, produksi, dan

pengorganisasian, serta berupaya untuk meningkatkan interaksi manusia

dengan mengubah tindakan-tindakan yang membentuk interaksi.

4. Participatory Action Research berciri Emansipatoris: membantu manusia agar

pulih dan melepaskan diri dari tekanan-tekanan struktur sosial yang irasional,

tidak produktif, tidak adil dan tidak memuaskan yang membatasi

perkembangan dan kemandirian diri. Sebuah proses yang menjadi sarana bagi

manusia untuk mengeksplorasi cara praktik yang dibentuk dan ditentukan oleh

struktur sosial (kultural, ekonomi, dan politik). Jika manusia tidak dapat

melepaskan diri, maka cara terbaik untuk ikut terlibat untuk membentuk

kehidupan sosial bersama.

Universitas Sumatera Utara


38

5. Participatory Action Research berciri Kritis: membantu manusia agar pulih

dan melepaskan diri sendiri dari hambatan-hambatan yang lekat dengan media

sosial yang menjadi wahana interaksi manusia: bahasa (wacana), pola kerja,

dan relasi sosial kekuasaan manusia (yang menjadi sarana bagi manusia untuk

mengalami afiliasi perbedaan, secara inklusi dan ekslusi yaitu, hubungan yang

secara dramatis menjadi sarana untuk berinteraksi dengan orang lain).

6. Participatory Action Research berciri Recursif (refleksi dan dialekti): untuk

membantu manusia dalam mengkaji realita agar mampu mengubah dan

mengkaji dengan cara mengubah praktik-praktik manusia melalui siklus

spiral aksi dan pengkajian kritis diri sebagai sebuah proses sosial dan yang

dirancang untuk membantu manusia agar dapat lebih banyak belajar dan

menyusun teori tentang praktik-praktik, ilmu pengetahuan tentang praktik dan

aneka struktur sosial yang membentuk dan membatasi praktik manusia.

7. Participatory Action Research bertujuan untuk mengubah teori dan praktik:

tidak mementingkan hubungan salah satunya antara teori dan praktik.

Bertujuan untuk mengartikulasikan dan mengembangkan keduanya dalam

hubungan satu sama lain melalui penalaran kritis tentang teori dan praktik

berikut konsekuensi keduanya. Tidak bertujuan untuk mengembangkan

bentuk-bentuk teori yang mampu berdiri terpisah dan lepas dari praktik,

seolah-olah praktik dapat dikendalikan dan ditentukan tanpa

mempertimbangkan aspek-aspek partikular dari situasi praktis yang dihadapi

oleh para praktisi dalam kehidupan, pekerjaan masing-masing dan dipandang

menjustifikasikan dirinya sendiri.

Universitas Sumatera Utara


39

Level Penelitian Action Research

Penelitian Action Research menggambarkan perkembangan dari tindakan

individu keimplementasi skala besar yang sebut dengan pendekatan orang

pertama, kedua, dan ketiga. Penelitian oleh orang pertama menjelaskan praktik

reflektif, penelitian orang ke dua melibatkan adanya orang lain dalam lingkungan

sosial atau komunitas untuk membuat perubahan, dan penelitian orang ke tiga

menggambarkan proses pola perilaku pada tingkat makro untuk melembagakan

perubahan atau untuk mengembangkan gerakan sosial (Reason & Bradbury, 2006;

Wicks & Reason, 2009). Reason dan Bradbury menggunakan I, We, They untuk

mewakili jalur orang pertama, kedua, dan ketiga. Meskipun secara teknis, We

adalah orang pertama yang jamak. Sementara perubahan masyarakat dan

kebijakan adalah hasil penting dari penelitian Action Research. Kontekstual ini

tiga tingkat, tampak mirip dengan tiga dimensi penelitian Action Research yang

tumpang tindih yaitu profesional, pribadi, dan politis (Noffke, 2009).

Penelitian Action Research memberikan 3 (tiga) tingkatan hasil (outcomes)

yaitu 1) Professional Contextual Level: berupa sebuah aksi, 2) Organizational

Contextual Level: berupa interaksi, dan 3) Scholarly Contextual Level: berupa

sebuah transaksi. Pada tingkat profesional, peneliti berfokus ke dalam

merefleksikan tindakan yang diambil dan perubahan dalam keterampilan,

pengetahuan, dan identitas. Pada tingkat organisasi, peneliti menghadiri interaksi

di antara para peserta yang dihasilkan dari tindakan yang diambil. Pada tingkat

ilmiah, peneliti melakukan transaksi di mana mereka berbagi temuan mereka

dengan komunitas penelitian.

Universitas Sumatera Utara


40

Professional Contextual Level yaitu mengubah pengetahuan, praktek, dan

identitas. Peneliti Action Research terlibat dalam penyelidikan sistematis dalam

lingkungan sosial mereka dengan mengubah masalah menjadi pertanyaan,

menggunakan pertanyaan untuk membentuk tindakan, dan merefleksikan hasil

untuk menciptakan teori yang membingkai siklus baru penelitian (Coghlan &

Brannick, 2009). Inti dari proses penelitian ini adalah refleksi yang mendalam,

yang sering menghasilkan jalan baru untuk eksplorasi lebih lanjut. Peneliti Action

Research bergerak melewati sikap subyektif untuk memahami bagaimana

tindakan mereka dilihat dari berbagai perspektif. Tindakan penyempurnaan

berdasarkan penilaian kritis dari berbagai perspektif dan wawasan reflektif

memiliki potensi untuk mengarah pada pembelajaran transformasional (Mezirow,

1998). Penelitian transformatif bergerak melalui siklus perencanaan, tindakan,

analisis, dan refleksi yang membantu peneliti menggunakan bukti untuk

mengembangkan keahlian dalam pekerjaan mereka. Penelitian Action Research

adalah proses menghidupkan teori seseorang dalam praktik (Whitehead, 2009).

Siklus Action Research

Secara umum action research mencakup sebuah spiral siklus reflektif diri

berupa merencanakan sebuah perubahan, mempelajari dan mengamati

proses dan konsekuensi perubahan, mengkaji proses dan konsekuensi tersebut,

merencanakan ulang, mempelajari dan mengamati, mengkaji lagi dan

seterusnya (Polit & Beck, 2012). Siklus action research terdiri dari planning,

action and observation dan reflection (Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R.,

2015).

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 2.1. Siklus Spiral Action Research

Keterangan:
R : Rencana tindakan
A&O : Aplikasi tindakan dan observasi
Rf : Refleksi
RR : Revisi Rencana

Proses Action Research

Kemmis dan McTaggart dan Nixon (2015), menjelaskan bahwa dalam

melaksanakan Action Research memerlukan beberapa langkah tindakan yaitu

reconnaissance, planning, melaksanakan rencana (action) dan observasi

(observation), serta reflection.

1. Reconnaissance: merupakan tahap awal dalam mencari permasalahan yang

ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary study, yaitu mempelajari

masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap ini

menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan

sekarang. Pernyataan-pernyataan tentang masalah yang ada mulai

dimunculkan pada tahap ini (Kemmis & McTaggart, 1988).

Universitas Sumatera Utara


42

2. Planning: merupakan perencanaan yang bersifat untuk perbaikan. Tahap ini

berorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan partisipan.

Perencanaan meliputi rencana untuk merubah dengan menggunakan bahasa,

aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan

merencanakan hasil yang diinginkan.

3. Action & Observation: mengimplementasikan rencana dan mengobservasi

pekerjaan yang dilakukan. Tahap ini adalah melaksanakan rencana yang sudah

di tetapkan, meliputi melaksanakan rencana untuk berubah dengan

menggunakan bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan

organisasi, dan mengobservasi hasil dari implementasi yang telah dilakukan.

4. Reflection: merupakan waktu untuk memberikan analisa, sintetis, interpretasi

dan menyimpulkan hal yang penting. Pada tahap ini refleksi berfokus pada

hasil yang telah dicapai kemudian dibuat analisa selanjutnya.

Tingkat Keabsahan Data (Trusthworthiness Of Data)

Lincoln dan Guba (1994 dalam Polit & Beck, 2010), mengemukakan

bahwa tingkat keabsahan data hasil penelitian dapat dipercaya dengan

memvalidasi data menurut beberapa kriteria, yaitu:

1. Credibility: mengacu pada keyakinan kebenaran dan interpretasi data,

membangun kepercayaan dalam kebenaran temuan bagi peserta dan konteks

penelitian. Kredibilitas melibatkan dua aspek yaitu, melakukan penelitian

dengan cara yang dapat meningkatkan kepercayaan dari temuan dan

mengambil langkah untuk menunjukkan kredibilitas dalam laporan. Teknik

yang dapat dilakukan peneliti yaitu prolonged engagement dan member check.

Universitas Sumatera Utara


43

2. Transferability: mengacu pada sejauh mana hasil temuan dapat ditransfer atau

diterapkan pada kelompok atau populasi yang lain. Hal ini bergantung pada

pengetahuan seorang peneliti tentang konteks pengirim dan penerima. Peneliti

menguraikan secara rinci tentang data terkait dengan latar belakang dan

fenomena yang terjadi serta temuan ditempat penelitian untuk memungkinkan

perbandingan yang akan dibuat tentang temuan yang akan didapat. Semua

data tersebut dibuat dalam satu deskripsi tebal (thick description) untuk

memungkinkan seseorang tertarik dalam membuat transfer untuk mencapai

kesimpulan apakah transfer dapat dipikirkan sebagai kemungkinan.

3. Dependability: mengacu pada stabilitas (reliability) data dari waktu ke waktu

dan kondisi. Jika pekerjaan itu diulang dalam konteks, metode, dan peserta

yang sama maka hasil yang sama akan diperoleh. Peneliti melaporkan secara

detail proses penelitian kepada pembimbing untuk menilai apakah proses dan

hasil yang data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat lebih objektif.

4. Confirmability: mengacu pada objektifitas atau netralitas data, dimana tercapai

persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data.

Confirmability tercapai jika peneliti dapat meyakinkan orang lain bahwa

data yang dikumpulkan adalah data yang objektif, seperti apa adanya di

lapangan. Peneliti melakukan teknik triangulasi dan “audit trail”. Triangulasi

data dilakukan dengan melakukan pengambilan data dengan cara focus group

discussion (FGD), in-depth interview dan self report. Audit trail dilakukan

dengan membuat tabel atau diagram tentang alur kegiatan secara rinci yang

meliputi jenis kegiatan, tujuan, sasaran, partisipan dan waktu pelaksanaan.

Universitas Sumatera Utara


44

5. Authenticity: mengacu pada sejauh mana peneliti dengan adil dan dengan tepat

menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan yang

dapat menyampaikan perasaan partisipan sebagaimana mereka hidup. Sebuah

teks memiliki keaslian jika dapat mengajak pembaca merasakan sebuah

pengalaman kehidupan yang digambarkan, dan memungkinkan pembaca

untuk mengembangkan kepekaan yang meningkat dengan masalah yang

digambarkan.

Kerangka Konsep

Kerangka merupakan uraian yang menegaskan tentang teori yang

dijadikan landasan serta asumsi-asumsi teoritis yang akan digunakan untuk

menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka konseptual terdiri dari konsep (kata

atau istilah) yang mewakili gagasan abstrak, dihubungkan dengan cara yang

mewakili hubungan antara konsep (Tappen, 2016). Kerangka konsep pada

penelitian ini dijelaskan dan dapat dilihat pada skema 2.1.

Universitas Sumatera Utara


45

Input Proses Output Outcomes

 Teori keperawatan Faye Glenn Perawat pelaksana ruang rawat Kompetensi kepemimpinan  Peningkatan pengetahuan
Abdellah: keperawatan didasari inap di Rumah Sakit Universitas klinis perawat pelaksana tentang kompetensi
pada seni dan ilmu yang Sumatera Utara ruang rawat inap Rumah kepemimpinan klinis
membentuk sikap, kompetensi Sakit Universitas Sumatera  Aplikasi penilaian
intelektual & keterampilan teknis Utara: kompetensi
 Komponen kompetensi
dan 11 keterampilan perawat Tentative Model Kompetensi kepemimpinan klinis
 Unsur komponen
 Standar Kompetensi Perawat Kepemimpinan Klinis  Rubrik penilaian perawat pelaksana
Nasioanal Indonesia (PPNI, Perawat Pelaksana  Format penilaian  Kebijakan penerapan
2005) kompetensi
 Clinical Leadership Competency kepemimpinan klinis
Framework (CLCF) perawat pelaksana
Proses Action Research
(Kemmis & Taggart)

Reconnaissance
Reflecting

Planning

Acting & Observing

Skema 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

participatory action research (PAR). Participatory Action research merupakan

suatu penelitian dengan karakteristik peneliti harus bekerja dalam kelompok untuk

memahami atau memperbaiki situasi yang diidentifikasi oleh kelompok

menggunakan teknik yang sistematis, analitis, dan reflektif untuk mengumpulkan

data yang mengarah pada pengembangan rencana tindakan guna memecahkan

masalah berdasarkan pada informasi yang dikumpulkan (Streubert & Carpenter,

2011).

Jenis penelitian action research yang digunakan merupakan penelitian

yang bertujuan menghasilkan praktek dari hasil tindakan yang dilakukan yaitu

Practical Action Research. Sedangkan level penelitian pada tingkat professional

contextual level, dimana outcomes yang diharapkan adalah adanya perubahan

pengetahuan, praktik atau perilaku dalam pelaksanaan asuhan keperawatan untuk

mendapatkan kualitas dan mencapai indikator mutu pelayanan keperawatan yang

maksimal (Coghlan & Brannick, 2009).

Action research juga memungkinkan adanya keterlibatan antara peneliti

dengan partisipan dalam bentuk kolaborasi dan menitikberatkan terhadap

pendekatan naturalistic dan humanistic. Penelitian action research ini dilakukan

dalam 4 (empat) tahapan utama yaitu planning, acting, observing, dan reflecting

(Kemmis,. McTaggart, & Nixon, 2014).

46
Universitas Sumatera Utara
47

Gambar 3.1. The Action Research Spiral


Sumber:Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2015). The Action
Research Planner:Doing Critical Participatory Action Research.
Singapore: Springer Science Business Media Singapore

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Lokasi penelitian ini dipilih atas pertimbangan peneliti sesuai dengan hasil

pengkajian.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari persiapan hingga seminar hasil penelitian yaitu

sejak bulan Desember 2018 sampai dengan Oktober 2019. Peneliti

mempertimbangkan waktu yang panjang karena menyesuaikan dengan metode

participatory action research dengan 1 (satu) siklus yang terdiri dari beberapa

proses tahapan penelitian agar memperoleh hasil penelitian yang representatif.

Universitas Sumatera Utara


48

Waktu Pelaksanaan
Kegiatan 2018 2019
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
Perumusan Masalah
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan Data
Hasil Penelitian
Seminar Hasil

Tabel 3.1 Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


49

Partisipan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam pengambilan partisipan pada penelitian

ini adalah purposive sampling. Purposive sampling didasarkan pada keyakinan

bahwa pengetahuan peneliti tentang populasi dapat digunakan untuk memilih

partisipan yang memahami masalah yang diteliti. Peneliti menentukan

karakteristik yang membatasi populasi penelitian ini melalui kriteria kelayakan

(eligibility criteria) atau dikenal juga dengan istilah kriteria inklusi (Polit & Beck,

2014).

Peneliti memutuskan dengan sengaja memilih orang-orang yang dinilai

menjadi khas dari populasi atau sangat berpengetahuan tentang isu-isu yang

diteliti (Polit & Beck, 2012). Pemilihan partisipan pada penelitian berdasarkan

kriteria inklusi yang telah ditetapkan diantaranya perawat dengan tingkat

pendidikan sarjana keperawatan dan profesi ners, minimal sebagai ketua tim atau

primary nurse (PN) dan bersedia menjadi partisipan penelitian.

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah perawat yang memiliki

jabatan struktural sebagai kepala seksi keperawatan, komite keperawatan, kepala

ruangan dan primary nurse (PN) atau ketua tim sebagai perawat penanggung

jawab pasien (PPJA) yaitu sebanyak 16 (enam belas) orang, dan 3 (tiga) orang

terpilih memiliki peran tambahan sebagai tim penyusun atau perumus.

Selanjutnya perawat pelaksana atau associate nurse (AN) sebagai profesional

pemberi asuhan pada pasien sebanyak 30 (tiga puluh) orang ikut terlibat pada

tahap awal reconnaissance untuk mendapatkan informasi sampai pada tahap

acting dan observing yang berperan sebagai peserta pada kegiatan implementasi

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


50

Partisipan yang ikut terlibat pada penelitian ini bekerja pada 5 (lima) unit

ruang rawat inap yang terdiri dari ruang Zaitun (VIP), ruang cendana (kelas 1),

ruang Anak dan Thalasemia, ruang Delivery dan Maternitas, dan ruang Mahoni

(kelas 3) di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Metode Pengumpulan Data

Data mengacu pada kumpulan informasi yang terorganisasi, biasanya hasil

dari pengalaman, pengamatan, dan eksperimen. Data dapat terdiri dari angka,

kata, atau gambar, terutama karena pengukuran atau pengamatan dari sekumpulan

variabel (Yin, 2011). Penelitian action research menggunakan peneliti sebagai

instrument penelitian yang berarti peneliti sebagai alat untuk melakukan

pengumpulan data serta merupakan narasumber apabila ada permasalahan yang

muncul dalam penelitian (Polit & Beck, 2010).

Alat pengumpulan data penelitian menggunakan voice recorder dan

instrumen penelitian. Instrumen penelitian terdiri dari a) Panduan wawancara

focus group discussion (FGD), b) Self-report: kuesioner data demografi,

kuesioner pengetahuan dan lembar observasi, dan c) Field notes.

Kuisioner pada penelitian ini berbentuk kuisioner terstruktur dengan tipe

pertanyaan tertutup (closed-ended questions). Hal ini dilakukan mengingat

partisipan menyelesaikan lebih banyak pertanyaan tertutup daripada yang terbuka

dalam jumlah waktu tertentu dan partisipan mungkin tidak bersedia menulis

tanggapan tertulis yang panjang jika menggunakan pertanyaan terbuka dalam

kuesioner (Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2011).

Universitas Sumatera Utara


51

Bentuk pernyataan yang digunakan pada kuesioner data demografi adalah

Rank-Ordered Question, yang terdiri dari karakteristik umur (<30 tahun dan

>30 tahun), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), pengalaman kerjan (<2 tahun

dan >2 tahun), pendidikan terakhir (D3 Keperawatan, S1 Keperawatan, Profesi

Ners, dan S2 Keperawatan), dan mengikuti pelatihan (<3 kali/tidak pernah dan

>3 kali).

Kuesioner pengetahuan tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana menggunakan Multiple Choice Question yang terdiri dari 20 (dua

puluh) pertanyaan deklaratif yang menggambarkan konsep kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana dengan 3 (tiga) alternatif kelompok

jawaban yaitu A, B, dan C. Partisipan diminta untuk menjawab setiap pertanyaan,

jika jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Hasil ukur kuesioner

pengetahuan dengan menggunakan metode perhitungan panjang kelas dibagi

menjadi 3 (tiga) kategori yaitu Baik jika skor ≥ 15, Cukup jika skor pada rentang

8-14, dan Kurang jika skor pada rentang 0-7.

Lembar observasi tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana terdiri dari 20 (dua puluh) pernyataan yang menggambarkan perilaku

kepemimpinan klinis perawat pelaksana dengan menggunakan skala Guttman

dengan pilihan diantara 2 (dua) alternatif kelompok jawaban yaitu Ya diberi skor

1 dan Tidak diberi skor 0. Hasil ukur lembar observasi dengan menggunakan

metode perhitungan panjang kelas dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu Baik jika

skor ≥ 15, Cukup jika skor rentang 8-14, dan Kurang jika skor pada rentang 0-7.

Universitas Sumatera Utara


52

Pengembangan kuesioner pengetahuan dan lembar observasi terkait

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana disusun dengan melakukan

kajian literatur review dalam menyusun draft pertanyaan dan pernyataan.

Selanjutnya, draft pertanyaan atau pernyataan yang telah disusun divalidasi.

Validitas adalah konsep yang kompleks, menunjukkan alat ukur yang digunakan

dalam penelitian benar-benar mengukur apa yang diukur (Burn, & Grove, 2005).

Validitas memiliki sejumlah aspek dan pendekatan penilaian. Pada

penelitian ini, pendekatan penilaian yang digunakan adalah content validity guna

melihat cakupan area konten yang memadai. Uji validitas pada kuesioner

pengetahuan dan lembar observasi terkait kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana berdasarkan 4 (empat) kriteria penilaian yaitu relevan

(relevance) (1), kejelasan (clarity) (2), kesederhanaan (simplicity) (3), dan

ambiguitas (ambiguity) (4). Hasil validasi yang diperoleh dari para

validator/expertise dilanjutkan dengan melakukan uji validitas menggunakan

Content Validity Index (CVI). Instrumen dinyatakan valid apabila Content

Validity Index (CVI) lebih besar (>) 0.80 (Polit & Beck, 2014).

Instrumen penelitian yang telah disusun divalidasi oleh 3 (tiga) orang

validator yaitu Liberta Lumbantoruan, S.Kp., M.Kep, Resmi Masdelina Siregar,

S.Kep., Ns., M.Kep, dan Sabarina Sitepu, S.Kep., Ns,. M. Kep. Hasil uji validitas

dari ketiga expertise pada kuesioner pengetahuan dan lembar observasi diperoleh

masing-masing item nilai CVI >0.8. Hasil nilai CVI dari masing-masing item

instrumen dinyatakan valid atau layak uji untuk dapat digunakan dalam

pengumpulan data penelitian.

Universitas Sumatera Utara


53

Peneliti melakukan pengukuran uji reliabilitas instrumen penelitian.

Reliabilitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana sebuah

instrumen dapat menunjukkan ketepatan dan dipercaya sebagai suatu alat ukur

(Polit & Beck, 2012). Hasil uji coba instrumen tersebut kemudian dievaluasi

dengan menggunakan Cronbach Alpha. Suatu isntrumen dinyatakan reliabel

apabila memiliki koefisien keandalan atau alpha >0.70 (Polit & Beck, 2012).

Uji reliabilitas pada penelitian ini merupakan hasil dari penilaian ketiga

validator/expertise. Peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan

program aplikasi SPSS versi 20. Nilai Cronbach Alpha pada instrumen kuesioner

pengetahuan yaitu 0.746 dan lembar observasi yaitu 0.707. Nilai ini menunjukkan

bahwa instrumen penelitian reliabel.

FGD dalam penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi dan

pengalaman kelompok partisipan tentang model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana. Focus Group Discussion (FGD) merupakan bentuk khusus

wawancara kelompok untuk menggali dinamika, guna mendorong keterbukaan

diantara partisipan dengan memanfaatkan pernyataan partisipan secara tegas, terus

terang, tidak berbelit-belit berdiskusi dinamis dengan tujuan membahas (Streubert

dan Carpenter, 2011).

Panduan wawancara FGD pada penelitian dikembangkan oleh peneliti

sendiri menggunakan literature review untuk menyusun draft pertanyaan panduan

wawancara FGD. FGD dapat meningkatkan kebebasan para partisipan untuk

bebas berpendapat, hemat dan ekonomis untuk memperoleh hasil yang cepat,

fleksibel, elaboratif serta diperolehnya jumlah data yang lebih banyak dalam

waktu yang singkat (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).

Universitas Sumatera Utara


54

Panduan FGD terdiri dari 8 (delapan) pertanyaan terbuka tentang

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Pertanyaan terbuka tersebut

ditujukan untuk menggali informasi terkait kepemimpinan klinis, kompetensi

perawat, kompetensi kepemimpinan klinis, bagaimana mengukur kompetensi, hal

yang mempermudah dan mempersulit pengembangan kompetensi kepemimpinan

klinis dan apa yang menjadi harapan dari pengembangan kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Waktu pelaksanaan FGD berlangsung

selama 60 menit.

Draft pertanyaan panduan FGD divadilasi lebih lanjut oleh 3 (tiga) orang

validator/expertise yang sama dengan validator/expertise penilai instrumen

penelitian self-report (kuesioner pengetahuan dan lembar observasi). Hasil

validasi para validator/expertise yang diperoleh dilanjutkan dengan pengukuran

uji validitas menggunakan Content Validity Index (CVI) yang dinilai berdasarkan

kriteria yaitu unclear (1), clear (2), crediable (3) dan relevance (4). Hasil uji

validitas dari ketiga expertise terhadap butir-butir pertanyaan panduan FGD

diperoleh hasil nilai CVI >0.8. Nilai tersebut menyatakan bahwa panduan FGD

valid untuk digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kegiatan FGD.

Bentuk pencatatan yang paling umum sebagai alat pengumpul data dalam

metode observasi yaitu field notes (Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck,

2011). Field notes atau catatan lapangan adalah catatan pengamatan yang

dilakukan di lapangan (Kemmis, McTaggart & Nixon, 2014). Field notes berisi

catatan tentang pengaturan atau konteks untuk wawancara, serta observasi yang

dilakukan selama proses pengumpulan data, seperti catatan tentang perilaku atau

komunikasi non-verbal partisipan (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).

Universitas Sumatera Utara


55

Pada penelitian ini field notes berisi tanggal, waktu, dan lokasi penelitian,

serta dua kolom yang terdiri terdiri atas kolom hasil pengamatan (rekaman) kolom

ini diisi berdasarkan gambaran yang terlihat saat penelitian berlangsung, dan

kolom kedua berisi tentang hal-hal yang dirasakan peneliti menggunakan indera

(kesan, interpretasi, dan pemikiran peneliti). Hal-hal yang diobservasi

menggunakan field notes dalam penelitian ini meliputi karakteristik individu

meliputi gerakan, perilaku non-verbal, interaksi antar individu, termasuk isyarat

visual dan benda-benda yang terkait dengan orang tertentu (Yin, 2011).

Tahapan Penelitian Action Research

Langkah-langkah proses action research dalam 1 siklus pengembangan

model kompetensi kepemiminan klinis adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Reconnaissance

Reconnaissance atau dikenal juga dengan istilah preliminary study

mengacu pada proses pengumpulan informasi awal (Kemmis,. McTaggart,. &

Nixon, 2014). Adapun kegiatan yang akan dilakukan peneliti pada tahap ini

meliputi: (a) Mengenal lokasi penelitian, (b) Melakukan pendekatan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dilokasi penelitian, (c) Mengukur tingkat

pengetahuan partisipan (self-report), (d) Mengobervasi perilaku perawat

pelaksana dengan menggunakan lembar observasi (self-report), (e) Melihat

persepsi partisipan dengan melaksanakan wawancara FGD, (f) Menyusun

rumusan masalah yang ditemukan, dan (g) Mempertimbangkan etika

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


56

Peneliti melakukan pengenalan lokasi penelitian untuk memudahkan

peneliti beradaptasi dilokasi penelitian. Pendekatan dengan pihak-pihak terkait

bertujuan untuk mengidentifikasi individu yang akan berpartisipasi dan pokok

permasalahan yang akan dibahas. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk diskusi

terbuka dengan memperhatikan hirarki prosedur komunikasi yang berlaku. Untuk

memperoleh triangulasi data pada tahap ini, peneliti mengguna alat pengumpul

data lainnya berupa field notes.

Peneliti juga memperhatikan pertimbangan etik penelitian sebelum

penelitian dimulai, antara lain memberikan informed consent pada pasrtisipan dan

penelitian ini melalui etichal clereance dari komite etik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Untuk kegiatan pada tahap reconnaissance dapat

dilihat pada table 3.2.

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 3.2. Rangkaian Kegiatan Reconnaissance Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana
Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Mei 2019 (Minggu 2 & 3) Mei 2019 (Minggu 4) Juni (Minggu 1)


1. Melakukan prolonged engagement yaitu 1. Penilaian terhadap pengetahuan perawat 1. Penilaian terhadap pengetahuan
peneliti berada di tempat penelitian dengan pelaksana yang ikut terlibat dalam partisipan sebelum melaksanakan FGD
waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan proses penelitian dengan melakukan dengan mengikutsertakan kepala seksi
kepercayaan dari subyek yang diteliti, agar penyebaran lembar kuesioner keperawatan, komite keperawatan dan
memahami atau mengetahui dan mengalami pengetahuan. kepala ruangan (sebagai tim
sendiri situasi yang kompleks sehingga tidak 2. Observasi yang dilakukan oleh kepala penyusun/perumus) di Rumah Sakit
menimbulkan distorsi akibat kehadiran ruangan dengan menggunakan lembar Universitas Sumatera Utara.
peneliti dilapangan dan mempelajari budaya observasi yang telah disusun tentang 2. Kegiatan FGD menggunakan panduan
organisasi di tempat penelitian. kompetensi kepemimpinan klinis wawancara FGD yang telah disusun
2. Menyampaikan tujuan penelitian di Rumah perawat pelaksana. dan menggunakan tentative penelitian
Sakit Universitas Sumatera Utara. 3. Menganalisis data yang diperoleh dari yang telah disusun selama 60 menit.
3. Menyampaikan jenis kegiatan yang akan pengumpulan data dengan penyebaran 3. Kegiatan FGD direkam dengan voice
dilaksanakan. lembar kuesioner dan lembar observasi. recorder.
4. Menyampaikan batas waktu penelitian. 4. Hasil FGD dibuat dalam bentuk
5. Mencari kelengkapan informasi secara transkrip kemudian dianalisis dengan
menyeluruh tentang setting penelitian metode content analysis.
6. Mempelajari permasalahan yang terkait
dengan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


58

Tahap 2: Planning

Setelah tahap reconnaissance dilaksanakan, selanjutnya adalah planning

(perencanaan). Peneliti melakukan perencaan tindakan atau kegiatan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta cara-cara pelaksanaan kegiatan

tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Menyusun timetable,

2) Mencari literature reviews untuk mengatasi masalah, 3) Menyusun ide untuk

menyelesaikan permasalahan, 4) Melaksanakan brainstorming terhadap ide-ide

yang telah dikumpulkan; 5) Ide-ide yang muncul ditampung dan dikembangkan,

untuk sama-sama menyusun output yang disepakati.

Penyusunan timetable pada penelitian ini bertujuan untuk penjadwalan,

monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian. Kegiatan pada tahap ini dilakukan

peneliti dengan cara melakukan koordinasi dengan kepala seksi keperawatan

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Kegiatan ini berlangsung selama 1

(satu) minggu yaitu pada minggu ketiga Juni 2019.

Beberapa tahapan dalam perencanaan (Planning) pengembangan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, antara lain: 1) Merencanakan

persiapan awal yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan penyusunan

komponen kompetensi kepemimpinan klinis, 2) Merencanakan pembetukan tim

yang bertujuan untuk menetapkan orang atau tim dari unit kerja yang bertanggung

jawab untuk penyusunan komponen kompetensi, 3) Merencanakan program kerja

yang akan digunakan, 4) Merencanakan penyusunan rubrik/kuesioner penilaian

kompetensi kepemimpinan klinis, 5) Merencanakan diskusi, sosialisasi, dan

pemaparan hasil, 6) Merencanakan pelaksanaan implementasi penilaian

kompetensi kepemimpin klinis perawat pelaksana tersebut.

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 3.3. Timetable Pelaksanaan Action Research Penelitian

Waktu Pelaksanaan
Juni Juli Agustus September Oktober
No Kegiatan
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Planning
a. Menentukan jadwal kegiatan penyusunan model kompetensi kepemimpinan klinis
1 b. Menentukan tim perumus penyusunan model kompetensi kepemimpinan klinis
c. Menentukan jadwal kegiatan sosialisasi model kompetensi kepemimpinan klinis
d. Menentukan jadwal kegiatan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis
Tahap Acting
a. Perumusan model kompetensi kepemimpinan klinis
c. Melaksanakan FGD tentang perumusan model kompetensi kepemimpinan klinis
2
d. Melakukan uji expert model kompetensi kepemimpinan klinis
e. Melaksanakan kegiatan sosialisasi model kompetensi kepemimpinan klinis
f. Melaksanakan kegiatan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis
Tahap Observing
a. Melakukan observasi perumusan model kompetensi kepemimpinan klinis
3
b. Melakukan observasi kegiatan sosialisasi model kompetensi kepemimpinan klinis
c. Melakukan observasi kegiatan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis
Tahap Reflecting
a. Evaluasi perumusan model kompetensi kepemimpinan klinis
4
b. Penyebaran kuesioner pengetahuan kompetensi kepemimpinan klinis
c. Melaksanakan FGD tentang hasil penelitian model kompetensi kepemimpinan klinis

Universitas Sumatera Utara


60

Tahap 3: Acting dan Observing

Tahap ini merupakan tahap penerapan atas rencana tindakan yang telah

disusun ditahap planning. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

menyampaikan ide-ide yang telah dikumpulkan terhadap orang-orang yang

berkepentingan, dan merumuskan ide-ide tersebut untuk sama-sama menyusun

tentantif model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Kegiatan

perumusan tentative model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

didukung oleh kegiatan literature review.

Literature reviews menyajikan sejumlah fungsi penting dalam proses

penelitian dan berperan dalam pengembangan evidence- based practice (Loiselle,

Profetto-McGrath, Polit, & Beck, 2011). Pencarian literature reviews yang

relevan dengan tujuan penelitian adalah electronic databases seperti Cumulative

Index to Nursing and Allied Health Literature (CINAHL), Science Direct,

ClinicalKey, dan SAGE Journal. Pada penelitian ini pencarian literature reviews

dilakukan sejak bulan Juni 2019 sampai Agustus 2019 dengan jurnal yang

digunakan terbitan tahun 2012 sampai dengan 2017. Ide-ide yang diperoleh dari

literature reviews digunakan untuk menyelesaikan permasalahan, dibagi kepada

pihak-pihak yang berkepentingan hingga muncul branstorming yang dapat

ditampung, dikembangkan, dan disepakati untuk menyusun output penelitian.

Universitas Sumatera Utara


61

Hasil rumusan data yang telah disusun, dilanjutkan dengan melakukan uji

expert kepada penguji yang telah ditetapkan. Selanjutnya melakukan revisi dan

dikonsultasikan kembali kepada expert, dan melaksanakan FGD kembali dengan

partisipan penelitian. Setelah merumuskan dan menyepakati model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana tersebut, maka peneliti dapat

melaksanakan sosialisasi model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana dan melaksanakan implementasi penilaian dengan menggunakan format

rubrik penilaian yang telah disusun dan disepakati berdasarkan tentative model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana tersebut kepada seluruh

perawat diruang rawat inap.

Pelaksanaan tindakan diikuti dengan kegiatan monitoring. Kegiatan

monitoring ini peneliti mengidentifikasi dan mendokumentasikan semua indikator

proses dan hasil, partisipasi tim penyusun maupun kendala-kendala yang dijumpai

dalam setiap proses penyusunan tentative model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana.

Observasi merupakan proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap kegiatan yang telah disusun. Adapun alat yang digunakan selama proses

observasi meliputi: 1) Buku catatan harian, adalah rekaman pengamatan, ide,

interpretasi, perasaan, reaksi, firasat, spekulasi, penjelasan, dan refleksi mengenai

hal yang menarik pada topik penelitian, 2) Catatan tertulis seperti field notes,

3) Interviews, adalah cara penting untuk mengumpulkan perspektif dari orang

yang berbeda tentang suatu masalah; 4) Perekaman audio dan foto, dan

5) Analisis dokumen, bertujuan untuk menghasilkan interpretasi masalah.

Universitas Sumatera Utara


62

Tabel 3.4. Rangkaian Kegiatan Acting dan Observing Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana
di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Juli (Minggu 2 & 3) Juli (Minggu 4) & Agustus (Minggu 1-4) September– Oktober (Minggu 1) Oktober (Minggu 1 & 2)
1. Menyusun tim dan 1. Menyusun tentative model kompetensi 1. Melaksanakan kegiatan implementasi Melakukan pengamatan
menyampaikan ide-ide yang kepemimpinan klinis perawat pelaksana. penilaian kompetensi kepemimpinan terhadap kegiatan yang
telah dikumpulkan. 2. Menyusun buku atau modul klinis perawat pelaksana di 5 (lima) dilaksanakan sesuai dengan
2. Merumuskan ide-ide tersebut implementasi penilaian kompetensi ruang rawat inap di Rumah Sakit perencanaan dan aturan yang
untuk bersama-sama (tim) kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Universitas Sumatera Utara. telah ditentukan (final validasi).
melakukan pembahasan 3. Membuat rubrik dan lembar penialai 2. Melakukan analisis dari hasil
tentative model kompetensi kompetensi kepemimpinan klinis perawat pengumpulan data yang telah
kepemimpinan klinis perawat pelaksana. dilakukan (implementasi).
pelaksana. 4. Melaksanakan sosialisasi model
3. Melakukan uji expert kepada kompetensi kepemimpinan klinis perawat
penguji yang telah pelaksana menggunakan buku atau
ditetapkan, dan melakukan modul “Draft Assesment Tools-
revisi. Kompetensi Kepemimpinan Klinis
4. Melaksanakan FGD dengan Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap
partisipan tentang tentative Rumah Sakit Universitas Sumatera
model kompetensi Utara”
kepemimpinan klinis perawat
pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


63

Tahap 4: Reflecting

Tahapan reflecting merupakan tahap akhir dengan melaksanakan beberapa

kegiatan diantaranya menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan dan

menarik kesimpulan serta memperluas kajian output yang telah disusun. Pada

tahap ini, peneliti melakukan penyebaran kuesioner pengetahuan, dan wawancara

FGD untuk memperoleh persepsi partisipan. Data yang dianalisis dalam penelitian

ini adalah data yang diperoleh pada tahap acting dan observing sesuai dengan data

yang telah disusun ditahap planning. Data-data tersebut dikategorikan kedalam

tema-tema tertentu. Setelah data dianalisis, selanjutnya peneliti membuat tampilan

data secara jelas dan jujur.

Definisi Operasional

Model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana adalah

serangkaian kompetensi perawat pelaksana sebagai klinisi yang merupakan

kombinasi dari beberapa unsur yang akan menjadi tolak ukur kepemimpinan

klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan dua cara

yaitu analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif diperoleh data melalui

wawancara FGD dan data kuantitatif dilakukan dengan menganalisa hasil

kuesioner data demografi, pengetahuan, dan observasi tentang kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


64

Analisis Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh dari hasil FGD dianalisis dalam bentuk

tema-tema, menemukan kesamaan dan perbedaan, kemudian mengelompokkan

kedalam kategori makna yang lebih luas, lebih abstrak, dan menyeluruh disebut

tema yang menghasilkan banyak data (Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Data

kualitatif dianalisis menggunakan metode content analysis yaitu analisis data

naratif untuk mengidentifikasi tema dan pola yang menonjol diantara tema yang

muncul (Polit & Beck, 2014).

Teknik content analysis dengan menggunakan pendekatan sepuluh tahapan

yaitu: (1) Menyusun dan membaca keseluruhan transkrip dan mengulanginya bila

dirasa perlu, (2) Mengidentifikasi pernyataan signifikan (PS) dari setiap teks yang

terdapat dalam transkrip, (3) Menuliskan PS ke dalam tabel, (4) Mengidentifikasi

PS untuk memastikan tidak ada PS yang terlewatkan, (5) Melakukan sorting

dengan ascending mode, (6) Memberikan kode untuk setiap PS,

(7) Mengelompokkan koding yang sama dalam suatu kategori, (8) Mengecek

kembali kesesuaian penempatan PS dibawah satu kategori, (9) Mengelompokkan

kategori yang sejenis dan (10) Menentukan tema dan sub tema (Setiawan, 2012).

Analisis Kuantitatif

Analisis data kuantitatif pada penelitian ini disajikan menggunakan

statistik deskriptif untuk mendeskripsikan dan merangkum data hasil penelitian

(Lobiondo-Wood & Haber, 2014). Data yang disajikan yaitu data demografi

diantaranya umur responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja,

dan pengalaman mengikuti pelatihan, gambaran pengetahuan tentang kompetensi

kepemimpinan klinis dan observasi perilaku perawat pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


65

Keabsahan Data (Trusthworthiness of Data)

Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang

berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan

memperjelaskan data dengan fakta aktual yang terjadi saat penelitian

dilapangan. Kepercayaan data (trustworthiness) dievaluasi menggunakan kriteria

kepercayaan (credibility; dengan prolonge engagement dan member checking),

pengalihan (transferability), keteguhan (dependability), dan kepastian

(confirmability/check expert) dan authenticity (Polit & Beck, 2012).

Credibility pada penelitian ini dipertahankan peneliti melalui teknik

prolonged engagement dan member check. Prolonged engagement dilakukan

peneliti dengan cara melakukan pendekatan secara intensif pada pastisipan yang

dimulai pada tahap reconnaisance. Hubungan peneliti dengan partisipan sudah

terjalin dengan baik dikarenakan peneliti selama 2 semester melakukan praktikum

perencanaan strategis dalam keperawatan dan praktikum administrasi keperawatan

lanjut.

Selain itu peneliti juga melakukan teknik member-check dimana peneliti

akan melakukan cross-check data yang diperoleh dengan partisipan, yang

bertujuan memastikan interpretasi dan temuan penelitian akurat. Peneliti

menemukan aspek yang saling bertentangan maka melakukan klarifikasi data

yang diperoleh dengan mengunjungi kembali partisipan setelah data dianalisis,

cara yang dilakukan adalah mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih

partisipan.

Universitas Sumatera Utara


66

Pendekatan yang dilakukan merupakan prolonged engagement meliputi

pendekatan dengan kepala seksi dan komite keperawatan, kepala ruangan rawat

inap, perawat primer atau ketua tim dan perawat pelaksana yang memiliki

tanggung jawab terhadap pelayanan keperawatan. Tujuannya adalah untuk

mengenal dan memahami situasi penelitian sehingga antara peneliti dan partisipan

memiliki hubungan yang dekat, terbuka, dan muncul hubungan saling percaya.

Untuk mendapatkan kepastian atau objektifitas dari data yang diperoleh maka

peneliti akan melakukan member chek menyerahkan dokumen hasil temuan data

dalam bentuk transkrip untuk dibaca oleh partisipan sebagai upaya untuk

memperoleh kepastian atau objektifitas data yang diperoleh (thick description).

Transferability mengacu pada sejauh mana hasil temuan dapat ditransfer

atau diterapkan pada kelompok atau populasi yang lain. Hal ini tergantung pada

pengetahuan seorang peneliti tentang konteks pengirim dan konteks penerima.

Peneliti menguraikan secara rinci tentang data terkait dengan latar belakang dan

fenomena yang terjadi serta temuan di tempat penelitian. Penjelasan hasil FGD

akan dinarasikan dengan pembahasan terhadap hasil penelitian yang

menggunakan literatur yang sesuai dengan topik penelitian.

Dependability mengacu pada stabilitas data dan kondisi dari waktu ke waktu

(Polit & Beck, 2012). Dependability memastikan bahwa penelitian diulang dalam

konteks yang sama, metode yang sama dan dengan partisipan yang sama maka

hasil yang sama akan diperoleh. Peneliti akan menggunakan teknik “overlapping

methods” (metode tumpang tindih) yaitu pengambilan data melalui wawancara

dengan focus group discussion (FGD). Kegiatan FGD menghasilkan jawaban

partisipan yang terintegrasi dan sesuai dengan topik yang diberikan.

Universitas Sumatera Utara


67

Confirmability mengacu pada objektivitas atau netralitas data (Polit &

Beck, 2012). Confirmability dimaksukan agar tercapainya persetujuan antara dua

orang atau lebih tentang relevansi dan arti data. Hal ini dicapai peneliti dapat

meyakinkan orang lain bahwa data yang dikumpulkan adalah data yang objektif,

seperti apa adanya di lapangan. Pada penelitian ini aspek confirmability guna

mencapai trustworthiness. Peneliti melakukan teknik triangulasi, member check

dan check expert.

Triangulasi data yang dilakukan dengan pengambilan data dengan cara

focus group discussion (FGD) dan self report. Hasil penelitian ini diserahkan

dalam bentuk transkip verbal dengan istilah member check untuk memastikan data

yang diperoleh sudah sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan berdasarkan

asumsi partisipan bukan persepsi peneliti. Sedangkan check expert dilakukan ke

pembimbing untuk validasi hasil coding dan tema yang ditemukan saat melakukan

analisa data.

Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti dengan adil dan dengan

tepat menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan ketika

laporan tersebut dapat menyampaikan perasaan partisipan sebagaimana mereka

hidup. Authenticity penelitian ini dilakukan peneliti dengan cara membuat

beberapa pernyataan partisipan sebagai data yang mendukung terhadap tema-tema

yang dihasilkan pada temuan saat penelitian. Untuk memudahkan pembaca

memahami teks tersebut maka penelitian ini disusun secara sistematis dan

menggunakan penjabaran kata-kata yang mudah dipahami.

Universitas Sumatera Utara


68

Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapatkan ethical clearance dari

Komite Etik Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pertimbangan etik merupakan standar yang membedakan antara perilaku yang

dapat diterima dan tidak dapat diterima (Tappen, 2016). Untuk menjamin

akuntabilitas kepada partisipan, maka penelitian memerlukan perlindungan hak

asasi manusia meliputi autonomy, privacy, confidentiality, dan justice (Wood &

Ross-Kerr, 2011).

Prinsip autonomy pada penelitian ini dicapai dengan cara memberikan

kesempatan kepada partisipan untuk mengikuti atau menolak penelitian

menggunakan informed consent. Informed consent adalah suatu prinsip legal yang

berarti bahwa partisipan memahami implikasi berpartisipasi dalam penelitian

dengan sadar setuju untuk berpartisipasi (Lobiondo-Wood & Haber, 2014).

Perlindungan terhadap privacy dengan cara menjamin kerahasiaan data

yang terkumpul, tidak menuliskan nama dan identitas lainnya yang berhubungan

dengan partisipan. Confidentiality dalam penelitian ini dilakukan pada

pengumpulan data berupa penyimpanan data dan data wawancara direkam secara

profesional dan dirahasiakan.

Justice atau keadilan adalah salah satu aspek prinsip etika penelitian yang

berhubungan dengan pemerataan manfaat dan beban penelitian (Loiselle, Profetto-

McGrath, Polit & Beck, 2011). Penerapan prinsip ini dalam penelitian dilakukan

peneliti pada saat memilih partisipan penelitian. Pada penelitian ini partisipan

dipilih berdasarkan kriteria inklusi penelitian dengan pertimbangan memahami

topik yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara


69

Reconnaissance (Mei 2019)


1. Setting penelitian
2. Melakukan prolonged engagement
Reflection (Oktober 2019) 3. Menyampaikan tentatif model
1. Membandingkan hasil pengukuran sebelum kompetensi kepemimpinan klinis yang
dan sesudah Reconnaissance sudah dirancang.
2. Mensosialisasikan perumusan kompetensi 4. Pengumpulan data melalui FGD dan
kepemimpinan klinis yang telah disusun
Reflecting Self Report.
3. Penilaian terhadap perumusan kompetensi
kepemimpinan yang telah disusun, FGD dan
kuesioner Planning (Juni 2019)
Planning 1. Merencanakan persiapan awal yang bertujuan
Acting (Juli, September, Oktober 2019) Acting & untuk mengetahui kebutuhan penyusunan
1. Melakukan persiapan awal yang bertujuan Observing protokol:
menyusun komponen kompetensi a. Mencari literature.
kepemimpinan klinis b. Mencari Ide-ide.
2. Mengadakan pertemuan dengan kepala seksi c. Merumuskan Permasalahan
keperawatan, komite keperawatan, kepala 2. Merencanakan pembetukan tim yang
ruangan merumuskan kompetensi (tim) bertanggung jawab untuk penyusunan
3. Konsultasi komponen kompetensi kompetensi kepemimpinan klinis.
kepemimpinan klinis kepada expert 3. Merencanakan penyusunan komponen
4. Sosialisasi rumusan komponen kompetensi Model Kompetensi kompetensi dengan menetapkan metode dan
kepemimpinan klinis Kepemimpian Klinis pembuatan model kompetensi.
5. Menyusun rubrik/kuesioner dan melakukan Perawat Pelaksana 4. Merencanakan diskusi dan pemaparan hasil
penilaian komponen kompetensi
dari penyusunan komponen dengan tim
kepemimpinan klinis perawat.
penyusun dan partisipan.
6. Menyusun dan menerapkan
5. Merencanakan pembuatan dan melakukan
panduan/protokol/SOP komponen
kompetensi kepemimpinan klinis. penilaian rubrik/kuesioner penilaian komponen
kompetensi kepemimpinan klinis perawat
Siklus 2 pelaksana.
Observing 6. Merencanakan pembuatan pengaplikasian
Mengobservasi atau melakukan pengamatan berupa panduan/protokol/SOP komponen
terhadap partisipan pada saat proses penelitian. kompetensi kepemimpinan klinis.

Skema 3.1. Rencana Kegiatan Tahapan Penelitian


Universitas Sumatera Utara
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang hasil dan pembahasan penelitian tentang

pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang

rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

menggunakan metode action research yang dilakukan sebanyak 1 (satu) siklus

selama 6 bulan yang dimulai sejak bulan Mei sampai dengan Oktober 2019. Hasil

penelitian ini dipaparkan berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif, yang

terdiri dari beberapa pokok bahasan sebagai berikut:

Deskripsi lokasi penelitian

Pengembangan “Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara” yang dilaksanakan

dalam 1 siklus memiliki tahapan sebagai berikut:

Tahap Reconnaissance, meliputi:

Setting penelitian

Karakteristik demografi partisipan dan perawat pelaksana.

Pengetahuan partisipan dan perawat pelaksana tentang kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana

Observasi perilaku perawat pelaksana tentang kepemimpinan klinis

perawat pelaksana

Persepsi partisipan tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana

70
Universitas Sumatera Utara
71

Tahap Action Research Spiral meliputi:

Tahap planning, acting, observing dan reflecting untuk mengembangkan

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat

inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Output dari pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana

Outcome dari pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana

Deskripsi Lokasi Penelitian

Sejarah Singkat Rumah Sakit

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yang

merupakan Rumah Sakit Umum tipe C yang diselenggarakan oleh Kementerian

Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Rumah Sakit ini

beralamat di Jl. Dr. T Mansur No.66, Medan dan berlokasi tepat di depan kampus

Universitas Sumatera Utara.

Sejarah pendirian Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara telah dimulai

pada 2003 dengan diajukannya Usulan proyek pembangunan Pusat Penelitian dan

Diagnostik Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas yang kemudian direvisi menjadi

usulan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Sumatera Utara.

Pada 2004, diperoleh rekomendasi /dukungan Mendiknas kepada Bappenas untuk

mendirikan RSP Universitas Sumatera Utara. Akhirnya Usulan Pembangunan

RSP Universitas Sumatera Utara disetujui dan masuk dalam perencanaan

Bappenas (Blue book, Code No : P04.11.1.03.0405.67).

Universitas Sumatera Utara


72

Rekomendasi Menteri Kesehatan kepada Rektor Universitas Sumatera

Utara untuk mendirikan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara diperoleh pada

2005. Pada yang sama Islamic Development Bank (IDB) menawarkan surat

pernyataan telah diterima atau Letter of Acceptance (LoA) untuk membangun

Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Sumatera Utara. Proses negosiasi

antara IDB dengan pemerintah tentang pinjaman atau Loan pembiayaan RSP

Universitas Sumatera Utara tersebut, IDB menyetujui pemberian Loan

pembangunan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara pada tanggal 1 Februari

2006.

Proses lelang pelaksanaan pembangunan Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara berlangsung sejak 2007 sampai dengan 2009 yang akhirnya

menetapkan PT Waskita Karya sebagai pelaksana pembangunan Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara (19 Juli 2009). Pengadaan alat kesehatan dan alat non

kesehatan berlangsung pada 2011 sampai dengan 2013 dan menyusun rencana

program dan anggaran operasional Rumah Sakit.

Berbagai persiapan operasional tersebut, diharapkan Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara dapat segera beroperasi secara penuh. “Soft Opening”

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dilaksanakan pada tanggal 4 Desember

2014 dan pembukaan operasional penuh baru dapat terlaksana pada tanggal 28

Maret 2016. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara melayani pasien BPJS pada

2008, dan pencapaian tertinggi memperoleh Akreditasi PARIPURNA pada

tanggal 28 Desember 2016.

Universitas Sumatera Utara


73

Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah sebagai Pusat

pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK) 2025

di wilayah Indonesia Barat. Misi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah

Meningkatkan mutu Dokter, Dokter Spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu

Pelayanan Kesehatan khususnya di Sumatera Bagian Utara dan mengembangkan

IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang ilmu kedokteran dan

kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang.

Motto Rumah Sakit

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara menggunakan motto: Kualitas,

Aman dan bersahabat (Quality, Safety and Friendly).

Falsafah, Nilai-nilai, Budaya Kerja dan Tujuan Rumah Sakit

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara memiliki falsafah diantaranya

kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan, kesehatan masyarakat yang paripurna akan terwujud melalui

pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, melalui proses pengembangan

sumber daya kesehatan yang berkualitas.

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara menganut nilai-nilai bahwa

kesehatan pasien adalah hukum yang utama (Salus aegroti suprema lex) dan

Pertama adalah tidak membahayakan pasien (Primum non nocere). Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara memelihara dan memupuk budaya kerja dengan

prinsip empati, non diskriminatif, komunikatif, energik, inisiatif, inovatif, tim

(team work), dan efektif.

Universitas Sumatera Utara


74

Tujuan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah 1) Menghasilkan

sumber daya manusia bidang kedokteran/kesehatan yang bermutu, handal dan

tulus dalam melaksanakan serta mengintegrasikan pelayanan pemeliharaan

kesehatan, pendidikan dan penelitian, 2) Mewujudkan upaya pelayanan

pemeliharaan kesehatan yang paripurna, menyeluruh, terintegrasi, terjangkau dan

berkesinambungan, 3) Menciptakan suasana akademik yang mendukung

pendidikan, penelitian dan pelayanan pemeliharaan kesehatan yang bermutu dan

aman, 4) Membina tim kerjasama profesional yang solid dengan perbaikan mutu

kinerja berkesinambungan, 5) Menyelenggarakan jejaring Rumah Sakit yang

mengemban tugas pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan serta

mampu menjadi pusat rujukan regional Rumah Sakit di wilayah Sumatera Utara,

dan 6) Meningkatkan kemandirian Universitas dalam pelaksanaan Tridarma dan

pengembangan otonomi Perguruan Tinggi.

Universitas Sumatera Utara


75

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

REKTOR

DEWAN PENGAWAS

DIREKTUR UTAMA
TIM –TIM

SATUAN PENGAWAS
INTERNAL KOMITE-KOMITE
KEPALA SMF
Gigi Mulut
Ilmu Penyakit Dalam DIREKTUR DIKLAT DIREKTUR PELAYANAN DIREKTUR SARPAS MEDIK DIREKTUR ADMINISTRASI
Ilmu Kesehatan Anak PENELITIAN& KERJASAMA MEDIKDAN KEPERAWATAN & PELAYANAN PENUNJANG UMUM SDM & KEUANGAN
Bedah
Obgyn KABAG KABID KABAG SARPRAS KABAG ADM. UMUM, SDM &
Neurologi PENDIDIKAN DAN MEDIK& KEPERAWATAN PELAYANAN PENUNJANG KEUANGAN
PELATIHAN
Pulmonologi
Kardiologi
Optalmologi KA. SUB KA. SUB PENELITIAN & KA. SIEMEDIK KA. SIE KA.SUB KA. SUB PELAYANAN KA. SUB UMUM & SDM KA. SUB KEUANGAN
THT PENDIDIKAN KERJASAMA KEPERAWATAN SARPRAS MEDIK PENUNJANGAN
Dermatologi
Psikiatri
Anestesiologi Unit PemeliharaanGedung UNIT VERIFIKASI
Bedah Saraf InstalasiGawatDarurat
InstalasiRawatJalan
Unit PeralatanMedik ASURANSIKESEHATAN
Unit IT-Komunikasi
BedahOrtopedi InstalasiRawatInap Unit Linen-Laundry
InstalasiRawatIntensif/HDU
Radiologi InstalasiBedahPusat
Unit PAL
Unit PKRS
Patologi Klinis Unit RehabilitasMedik Unit Peralatan Non Medik
Unit KamarPersalinan Unit Gas Medik
Gizi Klinis Unit Hemodialisasi
Ked.Kehakiman Unit TransfusiDarah
Unit Home Care
Unit PemulasaranJenazah
Unit RekamMedik

__________ Garis Komando


-------------- Garis Koordinasi

Skema 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


76

Proses pengembangan “model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”

Proses pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dilakukan

melalui dua tahapan. Tahap pertama yaitu reconnaissance, tahap ini merupakan

tahap awal yang dilakukan oleh peneliti mulai dari pendekatan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan di lahan penelitian sampai dengan menemukan

thematic concern atau masalah untuk diteliti. Tahap kedua yaitu proses The Action

Research Spiral, tahap ini menjelaskan tentang proses siklus yang terdiri dari

tahap planning, acting, observing dan reflecting.

Tahap reconnaissance

Perawat pelaksana merupakan tenaga kesehatan yang memiliki

kewenangan klinis dalam pemberian asuhan keperawatan selama 24 jam kepada

pasien. Untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana kemampuan

kepemimpinan klinis perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap pasien, maka dilakukan prolonged engagement pada tahap

reconnaissance sehingga menemukan thematic concern sebagai dasar untuk

melaksanakan tahap planning, acting dan observing hingga reflecting untuk

memperoleh sebuah model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


77

Kegiatan reconnaissance dalam penelitian ini diawali dengan mengetahui

setting penelitian dan melakukan prolonged engagement. Setting penelitian dalam

hal mengenal lokasi tempat penelitian, telah dilakukan peneliti pada saat

mengikuti praktikum mata kuliah Perencanaan Strategis dalam Keperawatan dan

Administrasi Keperawatan Lanjut yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara berturut-turut selama ± 2 semester.

Waktu untuk melaksanakan setting penelitian dimulai sejak minggu kedua

sampai dengan minggu ketiga Mei 2019. Peneliti melakukan pendekatan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan di lokasi penelitian dengan tujuan

mengidentifikasi individu yang akan berpartisipasi dan menemukan pokok

permasalahan yang akan dibahas, mempertimbangkan perencanaan yang

kemungkinan dapat mengubah asuhan keperawatan, menentukan bagaimana

mengukur indikator sebagai dampak perubahan yang akan dilakukan, serta

mengumpulkan bukti-bukti perubahan tersebut sebagai data evidence based

nursing. Permasalahan yang ditemukan pada tahap setting penelitian ini dijadikan

data dasar dalam pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana.

Proses mengidentifikasi pengetahuan sampai dengan mengumpulkan

bukti-bukti evidence based nursing, peneliti hadir dan berada di tempat penelitian

dalam waktu yang cukup lama (Prolonged Engagement). Hal ini dimaksudkan

untuk menumbuhkan keterbukaan dan kepercayaan partisipan, sampai dengan

memiliki pengalaman sendiri dalam menghadapi situasi yang kompleks.

Kehadiran peneliti diharapkan tidak menimbulkan distorsi sehingga peneliti

mampu mempelajari budaya organisasi di tempat penelitian.

Universitas Sumatera Utara


78

Hasil dari kegiatan prolonged engagement diperoleh data bahwa penelitian

ini dilaksanakan di 5 (lima) ruang rawat inap yaitu ruang Zaitun (VIP), ruang

Cendana (kelas 1), ruang Anak dan Thalasemia, ruang Martenits dan Delivery,

dan ruang Mahoni (kelas 3). Penelitian ini memilih 16 orang partisipan, terdiri

dari: (a) Seksi Keperawatan, (b) Komite Keperawatan, (c) Kepala Ruangan,

dan (d) Perawat Primer/Ketua Tim. Pada tahap reconnaisance, peneliti

menentukan 30 orang perawat pelaksana untuk terlibat dalam penelitian yang

bertujuan untuk memperoleh informasi lebih mendalam tentang kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana dan mengikutsertakan perawat pelaksana

tersebut pada kegiatan implementasi pada tahap acting & observing penelitian.

Pengumpulan data dilakukan mulai dari minggu keempat Mei sampai

dengan minggu pertama Juni 2019. Tahapan ini melakukan pengukuran

pengetahuan kepada seluruh partisipan dan perawat pelaksana. Pengukuran

pengetahuan yang dilakukan pada tahap reconnaissance dilakukan pada dua

waktu yang berbeda. Pengukuran pengetahuan pada perawat pelaksana dilakukan

sebelum pengukuran pada partsipan dengan menggunakan lembar kuesioner

pengetahuan dan menyerahkan lembar informed consent untuk ditandatangani.

Selanjutnya, kepala ruangan melakukan observasi kepada perawat pelaksana

dengan menggunakan lembar observasi kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Tahap reconnaisance ini diakhiri dengan menyelenggarakan kegiatan Focus

Group Discussion (FGD) yang menggunakan panduan wawancara FGD.

Universitas Sumatera Utara


79

Pelaksanaan FGD diawali dengan menjelaskan berbagai hal terkait

kegiatan penelitian, tentative model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana yang disusun oleh peneliti, dan memberikan informed consent sebagai

bukti bersedia ikut berpartisipasi dalam proses pelaksanaan penelitian. Sebelum

FGD berlangsung, peneliti membagikan lembar kuesioner pengetahuan

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana untuk mengetahui tingkat

pengetahuan partisipan dan menggunakan voice recorder sebagai alat perekam

suara selama pelaksanaan FGD berlangsung.

Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari partisipan yaitu krakteristik

data demografi, gambaran pengetahuan, dan persepsi tentang kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Sedangkan hasil pengumpulan data yang

diperoleh dari perawat pelaksana adalah karakteristik data demografi, gambaran

pengetahuan dan hasil observasi perilaku kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Seluruh instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti sudah divalidasi

berupa uji validitas oleh validator/expertise yang dinyatakan valid dan layak uji

untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian. Sebelum melakukan

pengumpulan data, peneliti mengajukan permohonan uji etik untuk memperoleh

etichal clereance dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara untuk memenuhi syarat standar melakukan pengumpulan data penelitian di

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


80

Karakteristik Demografi Partisipan

Hasil pengumpulan data terhadap karakteristik demografi partisipan adalah

mayoritas memiliki jabatan fungsional sebagai ketua tim sebanyak 8 orang (50%).

Partisipan berdasarkan usia, mayoritas berusia lebih dari 30 tahun sebanyak 11

orang (68,8%), seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Partisipan berdasarkan

pengalaman bekerja mayoritas lebih dari 2 tahun sebanyak 12 orang (75%), dan

berdasarkan pendidikan terakhir mayoritas profesi ners Sebanyak 11 orang

(68,8%). Sedangkan Partisipan berdasarkan kriteria jumlah mengikuti pelatihan

mayoritas lebih dari 3 kali atau pernah mengikuti pelatihan sebanyak 14 orang

(87,5%). Karakteristik data demografi partisipan secara detail dapat dilihat pada

tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan (n=16)


No Karakteristik f %
1 Jabatan:
Kepala Seksi Keperawatan 1 6.3
Komite Keperawatan 2 12.5
Kepala Ruangan 5 31.2
Ketua Tim 8 50
2 Umur:
< 30 5 31.2
> 30 11 68.8
3 Jenis kelamin:
Perempuan 16 100
4 Pengalaman kerja:
<2 4 25
>2 12 75
5 Pendidikan:
DIII Keperawatan 0 0
S1 Keperawatan 3 18.7
Profesi Ners 11 68.8
S2 Keperawatan 2 12.5
6 Pelatihan:
< 3 kali / tidakpernah 2 12.5
> 3 kali / pernah 14 87.5

Universitas Sumatera Utara


81

Karakteristik demografi perawat pelaksana

Hasil pengumpulan data demografi perawat pelaksana berdasarkan usia

mayoritas berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 22 orang (73.3%), dan mayoritas

berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (83.3%). Perawat pelaksana

berdasarkan pengalaman bekerja mayoritas lebih dari 2 tahun sebanyak 20 orang

(66.7%), dan berdasarkan pendidikan terakhir perawat pelaksana mayoritas

pendidikan terakhir D3 Keperawatan sebanyak 12 orang (40%). Perawat

pelaksana berdasarkan kriteria jumlah mengikuti pelatihan mayoritas kurang dari

3 kali atau tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 25 orang (83.3%).

Karakteristik data demografi perawat pelaksana secara detail dan rinci dapat

dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Karakteristik Demografi Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di


Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (n=30)
No Karakteristik f %
1 Umur:
< 30 22 73.3
> 30 8 26.7
2 Jenis kelamin:
Laki-laki 5 16.7
Perempuan 25 83.3
3 Pengalaman kerja:
<2 10 33.3
>2 20 66.7
4 Pendidikan:
DIII Keperawatan 12 40.0
S1 Keperawatan 8 26.7
Profesi Ners 9 30.0
S2 Keperawatan 1 3.3
5 Pelatihan:
< 3 kali / tidakpernah 25 83.3
> 3 kali / pernah 5 16.7

Universitas Sumatera Utara


82

Pengetahuan partisipan tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa

pengetahuan partisipan tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana mayoritas pada kategori cukup sebanyak sebanyak 11 orang (68,8%) .

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Partisipan tentang Kompetensi


Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara (n=16)
No Pengetahuan f %
1 Baik 2 12.5
2 Cukup 11 68.8
3 Kurang 3 18.7
Total 16 100.0

Pengetahuan perawat pelaksana tentang kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara

Hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa

pengetahuan perawat pelaksana tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana mayoritas pada kategori cukup sebanyak 21 orang (70%) dan minoritas

pada kategori baik sebanyak 2 orang (6.7%).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Pelaksana tentang


Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (n=30)
No Pengetahuan f %
1 Baik 2 6.7
2 Cukup 21 70
3 Kurang 7 23.3
Total 30 100.0

Universitas Sumatera Utara


83

Observasi perilaku perawat pelaksana tentang kepemimpinan klinis perawat

pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan hasil observasi perilaku

perawat pelaksana tentang kepemimpinan klinis perawat pelaksana yaitu

mayoritas pada kategori cukup sebanyak 20 orang (66.7%) dan minoritas pada

kategori baik sebanyak 4 orang (13.3%). Hasil observasi perilaku perawat

pelaksana secara lebih rinci dan detail disajikan pada table 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Observasi perilaku Perawat Pelaksana


tentang Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (n=30)
No Pengetahuan f %
1 Baik 4 13.3
2 Cukup 20 66.7
3 Kurang 6 20.0
Total 30 100.0

Persepsi partisipan tentang model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Hasil wawancara dengan teknik focus group discussion (FGD) terhadap

partisipan selama 60 menit pada tahap reconnaissance, didapatkan 5 (lima) tema

terkait persepsi partisipan tentang model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara,

yaitu: 1) Definisi kepemimpinan klinis, 2) Kemampuan klinis keperawatan yang

harus dimiliki perawat, 3) Faktor yang mempengaruhi kompetensi klinis perawat

pelaksana di ruangan, 4) Kompetensi perawat pelaksana, dan 5) Harapan terhadap

pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana di

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


84

Definisi kepemimpinan klinis

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa definisi kepemimpinan

klinis sesuai dengan pernyataan partisipan, yaitu: 1) Potensi yang dimiliki seorang

perawat pelaksana dalam mengambil keputusan pada tindakan keperawatan,

2) Kepemimpinan di area klinis, mungkin termasuk unsur-unsur di area kerja, dan

berani mengambil keputusan klinis, 3) Perawat sebagai leader, dan manajemen

klinis, berhubungan dengan asuhan keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan, 4) Perawat yang melakukan pengawasan dan pemberi arahan kepada

perawat pelaksana, dalam memberikan asuhan keperawatannya, 5) Kemampuan

perawat memberikan bimbingan kepada orang yang berada dibawah dia seperti

pengawasan, seperti tanggung jawab, jujur, juga dalam halupaya dalam

meningkatkan pelayanan keperawatan. Pernyataan tentang definisi kepemimpinan

klinis dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“... Sepertinya kurang lebih, potensi yang dimiliki seorang


perawat pelaksana dalam mengambil keputusan tindakan
keperawatan”. (L1-L2 P1)

“...Kepemimpinan di area klinis, mungkin termasuk unsur-unsur


di area kerja kali ya, berani mengambil keputusan klinis”. (L17-
L18, P2)

“... Perawat sebagai leader, dan manajemen klinis, berhubungan


dengan asuhan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan (L23-L24, P5)

“ ... Perawat klinis ya pengawasan dan pemberi arahan kepada


perawat pelaksana, dalam memberikan asuhan
keperawatannya”. (L27-L28, P7)

“... Kemampuan dia itu memberikan bimbingan kepada orang


yang berada dibawah dia seperti pengawasan, seperti tanggung
jawab, jujur, juga dalam hal upaya dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan (L40-L42, P12)

Universitas Sumatera Utara


85

Kemampuan klinis keperawatan yang harus dimiliki seorang perawat

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa kemampuan klinis

keperawatan yang harus dimiliki seorang perawat sesuai dengan pernyataan

partisipan, yaitu: 1) Menciptakan lingkungan kerja yang aman, dan nyaman,

saling menghargai, 2) Kreatif, inovatif dalam memberikan pelayanan kepada

pasien, 3) Berani mengambil keputusan, berfikir kritis, berespon dengan cepat,

memiliki jiwa pemimpin saat berhadapan dengan pasien, perawat pelaksana,

berkolaborasi dengan pasien dalam memberikan tindakan, dan mampu menggali

masalah atau permasalah pasien. Pernyataan tentang kemampuan klinis

keperawatan yang harus dimiliki seorang perawat dinyatakan oleh beberapa

partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“ ... Menciptakan lingkungan kerja yang aman, dan nyaman,


saling menghargai”. (L77, P3)

“ ... Kreatif, inovatif dalam memberikan pelayanan kepada


pasien karena setiap saat yang ada disamping pasien itu kan
mereka, jadi dalam hal-hal yang dibutuhkan pasien itu, tidak
melulu ke katimnya dulu, mereka harus bisa mengambil
keputusan “. (L80-L83, P9)

“ ... Harus berani mengambil keputusan, berfikir kritis,


responnya cepat”. (L88, P12 )

“...Menjadi leader saat berhadapan dengan pasien, perawat


pelaksana mampu berkolaborasi dengan pasien dalam
memberikan tindakan, kemudian perawat pelaksana juga mampu
menggali masalah atau permasalah pasien itu”. (L90-L93, P14)

Universitas Sumatera Utara


86

Kompetensi yang harus dimiliki perawat pelaksana

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa kompetensi yang harus

dimiliki perawat pelaksana sesuai dengan pernyataan partisipan, yaitu: 1) Mampu

mengantisipasi, bekerja sama dengan tim, memberikan arahan, dan mampu

menyelesaikan konflik, 2) Mampu melakukan assesment, tindakan komunikasi

dengan pasien, menyampaikan apa yang dikerjakan kepada pasien dan keluarga,

3) Mampu mengkomunikasikan dan mampu menjalin hubungan yang baik dengan

pasien, sehingga dikenal pasien. Pernyataan tentang kompetensi yang harus

dimiliki perawat pelaksana dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada

ungkapan berikut ini:

“ ... Mampu mengantisipasi, mampu bekerja dengan tim, mampu


memberikan arah, dan mampu menyelesaikan konflik”. (L142-
L143, P5)

“ ... Mampu melakukan asesmen, mampu melakukan tindakan,


mampu komunikasi dengan pasien. Mampu mengerjakan untuk
meyampaikan apa yang dikerjakan kepada pasien dan keluarga
pasien (L145-L147, P9)

“ ... Mampu mengkomunikasikan dan mampu menjalin hubungan


yang baik dengan pasien, sehingga dikenal pasien “. (L148-L149,
P10)

Universitas Sumatera Utara


87

Faktor yang mempengaruhi kompetensi klinis perawat pelaksana di

ruangan

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sikap yang

mempengaruhi kompetensi perawat pelaksana di ruangan sesuai dengan

pernyataan partisipan, yaitu: 1) Sumber daya manusia, beban kerja, kompetensi,

manajemen Rumah Sakit, fasilitas, batasan pekerjaan perawat, lingkungan kerja

yang mendukung, 2) Kemampuan berbaur dengan tim, 3) Kemampuan

menyelesaikan masalah. Pernyataan tentang sikap yang mempengaruhi

kompetensi perawat pelaksana di ruangan dinyatakan oleh beberapa partisipan

seperti pada ungkapan berikut ini:

“ ... Sumber daya manusia, orang yang bekerja seberapa


banyak. Itu kan mempengaruhi juga. Beban yang diberikan
kepada 1 orang berbeda dengan 2 orang. Kemudian
kompetensinya, terus manajemennya juga, manajemen Rumah
Sakit, fasilitasnya bagaimana, pengaturannya bagaimana,
batasan pekerjaan perawat itu sampai dimana, jadi tidak semua
dikerjakan oleh perawat. Terus, lingkungan kerja yang
mendukung apa tidak, teman-temannya seperti apa, itu
mempengaruhi kepemimpinan klinis”. (L106-L112, P2)

“ ... Kemampuan menyelesaikan masalah. Apakah dia bisa


menyelesaikan masalah sewaktu KaTim itu tidak ada. Misalnya
gagal nafas itu, apa yang dilakukan dia. Kita kan tau dari
laporan dia sejauh ini apakah dia udah tau apa belum (L119-
L121, P10).

Universitas Sumatera Utara


88

Harapan terhadap pengembangan model kompetensi kepemimpinan


klinis perawat pelaksana

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa harapan terhadap

pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana sesuai

dengan pernyataan partisipan, yaitu: 1) Pelayanan maksimal, pasien puas, perawat

semangat untuk bekerja, 2) Mengetahui kompetensi yang sudah dan belum

dimiliki perawat pelaksana, 3) Mengetahui pelatihan atau seminar yang telah dan

belum diikuti perawat pelaksana. Pernyataan tentang harapan terhadap

pengembangan model kompetensi yang harus dimiliki perawat pelaksana

dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“... Pelayanan pasti maksimal, pastinya pasien puas, jadi


semangat untuk bekerja”. (L164, P10)

“ ... Jadi bisa digali, kompetensi mana yang belum dimiliki oleh
AN atau yang sudah dimiliki. Misalnya, atau ilmu apa yang perlu
diupdate?”. (L166-167, P2)

“ ... Pelatihan atau seminar apa yang belum diikuti, atau seminar
apa yang telah diikutin?”. (L169, P5)

Universitas Sumatera Utara


89

Tabel 4.6. Matrix Tema FGD Tahap Reconnaissance

Tema 1: Defenisi kepemimpinan klinis


Kategori :
1. Potensi yang dimiliki seorang perawat pelaksana dalam mengambil
keputusan tindakan keperawatan
2. Kepemimpinan di area klinis, mungkin termasuk unsur-unsur di area kerja
kali ya, berani mengambil keputusan klinis.
3. Perawat sebagai leader, dan manajemen klinis, berhubungan dengan
asuhan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Perawat yang melakukan pengawasan dan pemberi arahan kepada perawat
pelaksana, dalam memberikan asuhan keperawatannya
5. Kemampuan perawat memberikan bimbingan kepada orang yang berada
dibawah dia seperti pengawasan, seperti tanggung jawab, jujur, juga dalam
hal upaya dalam meningkatkan pelayanan keperawatan
Tema 2: Kemampuan klinis keperawatan yang harus dimiliki perawat
Kategori :
1. Kemampuan berfikir klinis
2. Pengambilan keputusan untuk tindakan-tindakan dasar
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, dan nyaman, saling menghargai
4. Mampu merespon dengan cepat
5. Kreatif, inovatif dalam memberikan pelayanan kepada pasien karena setiap
saat yang ada disamping pasien adalah perawat
Tema 3: Kompetensi klinis perawat pelaksana
Kategori :
1. Kemampuan mengantisipasi, bekerja sama dengan tim, memberikan
arahan, dan mampu menyelesaikan konflik
2. Kemampuan melakukan assesment, tindakan komunikasi dengan pasien,
menyampaikan apa yang dikerjakan kepada pasien dan keluarga
Tema 4: Faktor yang mempengaruhi kompetensi klinis perawat pelaksana
di ruangan
Kategori :
1. Sumber daya manusia, beban kerja, kompetensi, manajemen Rumah Sakit,
fasilitasnya, batasan pekerjaan perawat, lingkungan kerja yang
mendukung
2. Kemampuan berbaur dengan tim
3. Kemampuan menyelesaikan masalah
Tema 5: Harapan terhadap pengembangan kompetensi kepemimpinan
klinis perawat pelaksana
Kategori :
1. Pelayanan maksimal, pasien puas, perawat semangat untuk bekerja
2. Mengetahui kompetensi yang sudah dan belum dimiliki perawat pelaksana
3. Mengetahui pelatihan atau seminar yang telah dan belum diikuti perawat
pelaksana

Universitas Sumatera Utara


90

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah

melakukan member chek kepada partisipan. Kegiatan member chek ini dilakukan

dengan cara menyampaikan hasil analisis data yang diperoleh kepada partisipan

untuk memastikan bahwa hasil analisis tersebut mencerminkan apa yang telah

dinyatakan oleh partisipan kepada peneliti pada saat kegiatan FGD berlangsung.

Peneliti menyusun permasalahan yang ditemukan dan meminta masukan

dari pembimbing tentang permasalahan tersebut. Beberapa masalah (thematic

concerns) yang muncul pada tahap ini, yaitu: 1) Ketidaksesuaian pemahaman

tentang defenisi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 2) Keterbatasan paparan

tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 3) Tidak ada

panduan khusus terkait kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, dan

4) Belum pernah dilakukan penilaian terkait kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana.

Pada tahap reconnaissance ini, beberapa masalah yang ditemukan,

termasuk tingkat pengetahuan partisipan dan perawat pelaksana serta hasil

observasi perilaku terkait kepemimpinan klinis perawat pelaksana, maka hal ini

menjadi acuan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan dengan

pendekatan action research dengan 1 (satu) siklus. Ada 4 (empat) tahapan, setiap

tahapan melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk menemukan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


91

Tahap Planning

Setelah tahap reconnaissance, tahap selanjutnya yang dilakukan oleh

adalah tahap planning. Tahap planning mulai dilaksanakan pada minggu ketiga

dan keempat Juni 2019 yang bertujuan untuk membuat perencanaan dan

merumuskan rangkaian kegiatan dalam pengembangan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan

pada tahap reconnaissance, maka ada beberapa perencanaan kegiatan untuk

tahapan selanjutnya dalam upaya mendukung tercapainya tujuan mengetahui

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang terdiri dari

komponen dan lembar penilaian.

Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti merencanakan beberapa kegiatan,

yaitu: 1) Memahami thematic concern, 2) Menyusun timetable perencanaan

kegiatan, 3) Merencanakan persiapan awal sesuai dengan kebutuhan penyusunan

komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 4) Merencanakan

pembetukan tim atau orang yang terlibat dalam penyusunan kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 5) Merencanakan penyusunan

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 6) Merencanakan jadwal

diskusi, pemaparan hasil, dan sosialisasi model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana, 7) Merencanakan implementasi atau uji coba penilaian

menggunakan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, dan

6) Perencanaan tahap reflecting.

Universitas Sumatera Utara


92

Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu

penyusunan timetable penelitian. Timetable ini bertujuan untuk menentukan

tanggal dan kegiatan yang akan dilakukan pada setiap tahapan kegiatan penelitian.

Peneliti berkoordinasi dengan pihak-pihak yang akan dilibatkan pada tahap

kegiatan tersebut. Hasil koordinasi yang dilakukan diperoleh timetable kegiatan

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Tahap Acting dan Observing

Pada tahap sebelumnya yaitu tahap planning telah disusun beberapa

rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap lanjutan penelitian. Tahap

acting dan observing mulai dilaksanakan pada minggu kedua Juli 2019 sampai

dengan minggu pertama Oktober 2019. Beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti

pada tahap acting, yaitu: 1) Melakukan persiapan awal sesuai dengan kebutuhan

penyusunan kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 2) Membentuk

tim untuk menetapkan orang yang terlibat dan bertanggung jawab dalam

penyusunan tentative model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana,

3) Melakukan penyusunan dan perumusan model kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana, 4) Sosialisasi pemaparan hasil perumusan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana kepada partisipan dan

perawat pelaksana, 5) Implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana dengan melakukan aksi penilaian terhadap perawat pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


93

Persiapan kebutuhan penyusunan model kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana

Persiapan awal berdasarkan kebutuhan dalam penyusunan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, peneliti memulai kegiatan

pada minggu kedua Juli 2019 dengan melakukan literature review dan mencari

sumber-sumber materi yang akan digunakan dalam penyusunan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Persiapan awal ini

merupakan tindakan dari hasil identifikasi masalah dengan mencari literature

review yang sesuai dengan kebutuhan penyusunan model kompetensi yang ingin

dicapai oleh peneliti dan Rumah Sakit terhadap pelaksanaan penilaian kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara.

Adapun literature review atau materi-materi yang dipersiapkan oleh

peneliti meliputi konsep kepemimpinan klinis, konsep kompetensi perawat,

model-model kompetensi kepemimpinan klinis, dan menyusun ide-ide yang

sesuai dengan kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang akan

dikembangkan. Persiapan awal ini peneliti belum melibatkan partisipan, tetapi

peneliti meminta bimbingan, masukan, dan arahan dengan berkonsultasi kepada

dosen pembimbing terkait materi-materi yang akan dingunakan dalam

penyusunan komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Universitas Sumatera Utara


94

Pembentukan tim penyusun model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana

Pembentukan tim penyusun kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana dibentuk oleh peneliti berdasarkan jabatan struktural organisasi Rumah

Sakit melalui saran dan persetujuan partisipan. Tujuan pembentukan tim ini untuk

menyatukan persepsi peneliti dan pihak Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

mengenai kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang akan

dikembangkan agar sesuai dengan tujuan penelitian, peraturan dan kebutuhan

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Tim penyusun model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

rawat inap inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara terdiri dari kepala

seksi keperawatan, ketua komite keperawatan dan kepala ruangan rawat inap

Zaitun (VIP). Tim penyusun yang telah terbentuk sepakat untuk mengadakan

diskusi secara perorangan langsung, yaitu peneliti menjumpai masing-masing tim

penyusun ke ruangan kerja masing-masing karena pertimbangan tidak

memungkinkan melakukan pertemuan secara bersama-sama dalam kegiatan FGD.

Hal ini terjadi karena peran, tugas dan tanggung jawab tim penyusun pada unit

kerja masing-masing sehingga sulit untuk mensinkronisasikan waktu. Ini

merupakan hal yang harus diterima oleh peneliti agar dapat memahami serta

mengikuti situasi, kondisi di lingkungan Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara


95

Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat pelaksanaan

pembentukan tim penyusun yaitu masing-masing secara aktif memberikan

masukan dan ide-ide cemerlang untuk kelancaran penyusunan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Tim penyusun berkomunikasi secara

komunikatif mengatur jadwal agar peneliti dapat bertemu dan berdiskusi ke ruang

kerja masing-masing tim penyusun, saling menerima pendapat dan berkomitmen

untuk menyelesaikan penyusunan model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan dan perumusan model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana

Penyusunan kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

dilaksanakan pada minggu keempat Juli 2019. Peneliti melakukan pertemuan

dengan menjumpai tim penyusun di ruang kerja masing-masing. Peneliti dan tim

penyusun membahas tentang: 1) Komponen kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana, 2) Unsur-unsur yang terdapat pada masing-masing komponen

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 3) Format dan metode

penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, dan 4) Literature

review yang diambil sebagai konsep kompetensi dan format penilaian kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Hasil dari pertemuan yang telah dilaksanakan, yaitu: 1) Kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang terdiri dari 8 komponen untuk dapat

dipaparkan kepada partisipan, 2) Format penilaian dengan menggunakan rubrik

penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 3) Literatur review

yang dipakai sebagai konsep komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat

Universitas Sumatera Utara


96

pelaksana yang terdiri dari Clinical Leadership Competency Framework (NHS,

2011), Standar kompetensi perawat pelaksana (PPNI, 2012), Permenpan RB No

25 tahun 2015, dan kompetensi perawat menurut teori Faye Glen Abdellah

(Alligood, 2014).

Peneliti melaksanakan kegiatan FGD dengan partisipan pada hari selasa

tanggal 6 Agustus 2019 untuk memaparkan tentative model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Hasil dari pelaksanaan kegitan FGD

tersebut peneliti mendapat masukan dari partisipan, yaitu: 1) Kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang terdiri dari 8 komponen ditelaah

lagi karena beberapa komponen memiliki arti atau makna yang sama, 2) Unsur-

unsur dari komponen kompetensi kepemimpinan klinis ditinjau kembali untuk

ditempatkan pada posisi yang tepat di komponen kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana, 3) Susunan tata bahasa pada rubrik penilaian lebih

diperjelas, menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan dipahami.

Peneliti melakukan pertemuan kedua dengan tim penyusun model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana pada minggu ketiga Agustus

2019 dengan datang ke ruang kerja masing-masing. Pada pertemuan ini peneliti

menunjukkan perbaikan yang telah dibuat berdasarkan masukan partisipan pada

pelaksanaan FGD kepada tim penyusun. Hasil dari pertemuan tersebut

menyepakati beberapa hal yang telah diperbaiki, yaitu: 1) Komponen kompetensi

kepemimpinan klinis menjadi 5 komponen yang terdiri dari unsur-unsur yang

sudah tepat susunanya, 2) Susunan tata bahasa pada rubrik penilaian sudah tepat

dan sesuai, 3) Format penilaian mengacu pada rubrik disetujui.

Universitas Sumatera Utara


97

Peneliti melakukan kegiatan FGD dengan partisipan pada hari kamis

tanggal 15 Agustus 2019, menunjukkan hasil revisi yang telah diperbaiki dan

sudah didiskusikan dengan tim penyusun berdasarkan masukan partisipan pada

kegiatan FGD sebelumnya. Hasil dari pelaksanaan kegiatan FGD dengan

partisipan yaitu partisipan menyetujui hasil paparan tentang model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana serta format rubrik penilaian yang telah

disusun kembali.

Peneliti melakukan pertemuan ketiga dengan tim penyusun pada minggu

keempat Agustus 2019, membahas tentang hasil FGD dengan partisipan terkait

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang sudah disetujui.

Selanjutnya membahas tentang perencanaan kegiatan sosialisasi dengan

mengumpulkan 30 perawat pelaksana yang terlibat dalam penelitian dan meminta

izin kepada kepala ruangan agar bersedia dan memfasilitasi pelaksanaan

impelementasi penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana di

ruangan masing-masing.

Peneliti menyusun model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana dalam yang terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan,

konsep komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, konsep

rubrik penilaian, lembar cek list rubrik, dan lembar penilaian kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana dengan judul “Draft Assesment Tools-

Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara”.

Universitas Sumatera Utara


98

Kegiatan peneliti selanjutnya melakukan konsultasi kepada dosen

pembimbing terkait hasil penyusunan model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana. Masukan dari dosen pembimbing kepada peneliti yaitu

melakukan uji kelayakan atau uji expert tentang Draft Assesment Tools-Model

Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana tersebut. Uji kelayakan

atau uji expert yang dilaksanakan melibatkan 3 orang expertise yang memiliki

kompetensi pengetahuan, pengalaman dan pelatihan yang sesuai dengan content

dari tentative model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang

rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Masukkan yang

didapatkan oleh peneliti dari hasil uji expertise, yaitu: 1) Menyusun bobot nilai

sesuai dengan prioritas utama penilaian kompetensi dengan berdasarkan literature

review, 2) Pada format penilaian akhir kompetensi sebaiknya ditambahkan tempat

untuk ditandatangani oleh penilai dan yang dinilai, dan 3) Menambahkan catatan

perihal konfirmasi penilaian, hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk rencana

tindak lanjut dan rencana pengembangan kompetensi kepemimpinan klinis dari

kedua belah pihak.

Peneliti melakukan pertemuan keempat dengan tim penyusun pada minggu

pertama September 2019 ke ruangan masing-masing, membahas terkait masukan

dari expert, yaitu: 1) Menyesuaikan penempatan bobot nilai dengan tepat,

2) Menambahkan tempat untuk ditanda tangani penilai dan yang dinilai, dan

3) Menambahkan tempat untuk catatan tambahan perihal konfirmasi, masukan

dan rencana tindak lanjut pengembangan kompetensi kepemimpinan klinis.

Ketiga tim penyusun menyetujui masukan dari expert, selanjutnya peneliti

menyelesaikan perbaikan sesuai dengan masukan yang telah disepakati bersama.

Universitas Sumatera Utara


99

Observasi peneliti berdasarkan waktu pelaksanaan kegiatan saat proses

penyusunan tentative model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana,

yaitu: pertemuan dengan tim penyusun sebanyak 4 (empat) kali pertemuan dan

menyelenggarakan kegiatan FGD dengan partisipan sebanyak 3 (tiga) kali. Hasil

pengamatan peneliti, tim penyusun dan partisipan sangat berperan aktif dalam

memberikan masukan, kritikan, ide-ide, dan arahan dalam penyusunan tentative

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di

Rumah Sakit Universitas Sumatea Utara. Partisipan meluangkan waktu,

memfasilitasi, membuka ruang diskusi dengan baik, menerima dan memberi saran

dan kritikan yang membangun untuk mendapatkan output penelitian ini.

Pelaksanaan pemaparan hasil dan sosialisasi susunan kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana

Peneliti melaksanakan kegiatan FGD dengan partisipan pada hari selasa

tanggal 3 September 2019, dalam rangka mensosialisasikan “Draft Assesment

Tools-Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara” yang siap digunakan sebagai panduan

bagi kepala ruangan dalam pelaksanaan implementasi model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Peneliti menjelaskan format penilaian

secara manual dan dengan menggunakan aplikasi web atau android untuk

mempermudah dan mempersingkat waktu dalam memberikan penilaian

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


100

Selanjutnya peneliti melaksanakan sosialisasi kepada perawat pelaksana

yang telah ditentukan pada tahap reconnaissance yaitu sebanyak 30 orang.

Sosialisasi yang dilaksanakan memaparkan beberapa hal tentang kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana, yaitu: 1) Defenisi kepemimpinan klinis,

2) Kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 3) “Draft Asessment

Tools-Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”, dan 4) Rencana pelaksanaan

implementasi penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang

rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan sosialisasi kepada perawat pelaksana dilaksanakan pada hari

jumat tanggal 6 September 2019. Setelah pemaparan materi dan tanya jawab

selesai dilaksanakan, peneliti membagikan lembar kuesioner pengetahuan

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana sama dengan yang digunakan

pada tahap reconnaissance. Hasil pengumpulan data tersebut dapat dilihat pada

table 4.7 yang menunjukkan bahwa pengetahuan perawat pelaksana setelah

sosialisasi tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang

rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara yaitu mayoritas kategori

baik sebanyak 18 orang (60%). Hasil data secara rinci dapat dilihat pada table 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Pelaksana Setelah


Sosialisasi Tentang Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat
Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
(n=30)
No Pengetahuan f %
1 Baik 18 60.0
2 Cukup 12 40.0
3 Kurang - -
Total 30 100.0

Universitas Sumatera Utara


101

Pelaksanaan implementasi penilaian kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana

Kegiatan implementasi pada tahap acting penelitian ini, dimulai sejak

minggu kedua September 2019 sampai dengan minggu pertama oktober 2019.

Implementasi yang dilakukan dengan melibatkan 30 orang perawat pelaksana

untuk dinilai oleh kepala ruangan di ruangan rawat inap masing-masing dengan

menggunakan “Draft Asessment Tools-Kompetensi Kepemimpinan Klinis

Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”.

Peneliti berperan sebagai pendamping kepala ruangan selama proses penilaian

berlangsung.

Hasil dari implementasi yang dilakukan selama 4 minggu terhadap 30

orang perawat pelaksana yang bertugas pada ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara, didapatkan mayoritas kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana pada kategori cukup sebanyak 16 orang (53.3%),

kategori baik sebanyak 10 orang (33.3%) dan minoritas kategori kurang sebanyak

4 orang (13.3%). Hasil penelitian dalam kegiatan implementasi secara detail dan

rinci dapat dilihat pada table 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat


Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
(n=30)
No Kompetensi Kepemimpinan Klinis f %
1 Sangat Baik - -
2 Baik 10 33.3
3 Cukup 16 53.3
4 Kurang 4 13.3
5 Sangat Kurang - -
Total 30 100.0

Universitas Sumatera Utara


102

Tahap Reflecting

Tahapan reflecting merupakan tahap akhir dari penelitian action research.

Kegiatan ini dilakukan pada minggu kedua dan ketiga Oktober 2019. Kegiatan

yang dilakukan meliputi menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan dan

menarik kesimpulan serta memperluas kajian output penelitian. Beberapa kegiatan

yang dilaksanakan, yaitu: 1) Pengumpulan data dengan menggunakan lembar

kuesioner pengetahuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan partisipan setelah

pelaksanaan sosialisasi dan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana, 2) Menyelenggarakan kegiatan FGD dengan partisipan untuk

mendapatkan informasi, meliputi: a) Defenisi kepemimpinan klinis, b) Pengaruh

pelaksanaan implementasi penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana, c) Manfaat pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana, dan d) Hal-hal yang menjadi harapan terkait model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Pengetahuan partisipan setelah sosialisasi dan implementasi model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.9 yang menunjukkan bahwa

pengetahuan partisipan setelah sosialisasi dan implementasi tentang kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara yaitu mayoritas pada kategori baik sebanyak 12 orang

(75%) dan minoritas pada kategori sukup sebanyak 4 orang (25%). Hasil

penelitian secara detail dan rinci disajikan pada tabel 4.9.

Universitas Sumatera Utara


103

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Partisipan Setelah Sosialisasi


dan Implementasi Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat
Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
(n=16)
No Pengetahuan f %
1 Baik 12 75
2 Cukup 4 25
3 Kurang - -
Total 16 100.0

Persepsi partisipan setelah sosialisasi dan implementasi model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian didapatkan 4 (empat) tema terkait persepsi partisipan

setelah sosialisasi dan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara,

meliputi: 1) Defenisi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 2) Pengaruh

pengukuran kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 3) Manfaat

pengembangan kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, dan

4) Harapan terhadap pelaksanaan penilaian kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana.

Defenisi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana sesuai dengan pernyataan partisipan, yaitu:

1) Kemampuan yang dimiliki perawat pelaksana dalam mengambil keputusan

baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain dalam tindakan keperawatan,

2) Kemampuan personal perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan,

3) Kemampuan perawat pelaksana dalam mempengaruhi orang lain,

4) Kemampuan pengawasan perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan, dan

Universitas Sumatera Utara


104

5) Kemampuan perawat pelaksana dalam mengarahkan orang lain dalam

memberikan asuhan. Pernyataan tentang kepemimpinan klinis perawat pelaksana

dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“... Kepemimpinan klinis itu suatu kemampuan personal oleh


perawat itu sendiri dalam hal yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada pasien, baik itu kemampuan diri dalam
implementasi tindakan saat bekerja dalam tim, kolaborasi dengan
tim medis lainnya juga dan kemampuan dalam mengambil
keputusan”. (L10-L14, P3)

“...Kemampuan yang dimiliki perawat dalam mengaplikasikan


asuhan keperawatan. Hal ini juga dapat didefinisikan yaitu
kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan secara klinis”.
(L7-L9, P5)

“...Orang yang mampu melaksanakan pelayanan keperawatan dan


mampu melakukan pengawasan dan pengarahan kepada orang
lain maupun diri sendiri”. (L17-L19, P6)

Pengaruh Pengukuran Kompetensi Kepemimpinan Klinis

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan pengaruh pengukuran

kompetensi kepemimpinan klinis sesuai dengan pernyataan partisipan, yaitu:

1) Kesadaran perawat pelaksana dalam mengembangkan kepemimpinan klinis diri

sendiri, 2) Interaksi yang terbuka oleh kepala ruangan dengan perawat pelaksana

dalam penilaian kepemimpinan klinis, dan 3) Pengembangan diri perawat

pelaksana dengan kompenen yang jelas. Pernyataan tentang pengaruh pengukuran

kompetensi kepemimpinan klinis dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada

ungkapan berikut ini:

“... Keterbukaan antara perawat pelaksana dengan kepala


ruangan dalam hal penilaian kepemimpinan klinis”. (L74-L76,
P6)

Universitas Sumatera Utara


105

“... Minat yang dimiliki oleh perawat pelaksana menjadi diketahui


oleh kepala ruangan serta kepala ruangan menjadi mengetahui
apa yang kurang dari perawat pelaksana”. (L76-L78, P3)

“... Dengan adanya penilaian kepemimpinan klinis perawat


pelaksana maka ada interaksi antara kepala ruangan dengan
perawat pelaksana dalam kepemimpinan klinis perawat
pelaksana”. (L79-L81, P4)

Manfaat Pengembangan Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan manfaat pengembangan

kepemimpinan klinis perawat pelaksana sesuai dengan pernyataan partisipan

yaitu: 1) Penilaian OPPE dalam layanan keperawatan, 2) Unsur penilaian kepada

perawat pelaksana, 3) Perawat pelaksana menjadi komprehensif dalam melihat

kualitas diri dalam kepemimpinan klinis, dan 4) Penilaian personal dalam

pengembangan jenjang karir perawat pelaksana. Pernyataan tentang manfaat

pengembangan kepemimpinan klinis perawat pelaksana dinyatakan oleh beberapa

partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:

“...dalam masa akreditasi sekarang ini, penilaian personal


seorang perawat perlu adanya penilaian yang baku. Kompetensi
kepemimpinan seorang perawat ini dapat dijadikan dasar dalam
penilaian OPPE dalam layanan keperawatan” (L55-L58, P4)

“Jika penilaian ini sudah dimulai dari sejak awal perawat


pelaksana, maka akan lebih mudah mengembangkan kompetensi
yang dimiliki oleh perawat pelaksana. Dan hal ini akan membuat
komprehensif dalam mengembangkan penilaian kualitas diri
perawat pelaksana” (L65-L69, P3)

“...Kompetensi kepemimpinan klinis ini merupakan unsur yang


baik dalam penilaian dalam mengembangkan jenjang karir
perawat pelaksana”(L60-L62, P5)

Universitas Sumatera Utara


106

Harapan pelaksanaan penilaian Kompetensi Kepemimpinan Klinis

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan harapan pelaksanaan penilaian

kompetensi kepemimpinan klinis sesuai dengan pernyataan partisipan, yaitu:

1) Komponen kepemimpinan klinis bahan dalam penilaian perawat pelaksana,

2) Penilaian OPPE perawat pelaksana, 3) Kesinergisan penilaian antara perawat

pelaksana dengan kepala ruangan, 4) Keberlanjutan penilaian kepemimpinan

klinis oleh keperawatan dan 5) Kesinergisan penilaian keperawatan dengan

personalian Rumah Sakit. Pernyataan tentang harapan pelaksanaan kompetensi

kepemimpinan klinis dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan

berikut ini:

“... Uji coba penilaian kepemimpinan klinis ini maka dapat


meningkatkan kesadaran perawat pelaksana untuk meningkatkan
kompetensi klinis yang dimilikinya”. (L85-L87, P1)

“ ... Jangka panjang akan terlihat sikap dan keterampilan yang


dimiliki oleh perawat pelaksana yang kemprehensif dalam
mengerjakan proporsinya sebagai perawat pelaksana”. (L91-93,
P5)

“...Penilaian ini harapannya dapat berjalan terus dan


ditanggapin positif oleh KaSie Keperawatan dalam penilaian
OPPE keperawatan dan dapat digunakan unsur untuk menilai
perawat pelaksana dan tahapan akhir akan menghasilkan
perawat pelaksana yang lebih baik”.(L95-L99, P2)

“...Rencana tindak lanjut yaitu akan dimasukkan ke dalam


pedoman keperawatan yaitu sebagai tools OPPE”.(L100-101,
P7)

Universitas Sumatera Utara


107

Tabel 4.10. Matrix Tema FGD Tahap Reflecting

Tema 1 : Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana


Subtema : Definisi kepemimpinan klinis perawat pelaksana
Kategori :
1. Kemampuan yang dimiliki perawat pelaksana dalam mengambil keputusan
baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain dalam tindakan
keperawatan
2. Kemampuan personal perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan
3. Kemampuan perawat pelaksana dalam mempengaruhi orang lain
4. Kemampuan pengawasan perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan
5. Kemampuan perawat pelaksana dalam mengarahkan orang lain dalam
memberikan asuhan
Tema 2 : Pengaruh Pengukuran Kompetensi Kepemimpinan Klinis
Subtema : Pengukuran kompetensi klinis
Kategori :
1. Kesadaran perawat pelaksana dalam mengembangkan kepemimpinan klinis
diri sendiri
2. Interaksi yang terbuka oleh kepala ruangan dengan perawat pelaksana
dalam penilaian kepemimpinan klinis
3. Pengembangan diri perawat pelaksana dengan kompenen yang jelas
Tema 3 : Manfaat Pengembangan Kepemimpinan Klinis Perawat
Pelaksana
Subtema : Manfaat pengembangan kepemimpinan klinis perawat pelaksana
Kategori :
1. Penilaian OPPE dalam layanan keperawatan
2. Unsur penilaian kepada perawat pelaksana
3. Perawat pelaksana menjadi komprehensif dalam melihat kualitas diri dalam
kepemimpinan klinis
4. Penilaian personal dalam pengembangan jenjang karir perawat pelaksana
Tema 4 : Harapan Pelaksanaan Kompetensi Kepemimpinan Klinis
Subtema : Upaya terlaksananya pengukuran kompetensi kepemimpinan klinis
Kategori :
1. Komponen kepemimpinan klinis bahan dalam penilaian perawat pelaksana
2. Penilaian OPPE perawat pelaksana
3. Kesinergisan penilaian antara perawat pelaksana dengan kepala ruangan
4. Keberlanjutan penilaian kepemimpinan klinis oleh keperawatan
5. Kesinergisan penilaian keperawatan dengan personalian Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara


108

Output pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat


pelaksana

Penelitian ini menggunakan proses siklus action research yang menghasilkan

sebuah output yaitu model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara dalam sebuah bentuk buku atau modul. Adapun buku

atau modul model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang

rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara disusun berdasarkan hasil

diskusi atau pertemuan peneliti dengan tim penyusun, peneliti dengan

partisipan,yang menghasilkan: 1) Pendahuluan yaitu latar belakang, tujuan dan

manfaat tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana,

2) Komponen dan unsur-unsur kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana, 3) Panduan rubrik penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana yaitu lembar chek list rubrik, dan 4) Lembar penilaian kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Pengembangan model kepemimpinan klinis perawat pelaksana ini dapat

memenuhi kebutuhan manajerial terhadap pelaksanaan penilaian kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana sebagai klinisi pemberi asuhan

keperawatan kepada pasien yang belum dimiliki oleh pihak Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara. Kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

ini terdiri dari beberapa komponen dan unsur-unsur secara rinci dan spesifik yang

dapat menjadi panduan dalam proses penilaian kemampuan kepemimpinan klinis

perawat pelaksana yang dapat diobservasi secara berkala sesuai dengan kebutuhan

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


109

Kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di

Rumah Sakit Universitas Sumatera utara terdiri dari 5 (lima) komponen yaitu:

1) Kualitas diri terdiri dari unsur manajemen diri, profesional, pengembangan

jenjang karir, aktualisasi diri, bertanggung jawab dan beretika; 2) Relationship

terdiri dari unsur bekerja sama, kolaborasi dan advokasi; 3) Komunikasi terdiri

dari unsur komunikasi verbal dan non-verbal; 4) Kemampuan Change Agent

terdiri dari unsur praktek berdasarkan hasil penelitian, berpikir secara sistematik,

dan pengambil keputusan (decision making); 5) Pengembangan pelayanan terdiri

dari unsur monitoring dan evaluasi tindakan, inovatif, kreatif dan edukasi.

Kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana menerapkan teori

pendekatan sistem, meliputi: 1) Input yang terdiri dari 5 komponen kompetensi,

2) Process: manajemen asuhan keperawatan, dan 3) Output yang terdiri dari mutu

asuhan keperawatan dan keselamatan pasien (patient safety). Untuk mengetahui

komponen dan unsur-unsur kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

dengan penerapan teori pendekatan sistem lebih detail dan rinci dapat dilihat pada

skema 4.1.

Kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ini bertujuan untuk

melihat sejauh mana seorang perawat pelaksana memiliki kemampuan

kepemimpinan klinis di Rumah Sakit sebagai klinisi. Adapun instrumen penilaian

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana berdasarkan konsep

kepemimpinan klinis perawat pelaksana berupa rubrik penilaian menggunakan

skala likert terdiri dari angka 0 sampai dengan 100 dengan 5 (lima) kategori yaitu

80-100 (sangat baik), 76-90 (baik), 61-75 (cukup), 51-60 (kurang) dan <50

(sangat kurang). Untuk mengetahui secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.11.

Universitas Sumatera Utara


110

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN KLINIS PERAWAT


PELAKSANA

KOMUNIKASI CHANGE AGENT PENGEMBANGAN


KUALITAS DIRI RELATIONSHIP
PELAYANAN

1) Manajemen Diri 1) Bekerja sama 1) Verbal 1) Praktek 1) Monitoring


2) Profesional 2) Kolaborasi 2) Non-Verbal Berdasarkan dan Evaluasi
3) Pengembangan 3) Advokasi Hasil Penelitian Tindakan
Jengang Karir 2) Berpikir Secara 2) Inovatif
4) Aktualisasi Diri Sistematis 3) Kreatif
5) Bertanggung 3) Pengambil 4) Edukasi
Jawab Keputusan
6) Beretika

PENDEKATAN SISTEM

INPUT PROCESSING OUTPUT

Manajemen Asuhan 1) Mutu Asuhan


Keperawatan Keperawatan
2) Keselamatan Pasien

Skema 4.2. Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana


(Pendekatan Sistem)

Tabel 4.11. Komponen dan Rubrik Penilaian Perilaku Kompetensi


Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara

No Komponen Kepemimpinan Rubrik Penilaian Perilaku


Klinis
1 Kualitas Diri
Manajemen Diri 1) Membuat target pencapaian yang bersifat
Proses mengatur dan harian, bulanan bahkan tahunan terkait
mengelola diri sendiri dengan tugasnya sebagai perawat pelaksana.
memperhatikan kebutuhan dan 2) Merencanakan kegiatan untuk diri sendiri
prioritas pasien dalam memenuhi standar kerja
3) Menumbuhkan energy positif dalam
mengelola emosi yang akan berdampak
kepada diri sendiri maupun perilaku
terhadap orang lain.

Universitas Sumatera Utara


111

No Komponen Kepemimpinan Rubrik Penilaian Perilaku


Klinis
4) Melakukan pekerjaan dengan tenang dan
fokus meskipun berada dibawah tekanan.
5) Mengubah perilaku berdasarkan hasil
umpan balik dari orang lain.
Profesional 1) Memberikan asuhan keperawatan sesuai
Sikap bertanggung jawab serta kode etik keperawatan
bertanggunggugat terhadap 2) Memberikan asuhan keperawatan secara
perawatan yang aman, penuh holistik
kasih, berpusat pada pasien, 3) Mendukung dan mempromosikan
berdasarkan evidence based kesehatan, kesejahteraan, hak dan martabat
nursing, serta menghormati pasien dan keluarga
dan mempertahankan martabat 4) Memahami peran sebagai perawat dan
dan hak asasi manusia. bertanggung jawab secara profesional
5) Bertanggung jawab pada diri sendiri dalam
melakukan pengembangan diri keprofesian
dengan mengikuti program pelatihan dan
melanjutkan pendidikan formal.
6) Memahami batas-batas kompetensi diri
sendiri sebagai perawat pelaksana.
Pengembangan Jenjang 1) Aktif mencari informasi untuk
Karir mendapatkan kesempatan pengembangan
Proses peningkatan diri sebagai perawat pelaksana.
pengetahuan dan keterampilan, 2) Menerapkan ilmu yang diperoleh dalam
serta pengembangan kualitas memberikan asuhan keperawatan pada
diri perawat secara profesional pasien.
sehingga akan berdampak pada 3) Berpartisipasi dan berkontribusi dalam
aktualiasi diri. pengembangan profesionalisme
keperawatan.
Aktualisasi Diri 1) Mampu beradaptasi dengan situasi kerja.
Pencapaian tertinggi dari 2) Realistis dalam menghadapi kegagalan.
seseorang, dimana perawat 3) Mampu mengatasi stres, kekhawatiran dan
berkeinginan untuk kegelisahan.
menggunakan segenap
kemampuan diri dalam
mencapai apapun diinginkan.
Bertanggung Jawab 1) Memahami dan bertindak sesuai dengan
kondisi dimana perawat kode etik keperawatan
sebagai tenaga profesional 2) Memiliki kemampuan untuk menentang
dapat dipercaya oleh pasien, atau melaporkan perilaku diskriminatif.
memiliki sifat yang jujur, dan 3) Menunjukkan kemampuan penguasaan
memberikan asuhan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
keperawatan yang sesuai sesuai dengan kebutuhan pasien.
dengan area dan 4) Membuat dan melaporkan
kompetensinya sebagai disiplin pendokumentasian pasien sesuai dengan
ilmu keperawatan. kondisi yang sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara


112

No Komponen Kepemimpinan Rubrik Penilaian Perilaku


Klinis
Beretika 1) Bersikap adil dengan tidak membedakan
Sikap perawat sesuai aturan status sosial dan agama.
dan norma yang merupakan 2) Menjaga kerahasiaan pasien
pedoman perilaku perawat 3) Mengidentifikasi nilai-nilai dan
sehari-hari dalam memberikan kepercayaan pasien agar pelayanan asuhan
asuhan keperawatan yang baik keperawatan yang diberikan tidak
atau buruk terhadap pasien bertentangan dengan nilai dan kepercayaan
pasien dan keluarga.
4) Membangun iklim yang positif dalam
berhubungan dengan profesi lain sehingga
tidak melewati batasan keprofesian antar
tenga kesehatan.
5) Mengakui kesalahan dan bertanggungjawab
memperbaiki kesalahan yang telah
dilakukan.
6) Mempersilahkan pasien atau keluarga
untuk mengisi informed concent setiap
melakukan tindakan kepada pasien.
7) Mendukung pasien dalam membuat
keputusan berdasarkan informasi tentang
perawatan kesehatan pasien
8) Menggunakan proses pengambilan
keputusan yang rasional dalam mengatasi
situasi yang memiliki dilema etis.
2 Relationship
Bekerja Sama 1) Menghargai upaya orang lain dalam tim
Berkolaborasi dan dan menghormati keputusan tim.
berkomunikasi secara efektif 2) Menunjukkan kesadaran akan peran,
dengan teman sejawat dan tanggung jawab dan
anggota tim kesehatan lainnya. ruang lingkup praktik berbagai anggota
keperawatan dan
tim interdisipliner.
3) Menunjukkan kemampuan untuk
mendukung dan memotivasi anggota tim
perawat lain dan berinteraksi dengan penuh
percaya diri.
4) Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
faktor manusia dan faktor lingkungan saat
bekerja dalam tim.
5) Menunjukkan kemampuan untuk menerima
kritik, saran, dan informasi serta data
layanan menggunakan berbagai metode
termasuk teknologi digital di dalam tim
interdisipliner.
6) Menerima delegasi dari perawat
penanggungjawab.

Universitas Sumatera Utara


113

No Komponen Kepemimpinan Rubrik Penilaian Perilaku


Klinis
7) Menunjukkan kemampuan untuk
memantau dan meninjau kualitas perawatan
dalam memberikan tantangan dan umpan
balik yang konstruktif ketika suatu aspek
perawatan telah didelegasikan kepada
orang lain
8) Mendukung, mengawasi, dan bertindak
sebagai role model bagi mahasiswa
keperawatan dan teman sejawat
9) Berkontribusi pada kegiatan refleksi tim,
untuk mempromosikan
perbaikan dalam praktik dan layananan
Kolaborasi 1) Bekerja secara kolaboratif dengan
Melakukan kerjasama, Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya
interaksi, kompromi dengan untuk mencapai hasil asuhan
teman sejawat serta anggota 2) Mendukung dan bertindak sesuai dengan
tim kesehatan lainnya baik keputusan Profesional Pemberi Asuhan
secara langsung dan tidak (PPA)
langsung untuk meningkatkan 3) Menerima tanggung jawab bersama untuk
status kesehatan pasien tim kesuksesan dan kekurangan
4) Mengidentifikasi konflik dalam tim sejak
dini dan dukungan tindakan untuk
memfasilitasi resolusinya
5) Memiliki semangat kerja dan berpartisipasi
aktif dalam tim
6) Membantu orang lain ketika diminta;
menerima tanggung jawab kesuksesan dan
kekurangan bersama tim
7) Membangun komunikasi terbuka bersama
tim
Advokasi 1) Mengkaji kebutuhan pasien, situasi, risiko,
Merupakan peran perawat dan sumber daya layanan kesehatan yang
dapat membela hak dan tersedia
kepentingan pasien serta 2) Mengidentifikasi tujuan spesifik pasien
memastikan keselamatan 3) Memfasilitasi komunikasi dengan semua
pasien, bertujuan untuk anggota tim kesehatan
membina hubungan antara mengenai keputusan pasien
pasien, keluarga, dan 4) Mengevaluasi hasil advokasi dengan
profesional perawatan melihat perilaku pasien.
kesehatan dengan
memberdayakan pasien dalam
proses pengambilan keputusan.

Universitas Sumatera Utara


114

No Komponen Kepemimpinan Rubrik Penilaian Perilaku


Klinis
3 Komunikasi
Komunikasi Verbal 1) Memberikan informasi dan instruksi secara
Memiliki keterampilan dalam lisan dengan teman sejawat dan tim
menyampaikan informasi dan profesional lainnya
strategi untuk memastikan 2) Secara aktif mendengarkan, mengenali dan
yang ingin disampaikan dapat merespons secara verbal
dipahami dan dimengerti oleh 3) Menggunakan komunikasi lisan yang
oranglain yang secara aktif sesuai misalnya intonasi dan gaya bahasa.
terlibat dalam perawatan sesuai 4) Menggunakan pertanyaan terbuka dan
dengan kebutuhan pelaku dan tertutup dengan tepat
penerima layanan yang
dikemas dengan kata-kata 5) Berbicara dengan jelas, tepat, dan akurat
berbentuk kalimat yang 6) Menggunakan teknik komunikasi sesuai
disampikan secara lisan kebutuhan
7) Memberikan informasi yang relevan.
8) Memastikan bahwa informasi yang
diberikan dipahami oleh pasien dan
keluarga.
Komunikasi Non-Verbal 1) Memberikan informasi dan instruksi diikuti
Informasi yang disampaikan dengan kata-kata secara lisan dengan teman
dengan tanpa kata-kata yang sejawat dan tim profesional kesehatan
umumnya menggunakan lainnya.
bahasa tubuh seperti gerakan 2) Secara aktif mendengarkan, mengenali dan
tangan, raut wajah, gelengan merespons secara isyarat menggunakan
kepala, tanda ataupun bahasa tubuh.
tindakan. 3) Menggunakan komunikasi dengan
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
misalnya berupa sentuhan, raut wajah
ataupun kontak mata.
4 Kemampuan Change Agent
Praktek Berdasarkan Hasil 1) Mengintegrasikan bukti dan temuan
Penelitian penelitian kedalam layanan keperawatan
Mengintegrasikan keahlian 2) Evaluasi kebutuhan layanan keperawatan
klinis dengan hasil penelitian 3) Mengintegrasikan temuan penelitian ke
yang bersal dari text book dan dalam praktik keperawatan
hasil karya ilmiah seperti 4) Memecahkan masalah dalam situasi krisis
jurnal. 5) Menemukan solusi untuk masalah layanan
klien yang kompleks
6) Mengumpulan informasi sehari-hari dalam
pengaturan klinis, mengakses, menyelidiki
dan mengamati perilaku dan tindakan
Berpikir Secara Sistematis 1) Memahami sifat ruangan tempat bekerja
Sistematis memahami ruangan 2) Membangun hubungan kolaboratif
tempat bekerja serta bekerja 3) Bekerja berdasarkan standar prosedur
dengan cepat dan tepat. operasional layanan keperawatan Rumah
Sakit.

Universitas Sumatera Utara


115

No Komponen Kepemimpinan Rubrik Penilaian Perilaku


Klinis
Pengambil Keputusan 1) Berorientasi pada aksi dan menekan untuk
Mengambil tindakan,, hasil segera
keputusan, menindaklanjuti, 2) Sangat tegas dan tidak menunda-nunda
berorientasi pada tindakan & keputusan
tegas 3) Menerapkan keputusan dan
menindaklanjuti dengan baik
4) Dengan hati-hati menimbang konsekuensi
dari tindakan yang direncanakan.
5 Pengembangan Pelayanan
Monitoring dan Evaluasi 1) Menunjukkan pemahaman tentang
Tindakan perkembangan dalam pemberian layanan
Memantau kondisi dan keperawatan pada pasien
kebutuhan pasien secara terus 2) Menunjukkan pengetahuan, keterampilan
menerus. dan kemampuan untuk melakukan berbagai
prosedur keperawatan dan memenuhi
kebutuhan pasien yang aman, efektif dan
berpusat pada pasien.

3) Menunjukkan dan menerapkan pemahaman


tentang pemenuhan keselamatan pasien.
4) Menunjukkan pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan pemenuhan kebutuhan
pasien.
5) Menunjukkan kemampuan untuk
mengenali kondisi.
6) Menunjukkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk
mendukung orang dengan gejala yang biasa
ditemui termasuk kecemasan, kebingungan,
ketidaknyamanan dan rasa.
Inovatif 1) Menjelaskan pentingnya pembaharuan
Proses berpikir dalam dalam meningkatkan kualitas keselamatan
melakukan pengembangan pasien dan dalam memenuhi tantangan
pengetahuan, keterampilan dan masa depan.
pengalaman dalam konsep 2) Menggambarkan berbagai metode
pembaharuan yang dapat pembaharuan yang dapat
menghasilkan solusi untuk diimplementasikan pengetahuan dan
menciptakan atau memperbaiki keterampilan baru dalam pelayanan
layanan keperawatan. keperawatan.
3) Mempromosikan tentang pembaharuan
yang menghasilkan solusi sebagai
peningkatan kualitas pengembangan
pelayanan keperawatan.
4) Memperjuangkan penggunaan
pembaharuan yang telah dipromosikan.

Universitas Sumatera Utara


116

No Komponen Kepemimpinan Rubrik Penilaian Perilaku


Klinis
Kreatif 1) Memberikan tindakan pelayanan
Kemampuan untuk dapat keperawatanyang telah memiliki bukti
menciptakan ide-ide dan bahwa tindakan yang dilaksanakan lebih
menentukan kombinasi baru efektif dan efesien dari tindakan yang biasa
dari satu atau lebih konsep dilakukan sebelumnya.
yang secara cerdas yang 2) Pelayanan yang dilakukan diapatasi dan
berbeda dari yang orisinil dimodifikasi sesuai dengan ketentuan
termasuk pengetahuan dan pelayanan yang berlaku.
imajinasi yang membawa hasil 3) Melaksanakan secara konstan yang dapat
yang tepat dan bermanfaat mempengaruhi rasa percaya diri, respek,
dalam melakukan pelayanan dan kepuasan penerima layanan
keperawatan. keperawatan.
Edukasi 1) Memberikan edukasi pada pasien dan
Proses pembelajaran yang keluarga menggunakan bahasa bahasa yang
betujuan untuk mudah dimengerti.
mengembangkan potensi diri 2) Memberikan edukasi pada pasien dan
pada pasien dan mewujudkan keluarga menggunakan komunikasi efektif.
proses pembelajaran yang 3) Melakukan pengkajian kebutuhan edukasi
lebih baik pasien dan keluarga
4) Memberikan edukasi sesuai kebutuhan
pasien dan keluarga.

Komponen dan unsur kompetensi kepemimpinan klinis yang dihasilkan

menjadi output penelitian ini pada dasarnya merujuk pada teori keperawatan oleh

Faye Glenn Abdellah, standar kompetensi perawat nasional Indonesia yang

dikeluarkan oleh PPNI dan konsep Competency Leadership Clinical Framework

(CLCF). Keterkaitan antara 5 (lima) komponen dan unsur tersebut dengan teori

keperawatan oleh Faye Glen Abdellah dapat jelas dilihat pada tabel 4.12.

Universitas Sumatera Utara


117

Tabel 4.12. Keterkaitan Teori Kepeawatan Faye Glenn Abdellah dengan


Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
No Faye Glenn Abdellah Kompetensi Kepemimpinan
Klinis Perawat Pelaksana
1 Kemampuan pengamatan status Kemampuan change agent
kesehatan
2 Keterampilan komunikasi Komunikasi
3 Aplikasi pengetahuan Kemampuan change agent &
pengembangan layanan
4 Pengajaran pasien dan keluarga Pengembangan layanan
5 Perencanaan dan organisasi kerja Relationship, komunikasi,
change agent, dan
pengembangan layanan
6 Penggunaan bahan-bahan sumber daya Pengembangan layanan
7 Penggunaan sumber daya personil Relationship
8 Pemecah masalah Kemampuan change agent
9 Arah pekerjaan ke orang lain Relationship
10 Terapi penempatan diri Kualitas diri
11 Prosedur perawatan. Pengembangan Layanan

Berdasarkan tabel 4.12 tersebut, terlihat bahwa komponen kepemimpinan

klinis perawat pelaksana sangat berhubungan erat dengan teori Faye Glenn

Abdellah. Teori Abdellah pada dasarnya mengemukakan tentang pendekatan yang

berfokus pada pasien dalam keperawatan yang dikembangkan secara induktif dari

prakteknya dan itu dianggap sebagai suatu teori kebutuhan manusia. Hal ini

dikarenakan teori Abdellah sarat dengan bagaimana kemampuan perawat

mengaplikasikan ilmunya dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sehingga

pada penelitian ini perawat berperan sebagai tenaga klinisi yang harus memiliki

kemampuan beberapa komponen kompetensi kepemimpinan klinis.

Universitas Sumatera Utara


118

Outcome pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat


pelaksana

Outcome dari hasil penelitian yaitu pengetahuan partisipan dan perawat

pelaksana tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Proses

penelitian action research tentang pengembangan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana berdampak pada peningkatan

pengetahuan partisipan (seksi keperawatan, komite keperawatan, kepala ruangan

dan perawat primer/ketua tim) dan perawat pelaksana. Dampak tersebut diketahui

melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan pengisian lembar kuesioner

pengetahuan, lembar observasi, FGD dan self report.

Hasil pengumpulan data melalui penyelenggaraan kegiatan FGD telah

dijelaskan pada tahap reflecting, bahwa ada peningkatan persepsi partisipan

dibuktikan dengan pernyataan dari partisipan. Hasil pengumpulan data tentang

pengetahuan partisipan mengalami peningkatan. Pengetahuan partisipan sebelum

sosialisasi dan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana yaitu mean 11.94, skor maksimal 17 dengan interpretasi nilai 95% CI

yaitu 10,33-13.55. Sedangkan setelah sosialisasi dan implementasi yaitu mean

16.19, maksimal 19 dengan interpretasi niali 95% CI yaitu 15.14-17.24. Untuk

lebih jelas dapat dilihat pada table 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Partisipan Sebelum dan


Setelah Sosialisasi dan Implementasi Model Kompetensi Kepemimpinan
Klinis Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara (n=16)
No Variabel Mean Median SD Min-Max 95% CI

1 Pengetahuan Sebelum 11.94 12.50 3.021 6-17 10.33-13.55


2 Pengetahuan Setelah 16.19 15.50 1.974 14-19 15.14-17.24

Universitas Sumatera Utara


119

Pengetahuan perawat pelaksana sebelum sosialisasi model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana yaitu mean 12.93, maksimal 18 dengan

interpretasi nilai 95% CI yaitu 11.91-13.96. Sedangkan setelah sosialisasi dan

implementasi yaitu mean 14.93, maksimal 19 dengan interpretasi niali 95% CI

yaitu 14.20-15.67. Untuk lebih jelas dan detail, dapat dilihat pada table 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Pelaksana Sebelum


dan Setelah Sosialisasi Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat
Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (n=30)
No Variabel Mean Median SD Min-Max 95% CI

1 Pengetahuan Sebelum 12.93 13.00 2.741 7-18 11.91-13.96


2 Pengetahuan Setelah 14.93 15.00 1.964 10-19 14.20-15.67

Skema 4.3. Siklus 1 Membuat dan Memperkenalkan Tentative Model


Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana (6 bulan)
Reflecting (refleksi): Masalah/Situasi:
1. Peningkatan pengetahuan 1. Meningkatkan kualitas asuhan
2. Perubahan sikap dan perilaku perawat keperawatan
3. Adanya penilaian berkelanjutan, 2. Tidak terpapar tentang makna
pelatihan dan dukungan manajemen sebuah kompetensi kepemimpinan
Rumah Sakit (keperawatan) klinis
3. Tidak pernah dilakukan penilaian
tentang kompetensi kepemimpinan
klinis
Planning (rencana):
Tujuan:
Action (tindakan): 1. Menciptakan kemampuan
1. Melaksanakan pertemuan antara peneliti, individual perawat pelaksana
kasie, komite, kepala ruangan, ketua sebagai klinisi di ruang rawat
tim/perawat primer, dan perawat 2. Memperkenalkan tentative
pelaksana untuk membahas proyek yang kompetensi kepemimpinan klinis
dilakukan pearwat pelaksana untuk
2. Memberi serta menggali pengetahuan meningkatkan kemampuan dalam
tentang kompetensi kepemimpinan klinis pemberian asuhan keperawatan
dengan kegiatan FGD, sosialisasi dan yang berkualitas.
diskusi individual Rencana tindakan:
3. Melakukan penilaian kompetensi 1. Mengembangkan visi dan misi
kepemimpinan klinis perawat pelaksana secara personal sebagai perawat
(implementasi) pelaksana
Observasi: 2. Mempresentasikan tentative model
1. Perubahan sikap & perilaku kompetensi kepemimpinan klinis
2. Indikator kualitas: individu dan asuhan perawat pelaksana
keperawatan Strategi:
1. Berbagi pengetahuan dan
pengalaman
2. Sosialisasi dan diskusi tentang
kompetensi kepemimpinan klinis
Siklus 2

Universitas Sumatera Utara


120

Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini memaparkan perbandingan hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil penelitian sebelumnya,

pendapat para ahli atau teori-teori yang relevan dinilai memiliki kesamaan atau

perbedaan, memperkuat, atau menghasilkan hal yang baru. Pembahasan ini

disesuaikan berdasarkan pada hasil pelaksanaan proses siklus action research

yang dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: 1) Proses pengembangan model

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara, 2) Lessons learned, 3) Implikasi penelitian, dan

4) Keterbatasan penelitian.

Peneliti merupakan seorang peneliti pemula dalam melakukan penelitian

kualitatif dengan metode pendekatan action research. Peneliti pemula sebaiknya

menggunakan 1 (satu) siklus action research, karena adanya kesulitan untuk

mempertahankan komitmen dan mengkaji kembali kemajuan penelitian oleh

peneliti pemula. Action research merupakan suatu bentuk penelitian reflektif diri

secara kolektif dilakukan peneliti bersama partisipan dalam situasi sosial untuk

meningkatkan penalaran praktek sosial dan pendidikan peneliti dan partisipan

serta pemahaman tentang perilaku dan situasi dimana praktek tersebut dilakukan.

(Kemmis dan Taggart, 2014).

Peneliti dan partisipan secara aktif bersama-sama memiliki komitmen

yang kuat dalam melaksanakan setiap kegiatan proses penelitian. Hal ini

merupakan upaya menyelesaikan penyusunan sebuah model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara agar semua program berjalan dengan optimal.

Universitas Sumatera Utara


121

Strategi peneliti dalam upaya mengatasi kendala pada saat proses

penelitian. Peneliti melakukan teknik pendekatan yang baik dengan partisipan,

berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat di lingkungan Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai sesuai

dengan perencanaan dari tahap awal sampai dengan tahap akhir penelitian.

Proses pengembangan model kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang

rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini dimulai dari tahap reconnaissance yang merupakan tahap

awal untuk mengkaji permasalahan yang dirasakan oleh partisipan di tempat

penelitian. Metode pegumpulan data kualitatif pada penelitian ini menggunakan

teknik wawancara kelompok yaitu focus group discuccion (FGD) yang

berlangsung dilaksanakan kurang lebih selama 60 menit. Kegiatan FGD bertujuan

untuk mendapat informasi dan menggali persepsi partisipan yang berkaitan

dengan masalah yang ditemukan, sehingga memperoleh solusi untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

Peneliti mempertahankan kepercayaan partisipan dengan teknik prolonged

engangement dalam melakukan pendekatan sehingga memperoleh sikap saling

percaya diantara peneliti dan partisipan. Model kepemimpinan klinis perawat

pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

melibatkan kepala seksi keperawatan, komite keperawatan, kepala ruangan,

perawat primer/ketua tim dan perawat pelaksana. Penelitian dilakukan di 5 (lima)

unit ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


122

Sejalan dengan pendapat yang dikemukan Starkweather., et al (2019),

strategis partnerships lintas asosiasi dan organisasi keperawatan dapat membantu

membangun kolaborasi yang berfokus pada populasi, penyakit, atau lingkungan

tertentu serta membangun kolaborasi termasuk mendukung kelompok kerja antar

profesional, berbagi data, dan penyebaran temuan penelitian lintas asosiasi.

Pengembangan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

ini menggunakan literature review dan pendapat para ahli atau teori dan model-

model kepemimpinan klinis. Hasil dari literature review yang ditemukan memiliki

kesenjangan antara teori dan aplikasi yang terjadi di Rumah Sakit Univeristas

Sumatera Utara, sehingga mendukung peneliti untuk membuat sebuah model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang sesuai dengan

karakteristik serta kebijakan di Rumah Sakit Univeritas Sumatera Utara.

Kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana pada penelitian ini

terdiri dari komponen dan unsur kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana, yang terdiri dari: kualitas diri, relationship, komunikasi, kemampuan

change agent, dan pengembangan layanan. Model kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana ruamg rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera

menerapkan teori pendekatan sistem, yaitu input terdiri dari 5 komponen

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, process yaitu manajemen

asuhan keperawatan, dan output terdiri dari mutu asuhan keperawatan dan

keselamatan pasien (patient safety). Sejalan dengan hasil penelitian Joseph dan

Huber (2015) yang mengungkapkan bahwa komponen penting dari model

kepemimpinan klinis perawat meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Universitas Sumatera Utara


123

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lamb., et al (2018), mengungkapkan

bahwa kemampuan kepemimpinan klinis yang dimiliki perawat pelaksana terdiri

atas dua komponen yaitu kepemimpinan yang berfokus pada pasien dan

kepemimpinan yang berfokus pada organisasi dan sistem.

Tahap reconnaissance

Kegiatan awal yang dilakukan peneliti pada tahap reconnaissance adalah

prolonged engagement guna memperoleh thematic concern sebagai dasar untuk

melaksanakan planning dan acting, sehingga terbentuk model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara. Hayre dan Muller (2019) menyatakan bahwa

prolonged engagement memungkinkan peneliti untuk menjadi akrab dengan

lingkungan dan partisipannya. Sejalan dengan pendapat Chesnay (2014) yang

menyatakan prolonged engagement dalam penelitian adalah peneliti mendapatkan

keakraban dan pemahaman tentang budaya dan konteks di sekitar partisipan atau

situasi yang dipelajari.

Hasil penelitian yang diperoleh pada tahap ini berupa karakteristik data

demografi partisipan dan perawat pelaksana, gambaran pengetahuan partisipan

dan perawat pelaksana, gambaran observasi perilaku perawat pelaksana dan

persepsi partisipan terhadap tentang model kepemimpinan klinis perawat

pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Hasil

pengumpulan data karakteristik demografi partisipan dan perawat pelaksana

diperoleh data berupa 1) Usia, 2) Jenis kelamin, 3) Pengalaman kerja, 4) Tingkat

pendidikan, dan 5) Mengikuti pelatihan.

Universitas Sumatera Utara


124

Partisipan yang ikut berpartisipasi ada penelitian ini yaitu sebanyak 16

partisipan. Partisipan berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 6 partisipan (37,5%)

dan partisipan berusia lebih dari 30 tahun sebanyak 10 partisipan (62,5%). Sejalan

dengan pendapat Nor (2018), peningkatan jumlah penduduk usia tua adalah hasil

dari perkembangan yang positif dalam bidang sosio-ekonomi seperti peningkatan

taraf pendidikan, pekerjaan, pemeliharaan kesehatan, penurunan angka kelahiran,

penurunan angka kematian dan peningkatan usia harapan hidup. Pendapat lain

yang mendukung Li (2019), secara global 195 negara didunia menunjukkan tren

penuaan lokal yang meningkat secara pasti, meskipun ada 44 negara penuaan

rendah yang mengalami tren penurunan tingkat penuaan lokal.

Partisipan berdasarkan jenis kelamin yaitu partisipan pada penelitian ini

seluruhnya berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 partisipan (100%). Hasil

penelitian ini sejalan dengan pendapat Boniol., et al (2019), sektor kesehatan dan

sosial merupakan salah satu sektor terbesar dan yang paling cepat berkembang

didunia dengan 234 juta di 104 negara tenaga kesehatan adalah 67% perempuan

(Dall., et al, 2013). Standar pemanfaatan nasional memperkirakan pada 2020

permintaan tenaga kerja wanita dipelayanan kesehatan akan mengalami

peningkatan yang sangat signifikan khususnya untuk layanan obgyn. Efisiensi

pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh faktor sosial implisit yang terkait

dengan karakteristik penyedia layanan kesehatan seperti jenis kelamin (Vigil., et

al, 2017).

Universitas Sumatera Utara


125

Partisipan berdasarkan pengalaman bekerja yaitu kurang dari 2 tahun

sebanyak 4 orang (25%) dan lebih dari 2 tahun sebanyak 12 orang (75%).

Pengalaman kerja staf berhubungan dengan kepuasan kerja dan kualitas kesehatan

(Dawson, 2014). Pengalaman kerja yang berkualitas membuat dunia kerja

menjadi hidup, dan membantu para staf untuk memutuskan pekerjaan seperti apa

yang mungkin ingin dilakukan atau tidak dilakukan di masa depan (BYC, 2018).

Partisipan berdasarkan pendidikan yaitu S1 keperawatan sebanyak

3 orang (18,7%), profesi ners sebanyak 11 orang (68,8%), dan S2 keperawatan

sebanyak 2 orang (12,5%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wessel

(2015), mengungkapkan bahwa tenaga kerja registered nurse meningkat lebih

dari 1 juta, dengan pertumbuhan yang terjadi lebih cepat di Rumah Sakit swasta

dibandingkan di Rumah Sakit pemerintah serta registered nurse dengan gelar

sarjana dan magister diraih secara signifikan dari pada perawat yang memiliki

gelar associate. Penelitian lain yang mendukung Ghanem (2014), mengungkapkan

bahwa pendidikan sarjana atau pascasarjana direkomendasikan untuk staf medis

guna membuka jalan untuk memahami dan menerima pendapat satu sama lain

sehingga meningkatkan kinerja Rumah Sakit.

Partisipan berdasarkan kriteria jumlah mengikuti pelatihan yaitu kurang

dari 3 kali atau tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 2 partisipan (12,5%)

dan lebih dari 3 kali atau pernah mengikuti pelatihan sebanyak 14 partisipan

(87,5%). Hasil penelitian Onyango dan Wanyoike (2014), penelitian yang

dilakukan pada dokter, petugas klinis, dan perawat difasilitas kesehatan umum di

kabupaten Siaya, hasil menunjukkan ada hubungan positif yang kuat antara

pelatihan karyawan dan kinerja.

Universitas Sumatera Utara


126

Hasil penelitian lain turut memperkuat yaitu Sendawula., et al (2018),

penelitian yang dilakukan diempat Rumah Sakit Katolik terdiri dari Rumah Sakit

Misi Kamuli, Rumah Sakit Misi Buluba, Rumah Sakit St. BenedictMission dan

Rumah Sakit Misi Budinisektor kesehatan Uganda, menunjukkan bahwa ada

hubungan positif yang signifikan antara pelatihan dan kinerja karyawan. Pelatihan

dirancang untuk mengisi kesenjangan keterampilan, pengetahuan, dan sikap staff

di Rumah Sakit (Okafor., et al, 2019).

Perawat pelaksana yang berusia kurang dari 30 tahun sebanyak 22 orang

(73,3%) dan perawat pelaksana berusia lebih dari 30 tahun sebanyak 8 orang

(26,7%). Kebutuhan akan lingkungan kerja yang ramah terhadap usia sangat

penting dalam keperawatan mengingat tugas perawat meliputi kerja shift,

perawatan fisik, berinteraksi dengan pasien yang sangat sakit, terlepas dari

perlunya keterampilan berpikir kritis dan keterampilan teknis untuk merawat

pasien yang memiliki kebutuhan yang kompleks (Uthaman, Chua, & Ang, 2015).

Hasil penelitian Kuokkanen, et al (2016), penelitian yang dilakukan kepada

perawat muda di Finlandia, menunjukkan bahwa secara statistik terdapat

hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan pemberdayaan dan

kompetensi profesional perawat.

Perawat pelaksana berdasarkan jenis kelamin yaitu jenis kelamin laki-laki

sebanyak 5 orang (16,7%) dan perempuan sebanyak 25 orang (83.3%). Hasil

penelitian Mohammed Ahmed dan Ahmed (2019), penelitian yang dilakukan pada

perawat di Rumah Sakit Spesialis Murtala Mohammed Kano, Nigeria,

mengungkapkan bahwa jenis kelamin ditemukan sebagai faktor yang signifikan

secara statistik yang menentukan kinerja pekerjaan perawat.

Universitas Sumatera Utara


127

Hasil penelitian lain yang turut mendukung Schadenhofer, et al (2017),

penelitian ini dilakukan pada 491 perawat yang bekerja di pusat kesehatan mental

Austria, menyatakan bahwa prevalensi kelelahan emosional lebih tinggi pada

perawat wanita yang bekerja dengan pasien dibandingkan dengan perawat laki-

laki yang bekerja dengan pasien.

Perawat pelaksana berdasarkan pengalaman bekerja kurang dari 2 tahun

sebanyak 10 orang (33%) dan lebih dari 2 tahun sebanyak 20 orang (66,7%).

Sejalan dengan hasil penelitian Abu Yahya., et al (2018) mengungkapkan terdapat

perbedaan yang signifikan antara pengalaman kerja perawat dengan motivasi

perawat. Penelitian lain oleh Feliciano., et al (2019), di Rumah Sakit Filipina yang

mengungkapkan bahwa pengalaman kerja secara signifikan berhubungan dengan

kompetensi perawat dalam memberikan layanan kesehatan.

Perawat pelaksana berdasarkan tingkat pendidikan yaitu D3 keperawatan

sebanyak 12 orang (40%), Sarjana keperawatan sebanyak 8 orang (26,7%), profesi

ners sebanyak 9 orang (30%), dan S2 keperawatan sebanyak 1 orang (3,3%).

Sejalan dengan hasil penelitian Sibandze dan Scafide (2017) menemukan bahwa

registered nurses yang mengejar gelar sarjana ilmu keperawatan atau lebih tinggi

memiliki kesadaran dan penerapan nilai-nilai profesional yang lebih besar

daripada perawat dengan tingkat pendidikan akademik atau non-akademik yang

lebih rendah. Perawat dengan pendidikan tinggi juga menganut nilai-nilai

profesional sebagai dasar untuk praktik asuhan keperawatan yang berkualitas.

Penelitian lain yang mendukung Erkus dan Dinc (2018), mengungkapkan bahwa

tingkat pendidikan dan pengalaman profesional mempengaruhi skor perawat pada

nilai profesional.

Universitas Sumatera Utara


128

Perawat pelaksana berdasarkan kriteria jumlah mengikuti pelatihan yaitu

kurang dari 3 kali atau tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 25 orang

(83,3%) dan lebih dari 3 kali atau pernah mengikuti pelatihan sebanyak 5 orang

(16,7%). Sejalan dengan hasil penelitian Alnair., et al (2019) mengatakan bahwa

pengembangan profesional berkelanjutan (Continuous Profesional Development)

untuk semua penyedia layanan kesehatan termasuk perawat sangat penting untuk

diperbarui dan dapat memberikan layanan berkualitas. Penelitian lain yang

mendukung Hariyati., et al (2017), penelitian yang dilakukan pada 8 Rumah Sakit

di Indonesia, menyatakan ada hubungan positif antara CPD dan kepuasan

perawat, dimana persepsi yang lebih baik dari CPD akan meningkatkan kepuasan

perawat.

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan partisipan terhadap model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana sebelum dilakukan sosialisasi

dan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

diperoleh mayoritas pengetahuan pada kategori cukup sebanyak 11 orang

(68.8%). Penelitian yang dilakukan oleh Nzinga, McGivern, dan English (2018),

kepemimpinan klinis diakui sebagai elemen penting dalam penguatan sistem

kesehatan dan kebijakan kesehatan secara global, namun konsep ini masih sedikit

dibahas di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, serta analisis

kepemimpinan klinis cenderung berfokus pada pemimpin individu tingkat senior,

mengabaikan kumpulan pemimpin tingkat menengah yang lebih luas memberikan

perawatan kesehatan dalam praktik kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


129

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan perawat pelaksana terhadap model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana sebelum dilakukan sosialisasi

dan implementasi kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara diperoleh mayoritas pengetahuan pada kategori

cukup sebanyak 21 orang (56, 2%). Penelitian yang dilakukan oleh Bartosiewicz.,

et al (2019), menyatakan pengukuran tingkat pengetahuan penting dilakukan guna

penilaian berkelanjutan, mendeteksi kekurangan dan menyelesaikann masalah

dengan menggunakan jalan yang paling baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Jeon., et al (2016) menyatakan pengetahuan adalah kunci untuk menciptakan

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Hasil observasi perilaku kepemimpinan klinis perawat pelaksana

mayoritas pada kategori cukup sebanyak 20 orang (66.7%). Sejalan dengan hasil

penelitian Athlin, et al (2014), yang dilakukan pada 24 orang perawat pelaksana

Rumah Sakit di Norwegia dan Swedia, mengungkapkan bahwa tanggung jawab

perawat pelaksana terkait kepemimpinan klinis meliputi menjaga kualitas dalam

perawatan sehari-hari, membangun lingkungan kerja yang baik, mengembangkan

perawatan, dan menjaga keseimbangan anggaran. Penelitian lain yang mendukung

dinyatakan oleh Husebo dan Olsen (2019), kegiatan kepemimpinan klinis yang

dilakukan oleh perawat pelaksana diungkapkan dalam 7 (tujuh) tema, yaitu:

(1) Menerima gambaran umum tim dan pasien dan merencanakan perubahan,

(2) Memastikan dan memantau sumber daya, (3) Memantau dan mengamankan

arus informasi, (4) Mengamankan perawatan dan perawatan pasien, dan

(5) Mengamankan dan memastikan kualitas diagnosis dan perawatan pasien dan

mengamankan prioritas pasien.

Universitas Sumatera Utara


130

Hasil pengumpulkan data berdasarkan pelaksanaan FGD dalam penelitian

ini didapatkan 5 tema, yaitu: 1) Definisi kepemimpinan klinis, 2) Kemampuan

klinis keperawatan yang harus dimiliki perawat, 3) Faktor yang mempengaruhi

kompetensi klinis perawat pelaksana diruangan, 4) Kompetensi perawat

pelaksana, dan 5) Harapan terhadap pengembangan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara.

Tema tentang definisi kepemimpinan klinis menghasilkan subtema yaitu:

1) Potensi yang dimiliki seorang perawat pelaksana dalam mengambil keputusan

pada tindakan keperawatan, 2) Kepemimpinan di area klinis, mungkin termasuk

unsur-unsur di area kerja kali ya, berani mengambil keputusan klinis, 3) Perawat

sebagai leader, dan manajemen klinis, berhubungan dengan asuhan keperawatan

dalam memberikan asuhan keperawatan, 4) Perawat yang melakukan pengawasan

dan pemberi arahan kepada perawat pelaksana, dalam memberikan asuhan

keperawatannya, dan 5) Kemampuan perawat memberikan bimbingan kepada

orang yang berada dibawah dia seperti pengawasan, seperti tanggung jawab, jujur,

juga dalam hal upaya dalam meningkatkan pelayanan keperawatan. Penelitian

yang dilakukan oleh Chávez dan Yoder (2014), definisi teoritis kepemimpinan

klinis perawat pelaksana dalam konteks tim akan memberikan pemahaman umum

tentang konsep ini dan membedakannya dari jenis kepemimpinan lainnya dalam

profesi keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


131

Stanley dan Stanley (2018) kepemimpinan klinis adalah seorang ahli

dibidang klinis, yang terlibat dalam memberikan perawatan klinis langsung, yang

mempengaruhi orang lain untuk meningkatkan perawatan yang diberikan secara

terus menerus. Daly., et al (2014) kepemimpinan klinis adalah kemampuan untuk

mempengaruhi rekan kerja untuk bertindak dan memberi dukungan serta motivasi

untuk memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan menerapkan visi

memberikan keselamatan dalam perawatan kesehatan.

Kemampuan klinis keperawatan yang harus dimiliki perawat

menghasilkan sub tema, yaitu: 1) Menciptakan lingkungan kerja yang aman, dan

nyaman, saling menghargai, 2) Kreatif, inovatif dalam memberikan pelayanan

kepada pasien, 3) Berani mengambil keputusan, berfikir kritis, berespon dengan

cepat, memiliki jiwa pemimpin saat berhadapan dengan pasien, perawat

pelaksana, berkolaborasi dengan pasien dalam memberikan tindakan, dan mampu

menggali masalah atau permasalah pasien. Persepsi diatas sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Larsson dan Sahlsten (2016), penelitian yang dilakukan

di tiga Rumah Sakit di Swedia, mengungkapkan gambaran persepsi registered

nurses tentang kemampuan klinis perawat di unit rawat inap meliputi memiliki

pengetahuan klinis, membangun suasana kolaborasi yang baik, menyusun

pekerjaan untuk memastikan asuhan keperawatan yang terbaik bagi pasien, dan

memantau tindakan profesional rekan sejawat.

Faktor yang mempengaruhi kompetensi klinis perawat pelaksana di

ruangan menghasilkan sub tema yaitu: 1) Sumber daya manusia, beban kerja,

kompetensi, manajemen Rumah Sakit, fasilitas, batasan pekerjaan perawat,

lingkungan kerja yang mendukung, 2) Kemampuan berbaur dengan tim,

Universitas Sumatera Utara


132

3) Kemampuan menyelesaikan masalah. Sejalan dengan penelitian Cruz (2016),

penelitian yang dilakukan di UGD, bangsal medis bedah pria dan wanita, ICU,

dan unit hemodialisis Rumah Sakit umum di Riyadh, mengungkapkan faktor

kunci yang cenderung mempengaruhi kompetensi klinis meliputi pengalaman

klinis, tingkat pendidikan, status perkawinan, batasan peran karena masalah

emosional, kesejahteraan emosional, fungsi sosial dan fungsi fisik.

Penelitian lain yang turut mendukung persepsi diatas dilakukan Flinkman.,

et al (2016), penelitian ini berupa systematic dan psychometric review

mengungkapkan lamanya pengalaman kerja, usia, pendidikan tinggi, pekerjaan

permanen dan partisipasi dalam program pendidikan, pemberdayaan, komitmen,

lingkungan praktik, kualitas perawatan dan pemikiran kritis merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi kompetensi perawat pelaksana diruangan meliputi

pemikiran kritis dan sikap serta hubungan interpersonal, pelatihan dan mentoring

(Mirlashari., et al, 2016).

Kekuatan yang didapat pada tahap penelitian ini yaitu telah terbina

hubungan yang baik diantara peneliti dengan partisipan serta pihak manajemen

Rumah Sakit. Selain itu adanya dukungan dan fasilitas yang diberikan

memudahkan peneliti dalam setiap proses pelaksanaan penelitian. Pada tahap

pengumpulan data, peneliti melibatkan partisipan yang memiliki jabatan

fungsional yang berbeda, sehingga peneliti memperoleh hasil data yang bervariasi

dan dari sudut pandang yang lebih luas serta terbuka. Selanjutnya, peneliti

melakukan member chek terhadap hasil analisis data penelitian kepada partisipan

yang berguna untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh telah sesuai dan

akurat.

Universitas Sumatera Utara


133

Kekurangan pada tahap penelitian ini yaitu ketidaktepatan waktu dalam

setiap proses kegiatan penelitian. Peneliti harus menyesuaikan kesediaan waktu

dari masing-masing partisipan karena partisipan memiliki prioritas tugas dan

tanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di unit kerja masing-

masing.

Tahap planning

Tahap planning pada penelitian ini bertujuan untuk membuat perencanaan

dan merumuskan rangkaian kegiatan dalam pengembangan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara. Tahap planning pada penelitian action research

adalah tahap dimana peneliti mengarahkan diri, orang lain untuk mengubah

perilaku dan kebiasaan menuju kegiatan yang lebih rasional, produktif dan

berkelanjutan (Kemmis, McTaggart & Nixon, 2014).

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: 1) Merencanakan

persiapan awal sesuai dengan kebutuhan penyusunan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 2) Merencanakan pembetukan tim atau

orang-orang yang terlibat dalam penyusunan model kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana, 3) Merencanakan penyusunan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 4) Merencanakan jadwal diskusi,

pemaparan hasil, dan sosialisasi tentative model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana, 5) Merencanakan pelaksanaan uji coba atau implementasi

penilaian menggunakan tentative model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana, dan 6) Merencanakan tahap refecting.

Universitas Sumatera Utara


134

Penelitian yang dilakukan oleh McNiff (2016) menyatakan bahwa proses

perencanaan utama pada action reserach terdapat pada pikiran peneliti, dapat

disusun melalui berbagai jenis media perencanaan seperti mind maps dan gambar

sehingga memudahkan peneliti mencapai arah dan tujuan penelitian. Kegiatan

awal tahap ini yaitu merencanakan persiapan awal sesuai dengan kebutuhan

penyusunan komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Sejalan dengan hasil penelitian Stanley dan Stanley (2018) mengungkapkan lima

kategori yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi apa yang kita ketahui

tentang konsep kepemimpinan klinis perawat dan istilah kepemimpinan klinis

yaitu definisi kepemimpinan klinis, karakteristik yang paling mungkin atau paling

tidak terkait dengan kepemimpinan klinis, model yang diterapkan pada

kepemimpinan klinis dan batasan pengembangan kepemimpinan klinis.

Kegiatan berikutnya dari tahap ini berupa merencanakan pembetukan tim

atau orang yang terlibat dalam penyusunan kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana. Sejalan dengan hasil penelitian Büyükboyaci dan Robbett

(2018), menemukan bahwa terdapat interaksi positif yang kuat antara

pembentukan tim dan kemampuan untuk mengkhususkan, yang menunjukkan

bahwa pembentukan tim adalah mekanisme yang sangat efektif untuk output yang

dihasilkan dan memungkinkan melakukan keterampilan dengan prinsip saling

melengkapi. Lee dan Pickard (2013) secara epidemiologi, istilah "pemaparan"

dapat diterapkan secara luas pada faktor apa pun yang mungkin terkait dengan

output penelitian.

Universitas Sumatera Utara


135

Kegiatan lainnya pada tahap ini yaitu merencanakan jadwal diskusi,

pemaparan hasil, dan sosialisasi kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana. Atef, Abdel-Baset dan El-Henawy (2015), mengatakan bahwa

penjadwalan adalah panduan dan jalur untuk menjalankan penelitian. Kegiatan

terakhir pada tahap ini adalah merencanakan pelaksanaan uji coba atau

implementasi penilaian menggunakan tentative kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana. Sejalan dengan pendapat Kristensen, Nymann dan Konradsen

(2015), implementasi penelitian keperawatan cenderung berorientasi pada

masalah dan dikelola secara individual oleh peneliti. Pendapat lain yang

mendukung Mathieson, Grande, dan Luker (2018), implementasi dalam

komunitas keperawatan adalah proses yang kompleks, membutuhkan adopsi

individu dan organisasi, dan dukungan manajerial.

Kekuatan pada tahap planning penelitian ini adalah model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana disusun berdasarkan literature review,

teori atau pendapat para ahli sehingga bersifat ilmiah dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sedangkan kekurangan dari tahap ini

adalah perencanaan kegiatan sosialisasi dan implementasi dilaksanakan dalam

waktu yang sangat singkat, meskipun demikian peneliti dan tim berusaha

memenuhi setiap hal diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut agar hasil

yang didapat sesuai dengan apa yang diharapkan secara maksimal.

Universitas Sumatera Utara


136

Tahap Acting dan Observing

Tahap acting merupakan pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakan.

Namun terjadi beberapa perubahan jadwal karena harus disesuaikan dengan

kondisi partisipan penelitian. Perubahan yang terjadi sejalan dengan pemikiran

Kemmis dan Taggart (1988) yang menyatakan bahwa pada tahap acting peneliti

melakukan kegiatan yang sudah direncanakan pada tahap planning, namun

kegiatan ini tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana, dapat muncul hambatan

ataupun kendala. Perubahan jadwal terjadi diluar kendali peneliti, karena

partisipan memiliki banyak tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan.

Kegiatan pada observing dilakukan pada saaat proses pengembangan

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Peneliti merupakan

bagian tim perumus, sehingga dapat mengobservasi secara penuh terhadap

keaktifan dari partisipan dalam memberikan masukan dan saran serta dapat

mengobservasi secara langsung kejadian-kejadian pada saat proses penyusunan

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Penelitian yang

dilakukan oleh Zhao dan Ji (2014) mengatakan bahwa observasi partisipan adalah

metodologi penelitian kualitatif yang banyak digunakan karena berguna untuk

menyelidiki perspektif kelompok dalam komunitas tertentu.

Tahap acting dan observing dilakukan melalui serangkaian kegiatan,

meliputi: 1) Melakukan persiapan awal disesuaikan dengan kebutuhan

penyusunan model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana,

2) Membentuk tim penyusun dan perumus yang bertujuan untuk menetapkan

orang yang terlibat serta bertanggung jawab dalam penyusunan model kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 3) Melakukan penyusunan kompetensi

Universitas Sumatera Utara


137

kepemimpinan klinis perawat pelaksana, 4) Melaksanakan pemaparan hasil dan

sosialisasi kepada perawat pelaksana, dan 5) Melaksanakan implementasi

penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana setelah

melaksanakan sosialisasi.

Persiapan awal melakukan identifikasi masalah melalui literature review

dan mencari sumber-sumber materi yang akan digunakan dalam penyusunan

komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Efron dan Ravid (2018), tujuan utama literature

review adalah menunjukkan pemahaman peneliti tentang bidang penelitian,

memberikan infomasi terkait area penelitian, dan memudahkan peneliti

selanjutnya memahami konteks intelektual penelitian.

Literature review atau materi yang dipersiapkan oleh peneliti meliputi

konsep kepemimpinan klinis, konsep kompetensi perawat, model-model

kompetensi kepemimpinan klinis, dan menyusun ide-ide yang sesuai dengan

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang akan dikembangkan.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukan Winchester dan Salji (2016), menulis

literature review membutuhkan serangkaian keterampilan untuk mengumpulkan,

mengurutkan, mengevaluasi, dan meringkas data yang diterbitkan sejawat yang

diilakukan peninjauan ulang menjadi narasi yang tidak bias yang relevan dan

informatif. Bender (2015), kepemimpinan klinis melibatkan empat kegiatan

mendasar: memfasilitasi komunikasi berkelanjutan yang efektif, memperkuat

hubungan intra dan interprofesional, membangun dan mempertahankan tim, serta

mendukung keterlibatan staf.

Universitas Sumatera Utara


138

Pembentukan tim penyusun kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana telah dibentuk oleh peneliti berdasarkan jabatan struktural organisasi

Rumah Sakit melalui saran dan persetujuan partisipan. Tujuan pembentukan tim

ini untuk menyatukan persepsi peneliti dan pihak Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara mengenai kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana

yang akan dikembangkan agar sesuai dengan tujuan penelitian, peraturan

dankebutuhan Rumah Sakit. Sejalan dengan penelitian Contandriopoulos., et al

(2016), mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara posisi

struktural peneliti dalam jaringan kolaborasi dan kinerja ilmiah penelitian.

Komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang

rawat inap di rumah sakit Universitas Sumatera utara terdiri dari 5 (lima)

komponen dan 18 unsur yang telah disusun secara sistematik menerapkan teori

pendekatan sistem, meliputi: 1) Input yang terdiri dari 5 komponen: kualitas diri,

relationship, komunikasi, change agent, dan pengembangan layanan, 2) Process:

manajemen asuhan keperawatan, dan 3) Output yang terdiri dari mutu asuhan

keperawatan dan keselamatan pasien. Sejalan dengan hasil penelitian Lamb, et al

(2018) mengungkapkan bahwa perawat senior mempersepsikan kemampuan

kepemimpinan klinis menjadi dua tema utama yaitu kepemimpinan yang berfokus

pada pasien dan kepemimpinan yang berfokus pada organisasi dan sistem. Hasil

penelitian lain yang dilakukan oleh Joseph dan Huber (2015) menyatakan bahwa

kepemimpinan klinis menggunakan keterampilan perawat dan menambahkan

komponen keterampilan kepemimpinan umum, keterampilan dalam manajemen

pemberian perawatan di area perawatan, dan keterampilan dalam menggunakan

evidence-based practice untuk pemecahan masalah dan manajemen hasil.

Universitas Sumatera Utara


139

Penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ini

bertujuan untuk mengetahui perawat pelaksana memiliki kemampuan

kepemimpinan klinis di rumah sakit sebagai klinisi yang memberikan pelayanan

asuhan keperawatan kepada pasien. Dirjenbelmawa Kemenristekdikti (2018)

mengungkapkan bahwa penilaian adalah satu atau beberapa proses

mengidentifikasi, mengumpulkan dan mempersiapkan data beserta bukti-buktinya

untuk mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Instrumen penilaian berupa rubrik penilaian yang merupakan komponen

dan unsur-unsur kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana yang terdiri

dari kriteria dan nilai (angka dan kategori), lembar chek list, dan lembar penilaian.

Format penilaian dengan menggunakan rubrik penilaian dengan menetapkan

bobot untuk masing-masing komponen yang terdiri dari unsur-unsur kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Kekuatan dalam tahap penelitian ini yaitu peneliti dengan aktif terlibat

langsung dalam pelaksanaan kegiatan termasuk dalam tim perumus dan penyusun

model kompetesi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, sehingga peneliti dapat

mengobservasi secara penuh terhadap keaktifan dari partisipan dalam memberikan

masukan, saran ataupun ide untuk dapat menemukan hal-hal penting selama

tahapan penelitian berlangsung. Sedangkan kelemahan yang didapat yaitu

kegiatan sosialisasi dilaksanakan 2 kali, secara keseluruhan mengundang perawat

pelaksana dalam 1 kegiatan, tetapi peserta tidak semua bisa hadir, sehinga peneliti

harus melakukan sosialisasi kembali ke masing-masing ruangan sebelum

pelaksanaan implementasi kegiatan.

Universitas Sumatera Utara


140

Tahap Reflecting

Tahapan reflecting merupakan tahap akhir dari penelitian action research.

Kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan data menggunakan kuesioner

pengetahuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan partisipan dan perawat

pelaksana dan menyelenggarakan FGD dengan menilai persepsi partisipan tentang

model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana setelah dilakukan

sosialisasi dan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana.

Hasil pengumpulkan data penyebaran kuesioner pengetahuan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan partisipan setelah sosialisasi dan implementasi

tentang model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat

inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa

pengetahuan partisipan mayoritas kategori baik sebanyak 12 orang (75%),

sedangkan peningkatan pengetahuan perawat pelaksana dengan mayoritas

kategori baik sebanyak 18 orang (60%). Penelitian yang dilakukan oleh Moraes.,

et al (2016) menyatakan bahwa pengaruh sosialisasi terutama dalam perilaku

mencari, membangun dan berbagi dengan teman sebaya dan atasan merupakan

faktor yang mendukung penciptaan dan inovasi pengetahuan. Sejalan dengan

hasil penelitian Zarshenas (2014) menyatakan bahwa, peningkatan sosialisasi

pada perawat dipengaruhi oleh rasa saling memiliki dan identitas profesional.

Universitas Sumatera Utara


141

Hasil kegiatan FGD untuk melihat persepsi partisipan setelah sosialisasi

dan implementasi model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Partisipan menyatakan defenisi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, sesuai

dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: 1) Kemampuan yang dimiliki

perawat pelaksana dalam mengambil keputusan baik untuk diri sendiri maupun

untuk orang lain dalam tindakan keperawatan, 2) Kemampuan personal perawat

pelaksana dalam asuhan keperawatan, 3) Kemampuan perawat pelaksana dalam

mempengaruhi orang lain, 4) Kemampuan pengawasan perawat pelaksana dalam

asuhan keperawatan, dan 5) Kemampuan perawat pelaksana dalam mengarahkan

orang lain dalam memberikan asuhan.

Sejalan dengan hasil penelitian Chávez dan Yoder (2014),

mengungkapkan bahwa kepemimpinan klinis perawat pelaksana didefinisikan

sebagai perawat pelaksana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap

individu lain dalam tim perawatan kesehatan, dan meskipun tidak ada otoritas

formal yang diberikan, memfasilitasi upaya individu dan secara bersama untuk

mencapai tujuan klinis bersama. Hasil penelitian lain yang mendukung juga

mendukung hasil penelitian ini oleh Larsson dan Sahlsten (2016), penelitian yang

dilakukan pada 15 orang registered nurses di Swedia, mengungkapkan bahwa

persepsi perawat pelaksana terhadap kepemimpinan klinis diidentifikasi melalui 5

tema yaitu menunjukkan pengetahuan klinis, membangun suasana kolaborasi

yang baik, secara terstruktur menyusun pekerjaan untuk memastikan perawatan

perawat terbaik yang mungkin dilakukan pasien, menyesuaikan kehadiran dalam

pekerjaan praktis dengan pasien menurut prasyarat yang telah ditentukan

sebelumnya, dan memantau profesional rekan kerja.

Universitas Sumatera Utara


142

Pasrtisipan menyatakan pengaruh pengukuran kompetensi kepemimpinan

klinis sesuai dengan pernyataan partisipan sebagai berikut: 1) Kesadaran perawat

pelaksana dalam mengembangkan kepemimpinan klinis diri sendiri, 2) Interaksi

yang terbuka oleh kepala ruangan dengan perawat pelaksana dalam penilaian

kepemimpinan klinis, dan 3) Pengembangan diri perawat pelaksana dengan

kompenen yang jelas. Sejalan dengan Bender (2015), hasil penelitian yang

dilakukannya mengungkapkan kepemimpinan klinis melibatkan empat kegiatan

mendasar: memfasilitasi komunikasi berkelanjutan yang efektif, memperkuat

hubungan intra dan interprofesional, membangun dan mempertahankan tim, dan

mendukung keterlibatan staf. Hasil penelitian yang juga sejalan dilakukan oleh

Bender (2016) menyatakan bahwa praktik kepemimpinan klinis perawat

pelaksana dapat dianggap sebagai pendekatan yang efektif untuk mengatur asuhan

keperawatan sehingga memaksimalkan ruang lingkup keperawatan terutama

mempengaruhi cara-cara asuhan diberikan oleh semua profesi dalam sistem klinis

keperawatan.

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan manfaat pengembangan

kepemimpinan klinis perawat pelaksana sesuai dengan pernyataan partisipan,

yaitu: 1) Penilaian OPPE dalam layanan keperawatan, 2) Unsur penilaian kepada

perawat pelaksana, 3) Perawat pelaksana menjadi komprehensif dalam melihat

kualitas diri dalam kepemimpinan klinis, dan 4) Penilaian personal dalam

pengembangan jenjang karir perawat pelaksana. Sejalan dengan hasil penelitian

literature review oleh Stanley dan Stanley (2018) mengungkapkan para pemimpin

klinis mengakui bahwa mereka memiliki nilai dan keyakinan yang sejalan antara

intervensi dan tindakan yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


143

Penelitian lain yang turut mendukung dilakukan oleh Lee, Eo dan Lee

(2015), menyatakan bahwa pengalaman kepemimpinan perawat klinis

digambarkan dalam lima tema utama, yaitu: 1) Pikiran pada kategori

kepemimpinan: untuk memimpin orang lain, untuk mengatasi situasi masalah

secara memadai dan untuk melindungi terhadap kesulitan, 2) Situasi yang

membutuhkan kepemimpinan: situasi yang membutuhkan penilaian yang benar,

koping dan situasi yang membutuhkan koordinasi dan kerja sama. 3-1) Perilaku

kepemimpinan: pendekatan berorientasi kepada oranglain dan pendekatan

berorientasi diri, 3-2) Konsekuensi perilaku kepemimpinan: kompensasi yang

relevan dan pemutusan hubungan kerja yang tidak adil, 4-1) Fasilitator

kepemimpinan: keyakinan dan semangat untuk keperawatan dan dukungan

eksternal dan sumber daya, 4-2) Hambatan untuk kepemimpinan: budaya

organisasi yang tidak mendukung dan kekurangan dalam kompetensi

kepemimpinan sendiri, dan 5) Strategi pengembangan kepemimpinan:

memperkuat kepemimpinan melalui pengembangan diri dan kepemimpinan

organisasi.

Partisipan dalam penelitian ini menyatakan harapan pelaksanaan

kompetensi kepemimpinan klinis sesuai dengan pernyataan partisipan, yaitu:

1) Komponen kepemimpinan klinis bahan dalam penilaian perawat pelaksana,

2) Penilaian OPPE perawat pelaksana, 3) Kesinergian penilaian antara perawat

pelaksana dengan kepala ruangan, 4) Keberlanjutan penilaian kepemimpinan

klinis oleh keperawatan, dan 5) Kesinergian penilaian keperawatan dengan

personalia Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


144

Sejalan dengan hasil penelitian literature review oleh Bender, L’Ecuyer,

dan Williams (2019), mengungkapkan bahwa kerangka kerja kompetensi

kepemimpinan klinis perawat berisi serangkaian inti pengetahuan, keterampilan,

dan kemampuan kepemimpinan klinis perawat, dapat digunakan sebagai panduan

kurikulum dan tinjauan sertifikasi kepemimpinan klinis perawat, dan digunakan

dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi integrasi praktik kepemimpinan

klinis perawat.

Kekuatan dalam tahap penelitian ini yaitu mempertahankan triangulasi

data dalam penelitian dengan metode pengumpulan sumber data dan teori,

sehingga mewakili sudut pandang dan pengalaman yang berbeda sehingga

saturasi data dapat dicapai untuk menghasilkan output penelitian yang maksimal.

Kepala seksi dan komite keperawatan memberi dukungan terhadap Draft

Asessment Tools digunakan sebagai panduan penilaian Profesional Practice

Evaluation (PPE) perawat secara lebih objektif dan berkesinambungan.

Kekurangan pada tahap ini yaitu jadwal kegiatan selama proses penelitian

tidak sesuai dengan jadwal yang sudah disusun dan direncanakan. Rumah Sakit

sedang mempersiapkan pelaksanaan akreditasi yang menjadi prioritas utama,

sehingga peneliti harus dapat menyesuaikan waktu kegiatan penelitian dengan

kesediaan waktu partisipan.

Universitas Sumatera Utara


145

Lesson Learned

Penelitian ini telah banyak memberikan pembelajaran bagi perawat,

khususnya kepada peneliti dimulai dari proses awal penelitian hingga akhir

penelitian. Proses penelitian ini melibatkan kepala seksi keperawatan, komite

keperawatan, kepala ruangan, perawat primer atau ketua tim dan perawat

pelaksana di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Pembelajaran yang didapat

selama penelitian dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu pembelajaran

dalam penelitian action research dan pembelajaran dalam pengembangan diri

(self development) peneliti.

Pembelajaran dalam penelitian action research

Serangkaian dari kegiatan action research ini, peneliti memperoleh

pengalaman yang mengesankan dan bermakna dari setiap tahapan action

research, mulai dari pengumpulan data sampai dengan output dan outcome yang

diperoleh. Pembelajaran yang didapat dari proses penelitian ini adalah peneliti

harus mengikuti dan melaksanakan tahap demi tahap setiap proses tahapan

penelitian. Setiap tahapan tidak boleh ada yang dilompati dan tidak dijalankan

karena hal ini akan berdampak pada hasil penelitian yang diperoleh.

Proses pengumpulan data pada action research dilakukan melalui

berbagai metode (triangulasi data) sehingga menghasilkan data yang representatif

dari sudut pandang yang berbeda. Metode pelaksanaan dimulai dari penyebaran

kuesioner, observasi, dan pelaksanaan FGD sampai menemukan thematic

concern. Hasil akhir pelaksanaan penelitian dengan menemukan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana beserta format rubrik

penilaiannya.

Universitas Sumatera Utara


146

Penelitian action research dilakukan peneliti untuk memperoleh suatu

output yang dapat menjawab permasalahan yang sedang terjadi berasal dari

pemikiran dan pemahaman partisipan. Peneliti harus menemukan model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Pada setiap tahapan, peneliti

diasah kemampuannya untuk menemukan tinjauan literature yang sesuai,

mendukung thematic consent dan teori keperawatan yang digunakan.

Pembelajaran dalam pengembangan diri (self development) peneliti

Proses penelitian memberikan pembelajaran yang berarti untuk peneliti

khususnya dalam pengembangan diri peneliti sendiri. Seperti yang dipaparkan

sebelumnya, proses penelitian action research banyak melibatkan partisipan dari

berbagai lingkungan keperawatan, mulai dari perawat pelaksana sampai dengan

top manager di keperawatan. Dalam hal ini, peneliti diharuskan untuk memiliki

soft skill yang baik terutama komunikasi. Bagaimana peneliti menyampaikan

maksud dan tujuan penelitian, meyakinkan calon partisipan agar bersedia terlibat

dalam penelitian, meminta partisipan untuk hadir di semua tahapan penelitian, dan

meyakinkan partisipan untuk tidak drop out dari penelitian mengingat waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan sekitar 6 (enam) bulan.

Selain komunikasi, peneliti juga harus memiliki sikap dan perilaku yang

baik sehingga akan tercermin dari tindakan sehari-hari, sehingga penilaian orang

lain menjadi positif. Hal ini penting, dikarenakan proses penelitian membutuhan

banyak partisipan dari kalangan perawat. Perawat akan memiliki penilaian

tersendiri terhadap peneliti. Jika penilaiannya kurang baik, makan perawat akan

menolak untuk bergabung dengan peneliti. Namun, jika penilaian baik, maka

perawat akan bersedia utuk bergabung dengan peneliti.

Universitas Sumatera Utara


147

Selanjutnya adalah kemampuan melakukan pendekatan. Seperti yang

diketahui bahwa partisipan terdiri dari kepala seksi keperawatan, kepala ruangan,

ketua tim dan perawat pelaksana. Para partisipan memiliki waktu yang sedikit

untuk melakukan aktivitas penelitian, oleh karenanya butuh pendekatan yang baik

dari peneliti agar partisipan bersedia bergabung dengan peneliti.

Pendekatan dilakukan peneliti dengan cara berusaha terlibat sepenuhnya di

ruangan ketika program pelaksanaan praktikum perencanaan strategi dalam

keperawatan dan administrasi keperawatan lanjut dari kampus dilaksanakan. Aktif

bertanya dan memberikan pendapat tentang permasalahan manajemen ruangan

jika diperlukan, berempati kepada perawat-perawat di ruangan, dan berusaha

menjadi bagian dari ruangan tersebut.

Komunikasi yang baik, tingkah laku keseharian yang juga baik, dan

pendekatan yang intens kepada partisipan merupakan suatu kemampuan yang

harus diasah kembali oleh peneliti agar tujuan dari penelitian tercapai. Tidak

hanya memerlukan hard skill, tapi juga soft skill untuk menghasilkan karya yang

terbaik.

Implikasi Penelitian

Penelitian ini menghasilkan model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana yang bertujuan untuk mengetahui lebih spesifik kemampuan

kepemimpinan klinis perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu melakukan penilaian

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana dengan mengobservasi

perilaku perawat pelaksana yang dapat terlihat dari gambaran perilaku sehai-hari

Universitas Sumatera Utara


148

dalam bersikap dan bertindak sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan

secara optimal kepada pasien.

Implikasi penelitian ini dapat ditujukan kepada kepala seksi keperawatan,

kepala ruangan, ketua tim maupun perawat pelaksana. Kepala seksi keperawatan

dapat mengaplikasikan kepemimpinan klinis ini dengan melakukan penilaian

kepada kepala ruangan, perawat primer atau ketua tim, dan perawat pelaksana

secara berkelanjutan. Hasil penilaian dapat digunakan sebagai data dasar untuk

membuat kebijakan terkait dengan kepemimpinan klinis. Misalnya kebijakan

tentang pendidikan perawat berkelanjutan, in house training yang dapat

diselenggarakan, atau ketentuan lain terkait pengembangan sumber daya perawat

lainnya.

Kepala ruangan sebagai manager di ruangan dapat meningkatkan

kemampuannya sendiri sebagai perawat dan menularkannya kepada perawat lain

di ruangannya. Kepala ruangan juga dapat secara langsung melakukan penilaian

kepada perawat, dan dikarenakan kepala ruangan berada ada posisi yang lebih

dekat ke perawat, maka hasil penilaian kepala ruangan akan lebih akurat. Hasil ini

dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan masukan terkait perbaikan

kompetensi klinis perawat pelaksana.

Penilaian dari kepala seksi dan kepala ruangan akan memberikan iklim

positif bagi rumah sakit jika dilaksanakan dengan baik. Dengan meningkatnya

iklim yang positif, akan memberikan budaya organisasi yang positif juga,

sehingga kompetensi klinis perawat pelaksana akan meningkatkan indikator mutu

keperawatan rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


149

Implikasi terhadap pendidikan magister administrasi keperawatan, hasil

penelitian ini dapat dijadikan referensi bahwa kepemimpinan klinis perawat

pelaksana merupakan kemampuan indivual perawat yang dapat dinilai dan perlu

dikembangkan di Rumah Sakit. Selain itu direkomendasikan untuk peneliti

selanjutnya untuk melihat dampak dari pelaksanan penilaian kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana terhadap peningkatan pengetahuan,

perilaku, dan kualitas mutu manajemen asuhan keperawatan.

Keterbatasan penelitian

Selama penelitian berlangsung, peneliti masih menemukan beberapa

kendala yang dihadapi, dan hal ini menjadi sebuah keterbatasan penelitian.

Keterbatasan tersebut berasal dari peneliti, partisipan, dan pihak rumah sakit.

Namun dengan adanya keterbatasan ini diharapkan adanya perbaikan untuk

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

Penelitian ini melibatkan perawat untuk menjadi partisipan yang memiliki

jabatan struktural ataupun jabatan fungsional yang memiliki peran, tugas dan

tanggung jawab dalam pemberian pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Sering

terjadi perubahan jadwal secara tiba-tiba meski sudah ada perencanaan dan

kontrak waktu sebelum melaksanakan kegiatan. Partisipan tidak menjadikan

penelitian ini sebagai sebuah prioritas. Tetapi salah satu upaya peneliti agar

keadaan tetap kondusif dengan adanya komitmen yang tinggi dengan partisipan

diawal terkait dengan masalah jadwal agar tujuan dari penelitian ini dapat

tercapai.

Universitas Sumatera Utara


150

Output penelitian ini hanya dapat diimplementasikan pada satu objek yaitu

perawat pelaksana ruang rawat inap. Perlu dilakukan peninjauan kembali lebih

dalam sehingga diharapkan output penelitian dapat digunakan untuk seluruh

perawat pelaksana dengan tidak membedakan unit kerja, dan untuk rencana

tindakan lebih lanjut untuk seluruh tenaga profesional perawat. Pelaksanaan

implementasi berdasarkan output penelitian tentang penilaian terhadap perawat

pelaksana ini hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali selama 4 (empat) minggu,

dikarenakan keterbatasan waktu peneliti, izin penelitian dari pihak rumah sakit

dan masa penyelesaian penyusunan tesis selama 1 (satu) semester atau 6 (enam)

bulan.

Observasi perilaku kepemimpinan klinis perawat pelaksana hanya

dilakukan pada tahap reconnaissance, tidak dilakukan pada tahap acting ataupun

tahap reflecting. Observasi perilaku tidak dapat dilakukan dalam rentang waktu

yang terlalu singkat, standar observasi perilaku minimal 3 (tiga) bulan setelah

observasi awal dilakukan berdasarkan konsep teori perilaku. Akan tetapi penilaian

yang dilakukan pada kegiatan implementasi dapat dikatakan observasi hanya saja

menggunakan rubrik penilaian yang merupakan output dari penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan

merupakan ringkasan pembahasan dari hasil penelitian yang telah

disinkronisasikan dengan teori terkait, sedangkan saran merupakan rencana tindak

lanjut yang akan dilakukan dari penelitian ini.

Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan gambaran pengetahuan partisipan dan perawat

pelaksana tentang kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Pengetahuan partisipan sebelum dan sesudah sosialisasi dan implementasi model

kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana meningkat dari mayoritas

kategori cukup sebanyak 9 orang (56,2%) menjadi mayoritas kategori baik

sebanyak 12 orang (75%) dan pengetahuan perawat pelaksana juga meningkat

yaitu dari mayoritas kategori cukup sebanyak 21 orang (70%) menjadi mayoritas

baik sebanyak 18 orang (60%).

Hasil penelitian ini menemukan model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana yang terdiri dari 5 komponen yaitu: 1) Kualitas diri yang terdiri

dari manajemen diri, professional, pengembangan jenjang karir, aktualisasi diri,

bertanggung jawab, dan beretika, 2) Relationship yang terdiri dari: bekerja sama,

kolaborasi, dan advokasi, 3) Komunikasi yang terdiri dari komunikasi verbal dan

non-verbal, 4) Change agent yang terdiri dari: praktek berdasarkan hasil

penelitian, berpikir secara sistematis, dan pengambil keputusan, dan

151
Universitas Sumatera Utara
152

5) Pengembangan layanan yang tediri dari: monitoring dan evaluasi, inovatif,

kreatif, dan edukasi.

Model kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana tersebut

disusun secara sistematik seperti sebuah modul yang dapat digunakan untuk

pelaksanaan penilaian kompetensi kepemimppinan klinis perawat pelaksana.

Adapun isi dari buku atau modul kompetensi kepemimpinan klinis perawat

pelaksana tersebut yaitu cover, kata pengantar, daftar isi, pendahulan yang terdiri

dari latar belakang dan tujuan, konsep komponen kompetensi kepemimpinan

klinis perawat pelaksana, konsep rubrik penilaian, lembar chek list rubrik dan

lembar penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana.

Saran

Hasil penelitian ini dapat dijadikan Rumah Sakit sebagai dasar untuk

membuat kebijakan yang akan memperbaiki kualitas layanan pasien, khususnya

layanan yang berasal dari perawat. Sasaran hasil penelitian ini ditujukan kepada

seksi keperawatan, kepala ruangan dan perawat pelaksana.

Kepala seksi keperawatan sebaiknya membuat sebuah pedoman sistem

penilaian kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana beserta indikator

ukur penilaian yang mudah dan dapat diterapkan saat ini berdasarkan kondisi

Rumah Sakit. Pedoman tersebut harusnya berisi tentang sistem/alur penilaian

kompetensi klinis perawat pelaksana, instrument pengukuran, dan format formulir

yang akan digunakan pada saat penilaian berlangsung. Kepala seksi juga

sebaiknya ikut memfasilitasi pengesahan instumen dan formulir tersebut ke pihak

manajerial.

Universitas Sumatera Utara


153

Kepala ruangan memiliki peran yang tidak kalah penting terkait dengan

kepemimpinan klinis perawat pelaksana. Pedoman dan alur yang sudah ditentukan

dari kepala seksi, kepala ruangan bertugas mengaplikasikannya di level ruangan.

Kepala ruangan sebaiknya memiliki perencanaan yang matang dan sistematis

terkait pengembangan sumber daya manusia perawat di ruangan terkait dengan

jenjang karir dan pengembangan pelatihan yang dibutuhkan perawat peklaksana.

Kepala ruangan harus berkordinasi dengan kepala seksi keperawatan dan Bidang

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) untuk mengeksekusi kegiatan pelatihan dan

pengembangan karir perawat.

Dalam pelaksanaannya, kepala ruangan sebaiknya membuat sosialisasi

terlebih dahulu tentang sistem penilaian, instrumen penilaian dan indikator

penilaiannya. Kepala ruangan juga menyampaikan perencanaan yang akan

dilaksanakan beserta waktu dan caranya. Hal ini ditujukan agar perawat pelaksana

memiliki kesempatan memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan

kepemimpinan klinisnya. Selanjutnya, kepala ruangan melakukan penilaian

dengan objektif dan menampilkan hasil penialainnya agar transparan.

Perawat pelaksana merupakan objek yang akan dijadikan sasaran implikasi

penelitian ini. Untuk meningkatkan kemampuan kompetensi kepemimpinan

klinis, perawat pelaksana sebaiknya melakukan analisis terhadap diri sendiri

terkait kelebihan dan kekurangannya dilanjutkan pada perencanaan secara mandiri

terkait kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensinya yang berasal

dari Rumah Sakit (in house training) ataupun dari tempat diluar Rumah Sakit.

Selanjutnya perawat pelaksana merubah perilaku untuk meningkatkan kompetensi

kepemimpinan klinis terutama pada bagian-bagian yang lemah.

Universitas Sumatera Utara


154

Saran penelitian ini juga ditujukan pada pendidikan keperawatan. Hasil

penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan di perpustakaan yang dapat di

akses oleh semua orang sehingga memberi pemahaman baru terkait dengan

konsep kepemimpinan klinis, konsep kompetensi kepemimpinan klinis, dan

konsep perawat pelaksana di Rumah Sakit.

Hasil output penelitian ini berupa model kompetensi kepemimpinan klinis

perawat pelaksana sebagai panduan untuk melakukan implementasi penilaian

kemampuan kepemimpinan klinis perawat pelaksana ruang rawat inap di Rumah

Sakit. Peneliti bidang keperawatan mengembangkan penelitian metode kualitatif

dengan desain action research sehingga menambah ilmu dan wawasan agar

mudah dalam memahami dan melaksanakan penelitian yang membuat peneliti

menghasilkan temuan baru yang dapat digunakan.

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat mengukur dampak dari

penerapan model kompetensi kepemimpinan klinis. Hasil penelitian ini dapat

menjadi salah satu data riset keperawatan yang dapat dikembangkan sebagai

bahan masukan sehingga keterbatasan dapat diatasi pada siklus penelitian

selanjutnya. Penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan variabel lain seperti

kualitas asuhan keperawatan yang memiliki keterikatan dengan kompetensi

kepemimpinan klinis perawat pelaksana, sehingga menambah jumlah literature

terbaru dan sebagai tambahan informasi kepada para researcher.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

AACN. (2013). Competencies and Curricular Expectations for Clinical Nurse


Leader Education and Practice. http://www.aacn.nche.edu.

Abu Yahya, O., Ismaile, S., Allari, R. S., & Hammoudi, B. M. (2018). Correlates
of Nurses’ Motivation and Their Demographic Characteristics. Nursing
Forum. doi:10.1111/nuf.12291

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory: Utilization & Application. 5th edition.


United States: Mosby, an Imprint of Elsevier Inc. Retrieved from
www.pdfdrive.com.

Alnair, N.M.A., Malik, E.M., Ahmed, M.E., Abu, I.I.M. (2019). Training Needs
Assessment for Nurses in Sennar State, Sudan: Cross Sectional Study (1).
Science Journal of Public Health. Volume 7(4): 104-114. doi:
10.11648/j.sjph.20190704.1

Atef, M., Abdel-Baset, M., & El-henawy, I. (2015). Project Scheduling: Survey
and Research Potentials. International Journal of Computer Applications
Technology and Research Volume 4– Issue 4, 235 - 241, 2015, ISSN:- 2319–
8656

Athlin, E., Hov, R., Petzäll, K., & Hedelin, B. (2014). Being A Nurse Leader in
Bedside Nursing in Hospital and Community Care Contexts in Norway and
Sweden. Journal of Nursing Education and Practice. Vol. 4. No. 3.
http://dx.doi.org/10.5430/jnep.v4n3p234

Australian College of Nursing. (2015). Nurse Leadership. ACN: Canberra.

Bartosiewicz, A., Łuszczki, E., Ró ̇zanski, A., Nagórska, M. (2019). Analysis of


Determinants of Readiness for Professional Development Among Polish
Nurses. Int. J. Environ. Res. Public Health. Volume 16, 1800;
doi:10.3390/ijerph16101800

Bahreini, Masoud. Moattari, M., Ahmadi, F., Kaveh, M. H., Hayatdavoudy, P., &
Mirzaei, M. (2011). Comparison of Head Nurses and Parcticing Nurses in
Nurse Competence Assessment. Journal Nurse Midwifery Res. Summer,
16(3): 227-234.

Bender, M. (2015). Conceptualizing Clinical Nurse Leader Practice: An


Interpretive Synthesis. Journal of Nursing Management, 24(1), E23–E31.
doi:10.1111/jonm.12285

155

Universitas Sumatera Utara


156

Bender, M. (2016). Clinical Nurse Leader Integration Into Practice: Developing


Theory to Guide Best Practice. Journal of Professional Nursing, 32(1), 32–
40. doi:10.1016/j.profnurs.2015.06.007

Bender, M., L’Ecuyer, K., & Williams, M. (2019). A Clinical Nurse Leader
Competency Framework: Concept Mapping Competencies Across Policy
Documents. Journal of Professional Nursing.

Boniol, M., McIsaac, M., Xu, L., Wuliji, T., Diallo, K., & Campbell, J. (2019).
Gender equity in the health workforce: Analysis of 104 countries: Health
Workforce Working paper 1. Switzerland: WHO Document Production
Service

British Youth Council. (2018). Realising the Potential of Work Experience.


www.byc.org.uk

Büyükboyaci, M., & Robbett, A. (2018). Team Formation with Complementary


skills. Journal of Economics & Management Strategy.
doi:10.1111/jems.12296

Burns, D. (2009). Clinical Leadership for General Practice Nurse, Part I:


Precieved Needs. Practice Nursing, 20(9), p 466.

Casterle, B. D., Willemse, A., Verchueren, M. & Milisen, K. (2008). Impact of


Clinical Leadership Development on The Clinical Leader, Nursing Team and
Care Giving Process: A Case Study. Journal Nursing Management. 16:753-
763.

Ceballos, G.H., Fangmeyer, J., Galeano, N., Juarez, E., & Cantu-Ortiz, F.J.
(2016). Impelling Research Productivity And Impact Through Collaboration:
A Scientometric Case Study of Knowledge Management. Knowl Manage Res
Pract. Volume 15:346–355. DOI 10.1057/s41275-017-0064-8

Chávez, E. C., & Yoder, L. H. (2014). Staff Nurse Clinical Leadership: A


Concept Analysis. Nursing Forum, 50(2), 90–100. doi:10.1111/nuf.12100

Chesnay, M. D. (2014). Nursing Research Using Data Analysis: Qualitative


Designs and Methods in Nursing. New York: Springer Publishing Company

Contandriopoulos D, Duhoux A, LaroucheC, Perroux M (2016) The Impact of a


Researcher’sStructural Position on Scientific Performance: An Empirical
Analysis. Journal PLoS ONE 11(8). Doi:10.1371/journal.pone.0161281

Contino, D. S. (2004). Leadership Competencies: Knowledge, Skill, and


Aptitudes Nurses Need to Lead. Crit. Care Nurses. 2004; 24: 52–53.

Universitas Sumatera Utara


157

Cottingham, M. D., & Dill, J. (2019). Intergenerational Dynamics Among Women


and Men in Nursing. In Gender, Age and Inequality in the Professions:
Exploring the Disordering, Disruptive and Chaotic Properties of
Communication (pp. 58-75). Taylor and Francis Inc.

Cruz, J. P. (2016). Quality of Life and its Influence on Clinical Competence


Among Nurses: A Self-Reported Study. Journal of Clinical Nursing, 26(3-4),
388–399. doi:10.1111/jocn.13402

Carmey, M. (2009). Publich Health Nurse Perception of Clinical Leadership in


Ireland: Narrative Descriptions. Journal of Nursing Management. 17, 435-
445.

Daly, J., Jackson, D., Mannix, J., Davidson, P. M. & Hutchinson, M. (2014). The
Importance of Clinical Leadership in the Hospital Setting. Journal of
Healthcare Leadership. 6: 75-83.

Dall, T. M., Chakrabarti, R., Storm, M. V., Elwell, E. C., & Rayburn, W. F.
(2013). Estimated Demand for Women’s Health Services by 2020. Journal of
Women’s Health, 22(7), 643–648. doi:10.1089/jwh.2012.4119

Dawson, J. (2014). Staff Experience and Patient Outcomes: What Do We Know?.


NHS Employeers

Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan kementerian Riset,


Teknologi Dan Pendidikan Tinggi. (2018). Buku Panduan Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi Diera Industri 4.0. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi. ISBN : 978 –602 –70089 –3 –9

Efron, S. E., & Ravid, R. (2018). Writing Literature Review Practical Guide. New
York: The GuilFord Press

Ennis, G, Happell, B. & Reid-Searl, K. (2014). Clinical Leadership in Mental


Health Nursing: The Importance of a Calm and Confident Approach.
Perspectives of Psychiatric Care. 51, 57-62.

Erkus, G., & Dinc, L. (2018). Turkish Nurses’ Perceptions of Professional Values.
Journal of Professional Nursing, 34(3), 226–232.
doi:10.1016/j.profnurs.2017.07.011

Fealy, G.M., NcNamara, M.S., Casey, M., Deraghty, R., Butter, M., Halligan, P.,
Treacy, M. & Johnson, M. (2011). Barries to Clinical Leadership
Development Findings from a National Survey. Journal of Clinical Nursing.
20, 2023-2032

Universitas Sumatera Utara


158

Feliciano, E. E., Boshra, A.Y., Mejia, P.C.G., Feliciano, A.Z., Maniago, J.D.,
Alsharyah3, Malabanan, H.M.C., & Osman, A. (2019). Understanding
Philippines Nurses’ Competency in the Delivery of Healthcare Services. J
Pat Care. Volume 5:1. DOI: 10.4172/2573-4598.1000146

Flinkman, M., Leino-Kilpi, H., Numminen, O., Jeon, Y., Kuokkanen, L., &
Meretoja, R. (2016). Nurse Competence Scale: a systematic and psychometric
review. Journal of Advanced Nursing, 73(5), 1035–1050.
doi:10.1111/jan.13183

Hariyati, R.T.S., Igarashi, K., Fujinami, Y., Susilaningsih, S.S., & Prayenti.
(2017). Correlation between Career Ladder, Continuing Professional
Development and Nurse Satisfaction: A Case Study in Indonesia.
International Journal of Caring Sciences. Volume 10. Issue 3. Page 1490.

Hayre, C.M., & Muller, D. J. (2019). Enhancing Healthcare and Rehabilitation:


The Impact of Qualitative Research. New York: CRC Press

Husebø, S. E., & Olsen, Ø. E. (2019). Actual Clinical Leadership: A Shadowing


Study of Charge Nurses and Doctors On-Call in The Emergency Department.
Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine,
27(1). doi:10.1186/s13049-018-0581-3

Joseph, L., & Huber, D. L. (2015). Clinical leadership development and education
for nurses: prospects and opportunities. Journal of Healthcare Leadership,
55. doi:10.2147/jhl.s68071

Jeon, Y-H., Conway, J., Chenweth, L., Weise, J., Thomas. T.H.T. & Williams, A.
(2014). Validation of a Clinical Leadership Qualities Framework for
Managers in Aged Care: A Delphi Study, Journal of Clinical Nursing. Doi:
10.1111/jocn.12682.

Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2014). The action research planner:
Doing critical participatory action research. Singapore: Springer
Science+Business Media Singapore. Retrieved from www. bookfi.org

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan


RI Nomor 40 Tahun 2017 tentang Pengembangan Jenjang Karir Profesional
Perawat Klinis.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik


Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Angka Kreditnya.

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.


(2009). Blue Print Uji Kompetensi Perawat Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


159

Kieft, R., Brouwer, B., Francke, A. L. & Delnoij, D. (2014). How Nurses and
Their Work Enviroment Affect Patient Experiences of The Quality of Care: A
Qualitative Study. BMC Health Service Research. 14:249

Kuokkanen, L., Leino-Kilpi, H., Numminen, O., Isoaho, H., Flinkman, M., &
Meretoja, R. (2016). Newly Graduated Nurses’empowerment Regarding
Professional Competence Andother Work-Related Factors. BMC Nursing
15:22 DOI 10.1186/s12912-016-0143-9

Kristensen, N., Nymann, C., & Konradsen, H. (2015). Implementing Research


Results in Clinical Practice-The Experiences of Healthcare Professionals.
BMC Health Services Research, 16(1). doi:10.1186/s12913-016-1292-y

Lamb, A., Martin-Misener, R., Bryant-Lukosius, D., & Latimer, M. (2018).


Describing the leadership capabilities of advanced practice nurses using a
qualitative descriptive study. Nursing Open, 5(3), 400–413.
doi:10.1002/nop2.150

Larsson, I. E., & Sahlsten, M. J. M. (2016). The Staff Nurse Clinical Leader at the
Bedside: Swedish Registered Nurses’ Perceptions. Nursing Research and
Practice, 2016, 1–8. doi:10.1155/2016/1797014

Lee, A. T., & Pickard, A.S. (2013). Developing a Protocol for Observational
Comparative Effectiveness Research: A User’s Guide. Agency for Healthcare
Research and Quality

Lee, B.-S., Eo, Y.-S., & Lee, M.-A. (2015). Leadership Experience of Clinical
Nurses: Applying Focus Group Interviews. Journal of Korean Academy of
Nursing, 45(5), 671. doi:10.4040/jkan.2015.45.5.671

Leigh, J.A., Wild, J., Hynes, C., Wells, S., Kurien, A., Rutherford, J., Rosen, L.,
Ashcroft, T. & Hartley, V. (2014). Transforming Community Services
Through the Use of a Multidimensional Model of Clinical Leadership.
Journal of Clinical Nursing. 24, 749-760.

Li, J., Han, X., Zhang, X., & Wang, S. (2019). Spatiotemporal evolution of
globalpopulation ageing from 1960 to 2017. BMC Public Health. Volume 19.
Page 127 https://doi.org/10.1186/s12889-019-6465-2

LoBiondo-Wood, G., & Haber, J. (2014). Nursing Research: Methods and


Critical Appraisal for Evidence-Based Practice. 8th Edition. China: Elsevier
Mosby.

Loiselle, C. G., Profetto-McGrath, J., Polit, D. F., & Beck, C. T. (2011). Canadian
essentials of nursing research. 2nd Edition. China: Lippincott Williams &
Wilkins. Retrieved from www.bookfi.org

Universitas Sumatera Utara


160

Mannix, J., Wilkes, L. & Daly, J. (2013). Attributes of Clinical Leadership in


Contemporarry Nursing: An Integrative Review, Contemporary Nurse, 45(1),
10-21.

Mannix, J., Wilkes, L. & Daly, J. (2015). Good Ethics and Moral Standing: A
Qualitative Study of Aesthetic Leadership in Clinical Nursing Practice.
Journal of Clinical Nursing. 24, 1603-1610.

Mathieson, A., Grande, G., & Luker, K. (2018). Strategies, facilitators and
barriers to implementation of evidence-based practice in community nursing:
a systematic mixed-studies review and qualitative synthesis. Primary Health
Care Research & Development, 1–11. doi:10.1017/s1463423618000488

McNamara, M.S., Fealy, G.M., Casey, M., Geragthy, R., Johnson, M., Halligan,
P., . . . Trecy, M., Butler, P. (2011). Boundary Matters: Clinical Leadership
and the Distinctive Disciplinary Contribution of Nursing to Multidisciplinary
Care. Journal of Clinical Nursing. 20(23/24), 3502-3512.

McNiff, J. (2016). Writing Up Your Action Research Project. New York:


Routledge

Mirlashari, J., Qommi, R., Nariman, S., Bahrani, N., & Begjani, J. (2016).
Clinical Competence and Its Related Factorsof Nurses in Neonatal Intensive
Care Units. Journal of Caring Sciences. Volume 5(4), page 317-324.
doi:10.15171/jcs.2016.033

Moeheriono. (2010). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Mohammed Ahmed, M., & Ahmed, B. (2019). Socio-Demographic Factors And


Job Performance Among Nurses In Murtala Mohammed Specialist Hospital
Kano, Nigeria. International Journal of Innovative Research and Advanced
Studies. Volume 6 Issue 7.

National Health Service. (2012). A Framework to Develop Leadership Potential.


Journal of Nursing Management, 18: 29-32.

National Health Service Leadership Academy. (2012). The Leadership


Framework Self Assesment tool. Coventry House, University of Warwick
Campus, Coventry, CV4 7AL.

Nor, N.N.F.M. (2018). Trend of Ageing Population: Literature Review. Vol. 13,
No.2 Page 116-130,ISSN: 1823-884x

Nzinga, J., McGivern, G., & English, M. (2018). Examining Clinical Leadership
in Kenyan Public Hospitals Through the Distributed Leadership Lens. Health
Policy and Planning, 33(suppl_2), ii27–ii34. doi:10.1093/heapol/czx167

Universitas Sumatera Utara


161

Onyango, O.J. & Wanyoike, D.M. (2014). Effects Of Training On Employee


Performance: A Survey of Health Workers in Siaya County, Kenya.
European Journal of Material Sciences. Vol.1, No.1, PP.11-15.

Okafor C.N., Ofobruku S.A., Obi-Anike, H.O., Agbaeze, E.K. (2019). An


Investigation Of The Effect Of Human Capital Development On Employees’
Performance In Nigeria Public Hospitals: A Study Of The Federal Medical
Hospital Keffi. Academy of Strategic Management Journal. Volume 18, Issue
4

Patrick, A. Spence Laschinger, H., Wong, C. & Finegan. (2011). Developing and
Testing a New Measure of Staff Nurse Clinical Leadership: The Clinical
Leader Survey. Journal of Nursing Management. 19, 449-460.

Pepin, J., Dubois, S., Girard, F., Tardif, J. & Ha, L. (2010). A Cognitive Learning
Model of Clinical Nursing Leadership. Nurse Education Today. 31, 268-273.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia., (2005). Standar Komptensi Perawat


Indonesia.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2010). Essential of Nursing Research: Appraising


Evidence for Nursing Practice. 7th Edition. China: Lippincott Williams &
Wilkins. Retrieved from www. bookfi.org

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. 9th Edition. China: Lippincott Williams &
Wilkins. Retrieved from www. bookfi.org

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2014). Essential of Nursing Research: Appraising


Evidencen for Nursing Practice. 9th Edition. China: Lippincott Williams &
Wilkins. Retrieved from www. bookfi.org

Schadenhofer, P., Kundi, M., Abrahamian, H., Stummer, H., & Kautzky-Willer,
A. (2017). Influence of Gender, Working Field and Psychosocial Factors on
The Vulnerability for Burnout in Mental Hospital Staff: Results Of An
Austrian Cross-Sectional Study. Scandinavian Journal of Caring Sciences,
32(1), 335–345. doi:10.1111/scs.12467

Schroeter. (2008). Competency Literature Review. Competency & Credentialing


Institute.

Sendawula, K., Kimuli, S.N., Bananuka3, J., & Muganga, G.J. (2018). Training,
Employee Engagement and Employee Performance: Evidence from Uganda’s
Health Sector. Cogent Business & Management, 5: 1470891.
doi.org/10.1080/23311975.2018.1470891

Universitas Sumatera Utara


162

Sherman, R. O., Bishop, M., Eggenberger, T. & Karden, R. (2007). Development


of A Leadership Competency Model. Journal Nursing Administration. 37:85-
94.

Sibandze, B. T., & Scafide, K. N. (2017). Among Nurses, How Does Education
Level Impact Professional Values? A Systematic Review. International
Nursing Review, 65(1), 65–77. doi:10.1111/inr.12390

Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar: Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC

Simamora, R. H. (2013). Upaya Pembinaan Perawat di RS Ngesti Waluyo


Perakan Temanggung Jawa Tengah. Jurnal Keperwatan Soedirman, 8(2)

Stanley, D. (2014). Clinical Leadership Characteristics Confirmed. Journal of


Research in Nursing, 19(2), 118-128.

Stanley, D. (2017). Clinical leadership in Nursing and Healthcare: Values into


Action. Wiley Blackwell, Oxford.

Stanley, D., Latimer, K. & Atkinson, J. (2014). Perceptions of Clinical Leadership


in an Aged Care Residential Facility in Perth, Western Australia, Health
Care: Current Reviews. http://dx.doi.org/10.4172/hccr.1000122

Stanley, D., & Stanley, K. (2018). Clinical Leadership and Nursing Explored: A
Literature Search. Journal of Clinical Nursing. Volume 27(9-10), 1730–1743.
doi:10.1111/jocn.14145

Starkweather, A. R., Colloca, L., Dorsey, S. G., Griffioen, M., Lyon, D., & Renn,
C. (2019). Strengthening Inter and Intraprofessional Collaborations to
Advance Biobehavioral Symptom Science. Journal of Nursing Scholarship,
51(1), 9–16. doi:10.1111/jnu.12456

Stanton, E. Lemer, C. & Mountford, J. (2010). Clinical Leadership: Bridging the


Divide, Quay Books, London.

Stavrianopoulos, T. (2012). The Clinical Nurse Leader. Health Science Journal.


6(3), 392-401.

Stoddart, K. Bugge, C. Shepherd, A. & Farquharson, B. (2014). The New Clinical


Leadership Role of Senior Charge Nurses: A Mixed Methods Study of Their
Views and Experience. Journal of Nursing Management. 22, 49-59.

Supamanee, T., Krairiksh, M., Singhakhumfu, L. & Turale, S. (2011). Preliminary


Clinical Nursing Leadership Competency Model: A Qualitative Study from
Thailand. Nursing and Health Sciences. 13, 433-439.

Universitas Sumatera Utara


163

Streubert, H. J., & Carpenter, D. R. (2011). Qualitative Research in Nursing:


Advancing the Humanistic Imperative. 5th ed. China; Lippincott Williams &
Wilkins. Retrieved from www. bookfi.org

Swanwick & McKimm (2011). ABC of Clinical Leadership. London: Wiley-


Blackwell.

Tappen, R. (2016). Advanced Nursing Research from Theory to Practice. 2nd


Edition. United States of America: Jones & Bartlett Learning. Retrieved from
www.bookfi.org

Uthaman, T., Chua, T. L., & Ang, S. Y. (2015). Older nurses: A literature review
on challenges, factors in early retirement and workforce retention.
Proceedings of Singapore Healthcare, 25(1), 50–55.
doi:10.1177/2010105815610138

Venturato, L. & Drew, L. (2010). Beyond ‘Doing’: Supporting Clinical


Leadership and Nursing Practice in Aged Care Through Innovative Models of
Care. Contemporary Nurse. 35(2), 157-170.

Vigil, J. M., Coulombe, P., Alcock, J., Stith, S. S., Kruger, E., & Cichowski, S.
(2017). How nurse gender influences patient priority assignments in US
emergency departments. PAIN, 158(3), 377–382.
doi:10.1097/j.pain.0000000000000725

Wessel, K. B. (2015). How an aging population is transforming nursing. Nursing,


45(6), 52–55. doi:10.1097/01.nurse.0000461856.1069

Winchester, C. L., & Salji, M. (2016). Writing a literature review. Journal of


Clinical Urology, 9(5), 308–312. doi:10.1177/2051415816650133

Won, H. (2015). Clinical leadership of Staff Nurse: A Phenomenological Study.


Indian Journal of Science and Technology, 8(26), 1-4.

Wong, C. A., Cummings, G. G. (2007). The Relationship Between Nursing


Leadership and Patient Outcomes: A Systematic Review. Journal Nursing
Management, 15:508-521.

Wood, M. J., & Ross-Kerr, J. C. (2011). Basic steps in planning nursing research:
From question to proposal. United States of America: Jones & Bartlett
Learning. Retrieved from www. bookfi.org

Yin, R. K. (2011). Qualitative Research from Start to Finish. New York: The
Guilford Press. Retrieved from www. bookfi.org

Zarshenas, L., Sharif, F., Molazem, Z., Khayyer, M., Zare, N., & Ebadi, A.
(2014). Iran J Nurs Midwifery Res. Volume 19(4): 432–438.

Universitas Sumatera Utara


164

Zhao, M., & Ji, Y. (2014). Challenges of Introducing Participant Observation to


Community Health Research. ISRN Nursing, 2014, 1–7.
doi:10.1155/2014/802490

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arieny Rizafni


Tempat/Tanggal Lahir : Gunungsitoli, 01 Juni 1988
Alamat : Jl. Supomo, No. 24, Gunungsitoli
Nomor Hp : 0852 2062 0606
Email : arienyrizafni@gmail.com

Riwayat Pendidikan Formal:

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus


SD SD Negeri 070976 Gunungsitoli 1999
SMP SMP Negeri 7 Gunungsitoli 2002
SMA SMA Negeri 1 Gunungsitoli 2005
Diploma National Institute of Information 2008
Technology & Telkom Center
Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 2015
Sumatera Utara
Pendidikan Profesi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 2016
Sumatera Utara
Magister Universitas Sumatera Utara 2019

Riwayat Pendidikan Non Formal, Seminar, dan Pelatihan:

Seminar Penelitian Kualitatif dan Workshop Analisis Data 2017


dengan Content Analysis & Weft-QDA
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah dan Sosialisasi Peraturan 2017
Rektor USU Nomor 6 Tahun 2017

Seminar Keperawatan Standar Nasional Akreditasi Rumah 2018


Sakit (SNARS) Edisi 1 Tahun 2018 dalam Keperawatan

Panitia pada Seminar Keperawatan Aplikasi Caring Skill di 2018


Rumah Sakit

Peserta pada Seminar International Health Environment and 2018


Technology in Caring Science Conference

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


PENJELASAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Arieny Rizafni


NIM : 177046039
Mahasiswa : S2 Keperawatan Administrasi Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Judul Penelitian : Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan
Klinis Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara
Tujuan : Melakukan Pengembangan Model Kompetensi
Penelitian Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana Ruang
Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara
Memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
secara sukarela. Bapak/Ibu berhak untuk menetapkan sikap dan keputusan untuk
tetap berpartisipasi dalam penelitian ini atau mengundurkan diri karena alasan
tertentu. Saya harapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini
berdasarkan pendapat Bapak/Ibu tanpa dipengaruhi orang lain. Saya akan
menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang
Bapak/Ibu berikan akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan
dan tidak dipergunakan untuk maksud lain.
Bila ada hal yang ingin diketahui lebih lanjut Bapak/Ibu dapat
menghubungi saya di nomor Hp : 085220620606. Melalui penjelasan yang
singkat ini saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu, peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan, 2019
Peneliti,

Arieny Rizafni

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi

partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Magister

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang bernama Arieny Rizafni dengan

judul “Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat

Pelaksana di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara”. Saya memahami dan

mengerti bahwa penelitian ini tidak berdampak buruk terhadap saya, maka dari

itu saya bersedia menjadi partisipan penelitian.

Medan, 2019

Partisipan,

……………………………………...
No. Hp/Telp:

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian

1. Isilah titik-titik di bawah ini dan berilah tanda cheklist (√) pada salah satu
tanda kurung ( ) sesuai dengan jawaban yang menurut anda benar.
2. Bila ada yang kurang dimengerti Bapak/Ibu, dapat dipertanyakan pada
peneliti

Kode (diisi peneliti) : ..........

1. Umur : ............tahun

2. Jenis kelamin : ……………..

3. Pengalaman kerja :

( ) < 2 tahun

( ) > 2 tahun

4. Pendidikan terakhir:

( ) S1 Keperawatan

( ) Ners

( ) S2 Keperawatan

( ) S2 .......................

5. Pelatihan yang pernah di ikuti:


1. .........................
2. .........................
3. ..........................
4. ..........................

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER PENGETAHUAN
TENTANG MODEL KOMPETENSI KEPEMIMPINAN KLINIS

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER:


1. Pengisian kuisioner ini dilakukan dengan cara memberikan tanda silang (x)
pada salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling tepat.
2. Setiap pernyataan hanya memiliki satu jawaban.
3. Setelah mengisi jawaban pada kuisioner ini, mohon diperiksa kembali agar
pertanyaan yang belum terisi tidak terlewat (kosong).

Hari/Tgl :................................. No. Responden


:..........

1. Kepemimpinan klinis merupakan:


a. Seorang pejabat struktural yang memiliki kompetensi profesional untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan
b. Seorang pejabat fungsional yang memiliki kompetensi profesional untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk meningkatkan layanan
keperawatan.
c. Seorang klinisi yang memiliki kompetensi profesional untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk meningkatkan layanan
keperawatan
2. Suatu kemampuan yang inovatif dan kreatif dapat bekerja sama dalam tim
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien disebut:
a. Kepemimpinan
b. Kompetensi kepemimpinan
c. Kepemimpinan klinis
3. Salah satu karateristik kepemimpinan klinis perawat adalah:
a. Perawat yang memiliki jabatan struktural
b. Perawat yang memiliki jabatan fungsional
c. Perawat yang memiliki kompetensi dan pengetahuan klinis
4. Perawat yang memiliki sikap percaya diri yang mampu memberdayakan
orang lain disebut:
a. Motivator
b. Approachability (kedekatan)
c. Dukungan
5. Manfaat kepemimpinan klinis, adalah;
a. Meningkatkan kualitas layanan keperawatan dan keselamatan pasien
b. Mendapatkan posisi jabatan pada sturktur organisasi rumah sakit
c. Mendapatkan posisi sebagai kepala ruangan di unit pelayanan kesehatan

Universitas Sumatera Utara


6. Ada 3 level pengembangan kepemimpinan klinis perawat, yaitu;
a. Level personal, level tim, level proses
b. Level personal, level tim, level organisasi
c. Level personal, level tim, level komunitas
7. Manfaat pengembangan kepemimpinan klinis perawat level personal, adalah:
a. Memiliki kesadaran diri, keterampilan berkomunikasi, kinerja, dan visi
b. Memiliki kemampuan komunikasi interprofesional dan tanggung jawab
c. Meningkatkan kualitas perawatan patient center care, continous care dan
berkolaborasi interdisipliner
8. Defenisi kompetensi adalah:
a. Kemampuan yang spesifik terkait konsep, tindakan dan melaksanakan
sesuai dengan ketetapan standar
b. Kemapuan kemampuan yang spesifik terkait konsep dan tindakan sesuai
dengan standar yang dapat diobservasi dan dinilai
c. Kemampuan yang spesifik yang mencakup pengetahuan, keterampilan
dalam menyelesaikan sesuatu.
9. Kompetensi perawat adalah:
a. Kemampuan perawat dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan
sesuai standar dalam memberikan pelayanan keperawatan.
b. Kemampuan perawat dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan
sesuai standar yang dapat diobservasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan
c. Kemampuan perawat dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan undang-undang keperawatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan
10. Pengukuran kompetensi perawat di Indonesia berdasarkan Blue Print Uji
Kompetensi Perawat Indonesia (2009) terdiri dari 3 aspek, meliputi:
a. Pengetahuan, keterampilan dan sikap
b. Pengetahuan, keterampilan, dan evidence based,
c. Pengetahuan, evidence based, dan keterampilan
11. Kompetensi perawat yang dikeluarkan oleh PPNI tahun 2005, dikelompokkan
menjadi 3 ranah utama. Kepemimpinan klinis masuk ke dalam ranah:
a. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
b. Permberian dan manajemen asuhan keperawatan
c. Pengembangan profesional
12. Perawat memiliki jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan layanan keperawatan.
Kebijakan pemerintah tercantum dalam:
a. Permenkes No. 40 tahun 2017
b. Permenpan RB No. 25 tahun 2014
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2014

Universitas Sumatera Utara


13. Komponen kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana, antara lain:
a. Kualitas individu dan menciptakan visi
b. Kualitas individu dan mengembangkan strategi
c. Kualitas individu dan bekerja dalam tim
14. Kompetensi kepemimpinan klinis domain kualitas individu tergambar pada
perawat pelaksana dengan menunjukkan efektivitas dalam:
a. Pengembangan kesadaran diri, manajemen diri, dan tindakan dengan
berintegritas
b. Pengembangan kesadaran diri, manajemen diri, dan pengembangan
jejaring
c. Pengembangan kesadaran diri, manajemen diri, dan membangun dan
mempertahankan hubungan.
15. Kompetensi kepemimpinan klinis domain manajemen asuhan keperawatan,
menunjukkan perawat harus efektif dalam:
a. Perencanaan dan pelaksanaan
b. Perencanaan dan manajemen kinerja
c. Manajemen kinerja dan mendorong perbaikan dan inovasi
16. Perawat pelaksana berkonstribusi terhadap strategi, aspirasi dan bertindak
dengan perilaku yang konsisten yang merupakan domain kompetensi
kepemimpinan klinis?
a. Pengembangan pelayanan keperawatan
b. Kemampuan change agent
c. Kerja sama
17. Kompetensi kepemimpinan klinis perawat masuk ke dalam kerangka kerja?
a. Prinsip asuhan keperawatan
b. Kepemimpinan dan manajemen
c. Peningkatan kualitas
18. Menurut Faye Gleen Abdellah, keperawatan didasari pada:
a. Kesehatan individu, caring, cerdas, dan kompeten
b. Seni dan ilmu yang membentuk sikap, kompetensi intelektual dan
keterampilan teknis
c. Emosional, sosiologis dan kebutuhan fisik sebagai pola dinamis dalam
berinteraksi.
19. Menurut Faye Gleen Abdellah, ada berapa keterampilan perawat?
a. 10
b. 11
c. 21
20. Kompetensi kepemimpinan klinis perawat dimiliki oleh:
a. Seluruh perawat
b. Kepala ruangan dan ketua tim
c. Perawat pelaksana

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR OBSERVASI
TENTANG KEPEMIMPINAN KLINIS PERAWAT PELAKSANA

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER:


1. Pengisian kuisioner ini dilakukan dengan cara memberikan tanda silang (x)
pada salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling tepat.
2. Setiap pernyataan hanya memiliki satu jawaban.
3. Setelah mengisi jawaban pada kuisioner ini, mohon diperiksa kembali agar
pertanyaan yang belum terisi tidak terlewat (kosong).

Hari/Tgl :................................. No. Responden :.........


No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Mengikuti pelatihan lebih dari 3 kali dalam
setahun terakhir
2 Menjadi motivator pada teman sejawat
3 Melakukan komunikasi efektif
4 Melaksanakan edukasi terhadap pasien dan
keluarga
5 Mengisi CPPT dengan lengkap
6 Dapat mengambil keputusan
7 Menjadi role model
8 Melakukan pengkajian berdasarkan SPO
9 Bersikap critical thinking
10 Melaksanakan monitoring tindakan asuhan
keperawatan
11 Melaksanakan evaluasi tindakan asuhan
keperawatan
12 Melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatan
lain (dokter, ahli gizi, farmasi)
13 Bekerja sama dalam kerja tim
14 Menjadi change agent
15 Melakukan penanggulanan risiko keselamatan
pasien/keluarga
16 Melakukan deteksi dini terhadap
pasien/keluarga
17 Melakukan penggulangan resiko keselamatan
pasien
18 Memenuhi kebutuhan spiritual pasien
19 Menciptakan suasana aman dan nyaman
terhadap pasien
20 Melakukan promosi kesehatan

Universitas Sumatera Utara


PANDUAN WAWANCARA FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

Judul Penelitian :

Pengembangan Model Kompetensi Kepemimpinan Klinis Perawat Pelaksana


Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

A. Identitas partisipan
Inisial partisipan :
Hari/tanggal :
Tempat FGD :

B. Pendahuluan
Perkenalan (dilakukan dengan pendekatan interpersonal)
1. Mengucapkan salam dan terima kasih atas kesediannya untuk hadir
2. Memperkenalkan diri sebagai fasilitator dan pengamat FGD
3. Memberikan penjelasan tentang maksud serta tujuan dari FGD
4. Meminta kesediaan waktu kepada peserta untuk mengikuti FGD
5. Meminta peserta untuk dapat mengemukakan pendapat secara terbuka dan
bebas, apa adanya. Yang ingin diperoleh adalah bermacam-macam pendapat
peserta, bukan untuk mencari kesepakatan. Semua yang peserta kemukakan
pada diskusi akan dijaminan kerahasiaannya dan hanya untuk kepentingan
penelitian saja
6. Meminta izin untuk merekam proses FGD
7. Perkenalan dengan peserta

C. Pertanyaan FGD
1. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan klinis?
2. Siapa saja yang harus memiliki kepemimpinan klinis?
3. Menurut Anda, apakah seluruh kemampuan yang dimiliki perawat
merupakan kompetensi?
4. Menurut anda, apa itu kompetensi
5. Menurut Anda, apa saja yang menjadi kompetensi kepemimpinan klinis
perawat pelaksana?
6. Menurut Anda, apakah kompetensi kepemimpinan klinis perawat
pelaksana dapat diukur?
7. Hal-hal apa saja yang mempermudah & mempersulit pengembangan
kompetensi kepemimpinan klinis perawat pelaksana?
8. Apa yang menjadi harapan Anda terhadap pengembangan kompetensi
kepemimpinan klinis perawat pelaksana?

Universitas Sumatera Utara


Field Notes

Kode Partisipan:
Tempat: Waktu:
Mulai:
Selesai:
Suasana tempat saat akan dilakukan kegiatan:

Gambaran partisipan saat dilakukan kegiatan:


a. Posisi:

b. Non-verbal:

Gambaran respon partisipan selama kegiatan berlangsung:

Gambaran suasana tempat selama kegiatan berlangsung:

Respon partisipan saat terminasi:

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

BIODATA EXPERT

Universitas Sumatera Utara


EXPERTISE PENELITIAN

Nama : Liberta Lumbantoruan, S.Kp., M.Kep


NIP : 19690816 199703 2 002
Institusi Kerja : Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit H. Adam Malik

Nama : Resmi Masdelina Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP : 19691018 199303 2 001
Institusi Kerja : Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit H. Adam Malik

Nama : Sabarina Sitepu, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP : 19680510 199303 2 001
Institusi Kerja : Case Manager Pusat Jantung Terpadu
Rumah Sakit H. Adam Malik

Nama : Roslina, SKM., S.Kep., Ns., M.Kep


NIP : 19690720 200502 2 001
Institusi Kerja : Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3

IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan FGD Awal (Tahap Reconnaissance)

Diskusi Tentative Model Tim Perumus (Tahap Acting)

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan FGD Tentative Models (Tahap Acting)

Pelaksanaan Sosialisasi dan Rencana Implementasi (Tahap Acting)

Pelaksanaan Sosialisasi Perawat Pelaksana (Tahap Acting)

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan Sosialisasi dan Implementasi Ruangan (Tahap Acting)

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan FGD Tahap Reflecting (Akhir Penelitian)

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5

LEMBAR KONSUL

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai