SKRIPSI
oleh
SITI ZULAIKHA
NIM G41151266
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
Kesehatan (S.Tr. Kes) di Program Studi Rekam Medik Jurusan Kesehatan
oleh
SITI ZULAIKHA
NIM G41151266
ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIDKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
JURUSAN KESEHATAN
Ketua Penguji,
Mengetahui,
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
HALAMAN MOTTO
“Kejujuran, Kedisiplinan, Ikhtiar, dan Doa tidak akan membohongi sebuah hasil”
(Siti Zulaikha)
“Adalah kebodohan jika kita melakukan hal yang sama berulang kali dan
menunggu hasil yang berbeda”
(Albert Einstein)
v
HALAMAN PERNYATAAN
Siti Zulaikha
NIM G41151266
vi
The Causal Factor of The Returning Care Claim Document by Health
Insurance at Mitra Sehat Hospital in Situbondo (Siti Zulaikha)
Siti Zulaikha
Medical Record Study Program
Department of Health
ABSTRACT
Health refund was an essential thing of JKN implementation which was
implemented in the hospital by health insurance through claim submission.
Nevertheless, those proposed files was not always stated as qualified by health
insurance so that the claim document was returned. It happened at Mitra Sehat
hospital in Situbondo, the claim document was returned by health insurance. The
impact of claim file return was queue claim and diagnose rates decline. The
purpose of this research was to know the causal factor of inpatient claim
document return by health insurance at Mitra Sehat hospital in Situbondo. The
kind of research that is used by the researcher is qualitative, data collecting
through interview toward 5 informants, observation, and documentation. The
result of this research showed that cause of claim document return was caused by
incomplete claim document and coding rule in corresponding. The incomplete of
checklist existence, small of room claim, no SOP claim, scanner less and human
resource, unimplemented claim implementation monitoring suggestion to
minimize the returning claim document was implemented a direction toward claim
officer intensively, room utilization maximally, file racks providing, physician
query providing, SOP claim preparation, scanner and human resource addition
and meeting implementation routinely.
vii
Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Klaim Rawat oleh BPJS Kesehatan
di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo (Siti Zulaikha)
Siti Zulaikha
Program Studi Rekam Medik
Jurusan Kesehatan
ABSTRAK
viii
RINGKASAN
ix
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor penyebab
pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan di Rumah Sakit
Mitra Sehat Situbondo. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan denganmelakukan wawancara mendalam, observasi,
dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah berkas yang dikembalikan
hampir setiap bulannya terjadi dengan rata-rata sebesar 13.065% dari 595 berkas
yang diklaimkan. Petugas pendaftaran sering salah dalam menginputkan tanggal
masuk dan keluar pada SEP sehingga berkas harus dikembalikan. Petugas koding
juga menyatakan bahwa petugas masih sering terjadi kekeliriuan entri berkas
klaim yang tidak layak seperti kasus KLL yang tidak ditanggung oleh BPJS
Kesehatan. Petugas koding masih kebingungan untuk membedakan mana yang
termasuk kasus KLL dan mana yang tidak termasuk kasus KLL. Berdasarkan
faktor human terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah kurangnya
pemahaman tentang regulasi kelengkapan berkas klaim, rata-rata karyawan masih
baru sehingga belum ada pengalaman, dan kurangnya jumlah verifikator internal.
Berdasarkan faktor organization terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah
berkas hilang karena rak/kerabjang berkas klaim tidak ada dan ruangan sempit
sehingga sesak apabila melakukan proses pengecekan berkas klaim. Berdasarkan
faktor technology terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah kurangnya
scanner dan karyawan masih belum bisa mengatasi terjadinya error sehingga
apabila terjadi error hingga 2 hari akan menghambat kerja input data
Berdasarkan faktor planning terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah
belum optimalnya SOP pengisian berkas rekam medis, tidak ada sosialisasi
pengisian rekam medis, dan belum ada SOP kelengkapan berkas klaim.
Berdasarkan faktor organizing terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah
belum optimal keterlibatan antara dokter, perawat, dan perekam medis, belum
jelas dan rinci job description-nya. Berdasarkan faktor actuating terkait
ketidaklengkapan berkas klaim adalah belum ada reward dan punishment,
pengarahan hanya pada saat awal bekerja saja. Berdasarkan faktor controlling
terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah belum diadakan rapat rutin minimal
6 bulan atau 1 tahun sekali sehingga tidak ada kebijakan baru.
x
Koding yang tidak sesuai menurut BPJS Kesehatan yaitu N20.2 (Batu
saluran kencing+ISK), K30 (Dispepsia), A16.0 (TB+PPOK), A09
(GEA+Thypoid), K81.9 (Cholecystitis + cholelithiasis). Berdasarkan faktor
human terkait ketidaksesuaian kaidah koding adalah belum paham tentang
regulasi diagnosa apa saja yang dapat diklaimkan ke BPJS Kesehatan, kurang
pahamnya clinical pathway dan terminologi medis, kurangnya keterampilan
membaca tulisan dokter. Berdasarkan faktor organization terkait ketidaksesuaian
kaidah koding adalah kurang konsentrasinya karyawan dalam bekerja karena
ruangan sempit. Berdasarkan faktor technology terkait ketidaksesuaian kaidah
koding adalah belum bridging antara v-klaim dan e-klaim. Berdasarkan faktor
planning terkait ketidaksesuaian kaidah koding adalah tidak mengetahui SOP
pengkodingan, belum ada sosialisasi SOP, dan tidak ada rencana strategis terkait
pengembalian berkas klaim karena ketidaksesuaian kaidah koding. Berdasarkan
faktor organizing terkait ketidaksesuaian kaidah koding adalah ruangan sempit.
Berdasarkan faktor actuating terkait ketidaksesuaian kaidah koding adalah tidak
ada reward dan punishment, dan pengarahan hanya pada saat awal bekerja saja.
Berdasarkan faktor controlling terkait ketidaksesuaian kaidah koding adalah
belum ada rapat rutin untuk evaluasi program sehingga nantinya akan muncul
kebijakan baru. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah pembuatan SOP
pengklaiaman, sosialisasi SOP, penambahan karyawan, pengajuan proposal untuk
pelebaran ruangan, penambahan scanner, memperjelas job description, membuat
checklist, diadakan reward seperti penambahan hari cuti atau hadiah kecil setiap
tahunnya dan punishment seperti peringatan baik secara lisan maupun tertulis.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi
yang berjudul “Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Klaim Rawat Inap oleh
BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo” dengan baik dan lancar.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Saiful Anwar, S. TP. MP, selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Sustin Farlinda, S. Kom., MT, selaku Ketua Jurusan Kesehatan.
3. Faiqatul Hikmah, S.KM., M. Kes, selaku Ketua Program Studi Rekam
Medik yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
melanjutkan studi dan membantu dalam proses pendidikan.
4. Rossalina Adi Wijayanti, S. KM., M.Kes, selaku pembimbing yang telah
memberikan motivasi, kesempatan, dan waktunya untuk membimbing
peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Keluarga dan saudara – saudara yang memberikan dukungan dan motivasi
untuk memperlancar terselesainya skripsi ini.
6. Teman–teman Program Studi Rekam Medik Politeknik Negeri Jember
angkatan 2015 yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
Skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi
maupun cara penyusunannya. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
xii
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 27 Mei 2019
Yang menyatakan,
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
RINGKASAN ....................................................................................................... ix
PRAKATA ........................................................................................................... xii
PERNYATAAN .................................................................................................. xiii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xxv
xiv
2.1.1 Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Taliana D. Malonda 8
2.1.2 Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Estri Aditya Pradani 8
2.2 State of the Art .................................................................................... 9
2.3 Rumah Sakit ...................................................................................... 10
2.3.1 Definisi Rumah Sakit .............................................................. 10
2.3.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................. 11
2.3.3 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit.......................................... 12
2.4 Rekam Medis .................................................................................... 14
2.4.1 Definisi Rekam Medis ............................................................ 14
2.4.2 Aspek Rekam Medis ............................................................... 14
2.5 BPJS Kesehatan ................................................................................ 15
2.5.1 Definisi BPJS Kesehatan ........................................................ 15
2.5.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan ............................................... 16
2.6 Klaim................................................................................................. 17
2.6.1 Definisi Klaim......................................................................... 17
2.6.2 Jenis Klaim ............................................................................. 18
2.6.4 Verifikasi di Kantor (Vedika) ................................................. 19
2.6.5 Penting dan Dampak Klaim BPJS Kesehatan......................... 45
2.6.6 Indikator Penelitian ................................................................. 45
2.7 Pohon Masalah .................................................................................. 51
2.7.1 Definisi Pohon Masalah .......................................................... 51
2.7.2 Tujuan Pembuatan Pohon Masalah......................................... 52
2.7.3 Langkah Pembuatan Pohon Masalah ...................................... 52
2.7.4 Kelebihan dan Kekurangan Pohon Masalah ........................... 54
2.7.5 Kekurangan Pohon Masalah ................................................... 55
2.8 Brainstorming ................................................................................... 55
2.9 Kerangka Konsep .............................................................................. 58
xvi
4.5 Identifikasi Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Berkas Klaim Rawat
Inap Berdasarkan Faktor Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling ..................................................................................... 123
4.5.1 Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Berkas Klaim Rawat Inap
dari Segi Planning ................................................................ 123
4.5.2 Faktor Penyebab Level Kedua dari Segi Organizing
Berdasarkan Penyebab Level Pertama Ketidaklengkapan
Berkas Klaim Rawat Inap..................................................... 128
4.5.3 Faktor Penyebab dari Segi Actuating Berdasarkan
Ketidaklengkapan Berkas Klaim Rawat Inap ...................... 133
4.5.4 Faktor Penyebab dari Segi Controlling Berdasarkan
Ketidaklengkapan Berkas Klaim Rawat Inap ...................... 138
4.6 Identifikasi Koding yang Tidak Sesuai Menurut BPJS Kesehatan
sehingga Terjadi Pengembalian Berkas Klaim Rawat Inap di RS
Mitra Sehat Situbondo ................................................................... 141
4.7 Identifikasi Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kaidah Koding
Berdasarkan Faktor Human, Technology, dan Organization ........ 144
4.7.1 Faktor Penyebab dari Segi Human Berdasarkan Penyebab
Ketidaksesuaian Kaidah Koding .......................................... 144
4.7.2 Faktor Penyebab dari Segi Organization Berdasarkan
Penyebab Ketidaksesuaian Kaidah Koding .......................... 154
4.7.3 Faktor Penyebab dari Segi Technology Berdasarkan Penyebab
Ketidaksesuaian Kaidah Koding .......................................... 158
4.8 Identifikasi Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kaidah Koding
Berdasarkan Faktor Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling ..................................................................................... 162
4.8.1 Identifikasi Faktor Penyebab dari Segi Planning Berdasarkan
Ketidaksesuaian Kaidah Koding .......................................... 162
4.8.2 Identifikasi Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kaidah Koding
dari Segi Organizing Berdasarkan Ketidaksesuaian Kaidah
Koding .................................................................................. 166
xvii
4.8.4 Identifikasi Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kaidah Koding
dari Segi Controlling Berdasarkan Ketidaksesuaian Kaidah
Koding .................................................................................. 173
4.9 Analisis Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Klaim Rawat Inap
oleh BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
Menggunakan Pohon Masalah ....................................................... 175
4.10 Menentukan Pemecahan Masalah Pengembalian Berkas Klaim
Rawat Inap oleh BPJS Kesehatan di RS Mitra Sehat Situbondo
dengan Menggunakan Metode Brainstrorming ............................. 184
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Data Berkas Rawat Inap yang Mengalami Pengembalian Berkas Klaim oleh
BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo Tahun 2018 ............ 2
1.2 Data Penyebab Pengembalian Berkas Klaim oleh BPJS Kesehatan di RS Mitra
Sehat Situbondo Tahun 2018 ........................................................................... 3
3.1 Data Subjek Penelitian di RS Mitra Sehat Situbondo terkait Faktor Penyebab
Pengembalian Berkas Klaim Rawat Inap oleh BPJS Kesehatan ................... 60
4.1 Data Pengembalian Berkas Klaim Rawat Inap oleh BPJS Kesehatan di RS
Mitra Sehat Situbondo bulan September – Desember Tahun 2018 ............... 80
4.2 Hasil Analisis Kelengkapan Berkas Klaim BPJS Kesehatan Pasien Rawat Inap
Bulan September – Desember Tahun 2018 di Rumah Sakit Mitra Sehat
Situbondo dilihat dari kelengkapan lembar klaim rawat inap........................ 84
4.3 Gambaran Kelengkapan Berkas, Validitas Isi, dan Waktu Pengajuan Berkas
Klaim Rawat Inap 1 Kasus Persalinan bulan Oktober Tahun 2018 ............... 87
4.4 Gambaran Kelengkapan Berkas, Validitas Isi, dan Waktu Pengajuan Berkas
Klaim Rawat Inap 1 Kasus ISK bulan Desember Tahun 2018 ...................... 90
4.5 Tabel Masa Kerja Informan Penelitian Tahun 2019 ..................................... 105
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Masalah Utama................................................................................................ 53
xx
4.16 Penyebab Level Pertama ............................................................................. 175
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Permohonan Observasi, Wawancara dan Brainstorming ............................... 219
7. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Petugas Entri Data 1 ............. 231
8. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Petugas Entri Data 2 ............... 232
9. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Petugas Entri Data 3 ............. 234
10. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Kepala Rekam Medis .......... 237
xxii
18. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim dan
Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Verifikator Internal Berdasarkan Faktor
Actuating ...................................................................................................... 264
29. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri
Data Berdasarkan Faktor Human ................................................................. 295
30. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah koding oleh Petugas Entri
Data Berdasarkan Faktor Technology .......................................................... 300
31. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri
Data Berdasarkan Faktor Planning .............................................................. 305
32. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri
Data Berdasarkan Faktor Organizing .......................................................... 307
xxiii
33. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri
Data Berdasarkan Faktor Controlling .......................................................... 309
45. Formulir Evaluasi Kelengkapan Berkas Klaim Rawat Inap ......................... 343
xxiv
DAFTAR SINGKATAN
xxvi
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
Rumah Sakit (RS) Mitra Sehat Situbondo merupakan rumah sakit yang
ditetapkan sebagai rumah sakit tipe C pada tahun 2017. Jumlah kunjungan pasien
di RS Mitra Sehat Situbondo setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jumlah
pasien umum RS Mitra Sehat Situbondo pada tahun 2017 mengalami penurunan
dan jumlah pasien asuransi mengalami peningkatan yang signifikan. Pasien rawat
umum tercatat sebanyak 20% dari total pasien sedangkan jumlah pasien BPJS
Kesehatan sebesar 80%.
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada studi pendahuluan tanggal 11
Mei 2018 dengan petugas JKN didapatkan laporan bahwa sejak RS Mitra Sehat
Situbondo bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, manajemen keuangan
mengalami hambatan sehingga proses pelayanan menjadi terganggu. Hal tersebut
dikarenakan terjadi pengembalian berkas klaim oleh BPJS Kesehatan.
Pengembalian berkas klaim ini paling banyak terjadi pada berkas rawat inap
daripada berkas klaim rawat jalan dengan perbandingan 1:11. Hasil dokumentasi
diperoleh data berkas rawat inap yang mengalami pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan pada bulan Januari sampai April 2018 sebagai
berikut.
Tabel 1.1 Data Berkas Rawat Inap yang Mengalami Pengembalian Berkas Klaim
oleh BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo Tahun
2018
keuangan rumah sakit karena hampir 80% pendapatan rumah sakit berasal dari
klaim JKN.
Pengembalian berkas klaim oleh BPJS Kesehatan disebabkan oleh dua hal
yaitu berkas klaim tidak lengkap dan ketidaksesuaian kaidah koding (BPJS
Kesehatan, 2017). Kedua penyebab ini juga terjadi di RS Mitra Sehat Situbondo.
Hasil dokumentasi dan observasi yang didapatkan dari lembar serah terima klaim
BPJS Kesehatan, didapatkan data penyebab pengembalian berkas klaim sebagai
berikut.
Tabel 1.2 Data Penyebab Pengembalian Berkas Klaim oleh BPJS Kesehatan di RS
Mitra Sehat Situbondo Tahun 2018
kode yang salah pada kasus fraktur. Kesalahan kode tersebut karena kurangnya
kode tambahan karakter (tertutup atau terbuka) sehingga menyebabkan
pengembalian berkas klaim. Hasil wawancara kepada petugas koding juga
menyatakan bahwa petugas masih sering terjadi kekeliriuan entri berkas klaim
yang tidak layak seperti kasus KLL yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Petugas koding masih kebingungan untuk membedakan mana yang termasuk
kasus KLL dan mana yang tidak termasuk kasus KLL.
Ruangan kerja untuk proses pengklaiman yang sempit juga menghambat
proses klaim karena petugas merasa tidak nyaman (Nurdiah dan Iman, 2016). Hal
ini selaras dengan penuturan petugas JKN di RS Mitra Sehat Situbondo yang
menyatakan bahwa ruangan sempit sehingga penumpukan berkas dimana–mana
yang dapat mengindikasi terjadinya kehilangan berkas sebelum diklaimkan ke
BPJS Kesehatan. Jika berkas klaim hilang maka RS dapat kehilangan penggantian
pembiayaan oleh BPJS Kesehatan. Apabila ruangan tidak nyaman maka dapat
mengurangi konsentrasi petugas dalam bekerja.
Susahnya jaringan juga mempengaruhi proses pengentrian data BPJS
Kesehatan. Sophia dan Darmawan (2017) menyatakan bahwa keterlambatan klaim
disebabkan aplikasi dan jaringan internet sering bermasalah, aplikasi belum
bridging anatara INA-CBG’s dan SIMRS, dan masih ada rumah sakit yang belum
memiliki billing system. Begitu pula yang dikatakan oleh petugas entri data bahwa
sering terjadi loading dan error pada proses grouping sehingga petugas harus
reload berulang-ulang dan membutuhkan waktu 5-10 menit agar dapat tersimpan.
Kurangnya jumlah printer juga menghambat proses klaim karena printer untuk
rawat jalan dan rawat inap jadi satu. Keterlambatan pencetakan SEP maksimal 3
hari sehingga apabila melebihi batas, SEP tidak dapat dicetak. Hal ini akan
mempengaruhi kelengkapan berkas klaim.
Berjalan tidaknya SOP terkait klaim juga dapat mempengaruhi
pengembalian berkas klaim oleh BPJS Kesehatan. Hal ini dipertegas oleh
Setyaningsih (2017) yang menyatakan bahwa petugas tidak selalu melaksanakan
SOP karena kesibukan dan banyaknya pekerjaan yang dijalankan. Berdasarkan
hasil wawancara, SOP terkait proses klaim, misalnya SOP Pengkodingan, di RS
Mitra Sehat Situbondo masih belum optimal karena menumpuknya pekerjaan.
5
8
9
pembayaran klaim berkas rawat inap oleh BPJS Kesehatan. Penyebab penundaan
pembayaran klaim karena adanya ketidaklengkapan berkas klaim dan kesalahan
koding. Akar permasalahan ini akan digali dengan mengidentifikasi penyebab
mendasar terjadinya penundaan pembayaran klaim yang meliputi faktor human,
technology, organization, planning, organizing, actuating, dan controlling.
c. Aspek hukum
Rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah
adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam usaha menegakkan
hukum serta bukti untuk menegakkan keadilan.
d. Aspek keuangan
Rekam medis dapat menjadi bahan untuk menetapkan pembayaran biaya
pelayanan kesehatan.
e. Aspek penelitian
Rekam medis mempunyai nilai penelitian karena mengandung data atau
informasi sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan.
f. Aspek pendidikan
Rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena menyangkut data
informasi tentang perkembangan kronologi pelayanan medik terhadap pasien yang
dapat dipelajari.
g. Aspek dokumentasi
Rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena merupakan sumber
yang harus didokumentasikan yang dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban
dan laporan.
2.6 Klaim
2.6.1 Definisi Klaim
Klaim adalah tagihan atas biaya pelayanan kesehatan bagi peserta asuransi
kesehatan yang diajukan baik secara perorangan maupun secara kolektif oleh
Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK). Ilyas (2006), klaim adalah suatu
permintaan salah satu dari dua pihak yang mempunyai ikatan, agar haknya
terpenuhi.
Pada manajemen klaim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Adanya Dua Pihak yang Jelas Melakukan Ikatan Perjanjian
Hal ini menggambarkan secara jelas siapa yang melakukan ikatan dengan
siapa dan kejelasan pihak yang memiliki hak serta kewajiban.
b. Adanya Ikatan Perjanjian yang Jelas dan Resmi antara Kedua Pihak
Bentuk ikatan ini akan mempengaruhi kepatuhan kedua pihak terhadap
ikatan perjanjian yang mereka sepakati bersama. Ikatan tersebut dapat berbentuk
saling percaya, saling mengikat secara etis, secara adat, dan secara hukum.
c. Adanya Informed Consent
Informed artinya kedua pihak mengetahui dan memahami semua aspek yang
mengikat mereka. Consent yaitu ikatan tersebut dilakukan dengan dasar kesadaran
dan kesukarelaan dan bukan didasarkan karena paksaan, ancaman atau tipuan.
d. Didokumentasikan
18
proses verifikasi dan klaim dari fasilitas kesehatan. Tujuan vedika yaitu
meningkatkan kepuasan fasilitas kesehatan, mengurangi beban operasional BPJS
Kesehatan, dan mencapai otomasi bisnis proses verifikasi klaim. Manfaat vedika
adalah mencapai percepatan dan simplifikasi proses pengajuan berkas klaim dan
verifikasi dan membangun hubungan profesional berdasarkan trust and fairness
terhadap failitas kesehatan (Maharani, 2017).
Vedika dilaksanakan secara bertahap di seluruh rumah sakit, diharapkan
pada Desember 2017 seluruh rumah sakit telah menjalankan vedika. Vedika
sebagai proses transisi untuk mempersiapkan SDM, sarana prasarana, sistem
informasi manajemen (IT) baik di rumah sakit maupun kantor cabang sebelum
implementasi e-claim diterapkan. Sebelum dilaksanakannya vedika, proses klaim
dilakukan secara konvensional. Adapun perbedaan klaim konvensional dan vedika
sebagai berikut (Maharani, 2017).
Tabel 2.2 Perbedaan Verifikasi Konvensional dan Vedika
a. V-Klaim Administrasi
1) Berkas klaim yang akan diverifikasi meliputi:
a) Rawat Jalan
21
24
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
6. Appendectomy Tindakan operasi yang membuka lapisan perut Prosedur yang merupakan bagian dari
dengan laparotomi dikoding terpisah dengan kode tindakan utama prosedur utama tidak dapat dikoding
(47.0+54.1)
7. Herniotomi dengan Dampak: Meningkatkan biaya, hasil grouping Prosedur yang merupakan bagian dari
laparotomi berbeda atau bertambah prosedur utama tidak dapat dikoding
(53.9+54.1)
8. Insisi Peritoneum Tindakan operasi dikoding terpisah-pisah Prosedur yang merupakan bagian dari
(54.95) misalnya SC/appendectomy dengan insisi prosedur utama tidak dapat dikoding
peritoneum.
25
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
(96.04) pemasangan endotracheal tube dikoding terpisah prosedur utama tidak dapat dikoding
13. Collar Neck Penggunaan Collar neck dikode Insertion Other Tidak perlu dikoding karena Collar neck
Spinal Device (84.59) karena langsung dikode termasuk alat kesehatan yang dibayar namun
oleh dr. Sp.OT tidak menggunakan sistem INA-CBG.
14. DHF pada Pasien hamil dirawat dr. Sp.PD dengan kasus Jika Sp.PD yang merawat : koding diagnosis
pasien hamil penyakit dalam (Contoh DHF). Bagaimana utama: kode DHF (A91), sedangkan
diagnosis sekundernya ? diagnosis sekunder adalah kode “O”
15. Gas Gangrene Penggunaan Gas Gangrene sebagai diagnosis a. Penegakan diagnosis Gas Gangrene : pada
(A48.0) sekunder, biasanya didiagnosis gangrene dikoding pemeriksaan fisik didapatkan adanya
gas gangrene krepitasi dibawah kulit dan mukosa atau
pada foto rontgen didapatkan adanya gas
Dampak: peningkatan severity level menjadi III dilokasi gangren.
b. Sesuai kaidah ICD jika gangrene saja
dapat dikode R02, Sedangkan pada kasus
DM, Gas Gangrene dikode A48.0 dan
gangrene DM diberi kode E10-E14 (sesuai
dengan jenis DM) dengan digit terakhir .5
(contoh Gangrene DM Tipe 2 di kode
E11.5).
16. Kejang Penggunaan Kejang sebagai Diagnosa sekunder Jika diagnosis Kejang disertai hasil
menyebabkan peningkatan biaya klaim. pemeriksaan penunjang (EEG) atau terapi
Dampak: peningkatan severity level menjadi II yang sesuai (diazepam, fenitoin, atau
valproat) maka dapat dikoding
17. Soft Tissue Eksisi (83.39) a. Pasien dirawat inapkan 1 hari. a. Pasien dengan tindakan eksisi soft tissue
Tumor b. Penentuan Eksisi massa soft tissue tumor, biasa tumordapat dirawat inap:
disalahgunakan selalu dikoding 83.39 (Ekxicion 1) sesuai dengan indikasi medis pasien.
of Lession of other soft tissue) dibandingkan 2) dengan narkose umum.
86.3 (other local exicion or destruction of b. Penggunaan kode berdasarkan lokasi STT:
lession tissue of skin & subcutaneous tissue. 1) kode 83.39 untuk STT yang lokasi nya
Dampak : Biaya koding 83.39 lebih tinggi dari dalam (deep),
86.3, RI>RJ 2) kode 86.3 untuk STT yang superfisial.
18. Penyulit Persalinan SC Kode O82 digunakan sebagai diagnosis utama jika Kode O82 digunakan sebagai diagnosis
26
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
Persalinan (O82) penyulit persalinan adalah kode O42.0 dan O42.1 utama jika ada penyulit dalam persalinan,
seperti contohnya O42.0 & O42.1 dengan
tindakan seksio sesarea yang menghasilkan
proses grouping persalinan vaginal
19. Pemasangan infus Pemasangan infus pump menggunakan kode 99.18 Pemasangan infus pump menggunakan kode
pump (99.18) hanya untuk kasus persalinan 99.18 untuk semua kasus
20. Kemoterapi Kemoterapi oral dikoding sebagai kemoterapi Tindakan kemoterapi menggunakan kode
Oral Z51.1
21. Skingraft Skin graft ditagihkan pada kasus kelloid, sellulitis, Pada kasus Skin graft, tidak dapat dijamin
dan lain-lain pada yang berhubungan dengan
kosmetikCatatan: perhatian penggunaan
koding graft, pastikan tindakan graft wajar
dilakukan pada pasien (misalnya pada
luka/injury yang luas dan dalam), jika hanya
luka kecil dikoding skin graft (86.69) perlu
dikonfirmasi.
22. Educational Educational therapy pada konsultasi ke dokter a. Episode sesuai dengan aturan episode
Therapy (93.82) misalnya dokter gizi pada klaim rawat jalan rawat jalan, educational therapy bukan
untuk konsultasi gizi
b. Pelayanan poli gizi adalah yang dilakukan
oleh dokter spesialis gizi klinik
23. Anemia Penggunaan Anemia sebagai diagnosis sekunder Anemia pada persalinan:
pada beberapa diagnosa utama seperti: persalinan, a. Standar Diagnosis Anemia dapat
gagal Ginjal, dll. Menyebabkan peningkatan biaya menggunakan standar WHO
klaim. b. Jika terdapat bukti klinis (lab) anemia
Dampak : Peningkatan Severity Level menjadi II tetap dikoding
27
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
yang diradioterapi, pada perjalanannnya
timbul anemia maka anemia tersebut dapat
dimasukkan diagnosa sekunder dan
stadium lanjut, dll) yang memerlukan
transfusi darah dan eritropoetin harus
dimasukkan
b. Anemia gravis (dibawah 8) pada penyakit
kronik (gagal ginjal kronik, kanker
kedalam diagnosa sekunder karena
memerlukan pengobatan khusus yg
berbeda dari penyakit dasarnya).
24. Leukositosis Leukositosis dengan penambahan kode D728 Leukositosis (D72.8) yang dimasukkan
sebagai diagnosis sekunder, sering disalahgunakan sebagai diagnosis sekunder bukanlah
saat hasil laboratorium leukosit meningkat leukositosis yang disebabkan karena infeksi
walaupn tidak mengikat dan tidak ada terapi atau karena pemberian obat-obatan (GCSF,
spesifik. Steroid) dan myeloproliferatif neoplasma
(MPN)
Dampak: peningkatan severity level menjadi II
25. Malnutrisi Penggunaan Malnutrisi dan Kaheksia sebagai Diagnosis menyertakan bukti klinis
Kaheksia diagnosis sekunder. (penilaian status gizi, IMT,dll)Termasuk
(R64) pada kanker stadium lanjut dimasukkan
Dampak: peningkatan severity level menjadi II sebagai diagnosa sekunder karena
memerlukan penatalaksanaan khusus.
26. Gagal Ginjal AKI sebagai diagnosis sekunder, biasanya sering Kriteria Diagnosis Gagal Ginjal Akut
Akut/AKI disalahgunakan pada hasil laboratorium ureum (N17.9):
(N17) kreatinin yang meningkat tidak bermakna. a. Terjadi peningkatan/penurunan kadar
kreatinin serum sebanyak ≥0,3 mg/dl.
Dampak: peningkatan severity level menjadi III b. Terjadi penurunan jumlah urin
≤0,5ml/Kg/Jam dalam 6 jam
27. Leukopenia- Kode Agranulositosis sebagai diagnosis sekunder, a. Dalam penegakan diagnosis perlu
Agranulositosi biasanya disalahgunakan pada hasil laboratorium mencantumkan bukti medis (hasil lab).
28
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
s (D70) leukosit yang menurun tetapi tidak bermakna b. Diagnosis leukopenia (D70) pada pasien
(misalnya pada pasien-pasien kemoterapi juga kanker adalah leukosit dibawah 3000 dan
dikoding D70 karena leukopeni). harus dituliskan diluar diagnosa kankernya
karena hal ini berdampak pada pemberian
Dampak: peningkatan severity level menjadi III GCSF pasca kemoterapi sampai leukosit
diatas atau sama dengan 5000
28. Efusi Pleura Penggunaan Efusi Pleura sebagai Diagnosa Efusi Pleura dapat didiagnosis sekunder bila
(J90-J91) sekunder menyebabkan peningkatan biaya klaim. hasil pemeriksaan imaging (foto thoraks,
USG, CT scan) menunjukkan gambaran
Dampak: peningkatan severity level menjadi III efusi atau/dan bila dilakukan proof punksi
keluar cairan
29. Respiratory Penggunaan Respiratory Arrest sebagai diagnosis Respiratory arrest dapat ditegakkan sebagai
Arrest (R09) sekunder terutama pada kasus yang meninggal. diagnosis sekunder bila:.
a. Terdapat usaha resusitasi dan atau
Dampak: peningkatan severity level menjadi III pemakaian alat bantu nafas.
b. Bila terkait dengan diagnosis primer.
c. Merupakan perjalanan penyakit primer
30. Pneumonia/ Penggunaan Pneumonia sebagai diagnosis Pneumonia dapat didiagnosis berdasarkan
Bronkopneum sekunder tanpa hasil rontgen atau tanda klinis. pemeriksaan imaging minimal foto thoraks
onia dan atau berdasarkan anamnesis pasien
Dampak: meningkat severity level II mengeluh batuk produktif disertai dengan
perubahan warna sputum (purulensi) atau
dari pemeriksaan fisis dapat ditemukan suara
nafas tambahan berupa ronki atau suara
nafas bronkial
31. TB Paru (A15) Penambahan kode TB Paru sebagai sekunder pada TB Paru (A15-A19) tetap diltulis sebagai
pasien dengan TB Paru yang sedang pengobatan diagnosis sekunder apapun diagnosis
OAT rutin primernya karena merupakan komorbid yang
harus tetap di pantau selama perawatan
Dampak: peningkatan severity level menjadi II
32. Disfagia (R13) Disfagia pada kasus tonsilitis, tonsilektomi, dan Diagnosis sekunder Disfagia (R13) dapat
lain-lain. dikoding bersama dengan Prosedur
29
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
Tonsilektomi (28.2) pada kondisi sebagai
Dampak: peningkatan severity level menjadi II berikut:
a. Pasien Anak.
b. Terdapat gizi kurang akibat gangguan
menelan dimana berat badan kurang
dibanding usia atau IMT menurut usia
33. Hemiparese/ Penambahan diagnosa hemiplegia/Hemiparese Tidak ada masalah sebagai diagnosis
Hemiplegia sebagai Diagnosa utama maupun sekunder sekunder jika memang di rekam medis pada
menyebabkan peningkatan biaya klaim catatan perawatan dituliskan klinis
hemiparesis (G81.9)
Dampak: Sebagai diagnosis sekunder peningkatan
severity level menjadi II, sebagai diagnosis utama
atau ditukar dengan stroke akan meningkatkan
biaya dan severity level III
34. Vertigo Vertigo dirawat inapkan Indikasi vertigo yang dirawatinapkan:
a. Vertigo (R.42) sentral dengan etiologi nya
: Stroke (iskemik, hemoragik), infeksi
akut dan kronik, trauma kepala, tumor
intraserebral dengan peningkatan tekanan
intra kranial
b. Vertigo perifer dengan muntah-muntah
hebat sehingga dapat menyebabkan terjadi
hiponatremia / hipokalemia / hipoglikemia
/ insufisiensi renal
35. Katarak penatalaksanaan kasus penderita katarak dan Operasi Katarak dengan Teknik
Phacoemulsification
pterigium umumnya dilakukan rawat inap
Untuk operasi katarak dengan Phacoemulsification
(insisi ±3 mm) maka pasien katarak tanpa penyulit
dilakukan di rawat jalan.
30
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
b. Pasien dilakukan rawat inap dengan tindakan
Phacoemulsification dan SICS apabila:
1) Ada komplikasi selama operasi (during
opreration) yang memerlukan pemantauan
intensif setelah operasi
2) Operasi pada salah satu mata pasien dimana
mata yang lain visusnya sudah 0 (buta) atau
one eyes.
3) Jika ada underlying disease seperti :
hipertensi, DM, HbsAG(+), dan lain-lain.
31
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
j. Sinekia anterior/posterior lebih dari 180
derajat>2 quadran.
k. Katarak dengan komplikasi intra operatif.
l. Katarak Grade 5 (Brunescent).
m. katarak+Glaukoma.
n. katarak Post Vitrektomi.
o. katarak Post Uveitis.
p. katarak Pada high Myopia.
q. katarakTraumatika.
r. Komplikasi Post operatif.
s. Katarak+Ablatio Retina.
t. katarak Polaris Posterior.
u. Pasien-pasien yang memerlukan pemeriksaan
tambahan Khusus.
v. pasien tidak kooperatif , baik krn usia muda
w. maupun keadaan psikologis pasien, cemas dan
lain-lain.
36. Pterigium penatalaksanaan kasus penderita katarak dan Rawat Inap:
(H11.0) pterigium umumnya dilakukan rawat inap a. Pterigium (H11.0) Grade IV.
b. Operasi dengan teknik Graft Conjungtiva,
Flap conjungtiva, atau membran amnion
baik dengan jahitan atau membran glue.
c. Pasien anak-anak atau pasien yang tidak
kooperatif yang memerlukan anestesi
umum.
d. Ada keperluan sistemik yang
memerlukan evaluasi baik dibidang mata
maupun dari departemen lain.
e. Terdapat perdarahan masif atau
komplikasi lain yang memerlukan
evaluasi lebih lanjut.
f. Transportasi sulit atau jauh dari tempat
pelayanan
32
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
tanpa penyulit (Kondisi seperti yang
diindikasikan pada Rawat Inap) dan
dikerjakan dengan Bare Sklera
37. Chalazion Tindakan ini dilakukan di Rawat jalan
(H001) kecuali pada anak-anak yang belum
kooperatif/ memerlukan Anestesi Umum
(GA)
38. Extrapiramidal Pasien Schizoprenia yang dalam pengobatan a. Skala penilaian Gejala Ekstrapiramidal
Syndrom selalu ditambahkan koding Extrapiramidal syndrom (G25.9) yang ditetapkan oleh
Syndrom (G25). Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (terlampir
Dampak: peningkatan severity level menjadi II pada Lampiran II) digunakan sebagai
panduan diagnosis Ekstrapiramidal
Syndrom untuk dokter dan dapat
dipergunakan sebagai verifikasi bersama
verifikator.
b. Skala penilaian gejala Ekstrapiramidal
syndrom yang di tetapkan oleh
Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (terlampir
pada Lampiran II) dipergunakan sebagai
verifikasi bersama verifikator jika terjadi
keraguan diagnosis
39. Hiponatremi Penambahan kode E871 (Hypo-osmolality and Kondisi Hiponatremia dapat menjadi
hyponatremia) sebagai diagnosa sekunder, sering diagnosis sekunder berdasarkan hasil
disalahgunakan saat hasil laboratorium menurun pemeriksaan laboratorium dengan kadar Na
tidak bermakna. < 135 mEq/L
33
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
3,5 mEq/L
Dampak: peningkatan severity level menjadi II
41. Hipovolemik Penggunaan Hipovolemik Syok sebagai Diagnosa Kondisi Syok Hipovolemik dapat menjadi
Syok sekunder menyebabkan peningkatan biaya klaim. diagnosis sekunder berdasarkan adanya
manifestasi klinis dan penatalaksanaan syok
Dampak: peningkatan severity level menjadi II hipovolemik yang tercatat dalam rekam
medis.
42. Epistaxis Kasus DHF dengan gejala pendarahan didiagnosis Kondisi perdarahan yang terjadi pada kasus
sekunder seperti epitaxis, melena. DHF harus dinyatakan sebagai diagnosis
sekunder karena hal tersebut penting dalam
Dampak: peningkatan severity level menjadi II menentukan penatalaksanaan selanjutnya,
dan bukti pendukungnya adalah adanya
penatalaksanaan perdarahan dalam rekam
medis
43. Dispepsia Penggunaan dispepsia sebagai diagnosis primer, Penegakan diagnosis Dispepsia bisa dengan
sering disalahgunakan untuk menggantikan gejala klinis. Sebelum ada pemeriksaan
penunjang seperti endoskopi, diagnosis yang
diagnosis saluran pencernaan yang lebih spesifik tegak adalah Dispepsia (K30). Jika dilakukan
seperti gastritis, peptic ulcer pemeriksaan penunjang, maka diagnosis
disesuaikan berdasarkan hasil pemeriksaan
Dampak: peningkatan biaya dengan kode penunjang.Indikasi untuk dilakukan endoskopi
pada kasus Dispepsia dengan alarm symptom
dispepsia (lebih tinggi daripada dengan kode seperti : berat badan menurun, tidak bisa
gastritis,dan lain-lain) menelan, demam, perdarahan atau ketersediaan
sarana dan prasarana.
44. Volume GE dirawat inap atas dasar volume GE dapat dirawatinap atas dasar volume
Depletion depletion/dehidrasi depletion/dehidrasi, dan bukti pendukungnya
(E86) adalah adanya penatalaksanaan terapi cairan
Dampak: koding volume depletion pada diagnosis
tidak mempengaruhi severity level klaim
45. Gagal Ginjal Z49.1 Renal failure yg HD selalu ditambahkan Pasien renal failure dengan HD dapat
dg HD extracorporal dialysis dan dirawat inap dirawat inap sesuai indikasi medis yang
spesifik (cth. Anemia), bukan atas perbaikan
34
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
keadaan umum (KU)
46. Endoskopi (45.11) Penggunaan tindakan Endoskopi di rawat inapkan Pasien dengan tindakan endoskopi dapat
dirawat inap berdasarkan keadaan umum
pasien
47. Colonoscopy Tindakan Colonoscopy dirawat inapkan (alasan Pasien dengan tindakan kolonoskopi dapat
(45.23) untuk persiapan colonoscopi) dirawat inap berdasarkan keadaan umum
pasien
48. Asfiksia Kode Asfiksia yang dapat meningkatkan severity KRITERIA DIAGNOSIS ASFIKSIA
level adalah P210 (Asfiksia berat). NEONATORUM (UKK Neonatologi –
IDAI):
Dampak: peningkatan severity level menjadi II a. ASFIKSIA BERAT
1) Apnea atau megap megap yang membaik
setelah resusitasi minimal dengan 3 siklus
ventilasi tekanan positif atau
2) Pemeriksaan analisis gas darah dari arteri
umbilikal menunjukkan asidosis
metabolik atau mixed yang berat dengan
pH< 7 atau base deficit ≥ 12 mmol/L atau
3) Ada manifestasi gangguan neurologis
(misal: kejang, koma, tonus otot jelek)
atau
4) Ada keterlibatan multi organ (misal:
ginjal, jantung, paru, hati, usus) atau
5) FJ <100 X/menit saat lahir dan cenderung
menurun atau tetap atau
6) skor Apgar 0-3 sampai 1 menit atau <5
sampai 5 menit setelah lahir
b. ASFIKSIA RINGAN/SEDANG
1) Bayi bernapas spontan setelah resusitasi
maksimal dengan 2 siklus ventilasi
tekanan positif atau
2) Pemeriksaan analisis gas darah dari arteri
35
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
umbilikal menunjukkan asidosis
metabolik atau mixed dengan pH 7,0
sampai kurang dari 7,35 atau
3) Skor Apgar 5-6 sampai 5 menit setelah
lahir
49. Atrial Fibrilasi Penggunaan Atrial Fibrilasi sebagai Diagnosa Kondisi Atrial Fibrilasi memang harus
(I48 & I64) sekunder menyebabkan peningkatan biaya klaim. dipisahkan sebagai diagnosis sekunder, dan
bukti pendukungnya berupa hasil EKG
Dampak: peningkatan severity level menjadi II
50. Syok Penggunaan Syok kardiogenik sebagai diagnosis Kondisi Syok Kardiogenik dapat menjadi
Kardiogenik sekunder terutama pada pasien jantung yang diagnosis sekunder terutama pada pasien
(R57) meninggal penyakit jantung dengan bukti tertulisnya
kriteria klinis dalam rekam medis berupa:
Dampak: peningkatan severity level menjadi III a. Penurunan Tekanan Darah
1) TD < 90 mmHg tanpa inotropik, atau
2) TD < 80 mmHg dengan inotropik
b. Penurunan Ejection Fraction (EF < 50%)
51. Cardiac Arrest Penggunaan Cardiac arrest sebagai diagnosis a. Cardiac arrest dapat terjadi pada semua
(I46.9) sekunder terutama pada kasus yang meninggal kasus (tidak hanya penyakit jantung) &
ada bukti penatalaksanaan Cardiac Arrest
Dampak: peningkatan severity level menjadi III yaitu CPR
b. Cardiac Arrest tidak dapat digunakan
pada pasien DOA
c. Koding INA-CBG adalah kode
Morbiditas
52. CAG Dan PCI Kasus Cath dan PCI dipisah episodenya, karena Panduan Praktek Klinis (PPK) Tatalaksana
dipisah-pisah masalah prasarana dan sarana, instruksi Kasus Penyakit Jantung Koroner – PERKI
waktunya manajemen.Tambahan modus : PCI dipisah 2015:
berdasarkan jumlah stent yang akan dipasang. PCI atau CABG:
a. Intervensi koroner perkutan (PCI) atau
Dampak: Pembayaran klaim untuk satu pasien CABG elektif dilakukan jika ditemukan
meningkat bukti iskemik dari pemeriksaan
36
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
penunjang di atas disertai lesi signifikan
berdasarkan pemeriksaan angiografi
koroner.
b. Kriteria lesi signifikan : LM stenosis
50%, LAD stenosis di osteal/proksimal
>50%, LAD stenosis di mid-distal > 70%,
LCx stenosis > 70%, dan RCA stenosis
>70%.
c. Pada lesi-lesi non signifikan yang
dijumpai bukti adanya iskemia yang luas
memerlukan pemeriksaan menggunakan
FFR (flow fraction ration). Nilai FFR <
0,8 menunjukkan lesi signifikan. Pada
tempat yang tidak memiliki fasilitas FFR
maka pemeriksaan iskemik stress test
dapat membantu apakah lesi sebagai
penyebab iskemik.
d. Indikasi CABG : Lesi multipl+F98e
stenosis (> 2 pembuluh koroner) dengan
atau tanpa diabetes mellitus.
e. Pada kasus-kasus multivessel disease
dimana CABG mempunyai risiko tinggi
(Fraksi ejeksi rendah atau pembuluh
distal kurang baik untuk grafting) maka
dapat dilakukan PCI selektif dan bertahap
(selective and Stagging PCI) dengan
mempertimbangkan kondisi klinis pasien,
lama radiasi, jumlah zat kontras dan lama
tindakan.
f. PCI lanjutan dapat dikerjakan dalam
kurun waktu 1-3 bulan kemudian jika
kondisi klinis stabil.
37
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
g. PCI lanjutan harus dipercepat jika
terdapat keluhan bermakna.
53. Syok saat Penggunaan koding T811 pada diagnosis Tidak masalah sebagai diagnosis sekunder
Operasi sekunder, biasanya pada pasien dengan tindakan jika memang dalam rekam medis tertulis
(T811) atau terapi. manifestasi klinis syok yang merupakan
komplikasi operasi serta tertulis
Dampak: peningkatan severity level menjadi III penatalaksaan syok tersebut
54. Scleroterapy pada Kasus Scleroterapi pada hemorhoid oleh Sp.PD Pasien dengan tindakan Scleroterapi pada
Hemorhoid (49.42) dan dirawat inapkan hanya untuk injeksi obatnya hemorhoid dapat dirawat inap berdasarkan
karena obatnya mahal keadaan umum pasien
55. Odontektomi Tindakan Odontektomi di rawat inapkan Pasien dengan tindakan odontektomi dapat
(23.19) dirawat inap sesuai dengan keadaan umum
pasien, atau jumlah maupun letak gigi
56. Hypertensive Pulmonary Pasien dengan riwayat hemodialisa rutin Kriteria Pulmonary Oedema: gejala klinis
renal disease oedema (J81) mengalami efek samping sesak, kemudian sesak, takikardi, ronki Ada penatalaksanaan
with renal pulmonary edema dikoding sebagai diagnosa pulmonary oedema yang terekam dalam
failure (I12.0) sekunder dan menyebabkan severity level resume medis dan ada terapi diuretik dan
meningkat menjadi berat (III) oksigen yang diberikan. Pada kasus HD
rutin yang dirawat inap dengan kondisi
pulmonary oedema, maka Dx Sekunder
Pulmonary Odema dan Dx utama CKD
(bukan kontrol HD atau kode Z)
57. Hypertensive Ascites (R18) Pasien dirawat inapkan hanya untuk dilakukan Kriteria Rawat Inap untuk Ascites adalah
renal disease fungsi ascites. Apa kriteria rawat inap untuk Ascites masif, tujuan tindakan Pungsi untuk
with renal tindakan fungsi ascites atau dapat kah sebagai Terapeutik. Bila terjadi pada kasus CKD,
failure (I12.0) rawat jalan? Tepatkah pengkodingan pada kasus maka diagnosis ascites dapat menjadi
ini? diagnosis sekunder dan diagnosis utamanya
adalah CKD
Dampak: peningkatan biaya pada klaim
58. Imbalance of Kecendrungan pasien yang tidak nafsu makan Kode R63.8 (other symptoms and signs
constituents of langsung dikode dengan E63.1 (imbalance of concerning food and fluid intake) digunakan
food intake( constituents food intake). Kapan imbalance of untuk intake sulit yakni kelainan yang
38
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
E63.1) constituents of food intake ditegakkan? membutuhkan tindakan khusus diet
parenteral, enteral atau parsial baik cairan
Dampak : peningkatan severity level menjadi dan atau nutrisiKode E63.1 (imbalance of
sedang (II) constituents food intake) digunakan untuk
Intake sulit yang disertai asesmen gizi oleh
dokter yang merawat/dokter ahli gizi/ahli
gizi. Bukti malnutrisi, IMT kurang dari 16.
59. Insufisiensi Kode sekunder N19 (insufisiensi renal) dikoding Kriteria penegakan diagnosa Insufisiensi
renal (N19) dengan penanganan yang kurang bermakna yaitu renal: Nilai GFR kurang dari 60 atau nilai
istirahat saja. Apakah kriteria penegakan diagnosa creatinin wanita diatas 1,1 dan pria diatas
Insufisiensi renal ? 1,3
39
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
reactive hepatitis) sebagai diagnosis sekunder, sering spesifik bila SGOT/SGPT diatas nilai
hepatitis disalahgunakan pada hasil laboratorium yang normal
(K75.2) SGOT/PT meningkat tidak bermakna.
Dampak: peningkatan severity level menjadi
sedang (II)
63. Gout arthritis Other local Pasien dengan Gout arthritis yang dilakukan Kriteria rawat inap untuk pasien Gout
(M10.9) excision or injeksi artikular tetapi dikoding 80.87 (Other local Arthritis adalah Gout dengan banyak sendi 3
destruction of excision or destruction of ankle joint) dan dirawat atau lebih atau Gout Polyarticular atau Gout
lession of ankle inapkan yang dirawat karena penyakit lain atau gout
joint (80.87) dengan nyeri hebat VAS >=7Kode Tindakan
untuk injeksi artikular adalah 81.92
(injection of therapeutic substances into joint
or ligaments)
64. Phlebitis Penggunaan Phlebitis sebagai diagnosa sekunder Phlebitis dapat digunakan sebagai diagnosis
sering disalahgunakan pada kondisi pasien rawat sekunder bila dilakukan penatalaksanaan
inap yang diinfusDampak: peningkatan severity khusus, seperti diantaranya debridement atau
level menjadi II pemberian antibiotik
65. Septikemia Penggunaan Septikemia sebagai diagnosa Penggunaan kode Septicaemia (A41.9)
sekunder menyebabkan peningkatan biaya adalah untuk kondisi yang sesuai dengan
klaimDampak: peningkatan severity level menjadi terminologi Sepsis dan terpenuhi kriteria
II sepsis dan tatalaksana sepsis yaitu
hipertermi, hiportemi, tachichardi,
tachypnoe dengan hasil laboratorium
leukosistosis atau leukopenia
66. Alergi Obat Penggunaan Alergi obat (T88.7) sebagai Diagnosa Alergi obat (T88.7) adalah reaksi lokal atau
sekunder menyebabkan peningkatan biaya sistemik akibat pemberian obat oral atau
klaimDampak: peningkatan severity level menjadi parenteral, atau topikal, inhalasi atau metode
II pemberian obat lainnya untuk mengobati
suatu penyakit, tidak termasuk alergi karena
hasil skin test.Alergi obat yang menjadi
sebab perawatan saat itu atau yang terjadi
pada saat perawatan berlangsung dapat
40
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
dijadikan diagnosis sekunder. Informasi
tersebut dicantumkan pada resume medis
pasien saat pulang rawat.
67. Thypoid Fever DHF(A91) Thypoid ditambahkan Dengue Fever, sering Diagnosis typhoid dan DHF dapat
(A01.0) disalahgunakan pada hasil widal yang meningkat ditegakkan selama memenuhi kriteria untuk
tetapi tidak bermakna ataupun pada hasil kedua penyakit tersebut.
trombosit yang menurun tapi tidak
bermaknaDampak: peningkatan severity level
menjadi II
68. GEA (A09) Thypoid Fever kombinasi GEA dengan Thypoid fever, sering Diagnosis GEA dan typhoid dapat
(A01.0) disalahgunakan yaitu GEA sebagai diagnosis ditegakkan selama memenuhi kriteria untuk
utama dan thypoid sebagai diagnosis kedua penyakit tersebut.
sekunderDampak: peningkatan severity level
menjadi III
69. CKD Diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD) on HD CKD dengan komplikasi penyakit lain dapat
dalam 1 bulan masuk opname 3 kali hanya dapat dirawat inap lebih dari satu kali sesuai
diacc klaim 1 pelayanan oleh BPS Kesehatan dengan indikasi medis
karena dianggap readmisi
d. Permasalahan Administrasi
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
1. Thalasemia Hemosiderosis Penggunaan kode Hemosiderosis (E83.1) Klaim rawat jalan Thalasemia Mayor dengan
(D56.1) menyebabkan peningkatan biaya klaim diagnosis sekunder Hemosiderosis (E83.1)
yang mendapatkan top up obat kelasi besi
diinput sebagai pasien rawat inap (sesuai
PMK No. 59/2014) dengan tidak diinputkan
semua kode diagnosis sekundernya ke dalam
software INA-CBG.
2. Kelas rawat Peserta yang dirawat inap di ruangan IGD atau Kelas klaim dibayarkan setara dengan kelas 3
41
Diagnosis/Prosedur
No. Perihal Kesepakatan
Utama Sekunder Prosedur
ruang non kelas seperti ruang
observasi/peralihan/ruangan kemoterapi, klaim
ditagihkan sesuai hak kelas peserta (kelas 1-3)
3. Beberapa prosedur yang diberikan dalam Beberapa prosedur yang diberikan dalam
pelayanan diinputkan ke dalam software INA- pelayanan diinputkan ke dalam software INA-
CBG menyebabkan perubahan grouping dan CBG menyebabkan perubahan grouping dan
tarif menjadi turun, maka prosedur-prosedur tarif menjadi turun, maka prosedur-prosedur
yang menurunkan tarif tidak diinput hanya yang menurunkan tarif tidak diinput untuk
untuk kasus persalinan semua kasus
42
Jenis Aturan Prosedur Pelayanan dan
No. Kriteria Besaran Tarif
Pelayanan Pengajuan Klaim
a. Layanan rehabilitasi Psikososial pasien rawat mengacu pada tarif INA CBG sesuai yang dapat memberikan pelayanan
inap meliputi: dengan peraturan menteri kesehatan rehabilitasi psikososial terlampir
1) Psikofarmaka (Manajemen Pengobatan) yang berlaku.
2) Psikoedukasi (Psychoeducation) b. Untuk pelayanan rawat inap
3) Manajemen Kasus (Case Management) diklaimkan setiap episode mengacu
4) Latihan Keterampilan Sosial (Social Skill pada tarif INA CBG sesuai dengan
Training) peraturan menteri kesehatan yang
5) Latihan Keterampilan Hidup (Life Skill Training) berlaku.
6) Terapi Vokasi (Vocational Therapy)
7) Terapi Occupational (Ocupational Therapy)
8) Dukungan Hidup (life Support)
9) Spiritual – Contoh Best Practice
10) Rehabilitasi Kognitif (Cognitive Rehabilitation)
11) Komunitas Terapeutik (Therapeutic Community).
b. Layanan Rehabilitasi Psikososial rawat jalan
meliputi:
1) Psikoedukasi (Psychoeducation)
2) Manajemen Kasus (Case Management)
3) Latihan Keterampilan Sosial (Social Skill
Training)
4) Latihan Keterampilan Hidup (Life Skill Training)
5) Terapi Vokasi (Vocational Therapy)
6) Terapi Occupational (Ocupational Therapy)
7) Dukungan Hidup (life Support)
8) Spiritual-Contoh Best Practice
9) Rehabilitasi Kognitif (Cognitive Rehabilitation)
10) Komunitas Terapeutik (Therapeutic Community)
c. Kriteria penjaminan pelayanan rehabilitasi
psikososial rawat jalan diberikan kepada pasien
berdasarkan seleksi sesuai dengan minat dan
bakatnya, dengan kriteria:
1) Gangguan jiwa berat (Skizofrenia, Depresi,
43
Jenis Aturan Prosedur Pelayanan dan
No. Kriteria Besaran Tarif
Pelayanan Pengajuan Klaim
Bipolar, Skizoafektif)
2) Pasien tidak gelisah (PANSS EC <15)
3) Pasien bukan retardasi mental sedang dan berat
(IQ>55)
4) Tes fungsi kognitifnya masih cukup baik
(MMSE>20)
5) Keluarga pasien kooperatif
6) Gejala negatif minimal
7) Pasien dapat berkomunikasi
8) Pasien dapat membaca dan menulis, minimal
pendidikan SD
9) Pasien berusia mulai dari 19 th – 50 th
d. Kriteria penjaminan pelayanan rehabilitasi
psikososial rawat inap ditentukan oleh dokter
spesial jiwa yang menjadi DPJP pasien tersebut.
44
45
organisasi merupakan suasana kerja yang dialami oleh karyawan, misalnya lewat
ruang kerja yang menyenangkan, rasa aman dalam bekerja, penerangan yang
memadai, sarana dan prasana yang memadai jaminan sosial yang memadai,
promosi jabatan, kedudukandan pengawasan yang memadai (Sari, 2011).
c. Technology
Teknologi merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup (Barus, dkk., 2017).
1) Jumlah Komputer
Komputer merupakan alat bantu yang memberikan informasi untuk
memenuhi kebutuhan (Ramadhani, dkk., 2013). Pendayagunaan komputer di
rumah sakit harus disesuaikan dengan kebutuhan karena diharapkan akan tercipta
efisisensi kerja petugas dan kecepatan dalam pelayanan pasien. Sehingga apabila
kebutuhan komputer tercukupi maka proses klaim akan lebih cepat.
2) Jumlah Printer
Printer pada rekam medis dapat memberikan berbagai keuntungan
diantaranya ketepatan waktu dalam kelengkapan verifikasi klaim, kecepatan
pelayanan kepada pasien, dan pembuatan laporan yang tidak terlambat kepada
kepala rekam medis. Pendayagunaan printer di rumah sakit harus disesuaikan
dengan kebutuhan karena diharapkan akan tercipta efisisensi kerja petugas.
Sehingga apabila kebutuhan printer tercukupi maka proses klaim akan lebih cepat
terutama untuk kelengkapan verifikasi administrasi. Printer merupakan perangkat
hardware untuk mencetak page pekerjaan di screen aplikasi editor word pada
laptop/computer. Dengan printer pekerjaan pengelolahan data akan lebih mudah.
Penggunaan printer secara umum biasanya menggunakan satu computer untuk
satu printer (Hendry, 2018).
3) Terjadinya Error dan Cara Mengatasinya
Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh petugas saat komputer yang
digunakan untuk melakukan proses pendaftaran pasien, koding, dan penginputan
data klaim ke server BPJS Kesehatan mengalami heng atau error. Tindakan dapat
berupa penambahan fasilitas seperti wifi atau pemancar wifi. Mendiagnosa
kerusakan printer merupakan sistem yang menggunakan pengetahuan dan
48
daya atau potensi milik organisasi guna pemanfaatan secara efisien dalam
mencapai tujuan (Darmawan, 2014). Terdapat 4 pilar yang menjadi dasar untuk
melakukan proses pengorganisasian. Keempat pilar tersebut adalah pembagian
kerja, pengelompokan pekerjaan, penentuan relasi antar bagian dalam organisasi
serta penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktivitas antarbagian dalam
organisasi atau koordinasi. Adapun keempat pilar tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pilar Pertama: Pembagian Kerja
Proses pembagian kerja dari keseluruhan menjadi lebih spesifik atau lebih
sederhana dan detail dinamakan pula dengan spesialisasi pekerjaan. Keseluruhan
pekerjaan tersebut kemudian diturunkan atau dibagi-bagi berdasarkan kriteria
tertentu yang lebih spesifik. Pembagian kerja mutlak diperlukan, sehingga besar
kemungkinan belum optimalnya pembagian kerja akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan (Wijayanti, 2016).
2) Pilar Kedua: Pengelompokan Pekerjaan (Job Description)
Proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan
menurut kriteria tertentu itulah yang disebut dengan depertementalization. Job
description merupakan variabel penting dan sebagai dasar dalam suatu pekerjaan.
Job description yang kurang optimal tentunya akan berpengaruh pada pekerjaan
seseorang. Salah satu indikator job description yang tidak dapat terpenuhi adalah
aplikasi deskripsi terpisah untuk setiap posisi. Hal ini tentunya akan
mengakibatkan kurang jelasnya job description yang ada (Wijayanti, 2016).
3) Pilar Ketiga: Penentuan Relasi Antarbagian dalam Organisasi
Penentuan reasi antarbagian dalam organisasi yaitu dengan penentuan
hierarki. Penentuan hirarki ini mempermudah koordinasi antar staf.
4) Pilar Keempat: Koordinasi
Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas dari
berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa
tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di
setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi
masing-masing bagian. Dikhawatirkan, tidak terkoordinasinya setia bagian pada
giliran berikutnya justru akan menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya.
50
f. Actuating
Actuating (pelaksanaan) atau fungsi penggerakan pelaksanaan meliputi,
directing, commanding, motivating, staffing, coordinating. Actuating atau fungsi
penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staf agar mereka
menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
(quality of care) dan dukungan sumber daya yang tersedia (quality of service)
(Siriyei dan Wulandari, 2013). Kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi,
dan penerapan kepemimpinan yang efektif akan sangat membantu suksesnya
manajer melaksanaan fungsi manajemen ini. Penggerakan dan pelaksanaan
merupakan sebuah upaya yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Batasan-batasan terkait aspek pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai dalam fungsi actuating (pergerakan dan
pelaksanaan), antara lain:
1) Pengetahuan dan Keterampilan Motivasi
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan dorongan
dan/ataupun pembangkit tenaga pada seseorang atau sekelompok masyarakat agar
bersangkutan ingin berbuat dan bekerja sama secara optimal dalam melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Pengetahuan dan Keterampilan Komunikasi
Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka
menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya
hubungan yang baik antarindividu ataupun kelompok. Berdasarkan definisi
tersebut, dapat ditekankan bahwa tujuan utama dari komunikasi ialah untuk
menciptakan pengertian bukan persetujuan.
3) Pengetahuan dan Keterampilan Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi aktivitas seseorang
atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam
suatu situasi tertentu.
4) Pengetahuan dan Keterampilan Pengarahan
Pengarahan merupakan upaya pengambilan keputusan yang
berkesinambungan dan terus-menerus yang terwujud dalam bentuk perintah
51
Masalah Utama
Masalah Utama
Sebab
Penyebab Level
Pertama
Penyebab Level
Pertama
Penyebab Level
Kedua
2.8 Brainstorming
Brainstorming merupakan peralatan yang cepat, sederhana, yang sama
pentingnya dalam pembuatan keputusan perbaikan mutu. Teknik ini biasanya
berorinetasi kelompok yang mempertemukan sekelompok individu untuk
membuat daftar ide yang menyeluruh mengenai suatu area atau topik yang sedang
56
c. Tahap berikutnya adalah memeriksa daftar ide yang telah dihasilkan dan
sangat dianjurkan melakukan diskusi untuk menjelaskan setiap ide dan
tujuan yang melandasi masing-masing ide itu. Semua anggota dapat
mengajukan pertanyaan mengenai setiap atau semua ide yang dihasilkan
untuk mencapai tingkat pemahaman yang sama terhadap maksud yang
sebenarnya mengenai ide yang dihasilkan.
d. Begitu ide telah diperjelas lebih lanjut, keseluruhan daftar ide harus
dievaluasi dan ide yang serupa satu dengan yang lainnya harus
digabungkan. Oleh karena itu, dalam langkah ini ide yang telah dicatat
tersebut diervisi dan ide yang sama dihilangkan. Ide tersebut kemudian
dapat dikelompokkan ke dalam tema atau kategori yang sama. Sejumlah ide
yang telah disempurnakan tersebut dapat digunakan oleh kelompok dan
diterapkan sesuai tujuan awalnya.
Kelebihan Brainstorming
a. Seseorang aktif berfikir untuk menyatakan pendapat.
b. Meningkatkan partisipasi peserta brainstorming dalam berdiskusi.
c. Terjadi persaingan yang sehat.
d. Bebas mengemukakakan pendapat.
e. Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
f. Menghasilkan jawaban atau atau pendapat melalui reaksi berantai.
g. Penggunaan waktu dapat dikontrol dan metode ini dapat digunakan dalam
kelompok besar atau kecil.
Kekurangan Brainstorming
a. Memerlukan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya.
b. Lebih didominasi oleh seseorang yang aktif.
c. Pernyataan yang tidak penting juga dituliskan.
58
Proses Proses
Input (SDM) Input (SDM)
Planning Planning
Human Human
Organizing Organizing
Organization Organization
Actuating Actuating
Technology Technology
Controlling Controlling
dicapai pada masa mendatang, misalnya adanya SOP. Faktor organizing yaitu
pengaturan atau alokasi pekerjaan antar petugas. Faktor actuating yaitu adanya
dorongan atau arahan dari atasan tentang proses klaim dan strategi agar RS dapat
menjalankan proses klaim dengan baik dan benar. Faktor controlling yaitu adanya
evalusi dengan diadakan rapat rutin untuk membahas permasalah dan solusi yang
tepat.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
Objek penelitian yang digunakan adalah berkas klaim rawat inap bulan September
tahun 2018 yang dikembalikan oleh BPJS Kesehatan di RS Mitra Sehat
Situbondo.
60
3.3 Definisi Istilah
Tabel 3.2 Definisi Istilah
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
1. Pengembalian berkas klaim Berkas klaim rawat inap yang dikembalikan oleh BPJS Kesehatan pada a. Observasi (hal 327)
rawat inap oleh BPJS bulan September 2018 karena berkas tidak lengkap atau karena b. Dokumentasi
Kesehatan ketidaksesuaian kaidah koding.
2. Ketidaklengkapan berkas Berkas yang dinyatakan tidak lengkap oleh BPJS Kesehatan sehingga 1) Observasi (hal 332
klaim. berkas dikembalikan oleh BPJS Kesehatan ke RS Mitra Sehat Situbondo. dan 335)
Kelengkapkapan berkas klaim rawat inap dilakukan secara kuantitatif dan 2) Dokumentasi
kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi lengkapnya lembar klaim rawat inap 3) Wawancara (hal 323)
yang terdiri dariBPJS Kesehatan menyatakan lengkap apabila terdapat:
a. Clinical pathway
b. Resume medis lengkap yang mencantumkan diagnosa dan prosedur serta
ditandatangani oleh DPJP.
c. SEP
d. Surat perintah rawat inap dari UGD/Poli.
e. Bukti pelayanan lain yang ditandatangani oleh DPJP (bila ada), seperti:
laporan operasi, protokol terapi dan regimen (jadwal pemberian obat)
pemberian obat khusus, resep alat kesehatan (diluar prosedur operasi),
tanda terima alat kesehatan (kacamata, alat bantu dengar, alat bantu
gerak, dan lain - lain), billing system atau perincian tagihan manual
rumah sakit.
f. Print out luaran aplikasi pengajuan klaim
g. Hasil pemeriksaan penunjang
Analisis secara kuantitatif juga melihat dari lengkapnya setiap item pada
masing-masing berkas klaim (setiap item di berkas klaim harus terisi
lengkap).
Analisa secara kualitatif melihat dari kesesuaian antara anamnesa,
pemeriksaan penunjang, diagnosa utama, tindakan, spesialisasi, dan koding
diagnosis maupun koding tindakan.
3. a. Human 1) Pengetahuan a) Hasil tahu petugas pendaftaran terkait regulasi kelengkapan berkas (1) Wawancara (hal
klaim di TPPRI, berkas klaim yang harus dilengkapi di TPPRI bagi 249 dan 276)
61
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
pasien JKN, pengisian dan pembuatan SEP (SEP semua kasus, SEP (2) Dokumentasi
kasus kecelakaan, SEP rujukan), batas waktu pembuatan SEP, dan
tindakan yang dilakukan apabila salah dalam pembuatan SEP setelah
melihat dari pedoman atau mendengarkan melalui seseorang.
b) Hasil tahu verifikator internal terkait berkas klaim yang harus
dilengkapi secara umum, pentingnya kelengkapan berkas klaim, SEP,
tindakan apabila resume tidak lengkap, kelengkapan berkas kasus
bedah, berkas penunjang untuk kasus Thypoid, rangkap kwitansi, cara
mengecek kelengkapan, alat mengecek kelengkapan berkas klaim, bukti
pelayanan yang harus dilengkapi setelah melihat dari pedoman atau
mendengarkan melalui seseorang.
2) Kedisiplinan Berjalan atau tidaknya lembar check list yang digunakan oleh verifikator (a) Wawancara (hal
internal dalam menganalisa kelengkapan berkas klaim sehingga 252 dan 278)
keberhasilan suatu tujuan yaitu proses klaim dapat dicapai yakni tidak (b) Observasi (hal 330)
terjadi pengembalian berkas klaim rawat inap. (c) Dokumentasi
Ketepatan waktu verifikator internal dan petugas pendaftaran dalam
mengerjakan tugas sepert tidak terlambat datang dan tepat waktu saat jam
istirahat.
3) Pengalaman kerja a) Lama waktu yang ditempuh verifikator internal dalam mengidentifikasi (1) Wawancara (hal
kelengkapan berkas klaim dan membedakan antara berkas klaim rawat 253 dan 279)
inap yang lengkap dan tidak lengkap tidak lebih dari 5 menit. (2) Dokumentasi
b) Keterampilan petugas pendaftaran dalam melayani kelengkapan berkas
di loket pendaftaran rawat inap dan keterampilan membuat SEP pasien
tidak lebih dari 1 menit atau 5 menit sehingga tidak terjadi not
respoding.
4) Ketersediaan SDM Pemetaan verifikator internal dan petugas pendaftaran sudah mencukupi a) Wawancara (hal
atau belum sehingga tidak terjadi double job atau ketidaksesuaian dengan 253 dan 279)
job description saat awal masuk kerja atau pekerjaan menumpuk dan belum b) Observasi (hal 327)
selesai. c) Dokumentasi
b. Organization 1) Lingkungan kerja Lingkungan kerja dan suasana ruang kerja petugas pendaftaran dan a) Wawancara (hal
verifikator internal mendukung dalam proses klaim BPJS Kesehatan, 257 dan 282)
ruangan tidak sempit, penataan ruang rapi, sarana prasarana terpenuhi, dan b) Observasi (hal 329)
petugas nyaman dalam bekerja. c) Dokumentasi
62
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
2) Tuntutan antar pribadi Tekanan yang diciptakan oleh petugas klaim lainnya, dukungan sosial dari a) Wawancara (hal
rekan-rekan yang dapat meningkatkan atau malah menimbulkan stres kerja. 258 dan 283)
b) Dokumentasi
c. Technology 1) Komputer Tersedianya jumlah komputer bagi petugas pendaftaran dalam melakukan a) Wawancara (hal
proses klaim pasien JKN rawat inap misalnya saat pembuatan SEP sehingga 260.)
tidak terjadi antri penggunaan komputer.. b) Observasi
c) Dokumentasi
2) Printer Tersedianya jumlah printer bagi petugas pendaftaran dalam mencetak SEP a) Wawancara (hal
pada bagian pendaftaran sehingga tidak terjadi antrian penggunaan printer. 261)
b) Observasi
c) Dokumentasi
3) Terjadinya error dan Penyebab komputer atau printer error dan tindakan yang dilakukan oleh a) Wawancara (hal
cara mengatasinya petugas pendaftaran saat komputer atau printer yang digunakan mengalami 261)
heng atau error saat melengkapi berkas. b) Dokumentasi
4) Scanner Tersedianya scanner bagi verifikator internal dalam proses klaim sehingga a) Wawancara (hal
tidak terjadi antrian penggunaan scanner dan proses scan berkas klaim 263)
dapat tepat waktu sebelum berkas klaim dikirimkan pada tanggal 15 bulan b) Dokumentasi
berikutnya.
5) Aplikasi yang Adanya SIMRS, aplikasi SEP, aplikasi e-klaim versi 5.1, bridging SIMRS a) Wawancara (hal
mendukung dengan v-klaim atau e-klaim, bridging v-klaim dengan e-klaim sehingga 263)
tidak terjadi penginputan 2 kali oleh verifikator internal dan petugas b) Observasi
pendaftaran. c) Dokumentasi
d. Planning 1) Proses planning Verifikator internal melakukan identifikasi kelengkapan berkas klaim sesuai a) Wawancara (hal
dengan ketentuan kelengkapan berkas klaim oleh BPJS Kesehatan maupun 265 dan 284)
kebijakan yang berlaku di rumah sskit. b) Dokumentasi
Tersedianya peraturan kelengkapan berkas klaim baik dari BPJS Kesehatan
maupun kebijakan rumah sakit.
2) Kualitas hasil Tingkat baik atau buruknya perencanaan yang telah di buat oleh rumah a) Wawancara (hal
planning sakit dapat berupa SOP atau kebijakan lainnya sehingga kelengkapan 267 dan 285)
berkas klaim dapat tercapai. b) Dokumentasi
e. Organizing 1) Pembagian kerja Keterlibatan petugas pendaftaran dan verifikator internal dalam pengecekan a) Wawancara (hal
kelengkapan berkas klaim dalam keseharian atau apabila terdapat karyawan 268 dan 286)
yang cuti sehingga tidak terjadi penumpukan pekerjaan yang b) Dokumentasi
63
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
mengakibatkan salah satu atau beberapa tugas tidak dapat terselesaikan
tepat waktu
2) Job description Kejelasan dan kerincian job description petugas pendaftaran dan a) Wawancara (hal
verifikator internal atau kekonsistenan job description awal dengan saat 270 dan 288)
bekerja yang akan berpengaruh terhadap pekerjaan karyawan yang b) Observasi
mengakibatkan tidak beresnya pekerjaan (karyawan bekerja asal-asalan) c) Dokumentasi
atau menumpuknya pekerjaan).
f. Actuating 1) Motivasi a) Upaya kepala rekam medis dan karyawan lainnya untuk menimbulkan (1) Wawancara (hal
rangsangan dorongan kepada verifikator internal dan petugas 272 dan 289)
pendaftaran agar dapat bekerja sama secara optimal dalam melaksanakan (2) Observasi
kelengkapan berkas klaim sehingga ketidaklengkapan berkas klaim (3) Dokumentasi
dapat diminimalisir.
b) Pemberian reward berupa sertifikat atau hadiah kecil atau pemberian
hari cuti atau berupa pujian/promosi jabatan oleh kepala rekam medis
baik dengan menggunakan uang pribadi ataupun uang hasil perencanaan
kepada petugas pendaftaran dan verifikator internal yang rajin dalam
mengecek kelengkapan berkas klaim dan tepat waktu dalam pengecekan
berkas klaim dan pemberian punishment berupa teguran lisan, pemberian
SP (1-3) oleh untuk karyawan yang sering telat datang bekerja ataupun
keterlambatan petugas dalam menyelesaikan tugasnya sehingga
pekerjaan menumpuk. Pemberian reward dan punishment tersebut
dibakukan dalam sebuah kebijakan di unit rekam medis khususnya tim
JKN.
2) Pengarahan Pemberian arahan dengan teknik konsultasi yang dilakukan oleh kepala a) Wawancara (hal
rekam medik yang kemudian dibahas bersama-sama dengan petugas 273 dan 290)
pendaftaran dan verifikator internal untuk membahas tentang terjadinya b) Dokumentasi
pengembalian berkas klaim yang disebabkan oleh ketidaklengkapan berkas
klaim dan memberikan arahan kepada petugas pendaftaran dan verifikator
internal apa yang seharusnya dilakukan jika terjadi ketidaklengkapan berkas
klaimS.
g. Controlling Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menemukan dan mengoreksi 1) Wawancara (hal
penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang 274 dan 292)
direncanakan, pelaksanaan rapat secara rutin (3 atau 6 bulan sekali) dengan 2) Dokumentasi
64
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
seluruh karyawan klaim yang dipimpin oleh kepala rekam medik untuk 3) Observasi
memberikan penilaian terhadap proses melengkapi berkas klaim dan
memberikan masukan untuk perencanaan di masa mendatang.
1) Ketidaksesuaian kaidah Kaidah koding dianggap tidak sesuai oleh BPJS Kesehatan sehingga berkas a. Dokumentasi
koding klaim dikembalikan. Ketidaksesuaian koding tersebut dilihat dari penentuan b. Wawancara (hal
kode diagnosa dan kode tindakan oleh verifikator internal, penentuan 324)
severtity level, dan penentuan diagnosa utama. Penentuan kode yang tepat c. Observasi (hal 330)
dilihat dari diagnosa yang tercantum dalam resume medis serta ditunjang
dengan pemeriksaan penunjang pasien. Pengkodingan diagnosa dilakukan
dengan menggunakan ICD-10 versi 2010 dan koding tindakan dilakukan
dengan ICD-9-CM versi 2010.
Struktur kode INA-CBG’s terdiri dari 4 digit yaitu:
a. Digit ke-1 (alfabetik): menggambarkan kode CMG (Casemix Main
Groups).
b. Digit ke-2 (numerik): menggambarkan tipe kelompok kasus (Case
Groups).
c. Digit ke-3 (numerik): menggambarkan spesifikasi kelompok kasus.
d. Digit ke-4 (romawi): menggambarkan tingkat keparahan kelompok
kasus.
a. Human 1) Pengetahuan a) Hasil tahu verifikator internal terkait penentuan leadterm, penentuan (1) Wawancara (hal
terminologi medis, alat untuk penentuan kode diagnosis dan tindakan, 294 dan 303)
cara pengkodingan sesuai aturan INA-CBG’s, diagnosa yang tidak (2) Dokumentasi
ditanggung oleh BPJS Kesehatan, diagnosa utama, diagnosa sekunder,
perbedaan akut dan kronis, dan penentuan kasus KLL setelah melihat
dari pedoman atau mendengarkan melalui seseorang.
b) Hasil tahu petugas entri terkait aplikasi INA-CBGs, cara penginputan
data ke aplikasi INA-CBGs, pencarian kode dignosis dan tindakan di
aplikasi INA-CBG’s, cara grouping di aplikasi INA-CBGs, pengisian
sub-acute group, yang termasuk special CMGs.
2) Kedisiplinan a) Verifikator internal menyelesaikan kode diagnosa dan kode tindakan (1) Wawancara (hal
pada pasien rawat inap langsung saat berkas klaim rawat inap masuk ke 296 dan 305)
ruang JKN dan verifikator internal datang tepat waktu untuk bekerja (2) Dokumentasi
serta istirahat sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
65
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
b) Ketepatan waktu petugas entri data dalam menginputkan seluruh data ke
aplikasi INA-CBG’s maksimal tanggal 15 bulan berikutnya sesuai
dengan standar BPJS Kesehatan dan petugas entri data datang tepat
waktu untuk bekerja serta istirahat sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
3) Pengalaman kerja a) Kecepatan dan ketepatan verifikator internal dalam menentukan kode (1) Wawancara (hal
diagnosis dan kode tindakan yang telah di tuliskan oleh DPJP. 297 dan 305)
b) Keterampilan mengetik dan kekonsisten petugas entri data dalam (2) Dokumentasi
menginputkan kode diagnosa dan kode tindakan ke aplikasi INA-CBG’s
tidak lebih dari 10 menit sehingga terjadinya not responding dapat
diminimalisir..
4) Ketersediaan SDM Pemetaan verifikator internal dan petugas entri data sudah mencukupi atau a) Wawancara (hal
klaim belum sehingga tidak terjadi double job atau sesuai dengan job description 297 dan 306)
saat awal masuk bekerja atau pekerjaan menumpuk dan belum selesai. b) Dokumentasi
b. Organization 1) Lingkungan kerja Lingkungan kerja dan suasana ruang kerja mendukung dalam proses a) Wawancara (hal )
pengkodingan diagnosis penyakit maupun tindakan, ruangan tidak sempit, b) Observasi (hal 329)
penataan ruang rapi, dan sarana prasarana tercukupi seperti ICD. c) Dokumentasi
2) Tuntutan antar pribadi Tekanan yang diciptakan oleh petugas klaim lainnya dan dukungan sosial
a) Wawancara (hal
yang diberikan oleh rekan-rekan dan kepala reka medis sehingga tidak
b) Dokumentasi
menimbulkan stres kerja.
c. Technology 1) Komputer Tersedianya jumlah komputer dalam melakukan proses entri data klaim a) Wawancara (hal
sehingga tidak terjadi antrian penggunaan komputer dan tersedianya 299 dan 308)
komputer untuk proses pengkodingan diagnosis dan tindakan sehingga b) Observasi
tidak terjadi antrian penggunaan komputer. c) Dokumentasi
2) Printer Tersedianya jumlah printer dalam mencetak lembar INA-CBGs sehingga a) Wawancara (hal
tidak terjadi antrian penggunaan printer. 309)
b) Observasi
c) Dokumentasi
3) Terjadinya error dan Penyebab komputer atau printer error serta tindakan yang dilakukan oleh a) Wawancara (hal
cara mengatasinya petugas entri data saat komputer atau printer yang digunakan mengalami 309)
heng atau error saat pencetakan hasil klaim. b) Dokumentasi
4) Aplikasi yang Adanya aplikasi ICD-10, ICD-9-CM, aplikasi INA CBG’s ataupun a) Wawancara (hal
mendukung aplikasi lainnya yang mendukung proses kodefikasi. 299 dan 312)
b) Observasi
66
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
c) Dokumentasi
d. Planning 1) Proses planning Verifikator internal melakukan proses kodefikasi berkas sesuai dengan SOP a) Wawancara (hal
pengkodingan dan ketersediaan peraturan tentang kodefikasi INA-CBGs. 301 dan 313)
b) Dokumentasi
c) Observasi (hal 330)
2) Kualitas hasil Tingkat baik atau buruknya perencanaan yang telah dibuat dapat berupa a) Wawancara (hal
planning SOP atau kebijakan yang berlaku di rumah sakit sehingga pelaksanaan 302 dan 314)
koding dapat tercapai. b) Dokumentasi
e. Organizing 1) Pembagian kerja Keterlibatan verifikator internal dalam pemberian kode, pengecekan ulang a) Wawancara (hal
kaidah koding, dan petugas entri data dalam menginputkan data klaim. 315)
b) Dokumentasi
2) Job description Deskripsi pekerjaan verifikator internal dan petugas entri data sudah sesuai, a) Wawancara (hal
rinci, dan jelas untuk setiap posisi sehingga menghindari tidak beresnya 316)
pekerjaan atau kebingungan tugas verifikator internal dan tidak terjadi b) Dokumentasi
penumpukan pekerjaan.
f. Actuating 1) Motivasi a) Upaya kepala rekam medis dan petugas lainnya untuk menimbulkan (1) Wawancara (hal
rangsangan dorongan kepada verifikator internal agar dapat bekerja 272)
sama secara optimal dalam pelaksanaan kodefikasi sehingga verifikator (2) Dokumentasi
internal tetap semangat dalam melakukan proses kodefikasi dignosis dan
tindakan.
b) Pemberian reward berupa pemberian tambahan hari cuti, hadiah kecil,
pemberian pujian, kenaikan jabatan, pemberian gaji insentif 2%, atau
penghargaan lainnya kepada verifikator internal dan petugas entri data
yang rajin dan tepat dalam pelaksanaan penentuan kode dan pemberian
punishment berupa peringatan secara lisan, peringatan tertulis (SP 1-3)
untuk petugas yang sering telat datang bekerja ataupun keterlambatan
petugas dalam menyelesaikan tugasnya sehingga pekerjaan menumpuk.
2) Pengarahan Pemberian arahan dengan teknik konsultasi yang dilakukan oleh kepala a) Wawancara (hal
rekam medik yang kemudian dibahas bersama-sama dengan verifikator 273)
internal dan petugas entri data untuk membahas tentang terjadiya b) Dokumentasi
pengembalian berkas klaim yang disebabkan oleh kesalahan kodefikasi
dignosa ataupun tindakan.
g. Controlling Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menemukan dan mengoreksi 1) Wawancara (hal
67
No. Istilah Indikator Definisi Pengumpulan Data
penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang 317)
direncanakan, pelaksanaan rapat secara rutin (3 atau 6 bulan) dengan 2) Dokumentasi
seluruh petugas klaim yang dipimpin oleh kepala rekam medik untuk 3) Observasi
memberikan penilaian terhadap proses pelaksanaan kodefikasi dan
memberikan masukan untuk perencanaan di masa mendatang.
2) Brainstorming Metode/cara yang digunakan untuk menentukan rekomendasi solusi terkait Brainstorming (hal 339)
masalah pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan.
68
69
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini nantinya dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak karena
masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan. Temuan dapat deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori.
Merumuskan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
74
75
4.1.3 Visi, Misi, Tujuan, Struktur Organisasi, dan Data Rumah Sakit Mitra Sehat
Situbondo
a. Visi
Menjadi rumah sakit kepercayaan masyarakat kabupaten Situbondo dan
sekitarnya dalam memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu dan
terjangkau.
b. Misi
1) Memberikan solusi atas masalah kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.
2) Memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3) Memberikan pengobatan secara profesional sesuai prosedur, berkualitas dan
dapat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat
76
4.1.4 Gambaran Alur Klaim BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat
Situbondo
Proses klaim BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
diajukan ke kantor cabang BPJS Kesehatan paling lambat setiap tanggal 10 bulan
berikutnya. Proses pengajuan klaim dilakukan dengan mengirimkan berkas klaim
rawat jalan maupun rawat inap (hardcopy) dan file txt (softcopy). Sebelum berkas
klaim diajukan ke kantor BPJS Kesehatan, terdapat prosedur yang harus dilewati
yaitu pelayanan administrasi dan rekapitulasi pelayanan. Adapun prosedur
pelayanan administrasi rawat inap dilakukan oleh petugas loket pendaftaran
dengan gambaran sebagai berikut.
a. Pasien datang ke Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo dengan menunjukkan
KTP, KK, Kartu JKN, surat pengantar rawat inap, surat kontrol, dan surat
rujukan kecuali kasus emergency tanpa surat rujukan. Kartu JKN, KTP, KK,
dan surat pengantar rawat inap di fotokopi rangkap tiga.
77
b. Pasien akan dibuatkan SEP oleh petugas pendaftaran yang kemudian akan
diserahkan oleh pasien guna mendapat pelayanan rawat inap.
c. Pasien mendapat pelayanan rawat inap sesuai dengan indikasi medisnya.
Apabila pelayanan administrasi pasien rawat inap telah selesai, kelanjutan
proses pengajuan klaim adalah rekapitulasi pelayanan pasien rawat inap.
Rekapitulasi pelayanan pasien rawat inap dimulai pada saat pasien mendapat
pelayanan rawat inap kemudian hasil pelayanan akan di catat di dalam berkas
rekam medis sebagai bukti-bukti pelayanan pasien. Jika pasien pulang dan dokter
spesialis memberikan surat keterangan bahwa pasien masih memerlukan
perawatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo maka untuk kunjungan
selanjutnya pasien langsung datang ke rumah sakit tanpa harus ke FKTP terlebih
dahulu dengan membawa surat keterangan dokter tersebut. Apabila dokter
spesialis tidak memberikan surat keterangan maka pada kunjungan berikutnya
pasien harus ke FKTP terlebih dahulu. Setelah pasien rawat inap pulang, berkas
rekam medis pasien JKN akan di antar ke unit rekam medik untuk peoses
pengelolaan berkas klaim. Alur proses pengajuan klaim rawat inap ke BPJS
Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo dapat digambarkan sebagai
berikut.
DRM dari
bangsal
Analisis Tidak
Lengkap?
Assembling
Koding
Indeksing
Input data
klaim pasien
rawat inap
Data di
Grouping
Simpan
Cetak
lembar
INA-CBGs
Gambar 4.1 Alur Klaim BPJS di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
78
Penjelasan alur klaim di Rumah Sakit Mitra Sehat Sitbondo adalah sebagai
berikut
a. Dokumen Rekam Medis (DRM) dari Bangsal
Berkas klaim rawat inap berada di dalam DRM yang berasal dari bangsal
rawat inap. Tidak semua DRM digunakan untuk proses klaim BPJS Kesehatan.
Adapun berkas klaim yang harus ada terdiri dari kwitansi rangkap tiga, SEP, surat
perintah rawat inap, resume medis lengkap dengan mencantumkan diagnosa dan
prosedur yang telah ditandatangani oleh DPJP, bukti pelayanan lain yang
ditandatangani oleh DPJP (bila ada), seperti: laporan operasi, protokol terapi dan
regimen (jadwal pemberian obat) pemberian obat khusus, resep alat kesehatan
(diluar prosedur operasi), tanda terima alat kesehatan (kacamata, alat bantu
dengar, alat bantu gerak, dan lain - lain), billing system atau perincian tagihan
manual rumah sakit, dan hasil pemeriksaan penunjang.
b. Analisis
Formulir yang telah diurutkan akan dianlisis oleh petugas analisis. Proses
analisis merupakan proses memilah formulir yang lengkap dan tidak lengkap.
Apabila berkas tidak lengkap maka berkas akan dikembalikan ke bangsal untuk
dilengkapi oleh pihak terkait. Namun apabila berkas lengkap, berkas akan
dilanjutkan ke bagian koding. Bagian analisis juga bertugas untuk memilah
formulir yang dibutuhkan untuk proses klaim. Jadi tidak semua formulir di DRM
yang dibutukan untuk proses klaim ke BPJS Kesehatan.
c. Assembling
Dokumen rekam medis yang didalamnya terdapat berkas klaim akan masuk
ke dalam unit rekam medik untuk dilakukan assembling. Assembling merupakan
proses penyortiran formulir/mengurutkan formulir dari nomor terbesar hingga
nomor terkecil. Apabila formulir sudah diurutkan, formulir akan dikaitkan ke
sampul DRM agar formulir tidak terlepas.
d. Koding
Formulir ringkasan masuk keluar pasien dan resume medis selanjutkan akan
di koding oleh koder. Adapun yang dikoding yaitu diagnosa penyakit pasien dan
tindakan yang telah didapatkan oleh pasien. Pengkodingan dilakukan dengan
79
Tabel 4.1 menjelaskan bahwa apabila berkas klaim dianggap tidak layak
oleh BPJS Kesehatan akan dikembalikan pada kurun waktu 2 hari setelah berkas
klaim disetor oleh RS Mitra Sehat ke kantor cabang BPJS Kesehatan
81
Banyuwangi. Berkas klaim dikatakan tidak layak apabila berkas klaim tidak
lengkap dan kaidah koding yang tidak sesuai. Pengembalian berkas klaim terjadi
setiap bulannya dengan jumlah yang tidak menentu. Persentase pengembalian
berkas klaim berturut-turun bulan September-Desember 2018 adalah 20,45%;
15,38%; 17,31%; dan 30,44%.
Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara kepada petugas
casemix di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo menjelaskan bahwa memang
penyebab pengembalian berkas klaim rawat inap karena berkas klaim dianggap
tidak layak oleh verifikator BPJS Kesehatan Cabang Banyuwangi. Berkas
dikatakan tidak layak karena dua hal yakni berkas klaim tidak lengkap dan
ketidaksesuain kaidah koding (BPJS Kesehatan, 2017). Hal ini juga terjadi di
Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo yang menyatakan bahwa berkas
dikembalikan karena ada berkas yang tidak lengkap dan persepsi kaidah koding
yang tidak sama dengan verifikator BPJS Kesehatan. Berikut ini adalah hasil
wawancara petugas casemix yang menyatakan bahwa:
“Iya memang dek, berkas dikembalikan oleh verifikator BPJS Kesehatan di
rumah sakit ini karena berkas yang tidak lengkap sama koding yang tidak sama
dengan verifikator BPJS Kesehatan”
(Verifiktor internal 1, 2018)
“Gara-gara kodingnya nggak sama dek sama BPJS terus juga ada yang nggak
lengkap kayak penunjangnya gitu atau nggak sesuai antara penunjang sama
diagnosa”
(Verifiktor internal 3, 2018)
pengisian lembar klaim. Berkas klaim yang tidak lengkap dikembalikan oleh
BPJS Kesehatan biasanya 2 hari setelah berkas diserahkan ke BPJS Kesehatan dan
dilakukan setiap 3 bulan sekali namun terkadang juga melebihi dari 3 bulan
tersebut. Sehingga besar kemungkinan pengembalian berkas klaim disebabkan
oleh ketidaklengkapan berkas klaim pasien rawat inap.
Kelengkapan berkas klaim dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Kelengkapan secara kuantitatif dilihat dari lengkapnya lembar klaim rawat inap
dan lengkapnya pengisian setiap item lembar klaim. Adapun analisa secara
kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 4.3 yang didapatkan dari hasil observasi dan
dokumentasi terhadap 86 berkas klaim BPJS Kesehatan pasien rawat inap yang
tidak lengkap dari 149 berkas (57,72%) yang telah dikembalikan oleh BPJS
Kesehatan pada bulan September – Desember 2018 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Kelengkapan Berkas Klaim BPJS Kesehatan Pasien
Rawat Inap Bulan September – Desember Tahun 2018 di Rumah Sakit
Mitra Sehat Situbondo dilihat dari kelengkapan lembar klaim rawat inap
Lembar klaim BPJS Kesehatan Lengkap Tidak Lengkap
Clinical pathway
Resume medis
Laporan penunjang
Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
Surat perintah rawat inap
Formulir verifikasi JKN/luaran
aplikasi pengajuan klaim
Surat keterangan/bukti pelayanan
(operasi, kelahiran)
Sumber: RS Mitra Sehat Situbondo, 2018.
Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa pada berkas klaim 1
kasus persalinan, kelengkapan persyaratan sudah memenuhi. Namun berdasarkan
hasil validitas isi, ada beberapa item yang belum diisi maupun diisi tapi tidak
sesuai. Adapun item yang sudah diisi namun belum sesuai yaitu pada lembar SEP
item tanggal SEP. Hasil wawancara menyatakan bahwa ketidaksesuaian
disebabkan pasien belum juga melengkapi berkas klaim yaitu KTP, KK, dan
Kartu JKN sehingga petugas akhirnya memanipulasi tanggal masuk. Adapun item
yang tidak diisi adalah diagnosa utama, diagnosa sekunder, dan tanda tangan
dokter pada lembar resume pasien. Hasil wawancara menjelaskan bahwa memang
sering dokter kandungan di Rumah Sakit Mitra Sehat tidak menuliskan diagnosa.
Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh verifikator internal sebagai berikut.
“….. yang nggak lengkap paling banyak di obgyn ya dek? Iya mbak. Emang
dokternya itu harus diingetin dulu itu dek. Maklum dokter uda senior jadi sering
lupa” (Petugas verifikator 1, 2018)
90
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa paling banyak berkas klaim yang
tidak lengkap adalah kasus obgyn. Ketidaklengkapan di kasus obgyn disebabkan
oleh tidak ada tanda tangan DPJP dan diagnosa pasien. Sehingga pengembalian
berkas klaim oleh BPJS Kesehatan disebabkan ketidaklengkapan pengisian berkas
klaim yaitu karena tidak ada tanda tangan DPJP dan diagnosa pasien pada resume
medis pasien.
b. Berkas Klaim JKN Pasien Rawat Inap 2 Kasus Typhoid
Hasil observasi berdasarkan kelengkapan berkas dan validitas isi pada kasus
Typhoid yang merupakan kasus yang banyak juga mengalami pengembalian
berkas klaim karena ketidaklengkapan berkas klaim, ketidaklengkapan pengisian
berkas klaim maupun ketidaksesuaian diagnosa dan pemeriksaan penunjang yang
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.4 Gambaran Kelengkapan Berkas, Validitas Isi, dan Waktu Pengajuan
Berkas Klaim Rawat Inap 1 Kasus ISK bulan Desember Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa pada berkas klaim 2
kasus Typhoid, kelengkapan persyaratan sudah memenuhi. Namun berdasarkan
hasil validitas isi, ada beberapa item sudah diisi namun tidak sesuai. Adapun item
yang sudah diisi namun belum sesuai yaitu pada lembar resume pasien dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosa pada resume pasien menurut verifikator BPJS
Kesehatan tidak sesuai dengan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan didapatkan salmonela positif namun
dokter menuliskan diagnosa DBD.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Megawati dan Pratiwi (2016)
yang menjelaskan bahwa masih ditemukan masalah pada bagian aministrasi BPJS
terkait berkas pengajuan klaim asuransi BPJS pasien rawat inap masih mengalami
kendala yakni berkas klaim dikembalikan oleh verifikator BPJS Kesehatan. Hal
93
tersebut dikarenakan ada persyaratan yang belum lengkap atau terdapat item yang
tida diisi dengan lengkap. Hasil penelitian terhadap 76 berkas klaim BPJS pasien
rawat inap didapatkan persentase lembar syarat tidak lengkap tersebut yaitu
lembar syarat laporan individual pasien sebesar 32 lembar syarat yang tidak
lengkap atau 84% atau sebanyak 6 (16%) lembar syarat yang lengkap. Lembar
laporan penunjang sebanyak 7 lembar syarat yang tidak lengkap atau sebesar 18%
dengan 31 (82%) lembar syarat lengkap. Sehingga ketidaklengkapan berkas klaim
yang di analisis secara kuantittaif dan kualitatif merupakan penyebab terjadinya
pengembalian berkas klaim rawat inap di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo.
Ketidaklengkapan lembar klaim, ketidaklengkapan pengisian lembar klaim, dan
ketidaksesuaian antara diganosis maupun pemeriksaan penunjang dikarenakan
beberapa penyebab diantaranya faktor human, organization, technology, planning,
organizing, actuating, dan controlling. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh
Leonard (2016) yang menyatakan bahwa faktor terjadinya pengembalian berkas
klaim terdiri dari SDM, sarana prasarana, prosedur, planning, organizing,
actuating, controlling, dan lingkungan.
Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan petugas pendaftaran yang bekerja lebih
lama daripada petugas pendaftaran 1 yang mengatakan bahwa:
“Iya dek kita pokok uda ngasih peraturan dari BPJS Kesehatan tentang berkas-
berkas yang harus dilengkapi di bagian pendaftaran rawat inap tapi kayakknya
sih nggak dibaca soalnya itu kan banyak banget yang harus dibaca, palingan
karyawan yang baru kami bimbing ini lo berkas yang harus dilengkapi dan harus
dicatat biar kalau lupa enak. Kalau aturan dari rumah sakit sendiri terkait
kelengkapan berkas klaim ya tidak ada kan kita hanya manut ke BPJS Kesehatan
aja dek”
(Petugas pendaftaran 2, 2018)
termasuk peserta asuransi kesehatan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh petugas pendaftaran sebagai berikut.
“Persyaratan yang harus dilengkapi itu ya KTP, kartu JKN, KK, dan surat
pengantar rawat inap”
“Nggak harus di fotokopi sih dek tapi mungkin mikirnya pasien daripada bolak-
balik dan takut yang asli hilang makanya di fotokopi tapi sebenarnya nggak harus
difotokopi kan itu nanti cuma dipekek formalitas aja, ternyata pasien ini uda
terdaftar di asuransi, juga digunakan buat menyamakan data antara di kartu JKN
sama kartu identitas lainnya soalnya pasien kadang pakai kartu JKN orang lain
atau kalau nggak kartu anggota keluarganya yang lain”
(Petugas pendaftaran 1, 2018)
berbeda meskipun tidak banyak. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara
kepada responden sebagai berikut.
“Kalau pembuatan SEP sebenarnya gampang dek cuma kadang kesulitan dalam
penentuan kode diagnosis soalnya diagnosa yang dituliskan sama dokter kadang
tidak ada di aplikasi v-klaim dan ICD-10. Kadang pula diagnosis yang ada di v-
klaim juga tidak sama dengan yang ada di ICD-10”
(Petugas pendaftaran 1, 2018)
“Memang kadang kita nggak teliti dek apalagi kalau sudah capek”
(Verifikator internal 2, 2018)
“Dulu itu setiap tanggal 10 bulan berikutnya, sekarang ganti tanggal 15”
(Verifikator internal 2, 2018)
“Iya emang kita kayak gitu dek biar cepat, kita nggak usah checklist-checklist-
an”
(Verifikator internal 2, 2018)
103
c. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh
karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Pengalaman kerja menunjukkan berapa lama agar karyawan bekerja dengan baik.
Pengalaman kerja juga meliputi banyaknya jenis pekerjaan atau jabatan yang
pernah diduduki oleh seseorang atau lamanya seseorang bekerja atau lama jabatan
pada masing-masing pekerjaan tersebut (Hasibuan, 2000). Pengalaman kerja
dalam penelitian ini yaitu kemampuan atau keterampilan petugas pendaftaran
dalam melayani kelengkapan berkas klaim dan membuat SEP serta verifikator
internal dalam mengidentifikasi kelengkapan berkas klaim rawat inap dan
membedakan antara berkas klaim rawat inap yang lengkap dan tidak lengkap.
Masing-masing petugas memiliki pengalaman kerja yang berbeda-beda dilihat
dari lamanya petugas bekerja dan jenis pekerjaan yang dikerjakan.
1) Petugas Pendaftaran
Pengalaman kerja berhubungan erat dengan keterampilan atau kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kemampuan kerja merupakan
kapasitas individu dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya
(Sirnamora, 2006). Kemampuan bekerja masing-masing individu pasti berbeda,
ada yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dan ada juga yang biasa saja.
Pengalaman bekerja mutlak diperlukan agar petugas dapat menyelesaikan
tugasnya secara cepat dan tepat sesuai dengan metode atau standar kerja yang
telah ditetapkan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Keterampilan atau kemampaun dalam bekerja menjadi dasar petugas
pendaftaran klaim pasien rawat inap dalam menyelesaikan pekerjaannya secara
cepat dan tepat. Meskipun masih terjadi kebingungan penginputan apabila pasien
belum melengkapi berkas lebih dari 3 hari, secara umum penginputan dan
penerbitan SEP dilakukan secara cepat. Kebingungan petugas pendaftaran dalam
menentukan tanggal SEP tersebut membuat petugas melakukan manipulasi
tanggal masuk pasien agar berkas dapat di klaim sebab batas pembuatan SEP
pasien rawat inap adalah 3 hari. Hasil wawancara dengan petugas pendaftaran
menyatakan bahwa:
105
“Kita pembuatan SEP nggak lama kok dek paling sekitar 2 menit kecuali kalau
reloadnya lama bisa lebih dari 10-15 menit. Terus juga kalau kita bingung
menentukan tanggal masuk juga lama, cari kode diagnosis juga lama”
(Petugas pendafatarn 1, 2018)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa masa kerja kedua petugas
pendaftaran adalah 6 bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 2 petugas
memiliki masa kerja kurang dari 3 tahun dan petugas pendaftaran masih belum
terbiasa mengetik 10 jari. Sehingga besar kemungkinan pengalaman kerja yang
kurang menyebabkan ketidaklengkapan berkas klaim khususnya dalam penerbitan
SEP.
2) Verifikator Internal
Pengalaman kerja adalah sejauh mana tenaga dapat mencapai hasil yang
memuaskan dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan, dan
keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Sehingga pengalaman merupakan atribut penting dimana seseorang memiliki
keahlian melaksanakan tugasnya melebihi selektif terhadap informasi mengingat
agar tidak terjadi kesalahan lebih besar dalam mengerjakan tugasnya. Keahlian
kerja menjadi dasar verifikator internal dalam menyelesaikan pekerjaannya secara
cepat dan tepat. Meskipun masih terjadi ketidaktelitian verifikator internal dalam
mengidentifikasi kelengkapan berkas klaim, secara umum proses pengecekan
kelengkapan berkas klaim sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara sebagai berikut.
“Kita kan cuma bertiga terus berkas yang harus kita cek banyak soalnya nggak
hanya rawat inap aja tapi juga rawat jalan. Yah… wajar juga kita nggak fokus
apalagi kalau mepet mau di kirim ke BPJS”
(Verifikator internal 1, 2018)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa masa kerja verifikator internal
1 dan 2 adalah 1 tahun 7 bulan sedangkan verifikator internal 3 adalah 1 tahun.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa 3 verfifikator internal memiliki masa kerja
kurang dari 3 tahun. Sehingga besar kemungkinan pengalaman kerja yang kurang
menyebabkan ketidaklengkapan berkas klaim khususnya dalam penerbitan SEP.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja verifikator internal
masih kurang karena verifikator internal belum bisa mendeteksi kesalahan dan
mencari penyebab muncul kesalahan tersebut sebelum dikirimkan ke kantor BPJS
Kesehatan sehingga terjadi pengembalian berkas klaim karena ketidaksesuaian
pemeriksaan penunjang dengan diagnosa.
d. Ketersediaan SDM
1) Petugas Pendaftaran
Hasil wawancara kepada petugas pendaftaran, jumlah petusgas yang
mengerjakan SEP berjumlah 2 orang yaitu 1 untuk shift pagi dan 1 untuk shift
sore. Dua orang tersebut semuanya lulusan perekam medis. Berikut ini adalah
hasil wawancara kepada petugas pendaftaran yang menyatakan bahwa:
“Jumlah petugas pendaftaran ada 2, semuanya lulusan perekam medis.”
“…nggak kurang sih dek kalau buat SEP saja, kalau pasien rawat inap mah lebih
dikit daripada rawat jalan. Kalau sekarang nggak kuwalahan soalnya kan
sekarang BPJS memberlakukan sistem wilayah jadi pasien nggak terlalu banyak
108
“Nggak kuwalahan kok dek di sini tapi beda kayaknya sama pekerjaan mbak-
mbak di dalam itu, banyak banget kerjaannya”
(Petugas pendaftaran 2, 2018)
“Haduh kurang dek apalagi kalau memasuki waktu tenggang pengiriman berkas
klaim ke BPJS soalnya kan kita nggak hanya ngerjakan rawat inap saja tapi juga
rawat jalan juga”
(Verifikator internal 2, 2018)
Gambar 4.2 menjelaskan bahwa pengembalian berkas klaim rawat inap oleh
BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo disebabkan oleh
ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap. Ketidaklengkapan berkas klaim rawat
inap tersebut disebabkan oleh karyawan belum memahami juknis/aturan BPJS
tentang kelengkapan berkas klaim, belum memahami pemeriksaan penunjang
yang harus diserahkan, kurang ketelitian, tidak adanya lembar checklist, dan
banyak karyawan yang masih baru. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
faktor input dalam kinerja rumah sakit. Keterampilan dan pemahaman yang baik
akan memberikan hasil kinerja yang baik juga bagi rumah sakit. Khususnya untuk
pengelolaan klaim, jika SDM yang tersedia berpengalaman dan memahami klaim
dengan baik maka kesalahan dalam verifikasi klaim dapat dihindari.
Hasil penelitian di Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo didapatkan bahwa jumlah
petugas yang bertugas mengurusi klaim dari pihak rumah sakit ada 5 orang. SDM
tersebut dianggap belum sesuai karena petugas rekam medis tersebut bukan
lulusan perekam medis karena hanya terdapat satu orang lulusan D3 rekam medik.
Perekam medis harus memiliki kualifikasi yaitu DIII Rekam Medis, DIV Rekam
Medis/Sarjana Terapa Rekam Medis, Sarjana Rekam Medis, dan Magister Rekam
111
Medis. Hal ini Rumah Sakit DR. R. Ismoyo dalam penyelenggaraan Rekam Medis
masih memiliki kekurangan petugas rekam medis. Sesuai dengan tujuan dari
penelitian bahwa pengelolaan klaim dapat berjalan dengan lancar jika petugas
yang berhubungan langsung dengan klaim memiliki pemahaman dan keterampilan
yang baik sehingga klaim dapat diproses dengan baik. Jika petugas klaim tidak
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses klaim yang dapat mengakibatkan terganggunya arus kas rumah sakit
(Lewiani, dkk., 2017).
Kusumawati dan Prasetya (2016) juga menjelaskan bahwa ketidaklengkapan
dokumen rekam medis disebabkan karena kurangnya sarana atau alat bantu seperti
kartu kendali untuk menuliskan dokumen yang tidak lengkap, buku ekspedisi
untuk serah terima dokumen dari bangsal ke assembling sehingga tidak adanya
pengendalian dokumen rekam medis tidak lengkap, hal tersebut menyebabkan
banyak ditemukan dokumen yang kurang lengkap dalam pengisiannya dan
petugas juga mengerjakan fungsi selain assembling seperti fungsi koding yaitu
memberi kode dan mengentri kode, menyebabkan tidak efisien dalam
menjalankan tugas.
baik hubungan kerja dengan atasan maupun hubungan sesama rekam kerja
ataupun hubungan dengan bawahan.
Lingkungan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan
fisik. Hasil observasi yang telah dilakukan di ruang casemix Rumah Sakit Mitra
Sehat Situbondo didapatkan bahwa sudah terdapat lampu, meja, kursi, rak untuk
berkas, kasur untuk istirahat, dan keranjang berkas dalam menunjang proses
klaim. Namun berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada verifiikator
internal, ruangan yang ada terlalu sempit sehingga berkas berserakan dimana-
mana. Jumlah keranjang berkas juga kurang untuk menampung berkas yang
berasal dari poli dan rak untuk berkas yang digunakan sebagai tempat berkas yang
belum lengkap juga masih kurang karena ingin disesuaikan dengan jumlah poli
atau ruangan. Adapun cuplikan hasil wawancara yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut.
“Seperti yang kamu lihat dek ruangan ini sangat sempit, ukurannya sekitar 5x3
meter aja. Lampu sudah terang benderang, ruangan ini cukup bersih sih
meskipun raknya masih berdebu”
“Raknya kurang banyak ini dek soalnya polinya banyak, bangsalnya juga
banyak”
(Verifikator internal 1, 2018)
“Ruangannya sempit dek, buat gerak aja kadang susah apalagi kalau orangnya
gemuk-gemuk yang masuk tapi nyaman kok”
(Verifikator internal 2, 2018)
rak untuk tempat buku register kurang. Hal ini diperjelas dengan kutipan
wawancara yang dilakukan kepada petugas pendaftaran sebagai berikut.
“Kita nyaman kok dek di sini meskipun di almarinya masih berdebu, berkasnya
maaf ya masih berantakan”
“…kurang raknya dek biar berkasnya nggak berantakan”
(Petugas pendaftaran 1, 2018)
“Sudah nyaman di sini kok dek, nggak terlalu sempit, nggak ada pengamannya
buat bagian pendaftaran kayak kaca jadi kemungkinan terkena penyakit infeksi ya
sudah mau bagaimana lagi sudah resiko”
(Petugas pendaftaran 2, 2018)
dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan keterangan petugas pendaftaran sebagai
berikut.
“Saya bekerja disini baru dek, sekitar 2 bulan. Awalnya canggung ya dek, takut
gitu tapi mbak-mbak disini baik sih jadi nggak terlalu takut gitu di hari
berikutnya”
“…sejauh ini menyenangkan, kita juga sering juga curhat-curhat pekerjaan kalau
ada masalah”
“belum ada konflik dan mudah-mudahan nggak ada ya”
(Petugas pendaftaran 1)
“Awalnya dia kelihatan banget takut gitu tapi kita ngasih pendekatan soalnya
kalau canggung-canggungan juga nggak enak kan”
(Verifikator internal 2)
Sejauh ini antar karyawan yang menangani kelengkapan berkas klaim tidak
ada konflik yang berarti, jika adapun langsung diselesaikan. Petugas menyatakan
bahwa jika ada masalah langsung diselesaikan bukannya tidak saling bertegur
115
sapa hingga beberapa hari. Antar karyawan juga saling mempercayai dan saling
memberikan dukungan sebab apabila rendahnya tingkat kepercayaan dan
dukungan antar karyawan akan meningkatkan stres kerja. Sehingga tuntutan antar
pribadi tidak mempengaruhi atau tidak menyebabkan terjadinya ketidaklengkapan
berkas klaim secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga menyebabkan
pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan.
c. Gambaran Pohon Masalah dari Faktor Organization terkait
Ketidaklengkapan Berkas Klaim Rawat Inap
Berikut merupakan pohon masalah faktor penyebab pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan jika dilihat dari penyebab pertama yaitu
ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap jika ditinjau dari faktor organization.
Adapun gambarannya adalah sebagai berikut.
Berkas berantakan
Ruangan sempit
Gambar 4.3 menjelaskan bahwa pengembalian berkas klaim rawat inap oleh
BPJS Kesehatan disebabkan oleh ketidaklengkapan berkas klaim.
116
Ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap disebabkan oleh berkas klaim ada yang
terselip bahkan sampai hilang. Berkas yang terselip bahkan hilang tersebut
disebabkan oleh berkas yang berantakan dan karyawan tidak ada ruang gerak
untuk mengecek berkas. Apabila berkas terselip menyebabkan berkas tidak
lengkap dan akhirnya dikembalikan oleh BPJS Kesehatan. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nurdiah dan Iman (2016) yang menyatakan bahwa
ruangan kerja untuk proses pengklaiman sempit atau tidak luas apabila di
bandingkan dengan berkas. hasil observasi dalam satu ruangan pengelolaan klaim
terdapat 12 orang dengan tata ruang yang ruang yang kurang baik dimana banyak
berkas klaim yang disimpan di bagian atas beberapa petugas yang penyangganya
hampir roboh. Sehingga diperlukan suatu pengamanan arsip dan dokumen agar
berkas tidak tercecer dan bahkan mungkin hilang.
rawat inap oleh BPJS Kesehatan. Sehingga besar kemungkinan jumlah printer
tidak mempengaruhi ketidaklengapan berkas klaim hingga menyebabkan
pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan.
c. Terjadinya Error dan Cara Mengatasinya
Error merupakan suatu ketidaksabilan sistem sehingga mengganggu proses
pelayanan di rumah sakit. Error yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah
error teknologi seperti terjadinya error pada komputer dan printer. Terjadinya
error komputer di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo disebabkan oleh
penggunaan komputer secara bersamaan sehingga proses loading lama dan
menyebabkan not responding. Hal ini terjadi pada saat penginputan data sosial
maupun data medis pasien pada SEP. Berikut merupakan hasil wawancara kepada
petugas pendaftaran sebagai berikut.
“Kalau input datanya lama pasti nggak respon jadi langsung aja close”
“…errornya paling lama 1 jam tapi paling sering biasanya 5-10 menit sih”
(Petugas pendaftaran 1, 2018)
error pada printer biasanya dipanggilkan petugas yang mengurus printer karena
petugas pendaftaran tidak mengerti cara memperbaiki error pada printer. Berikut
adalah kutipan wawancara kepada petugas pendaftaran adalah:
“Saya nggak bisa perbaiki error, kalau error ya manggil orang biar cepet”
(Petugas pendaftaran 1, 2018)
terdapat aplikasi ICD-10 dan ICD-9-CM maka petugas cukup search leadterm
saja sehingga kode cepat ditemukan. Sehingga aplikasi yang mendukung untuk
proses klai seperti v-klaim, e-klaim, ICD-10, dan ICD-9-CM tidak menyebabkan
terjadinya pengembalian berkas klaim karena ketidaklengkapan berkas klaim
sebab aplikasi tersebut sudah tersedia di RS Mitra Sehat Situbondo.
f. Gambaran Pohon Masalah dari Faktor Technology terkait Ketidaklengkapan
Berkas Klaim Rawat Inap
Berikut merupakan pohon masalah faktor penyebab pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan jika dilihat dari penyebab pertama yaitu
ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap jika ditinjau dari faktor technology.
Adapun gambarannya adalah sebagai berikut.
Lama dalam
Ketidaktelitian petugas casemix
peninputan data
Gambar 4.4 menjelaskan bahwa pengembalian berkas klaim rawat inap oleh
BPJS Kesehatan disebabkan oleh ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap.
Ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap tersebut disebabkan oleh proses
reload/grouping yang lama dan belum ada berkas klaim yang belum di scan.
Proses reload/grouping yang lama disebabkan oleh lamanya penginputan data.
Lamanya penginputan data disebabkan oleh tidak terbiasanya karyawan mengetik
secara cepat. Berkas yang belum di scan disebabkan oleh kurangnya jumlah
123
scanner sedangkan berkas yang harus di scan banyak. Sehingga jumah scan
berbanding terbalik dengan jumlah berkas klaim yang akan di scan. Hal ini juga
terjadi di Rumah Sakit Umum William Booth Semarang yang memiliki sarana
dan prasarana untuk pelaksanaan sistem vedika yang lengkap dan layak
digunakan. Sarana dan prasarana tersebut terdiri dari komputer, printer, internet,
aplikasi, alat fotocopy, mobil untuk pengantar berkas yang sudah sesuai dengan
Surat Edaran Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
Nomor 18 Tahun 2017 tentang vedika. Namun pada awal pelaksanaan sistem
vedika, terkendala pada aplikasi vedika yang terkadang mengalami gangguan dari
pusat. Sehingga dapat mengganggu pelaksanaan sistem vedika, seperti
keterlambatan pengajuan klaim. Pelaksanaan e-claim, bagian casemix
merencanakan untuk melakukan pengajuan penambahan alat scan supaya
mempercepat pekerjaan (Alvianitasari, dkk., 2018).
Kutipan wawancara tersebut menjelaskan bahwa belum ada SOP tapi pihak
rumah sakit menginginkan sebuah perencanaan yang baik agar tujuan oragnisasi
khususnya di bagian casemix dapat tercapai. Suatu perencanaan akan membantu
sebuah organisasi untuk memiliki target-target dan target tersebut harus
dilaksanakan agar dapat dijadikan evaluasi tingkat keberhasilan suatu program.
Ketersediaan SOP dapat memaksimalkan proses pengklaiman dan dapat
mengurangi berkas yang loss atau tidak teridentifikasi keberadaannya. Sehingga
proses klaim di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo disesuaikan dengan peraturan
yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Proses klaim di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo dimulai di bagian
pendaftaran kemudian akan masuk ke poli. Berkas rekam medis yang sebelumnya
ada di bangsal, setelah pasien pulang akan masuk ke ruang casemix kemudian
oleh verifikator internal akan di pilah-pilah berkas yang dibutuhkan untuk proses
klaim. Proses pemilihan berkas tersebut dilakukan sebab tidak semua berkas
dijadikan bahan untuk klaim. Selanjutnya dilakukan proses analisis kuantitatif
yaitu pemilihan berkas yang lengkap dan tidak lengkap. Berkas yang tidak
lengkap nantinya akan di kembalikan ke bangsal dan berkas yang lengkap akan
segera dikoding. Selanjutnya berkas klaim akan diinputkan ke aplikasi INA-CBGs
lalu akan di scan dan yang terakhir berkas klaim akan dikirimkan ke kantor
cabang BPJS Kesehatan maksimal tanggal 15 bulan berikutnya. Alur proses klaim
tersebut sudah sesuai dengan alur klaim dari BPJS Kesehatan. Namun alangkah
lebih baiknya jika suatu unit membuat perencanaan sendiri agar memiliki target
jelas yang akan dicapai.
Jika akan dilakukan suatu penyusunan planning, sebaiknya planning
dilakukan oleh masing-masing bagian yang terlibat dalam pelaksanaan klaim
seperti bagian rekam medis di bagian coding dan grouping, assembling, dan
pendaftaran sehingga rencana kegiatan pengembangan dan peningkatan
125
membuat SOP atau rencana strategis yang disebabkan karyawan belum pernah
membuat SOP atau pun rencana strategis. Hal ini sejalan dengan penelitian
Alvianitasari, dkk. (2018) yang menyatakan bahwa pada tahap perencanaan
bagian casemix RSU William Booth Semarang tidak ada bukti tertulis atau
dokumen perencanaan. Namun pada tahap persiapan pelaksanaan sistem vedika
sudah sesuai dengan Surat Edaran Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan Nomor 18 Tahun 2017 tentang vedika.
Rencana untuk mencapai tujuan pengurangan pengembalian berkas klaim
adalah dengan mengkomplitkan dokumen. Kemudian strategi untuk mencapai
tujuan percepatan pembayaran klaim dengan mempercepat klaim dan sistem kerja.
Namun rencana rumah sakit ini belum efektif karena pada pelaksanaan 6 bulan
sistem vedika masih terkendala dengan pengembalian berkas klaim atau klaim
pending dan keterlambatan pembayaran klaim. Sehingga untuk mengatasi masalah
keterlambatan pembayaran klaim, bagian casemix menyusun rencana dengan
melakukan pengajuan klaim pada tanggal 8 setiap bulannya dan melakukan
pengajuan penambahan SDM. Solusi untuk masalah klaim pending yang mungkin
disebabkan ketidaklengkapan berkas, rencana yang dipilih adalah dengan lebih
teliti dan lebih cepat penyusunan berkas klaim.
Bagian casemix RSU William Booth Semarang tidak memiliki SOP
pelaksanaan sistem vedika karena SOP pelaksanaan sistem vedika hanya dimiliki
oleh BPJS Kesehatan yang disosialisasikan ke rumah sakit. Sehingga petugas
dalam menjalankan tugasnya mengikuti SOP bidang masing-masing dan peraturan
BPJS Kesehatan yang berlaku. Surat edaran BPJS Kesehatan tidak dijelaskan
mengenai harus atau tidak suatu rumah sakit memiliki SOP pelaksanaan sistem
vedika. Walaupun demikian, pelaksanaan sistem vedika RSU William Booth
Semarang berjalan baik dan sesuai peraturan BPJS Kesehatan (Alvianitasari, dkk.,
2018). Sehingga kualitas hasil planning menyebabkan pengembalian berkas klaim
oleh BPJS Kesehatan karena ketidaklengkapan berkas klaim sebab ada beberapa
hal yang belum ada pada SOP kelengkapan berkas dan untuk SOP kelengkapan
berkas klaim masih belum ada.
128
4.5.2 Faktor Penyebab Level Kedua dari Segi Organizing Berdasarkan Penyebab
Level Pertama Ketidaklengkapan Berkas Klaim Rawat Inap
a. Pembagian Kerja
Pembagian kerja didasarkan pada keahlian dan keterampilan khusus agar
tidak ada istilahnya seluruh tugas diselesaikan oleh seseorang sehingga individu
lain tidak melakukan hal apa pun. Hasibuan (2007) juga menjelaskan bahwa
pembagian kerja yaitu informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung
jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada
suatu jabatan tertentu dalam organisasi. Pentingnya pembagian kerja ini
dinyatakan oleh Adam Smith (1995) yang menyatakan bahwa produktivitas
tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja (division of labour).
Pembagian kerja di Rumah Sakit Mitra Sehat belum optimal karena belum
optimalnya keterlibatan dokter dalam mengisi berkas rekam medis khususnya
resume dan clinical pathway yang diwajibkan untuk diserahkan ke kantor cabang
BPJS Kesehatan Banyuwangi. Hasil wawancara kepada verifikator internal
menjelaskan sebagai berikut.
“Dokter obgyn yang harus terus diingatkan padahal jika nggak perlu diingatkan,
proses klaim lebih cepat, nggak mungkin terjadi keterlambatan penyerahan ke
BPJS”
“…petugas ruangan juga kalau nyetor berkas nggak setiap hari, jadi sekalinya
nyetor banyak banget dan itu pasti mentok sama hari mau setor ke BPJS”
(Verifikator internal 1, 2018)
Zunaidah, 2013). Pembagian kerja pada akhirnya akan menghasilkan unit-unit dan
job description dari masing-masing unit dalam organisasi, hubungan serta
wewenang masing-masing unit. Hal ini juga dirasakan oleh petugas pendaftaran
yang menyatakan bahwa terjadi tumpang tindih pekerjaan meskipun dibantu oleh
petugas lainnya apabila terjadi antrian pasien yang panjang. Adapun hasil
wawancara kepada petgas pendaftaran adalah sebagai berikut.
“Kalau antriannya panjang pasti dibantu sama petugas lainnya yang ada di
tempat pendafataran”
“…kita juga mengurus laporan sensus”
“…grafik barber johnson selalu terbengkalai sih tapi kita masih mau mencoba
kok”
(Petugas pendaftaran 1, 2018)
pekerjaan) namun pada saat bekerja job description tersebut tidak berjalan karena
ternyata pekerjaan jauh lebih banyak. Adapun hasil wawancaranya sebagai
berikut.
“Dokter obgyn yang harus terus diingatkan padahal jika nggak perlu diingatkan,
proses klaim lebih cepat, nggak mungkin terjadi keterlambatan penyerahan ke
BPJS”
“…petugas ruangan juga kalau nyetor berkas nggak setiap hari, jadi sekalinya
nyetor banyak banget dan itu pasti mentok sama hari mau setor ke BPJS”
(Verifikator internal 1, 2018)
“Iya memang saya dulu bareng daftar kerjanya sama….dan memang dia dapat
assembling tapi kenyataannya malah bagian pendaftaran”
(Petugas pendaftaran 2, 2018)
baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kepada petugas pendaftaran sebagai
berikut.
“Nggak ada reward dan punishment”
“Nggak tau kok nggak ada mungkin nggak ada subsidi”
“….kalau ada malah lebih semangat kerjanya dek”
(Petugas pendaftaran 1, 2018)
Dukungan dari atasan seperti dari kepala rekam medis untuk pemberian
reward dan punishment masih belum ada sebab belum ada anggaran khusus dari
atasan untuk reward dan punishment. Selain itu, ditakutkan ada kecemburuan
sosial jika hanya unit rekam medis saja yang mendapatkan reward dan
punishment. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh kepala rekam medis
sementara di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo sebagai berikut.
“….belum ada subsidi dari atasan”
“saya saja bekerja disini dek masak harus ngasih juga”
(Kepala Rekam Medis, 2018)
Kepala rekam medis di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo masih belum
ditetapkan secara sah oleh Direktur Rumah Sakit. Penetapan baru direncanakan
dilaksanakan pada awal tahun 2019. Pemilihan kepala rekam medis didasarkan
pada lamanya karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo pada
bagian unit rekam medis dan memiliki latar belakang pendidikan rekam medis.
Belum ada upaya untuk pemberian reward dan punishment kepada karyawan
lainnnya sebab ditakutkan ada kecemburuan sosial antar unit dan pemberian
reward dengan uang pribadi juga masih berpikir sebab masih baru juga bekerja di
rumah sakit dan masih banyak kebutuhan pribadi yang harus dipenuhi. Gibson et
al. (2003) mengungkapkan bahwa sasaran utama dari program reward adalah
untuk menarik individu yang berkualitas, menjaga karyawan agar tetap tinggal,
dan memotivasi karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi. Mungkin
dengan pemberian reward dan punishment dapat memberikan efek lebih nyaman
lagi kepada karyawan sehingga karyawan lebih lama bekerja di Rumah Sakit
Mitra Sehat Situbondo. Pernyataan-pernyataan tersebut hampir sama seperti yang
diungkapkan oleh verifikator internal sebagai berikut.
“….nggak ada sih”
135
menjadi lebih baik, lebih berkualitas dan bertanggung jawab dengan tugas yang
diberikan. Sehingga besar kemungkinan pemberian reward dan punishment akan
mempengaruhi kinerja petugas dalam menganalisa kelengkapan berkas klaim
sehingga kejadian pengembalian berkas klaim dapat diminimalisir.
b. Pengarahan
Pengarahan merupakan upaya pengambilan keputusan yang
berkesinambungan dan terus-menerus yang terwujud dalam bentuk perintah
ataupun petunjuk sebagai pedoman dalam organisasi. Adapun syarat pengarahan
yang baik yaitu kesatuan perintah, informasi yang lengkap, hubungan langsung
dengan SDM dalam organisasi, suasana informal. Fungsi pengarahan selalu
berkaitan erat dengan peencanaan kegiatan proses klaim dalam rangka
menugaskan petugas klaim untuk melaksanakan tugas sehingga dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Kepala rekam medis sebagai pimpinan tertinggi di unit rekam medis dalam
melakukan kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan saling memberikan
motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian,
menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi, dan koordinasi
(Swanburg, 2000). Kepala rekam medis harus menunjukkan bahwa ia memiliki
kemampuan bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapi
persoalan pengembalian berkas klaim rawat inap melalui pengamatan serta kepala
rekam medis juga harus objektif dalam menghadapi tingkah laku karyawannya.
Hasil wawancara kepada kepala rekam medis menyatakan bahwa dalam
mengarahkan untuk melaksanakan pekerjaan yang sudah ditugaskan kepada
bawahannya sudah dilakukan, namun hanya dilakukan pada saat awal petugas
ditugaskan di bagian casemix tersebut. Adapun hasil wawancara kepada kepala
rekam medis sebagai berikut.
“Ngasih arahannya pas waktu awal ditugaskan disitu sih dek soalnya kan disini
petugasnya ganti-ganti”
“….kalau ada karyawan yang tanya ya saya jawab, kalau nggak tanya ya nggak
saya jawab kecuali kalau itu penting”
(Kepala rekam medis, 2018)
137
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan kode antara verifikator
internal rumah sakit dengan verifikator BPJS Kesehatan antara lain:
a. Dokter penanggungjawab di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
menuliskan diagnosa batu pada saluran kencing dan ISK sehingga oleh
verifikator internal dikode N20.2 namun menurut verifikator BPJS
Kesehatan jika terdapat batu pada saluran kemih+ISK kodenya dianggap
hanya infeksi saluran kemih (ISK) sehingga harus dikode N39.0.
b. Dokter penanggungjawab di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
menuliskan diagnosa utama pasien dispepsia sehingga oleh verifikator
142
internal dikode K30 namun menurut verifikator BPJS Kesehatan jika pasien
menderita dispepsia dianggap sama dengan vertigo sehingga harus dikode
R42.
c. Dokter penanggungjawab di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
menuliskan diagnosa utama pasien TB sehingga oleh verifikator internal
dikode A16.0 namun menurut verifikator BPJS Kesehatan jika pasien
menderita TB dianggap sama dengan PPOK sehingga harus dikode J44.0.
d. Dokter penanggungjawab di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
menuliskan diagnosa utama pasien GEA sehingga oleh verifikator internal
dikode A09 namun menurut verifikator BPJS Kesehatan jika pasien
menderita GEA dianggap sama dengan typhoid sehingga harus dikode
A01.1. Verifikator BPJS Kesehatan menyatakan kode A01.1 sebab dalam
pemeriksaan penunjangnya ditemukan salmonela positif.
e. Dokter penanggungjawab di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
menuliskan diagnosa pasien Cholecystitis+cholelithiasis dan dikode K81.9
namun verifikator internal kecolongan kode, seharusnya kode tersebut
digabung sehingga dikembalikan oleh BPJS Kesehatan untuk direvisi
dengan kode K80.1.
Perbedaan kaidah koding tersebut disebabkan oleh berubah-ubahnya
verifikator dari BPJS Kesehatan sehingga antara verifikator yang satu dengan
lainnya berbeda. Selain itu, jika ada aturan baru kadang telat dalam pemberitahuan
sehingga berkas yang sudah dikirimkan ke kantor cabang BPJS Kesehatan baru
masuk undangan ke Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo. Selain itu, perbedaan
kaidah koding karena kadang verifikator internal rumah sakit kurang teliti dalam
mengecek hasil laboratorium sehingga terjadi kesalahan dalam penentuan kode.
Kecolongannya kode kombinasi karena memang kurang teliti dari verifikator
internal Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maimun, dkk.
(2018) yang menyebutkan bahwa telah ditemukan 93 kesalahan atau tidak tepat
dalam pengkodean penyakit (diagnosa), penentuan diagnosa utama/diagnosa
sekunder, dan ketidakteltian koder dalam pengkodingan dari 463 berkas rekam
143
medis rawat inap pada formulir ringkasan masuk dan keluar. Kesalahan
pengkodingan tersebut antara lain diagnosa epidural haemorrhage yang dikode
S02.0 seharusnya dikode S06.4 karena integral dengan diagnose sekunder dan
diagnosa utama, DHF dikode A91 seharusnya A90 karena thrombosit masih
dalam batas normal 158.000/ul, dan diagnosa anemia post haemorrhage yang
dikode D50.0 seharusnya D62 (anemia post haemorrhage) perdarahan saluran
cerna bagian atas.
Kesalahan pengkodean akan berpengaruh kepada tarif diagnosa, contohnya
penyakit TB akan berdampak pada tarif karena menggunakan aplikasi misalnya
TB Rp 3.000.0000, asma sejumlah Rp 2.000.000. Apabila petugas kodefikasi
(coder) salah dalam menetapkan kode diagnosis, maka jumlah pembayaran klaim
juga akan berbeda. Tarif pelayanan kesehatan yang rendah tentunya akan
merugikan pihak rumah sakit, sebaliknya tarif pelayanan kesehatan yang tinggi
terkesan rumah sakit diuntungkan dari perbedaan tarif tersebut sehingga
merugikan pihak penyelenggara jamkesmas maupun pasien (Suyitno. 2007).
Kasus ketidakauratan kode juga dilakukan oleh Octaria (2016) yang
menjelaskan menyebutkan bahwa penelusuran dokumen rekam medis dan laporan
3 bulan terakhir dimana pada bulan Januari sampai Maret 2015 pasien rawat jalan
BPJS berjumlah 2314 orang, dimana pengkodean diagnosa penyakit yang
dikembalikan dari verifikator BPJS Kesehatan ke petugas rekam medis berjumlah
rata-rata 60 kode diagnosa penyakit tiap bulannya, sedangkan untuk jumlah pasien
rawat inap BPJS Kesehatan berjumlah 333 orang, dimana pengkodean diagnosa
penyakit yang dikembalikan dari verivikator BPJS ke petugas rekam medis
berjumlah rata-rata 20 kode diagnosa penyakit tiap bulannya. Ketepatan
pengkodean diagnosa penyakit pasien masih ditemukan kode diagnosa yang tidak
tepat seperti halnya penyakit diabetes melitus dengan koma dikode E10
seharusnya berdasarkan ICD-10 E14.0, kode diagnosa penyakit arthritis dikode
M19 seharusnya M19.9.
Menurut Seruni dan Sugiarti (2015), ketidakakuratan kode yang terjadi
dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang dapat mengancam bahkan
mengganggu jalannya kegiatan di rumah sakit terutama pada kegiatan pengkodean
144
dan kegiatan lain yang terkait, antara lain terjadi ketidaksesuaian besar
pembiayaan atas pengobatan dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Baik
up code maupun down code sehingga sangat berpotensi menimbulkan fraude and
abuse. Hal lain yang terkait dengan keakuratan kode tentu saja pelaporan rumah
sakit. Menurut (Wittayawarawat dkk, 2007), ringkasan diagnosa yang benar dan
pengodean untuk keadaan (pasien) sangat penting bagi sistem pelaporan rumah
sakit karena dapat membantu mengidentifikasi keakuratan masalah dan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, perencanaan kesehatan dan
keamanan, keuangan pelayanan kesehatan dan penelitian. Jika kode yang
dihasilkan tidak akurat, maka akan menghasilkan pelaporan yang tidak baik pula
sehingga bahkan dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan
dan penelitian. Sehingga ketidakauratan kaidah koding menyebabkan
pengembalian berkas klaim oleh BPJS Kesehatan.
kasus KLL setelah melihat dari pedoman atau mendengarkan melalui seseorang..
Cara kodefikasi diagnosa didasarkan pada ICD-10 versi 2010 sedangkan
kodefikasi tindakan didasarkan pada ICD-9-CM. Berikut adalah hasil wawancara
kepada verifikator internal adalah:
“Ya kan nggak ada keterangan apa-apa, pokoknya kalau tidak ada keterangan
apa-apa di anggap kasus akut, contohnya faringitis kalau nggak ada keterangan
berarti dianggap akut”
(Verifikator internal 1, 2018)
Kasus lainnya yang juga sering salah di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
adalah kasus penyakit jantung padahal tidak ada dokter spesialis jantung sehingga
tidak dapat diklaimkan ke BPJS Kesehatan namun verifikator internal tetap
diklaimkan sehingga terjadi pengembalian berkas klaim. Akibat kasus-kasus
tersebut pernah terjadi 4 kasus kecelakaan yang tidak bisa ditanggung oleh BPJS
Kesehatan, kemudian verifikator internal melakukan briefing kepada keluarga
pasien untuk membayar mandiri namun pasien tidak mau karena tidak ada uang
dan itu adalah keselahan pihak rumah sakit. Sehingga rumah sakit mengalami
kerugian yang cukup signifikan sekitar Rp. 5.000.000/pasien. Kurangnya
pengetahuan tersebut disebabkan oleh kurangnya membaca peraturan baru
mengenai diagnosis yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Selain itu, sering
bergantinya verifikator internal sehingga verifikator internal masih awam dengan
tata cara kerja untuk menentukan kode diagnosis yang ditanggung oleh BPJS
Kesehatan. Hal ini sesuai dengan pernyataannya sebagai berikut.
“Males bacanya dek terlalu banyak aturan”
“...saya baru kerja disini jadi maklum kalau belum paham benar aturan-aturan di
BPJS soalnya yang ada di teori beda banget sama kenyataannya”
(Verifikator internal 1, 2018)
mendapatkan banyak ilmu terkait kode diagnosis maupun tindakan yang dijamin
oleh BPJS Kesehatahn. Alasan verifikator internal tidak datang menghadiri
pelatihan tersebut selain malas karena jauh juga karena tidak mau meninggalkan
pekerjaan yang menumpuk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
verifikator internal masih kurang sebab belum bisa membedakan kasus KLL dan
bukan kasus KLL, struktur INA-CBG’s, leadterm suatu penyakit, dan diagnosa
yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Ketidakakuratan kode penyakit juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudra dan Pujihastuti (2016) yang
menyatakan bahwa ketepatan penggunaan bahasa terminologi medis dan
pengetahuan petugas tentang terminologi medis memberikan kontribusi sebesar
80% terhadap keakuratan kode diagnosis penyakit.
2) Petugas Entri Data
Pengetahuan petugas entri data lebih difokuskan kepada pemahaman
petugas terhadap penginputan data sosial maupun data medis pasien ke aplikasi
INA-CBGs (e-claim versi 5.2) serta hasil dari keluaran INA-CBGs. Secara umum,
verifikator internal memahami cara penginputan data sosial maupun data medis
serta proses grouping. Namun verifikator internal masih belum memahami
tentang maksud dari keluaran aplikasi INA-CBGs tersebut padahal keluaran
tersebut penting untuk mengetahui pendapatan rumah sakit. Berikut adalah hasil
wawancara kepada petugas entri data adalah:
“Jadi, awalnya buka alamatnya di e-claim BPJS Kesehatan terus masuk ke menu
login, kita login dan selanjutnya masuk ke halaman utama dan diisi
ini........hingga terakhir ke proses grouping dan selesai”
“...apa ya dek artinya, saya juga nggak tahu”
(Petugas entri data, 2018)
Jadi, petugas entri data tidak mengetahui dan memahami struktur dari
keluaran INA-CBGs seperti contoh A-1-15-III yang artinya pasien menderita
penyakit sepsis dengan tingkat keparahannya berat. Hal tersebut seharusnya tidak
terjadi, petugas entri data wajib mengetahui arti dari struktur tersebut sebab akan
membantu dalam penentuan diagnosa utama apabila dokter tidak bisa
menegakkan diagnosa utama. Apabila diagnosa utama tidak dapat ditegakkan oleh
dokter maka petugas entri data dapat menegakkan diagnosis dengan syarat
148
memiliki karakteristik klinik yang mirip dan menyerap biaya yang hampir sama
atas izin dari dokter. Apabila petugas entri data mengetahui struktur kodefikasi
tersebut akan membantu dalam penegakan diagnosis dan kerugian rumah sakit
dapat diminimalisir. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa 3
informan memiliki pengetahuan kurang karena dapat menjawab benar sebanyak 5
pertanyaan dari 10 pertanyaan (nilai 50%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan petugas entri data masih kurang sebab belum bisa membedakan
kasus KLL dan bukan kasus KLL, struktur INA-CBG’s, leadterm suatu penyakit,
dan diagnosa yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan petugas entri data sudah baik meskipun
penginputan CNS masih kadang belum terisi sehingga kadang sering rugi.
b. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan
kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan juga merupakan
tuntutan bagi seseorang untuk lebih tertib sehingga dijadikan syarat mutlak untuk
suatu kemajuan dan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono,
2006). Kedisiplinan dalam penelitian ini berfokus pada ketepatan waktu
verifikator internal dalam menyelesaikan kode diagnosa dan kode tindakan untuk
dikirimkan ke kantor cabang BPJS Kesehatan. Berikut kutipan wawancara kepada
verifikator internal adalah:
“Pokoknya setiap ada berkas yang datang dan suda lengkap kita kerjakan”
(Verifikator internal 1, 2018)
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa setiap ada berkas yang masuk ke ruang
casemix akan langsung dikerjakan oleh verifikator internal. Meskipun kadang ada
kemalasan verifikator internal sehingga terjadi penumpukan berkas klaim di ruang
casemix. Verifikator internal juga datang tepat waktu saat bekerja namun
kadangkala jika verifikator interal jenuh, belum jam istirahat akan istirahat
terlebih dahulu. Istirahat biasanya jam 11.30-13.00 namun kadang istirahat mulai
pukul 10.00 WIB jika verifikator merasa sudah jenuh dengan pekerjaan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan kepala rekam medis sebagai berikut.
149
“Memang biasanya jam 10.00 sudah istirahat kalau jenuh dan nggak terlalu
banyak pasien”
(Kepala rekam medis, 2018)
Saat di cross check kepada kepala rekam medis memang benar kadang
petugas istirahat sebelum waktu istirahat berlangsung dengan syarat pasien tidak
terlalu banyak dan kerjaan tidak terlalu banyak juga. Sehingga waktu istrirahat
lebih awal tidak mempengaruhi terjadinya kemoloran dalam proses klaim namun
yang mempengaruhi adalah kemalasan pasien jika terjadi penumpukan berkas
klaim yang harus dikerjakan. Apabila pelaksanaan disiplin kerjanya baik maka
akan tercipta rasa tanggung jawab yang besar dari diri seseorang dan lebih disiplin
dalam melaksanakan tugas-tugasnya (Sibarani, 2018). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedisiplinan verifikator internal tidak menyebabkan
pengembalian berkas klaim karena ketidaksesuaian kaidah koding sebab
verifikator internal sudah disiplin dalam bekerja.
c. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah
diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang
telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu (Trijoko, 1980). Pendapat lain
yaitu Ranupandojo (2002) mengemukakan pengalaman kerja adalah ukuran
tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat
memahami tugas–tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja merupakan pemahaman dan
keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja
dan kecepatan dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan. Pengalaman kerja
pada penelitian ini berfokus pada keterampilan verifikator internal untuk
melakukan kodefikasi diagnosis dan tindakan dalam satu hari dapat
menyelesaikan berapa berkas. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,
verifikator internal dalam menentukan kode diagnosis membutuhkan waktu 3-5
menit/diagnosa. Hal ini ditunjang dengan hasil wawancara kepada verifikator
internal sebagai berikut.
150
“Tergantung dek, kalau diagnosanya bisa dibaca hanya 2 menit, kalau diagnosa
itu-itu saja bisa 1 menit tapi kalau tulisan tidak bisa dibaca bisa lebih dari 5
menit”
(Verifikator internal, 2018)
Tidak mengikuti pelatihan Malas membaca Kurangnya pemahaman Tidak optimalnya Kurang update Kurang keterampilan
yang diadakan oleh BPJS regulasi BPJS clinical pathway dan mengkode diagnosa peraturan BPJS menentukan kode
Kesehatan Kesehatan terminologi medis penyakit dan Kesehatan dan membaca tulisan
tindakan dokter
Lupa materi kuliah Tidak mengerti cara
Banyaknya regulasi Regulasi sering
dan belum membaca mendapatkan
yang harus dibaca diperbaharui Beban kerja banyak Tidak jelasnya tulisan
aturan INA-CBGs informasi terbaru
terkait peraturan diagnosa penyakit
BPJS Kesehatan
Beban kerja berbanding Lama kerja < 1 tahun
terbalik dengan jumlah dan tidak ada buku
verifikator internal pintar
udara, dan lain-lain yang mampu meningkatkan suasana kondusif, semangat kerja,
dan kinerja karyawan (Sedarmayanti, 2001). Kondisi fisik di Rumah Sakit Mitra
Sehat Situbondo yaitu ruangan sempit sehingga menghambat proses klaim. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara kepada verifiktor internal sebagai berikut.
“Waduh bisa dilihat sendiri dek, ruangan ini sempit”
“Ruangan ini dipakai sama verifikator internal, petugas entri data, dan tempat
istirahat petugas pendaftaran”
“…yah sekitar 3 m x 2.5 m lah”
(Verifikator internal 1, 2018)
Komunikasi yang baik dapat dijalin dengan curhat kepada teman apabila ada
masalah dalam pekerjaan. Sampai saat ini belum ada masalah yang berarti antar
karyawan hingga karyawan tersebut tidak bertegur sapa. Jika ada masalah pribadi
apabila ada unek-unek dengan teman pasti akan dibicarakan dengan baik-baik.
Tuntutan antar pribadi yang saling bertentangan dapat menurunkan kinerja dan
produktifitas karyawan sehingga apabila ada masalah harus segera diselesaikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembalian berkas klaim oleh BPJS
Kesehatan karena ketidaksesuaian kaidah koding tidak disebabkan oleh tuntutan
antar indivudu.
c. Gambaran Pohon Masalah dari Faktor Organization terkait Ketidaksesuaian
Kaidah Koding
Berikut merupakan pohon masalah faktor penyebab pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan jika dilihat dari penyebab pertama yaitu
ketidaksesuaian kaidah koding jika ditinjau dari faktor organization. Adapun
gambarannya adalah sebagai berikut.
157
printer hanya 1 dan bukan hanya digunakan untuk proses klaim saja namun tidak
terjadi antrian dalam penggunaan printer. Printer yang digunakan adalah merek
canon MP230 dengan pemeliharaan setiap 2 tahun sekali. Sehingga jumlah printer
tidak mempengaruhi proses klaim khususnya terjadinya pengembalian berkas
klaim rawat inap karena sudah memadai.
c. Terjadinya Error dan Cara Mengatasinya
Error dalam penelitian ini adalah error pada komputer dan error pada
printer. Error pada komputer adalah kekeliruan, ketidaktepatan atau kesalahan
yang dapat disebabkan oleh software atau perangkat lunak, hardware atau
perangkat keras, dan human error yang berarti kesalahan karena pengguna.
Terjadinya error pada komputer biasanya karena perangkat lunak berupa aplikasi
e-claim. E-claim merupakan aplikasi proses klaim yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan. Lamanya error paling lama 3 hari dan biasanya ada pemberitahuan
terlebih dahulu oleh BPJS Kesehatan. Berikut adalah hasil wawancara yang telah
dilakukan kepada petugas entri data adalah:
“Paling lama 3 hari dek tapi biasanya ada pemberitahuan dulu dari BPJS
Kesehatan”
“Ya kita nggak bisa ngapa-ngapain kalau error”
“…ada orang IT tapi harus manggil dulu soalnya orang IT-nya ada di RSUD”
(Petugas entri data 1, 2018)
Aplikasi antaea v-klaim dan e-klaim belum Diagnosa antara aplikasi e-klaim dan ICD
bridging sehingga kode tidak konsisten manual/pdf berbeda
masih dihadapkan pada maslah belum biridging sistem antara aplikasi INA-CBGs,
SIMRS dan BPJS. Berdasarkan analisis SWOT perlu adanya strategi penguatan
IT dengan bekerjasama dengan vendor dalam pengelolaan IT dan integrasi sistem.
Sistem IT yang saling tersambung yang disebut dengan bridging sistem, dengan
adanya bridging sistem maka semua data yang ada di fasilitas kesehatan dan BPJS
bisa terhubung secara online sehingga akan mempercepat dan mempersingkat
waktu dalam pengelolaan data klaim, seperti saling memberi dan menerima data
dan akhirnya akan mempercepat pelayanan. Sistem bridging meningkatkan
efektifitas memasukkan data serta efisiensi penggunaan sumber daya, dan dengan
sistem bridging ini dapat meningkatkan kecepatan dalam proses pengelolaan
klaim. seperti yang dikemukan Azwar bahwa fasilitas dan sarana merupakan salah
satu aspek penting dalam kelancaran organisasi.
Salah satu bukti telah dilaksanakannya proses planning di Rumah Sakit Mitra
Sehat Situbondo adalah dengan adanya SOP pengkodingan. Hal tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan oleh verifikator internal sebagai berikut.
“Kalau SOP pengkodingan secara umum ada tapi kalau yang menjurus ke klaim
nggak ada”
(Verifikator internal 1, 2018)
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa verifikator internal belum tahu SOP
pengkodingan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo sebab SOP tidak pernah
disosialisasikan oleh kepala rekam medis. Sehingga verifikator internal
melakukan proses kodefikasi sesuai dengan yang didapatkan pada bangku kuliah
meskipun awal kerja sudah dituntun sampai 2 minggu. Hal tersebut dibenarkan
oleh kepala rekam medis sebagai berikut.
“SOP-nya ada di rumah dek haha”
“….tak bimbing awal kerja tapi juga saya kontrol setiap harinya”
(Kepala rekam medis, 2018)
tidak jelas. Karyawan hanya menjalankan tugas sesuai dengan yang ditugaskan
oleh atasan. Pekerjaan karyawan juga tidak spesifik sebab verifikator internal juga
melakukan pekerjaan membuat laporan internal dan eksternal, distribusi berkas,
dan proses scanning sehingga beban kerja menjadi sangat banyak. Secara
komprehensif suatu job description berisi uraian: nama jabatan; tingkat jabatan;
atasan langsung; bawahan langsung; ringkasan pekerjaan; tugas dan tanggung
jawab; pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan; pengalaman
yang diperlukan; dan persyaratan khusus (bila ada) seperti bersedia bekerja
lembur. Job description yang tidak jelas akan berpengaruh terhadap
ketidakjelasan peran. Seseorang yang mengalami ketidakjelasan peran akan
mengalami kecemasan, menjadi lebih tidak puas, dan melakukan pekerjaan
dengan kurang efektif di banding orang lain sehingga menurunkan kinerja dan
produktifitas mereka dalam bekerja (Hanif, 2013). Sehingga besar kemungkinan
ketidaksesuaian kaidah koding disebabkan job description kurang rinci hingga
menyebabkan beban kerja petugas tinggi dan ketelitian dalam melakukan
pekerjaan juga semakin berkurang yang akhirnya menyebabkan pengembalian
berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan.
d. Gambaran Pohon Masalah dari Faktor Organizing terkait Ketidaksesuaian
Kaidah Koding
Berikut merupakan pohon masalah faktor penyebab pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan jika dilihat dari penyebab pertama yaitu
ketidaksesuaian kaidah koding jika ditinjau dari faktor organizing. Adapun
gambarannya adalah sebagai berikut.
verifikator internal dan petugas entri data masih kurang. Hal ini sesuai dengan
penjelasan verifikator internal dan petugas entri data sebagai berikut.
“Mau nggak mau harus dikerjakan dek”
“Nggak ada reward dan punishment”
“Kerjanya cuma gini-gini aja jadi ya biasa saja”
“Menyemangati diri sendiri saja”
(Verifikator internal 1, 2018)
“Mbak…baik banget dek, kita saling membantu kok, perhatian dan memberikan
nasihat apabila ada masalah”
(Petugas entri data, 2018)
“Yah kita ngomong-ngomong biasa saja buat bahas masalah kayak curhat-curhat
gitu saja”
(Verifikator internal 1, 2018)
Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa tidak pernah ada rapat rutin
secara rutin. Apabila ada masalah saja dilakukan rapat dan kadang tidak langsung
ditemukan solusi. Rapat itupun hanya dilakukan hanya pada subunit saja misalnya
bagian verifikator internal saja atau pendaftaran saja. Jarang sekali semua
karyawan rekam medis khususnya karyawan klaim dikumpulkan jadi satu. Selain
itu juga tidak pernah membandingkan antara kenyataan dan standar yaitu SOP
174
Nurdiah dan Iman (2016) yang menjelaskan bahwa Evaluasi yang dilaksanakan
terkait pengklaiman seperti rapat belum dilaksanakan secara rutin. Akan tetapi
evaluasi dilakukan apabila terdapat kendala atau masalah dalam proses pengajuan
klaim seperti masalah keterlambatan pengajuan klaim, adanya klaim yan gagal
(unclaimed), adanya berkas yang dikembalikan atau koreksi dan yang terakhir
adanya sosialisasi peraturan baru terkait klaim BPJS.
4.9 Analisis Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Klaim Rawat Inap oleh
BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo Menggunakan
Pohon Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, masalah utama dalam penelitian ini adalah
pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan. Penyebab
munculnya masalah utama atau level pertama dalam penelitian ini adalah
ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap dan ketidaksesuaian kaidah koding.
Sehingga pohon masalah yang disajikan untuk masalah utama dan penyebab level
pertama pada permasalahan pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS
Kesehatan di RS Mitra Sehat Situbondo dapat digambarkan sebagai berikut.
Penyebab Level 1
Masalah Utama
Ketidaklengkapan berkas
klaim
Pengembalian berkas
klaim rawat inap oleh
BPJS Kesehatan Ketidaksesuaian kaidah
koding
inap tersebut disebabkan karena dua hal yaitu ketidaklengkapan berkas klaim dan
ketidaksesuaian kaidah koding. Selanjutnya, ketidaklengkapan berkas klaim dan
ketidaksesuaian kaidah koding ini disebut penyebab level pertama. Faktor-faktor
penyebab pengembalian berkas persyaratan klaim BPJS pasien rawat inap juga
terjadi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, yang mana penyebab
pengembalian berkas persyaratan klaim disebabkan oleh ketidaklengkapan kartu
BPJS Kesehatan seperti nomor SEP salah, ketidaklengkapan diagnosa utama dan
sekunder. Kekurangan dalam kelengkapan fotocopy kartu BPJS bukan menjadi
faktor utamapengembalian berkas klaim ke pihak verifikator internal
rumah sakit. Kartu BPJS merupakan kartu yang berisikan nomor
kepesertaan BPJS dan berisi data sosial pasien. Kartu BPJS Kesehatan sebagai
tanda bukti pasien asuransi BPJS yang berisi item-item data sosial guna
administrasi pasien.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Valentina dan Halawa (2018)
juga menyatakan bahwa penyebab pengembalian berkas klaim disebabkan oleh
ketidakakuratan kode diagnosis. Akibatnya terjadi pending atau sering disebut
dengan unclaimed yang artinya tidak terklaim atau tertunda. Berdasarkan 83
berkas BPJS yang terpending ada 45% berkas BPJS dikarenakan dari kesalahan
pengkodingan, 22% dikarenakan dari indikasi medis dan 33% dikarenakan
administrasi. Kemudian peneliti akan melakukan analisis penyebab lainnya
dengan menggunakan pohon masalah hingga nantinya ditemukan akar penyebab
masalah utama tersebut. Hasil penelitian menunjukkan penyebab unclaimed
berkas BPJS pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
(RSU IPI) Medan adalah jumlah SDM, sarana, teknologi, perencanan berupa
ketersediaan SOP, dan evaluasi. Hal ini juga ditemukan dalam penelitian ini
penyebab ketiga terjadinya pengembalian berkas klaim dari faktor human,
organization, technology, planning, organizing, actuating, dan controlling.
Adapun gambaran pohon masalah terkait masalah pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan selengkapnya akan digambarkan sebagai berikut.
Pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan
Gambar 4.17Pohon Masalah Pengembalian Berkas Klaim karena Ketidaklengkapan Berkas Klaim
177
178
Gambar 4.17 menjelaskan bahwa masalah utama yaitu pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan. Pengembalian BPJS Kesehatan disebabkan oleh
ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap. Ketidaklengkapan berkas klaim rawat
inap disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut.
a. Human
Penyebab pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan
karena ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap dari faktor human disebabkan
petugas belum memahami Juknis/aturan BPJS tentang kelengkapan berkas klaim
yang disebabkan tidak ada sosialisasi peraturan tentang kelengkapan berkas klaim
yang disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan. Selain itu, petugas
juga kurang paham tentang clinical pathway sehingga terjadi ketidaksesuaian
antara diagnosa dan pemeriksaan penunjang. Ketidaklengkapan berkas klaim juga
disebabkan oleh karyawan kurang teliti dalam penginputan SEP karena SEP tidak
pernah di cek ulang sebelum di cetak. Ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap
juga disebabkan tidak adanya lembar checklist yang dirasa akan memperlambat
pekerjaan karena petugas dikejar waktu penyerahan berkas klaim ke kantor
cabang BPJS Kesehatan. Ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap juga
disebabkan petugas casemix belum mampu mengetik secara cepat karena lama
bekerja < 1 tahun.
b. Organization
Penyebab pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan
karena ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap dari faktor organization yaitu
dari faktor lingkungan fisik. Adapun penyebab dari faktor organization yaitu
berkas klaim sering terselip bahkan hilang karena berkas berantakan. Hal tersebut
disebabkan tidak ada rak/kardus untuk menampung berkas klaim dari poli/bangsal
yang disebabkan ruangan rekam medis terlalu sempit.
c. Technology
Penyebab pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan
karena ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap disebabkan oleh faktor
technology. Ketidaklengkapan berkas klaim disebabkan pada saat pembuatan
SEP. Saat pembuatan SEP terjadi reload yang lama dan pada saat input data ke
179
aplikasi INA-CBGs terjadi proses grouping yang juga lama. Lamanya reload
disebabkan petugas lama dalam pengiputan data ke aplikasi v-klaim maupun ke
aplikasi e-klaim yang disebabkan petugas tidak terbiasa mengetik secara cepat.
Apabila dalam penginputan lama terkadamg petugas klaim menutup aplikasi agar
aplikasi dapat berfungsi lebih cepat. Ketidaklengkapan berkas klaim juga
disebabkan ada beberapa berkas klaim yang belum di scan. Adanya berkas klaim
yang belum di scan disebabkan petugas klaim tidak teliti dalam proses scanning.
Selain itu, jumlah scanner tidak sebanding dengan jumlah berkas klaim. Jumlah
scanner hanya ada satu dan berkas yang harus di scan ada ratusan berkas klaim.
d. Planning
Penyebab pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan
karena ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap disebabkan belum optimalnya
SOP pengisian rekam medis dan belum ada sosialisasi terkait pengisian berkas
rekam medis kepada Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Tidak adanya sosialisasi
disebabkan kesibukan antar karyawan. Selain itu, ketidaklengkapan berkas klaim
juga disebabkan tidak adanya SOP terkait kelengkapan berkas klaim yang
disebabkan petugas klaim bingung dalam membuat SOP kelengkapan berkas
klaim dan aturan BPJS Kesehatan yang selalu update. Kebingungan dalam
pembuatan SOP disebabkan petugas klaim belum pernah membuat SOP. Sehingga
tidak ada rencana dari atasan untuk membuat SOP terkait pengklaiman khususnya
kelengkapan berkas klaim agar terjadinya pengembalian berkas klaim karena
ketidaklengkapan dapat diminimalisir bahkan dicegah.
e. Organizing
Pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan karena
ketidaklengkapan berkas klaim disebabkan karyawan kelelahan dalam bekerja.
Kelelahan dalam bekerja disebabkan jumlah pekerjaan tidak sebanding dengan
jumlah petugas dan terjadi double job description.
f. Actuating
Pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan karena
ketidaklengkapan berkas klaim rawat inap disebabkan tidak ada reward dan
punishment. Reward berupa sertifikat penghargaan, kenaikan gaji insentif,
180
Tidak Malas Kurang Tidak Kurang Kurang Aplikasi Diagnosa Karyawan Kurangnya Belum ada
memba- Tidak ada Tidak ada Job Tidak
mengikuti nya optimal keteram update antara v- antara tidak koordinasi rapat rutin
ca pembahar perencana- description ada
pelatihan pemaha nya pilan peraturan klaim aplikasi mengetah apabila ada
regulasi uan SOP an tidak sesuai reward
yang man meng- menentu BPJS dan e- e-klaim ui SOP peraturan
BPJS pengkodi pembuatan dengan latar dan Tidak ada Karyawan
diadakan clinical kode kan Kesehatan klaim dan ICD pengkodi koding
Keseha- ngan buku belakang punish- jadwal dan atasan
oleh BPJS pathway diagno- kode belum manual/ ngan terbaru dari
tan bridging pintar dan pendidikan ment rapat rutin beda shift
Kesehatan dan sa pdf BPJS
Tidak sehingga sosialisasi
terminol penyakit Tidak berbeda Kesehatan
Tidak ada peraturan
Banyak ogi dan jelasnya mengerti kode
sosialisasi terbaru Kepala
nya medis tindakan tulisan cara tidak Anggaran
Belum ada SOP rekam
regulasi diagnosa mendapatk konsisten belum
pembaharu pengkodi medis
yang penyakit an ada
Lupa an dari ngan belum
harus Beban informasi
materi Keter BPJS ditetapkan
dibaca kerja terbaru
kuliah banyak Lama terkait batas Kesehatan
an Kesibukan
kerja < peraturan
dana kepala
1tahun BPJS
Beban rekam medis
dan Kesehatan
kerja dan
tidak karyawan
berbandi- ada
ng buku
terbalik pintar
dengan
jumlah
verifika-
tor
internal
Gambar 4.18 Pohon Masalah Pengembalian Berkas Klaim karena Ketidaksesuaian Kaidah Koding
181
182
disebabkan tidak adanya keranjang untuk berkas klaim dari poli dan sempitnya
ruang casemix di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo.
c. Technology
Pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan karena
ketidaksesuaian kaidah koding disebabkan oleh faktor technology. Faktor
technology dalam penelitian ini yaitu aplikasi antara v-klaim dan e-klaim belum
bridging sehingga kode tidak konsisten. Belum bridging-nya SIMRS dan v-klaim
maupun e-klaim disebabkan rumah sakit belum ada dana untuk melakukan
bridging SIMRS. Selian itu, diagnosa antara aplikasi e-klaim dan ICD manual
maupun pdf berbeda yang disebabkan belum ada pembaharuan dari BPJS
Kesehatan terkait kode diagnosis maupun kode tindakan.
d. Planning
Pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan karena
ketidaksesuaian kaidah koding disebabkan oleh faktor planning. Faktor planning
dalam penelitian ini adalah karyawan tidak mengetahui SOP pengkodingan karena
di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbodo disebabkan belum ada sosialisasi SOP
pengkodingan. Sosialisasi pengkodingan belum pernah dilakukan sebab kesibukan
petugas klaim di bagian casemix. Selain itu, ketidaksesuaian kaidah koding juga
disebabkan tidak ada pembaharuan SOP pengkodingan karena kesibukan petugas
klaim. Selain itu, ketidaksesuaian kaidah koding juga disebabkan tidak ada
perencanaan/rencana strategis terkait pengklaiman. Tidak dibuatnya rencana
strategis disebabkan petugas bingung cara membuat rencana strategis karena tidak
ada pelatihan dalam membuat perencanaan strategis dan petugas klaim masih
fresh graduation.
e. Organizing
Pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan karena
ketidaksesuaian kaidah koding disebabkan oleh faktor organizing. Faktor
organizing dalam penelitian ini adalah job description tidak rinci karena belum
ada pembaharuan job description. Tidak diperbaharuinya job description
disebabkan job description dianggap tidak penting oleh petugas klaim.
Ketidaksesuain kaidah koding juga disebabkan job description pada saat tes
184
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa variabel yang menjadi masalah
adalah human, organization, technology, planning, organizing, actuating, dan
controlling. Masalah yang pertama dari segi human adalah petugas pendaftaran
bingung dalam penentuan kode jika antara koding di surat pengantar rawat inap
berbeda dengan aplikasi v-klaim. Berdasarkan hasil brainstorming upaya
188
Masalah ketiga dari segi human adalah belum bisa mengetik 10 jari
sehingga proses penginputan lebih dari 1 menit. Jika jumlah pasien banyak maka
akan menghambat proses pelayanan karena lamanya pasien mendapatkan
pelayanan. Upaya perbaikan masalah yang disarankan adalah melatih diri untuk
mengetik 10 jari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutirman
(2012) yang menyatakan bahwa diperlukan pengembangan keterampilan dan
pengetahuan mengetik berbasis komputer sesuai dengan perkembangan era global
sekarang dan masa yang akan datang.
Masalah keempat dari segi human adalah sering salah input tanggal lahir
sehingga sering dilakukan edit data. Upaya perbaikan masalah yang disarankan
adalah lebih teliti dalam penginputan dan pengecekan kembali sebelum SEP di
cetak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supraba (2013) yang
menyatakan bahwa lebih teliti dalam penginputan dan pemahaman data sehingga
sistem dapat berjalan dengan baik tanpa ada kesalahan.
Masalah kelima dari segi human adalah lamanya dalam identifikasi
kelengkapan berkas klaim untuk 1 pasien membutuhkan waktu lebih dari 3 menit
sehingga berkas klaim masih menumpuk yang belum dianalisis kelengkapan
berkas klaim. Upaya perbaikan masalah yaitu dengan melakukan manajemen
waktu dan membuat target 1 hari dapat menyelesaikan berapa berkas. Hal ini
sejalan dengan penelitian Meilani dan Putri (2015) yang menjelaskan bahwa perlu
dilakukan manajemen waktu dan evaluasi waktu atau penyediaan alat barcode
untuk memperlacar pelayanan.
Masalah keenam dari segi human adalah kurangnya jumlah verifikator
internal sehingga banyak pekerjaan yang harus ditunda. Upaya perbaikan masalah
yaitu penambahan verifikator internal agar dapat fokus dalam melaksanakan tugas
sesuai tanggung jawabnyanya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Menkes
(2014) yang menyatakan bahwa penentuan jumlah tenaga/kebutuhan SDM
dihitung berdasarkan analisis beban kerja dengan mempertimbangkan beberapa
hal. Jumlah standar tenaga verifikator yang dibutuhkan di Rumah Sakit Mitra
Sehat Situbondo adalah lima orang. Perhitungan jumlah verifikator internal dapat
dapat menggunakan metode WISN. Hal ini bertujuan agar terdapat kesesuaian
193
klaim
-RJ -2 - 39.847
-RI - 3,5 - 22.770
Koding
-RJ -2 - 39.847
-RI - 7,4 - 10.769
Entri data ke 3 39.848
aplikasi INA-CBGs
Scan berkas
-RJ -2 - 39.847
-RI -5 - 15.939
Cara Perhitungan
Standar beban kerja = Waktu kerja tersedia
Rata-rata waktu per-kegiatan pokok
a. Analisis pengisian resume dan clinical pathway = 79.695/2= 39.847
b. Pemilahan berkas klaim
RJ = 79.695/2 = 39.847
RI = 79.695/3.5 = 22.770
c. Koding
RJ = 79.695/2 = 39.847
RI = 79.695/7.4 = 10.769
d. Entri data ke aplikasi INA-CBGs = 79.695/3 = 39.848
e. Scan berkas
RJ = 79.695/2 = 39.847
RI = 79.695/5 = 15.939
Langkah ke empat : Menyusun Standar Kelonggaran
1. Waktu kerja tersedia = 1.328.25 jam/ tahun
2. Faktor kelonggaran = pertemuan audit medik, i jam/ minggu
= 1 jam x 52 minggu
= 52 jam/ tahun
Rumus standar kelonggaran = 52 jam / 1.328.25 = 0,039 = 0,04
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwatini dan Harjanti
(2017) yang menyatakan bahwa apabila masa kontrak dengan karyawan berakhir
maka karyawan akan diperpanjang masa kontraknya jika optimal dalam
menjalankan tugasnya dan bagus kinerjanya.
Masalah kesembilan dari segi planning adalah belum ada SOP kelengkapan
berkas klaim dan pengkodingan klaim dari rumah sakit. Upaya perbaikan pertama
yang dapat dilakukan adalah menyusun dan menetapkan SOP kelengkapan klaim
dan SOPpengkodingan klaim. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rahmawati (2016) yang menyatakan bahwa perlu membuat SOP pemberian
kode diagnosis dengan keterangan diagnosis yang yang perlu prosedur khusus dan
menjelaksan langkah-langkah yang berbeda sesuai jenis kasus agar karyawan
lebih disiplin dan dapat meminimalisir kesalahan. Selain itu juga penelitian yang
dilakukan oleh Malonda (2016) yang menyatakan bahwa perlu membuat SOP
pengajuanklaim Pengajuanklaim BPJS Kesehatan di RSUD Dr. Sam Ratulangi
Tondano. Upaya perbaikan kedua yang dapat dilakukan adalah sosialisasi SOP
kelengkapan klaim. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Riyantika (2018) yang menyatakan bahwa diperlukan sosialisasi yang optimal
tentang kebijakan pengisian rekam medis sehingga dokter, perawat dan petugas
rekam medis maupun pihak lain yang terkait mengetahui dan memahami akan
pentingnya kelengkapan berkas rekam medis khususnya resume medis.
Masalah kesepuluh dari segi planning adalah belum ada perencanaan
strategis. Upaya perbaikan pertama yang dapat dilakukan adalah membuat
rencana strategis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzi
(2014) yang menyatakan bahwa perlu dibuatkan rencana strategis agar rencana
strategis ini dapat dibuat dengan baik maka diperlukan suatu alur kerja
perencanaan startegis sistem informasi dan teknologi.
Masalah kesebelas dari segi organizing adalah job description tidak jelas
dan tidak rinci. Upaya perbaikan pertama yang dapat dilakukan adalah pemberian
job description kepada masing-masing karyawan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hanif (2013) yang menyatakan bahwa job
description yang tidak jelas, perintah-perintah yang tidak lengkap dari atasan,
198
pengajuan klaim BPJS Kesehatan kepada staf rumah sakit bagian pengajuan
klaim.
Masalah ke enam belas dari segi human adalah verifikator internal tidak
paham perbedaan penyakit akut dan kronis. Upaya perbaikan yang dapat
dilakukan adalah pelatihan kodefikasi yang mengacu pada regulasi BPJS
Kesehatan yang berlaku. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Saadah (2017) yang menyatakan bahwa perlu adanya pengadaan pelatihan atau in
house training untuk meningkatkan pengetahuan petugas terkait kodefikasi
Masalah ke tujuh belas dari segi human adalah petugas entri data tidak
paham struktur dari keluaran INA-CBGs seperti contoh A-1-11-III. Upaya
perbaikan yang dapat dilakukan adalah sosialisasi regulasi BPJS Kesehatan yang
berlaku. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syaadah (2017)
yang menyatakan bahwa sosialisasi keluaran INA-CBGs.
Masalah ke delapan belas dari segi human adalah petugas entri data tidak
paham perbedaan penginputan diagnosa utama dan sekunder. Upaya perbaikan
yang dapat dilakukan adalah membuat petunjuk teknis pengisian di aplikasi e-
klaim 5.2 dengan dilengkapi maksud dari masing-masing item. Pembuatan buku
panduan pengisian aplikasi INA-CBGs bertujuan untuk menghindari kesalahan
penginputan data INA-CBGs.
Masalah ke sembilan belas dari segi human adalah waktu istirahat lebih
awal dari ketentuan jam istirahat. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah
pemberian peringatan kepada karyawan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rofi (2012) yang menyatakan bahwa tindakan pendisiplinan bisa
berupa peringatan atau skorsing.
Masalah ke dua puluh dari segi human adalah tulisan dokter sulit di baca.
Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah konfirmasi dengan dokter terkait
diagnosa yang tidak jelas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mandels dan Calvin (2013) yang menyatakan bahwa jika tulisan dokter tidak
dapat dibaca walaupun sudah membaca hasil pemeriksaan lainnya, maka koder
harus melakukan konfirmasi ulang kepada dokter yang merawat pasien tersebut
agar menghindari bias.
200
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terkait faktor penyebab pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo yang
telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengembalian berkas klaim oleh BPJS Kesehatan di RS Mitra Sehat
Situbondo disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu ketidaklengkapan berkas klaim
dan ketidaksesuaian kaidah koding.
b. Jumlah berkas yang dikembalikan hampir setiap bulannya terjadi dengan
rata-rata sebesar 13.065% dari 595 berkas yang diklaimkan.
c. Berdasarkan faktor human terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah
kurangnya pemahaman tentang regulasi kelengkapan berkas klaim, rata-rata
karyawan masih baru sehingga belum ada pengalaman, dan kurangnya
jumlah verifikator internal.
d. Berdasarkan faktor organization terkait ketidaklengkapan berkas klaim
adalah berkas hilang karena rak/kerabjang berkas klaim tidak ada dan
ruangan sempit sehingga sesak apabila melakukan proses pengecekan
berkas klaim.
e. Berdasarkan faktor technology terkait ketidaklengkapan berkas klaim
adalah kurangnya scanner dan karyawan masih belum bisa mengatasi
terjadinya error sehingga apabila terjadi error hingga 2 hari akan
menghambat kerja input data
f. Berdasarkan faktor planning terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah
belum optimalnya SOP pengisian berkas rekam medis, tidak ada sosialisasi
pengisian rekam medis, dan belum ada SOP kelengkapan berkas klaim.
g. Berdasarkan faktor organizing terkait ketidaklengkapan berkas klaim adalah
belum optimal keterlibatan antara dokter, perawat, dan perekam medis,
belum jelas dan rinci job description-nya.
201
202
5.2 Saran
a. Pihak Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo perlu melakukan evaluasi terkait
pengembalian berkas klaim rawat inap yang disebabkan oleh
ketidaklengkapan berkas klaim dan ketidaksesuaian kaidah koding secara
rutin minimal 6 bulan atau 1 tahun sekali.
b. Pihak Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo sebaiknya melakukan sosialisasi
terkait SOP kelengkapan pengisian rekam medis, SOP pengklaiman, dan
kebijakan-kebijakan baru yang mungkin akan dibuat seperti reward dan
punishment.
c. Pihak Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo sebaiknya menambah karyawan
klaim dengan metode WISN agar proses klaim dapat berjalan tepat waktu
dan terjadinya pengembalian klaim dapat diminimalisir bahkan dicegah.
d. Pihak Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo sebaiknya menyediakan
anggaran dana terkait pengadaan scanner, reward dan punishment.
e. Pihak Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo sebaiknya menyediakan
keranjang untuk berkas rekam medis dari poli/ruangan, dan pengajuan
proposal untuk pelebaran ruangan.
f. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini
dengan melakukan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana yang ideal,
lebih rinci dalam penggalian informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, I., & Haryanto, D. 2018. “Sistem Pakar Diagnosis Kerusakan Pada
Printer Ink Jet Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining”. Dalam
Jurnal Manajemen dan Teknik Informatika (JUMANTAKA), 1(1): 171-180.
[Online]. http://jurnal.stmik-dci.ac.id/index.php/jumantaka/article/view/280/
0 . [20 Juni 2018].
Alfianto, L., & Zakiyah, E. 2015. “Analisa perkiraan jumlah SDM rekam medik di
unit filing dengan metode WISN (Woarl Load Indicator Staff Need) di
RSUD Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 (Analysis of estimated amount of
human resources in the medical record filing with WISN method)”.
In IJMS-Indonesian Journal on Medical Science, 2(1). [Online].
http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/view/42. [7 Juni 2018].
204
205
Barus, V. M., Mesran, M., Suginam, S., & Karim, A. 2017. “Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosis Hama pada Tanaman Jambu Biji Menggunakan Metode
Bayes”. Dalam Jurnal Ilmiah INFOTEK, 2(1). [Online].
http://ejurnal.amikstiekomsu.ac.id/index.php/infotek/article/view/97/90. [9
Juni 2018].
Fanani, Z., Hanif, R. A., & Subroto, B. 2008. Pengaruh Struktur Audit, Konflik
Peran, dan Ketidakjelasan Peran Terhadap Kinerja Auditor. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 5(2), 139-155.
http://jaki.ui.ac.id/index.php/home/article/view/252. [diakses tanggal 21
Desember 2018].
Fauzi, I., Kusumo, D., & Perdana, E. 2014. Perencanaan Strategis Sistem
Informasi Menggunakan Metode Anita Cassidy (Studi Kasus: PT. Medika
Antapani). EProceedings of Engineering, 1(1), 784-792.
https://libraryeproceeding.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/arti
cle/view/1778/4540. [diakses tanggal 16 November 2018].
Gibson, James, L. 2000. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, Edisi ke-5.
Cetakan ke-3. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, K., & Djati, S. P. 2011. “Kualitas Layanan dan Loyalitas Pasien (Studi
pada Rumah Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja–Bali)”. Dalam Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, 13(1), 32-39. [Online]. http://jurnal
manajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/view/18242
http://repository.ump.ac.id/477/1/COVER_FAUZIYAH%20INDAHYANI_
PSIKOLOGI%2715.pdf. [20 Juni 2018].
Irianto, 2005. Born to Win Kunci Sukses yang tak Pernah Gagal. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Jusmin, A., Said, S., Bima, M. J., & Alam, R. 2016. Specific Determinants of
Work Motivation, Competence, Organizational Climate, Job Satisfaction
and Individual Performance: A Study among Lecturers. Journal of Business
and Management Sciences, 4(3), 53-59.
http://pubs.sciepub.com/jbms/4/3/1/index.html. [17 Desember 2018].
Lewiani, N., Lisnawaty, L., & Akifah, A. 2017. Proses Pengelolaan Klaim Pasien
Bpjs Unit Rawat Inap Rumah Sakit Dr. R. Ismoyo Kota Kendari Tahun
2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(6), 1-16.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Lewiani+%2
82017%29&btnG=. [diakses tanggal 17 Oktober 2018].
Maimun, N., Natassa, J., Trisna, W. V., & Supriatin, Y. Pengaruh Kompetensi
Coder terhadap Keakuratan dan Ketepatan Pengkodean Menggunakan ICD
10 di Rumah Sakit X Pekanbaru Tahun 2016. Kesmars, 1(1), 31-43.
https://www.neliti.com/publications/256299/pengaruh-kompetensi-coder-
terhadap-keakuratan-dan-ketepatan-pengkodean-menggunak. [diakses
tanggal 11 desember 2018].
Mandels, R. J., & Calvin, L. 2013. Tingkat Akurasi Kodefikasi Morbiditas Rawat
Inap Guna Menunjang Akurasi Pelaporan di Bagian Rekam Medis Rumah
Sakit Cahya Kawaluyan. EJurnal. http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/
file/Rudy%20J%20Mandels.pdf. [diakses tanggal 2 Desember 2018].
Manuaba. 2000. Hubungan Beban Kerja dan Kapasitas Kerja. Jakarta: Rinek
Cipta.
Marhaeni, A. P. 2011. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba
Pada Industri Kecil Tegel di Kecamatan Pedurungan Periode 2004-2008
(Studi Kasus Usaha Manufaktur). Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang
Meilani, D., & Putri, I. A. 2015. Perancangan Sistem Otomasi Barcode dengan
Mengevaluasi Kinerja pada Aktivitas Transaksi Gudang (Studi Kasus: PT.
Astra Komponen Indonesia). Jurnal Sains dan Teknologi Industri, 12(2),
268-277. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin/article/view/1037.
[diakses tanggal 10 Desember 2018].
Menteri Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
2006 Tentang Standarisasi Sarana Dan Prasarana Ker]A Pemerintahan
Daerah. Jakarta: Menteri Dalam Negeri. http://ciptakarya.pu.go.id/dok/
hukum/permen/permen_7_2006.pdf. [diakses tanggal 4 November 2018].
Mirfat, S., Andadari, N., Indah, N., & Nusaria, Y. 2017. Faktor Penyebab
Keterlambatan Pengembalian Dokumen Rekam Medis di RS X Kabupaten
Kediri. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(2), 174-
186. https://www.neliti.com/publications/113944/faktor-penyebab-
keterlambatan-pengembalian-dokumen-rekam-medis-di-rs-x-kabupaten.
[diakses tanggal 11 Desember 2018].
Natassia, R., & Indria, V. (2016). Pengaruh faktor lingkungan kerja dan faktor
individu terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Pos Indonesia
(Persero) Kantor area II Padang. Journal of Economic and Economic
Education, 4 (2): 233-239. https://media.neliti.com/media/publications/
54415-ID-pengaruh-faktor-lingkungan-kerja-dan-fak.pdf. [diakses tanggal
21 Oktober 2018].
Nindy, Ervita, dkk. “Evaluasi Penyebab Kegagalan Klaim Asuransi Bpjs (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan di Rumah Sakit Umum
Universitas Muhammadiyah Malang (RSU-UMM)”. Dalam Prosiding
Nasional SMIKNAS 2018 APIKES Citra Medika Surakarta ISBN: 978-602-
6363-27-6: 55-62. [Online]. https://smiknas.apikescm.ac.id/file/file_
prosiding/Ervita %20Nindy_erfita.pdf. [5 Juni 2018]
Nurdiah, R. S., & Iman, A. T. 2016. “Analisis Penyebab Unclaimed Berkas Bpjs
Rawat Inap di RSUDd Dr. Soekardjo Tasikmalaya”. Dalam Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 4(2). [Online].
http://jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/article/view/ 124. [12 Februari
2018]
Rahmawati, E., Warella, Y., & Hidayat, Z. 2006. Pengaruh Motivasi Kerja,
Kemampuan Kerja dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Pada Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Propinsi
Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, 3(1), 89-97.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/dialogue/article/view/385. [diakses
tanggal 15 Desember 2018].
214
Ramadhani, S., Anis, U., & Masruro, S. T. 2013. “Rancang Bangun Sistem
Informasi Geografis Layanan Kesehatan di Kecamatan Lamongan dengan
PHP MySQL”. Dalam Jurnal Teknika, 5(2): 479-484. [Online].
http://journal.unisla.ac.id/pdf/11522013/SYAIFUDIN.pdf. [20 Juni 2018].
Riza, S. F., & Miharti, R. 2015. Pelaksanaan Klaim Bpjs Pasien Rawat Jalan Di
Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon Provinsi Jawa Barat. Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada. http://etd.repository.ugm.ac.id/index.
php?act=view&buku_id=85495&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDet
ail&typ=html. [diakses tanggal 10 Oktober 2018].
Seruni, F. D. A., & Sugiarsi, S. 2015. Problem Solving Cycle SWOT Keakuratan
Kode Diagnosis Kasus Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1A)
Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Jurnal Manajemen
Informasi Kesehatan Indonesia, 3(2): 5-13.
http://jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/article/view/78. [diakses tanggal
29 Oktober 2018].
Setyaningsih, V. R., Kusumo, M. P., & Dewi, A. 2017. The Quality Control Of
INA-CBG’s Coding As A Cause Of Negative Claim At Bagas Waras Klaten
Hospital. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 1, No. 1).
[Online]. https://jurnal.unimus. ac.id/index.php/psn12012010/article/view/
2817. [5 Juni 2018]
Shepherd, C.D., & Fine, L.M. 1994. Role Conflict and Role Ambiguity
Reconsidered. Journal of Personal Selling & Sales Management, Spring, 58-
65. https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08853134.1994.1075398
5. [diakses tangal 13 Desember 2018].
Siagian, Sondang. 2016. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Terry. GR 2006. Asas Asas Menejemen, Alih Bahasa Winardi. Bandung: PT.
Alumni.
Warijan, W., Garmelia, E., Lestari, S., & Lestari, E. D. 2018. Prediksi Kunjungan
Pasien Rawat Jalan Tahun 2018-2022 di RSUD Raa Soewondo Pati. Jurnal
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, 1(2), 91-97.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/RMIK/article/view/3847.
[diakses tanggal 17 Novemmber 2018].
218
Windari, A., & Kristijono, A. 2016. Analisis Ketepatan Koding yang Dihasilkan
Koder di RSUD Ungaran. Jurnal Riset Kesehatan, 5(1), 35-39.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk/article/view/717/425.
[diakses tanggal 7 Desember 2018].
DAFTAR LAMPIRAN
Dengan hormat,
Sehubung dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul “Faktor
Penyebab Pengembalian Berkas Klaim Rawat Inap oleh BPJS Kesehatan di
Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo” sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Studi D-IV Rekam Medik di Politeknik Negeri Jember, saya sampaikan
surat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab penundaan
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
jika dilihat dari segi human, organization, technology, planning, organizing,
actuating, dan controlling.
Untuk penelitian ini saya mohon kesediaan bapak dan ibu untuk menjadi
responden dalam obsevasi, wawancara, dan brainstorming. Oleh karena itu saya
mohon kerja samanya dengan memberikan informasi dari instansi terkait unit
kerja rekam medis, saat melakukan observasi, wawancara dan brainstorming
sesuiai dengan kemampuan bapak dan ibu. Saya selaku peneliti berjanji dalam
melakukan observasi, wawancara dan brainstorming tidak mengganggu aktivitas
kerja bapak dan ibu. Bapak dan ibu juga boleh tidak mengikuti penelitian ini sama
sekali dan tidak dikenakan denda apapun. Dalam hal ini akan tidak diberikan
kompensasi. Atas bantuan dan kerja samanya yang baik, saya ucapkan terima
kasih.
Jember,
Hormat saya
(Siti Zulaikha)
220
1. Judul Penelitian
Faktor penyebab pengembalian berkas klaim rawat inap oleh BPJS
Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo.
2. Deskripsi Penelitian
a. Ringkasan Penelitian
Berdasarkan alur klaim BPJS Kesehatan, terjadinya pengembalian berkas
klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan disebabkan oleh ketidaklengkapan berkas
klaim dan ketidaksesuaian kaidah koding. Hal ini sejalan dengan kondisi yang ada
di RS Mitra Sehat Situbondo. Kejadian pengembalian berkas klaim rawat inap
oleh BPJS Kesehatan di RS Mitra Sehat juga disebabkan oleh ketidaklengkapan
berkas klaim dan ketidaksesuaian kaidah koding. Sehingga untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut maka perlu dicari faktor penyebab terjadinya penundaan
pembayaran klaim. Faktor penyebab pengembalian berkas klaim dapat
dikarenakan oleh faktor human, organization, technology, planning, organizing,
actuating, dan controlling.
b. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor penyebab pengembalian berkas
klaim rawat inap oleh BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo.
c. Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keahlian
peneliti dalam menganalisa faktor penyebab pengembalian berkas klaim rawat
inap oleh BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo.
2) Bagi Rumah Sakit Mitra Sehat Situbondo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah informasi dan bahan
masukan bagi rumah sakit dalam membuat strategi terkait klaim sehingga
pengembalian berkas klaim rawat inap dapat dihindari.
3) Politeknik Negeri Jember
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan
penelitian yang berhubungan dengan faktor penyebab pengembalian berkas klaim
rawat inap oleh BPJS Kesehatan.
3. Lama Penelitian
Lama penelitian dilaksanakan pada bulan September 2018-Januari 2019.
221
222
223
Lampiran 10. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Kepala Rekam Medis
238
239
Petunjuk Pengisian:
1. Pengisian lembar wawancara ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan, semua jawaban dan informasi Anda
akan dirahasiakan oleh peneliti.
2. Peneliti memohon responden harus menjawab dan memberikan informasi
dengan keadaan yang sebenarnya telah terjadi tanpa ada rekayasa.
240
LEMBAR WAWANCARA
Human
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
Pengetahuan
1. Berkas apa saja yang harus dilengkapi sebelum di kirim ke kantor BPJS Kesehatan?
Kan sekarang sistemnya sekarang Yang harus dilengkapi ya? Ada Ada resume, SEP, surat Verifikator mengetahui berkas
beda dek, sistemnya sekarang SEP, resume, lembar INA-CBGs, pengantar rawat inap, klaim yang harus dilengkapi
pakai scan, jadi berkas yang di penunjang seperti laboratorium, pemeriksaan penunjang, clinical adalah SEP, resume medis,
kirim itu SEP dan lembar INA- clinical pathway, laporan-laporan pathway, laporan operasi, surat- lembar INA-CBGs, clinical
CBGs, yang di scan itu kayak yang tergantung kasusnya kayak surat yang kayak surat kelahiran. pathway, pemeriksaan penunjang
penunjang, clinical pathway, kasus bedah ada laporan operasi Pokok ya disesuaikan kasusnya seperti pemeriksaan laboratorium
surat pengantar rawat inap, dek tapi yang wajib banget harus maupun radiologi, laporan-
register IGD kalau pasien lewat ada itu SEP, resume, sama laporan berdasarkan kasus seperti
IGD, SK kelahiran, laporan lembar INA-CBGs laporan operasi, surat kelahiran,
operasi kalau kasus bedah. register IGD jika pasien datang
Semuanya harus terisi juga dari IGD, surat pengantar rawat
inap.
2. Mengapa berkas harus dilengkapi terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke kantor cabang BPJS Kesehatan Situbondo?
Ya soalnya itu uda ketentuannya Kalau nggak dilengkapi akan Ya soalnya disuruhnya gitu dek, Verifikator internal mengetahuui
dek, nanti kalau nggak dilengkapi dikembalikan sama BPJS terus juga nanti bisa-bisa nggak dibayar pentingnya kelengkapan berkas
bisa dikembalikan berkasnya pending klaim, jadinya nggak terus rumah sakit rugi secara umum yakni agar tidak
dibayar-bayar sama BPJS terjadi pengembalian berkas
klaim sehingga dapat
mengakibatkan pending klaim.
241
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
3. Salah satu formulir yang harus ada adalah SEP, apakah SEP itu?
SEP itu Surat Eligibilitas Pasien, Surat Eligibilitas Peserta Surat Eligibilitas Peserta Verifikator internal mengetahui
jadi itu buat persyaratan kepanjangan dari SEP yaitu Surat
administrasi pasien. Eligibilitas Peserta namun belum
mengetahui fungsi SEP.
4. Apabila resume pasien belum ada tanda tangan dari dokter, apa yang Anda lakukan?
Jadi kan berkas itu awalnya dari Saya pisahkan terlebih dahulu terus Dipisahkan dek terus nanti Verifikator internal mengetahui
ruangan terus masuk ke ruangan di taruh di rak sini terus dikasihkan dikasihkan ke dokter yang apabila resume medis pasien ada
ini. Nah kita cek satu-satu, kalau lagi ke perawat untuk dilengkapi bersangkutan buat diisi yang belum terisi maka harus
berkas belum lengkap di taruh di sama dokternya diserahkan/dikonfirmasi ke
rak itu, nanti kita kasihkan lagi ke dokter yang bersangkutan untuk
perawat untuk dilengkapi sama kemudian dilengkapi.
dokter.
5. Apabila terdapat pasien bedah, berkas klaim apa saja yang harus dilengkapi?
SEP, lembar INA-CBGs, laporan Resume, SEP, lembar INA-CBGs, SEP, resume, clinical pathways, Verifikator internal mengetahui
operasi, clinical pathway, pemeriksaan penunjang kalau ada, lembar INA-CBGs, pemeriksaan berkas yang harus dilengkapi jika
pemeriksaan penunjang. Itu aja laporan operasi, clinical pathways, penunjang kalau dilakukan, surat pasien kasus bedah namun
sih dek. surat pengantar rawat inap pengantar rawat inap, laporan kadang ada yang lupa jenis
misalnya kalau kasus kelahiran pemeriksaan penunjang yang
itu ada surat keterangan seperti apa yang sesuai dengan
kelahiran sama surat keterangan diagnosanya. Sehingga
persalinan pengembalian berkas klaim
sebagian besar dikarenakan
pemeriksaan penjunjang yang
dilakukan tidak sesuai dengan
diagnosa yang telah ditegakkan
dan inform consent juga tidak
disebutkan.
6. Berkas penunjang apa saja yang harus dilengkapi apabila diagnosa pasien Thypoid?
Laboratorium dek Darah lengkap sih dek, yang di Pemeriksaan lab yang darah Verifikator internal mengetahui
lihat kadar leukositnya tinggi lengkap nggak sih dek, kalau jika pemeriksaan penunjang yang
melebihi normal. Normalnya lupa normalnya nggak hafal dilakukan untuk kasus Thypoid
242
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
berapa haha, eh apa salah ya dek berapanya, kan di lab-nya nanti adalah pemeriksaan laboratorium
langsung diketahui tinggi apa namun kadangkala tidak
rendah memperhatikan isi di hasil
laboratorium itu menyebutkan
salmonela positif.
7. Harus rangkap berapa kwitansi pembayaran pengobatan pasien?
3 3 3 Verifikator internal mengetahui
bahwa kwitansi harus ada
rangkap 3.
8. Bagaimana Anda mengecek berkas klaim lengkap atau tidak?
Jadi kita itu kan nggak mungkin Kita liat resume sama clinical Lihatnya dari resume mulai atas Verifikator internal rata-rata
lihat satu berkas full, jadi yang pathway uda lengkap pengisiannya sampek bawah dah tersisi semua mengetahui cara pengecekan
kita lihat itu hanya resume sama apa belum terus kalau cara ngecek apa belum sama clinical berkas klaim yaitu dengan
clinical pathway aja. Kalau jumlah formulirnya ya kita itung pathways uda terisi bagian mengecek terlebih dahulu
resume kita lihat semua pokok lagi terus dicocokkan sama bawahnya atau belum, jika kelengkapan pengisian resume
harus dilengkapi semua, kalau kasusnya belum yauda tinggal dipisahin dan clinical pathway kemudian
clinical pathway yang dilihat itu aja akan dicek berkas klaim apa saja
cuma yang paling bawah aja, yang harus dilengkapi sesuai
cuma tanda tangan dokter sama dengan kasus yang dialami oleh
diagnosa terus kode pasien.
9. Salah satu formulir yang harus ada adalah bukti pelayanan, apa saja berkas bukti pelayanan tersebut?
Maksudnya dek, mungkin kayak Ya kayak penunjang gitu dek Apa itu dek saya nggak tahu Verifikator internal masih belum
clinical pathway ya kayaknya nggak ada di aturan memahami bukti pelayanan yang
BPJS dimaksud seperti apa, jadi bukti
pelayanan dapat berupa
pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan penunjang, surat
rawat inap.
10. Disebut apakah alat bantu untuk mengecek kelengkapan berkas klaim?
Apa emang? Kita kan nggak ada Apa ya, checklist ta dek? Tapi di Ya kita pokoknya kita langsung Verifikator internal rata-rata tidak
alatnya jadi ya langsung aja sini nggak ada checklist. nggak perlu alat bantu mengetahui alat yang digunakan
untuk mengecek kelengkapan
243
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
berkas klaim adalah checklist
sebab tidak ada checklist untuk
proses pengecekan kelengkapan
berkas klaim.
Kedisiplinan
11. Berjalan atau tidakkah lembar checklist dalam menganalisa kelengkapan berkas klaim?
Disini nggak ada checlist buat Nggak ada checklist disini Nggak ada checklist dek Proses pengecekan berkas klaim
klaim, ya kita langsung aja tidak menggunakan checklist
ngeceknya
12. Mengapa tidak menggunakan lembar checklist?
Iya emang kita kayak gitu dek Ya biar nggak lama dek, bisanya Tambah lama kayaknya kalau Penyebab tidak menggunakan
biar cepat, kita nggak usah kalau nggak lengkap, kita tandai pakai checklist checklist yaitu verifikator internal
checklist-checklist-an. aja ntar perawatnya juga tau merasa akan membuat pekerjaan
Sebenarnya memang lebih enak menjadi lebih lama
kalau ada checklist se dek tapi ya
gitu takut lama juga, kan kita juga
dikejar target buat ngirim berkas
ke BPJS
13. Apakah pernah dalam menganalisa kelengkapan berkas klaim lebih dari tanggal 10 di bulan berikutnya (di internal)?
Pernah lah dek Sering kayaknya dek Waduh ya sering dek Proses analisa kelengkapan
berkas klaim pihak internal
(sebelum dikirim ke BPJSK)
sering melebihi tanggal 10 bulan
berikutnya.
14. Mengapa sampai terjadi keterlambatan dalam mengidentifikasi kelengkapan berkas klaim?
Soalnya berkasnya nggak lengkap Berkasnya nggak dilengkapin Berkasnya banyak yang belum Penyebab keterlambatan dalam
dek lengkap dek mengidentifikasi kelengkapan
berkas klaim adalah berkas yang
belum dilengkapi oleh DPJP
15. Berapa lama keterlambatan dalam menganalisa kelengkapan berkas klaim?
Berapa ya, pokok H-1 itu harus Nggak pasti dek tergantung banyak Nggak pernah ngitung aku dek Keterlambatan dalam
sudah siap semua, kalau ada yang nggaknya berkas yang tidak menganalisa kelengkapan berkas
244
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
nggak siap, kita masukkan ke lengkap klaim dari pihak internal yaitu
klaim sususlan. sampai H-1 sebelum dikirimkan
ke BPJS Kesehatan
Pengalaman Kerja
16. Berapa lama waktu yang dibutuhkan petugas untuk mengidentifikasi kelengkapan 1 berkas klaim rawat inap?
Paling sekitar 2-3 menit lah kalau Berapa ya dek nggak pernah Ya nggak tau dek pokom ngecek Rata-rata waktu yang dibutuhkan
sama milah-milahnya sekitar 5 ngitung, paling sekitar 2 menit dah, ya paling sekitar 2 menit petugas untuk mengidentifikasi
menitan lah kali ya kelengkapan 1 berkas klaim
rawat inap adalah 2 menit
17. Setiap tanggal berapa berkas klaim diserahkan kepada BPJS Kesehatan?
Setiap tanggal 15 bulan Dulu itu setiap tanggal 10 bulan Tanggal 15 bulan berikutnya Berkas klaim diserahkan ke BPJS
berikutnya tapi ditoleransi tanggal berikutnya, sekarang ganti tanggal Kesehatan setiap tanggal 15
20 15 bulan berikutnya
18. Jika dalam mengidentifikasi kelengkapan berkas klaim rawat inap lebih dari 7 menit, mengapa sampai melebihi 7 menit?
Kita kan cuma bertiga terus Jenuh dek kerjanya juga gini-gini Kadang formulirnya dicari Verifikator internal
berkas yang harus kita cek aja nggak ada, eh ternyata kesingsal mengidentifikasi kelengkapan
banyak soalnya nggak hanya klaim lebih dari 7 menit karena
rawat inap aja tapi juga rawat jenuh dalam bekerja dan kadang
jalan. Yah… wajar juga kita formulirnya tidak ada
nggak fokus apalagi kalau mepet
mau di kirim ke BPJS
Ketersediaan SDM
19. Berapa jumlah orang yang mengecek kelengkapan saat ini?
3 orang dek tapi ya gitu, kita 3 orang, ada saya, ada…., ada…. 3 orang dek Jumlah orang yang mengecek
ngerangkap-rangkap kerjanya, kelengkapan berkas klaim ada 3
yang ngecek itu namanya orang
verifikator internal. Jumlah
verifikator internal disini ada 3
orang, semuanya lulusan rekam
medis dek. Kita disini tuh
kerjanya misahin berkas yang
dibutuhkan untuk klaim, ngoding,
245
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
input data di INA-CBGs, scan
berkas, ngirim berkas juga ke
kantor BPJS, pokok kita double-
doble dek, ngerjakan pelaporan
internal juga.
20. Mulai jam berapa Anda mengerjakan kelengkapan berkas?
Nggak pasti dek, pokok ada Waduh, saya kalau ngecek ya Nggak pernah liat jam, ya pokok Verifikator internal tidak tahu
berkas yang masuk ya kita nggak liat jam dek, pokok ada kita ngerjakan aja soalnya saya mulai jam berapa
kerjakan. berkas ya saya langsung cek kan kerjanya nggak ini aja mengidentifikasi kelengkapan
berkas klaim. Jika ada berkas
yang masuk langsung dikerjakan
21. Jam berapa Anda istrahat dalam bekerja?
Kalau jam dari sini itu mulai jam Sebenarnya jam 11.00-13.00 tapi Nggak pasti dek tergantung Verifikator internal kadang tidak
11.00-13.00 tapi kalau kita jenuh kalau nggak ada kerjaan ya bisa banyak nggaknya pasien disiplin dalam bekerja karena
terus nggak terlalu banyak tugas lebih awal istirahat lebih dahulu dengan
ya bisa saja jam 10.00 alasan tidak banyak pekerjaan
22. Jam berapa Anda pulang bekerja?
Kalau shift pagi kita pulang jam Shift pagi mulai jam 7 sampai 2 Shift pagi mulai jam 7 sampai 2 Shift pagi mulai jam 07.00-14.00,
2, kalau shift sore jam 9, kalau siang, shift sore mulai jam 2 siang, shift sore mulai jam 2 shift sore mulai jam 14.00-21.00,
shift malam ya kita pulang jam 7 sampai 9 malam, shift malam mulai sampai 9 malam, shift malam shift malam mulai jam 21.00-
pagi. jam 9 malam sampai 7 pagi mulai jam 9 malam sampai 7 07.00
pagi
23. Apa pernah terjadi lembur?
Pernah tapi nggak sering-sering Pernah lah dek Pernah dek apalagi kalau Pernah terjadi lembur kerja
juga mendekati hari H karena pekerajaan belum selesai
24. Mengapa bisa sampai terjadi lembur?
Ya kalau kita di kejar target, Soalnya kerjaan belum selesai dek Kita belum selesai ngerjakan Penyebab lembur adalah
apalagi kalau mendekati tanggal terus harus diserahkan juga kan ke berkas klaim ini dek apalagi pekerjaan belum selesai
15, berkas kan harus sudah BPJS jadi mau nggak mau harus kalau besoknya harus di kirim, dikerjakan dan dikejar target
disetor ke BPJS lembur biar selesai terus juga pas akreditasi kita penyerahan ke BPJS Kesehatan
lembur banget
246
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
25. Sampai jam berapa biasanya lembur?
Tergantung banyaknya kerjaan ya Ya biasanya sampai maghrib dek Biasanya paling mentok habis Lamanya lembur bisa sampai
dek, kita pernah dulu sampai jam maghrib tapi kita juga pernah 18.00-21.00 WIB
9 malam lembur sampai jam 9 malam
26. Apakah apa yang Anda kerjakan setiap harinya sesuai dengan job description saat awal masuk kerja?
Di sini nggak jelas dek job desc- Nggak dek, saya pribadi nggak tau Nggak tau dek wong saya nggak Verifikator internal tidak tahu job
nya, kita nggak ada job desc. job desc saya tau wujud job desc-nya description sehingga tidak
mengetahui yang dikerjakan
apakah sudah sesuai atau belum
27. Mengapa tidak mengetahui job description? Mengapa tidak meminta?
Saya nggak minta sih soalnya ya Saya nggak dikasih tau dek, ya Soalnya nggak ada yang ngasih Verifikator internal tidak
percuma aja tetap kita ngerangkap takut dek mau minta yang baru dek jadi yauda. Nggak minta mengetahui job description
pekerjaan soalnya saya bingung mau minta karena tidak ada yang memberi
ke siapa dan nanti juga buat apa dan verifikator tidak ada yang
meminta karena dianggap tidak
penting.
28. Apakah sering terjadi penumpukan pekerjaan?
Sering dek. Belum buat laporan Sering lah Sering dek Sering terjadi penumpukan
internal eksternal, ngecek klaim, pekerjaan
input data, ngoding
29. Mengapa terjadi penumpukan pekerjaan?
Jumlah kita segini tapi kerjaannya Saya itu merangkap-rangkap Kerjaannya banyak, jumlahnya Terjadi penumpukan pekerjaan
banyak banget pekerjaan dan petugasnya Cuma nggak sebanding sama orangnya disebabkan jumlah verifikator
ada 3, kerjaannya banyak, ya nggak internal tidak sebanding dengan
selesai-selesai dek jumlah pekerjaan
30. Berapa jumlah verifikator internal saat ini?
Jumlah verifikator internal disini 3 orang 3 orang Terdapat 3 orang verifikator
ada 3 orang, semuanya lulusan internal
rekam medis dek. Kita disini tuh
kerjanya misahin berkas yang
dibutuhkan untuk klaim, ngoding,
input data di INA-CBGs, scan
247
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
berkas, ngirim berkas juga ke
kantor BPJS, pokok kita double-
doble dek, ngerjakan pelaporan
internal juga
31. Kurang atau tidak jika 3 orang? Mengapa?
Kurang dek, kerjanya banyak Kurang banget, kerjaannya itu lo Kuranglah, seperti yang tadi Verifikator merasa kurang jumlah
dek buanyak banget saya bilang dek, jumlahnya verifikator internal karena
nggak sebanding sama orangnya pekerjaan yang harus dikerjakan
banyak
32. Mulai jam berapa Anda mengerjakan kelengkapan berkas?
Nggak ada ketentuan mulai jam Ya pokok kita ngerjakan dah Ya pokok dikerjakan kalau ada Mengerjakan kelengkapan berkas
berapa, pokok berkas masuk kita kerjaan jika berkas sudah masuk di ruang
langsung kerjakan. Pokok kita casemix
kerja mulai jam 7 kalau shift pagi,
kalau shift sore mulai jam 2,
kalau shift malam mulai jam 9.
33. Apakah yang Anda kerjakan setiap harinya sesuai dengan job description saat awal masuk kerja? Mengapa?
Beda dek antara job desc awal Nggak sama sekali, mungkin gara- Beda dek gara-gara di rolling. Pekerjaan yang dikerjakan setiap
dan saat kerja, mungkin gara-gara gara jumlah petugasnya kurang kali Saya dulu assembling eh harinya beda dengan job
kurang lulusan rekam medik jadi ya terus di rolling dipindah jadi verifikator internal description pada saat awal
pas waktu kerja ada rolling gara-gara uda lama kerja disini bekerja karena rolling pekerjaan
kerjaan tapi saya nggak tau job desc dan menyesuaikan dengan
yang baru lulusan terakhir.
248
Lampiran 14. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim dan Ketidaksesuaian Kaidah koding oleh Verifikator
Internal Berdasarkan Faktor Organization
Organization
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
Lingkungan Fisik
1. Berapa luas ruang untuk proses klaim BPJS Kesehatan?
Ya ruangan ini sekitar 3 x 2.5 meter Berapa ya dek, ya sekitar 3 x 2.5 Kamu kira-kira sendiri aja dah dek, Luas ruang untuk proses klaim
lah dek meter ya paling sekitar 3.5 x 2 meter adalah 3 x 2.5 meter
2. Apakah ruangan dengan ukuran sedemikian rupa sudah memadai?
Nggaklah dek, ini mah kurang Belum-belum Nggak dek Ruangan dengan ukuran
banget sedemikian rupa masih
dianggap kurang memadai
3. Mengapa ruangan kurang?
Iyalah kurang, kita aja gerak susah Nggak ada ruangan lagi dek, kita Soalnya perabotan banyak, berkas Ruangan kurang karena
apalagi kalau berkas uda masuk ke disediakan cuma ini aja yang ditaruh disini juga banyak perabotan banyak, berkas
ruangan pasti dah desak-desakan, banyak, dan tempat berkumpul
harus gantian biar bisa masuk sekaligus istirahat petugas
lainnya.
4. Apakah ruangan ini sudah nyaman untuk mengerjakan proses klaim?
Kalau nyaman sih nyaman dek Nyaman dek Nyaman kok Verifikator internal merasa
nyaman bekerja di ruangan
yang saat ini ditempati
249
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
5. Apa saja sarana yang belum ada untuk mendukung proses klaim agar Anda nyaman dalam bekerja?
Apa ya, nggak ada sih dek, anu dek, Rak berkas mungkin ya dek biar Itu dek, apa namanya tempat buat Sarana yang belum ada untuk
rak sih biar berkasnya rapi dan berkasnya nggak berantakan berkas itu? Iya keranjang atau mendukung proses klaim
nggak hilang. Kalau sudah hilang kardus-kardus kek biar berkasnya adalah
kan nggak bisa di klaim lagi. nggak berantakan
6. Apakah pengaturan peralatan sudah sesuai dengan yang diharapkan?
Sesuai kok dek sejauh ini, Sesuai kok, ini baru kita tata Sudah sesuai Pengaturan peralatan sudah
meskipun kadang tangan ini gatel beberapa bulan yang lalu sesuai dengan yang
pengen ngubah-ngubah tapi apa diharapkan oleh verifikator
daya kerjaan kita banyak internal
7. Apakah ruang casemix dibedakan dengan ruang lainnya?
Iya dek Iya Iya Ruang casemix dibedakan
dengan ruang lainnya
8. Megapa ruang casemix dibedakan?
Soalnya ruangannya sempit dek Soalnya nggak cukup, di atas empit, Nggak cukup dek, ini lo lahannya Ruang casemix dibedakan
jadi ini ruangan sebenarnya sisa- disini juga sempit nggak luas-luas banget karena ruangan sempit
sisa, masih untung juga kita ada
ruangan dek
9. Apakah ruangan ini kedap suara untuk menghindari kebisingan?
Nggak dek, kita nggak merasa Nggak dek, nggak bising kok Nggak Ruangan casemix tidak kedap
kebisingan kok suara karena verifikator
merasa tidak bising
10. Apakah dekorasi nyaman dilihat oleh mata?
Nyaman-nyaman saja sih dek, kita Nyaman aja sih dek Nyaman-nyaman aja kok dek Dekorasi menurut verifikator
sebenarnya pengen ganti, pengen internal nyaman
ganti cat, pengen di hias-hias gitu
biar kita juga lebih nyaman dan biar
enak gitu, biar kelihatan luas juga
ruangan ini.
Tuntutan antar pribadi
11. Apakah Anda saling mengenal dengan petugas?
Kenal dek tapi ada yang nggak Kenallah dek Kenal tapi nggak akrab pokok kenal Antar karyawan saling
250
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
kenal juga yang baru-baru, ada dah mengenal meskipun belum
yang deket, ada juga yang nggak akrab karena banyak yang
deket, pokok setidaknya kita taulah baru karyawan dan masih
dia itu bagian apa merasa canggung
12. Apabila terjadi pengembalian berkas klaim oleh BPJS Kesehatan, apakah sesama petugas klaim saling membantu untuk menyelesaikannya?
Iya membantu dek, kita selesaikan Iya saling bantu kok Alhamdulillah saling bantu kok dek Karyawan saling membantu
bareng-bareng, biar kan juga belajar untuk menyelesaikan
dari pengalaman terjadinya pengembalian
berkas klaim
13. Apakah pernah ada perbedaan pendapat sampai menimbulkan persaingan tidak sehat dalam bekerja? Mengapa?
Nggak pernah, kita selalu Nggak ada sih dek, kita selalu Nggak ada dek, naudubillah kalau Tidak pernah terjadi
menyelesaikan masalah bareng- menyelesaikan bareng-bareng sampai terjadi. Kita selalu perbedaan pendapat sampai
bareng. Kita nggak pernah sih menyelesaikannya segera menimbulkan persaingan tidak
sampai nggak tegur sapa apalagi sehat dalam bekerja karena
ngambek-ngambekan, kita kan juga menyelesaikan masalah
uda dewasa dek jadi ya woles saja dengan segera
14. Apa Anda pernah curhat-curhat pekerjaan dengan rekan sejawat? Mengapa?
Kalau curhat-curhatan ya sering Sering dek kan kita sudah kayak Sering lah dek soalnya biar plong Sering curhat masalah
dek, curhat kerjaan iya, curhat saudara sendiri juga, biar kita menyelesaikan pekerjaan agar masalah dapat
masalah cowok iya, curhat segala masalah yang ada diselesaikan
hal dah kita dek, kita uda kayak
saudara gitu
251
Lampiran 15. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Petugas Pendaftaran dan Verifikator Internal
Berdasarkan Faktor Technology
Technology
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
Jumlah Komputer
1. Berapa jumlah komputer saat ini untuk proses penginputan data ke aplikasi SEP?
Satu komputer ini dah dek, ya kita pakek 1 dek Cuma ini aja Jumlah komputer hanya 1 untuk proses pembuatan
bareng-bareng buat laporan juga, pokok SEP
komputer yang ngaggur kita pakek
2. Mengapa hanya disediakan satu komputer?
Ya nggak tau dek, mulai dari saya awal Nggak tau, pokok kita ngerjakan di komputer Petugas pendaftaran tidak mengetahui mengapa
kerja hanya ada satu ini ini dah hanya disediakan 1 komputer untuk pencetakan SEP
3. Apa jumlah komputer saat ini sudah memenuhi kebutuhan untuk penginputan data ke aplikasi SEP?
Alhamdulillah kalau komputer sudah Sudah cukup sih Petugas pendaftaran merasa jumlah 1 komputer
memenuhi sudah memenuhi untuk penginputan data ke aplikasi
SEP
4. Apa terjadi antrian penggunaan komputer saat penginputan data ke aplikasi SEP? Mengapa?
Nggak sih dek saoalnya pasiennya dikit sih Nggak sih soalnya kita kan langsung ngerjakan Tidak terjadi antrian penggunaan komputer untuk
beda sama rumah sakit lainnya tiap hari, jadi setiap pasien datang langsung kita proses penginputan data karena pasien relatif sedikit
kerjakan. Lagian pasiennya juga dikit nggak
banyak-banyak benget. Ada emang hari tertentu
seperti hari Senin itu biasanya rame
252
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
Jumlah Printer
5. Berapa jumlah printer saat ini untuk proses pencetakan SEP?
Kalau yang khusus ngurus SEP ya satu ini 1 ini dah dek nggak ada yang lainnya, paling Jumlah printer untuk proses pencetakan SEP hanya
dek, jadi ini printernya bisa scan bisa kalau ini error pinjam ke sebelah kalau nggak ya ada satu dan printer tersebut memiliki fungsi, scan,
fotokopi juga biar kita nggak bolak-balik. pinjam ke dalam fotokopi, dan print.
Pasiennya kan nggak banyak jadi 1 printer
cukup
6. Apa jumlah printer kurang untuk pencetakan SEP?
Nggak kok dek Nggak sih Jumlah printer dianggap tidak kurang untuk
pencetakan SEP
7. Apa terjadi antrian penggunaan printer saat akan mencetak SEP? Mengapa?
Nggak kok dek sejauh ini, pokok mulai aku Nggak sih soalnya ya pasiennya dikit jadi nggak Tidak terjadi antrian penggunaan karena pasien
kerja disini sampai sekarang nggak pernah terjadi antrian sedikit sejak diberlakukan sistem wilayah.
sampai antri buat pakai printer, nggak tau
kalau dulu soalnya kan sekarang sistemnya
BPJS beda, jadi per wilayah gitu, ya
imbasnya ke pasien yang berobat lebih
sedikit daripada dulu
Terjadinya error dan cara mengatasinya
8. Apakah printer sering error pada saat mencetak SEP?
Nggak pernah error sih cuma palingan Selama saya bekerja disini masih belum pernah Terjadinya error yakni printernya tidak jalan
warnanya nggak kelihatan, sama tiba-tiba rusak sih dek, nggak tau kalau dulu. Kalau error
priternya ngambek nggak mau jalan ya mungkin nggak jalan printernya
9. Apa penyebab errornya printer?
Biasanya gara-gara kurang tinta, atau kita Kertasnya kurang Penyebab terjadinya error adalah kurangnya kertas
salah letak kertas dan habisnya tinta
10. Apa merek printer?
Canon ya Canon Merek printer adalah canon
11. Bagaimana Anda mengatasi printer yang error?
Ya kita panggil saja orang yang service Ya kalau parah kita panggil orang biasanya, Jika error parah akan memanggil orang untuk
printer, kita uda ada langganan kok kalau gara-gara tinta habis sama kertas kurang memperbaiki
aja bisa kita atasi dengan restart
253
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
12. Mengapa harus memanggil orang dan tidak diperbaiki sendiri?
Soalnya kita nggak bisa, kita bukan ahlinya Ya saya nggak bisa dek, kan saya bukan lulusan Memanggil orang saat printer orang sebab tidak dapat
multimedia memperbaiki sendiri karena bukan keahliannya
13. Apakah ada orang lain yang menangani apabila terjadi error pada printer?
Ada, kita uda lama sama dia, jadi kalau ada Ada, biasanya langganan Ada orang tersendiri yang mengurus errornya printer
masalah ya langsung di panggil saja
orangnya pasti orangnya kesini dan
diperbaiki di sini
14. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki printer?
Tergantung tingkat keparahannya, paling Buat perbaikan itu sekitar 3 hari Lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki
lama sih 1 hari nggak bisa dipakai. Kalau printer adalah 3 hari
nggak bisa dipakai gitu, kita biasanya
pinjem sebelah yang printernya nggak
dipakai
15. Pernahkan terjadi error saat penginputan data ke aplikasi SEP?
Pernah, errornya paling lama 1 jam tapi Pernah Pernah terjadi error saat penginputan data ke aplikasi
paling sering biasanya 5-10 menit sih SEP, lamanya error 5-10 menit
16. Error yang seperti apa hingga menghambat proses penginputan ke aplikasi SEP?
Kalau input datanya lama pasti nggak Not responding kalau inputnya lama jadi harus Error seperti not responding
respon jadi langsung aja close cepat-cepat diinput
17. Apakah setiap harinya dilakukan peginputan data ke aplikasi SEP?
Iya dek, entah itu buat pasien yang pulang Iya karena itu sudah tugasnya Setiap harinya dilakukan peginputan data ke aplikasi
atau buat pasien yang masuk, pasti dah kita SEP
buka v-klaim tiap harinya meskipun hanya
1-2 tapi tiap hari pasti ada yang diinputkan
18. Pernah atau tidak 2 atau lebih komputer digunakan untuk menginput data ke aplikasi SEP di saat yang bersamaan?
Jarang tergantung banyaknya pasien Nggak pernah sih Jarang menggunakan 2 komputer untuk menginput
data ke aplikasi SEP
19. Apakah ada wifi yang mendukung proses klaim?
Ada tapi nggak tau tempatnya dimana Ada kayaknya Ada wifi
20. Apa merek wifi yang digunakan?
Ya nggak tau dek Nggak tau dek Petugas pendaftaran tidak mengetahui merek wifi
254
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
21. Berapa kecepatan wifi?
Nggak tau juga haha Nggak tau Petugas pendaftaran tidak mengetahui kecepatan wifi
22. Bagaimana Anda mengatasi apabila aplikasi SEP error?
Ya langsung close aja, kalau nunggu Close aja terus di buka lagi aplikasinya Cara mengatasi aplikasi SEP yang error adalah
tambah lama dengan keluar dari aplikasi v-klaim
23. Apakah ada orang lain yang menangani apabila terjadi error pada aplikasi SEP error? Mengapa memanggil orang IT di RS lain?
Ada, orang IT yang sekarang kerja di Ada, kita biasanya manggil orang IT. Kita Ada orang IT yang menangani error namun orang IT
RSUD jadi katanya sih uda MOU sama manggil itu soalnya uda kerjasama dan kita tersebut tidak bekerja di RS Mitra Sehat Situbondo
rumah sakit ini juga emang nggak punya orang IT disini melainkan hanya MOU saja
24. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi error aplikasi SEP?
Kan tinggal close nggak sampai 5 menit, Bentar dek tergantung gangguannya, biasanya 5 Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi error
kalau yang gangguan parah ya sampai 1 menit aplikasi SEP adalah 5 menit
hari
Aplikasi yang Mendukung
25. Apakah aplikasi SEP sudah ada?
Sudah, mulai dari saya awal kerja sudah Sudah ada Aplikasi SEP sudah ada
ada kok
26. Dari mana aplikasi SEP didapatkan?
Dari BPJS lah dek BPJS Aplikasi SEP didapatkan dari BPJS Kesehatan
27. Apakah aplikasi SEP mudah didapatkan?
Ya mudah soalnya kalau RS uda MOU Mudah kok soalnya kan uda kerjasama Aplikasi SEP mudah didapatkan
pasti ada hak akses sama gampang kok kan
berbasis web juga jadi bisa diakses
dimanapun dan kapanpun
28. Apa ada aplikasi lain yang mendukung proses penginputan ke aplikasi SEP agar lebih cepat? Mengapa belum bridging dengan e-claim maupun
SIMRS?
Nggak ada, bridging ke SIMRS juga Nggak ada sih. Harga sistemnya mahal jadi Tidak ada aplikasi lain selain SEP. Belum bridging
belum, mungkin gara-gara dana dek, nggak bridging-bridging karena belum ada dana dan harga sistem mahal
harganya itu kemarin sekitar 100 juta
Scanner
29. Berapa jumlah scanner saat ini?
Ada 3 tapi yang 2 itu gabung sama printer Ada 3, yang 1 itu yang kayak gini lo dek, yang 2 Ada 3 scanner, yang 1 printer portable dan yang 2
255
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
jadi agak ribet juga, lama kan dek jadinya itu gabung sama printer scanner gabung dengan printer
kalau pakai itu
30. Mengapa hanya ada 3 scanner tersebut?
Sebenarnya dek kita pengen scanner yang Kan awalnya nggak ada scanner ini dek soalnya Jumlah scanner yang dianggap hanya ada 1 karena
kayak gini lagi, apa se namanya? Oh iya dulu sistem klaim nggak ribet kayak gini. yang 2 scanner gabung dengan printer. Jumlahnya
scanner portable, pengen 1 lagi tapi masih Sekarang sistem klaimnya beda jadi wajib ada hanya 1 karena dapat dari atasan hanya 1
proses pengajuan. Kita nganggapnya bukan scanner. Ada 3 ya nggak tau dek
ada 3 scanner tapi hanya ada 1 scanner.
Jumlahnya 1 soalnya dikasih 1
31. Per hari biasanya harus scan berkas berapa banyak?
Ya sekitar 50-100 berkas per hari Berapa ya dek, sekitar 50-an kali ya tergantung Satu hari dapat scan sekitar 50 berkas
tergantung kerjaannya kita juga jumlah berkas dan kerjaan saya
32. Apa jumlah scan sudah mencukupi? Mengapa?
Belum lah dek, jumlah scanner yang kita Belum dek soalnya dipakek buat rawat jalan dan Scanner tidak mencukupi karena digunakan untuk
pakai kan 1, itu pun dibuat untuk pasien rawat inap pasien rawat jalan dan rawat inap
rawat jalan dan rawat inap jadi ya nggak
cukup
33. Mengapa scanner berpengaruh dengan pengembalian berkas klaim?
Ya soalnya nanti misalnya ada yang Ya kalau kelewatan nggak discan dianggap Pengaruh scanner dengan terjadinya pengembalian
kelewatan nggak di scan bisa-bisa nggak lengkap kan dek, bisa-bisa dikembalikan berkas klaim adalah apabila ada berkas yang belum
dikembalikan dek terus kalau kita salah di scan maka berkas dapat dikatakan tidak lengkap
taruh hasil scan ke pasien lain juga dan akhirnya dikembalikan oleh BPJS Kesehatan
berpengaruh
256
Lampiran 16. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Verifikator Internal Berdasarkan Faktor Planning
Planning
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
Proses planning
1. Apa ada SOP terkait kelengkapan berkas?
Ada tapi itu kelengkapan secara Nggak tau ya dek, kalau masalah Kurang tau dek, saya belum pernah Verifikator tidak pernah tau
umum dek, standarnya sama SOP jangan tanya saya, tanya ke liat SOP disini, coba aja tanya sama SOP kelengkapan berkas
kayak Permenkes 100% mbak…saja soalnya dipegang sama mbak….tapi sepertinya ada hanya ada 1 yang tau ada
mbak… tidaknya SOP kelengkapan
berkas
2. Apa ada kesepakatan dan pembakuan SOP dari manajemen terkait kelengkapan berkas klaim?
Kayaknya nggak ada deh dek, Nggak tau dek, saya kan baru-baru Nggak ada kayaknya, ini sejauh saya Belum ada kesepakatan dan
pengennya sih buat tapi belum ini kerja di sini tapi sejauh saya bekerja disini lo dek pembakuan SOP dari
sempat bekerja disini belum pernah ada sih manajemen terkait
kelengkapan berkas klaim
3. Mengapa tidak sempat untuk membuat suatu pembakuan kelengkapan berkas klaim?
Banyak tugas yang harus Banyak tugasnya dek terus kita juga Nggak ada yang nyuruh juga dek Tidak sempat untuk membuat
dikerjakan dek, peraturan BPJS beda shift terus kerjaan banyak juga suatu pembakuan
kan sudah banyak jadi kita manut kelengkapan berkas klaim
saja sama BPJS nggak perlu buat karena banyak pekerjaan
nanti ganti-ganti terus kalau buat
sendiri
257
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
4. Apa Anda melakukan prosedur kelengkapan berkas sesuai dengan SOP/peraturan yang berlaku?
Kita ngikutin aturan BPJS aja, Saya mengikuti sesuai instruksi yang Saya mengikuti sama aturan BPJS aja Verifikator internal megikuti
kalau ketentuan dari rumah sakit sudah-sudah dek dek, juga sama mbak-mbak yang dulu aturan BPJS yang telah
kan belum ada kan pernah diajarin ditetapkan dan mengikuti
instruksi verifikator
sebelumnya
5. Bagaimana langkah-langkah melakukan identifikasi kelengkapan berkas klaim sesuai Peraturan yang berlaku?
Ya kita lihat dulu kasusnnya. Kan berkas datang dari bangsal terus Identifikasi kelengkapan ya dek, Identifikasi kelengkapan
Bukan-bukan, awalnya kita cek masuk ruangan ini, terus kita cek awalnya kita cek dulu pengisian berkas klaim dimulai dari
dulu kelengkapan resume sama resume sama clinical pathway aja. resume sama clinical pathway, dicek identifikasi kelengkapan
clinical pathway, jadi berkas yang Kita cek pengisiannya dulu dek, dulu, diisi semuanya apa enggak, pengisian resume dan clinical
lain nggak usa, berkas yang lain lengkap apa belum pengisian resume kalau ada yang nggak diisi, kita taruh pathway. Apabila pengisian
biasanya dilengkapi kalau berkas sama clinical pathway-nya. Kalau di rak, kalau lengkap ya kita langsung resume dan clinical pathway
untuk klaim selesai cek. Terus di uda lengkap, lanjut ngoding kalau koding dek. Habis itu, kita input dulu tidak lengkap maka akan
koding, terus di pilah-pilah atau belum lengkap dimasukkan ke rak. datanya ke aplikasi INA-CBGs terus diletakkan di rak namun
apa sih namanya, diambillah Misalnya lengkap ya dek, kita kan kan keluar lembar INA-CBGs, terus apabila pengisian resume dan
untuk yang keperluan klaim. ngoding tuh terus kita pisahin deh kita pisahin lembar yang dibutuhkan clinical patways sudah
Misalnya nih untuk kasus berkas-berkas yang dibutuhkan buat untuk proses klaim. Terus kita scan lengkap maka akan
persalinan berarti yang harus klaim. Berkas yang harus dilengkapi berkas klaimnya kan nah habis di dilankutkan pada
dilengkapi itu ada SEP, resume, itu tergantung kasusnya dek, kalau scan langsung ditata. Pokoknya dek pengkodingan. Selanjutnya
lembar INA-CBGs, clinical kasus persalinan berarti ada laporan yang diserahkan berupa lembaran ke akan diinput data di aplikasi
pathway, inform consent, laporan operasi, surat keterangan kelahiran, BPJS itu SEP, lembar INA-CBGs INA-CBGs dan akan keluar
operasi, surat keterangan surat keterangan persalinan, seperti sama resume, lembar-lembar lainnya lembar INA-CBGs. Kemudian
persalinan, surat keterangan itu sih dek. Terus kita input kan sebagai penunjang itu di scan. Terus berkas klaim yang dibutuhkan
kelahiran, dan surat pengantar datanya ke aplikasi INA-CBGs terus nanti tinggal diserahkan ke BPJS dah, akan di pilah-pilah sesuai
rawat inap. Uda itu aja kayaknya, di cetak jadi lembar INA-CBGs, yang di scan itu nanti ditaruh di dengan kasus yang diderita
nah kalau clinical pathway, lembar ini juga diperlukan, SEP juga flashdisk. Itu aja sih dek pasien. Tidak semua berkas
inform consent, laporan operasi, disertakan dan wajib disertakan diserahkan ke BPJS hanya
surat keterangan persalinan, surat formulir tertentu saja. SEP,
keterangan kelahiran, dan surat resume, dan lembar INA-
pengantar rawat inap itu nanti di CBGs akan diserahkan ke
scan, kalau SEP, resume sama BPJS dalam hardfile
lembar INA-CBGs langsung sedangkan clinical pathways
258
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
diserahkan gitu ke BPJS dan penujang lainnya akan
diserhakan berupa softfile
Kualitas Hasil planning
6. Apa SOP sudah dapat memenuhi keberhasilan program sehingga tidak terjadi pengembalian berkas oleh BPJS Kesehatan karena ketidaklengkapan
berkas klaim?
Belum dek Belum lah dek buktinya masih terjadi Belum dek SOP belum dapat memenuhi
pengembalian berkas klaim keberhasilan program
7. Apa SOP perlu diganti?
Bukan diganti sih dek tapi di Perlu dek, saya juga pengennya gitu, Boleh tapi buatnya yang rinci dan SOP perlu diganti
revisi, terus juga pengennya buat buat SOP pengklaiman juga biar jelas biar enak juga
SOP kelengkapan klaim biar enak enak, biar kita nggak tanya-tanya
soalnya kan di sini karyawan terus juga kan. Saya juga pengennya
rekam medisnya sering ganti- ada perencanaan yang ada target-
ganti targetnya gitu dek jadi kita bisa tau
tingkat keberhasilan kita seberapa
8. Mengapa sub variabel pada SOP masih kurang atau perlu ada yang diperbaiki?
Ya soalnya biar jelas dan rinci aja, Saya sih belum pernah liat SOP-nya Saya nggak tau isi SOP-nya dek jadi Sub variabel SOP masih
nanti kalau ada akreditasi juga dek jadi saya nggak bisa komen apa- saya nggak tau apa yang kurang dan belum jelas dan belum rinci
enak, nanti kalau ada SOP kan apa perlu diubah
enak, karyawan baru nggak terlalu
banyak tanya jadi langsung liat
SOP, kalau bisa SOP dipajang
salinannya biar pada tahu semua
karyawan rekam medis.
9. Apa di bagian casemix ini pernah dibuatkan suatu perencanaan strategis yang isinya ada target agar program dapat tercapai?
Nggak ada dek, pengen sih deh Nggak ada dek, seperti yang tadi saya Belum ada kayaknya dek, kalau ada Tidak ada perencanaan
biar terstruktur gitu, biar kita ada omongkan, saya pengen yang ada kayak gitu enak kali ya strategis
target-target gitu, biar dijadikan gituannya biar enak kita
motivasi sama evaluasi ke
depannya
259
Lampiran 17. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim dan Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Verifikator
Internal Berdasarkan Faktor Organizing
Organizing
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
Pembagian kerja
1. Apa di RS Mitra Sehat Situbondo terdapat tim JKN?
Apa itu tim JKN? Kalau yang Ya ini dah dek tim klaim Apa itu? Oalah ya ini namanya apa Rumah Sakit Mitra Sehat
ngurus BPJS ya kita ini dek, namanya ya dek pokok yang ngurus BPJS Situbondo terdapat tim JKN
yang ada di ruangan ini dah gitu
2. Tim JKN terdiri dari apa saja?
2 petugas pendaftaran, 3 Ada pendaftaran 2 orang terus ada Terdapat 2 petugas pendaftaran, 3 Terdapat 2 petugas pendaftaran, 3
verifikator internal verifikator internal 3 orang verifikator internal verifikator internal
3. Bagaimana kerjasama Anda apabila identifikasi kelengkapan berkas klaim dan penentuan kode dilakukan secara bersamaan?
Ya pokok kita bagi dek, kamu Dibagi-bagi dek, saya ambil Dibagi-bagi dek, pokok ngambil Kerjasamanya dengan membagi
yang ini ya, aku yang itu segini, dia ambil segitu terserah kita terus kalau uda berkas yang akan diidentifikasi
diidentifikasi kelengkapan sama kelengkapan berkas dan
ngodingnya ya ngambil lagi penentuan kode
4. Bagaimana kerjasama Anda apabila identifikasi kelengkapan berkas klaim dan penentuan kode dilakukan saat beda shift kerja?
Ya kan kita bilangin nanti dek, Di bilangin yang uda Ya diomongkan pas mau pulang Jika akan pulang pasti dibicarakan
ini yang belum di identifikasi diidentifikasi sama dikode itu nanti, ini yang uda di identifikasi terakhir kerja identifikasi berkas
berkasnya dan ini yang uda berkas yang ini, nanti yang ini sama yang uda di kode, uda gitu aja dan penentuan kode terakhir ini
260
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
diidentifikasi berkasnya, ini tolong dilanjutkan ya sih dek dan yang belum ini
yang uda dikode dan ini yang
belum dikode
5. Bagaimana pembagian kerja apabila terdapat petugas yang cuti?
Wah pernah itu pas kemarin Nah itu pokok kita pinter-pinter Ya kita berkorban dek, yang Harus saling membantu untuk
mbak …. menikah, ya kita bagi tugas aja, biasanya kita awalnya kita kerjaannya 3 membagi-bagi tugas agar
kemarin agak kuwalahan juga saling bantu kok pekerjaan harus jadi 5 pekerjaan, ya pekerjaan cepat selesai
sih dek, ya pokok saling bantu gitulah dek
aja sama bagian pendaftaran,
kalau nggak gitu, nggak selesai-
selesai kerjaan kita dek
6. Bagaimana koordinasi dengan pihak terkait misalnya dokter atau perawat jika terkait kelengkapan berkas klaim?
Ya kita ngingetin dek soalnya Ya kita ngomong baik-baik, ini Kalau berkas yang belum lengkap Konfirmasi ke pihak yang
gimana ya, kita kalau ngerjakan berkas yang belum dilengkapi, nanti dititipkan ke perawat, kita bersangkutan
dadakan kan juga nggak kita titipkan dek ke perawatnya omongkan, mbak mas ini yang
maksimal, petugas ruangan juga tapi kalau ada diagnosa yang belum lengkap sudah saya tandai,
kalau nyetor berkas nggak tulisannya belum jelas atau ada jadi tolong nanti bilangin ke
setiap hari, jadi sekalinya nyetor ketidaksesuaian diagnosa dengan dokternya suruh melengkapi ya.
banyak banget dan itu pasti penunjang, maka saya konfirmasi Jika ada diagnosa yang
mentok sama hari mau setor ke ke pihak yang bersangkutan dibingungkan maka saya
BPJS konfirmasi langsung ke ruangannya
atau by whatapss
7. Biasanya kasus apa yang berkasnya sering tidak lengkap sehingga harus dikembalikan ke ruangan?
Dokter obgyn yang harus terus Dokter obgyn, mungkin gara-gara Dokter obgyn dek, sering itu dek Kasus obgyn yang sering tidak
diingatkan padahal jika nggak senior banget ya dek jadi males bukan lagi, mesti harus diingatkan, lengkap
perlu diingatkan, proses klaim uda nulis mesti harus dikembalikan lebih
lebih cepat, nggak mungkin dulu
terjadi keterlambatan
penyerahan ke BPJS
8. Bagaimana kerjasama antar verifikator internal dalam pengecekan kode dan kelengkapan berkas klaim?
Nggak ada cek ulang soalnya Kita ya dek nggak ngecek ulang, Nggak ada proses cek ulang Tidak ada proses cek ulang
takut lama juga kan proses dulu iya, yang ngecek itu dokter mengenai pengecekan kode dan kelengkapan berkas klaim dan
261
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
penyerahan berkas klaim ke sekaligus direktur di rumah sakit kelengkapan berkas klaim soalnya kaidah koding
BPJS ini tapi nggak tau kok tiba-tiba nanti lama dek
nggak ada lagi, mungkin
dokternya sibuk kali ya, jadi kalau
sekarang itu ya langsung dah kita
ngode nggak perlu di cek lagi,
kita saling percaya aja dek
Job Description
9. Apa Anda paham tugas dan fungsi dari pekerjaan Anda?
Paham dek, saya itu meriksa Paham dek, tugas saya itu Pokok tugas kita itu nganu berkas Verifikator internal paham dengan
kelengkapan, milah berkas yang ngerekap yang lengkap sama yang lengkap sama tidak lengkap, tugas dan fungsi di setiap
dibutuhkan buat klaim, ngoding, nggak lengkap, ngoding, milah terus ngoding, terus milah berkas pekerjaannya
input data, buat laporan berkas kayak resume, cp, pokok yang buat klaim, terus input juga,
bulanan, sama distribusi ke yang dibutuhkan buat klaim, input terus scan berkas, terus setor ke
kantor BPJS data, scan berkas, sama nyetor BPJS
berkas ke BPJS
10. Mengapa Anda paham pada tugas dan fungsi Anda padahal Anda belum membaca job description yang baru?
Ya soalnya kita kan sering Kita sudah terbiasa dengan Uda biasa sih dek dengan pekerjaan Verifikator internal paham pada
melakukan pekerjaan itu kerjaan ini dek, lagian nggak yang kita lakukan ini tugas dan fungsinya sebab telah
perlu liat job description juga dilakukan pekerjaan tersebut
nggak apa kan dijelasin juga sama setiap harinya
mbak-mbak lainnya
11. Apa tugas dan fungsi Anda sudah rinci pada SK direktur?
Belum dek, katanya masih mau Saya nggak pernah tahu SK Nggak tau ya dek, saya nggak Verifikator internal belum pernah
dibuat tahun 2019 direkturnya dek, cuma job desc pernah tau SK direktur tentang tahu SK direktur tentang tugas
awal aja sih, kayaknya dulu itu tugas dan fungsi pekerjaan saya dan fungsi dari masing-masing
uda rinci, saya dulu nggak baca pekerjaan verifikator internal
banget dek wong dijelasin juga
sama mbak-mbak dulu yang
ngewawancarai kita pas tes
wawancara
262
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Verifikator Internal 3 Kesimpulan
12. Apa SK direktur terkait tim JKN sudah berdiri sendiri artinya tidak menyatu dengan SK lainnya misalnya Jamkesda?
Uda kayaknya dek, pokok kita Nggak ada dek, ya jadi satu sama Kurang tau dek, ya kita ini Verifikator internal tidak tahu
ngurus ini dah tapi secara yang atas se, namanya unit rekam namanya jadi satu di unit rekam terkait tim JKN sudah berdiri
terbitan belum sih, katanya sih medis, gitu aja dek nggak dibeda- medis sendiri atau belum, intinya jadi
mau tahun 2019 tapi nggak tahu bedakan satu dengan unit rekam medis
juga, kita liat aja nantinya
263
Lampiran 18. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim dan Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Verifikator
Internal Berdasarkan Faktor Actuating
Actuating
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
Motivasi
1. Adakah dukungan secara lisan oleh kepala rekam medis agar semangat dalam bekerja meningkat?
Ada tapi nggak sering, mungkin kayak ada Ada tapi kalau ada masalah aja. Ada dukungan secara lisan oleh kepala
masalah aja. rekam medis tapi jika ada masalah saja
2. Bagaimana Anda membangun motivasi dalam bekerja?
Motivasinya ya biar cepat selesai Kan kerjanya cuma gini-gini aja jadi ya biasa Membangun motivasi diri dengan tujuan
pekerjaannya biar cepat istirahat. Meskipun saja. Ya Menyemangati diri sendiri saja kayak, agar bisa cepat pulang ataupun cepat
nantinya pekerjaan sesuai dengan target yang semangat bentar lagi waktu pulang istirahat
ditetapkan meskipun belum optimal
3. Apa ada pemberian penghargaan bagi petugas yang bekerja dengan rajin? Mengapa?
Nggak ada sih. Nggak tau kenapa nggak ada Nggak ada sih. Kenapa ya dek mungkin gara- Tidak ada penghargaan bagi petugas yang
penghargaan mungkin nggak ada dananya dek gara nggak ada dana sih dek bekerja dengan rajin
4. Apa ada punishment bagi petugas yang sering telat datang bekerja ataupun keterlambatan petugas dalam menyelesaikan tugasnya sehingga
pekerjaan menumpuk?
Nggak ada Nggak ada sih. Kalau ada reward punishment Tidak ada punishment bagi petugas yang
pasti lebih semangat kerja sering telat datang bekerja ataupun
keterlambatan petugas dalam menyelesaikan
tugasnya
264
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
5. Mengapa tidak ada reward dan punishment?
Mungkin nggak ada dana Nggak ada dana kayaknya dek Tidak ada dana untuk perencanaan reward
dan punishment
6. Setiap pergantian kepala rekam medis, apakah mempengaruhi motivasi Anda dalam bekerja?
Awalnya iya tapi lama kelamaan nggak sih Awal-awal sih iya soalnya kan uda deket eh Setiap pergantian kepala rekam medis akan
malah keluar, ya sedih la tapi ya nggak berlarut- mempengaruhi kinerja verifikator internal
larut juga, ntar kerjaan kita tambah numpuk terutama pada saat awal keluar dari rumah
sakit
7. Mengapa seperti itu?
Soalnya kalau awal kan saya merasa Karena kan dulu deket banget dek jadi wajarlah Karyawan merasa kehilangan karena
kehilangan gitu, tapi ya tetap kita komunikasi kehilangan dulunya dekat
meskipun sudah pindah
Pengarahan
8. Pernahkah ada konsultasi dengan kepala rekam medis terkait solusi agar kelengkapan berkas dan ketidaksesuaian koding tidak terjadi?
Pernah dek tapi ya pas ada masalah aja sih, Pernah meskipun nggak sering, ya kalau ada Pernah ada konsultasi dengan kepala rekam
kita selesaikan bareng, kayak apa ya, ya kayak masalah aja kalau nggak ada masalah ya nggak medis terkait solusi agar kelengkapan berkas
kita harus konfirmasi lagi ke dokternya gitu. usa dan ketidaksesuaian koding
Terus gimana cara ngomong ke dokternya
9. Bagaimana metode pemberian arahan oleh kepala rekam medis kepada Anda?
Ya biasa aja kayak curhat gitu lo Ya kayak sharing-sharing gitu, ya diomongkan metode pemberian arahan oleh kepala rekam
bareng lah intinya medis seperti sharing-sharing
10. Jika pada saat pengajuan berkas ke BPJS lalu terjadi masalah ketidaklengkapan berkas klaim dan ketidaksesuaian kaidah koding, apakah kepala
rekam medis langsung bertindak mengarahkan karyawannya untuk menyelesaikan masalah kelengkapan berkas dan kaidah koding tersebut?
Iya dek, kamu ngerjakan ini, kamu ngerjakan Iya dek, kamu ngerjakan ini, kamu ngerjakan Kepala rekam medis langsung bertindak
itu, kamu harus ini kamu harus gitu itu, kan biar cepat. Mbak…baik banget dek, kita mengarahkan karyawannya untuk
saling membantu kok, perhatian dan menyelesaikan masalah kelengkapan berkas
memberikan nasihat apabila ada masalah dan kaidah koding
11. Mengapa pemberian arahan begitu penting?
Iyalah dek biar kita nggak salah arah, asyik- Penting dek biar kita nanti nggak salah-salah Pemberian arahan penting agar tidak terjadi
asyik bahasanya haha terus kan pas kerja terus juga biar menghindari kesalahan dalam bekerja
kesalahan
265
Lampiran 19. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim dan Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Verifikator
Internal Berdasarkan Faktor Controlling
Controlling
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
1. Apa ada suatu kegiatan menemukan dan mengoreksi penyimpangan terhadap kelengkapan berkas dan kaidah koding dari rencana yang telah dibuat
sebelumnya?
Belum pernah kayaknya Dilakukan kalau ada masalah saja jadi yang kita Tidak ada suatu kegiatan menemukan dan
amati itu ya berkas yang uda dikembalikan oleh mengoreksi penyimpangan terhadap
BPJS, kalau sebelum di kirim, kita nggak pernah kelengkapan berkas dan kaidah koding
ngecek lagi sih soalnya takut lama, kalau dulu iya
tapi sekarang nggak lagi
2. Mengapa tidak ada kegiatan menemukan dan mengoreksi penyimpangan terhadap kelengkapan berkas dan kaidah koding dari rencana yang telah
dibuat sebelumnya
Nggak ada waktu dek, kerjaan kita banyak Ya mau ada kegiatan gitu gimana kalau kerjaannya Tidak ada kegiatan menemukan dan mengoreksi
kan aja banyak benget kayak gini penyimpangan terhadap kelengkapan berkas dan
kaidah koding karena pekerjaannya banyak
3. Apa ada rapat rutin untuk membahas pelaksanaan kelengkapan dan koding berkas misalnya 3 atau 6 bulan sekali? Mengapa?
Dulu sempat tapi sekarang nggak lagi, ya Nggak pernah dilakukan rapat rutin soalnya sibuk Tidak ada rapat rutin untuk membahas
kesibukan sih dek terus beda pimpinan kan dek, kita juga beda shift juga kan jadi mau pelaksanaan kelengkapan dan koding berkas
beda kegiatan juga ngumpulin juga repot misalnya 3 atau 6 bulan sekali karena sibuk dan
beda shift kerja
266
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
4. Apa yang biasanya dibahas pada saat rapat terkait pengklaiman khususnya kelengkapan berkas klaim dan kaidah koding?
Ya kemarin yang dikembalikan itu gara- Banyak dek, kenapa kode ini kok beda sama BPJS, Rapat membahas terjadinya pengembalian
gara nggak lengkap berkas apa terus kalau kita merasa kode kita benar, apa yang harus berkas klaim mengenai penyebab maupun
gimana enaknya solusinya, kayak gitu sih dilakuin, ya banyak dah dek. Yah kita ngomong- solusinya
ngomong biasa saja buat bahas masalah kayak
curhat-curhat gitu saja buat rapatnya biar lebih
adem
5. Apakah menurut Anda apa yang dikerjakan selama ini bisa dikatakan sudah berhasil? Mengapa?
Belum lah dek, masalahnya aja pasti ada Belum, soalnya masih banyak masalah, misalnya Program yang dilaksanakan masih belum
ya belum berhasil berarti programnya. ini nih, diagnosa turun tarif, berkas nggak di klaim- berhasil karena masih terdapat masalah
klaim alias klaim pending pengembalian berkas klaim
6. Apa perlu dilakukan pembaharuan perencanaan? Mengapa?
Sangat perlu, biar kita nantinya punya Perlu, soalnya sekalian nanti kita jadikan suatu Perlu dilakukan pembaharuan perencanaan
tujuan juga evaluasi perbaikan, biar sekalian nanti sosialisasi karena sebagai bahan evaluasi dan penetapan
kebijakan baru
7. Jika iya, perencanaan seperti apa yang Anda butuhkan dan inginkan?
Ya kayak target-target gitu lah dek, terus Ya pengennya itu yang ada target, terus SOP Perlu dibuatkan rencana strategis
tahapan-tahapan ngoding, ngelengkapi diperbaharui dengan melibatkan kami semua, gitu
berkasnya, alur berkas buat dikoding sih dek
267
Lampiran 20. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Petugas Pendaftaran Berdasarkan Faktor Human
Human
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
Pengetahuan
1. Apa Anda pernah membaca regulasi tentang klaim? Paham tidak dengan isi regulasi tersebut?
Pernah sih dek baca tapi lupa dan nggak Pernah dek tapi ya nggak semuanya, banyak kan Petugas pendaftaran pernah membaca regulasi
memahami sepenuhnya soalnya kan banyak dek, 1 regulasi aja ada ratusan bahkan ribuan tentang klaim dan tidak terlalu memahami isi
yang harus dibaca tapi kebanyakan tahu halaman. Kalau paham sih paham dek tapi ya regulasi tersebut.
tentang berkas apa saja yang harus dilengkapi nggak semuanya.
itu ya dari mbak-mbak yang sudah lama kerja
disini
2. Mengapa tidak membaca semua regulasi?
Ya banyak banget dek, males mau baca Haha males, banyak se Tidak membaca regulasi karena regulasi yang
harus dibaca banyak
3. Mengapa tidak paham dengan regulasi tersebut? Bagian apa yang tidak paham?
Karena banyak jadi nggak paham terus Ya nggak semuanya kan saya nggak paham, ada Tidak dipahami karena aturan klaim banyak dan
bahasanya kan baku banget ya dek kalau beberapa lah kayak penentuan kode di SEP gitu. bahasanya baku. Bagian yang tidak dipahami
aturan-aturan gitu. Bagian yang apa ya, lupa Nggak paham soalnya kan banyak banget tentang pengkodingan di aplikasi v-klaim.
dah dek aturannya terus dek bahasanya itu lo, baku banget
kan
4. Berkas klaim apa saja yang harus dilengkapi di TPPRI oleh pasien saat pasien mendaftar?
Persyaratan yang harus dilengkapi itu ya KTP, Iya itu ada KTP, KK, sama JKN, eh ada satu lagi Petugas paham berkas yang harus dilengkapi di
268
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
kartu JKN, KK, dan surat pengantar rawat ada surat pengantar rawat inap TPPRI adalah KTP, KK, Kartu JKN, dan surat
inap pengantar rawat inap.
5. Apakah semua persyaratan tersebut harus di fotokopi? Mengapa tidak harus di fotokopi?
Nggak harus di fotokopi sih dek tapi mungkin Nggak harus difotokopi sih tapi biasanya pasien Petugas paham persyaratan tidak harus di
mikirnya pasien daripada bolak-balik dan langsung di fotokopi dulu soalnya kan nanti juga fotokopi karena sebagai persyaratan
takut yang asli hilang makanya di fotokopi diminta di ruangan. Jadi mungkin pikirannya administrasi.
tapi sebenarnya nggak harus difotokopi kan itu pasien, daripada bolak-balik mending di fotokopi
nanti cuma dipekek formalitas aja, ternyata aja sekalian. Kan kayak kartu JKN itu kan sebagai
pasien ini uda terdaftar di asuransi, juga bukti kalau pasien uda terdaftar sebagai pasien
digunakan buat menyamakan data antara di BPJS terus kalau KTP sama KK itu fungsinya
kartu JKN sama kartu identitas lainnya buat cek aja, ada yang beda nama atau alamat atau
soalnya pasien kadang pakai kartu JKN orang kelamin misalnya, ya kayak gitu dah dek
lain atau kalau nggak kartu anggota
keluarganya yang lain.
6. Salah satu tugas Anda adalah membuat SEP, apakah SEP itu?
Surat buat persyaratan ke BPJS, surat bukti SEP itu Surat Eligibilitas Peserta jadi bukti kalau Petugas paham SEP merupakan Surat
kalau peserta dapat dijamin sama BPJS uda dilayani Eligibilitas Peserta sebagai persyaratan
administrasi.
7. Bagaimana cara pengisian SEP rawat inap?
Gampang kok dek, kita awalnya masuk ke Gampang dek. Kan masuk dulu ke webnya di v- Petugas paham cara pengisian SEP rawat inap
webnya di v-klaim terus masuk ke pembuatan klaim terus masuk kan, pilih pembuatan SEP, yaitu masuk ke website v-klaim – pilih
SEP, terus diisi dah data-datanya terus di cetak terus pilih rawat inap, terus masukkan nomor JKN pembuatan SEP – ketik nomor JKN/kartu
atau nomor rujukan kalau pasien itu rujukan, terus rujukan – masukkan data sesuai surat pengantar
input deh datanya terus cetak rawat inap.
8. Bagaimana cara membuat SEP rujukan?
Caranya sama kok nanti yang beda cuma Hampir sama sih dek kayak yang tadi Cuma pilih Petugas paham cara membuat SEP rujukan
pilihannya saja, disini di bagian ini tinggal rujukan terus masukkan datanya dan juga dipilih hampir sama dengan membuat SEP biasa hanya
pilih saja rujukan, masukkan nomor rumah sakit yang akan dirujuk serta dokter yang yang membedakan juga harus menginputkan
rujukannya. merujuk nama rumah sakit yang dituju serta dokter yang
merujuk.
9. Bagaimana cara membuat SEP kasus kecelakaan?
Sama sih dek kayak buat pengisian SEP rawat Persis banget sama buat SEP biasa, nah pada Petugas paham cara membuat SEP kasus
269
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
inap cuma bagian ini pilih kasus kecelakaan bagian ini tinggal pilih aja kasus kecelakaan terus kecelakaan sama dengan pembuatan SEP biasa
terus catatannya di ketik kayak kejadian tinggal pilih-pilih dah pertanyaan-pertanyaan hanya nanti pilih kasus kecelakaan dan catatan
kecelakaannya itu gimana yang nanti bakal muncul terus ketik juga harus diisi.
catatannya kayak peristiwa kejadiannya
10. Apa perbedaan SEP permintaan rawat inap dan rujukan?
Kalau rujukan kan kita ngeinputkan juga Pihannya yang beda dek, nanti tinggal pilih Petugas paham perbedaan SEP permintaan
tujuan rumah sakit yang dituju kalau rujukan aja kalau permintaan rawat inap ya biasa rawat inap dan rujukan terletak pada item yang
permintaan rawat inap ya buat rawat inap di aja kayak tadi yang kita praktekin kan diinputkan, jika pembuatan SEP rujukan
sini saja. Kalau tampilan di sistem sama cuma terdapat nama rumah sakit yang akan dituju.
beda item-item aja sih tapi nggak semua beda
item, adalah beberapa yang beda
11. Bagaimana cara menentukan tanggal masuk dan tanggal keluar pasien rawat inap guna pembuatan SEP?
Kan saya membuat SEP rawat inap kalau Saya samakan persis sama yang di surat Petugas paham menentukan tanggal masuk dan
pasien atau keluarga pasien bawa surat pengantar rawat inap, kalau ternyata nih dek lebih tanggal keluar pasien rawat inap dilihat dari
pengantar rawat inap. Ya kita tanggalnya lihat dari 3 hari keluarga pasien ngasih surat pengantar surat pengantar rawat inap.
disitu dah rawat inap, ya manipulasi tanggal masuk aja
12. Apabila aplikasi v-klaim untuk membuat SEP mengalami masalah, apa yang Anda lakukan untuk mengganti SEP tersebut?
Ya kita cetak ulang aja dek, kan ada menu Ya kita tunggu sampai bisa dek Apabila ada masalah pada aplikasi v-klaim
edit, hapus juga ada di aplikasi maka tetap menunggu sampai aplikasi kembali
berfungsi
13. Berapa hari batas pembuatan SEP rawat inap?
3 hari 3 hari Petugas paham batas pembuatan SEP rawat inap
adalah 3 hari.
14. Apabila pembuatan SEP melebihi dari batas yang ditentukan, apa yang Anda lakukan?
Jangan bilang-bilang ya dek, kita manipulasi Di manipulasi dek, mau gimana lagi daripada Petugas tidak paham karena apabila pembuatan
sih dek, ya kita rubah aja tanggal masuknya nggak bisa di klaim SEP melebihi dari batas yang ditentukan maka
biar jadi 3 hari tanggal masuk dimanipulasi dengan dimajukan.
Kedisiplinan
15. Apa pernah membuat SEP melebihi dari 3 hari? Mengapa melebihi 3 hari
Waduh sering dek, pasien mesti lupa bawa Sering sih haha, itu lo dek gara-gara pasien nggak Petugas pendaftaran pernah membuat SEP
KTP lah, kartu JKN lah, pokok gara-gara ngelengkapi, kadang saya juga jungkel kalau melebihi dari 3 hari
nunggu itu dek nggak dilengkap-lengkapi
270
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
16. Jika pernah, mengapa sampai terjadi keterlambatan dalam mengidentifikasi kelengkapan berkas klaim?
Soalnya pasien lupa nggak bawa, sekarang Soalnya ya gimana ya dek, saya itu uda ngingetin Terjadi keterlambatan dalam mengidentifikasi
diingatkan, besoknya lupa lagi sampai lebih 3 tapi pasiennya itu nggak bawa terus ya akhirnya kelengkapan berkas klaim karena pasien tidak
hari tapi biasanya ada jaminan, 50% buat uang SEP nggak bisa dicetak, kalau nggak di cetak juga membawa persyaratan klaim
muka, nanti kalau uda lengkap, kita kasian pasiennya pas nggak ada uang
kembalikan uangnya.
17. Berapa lama keterlambatan dalam pembuatan SEP tersebut?
Paling lama kita 4 hari, kalau benar-benar Ya rata-rata 4 hari lah dek Paling lama keterlambatan adalah 4 hari
pasien nggak bisa melengkapi ya terpaksa kita
jadikan pasien umum.
Pengalaman Kerja
18. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Anda untuk membuat SEP?
Kita pembuatan SEP nggak lama kok dek Bentar dek palingan sekitar 1-2 menit Waktu yang dibutuhkan untuk membuat SEP
paling sekitar 2 menit kecuali kalau reloadnya adalah 1-2 menit
lama bisa lebih dari 10-15 menit. Terus juga
kalau kita bingung menentukan tanggal masuk
juga lama, cari kode diagnosis juga lama
19. Jika pernah melebihi 1-2 menit, mengapa sampai terjadi seperti itu?
Ya biasanya kalau ada gangguan gitu dek Kalau nggak respon-respon pasti lama sama pas Pembuatan SEP melebihi waktu 1-2 menit
nentukan koding karena adanya gangguan server dan penentuan
koding
20. Apa Anda dapat mengetik 10 jari?
Nggak dek haha Belum bisa kan belum terbiasa, ya saya 11 jari Petugas pendaftaran tidak dapat mengetik 10
dek haha jari
21. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Anda untuk mengidentifikasi kelengkapan berkas klaim di TPPRI?
Ya cepat dek, kita kita cuma minta KTP, KK, Cepet dek kan tinggal cek aja, hitungan detik juga Waktu yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
sama kartu JKN, yang lama itu kalau beda bisa kelengkapan berkas klaim di TPPRI sekitar 30
nama, beda alamat detik
Ketersediaan SDM
22. Berapa jumlah petugas pendaftaran yang mengurus SEP saat ini?
2 orang 2 orang Jumlah petugas pendaftaran yang mengurus
SEP adalah 2 orang
271
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
23. Mengapa hanya 2 orang petugas pendaftaran untuk mengurus SEP?
Ya nggak tau dek, wong dari sananya uda 2 Nggak tau kenapa jumlahnya 2 orang kan itu dari Petugas pendaftaran tidak mengetahui mengapa
orang atasan yang nentukan jumlah petugas pendaftaran hanya ada 2 orang
24. Mulai jam berapa Anda membuat SEP?
Pokok kita kerja datang sesuai jadwal, jadi Ya pokok ada pasien ya langsung buat dek Membuat SEP pada saat ada pasien yang akan
kalau pagi kan jam 7, siang jam 2, malam jam rawat inap
9, nah kalau ada pasien berobat, baru kita buat
SEP. Kan SEP nggak harus buat pasien baru
saja tapi pasien lama juga.
25. Jam berapa Anda istirahat dalam bekerja?
Kalau shift pagi kita istirahat jam 11-1 siang, Kalau shift pagi istirahatnya jam 11-1 siang, kalau Jam istirahat jika shift pagi adalah pukul 11.00-
kalau sore biasanya jam sholat dah, kalau sore biasanya jam sholat aja. Tapi kalau kerjaan 13.00 sedangkan untuk shift sore dan malam
malam ya pokok kondisi memungkinkan buat uda selesai dan nggak banyak pasien bisa lebih menyesuaikan. Jika pasien tidak rame dapat
istirahat ya istirahat. cepat lah dek istirahatnya haha, kan saya juga istirahat lebih awal
jenuh juga
26. Jam berapa Anda pulang bekerja?
Shift pagi pulang jam 2, shift sore pulang jam Shift pagi pulangnya jam 2, shift sore pulangnya Jam pulang petugas pendaftaran adalah untuk
9 malam, shift malam pulang jam 7 pagi. jam 9 malam, shift malam pulangnya jam 7 pagi. shift pagi pulang jam 14.00, shift sore jam
21.00, dan shift pagi pukul 07.00
27. Apa pernah terjadi lembur?
Kalau bagian pendaftaran sih nggak dek tapi Pernah dek tapi bukan maslah SEP ini tapi bantu Tidak pernah terjadi lembur di TPPRI
kalau bagian dalam yang disana itu sering dek, bagian lainnya kayak bagian klaim apalagi kalau
kita biasanya bantu mbak-mbak sih biar cepat penyetoran mendekati tanggal terakhir, pasti
lembur itu dek, tapi jarang kalau saya, mungkin
gara-gara saya baru
28. Apa yang Anda kerjakan sesuai job description? Mengapa?
Kan nggak ada job desc dek jadi kerjaan yang Nggak tau dek, saya itu nggak tau job des-nya ada Petugas tidak tahu yang dikerjakan sudah sesuai
disuruh sama mbak-mbak ya saya kerjakan apa nggak, kalau awal keterima ya dek, saya dengan job description atau belum. Job
terus awal kerja saya sebenarnya bukan bagian bukan bagian pendaftaran lo tapi bagian description awal yang diberikan juga tidak
ini tapi bagian assembling assembling tapi nggak tau tiba-tiba ganti di sesuai saat sudah kontrak kerja.
TPPRI
272
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
29. Mengapa job description awal tidak sesuai dengan saat bekerja?
Nggak tau dek mungkin gara-gara rolling Nggak tau dek, mungkin gara-gara kurang Job description awal tidak sesuai dengan saat
kerja, kan juga mungkin mempertimbangkan petugasnya sama kerjaannya banyak yang belum bekerja karena harus rolling kerja agar
lulusan terakhirnya ke handle akhirnya di rolling kerja pekerjaan dapat terselesaikan
30. Apa sering terjadi penumpukan pekerjaan?
Kalau aku sih sering dek apalagi kalau malas Waduh kalau bagian pendaftaran nggak pernah Jika di bagian pendaftaran tidak pernah terjadi
haha, tapi jangan bilang-bilang soalnya jenuh deh tapi kalau bagian pelaporan iya soalnya saya penumpukan pekerjaan namun di bagian
juga dek, apalagi saya juga disuruh buat juga ngurus pelaporan juga pelaporan yang mereka juga kerjakan yang
pelaporan, haduh bingung juga terjadi penumpukan pekerjaan
273
Lampiran 21. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Petugas Pendaftaran Berdasarkan Faktor Organization
Organization
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
Lingkungan Fisik
1. Berapa luas TPPRI saat ini?
Ya ruangan ini sekitar 2.5 x 5 meter lah dek Berapa ya dek, sekitar 3 x 5 meter kayaknya Luas TPPRI sekitar 2.5 x 5 meter
2. Apakah ruangan dengan ukuran sedemikian rupa sudah memadai?
Memadai memadai Ukuran TPPRI sudah memadai
3. Apakah ruangan ini sudah nyaman untuk melayani pasien dan identifikasi kelengkapan klaim di TPPRI?
Sudah sih Sudah TPPRI sudah nyaman bagi petugas pendaftaran
4. Apa saja sarana yang belum ada untuk mendukung proses klaim agar Anda nyaman dalam bekerja?
AC dek, dek sini kan nggak ada AC AC Sarana yang belum ada adalah AC
5. Mengapa tidak ada AC?
Nggak tau dek mungkin gara-gara ruangannya Ya nggak tau dek, gara-gara ini ruangannya Tidak ada AC karena ruangan terbuka
terbuka kali ya terbuka mungkin
6. Apakah pengaturan peralatan sudah sesuai dengan yang diharapkan?
Sudah sih Sudah Pengaturan peralatan sudah sesuai dengan yang
diharapkan
7. Apa tidak ingin merubah pengaturan TPPRI?
Nggak dek, nanti capek Nggak ah Petugas pendaftaran tidak ingin merubah
pengaturan TPPRI
8. Apa saja peralatan yang belum ada untuk mendukung proses klaim agar Anda nyaman dalam bekerja?
Keranjang kali ya dek, liat tuh berkasnya, Keranjang biar berkasnya nggak ditaruh di sana Peralatan yang belum ada yaitu keranjang untuk
274
maaf ya dek kalau nggak rapi di sini tempat berkas
9. Apakah dekorasi nyaman dilihat oleh mata?
Sebenarnya sih nggak tapi mau gimana lagi Ya nggak sih tapi nyaman kok, liat aja deh Dekorasi belum nyaman dilihat
berantakan kan haha, maklumlah namanya juga
rumah sakit
Tuntutan antar pribadi
10. Apa Anda saling mengenal dengan petugas?
Kenal dek tapi ada yang nggak kenal juga Kenal dek meskipun lingkup pendaftaran aja, Petugas pendaftaran sudah saling mengenal antar
yang baru-baru, ada yang deket, ada juga yang kan saya masih baru petugas
nggak deket, pokok setidaknya kita taulah dia
itu bagian apa
11. Apabila terjadi pengembalian berkas klaim oleh BPJS Kesehatan misalnya karena SEP yang salah, apakah sesama petugas klaim saling membantu
untuk menyelesaikannya?
Iya membantu dek, kita selesaikan bareng- Alhamdulillah kami saling membantu jika ada sesama petugas klaim saling membantu untuk
bareng, biar kan juga belajar dari pengalaman maslah menyelesaikan masalah yang terjadi
12. Apakah pernah ada perbedaan pendapat sampai menimbulkan persaingan tidak sehat dalam bekerja?
Nggak pernah, kita selalu menyelesaikan Nggak lah dek, nggak ada gunanya juga kan Tidak ada perbedaan pendapat sampai
masalah bareng-bareng. Kita nggak pernah sih menimbulkan persaingan tidak sehat dalam
sampai nggak tegur sapa apalagi ngambek- bekerja
ngambekan, kita kan juga uda dewasa dek jadi
ya woles saja
13. Apa Anda pernah curhat-curhat pekerjaan dengan rekan sejawat?
Kalau curhat-curhatan ya sering dek, curhat Sering banget namanya juga sesama teman Sering curhat masalah pekerjaan jika terjadi
kerjaan iya, curhat masalah cowok iya, curhat kalau ada masalah ya pasti curhat-curhat masalah
segala hal dah kita dek, kita uda kayak saudara
gitu
14. Mengapa harus curhat?
Ya mungkin dengan curhat dapat menemukan Biar masalahnya cepat selesai lagian biar plong Harus curhat agar dapat menemukan solusi
solusi untuk masalah itu juga yang dihati
275
Lampiran 22. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Petugas Pendaftaran Berdasarkan Faktor Planning
Planning
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
Proses Planning
1. Apa ada SOP terkait kelengkapan berkas di bagian pendaftaran?
Nggak ada deh dek kayaknya Nggak ada kayaknya Tidak ada SOP terkait kelengkapan berkas di
bagian pendaftaran
2. Mengapa tidak ada SOP terkait kelengkapan berkas di bagian pendaftaran?
Ya nggak tau ya dek, kan saya baru masuk di Nggak tau dek Petugas pendaftaran tidak mengetahui
sini, saya ini loh masih training di sini tapi ini mengapa tidak ada SOP terkait kelengkapan
mungkin ya, mungkin gara-gara sibuk jadi berkas di bagian pendaftaran
nggak sempat
3. Apa ada kesepakatan dan pembakuan SOP dari manajemen terkait kelengkapan berkas klaim? Mengapa?
Nggak ada sih, mungkin gara-gara sibuk kali ya Nggak ada, nggak tau ya dek kenapanya, ini Tidak ada kesepakatan dan pembakuan SOP
dek, juga kepala rekam medisnya belum jelas mungkin ya dek, mungkin gara-gara kerjaannya dari manajemen terkait kelengkapan berkas
juga dek jadi mau merintah-merintah mungkin banyak jadi nggak sempet, itu mungkin lo dek klaim karena pekerjaan banyak
radak sungkan gitu
4. Apa Anda melakukan prosedur kelengkapan berkas sesuai dengan SOP/ketentuan yang berlaku?
Saya nggak tahu aturannya kayak gimana ya Insyaallah iya dek meskipun saya nggak pernah Petugas tidak tahu prosedur kelengkapan
dek, pokok diajari kayak gini yauda liat SOP maupun aturan-aturan pendaftaran klaim. berkas sudah sesuai dengan SOP/ketentuan
Ya pokoknya saya kerjakan sesuai yang diajarkan yang berlaku atau belum namun petugas
sama mbak-mbak yang uda lebih dulu di sini pendaftaran melakukan prosedur sesuai yang
276
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
diperintahkan
5. Bagaimana langkah-langkah melakukan identifikasi kelengkapan berkas klaim sesuai SOP?
Kan awalnya pasien ke TPPRI ini, terus saya Ya kita mintain kartu JKN, KTP, KK kalau Langkah melakukan identifikasi kelengkapan
minta kartu JKN, KTP, KK. Kalau beda nama, identitas antara kartu JKN sama KTP/KK sama ya berkas klaim yaitu meminta kartu JKN, KTP,
kita suruh buat ngurus dulu ke BPJS, kalau saya lanjutkan input data buat pembuatan SEP dan KK pasien. Jika identitas cocok maka
nggak beda, ya kita lanjut buat SEP. SEP dibuat namun jika ada perbedaan identitas misalnya beda akan dibuatkan SEP namun jika ada yang
yauda tinggaldi cetak terus diserahkan ke nama maupun alamat, maka saya suruh untuk tidak cocok misalnya beda nama atau pun
pasien/keluarga pasien untuk diserahkan mengurus terlebih dahulu ke BPJS beda alamat maka akan mengurus terlebih
perawat yang ada ruangan dahulu ke BPJS Kesehatan
Kualitas Hasil Planning
6. Apa SOP/peraturan yang berlaku sudah dapat memenuhi keberhasilan program sehingga tidak terjadi pengembalian berkas oleh BPJS Kesehatan
karena ketidaklengkapan berkas klaim di TPPRI?
Belum, kita juga nggak mungkin ngubah aturan Peraturan kan dari BPJS dan itu masih belum bisa SOP/peraturan yang berlaku belum memenuhi
BPJS juga dek, kan BPJS punya ketentuan membuat program kerja berhasil karena SEP juga keberhasilan program
sendiri ada yang salah
7. Apa perlu dibuatkan aturan khusus di rumah sakit terkait kelengkapan berkas di pendaftaran? Mengapa diperlukan?
Perlu dek, biar kita yang baru-baru ini nggak Perlu sebenarnya kan juga biar enak juga ya dek, Perlu dibuatkan aturan khusus di rumah sakit
tanya-tanya terus sama mbak-mbak yang uda biar semuanya dapat terogranisir dan terstruktur terkait kelengkapan berkas di pendaftaran agar
lama kerja disini, kalau tanya-tanya terus kan dek ada pembakuan yang jelas
juga sungkan alias nggak enak
8. Apa di bagian pendaftaran pernah dibuatkan perencanaan strategis yang isinya ada target agar program dapat tercapai? Mengapa seperti itu?
Belum ada dek, saya nggak pernah tahu juga Nggak ada dek, ya mungkin nggak sempet, beda Tidak ada pembuatan perencanaan strategis
shift juga kan, ya mudah-mudahan ada sih karena pekerjaan banyak sehingga tidak
sempat
277
Lampiran 23. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Petugas Pendaftaran Berdasarkan Faktor Organizing
Organizing
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
Pembagian kerja
1. Apa di RS Mitra Sehat Situbondo terdapat tim JKN?
Ya pokoknya yang ngurus klaim ada 5 orang, Tim JKN itu maksudnya tim ngurus klaim ta Terdapat tim JKN di RS Mitra Sehat Situbondo
gitu aja, kalau atas itu ada 2 orang yang dek? Ada kalau itu
ngurus filing
2. Tim JKN terdiri dari apa saja?
Ada petugas pendaftaran 2 orang, ada 2 petugas pendaftaran, 3 verif Tim JKN terdiri dari 2 petugas pendaftaran dan 3
verifikator internal ada 3, uda itu aja verifikator internal
3. Bisa dijelaskan tugas Anda yang dikerjakan seperti apa?
Pendaftaran itu ya kayak biasanya nerima Ya tugas saya itu melakukan penerimaan Petugas pendaftaran bertanggung jawab dalam
pasien, input data, kalau yang berhubungan pasien baik pasien rawat jalan maupun rawat identifikasi pasien, identifikasi kelengkapan
sama klaim ya buat SEP, kita juga mengurus inap, tanya rumahnya dimana, namanya siapa persyaratan klaim, dan pembuatan SEP
laporan sensus, dan juga buat grafik barber pokok identifikasi pasien dah, terus juga nulis
johnson selalu terbengkalai sih tapi kita masih di sampulnya juga identitas pasiennya, terus
mau mencoba kok juga tanya persayaratan BPJS-nya terus buat
SEP
4. Bagaimana kerjasama Anda apabila pembuatan SEP dilakukan secara bersamaan?
Kita nggak pernah sih dek buat SEP secara Seingetku nggak pernah buat SEP secara Tidak pernah dilakukan pembuatan SEP yang
278
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
bersamaan bersamaan dek jadi ya nggak ada dilakukan secara bersamaan
kerjasamanya
5. Mengapa tidak pernah dilakukan bersamaan?
Pasiennya dikit dek jadi ya nggak pernah Komputernya 1 buat ngurus SEP dek lagian Tidak pernah dilakukan pembuatan SEP secara
barengan, saya bisa mengatasinya kok pasiennya ya dikit jadi nggak pernah bersamaan karena pasiennya sedikit
dilakukan secara bersamaan
6. Memangnya dapat menerbitkan berapa SEP dalam 1 hari
Pasien apa dulu? Kalau rawat jalan itu paling Kalau pasien rawat jalan paling banyak itu Dalam 1 hari petugas pendaftaran dapat
rame sekitar 100-an, kalau rawat inap tiap sekitaran 100 kalau rawat inap ya sekitar 5-15 menerbitkan SEP rawat jalan sekitar 100 dan
harinya sekitar 5-10 orang lah orang lah dek, nggak pasti juga kan dek rawat inap sekitar 5-10 orang
7. Kalau antriannya panjang, bagaimana kerjasama dengan karyawan lainnya?
Kalau antriannya panjang pasti dibantu sama Kalau antriannya panjang itu biasanya dibantu Kerjasama dengan karyawan lain saat antrian
petugas lainnya yang ada di tempat sama mbak-mbak sebelah saya ini terus pakai panjang adalah baik karena sling membantu
pendafataran, kayak kasir, yang laporan harian komputer yang sebelah juga, kan kasihan dek
kalau pasien nunggu lama
8. Bagaimana kerjasama Anda apabila pembuatan SEP dilakukan saat beda shift kerja?
Ya kita biasanya pas mau pulang itu nggak Pas saya mau pulang, pasti saya bilang, eh ini Saat petugas pendaftaran mau pulang akan
langsung pulang, saya itu nanti ngasih tau, ini yang belum bro, ini yang uda selesai tak buat, koordinasi dengan menjelaskan SEP yang telah di
yang belum, ini yang ua, tolong nanti ini nanti lanjutin ya bro, gitu sih buat dan SEP yang belum dibuat
inputkan ya, tolong nanti ini di edit ya, gitu
sih dek
9. Pernah tidak kelewatan memberikan informasi sehingga ada pekerjaan yang belum diselesaikan?
Pernah dek, yang sering itu buat input pasien Emmmm, pernah kayaknya pas dulu itu, kan Pernah melewatkan informasi apabila pergantian
bila yang keluar sih, jadi kalau pasiennya uda kalau pasien uda keluar harus segera diinput shift sehingga ditegur oleh senior
keluar itu juga diinput, di cek gitu, pasien lagi biar bisa di klaimkan, nah itu belum di
keluar, nah nanti dalam keadaan apa pasien input jadi yauda deh di nasehati gitu sama
keluar, misalnya sembuh, dirujuk, atau apalah mbak-mbaknya
itu
10. Bagaimana pembagian kerja apabila terdapat petugas yang cuti?
Biasanya kita rolling lagi kerjaannya, nah Ya itu biasanya di bagi sama mbak-mbak Di lakukan penambahan pekerjaan untuk setiap
pinter-pinternya kita bagi tugas aja sih, yang lebih senior, biasanya sih nambah shift karyawan
pokoknya kita saling bantu dah dek dek atau kalau nggak ya kerjaan kita tripel-
279
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
tripel
11. Menurut Anda, apakah pembagian kerjanya sudah sesuai dengan lulusan terakhirnya?
Sudah sesuai sih dek sama lulusannya Sudah sih dek Pembagian kerjan sudah sesuai dengan lulusan
terakhir karyawan
Job Description
12. Apa Anda paham tugas dan fungsi dari pekerjaan Anda?
Ya paham dek, tugas saya itu ya buat SEP Paham kok, ya tugas saya itu yang tadi saya Tugas dan fungsi petugas pendaftaran adalah
baik rawat jalan maupun rawat inap, input jelaskan, identifikasi pasien, terus menagih identifikasi pasien, identifikasi kelengkapan
data pasien BPJS maupun umum, ya kita juga persyaratan klaim terus membuat SEP terus persyaratan klaim, pembuatan SEP, dan
mengurus laporan sensus, terus kadang bantu bantu buat laporan sensus harian membantu mebuat laporan sensus harian
scan juga
13. Apakah tugas dan fungsi Anda sudah rinci pada SK direktur?
Saya nggak tahu ya dek SK direktur kayak Waduh kalau itu saya nggak tau dek, saya Petugas pendaftaran tidak tahu tugas dan fungsi
apa, saat proses interview dulu job description nggak pernah liat, kalau job description Anda sudah rinci pada SK direktur atau belum
saya sebenarnya assembling tapi waktu pernah liat pas waktu interview aja
training di tempatkan di bagian pendaftaran
14. Mengapa Anda tidak tahu SK direktur?
Karena memang nggak di kasih tau juga terus Ya saya nggak pernah dikasih tau dek, nggak
mau minta juga males dek, nanti dikiranya minta juga soalnya saya takut dek, saya masih
saya apa, wong saya masih baru disini baru
15. Apa SK direktur terkait tim JKN sudah berdiri sendiri artinya tidak menyatu dengan SK lainnya misalnya Jamkesda?
Kurang tau ya dek, coba aja tanya sama Nggak tau kalau masalah itu dek, coba tanya Petugas tidak tahu tim JKN sudah berdiri sendiri
mbak…. ke mbak … atau belum
16. Apa job description awal sudah sesuai dengan pada saat Anda bekerja?
Job description saya sebenarnya assembling Nggak dek, saya itu pas interview pas Job description awal belum sesuai pada saat
saat awal kerja namun ada rolling jabatan dijelasin mau ditempatin di bagian assembling sudah bekerja karena pekerjaan banyak dan
gara-gara banyak yang keluar. Nggak jelas eh ternyata ditempatin di pendaftaran juga, petugas kurang sehingga dilakukan rolling
sekarang apa job descriptionnya dek pokok katanya sih kurang petugas pekerjaan
saya ngerjakan apa yang ditugaskan sama
saya
280
Lampiran 24. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Petugas Pendaftaran Berdasarkan Faktor Actuating
Actuating
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
Motivasi
1. Adakah dukungan secara lisan oleh kepala rekam medis agar semangat dalam bekerja meningkat?
Disemangati juga, “kamu bisa kok dek”, gitu Ada kok dek, saya biasanya disemangati kalau Ada dukungan secara lisan oleh kepala rekam
biasanya. Kepala rekam medisnya belum misalnya ada masalah, di berikan masukan medis sehingga petugas pendaftaran lebih
jelas juga dek soalnya yang lama baru kalau ada yang salah pekerjaan saya. Jadi lebih bersemangat dalam bekerja
keluar. Ya saya seneng dek meskipun kayak semangat lagi kalau kayak gitu
gitu aja tapi kan ngubah mainset saya
2. Apakah ada pemberian penghargaan bagi petugas yang bekerja dengan rajin?
Nggak ada reward dan punishment Nggak ada Tidak ada pemberian penghargaan bagi petugas
yang bekerja dengan rajin
3. Mengapa tidak ada penghargaan bagi petugas yang bekerja dengan rajin?
Nggak tau kok nggak ada mungkin nggak Ya nggak tau dek mungkin nggak ada dana Petugas pendaftaran tidak tahu mengapa tidak
ada subsidi. Kalau ada malah lebih semangat ada penghargaan namun petugas pendaftaran
kerjanya dek menduga karena tidak ada dana
4. Apakah ada punishment bagi petugas yang sering telat datang bekerja ataupun keterlambatan petugas dalam menyelesaikan tugasnya sehingga
pekerjaan menumpuk?
Nggak ada reward dan punishment Nggak ada kayak gitu-gituan pokoknya disini Tidak ada punishment bagi petugas yang sering
telat datang bekerja
281
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
5. Mengapa tidak ada punishment bagi petugas yang sering telat datang bekerja ataupun keterlambatan petugas dalam menyelesaikan tugasnya
sehingga pekerjaan menumpuk?
Ya nggak tahu dek. Saya juga takut dek Nggak tau juga kalau itu dek. Kalau saya sih Petugas pendaftaran juga tidak tahu mengapa
kalau nggak melaksanakan tugas, jadi ya takut dek misalnya terlambat soalnya kan saya tidak ada punishment
memotivasi diri sendiri soalnya kan saya masih baru disini ya masak iya saya telat
juga masih baru disini
6. Setiap pergantian kepala rekam medis, apakah mempengaruhi motivasi Anda dalam bekerja?
Nggak sih dek, cuma memang adaptasi lagi Nggak sih, mungkin gara-gara saya baru ya dek Pergantian kepala rekam medis tidak
aja jadi saya juga belum terlalu dekat mempengaruhi motivasi petugas pendaftaran
7. Mengapa hal tersebut tidak mempengruhi motivasi Anda?
Karena saya masih baru dan belum pernah Saya baru ya dek jadi saya juga belum terlalu Pergantian kepala rekam medis tidak
tahu pergantian kepala rekam medis juga dekat mempengaruhi motivasi petugas pendaftaran
haha karena kedua petugas pendaftaran masih baru
bekerja
Pengarahan
8. Pernahkan ada konsultasi dengan kepala rekam medis terkait solusi agar kelengkapan berkas di bagian pendaftaran tidak terjadi atau agar tidak
terjadi kesalahan dalam penerbitan SEP?
Ya pas awal kerja aja teruis kalau lagi ada Pas awal kerja aja sih dek, mungkin gara-gara Pemberian konsultasi oleh kepala rekam medis
masalah. Bukan masalah sih tapi lebih ke saya sudah bisa jadi nggak pernah lagi di kasih hanya dilakukan pada saat awal bekerja saja
kalau saya nggak bisa, ya saya langsung tau yang salah
tanya, kalau ada yang nggak saya ngerti ya
saya tanya. Kan yang kita pelajari pas kuliah
beda sama yang di lapangan
9. Bagaimana metode pemberian arahan oleh kepala rekam medis kepada Anda?
Ya sharing-sharing biasa aja, ya face to face Ya biasa aja kayak aku sama kamu gini dek, Metode pemberian arahan oleh kepala rekam
lah biar enak juga berdua aja terus dikasih tau yang salah ini medis dilakukan secara langsung
seharusnya kayak gini
10. Jika pada saat pengajuan berkas ke BPJS lalu terjadi masalah ketidaklengkapan berkas klaim, apakah kepala rekam medis langsung bertindak
mengarahkan karyawannya untuk menyelesaikan kelengkapan berkas tersebut?
Pasti itu dek, kita selesaikan bareng-bareng, Iya biar berkas kan juga bisa di klaim lai, kalau kepala rekam medis langsung bertindak
kan kita jaraknya juga nggak jauh-jauh alias nggak bisa di klaim bisa-bisa kita rugi mengarahkan karyawannya untuk
masih muda-muda, mungkin beda kalau menyelesaikan kelengkapan persyaratan klaim
282
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
usianya terlampau jauh pasti ada radak
sungkannya gitu
283
Lampiran 25. Lembar Hasil Wawancara Ketidaklengkapan Berkas Klaim oleh Petugas Pendaftaran Berdasarkan Faktor Controlling
Controlling
No. Petugas Pendaftaran 1 Petugas Pendaftaran 2 Kesimpulan
1. Apakah ada suatu kegiatan menemukan dan mengoreksi penyimpangan kelengkapan berkas klaim di bagian pendaftaran dan mengecek kembali data
yang telah diinputkan untuk membuat SEP?
Haha nggak dek, ngecek kan juga butuh waktu Nggak ada dek, kalau misalnya salah ya diedit Tidak ada suatu kegiatan menemukan dan
jadi daripada lama mending nggak usa toh gitu aja biar juga nggak lama juga mengoreksi penyimpangan kelengkapan berkas
nanti kalau ada yang salah bisa diedit lagi klaim di bagian pendaftaran dan mengecek
kembali data yang telah diinputkan untuk
membuat SEP
2. Apakah ada rapat rutin untuk membahas pelaksanaan kelengkapan berkas misalnya 3 atau 6 bulan sekali?
Nggak ada Nggak ada sejauh saya bekerja disini lo dek Tidak ada rapat rutin untuk membahas
pelaksanaan kelengkapan berkas misalnya 3
atau 6 bulan sekali
3. Mengapa tidak ada rapat?
Ya nggak tahu ya dek, kan saya apa kata Nggak tau dek, ya alhamdulillah juga kan kalau Petugas pendaftaran tidak tahu mengapa tidak
atasan, kalau atasan nyuruh rapat ya rapat. nggak ada rapat haha dilakukan rapat rutin
Ada sih dek rapat, tapi rapatnya kayak sesama
pimpinan gitu
4. Apa yang biasanya dibahas pada saat rapat terkait pengklaiman khususnya kelengkapan berkas klaim atau tentang SEP?
Apa ya, kalau SEP nggak terlalu banyak yang Kalau terkait pembuatan SEP kayaknya nggak Tidak pernah ada masalah yang urgen di bahas
di bahas se. bentar, pernah sih dek, pas kita pernah sih dek, pekerjaan saya ini nggak ada pada pembuatan SEP
284
bingung dulu, kan pembuatan SEP dibatasi resiko yang sampai kayak gimana gitu, jadi
sampai 3 hari, nah kalau melebihi 3 hari memang jarang banget dibahas pas rapat, itu
bagaimana? Ya katanya manipulasi aja diganti katanya mbak…pas mbak…rapat sama
tanggal masuknya pimpinan
5. Menurut Anda apa yang dikerjakan selama ini bisa dikatakan sudah berhasil? Mengapa belum berhasil?
Belum dek soalnya kan pengembalian berkas Belum soalnya kadang saya juga salah-salah Program belum berhasil karena masih ada yang
tiap bulannya pasti ada aja, kalau berhasil itu buat SEP dek salah dalam pembuatan SEP
ya nggak ada yang salah, nggak ada yang
nggak lengkap, nggak ada pihak BPJS yang
konfirmasi lagi
6. Apakah perlu dilakukan pembaharuan perencanaan? Mengapa?
Perlu banget, biar jelas ke kitanya juga dek Perlu dek soalnya jujur saya nggak tau SOP Perlu dilakukan pembaharuan perencanaan agar
disini mungkin kalau ada pembaharuan dan kita lebih jelas dan dapat melibatkan karywan untuk
dilibatkan kan enak dek, kita juga biar paham pembuatan SOP sehingga petugas pendaftaran
dapat tahu perencanaannya seperti apa
7. Jika iya, perencanaan seperti apa yang Anda butuhkan dan inginkan?
Ya mungkin kayak target harus ada terus SOP Ya SOP terus ada target gitu lo dek biar kita itu Perencanaan yang dibutuhkan adalah SOP atau
diperbaharui ada gregetnya dalam bekerja pun pembuatan rencana strategi
285
Lampiran 26. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Verifikator Internal Berdasarkan Faktor Human
Human
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud dengan leadterm?
Leadterm itu ya pokoknya yang kita pilih Lupa aku dek, pokok leadterm itu ya Verifikator internal paham tentang leadterm
harus peyakitnya nggak sih diagnosisnya adalah kata kunci yang biasanya patolofi bukan
anatominya.
2. Dalam INA-CBG’s proses memasukkan data hingga muncul klaim pembayaran dinamakan apa?
Maksudnya dek? Grouping Verifikator internal paham tentang grouping
Oalah grouping ta?
3. Buku/aplikasi apa yang digunakan untuk mengkode diagnosis penyakit?
Ya ICD-10 kalau penyakit ICD-10 Verifikator internal paham Buku/aplikasi yang
digunakan untuk mengkode penyakit adaah
ICD-10
4. Buku/aplikasi apa yang digunakan untuk mengkode tindakan pasien?
Kalau tindakan pakai ICD-9-CM ICD-9-CM Verifikator internal paham Buku/aplikasi yang
digunakan untuk mengkode tindakan adaah
ICD-9-CM
5. Ada berapa digit aturan kode INA-CBG’s?
Ya yang kayak biasanya, emang berapa digit Ada yang 3, ada yang 4, dan ada yang 5 Verifikator internal belum paham jumlah digit
dek? Pokok kalau A11.0 kan berarti 4 digit aturan kode INA-CBG’s
286
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
6. Bagaimana aturan mengkode dignosa INA-CBG’s?
Ya pokoknya kita search terus dipilih sesuai Tinggal di search aja sih dek diagnosanya pasti Petugas pendaftaran paham tentang aturan
diagnosa sama tindakan yang uda di tulis sama nanti muncul kodefikasi namun kadangkala pada saat search
dokter di resume diagnosa dan tindakan tidak menggunakan
leadterm yang tepat, kadanngkala leaterm
berupa anatomi masih dilakukan seharusnya di
search leadterm-nya.
7. Ada berapa dignosa yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan?
Semuanya ditanggung sih Semuanya di tanggung dek Verifikator internal tidak paham bahwa tidak
semua penyakit dapat di klaimkan.
8. Apa saja diagnosa yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan?
Nggak ada yang nggak ditanggung deh dek, Nggak ada, semuanya ditanggung dek Verifikator internal tidak paham diagnosa yang
kayaknya semuanya ditanggung tidak ditanggung.
9. Apa yang Anda ketahui tentang diagnosa utama?
Diagnosa utama berarti kan diagnosa yang Diagnosa yang uda ditegakkan oleh dokter dek, Verifikator internal belum paham tentang
paling parah penyakit utama lah diagnosa utama.
10. Apa yang dimaksud dengan diagnosa sekunder?
Diagnosa sekunder itu kayak komplikasi dari Komplikasi dari suatu penyakit Verifikator internal cukup paham tentang
penyakitnya atau metastasenya lah diagnosa sekunder
11. Apa yang dimaksud dengan kormobiditas dan komplikasi?
Komorbiditas apa ya dek, haduh uda lupa dah Hmmm lupa dek Verifikator internal tidak paham tentang
sama materi kuliah. Kalau komplikasi kan kormobiditas dan komplikasi.
berarti ya komplikasi, ya metastase penyakit
begitulah
12. Apabila tidak terdapat diagnosis yang dapat ditegakkan pada akhir episode perawatan, apa yang Anda lakukan?
Biasanya uda ditegakkan kok dek, kita nggak Saya konfirmasi kembali dulu dek terus pakai Verifikator internal paham bila diagnosis tidak
pernah juga pakai rule MB aturan rule MB ditegakkan maka menggunakan rule MB.
13. Apa yang dimaksud dengan diagnosa akut dan kronis?
Akut ya dadakan sih kalau kronis berarti kan Diagnosa akut ya akut dek kalau kronis berati Verifikator internal memahami jika kronis
penyakitnya uda lama kan lama namun tidak mengetahui daignosa akut
14. Bagaimana cara Anda menentukan itu penyakit akut atau kronis?
Ya kan nggak ada keterangan apa-apa, Ya biasanya kan ada keterangan dari dokter, Verifikator internal tidak paham tentang cara
287
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
pokoknya kalau tidak ada keterangan apa-apa kalau nggak ada keterangan ya langsung aja menentukan diagnosa akut dan kronis
di anggap kasus akut, contohnya faringitis pilih yang akut seharusnya akut memiliki waktu sampai 28 hari
kalau nggak ada keterangan berarti dianggap sedangakn kasus kronis lebih dari 28 hari.
akut
15. Apa yang dimaksud dengan dagger asterisc?
Sebab akibat Sebab akibat Verifikator internal paham dengan dagger
asterisc
16. Apabila ada seseorang naik sepeda motor kemudian terjadi kecelakaan siapakah yang menjamin biaya pasien?
BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan Verifikator internal belum bisa membedakan
antara kasus KLL dan bukan kasus KLL.
17. Apakah itu termasuk kasus kecelakaan?
Bukan kasus kecelakaan kalau begitu dek, kan Bukan kasus kecelakaan kayaknya dek Verifikator internal belum bisa membedakan
pasien kecelakaan di rumah bukan di lalu antara kasus KLL dan bukan kasus KLL.
lintas
18. Apabila ada pasien dengan kasus tabrakan lari berarti yang menjamin pembiayaan siapa?
BPJS Kesehatan kan, tabrak lari itu bukan BPJS Kesehatan Verifikator internal belum bisa membedakan
kasus kecelakaan antara kasus KLL dan bukan kasus KLL.
19. Jika ada penyakit biduran, apa terminologi medis yang digunakan untuk mencari kode?
Apa ya dek, bentar tak search dulu di google Nggak hafal dek, jujur aja ya dek 99% itu kita Verifikator internal tidak paham tentang
haha pakai google, yang 1% ya kita sendiri, bentar terminologi medis biduran
dek saya search dulu ya
20. Jika terminologi medisnya campak, apa ya?
Ya harus search dek Search-search dulu Verifikator internal tidak paham tentang
terminologi medis campak.
Kedisiplinan
21. Berapa target untuk menyelesaikan koding diagnosis dan tindakan setiap harinya?
Kita nggak ada target, pokok ada waktu dan Nggak ada target dek pokok saya nganggur Tidak ada taget untuk menyelesaikan koding
berkas uda di cek kelengkapannya pasti kita terus berkasnya uda di cek kelangkapannya ya diagnosis dan tindakan setiap harinya
cek saya kerjakan buat ngoding
22. Apakah setiap ada berkas yang masuk ke bagian koding langsung di kode?
Ya nggak dek, kan di analisis dulu Nggak lah Verifikator internal paham tentang setiap ada
kelengkapannya berkas yang masuk ke bagian casemix tidak
288
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
langsung di kode
23. Apa pernah membaca tentang regulasi klaim?
Males bacanya dek terlalu banyak aturan Pernah tapi pas kuliah dulu Verifikator internal pernah membaca tentang
regulasi klaim
24. Tapi apakah Anda tahu aturan-aturannya?
Saya baru kerja disini jadi maklum kalau Belum paham semuanya tapi masih ada yang Verifikator interna ada yang belum paham
belum paham benar aturan-aturan di BPJS paham kok tentang aturan pengkodingan klaim
soalnya yang ada di teori beda banget sama
kenyataannya
25. Apa pernah dilakukan pelatihan? Mengapa?
Pernah sih dek bulan September kemarin di Pernah sih dulu diundang tapi males soalnya Verifikator internal pernah diundang pelatihan
undang sama verifikator internal buat jauh terus harus ninggalin kerjaan juga oleh BPJS Kesehatan namun tidak datang
pelatihan tapi gara-gara jauh jadi males mau karena malas
ke sana
Pengalaman kerja
26. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengkoding 1 berkas?
Tergantung dek, kalau diagnosanya bisa Nggak lama sih dek paling sekitar 3-5 menit Verifikator internal membutuhkan waktu 3-5
dibaca hanya 2 menit, kalau diagnosa itu-itu tergantung tulisan dapat dibaca apa nggak menit untuk mengkode 1 berkas
saja bisa 1 menit tapi kalau tulisan tidak bisa
dibaca bisa lebih dari 5 menit
27. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengecek kembali ketepatan koding pada 1 berkas?
Kita nggak pernah ngecek kembali kodenya, Nggak ada pengecekan ulang dek, ntar lama Tidak ada proses pengecekan ulang kode
ya pokok sekali ngode ya sudah tambahan diagnosis maupun tindakan
Ketersediaan SDM
28. Berapa jumlah verifikator internal yang mengkoding? Mengapa?
2 orang dek, ya nggak tau kenapa jumlahnya 2 orang, ya nggak tau dimana penetuan Jumlah verifikator ada 2 orang dan verifikator
cuma 2 dek organisasi buat rekrutmen karyawan baru internal tidak tahu mengapa jumlahnya hanya 2
orang
29. Mulai jam berapa Anda mengerjakan koding?
Ya pokok tidak bentrok kerjaan lain ya Nggak pernal liat jam kalau ngerjakan koding, Tidak ada ketentuan jam berapa verifikator
langsung dikerjakan pokoknya berkasnya uda pokok ada yang mau dikoding dan nggak internal mulai melakukan pengkodingan
lengkap tempok sama kerjaan lain ya tak kerjakan
289
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
30. Jam berapa Anda istirahat dalam bekerja?
Sebenarnya jam 11 dek tapi kalau jenuh ya Ya tergantung kerjaannya banyak apa nggak, Verifikator internal tidak disiplin dalam bekerja
biasanya jam 10 uda istirahat kalau banyak atau jenuh bisa-bisa jam 10 uda karena istirahat lebih awal dari ketetapan yang
istirajat padahal sebenarnya jam istirahatnya sebelumnya sudah ditentukan
jam 11
31. Jam berapa Anda pulang bekerja?
Berhubung saya sekarang shift pagi ya nanti Kalau pulang ya sesuai jadwal lah dek Verifikator internal disiplin jika waktu pulang
pulangnya jam 2
32. Apa pernah terjadi lembur?
Sering dek apalagi kalau mendekati setor ke Pernah apalagi kalau besoknya berkas harus di Pernah terjadi lembur karena pekerjaan belum
BPJS Kesehatan kirim ke BPJS, kita langsung kebut semalam selesai
33. Mengapa bisa sampai terjadi lembur?
Kerjaannya banyak, berkas belum masuk ke Karena berkas yang dari bangsal itu nggak Karena berkas dari bangsal terlambat
sini dan belum di analisis kelengkapannya jadi segera di kirim ke kita dek jadi sekalinya menyerahkan ke bagian casemix sehingga
mau tidak mau ya klaim susulan numpuk jadi buanyak terus mepet sama waktu pekerjaan menjadi banyak padahal waktu mepet
pengiriman
34. Apa yang Anda kerjakan setiap harinya sesuai dengan job description saat awal masuk kerja? Mengapa?
Saya saja nggak tau job desc saya dek, ya Nggak sama dek, dulu saya itu bagian Antara job description awal dan saat bekerja
pokok disuruh gini ya ngikut, suruh ngerjakan assembling lo tapi ganti jadi verifikator internal berbeda karena rolling pekerjaan
itu ya ayok dan saya nggak tau job desc yang verifikator
internal ini
35. Apa sering terjadi penumpukan pekerjaan? Mengapa?
Seringlah dek apalagi kalau berkas dari Sering banget, kerjaan kita itu banyak banget Sering terjadi penumpukan pekerjaan karena
ruangan sama poli datangnya barengan soalnya jumlah verif dikit tapi kerjaan banyak satu verifikator tidak mengerjakan 1 pekerjaan
290
Lampiran 27. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Verifikator Internal Berdasarkan Faktor Technology
Technology
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
Jumlah Komputer
1. Berapa jumlah komputer yang digunakan untuk proses pengkodingan?
Ada 2 dek 2 Jumlah komputer untuk pengkodingan ada 2 buah
2. Mengapa hanya terdapat 2 komputer?
Nggak tau ya dek, dari sananya uda cukup Nggak tau dek, ya pokok uda disediakan 2 Verifikator internal tidak mengetahui mengapa
sih komputer mulai dari awal hanya ada 2 komputer
3. Apa jumlah 2 komputer sudah cukup? Mengapa?
Uda cukup sih, ya soalnya emang cukup aja, Cukup, ya karena apa ya, pas aja gitu, meskipun Jumlah komputer sudah mencukupi karena tidak
nggak ada antrian penggunaan komputer di pakek untuk input sama buat laporan, tetap terjadi antrian penggunaan komputer
juga cukup kok
4. Bagaimana komputer tersebut didapatkan?
Ya mulai dari awal uda ada, masalah Nggak tau dek tapi biasanya minta ke bagian Komputer didapatkan dengan mengajukan ke
dapatnya dari siapa biasanya kan persediaan sih kalau misalnya ada yang kurang kepala persediaan sarana dan prasarana
mengajukan gitu dek, mintanya ke
mbak…sebagai kepala persediaan
Aplikasi yang mendukung
5. Apa ada buku/aplikasi ICD-10 untuk proses pengkodingan dan versi berapa yang tersedia?
Buku ICD-10 ada versi 2010, aplikasi ICD- Buku ICD-10 ada tahun 2010, terus yang pdf Terdapat buku ICD-10 versi 2010, pdf ICD-10
291
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
10 juga ada yang tahun 2005, terus yang pdf juga ada sama tahun 2010, terus aplikasi ICD versi 2010, aplikasi ICD-10 versi 2005, aplikasi
juga ada yang tahun 2010, terus kalau juga ada yang tahun 2005, terus yang biasa saya e-klaim
aplikasi yang kita gunakan itu online atau pakai itu langsung ke aplikasi e-klaim kalau
juga biasanya menggunakan e-klaim nggak ya ke online biasa
langsung
6. Apa ada buku/aplikasi ICD-9-CM untuk proses pengkodingan?
Buku ICD-9-CM ada yang tahun 2007, pdf Ada yang pdf ICD-9-CM tahun 2010, ada buku Terdapat buku ICD-9-CM versi 2007, pdf ICD-9-
ada yang tahun 2010, yang biasanya saya juga tahun 2007, ya pokok yang sering saya CM versi 2010, dan aplikasi e-klaim
pakek sih ya e-klaim dek pakainya ya ICD-9-CM sama online
7. Menurut Anda, aplikasi apa yang sangat penting untuk proses pengkodingan?
Google sih dek haha hampir 99% pakai Google itu puenting dek, 95% saya pakai Aplikasi yang penting untuk proses pengkodingan
google, 1%-nya manual google, 5%-nya pakai manual haha adalah google sebesar >90%
8. Mengapa harus menggunakan google? Kan sudah diajarkan cara pengkodingan saat kuliah?
Iya sih dek tapi ya lama nanti dek, kan kalau Haha biar cepet dek, terus saya kan kayak Google penting karena verifikator internal lupa
googling tinggal search aja terminologi medisnya sering lupa juga, itu terminologi medis saat kuliah dan agar lebih cepat
sudah kebutuhan dek dalam proses pengkodingan
292
Lampiran 28. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Verifikator Internal Berdasarkan Faktor Planning
Planning
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
Proses Planning
1. Apakah ada SOP terkait pelaksanaan koding?
Ada SOP pengkodingan tapi secara umum Ada dek tapi nggak khusus buat klaim lo ya Ada SOP pengkodingan secara umum
2. Berati di sini tidak ada SOP pengkodingan khusus untuk klaim? Mengapa tidak ada?
Nggak ada, ya nggak tau kenapa nggak ada Nggak ada dek, nggak tau ya dek gara-gara ada Tidak ada SOP pengkodingan tentang klaim
soalnya kan uda ada aturan dari BPJS juga aturan dari BPJS juga kali karena sudah ada aturan dari BPJS Kesehatan
3. Apa berbeda cara mengkoding antara yang pasien BPJS sama pasien umum?
Sebenarnya sih nggak ada yang beda dek tapi Cara ngodingnya sama cuma ada beberapa Cara pengkodingan sama hanya ada diagnosa
kadang itu ada diagnosa yang tidak sama diagnosa yang di buku sama di aplikasi e-klaim dan kode yang berbeda antara di buku dan di
antara di ICD sama yang di aplikasi INA- beda terus kodingnya juga beda mangkanya aplikasi e-klaim
CBGs, ada juga yang memang benar-benar daripada salah mending langsung pakai di
beda, nggak tau juga kenapa bisa beda gitu, aplikasi e-klaim aja
kan memang nggak semua kode diagnosa
yang ada di ICD ada juga sama yang di
aplikasi INA-CBGs
4. Apa ada kesepakatan dan pembakuan SOP dari manajemen terkait aturan koding untuk pasien BPJS Kesehatan?
Belum ada Belum ada
5. Mengapa tidak ada kesepakatan dan pembakuan SOP dari manajemen terkait aturan koding untuk pasien BPJS Kesehatan?
Ya nggak sempat dek, kita beda shift gimana Kerjaan kita kan banyak dek, sebenarnya bisa Tidak ada kesepakatan dan pembakuan SOP
293
No. Verifikator Internal 1 Verifikator Internal 2 Kesimpulan
mau ngumpulkan terus juga kerjaan kita sih cuma memang males itu ada ya dek haha pengkodingan karena banyak kerjaan
banyak, kita ya ngerangkap-ngerangkap kan juga dari kepala nggak pernah ada nyuruh-
ngerjakan tugasnya nyuruh buat kayak gitu
6. Apa Anda melakukan prosedur koding sesuai dengan SOP? Jelaskan Anda melakukan prosedur koding seperti apa?
Saya nggak tau SOP pengkodingannya di Saya jujur ya dek, saya nggak tau lo bentuk Verifikator internal tidak mengetahui SOP
rumah sakit ini dek, jadi ya saya nggak tau SOP pengkodingan disini, saya juga nggak pengkodingan sehingga yang dikerjakan,
sesuai apa nggak sama SOP yang saya pernah baca jadi ya nggak tau yang saya verifikator tidak mengetahui sudah sesuai
kerjakan, pokok kata mbaknya yang lebih kerjakan uda sesuai SOP atau tidak. Ya saya dengan SOP atau belum. Proses pengkodingan
senior, ngodingnya sama kayak biasa kok, melakukan pengkodingan seperti biasanya dek dilakukan di aplikasi e-klaim dengan search
sama kayak pas kuliah, gitu aja. Ya seperti kayak pas kuliah dulu cuma saya kan pakainya diagnosa
biasanya, misalkan ada kasus faringitis akut, e-klaim jadi cukup search aja
saya kan ngodingnya pakai aplikasi INA-
CBGs ini, jadi tinggal ketik di kolom search
faringitis acute, uda deh ketemu kodenya
Kualitas Hasil Planning
7. Apa SOP sudah dapat memenuhi keberhasilan program sehingga tidak terjadi pengembalian berkas oleh BPJS Kesehatan karena ketidaksesuai
kaidah koding?
Belum sih dek, kan SOP isinya ya gitu aja, Belum kayaknya dek kalau misalnya uda nggak SOP belum dapat memenuhi keberhasilan
cara koding biasa mungkin juga kan terjadi pengembalian berkas program karena masih terjadi pengembalian
klaim tiap bulannya berkas klaim setiap bulannya
8. Apa SOP perlu diganti? Mengapa?
Perlu dek, uda lama juga nggak ganti SOP Perlu banget soalnya saya kan belum tau SOP- SOP perlu diganti karena tidak pernah diganti
malah nggak pernah ganti SOP-nya nya dek mungkin jika buat lagi saya nanti bisa dan SOP dapat melibatkan semua karyawan
tau dan bisa ngasih pendapat biar jelas juga kan agar jelas dan rinci
terus nggak ada lagi pengembalian berkas klaim
ataupun dapat diminimalisir
9. Mengapa sub variabel pada SOP masih kurang atau perlu ada yang diperbaiki?
Ya soalnya uda lama juga nggak ganti SOP, Ya perlu diperbaiki dan membuat perencanaan Perlu diperbaiki atau dibuat perencanaan ulang
terus nanti pengennya terlibatin semua pihak karena biar saya pribadi ada target harus karena agar ada target untuk mencapai tujuan
yang ngoding biar enak, biar pada tau mencapai segini segitu itu dah dek, biar lebih organisasi
prosesnya gimana, sekalian sosialisasi juga greget
294
Lampiran 29. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri Data Berdasarkan Faktor Human
Human
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
Pengetahuan
1. Apa yang Anda ketahui tentang aplikasi INA-CBG’s?
Ya aplikasi yang digunakan buat Aplikasi INA-CBGs ya aplikasi buat Aplikasi yang dibuat ngajukan ke Petugas entri data paham
klaim klaim ke BPJS dek BPJS, kan itu wajib dek soalnya ada tentang kegunaan aplikasi
pembiayaannya juga nanti INA-CBGs.
2. Apa fungsi aplikasi INA-CBG’s?
Biar tahu tarifnya jadi nanti kita
Pentingnya itu pas proses grouping Buat input data pasien terus input Petugas entri data kurang
tahu pendapatan rumah sakitnya dek, nanti jelas dah pembayarannya diagnosa dan tindakan nah nanti di paham pada fungsi aplikasi
berapa grouping jadi tau dapatnya berapa aja INA-CBGs.
3. Bagaimana memasukkan data di aplikasi INA-CBG’s?
Jadi, awalnya buka alamatnya di Kita buka dulu webnya e-claim terus Jadi gini dek, awalnya kita buka Petugas entri data paham
e-claim BPJS Kesehatan terus masuk ke login, masukkan username aplikasi e-claim terus masuk kan ke dengan cara menginputkan
masuk ke menu login, kita login dan password terus masuk kan ke menu login, masukkan username dan data ke aplikasi INA-CBGs
dan selanjutnya masuk ke aplikasinya. Nah kita masukkan password, pas itu masuk kan ke apa meskipun ada beberapa item
halaman utama dan diisi ini nomor SEP terus buat klaim, ini namanya, pokok ini dah terus yang kurang dipahami.
semua.hingga terakhir ke proses masukkan dah dek semua datanya, masukkan ke nomor SEP. Terus
grouping dan selesai pilih rawat inap kalau pasien rawat masuk ke menu ini pilih klaim baru
inap terus dimasukkan semua kita masukkan semua datanya,
datanya, masukkan kode penyakit kodingnya terus grouping dan final
295
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
dan tindakan terus grouping dah klaim dah, terus cetak
4. Bagaimana cara memasukkan kode di aplikasi INA-CBG’s?
Ya kita tinggal search aja, kan Tinggal search aja kan kodenya uda Langsung search uda deh dek Petugas entri data paham cara
uda di kode di resume jadi tinggal ada di resume jadi yauda di search memasukkan kode ke aplikasi
masukkan aja disini, misalnya kodenya dek INA-CBGs.
kita inputkan A11.0
5. Apa hubungan antara pengisian data di aplikasi INA-CBG’s dengan kejadian pengembalian berkas klaim?
Kalau nggak ada lembar INA- Kalau ada yang salah dalam Ya ada dek soalnya kalau ada yang Petugas entri data paham
CBGs ini pasti nanti dikembalikan penginputan ya pasti nanti hasilnya salah ya pasti dikembalikan dan bisa- hubungan antara pengisian
soalnya ini kan kayak juga salah bisa kita rugi gara-gara salah input data di aplikasi INA-CBG’s
rangkumannya gitu data dengan kejadian
pengembalian berkas klaim.
6. Bagaimana cara grouping di aplikasi INA-CBG’s?
Jadi, awalnya buka alamatnya di Apa ya grouping ya gampang dek, Gampang dek, tinggal entri kode Petugas entri data paham cara
e-claim BPJS Kesehatan terus tinggal ketik kode diagnosa dan kode diagnosis terus enter dua kali dan grouping di aplikasi INA-
masuk ke menu login, kita login tindakan terus enter dua kali terus entri kode tindakan terus enter dua CBG’s.
dan selanjutnya masuk ke klik grouper kali terus klik grouper dah dek nanti
halaman utama dan diisi muncul ini kan terus diisi
ini........hingga terakhir ke proses
grouping dan selesai
7. Kapan harus mengisi special CNS pada aplikasi INA-CBG’s?
Apa itu special CNS? Saya nggak Apa itu special CNS dek kok saya Saya nggak tau apalah itu dek, Petugas entri data tidak
tahu dek baru denger, nggak tahu saya dek beneran ini saya baru kali ini dengar paham kasus special CNS.
8. Pada lembar INA-CBGs kan ada keluaran A-2-11-II, apa artinya itu?
Waduh apa ya dek artinya, saya Apa ya dek, nggak tau saya dek Saya nggak tau Petugas entri data tidak
juga nggak tahu paham arti A-2-11-II
9. Pada kasus special drug, obat-obat apa saja yang termasuk special drug?
Emang ada ya dek? Saya aja Apa se itu dek, saya lo nggak tau, Waduh nggak tau ya dek, apa emang Petugas entri data tidak
nggak tau saya kayaknya nggak pernah nangani itu dek paham tentang special drug
itu yang harus diinputkan.
10. Jika terdapat special investigations, apa saja yang termasuk special investigations?
Apa lagi itu dek, saya nggak tau Saya nggak tau dek Emang apa itu dek Petugas entri data tidak
296
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
paham dengan penginputan
special investigations.
Kedisiplinan
11. Setiap tanggal berapa petugas harus selesai menginputkan data ke aplikasi INA-CBG’s?
Kita nggak ada ketentuan tanggal Pokoknya ada yang perlu diinput Pokoknya ada berkas yang belum Tidak ada ketentuan tanggal
sih, pokok berkas uda lengkap pasti diinput diinput ya langsung diinput biar batas terakhir penginputan
pasti kita input biar nggak nggak numpuk-numpuk kerjaannya
numpuk-numpuk kerjaannya
12. Mengapa tidak ditentukan tanggal batas tanggal penginputan?
Nggak perlu dah dek soalnya Ya ngapain juga dek kalau ujung- Ya soalnya percuma juga kalau Tidak ditentukan tanggal
kalau nggak bentrok kerjaannya ujungnya tetep aja telat pokok selesai ditentukan dek pasti nanti malah pembatasan penginputan
jadi ya dikerjakan, sebisa kita lah dah kerjaannya angka keterlambatan penginputan karena tidak berpengaruh
tinggi terhadap proses klaim
13. Berapa lama Anda menginputkan data ke aplikasi INA-CBG’s?
Kalau nggak error ya sekitar 3-5 Ya sekitar 3 menitan lah kalau uda Kira-kira 3-7 menit lah dek Penginputan ke aplikasi INA-
menit lah ada gangguan ya lama dek bisa-bisa tergantung tulisannya dapat dibaca CBGs sekitar 3 menit
sampek 2 hari nggak bisa input juga terus adanya gangguan atau
tidak, ya gitulah dek
Pengalaman Kerja
14. Berapa lama waktu yang dibutuhkan petugas untuk menginputkan data dalam 1 berkas klaim rawat inap?
Ya sekitar 3-5 menit lah Ya sekitar 3 menitan lah kalau uda Kira-kira 3-7 menit lah dek Waktu yang dibutuhkan untuk
tergantung sama koneksi internet ada gangguan ya lama dek bisa-bisa tergantung tulisannya dapat dibaca menginputkan data ke aplikasi
juga sampek 2 hari nggak bisa input juga terus adanya gangguan atau INA-CBGs adalah 3 menit
tidak, ya gitulah dek
15. Jika dalam menginputkan data klaim rawat inap lebih dari 3 menit, mengapa sampai melebihi 3 menit?
Itu sih dek koneksinya lemot, bisa Ya tulisannya nggak bisa dibaca terus Banyak faktor dek terutama koneksi, Proses penginputan melebihi
sampai 2 hari loh dek kalau dari juga kalau gangguannya lama itu lo kalau eror, gangguan dari BPJS lama, 3 menit karena koneksi buruk
pusatnya ada gangguan. Ya kalau ya pasti lebih dari 3 menit ya kayak gitu lah dek dan gangguan dari BPJS
gangguan gitu kita nggak bisa
ngapa-ngapain dah, ya tapi kita
biasanya manggil orang IT yang
di RSUD dan kadang lumayan lah
297
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
bisa 1 hari uda nggak gangguan
lagi
Ketersediaan SDM
16. Berapa jumlah petugas entri data saat ini? Mengapa hanya segitu?
3 orang soalnya dari sananya 3 orang, ya mungkin atasan uda buat 3 orang, masalah kenapa 3 orang ya Jumlah petugas entri data ada
emang uda dapat segitu perencanaan sebelumnya dan saya nggak tau ya dek 3 orang karena dari atasan
mungkin emang segitu yang sudah seperti itu
dibutuhkan
17. Mulai jam berapa Anda menginputkan data ke aplikasi INA-CBG’s?
Nggak ada ketentuan, pokok ada Nggak ada ketentuan jam berapa Nggak ada ketentuan pokok ada yang Tidak ada ketentuan jam
berkas yang perlu diinput ya mulai dek pokoknya ada berkas yang perlu diinput dan nggak bentrok sama untuk menginputkan data ke
langsung saya input harus diinput terus juga pas kerjaan kerjaan lainnya pasti tak input aplikasi INA-CBGs, jika
nggak full ya input dek terus juga pas menganggur ya dikerjakan
mendekati pengiriman pasti ngebut
dek
18. Jam berapa Anda istirahat dalam bekerja?
Kan disini ketentuannya jam 11 Jam 11 ketentuannya tapi bisa lebih Tergantung kerjaannya banyak apa Petugas entri data istirahat
uda istirahat tapi kalau sepi ya awal sih dek tergantung kerjaan uda nggak dek, kalau banyak ya tetep lebih awal dari jam ketentuan
sebelum jam 11 kita istirahat selesai apa belum istirahat kalau dikit bisa lebih awal
19. Jam berapa Anda pulang bekerja?
Kalau shift siang pulang jam 2, Tergantung shiftnya, kalau shift siang Emmmm kalau shift siang pulang jam Jika shift siang pulang jam 2,
kalau shift sore jam 9 malam, pulang jam 2, kalau shift sore jam 9 2, kalau shift sore jam 9 malam, kalau kalau shift sore jam 9 malam,
kalau shift malam jam 7 pagi. malam, kalau shift malam jam 7 pagi. shift malam jam 7 pagi. kalau shift malam jam 7 pagi.
20. Apa pernah terjadi lembur?
Pernahlah dek apalagi kalau Pernah dek soalnya tugas kita itu Pernah dek soalnya ya mau gimana Verifikator internal pernah
mendekati setor ke BPJS tapi banyak banget jadi ya lembur apalagi lagi kalau kerjaannya belum selesai lembur pekerjaan
nggak sering kok, lembur juga pas kalau mendekati setor berkas ke
mau akreditasi, haduh lembur BPJS
terus dah kalau mau akreditasi
21. Mengapa bisa sampai terjadi lembur?
Ya kerjaan banyak, dikejar target Ya soalnya kerjaan kita banyak dek Kerjaannya itu lo banyak banget dek Terjadi lembur karena
sama BPJS terus kalau akreditasi jadi mau nggak mau harus lembur jadi ya mau gimana lagi harus lembur pekerjaan banyak
298
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
juga pasti lembur biar selesai pekerjaannya
22. Apa yang Anda kerjakan setiap harinya sesuai dengan job description saat awal masuk kerja? Mengapa berbeda?
Waduh beda dek, beda banget Beda dek soalnya ya dek dulu itu job Beda dek ya gara-gara rolling kerja, Job description awal berbeda
malah, dulu pas awal job desc-nya desc saya assembling, eh ternyata kan banyak yang keluar dek sini saat bekerja karena banyak
apa, pas masuk kerja apa, jadi verifikator internal, ya mungkin karyawan yang keluar
mungkin gara-gara rolling kerjaan gara-gara banyak yang keluar ya dek sehingga harus rolling
ya, ya kita maklumi sih jadi mau nggak mau harus di rolling pekerjaan
biar pekerjaan cepet selesai juga
299
Lampiran 30. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah koding oleh Petugas Entri Data Berdasarkan Faktor Technology
Technology
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
Jumlah Komputer
1. Berapa jumlah komputer saat ini untuk proses penginputan data ke aplikasi INA CBG’s?
2 komputer 2 komputer dek 2 ini dah dek Terdapat 2 komputer untuk
proses input data ke aplikasi INA-
CBGs
2. Mengapa hanya ada 2 komputer?
Ya nggak tau dek, mulai dari awal Nggak tau, uda dapatnya dari sana Nggak tau dek, coba kamu tanya ke Petugas entri data tidak
uda adanya ya ini segini mbak… mengetahui mengapa jumlah
komputer ada 2
3. Apa jumlah komputer saat ini sudah memenuhi kebutuhan untuk penginputan data ke aplikasi INA CBG’s?
Sudah kok dek, sudah lebih dari Sudah cukup dek, kalau komputer Cukup kalau komputer dek Jumlah 2 komputer sudah
cukup 2 komputer ini, yang kita nggak kurang kok memenuhi kebutuhan untuk
kurang malah scanner penginputan data ke aplikasi INA
CBG’s
4. Apa terjadi antrian penggunaan komputer saat penginputan data ke aplikasi INA CBG’s?
Nggak pernah Nggak pernah soalnya uda cukup Nggak pernah sih Tidak pernah terjadi antrian
dek penggunaan komputer
300
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
Jumlah Printer
5. Berapa jumlah printer saat ini untuk pencetakan hasil inputan data ke aplikasi INA-CBG’s?
1 dek 1 printer 1 sih Jumlah printer ada 1 buah
6. Mengapa hanya ada 1 printer?
Nggak tau dek, saya mah apa atuh Nggak tau dek Nggak tau Petugas entri data tidak
mengetahui mengapa jumlah
printer hanya ada 1
7. Apa jumlah printer kurang untuk pencetakan hasil penginputan data?
Nggak sih Nggak kok Nggak sih dek Jumlah printer tidak kurang untuk
mencatak lembar INA-CBGs
8. Apa terjadi antrian penggunaan printer saat akan mencetak hasil inputan data?
Nggak kok Nggak dek Nggak sih Tidak terjadi antrian penggunaan
printer saat akan mencetak hasil
inputan data
Terjadinya error dan cara mengatasinya
9. Apa printer sering error pada saat mencetak hasil inputan data?
Jarang dek Nggak pernah deh kayaknya dek Jarang sih dek soalnya kan hampir Jarang terjadi error pada printer
tiap hari dipakai dek
10. Apa penyebab errornya printer?
Salah letak kertas sih, atau kalau Yang paling sering itu gara-gara Gara-gara salah letak dek Penyebab error-nya printer
kertas habis, catrige rusak salah letak kertas dek karena salah meletakkan posisi
kertas pada tempatnya
11. Apa merek printer?
Canon, semuanya pakai canon Canon dek, ini dah dek printernya Canon, itu ada di sebelah kamu dek Merek printer adalah canon
kan belinya bareng biar dapat
diskon
12. Bagaimana Anda mengatasi printer yang error?
Ya manggil orang aja dek biar Saya nggak pernah ngatasi kalau Kita uda ada langganan kok dek Cara mengatasi error adalah
kita gampang, ngapain kita susah- error dek wong saya nggak bisa, kalau ada apa-apa sama printer memanggil tukang service printer
susah, itu sudah ada orangnya manggil orang sih dek biasanya
sendiri dan anggarannya sendiri
301
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
13. Apa ada orang lain yang menangani apabila terjadi error pada printer?
Ada, orang luar sih tapi kita uda Ada dek, ya yang tadi tak bilang itu Ada, ya orang yang deket sini aja Ada orang lain yang menangani
langganan kok dah dek, kalau di rumah sakit ini nggak apabila terjadi error pada printer
ada yang bisa perbaiki printer
14. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki printer?
Ya tergantung parahnya, bisa-bisa Ya paling lama semingguan lah dek Biasanya sih 1jam uda selesai dek Waktu yang dibutuhkan untuk
printer ini di bawa kalau parah kalau itu parah banget tapi kalau tergantung parahnya, kalau nggak memperbaiki printer bergantung
banget, bisa-bisa sampai nggak parah biasanya hitungan jam parah-parah banget ya pasti cepet pada tingkat keparahan printer.
seminggu printer nggak bisa, sih Jika parah hingga seminggu
kalau uda nggak bisa, yauda namun jika tidak parah dapat
numpak ngeprint di tempat selesai hanya 1 jam
lainnya yang ada printernya
15. Pernahkan terjadi error saat penginputan data ke aplikasi INA-CBG’s?
Pernah Ya pernah dek, sering malahan Sering dek apalagi groupingnya itu Sering terjadi error saat
lo penginputan data ke aplikasi INA-
CBG’s
16. Error yang seperti apa hingga menghambat proses penginputan ke aplikasi INA-CBG’s?
Nggak respon dek alias not Ya not responding dek terus kalau Loadingnya lama gara-gara input Error-nya jika proses input data
responding, malahan bisa lebih ada gangguan dari BPJS tapi datanya lama terus pas ada lama, pada saat proses grouping,
dari 1 hari errornya, kalau biasanya kalau ada gangguan, gangguan juga dari pusatnya pasti dan jika ada gangguan dari pihak
errornya dari BPJS pasti kita di biasanya pihak BPJS ngasih tau lama dah bahkan bisa sampai 2 hari BPJS Kesehatan
kasih tau sebelumnya jadi kita dulu
bisa mengantisipasinya. Jadi
kalau ada kasus kayak gitu
biasanya langsung manggil orang
IT biar errornya nggal lama-lama
lagi
17. Apa setiap harinya dilakukan peginputan data ke aplikasi INA CBG’s?
Iya dek meskipun 1-2 berkas Ya tergantung ada apa nggak Nggak mesti dek, kalau ada yang Tidak setiap hari petugas entri
pokok di cicil dah biar kerjaan berkasnya yang mau diinput, kalau perlu diinput ya diinput kalau data menginputkan data hanya
nggak numpuk ada ya langsung di input, kalau nggak ada yauda ngerjakan yang jika ada berkas yang perlu diinput
nggak ada ya ngerjakan kerjaan lainnya juga saja
302
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
lainnya
18. Pernah atau tidak 3 atau lebih komputer digunakan untuk menginput data ke aplikasi INA CBG’s di saat yang bersamaan?
Pernah kalau uda error, proses Ya sering dek, kan ada 2 komputer Pernah dek ya biar cepet kan Pernah menggunakan lebih dari 1
grouping lama terus biar cepet selesai ya digunain ngerjakannya komputer untuk proses input ke
semua aplikasi INA-CBGs
19. Apa ada wifi yang mendukung proses klaim?
Ada tapi jumlahnya saya nggak Ada lah dek kalau nggak ada nggak Ada dek tapi saya nggak tau Ada wifi namun tempat dan
tahu mungkin kita bisa internetan tempatmya dimana dan berapa jumlahnya tidak diketahui
jumlahnya saya juga nggak tahu petugas entri data
20. Apa merek wifi yang digunakan?
Kurang tau ya dek Nggak tau dek Nggak tau ya Petugas entri data tidak
mengetahui merek wifi
21. Berapa kecepatan wifi?
Apalagi kecepatan, kita masak Nggak tau dek Ya nggak tau dek Petugas entri data tidak
tahu dek mengetahui kecepatan wifi
22. Bagaimana Anda mengatasi apabila aplikasi INA CBG’s error?
Ya cukup telepon orang IT aja sih Manggil orang IT yang uda Ya manggil orang IT, kalau saya Cara mengatasi error pada
pasti oarng It-nya langsung kesini kerjasama sama kita dek, jadi mana bisa dek, wong kan nggak aplikasi INA-CBGs adalah
buat perbaiki errornya biar nggak orangnya itu kerja di RSUD tapi pernah diajari juga kan jadi dengan memanggil orang IT yang
lama-lama, sekarang nggak kita biasanya manggil beliau kalau mendingan manggil orang daripada sudah bekerja sama dengan pihak
zaman juga kan kalau manual, ada apa-apa sama sistemnya susah-susah dek rumah sakit
malah kerjaan tambah banyak
kalau manual
23. Apa ada orang lain yang menangani apabila terjadi error pada aplikasi INA CBG’s error?
Ada, orang IT tapi bukan Ya orang IT itu dah dek Orang IT itu sudah dek kan uda Yang mengatasi error pada
karyawan tetap, beliau karyawan kerjasama juga aplikasi INA-CBGs adalah orang
di RSUD, disini cuma MOU saja IT yang telah kerjasama dengan
pihak rumah sakit
24. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi error aplikasi INA CBG’s?
Cepet dek kalau orangnya, kan Cepet dek kadang saya juga heran Cepet sih dek tapi nggak tau berapa lama waktu yang dibutuhkan
dia udah ahli, biasnya yang lama paling sekitar1-2 jam lah untuk mengatasi error aplikasi
errornya awalnya 2 hari bisa jadi INA CBG’s sekitar 1-2 jam
303
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
1 hari
Aplikasi yang mendukung
25. Apa aplikasi INA CBG’s sudah ada?
Sudah ada, mulai dari dulu ya Ada dek ini yang versi 5.1 sekarang Sudah ada waktu mulai kerjasama Aplikasi INA CBG’s sudah ada
kayak gini dah, uda ada dulu dek
26. Dari mana aplikasi INA CBG’s didapatkan?
BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan dek BPJS Kesehatan aplikasi INA CBG’s didapatkan
dari BPJS Kesehatan
27. Apa aplikasi INA CBG’s mudah didapatkan?
Mudah kan berbasis web Mudah kok Mudah bisa download kalau mau aplikasi INA CBG’s mudah
didapatkan
28. Apakah ada aplikasi lain yang mendukung proses penginputan ke aplikasi INA CBG’s agar lebih cepat?
Nggak ada Nggak ada Nggak ada Tidak ada aplikasi lain yang
mendukung proses klaim
29. Apa ada aplikasi ICD-10?
Ada aplikasinya tapi yang tahun Ada tapi kita jarang nggunakan dek Ada dek, ada ICD-10 ada ICD-9- Ada aplikasi ICD-10 guna
2005, kalau yang versi 2010 soalnya biasanya langsung pakai CM juga, ada yang pdf juga, ada menunjang proses pengkodingan
hanya berupa pdf dan itu kita aplikasi e-claim itu dah dek biar juga yang aplikasi yang
jarang gunakan, biasanya buat nggk salah juga kan, kan ada lambangnya WHO itu
nentukan kode langsung aja di beberapa yang beda juga
aplikasi INA-CBGs
30. Apa ada aplikasi ICD-9-CM?
Nggak ada hanya ada yang berupa Ada dek yang di e-klaim itu dah Ada sih dek, aplikasi e-klaim sama Terdapat aplikasi ICD-9-CM
pdf saja dek online sih kita biasnya
304
Lampiran 31. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri Data Berdasarkan Faktor Planning
Planning
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
Proses Planning
1. Apa terdapat buku petunjuk teknis penggunaan e-klaim?
Nggak ada dek Nggak ada deh kayaknya tapi nggak Kayaknya sih nggak ada dek, saya Tidak ada buku petunjuk
tau juga ya dek soalnya saya nggak nggak pernah liat juga teknis penggunaan e-klaim
pernah tau jadi kayaknya nggak ada
2. Mengapa tidak terdapat buku petunjuk teknis penggunaan e-klaim?
Ya nggak tau dek, kan aplikasinya Waduh nggak paham saya kenapa Sama BPJS emang nggak di kasih dek, Petugas entri data tidak
itu dari BPJS mungkin pihak kok nggak ada ya dek mungkin ya jadi pas waktu di kasih aplikasi ini ya paham mengapa tidak ada
BPJS sibuk soalnya kan yang dek pihak BPJS nggak sempet kan dek cuma dikasih tau lengkah- buku petunjuk teknis
kerjasama sama BPJS juga sibuk juga BPJS dek, itu mungkin lo langkahnya kayak gini gini gini terus penggunaan e-klaim,
banyak, mungkin nggak sempet ya dek, saya sendiri juga nggak tau gini, dulu kan verifikator BPJS masih mungkin karena pihak BPJS
dek pasti di rumah sakit, kalau sekarang kan di sibuk sehingga tidak sempat
tarik lagi sama BPJS untuk membuat buku
petunjuk teknis penggunaan
e-klaim
3. Bagaimana cara Anda biasanya melakukan entri data di e-klaim?
Ya sama kayak yang tadi saya Sama yang kayak tadi saya jelasih Caranya ya, ya masuk websitenya e- Cara melakukan entri data
jelasin dek, jadi kan awalnya ke dah dek, pokok intinya masuk ke web klaim dulu kan dek terus masukkan adalah masuk ke websitenya
webnya e-klaim terus tinggal e-klaim terus input input input terus username password terus masukkan e-klaim kemudian login
305
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
semua input datanya terus dicetak masukkan kode tereus grouper terus nomor SEP terus input semua datanya kemudian masukkan SEP
dah final klaim terus cetak deh terus grouper terus cetak dan lakukan input data
kemudian groupet lalu final
klaim dan akhirnya di cetak
Kualitas Hasil Planning
4. Apa buku petunjuk teknis e-klaim sudah dapat memenuhi keberhasilan program sehingga tidak terjadi pengembalian berkas oleh BPJS Kesehatan
karena kesalahan penginputan data?
Nggak ada buku petunjuk dek jadi Kan nggak ada buku petunjuk Ya gimana mau berhasil programnya Program belum berhasil
yang pasti nggak dapat memenuhi mangkanya kalau misalnya ada kalau nggak ada buku petunjuknya karena tidak ada buku
keberhasilan program salahnya ya maklum lah ya dek, mangkanya kadang kala saya sering petunjuk teknis penggunaan
namanya juga masih belajar juga lupa ini diisi apa ya, kalau mau tanya e-klaim
kan kadang ya sengkan dek apalagi
kalau tanyanya terus-terusan
5. Mengapa masih belum memenuhi?
Ya mungkin salah satunya gara- Nggak tau ya dek, gara-gara nggak Gara-gara nggak ada buku petunjuk e- Masih belum memenuhi
gara nggak ada buku petunjuk itu ada buku petunjuk itu kali ya, eh tapi klaim itu kali dek karena masih sering salah
ya dek soalnya kita kan masih apa bisa ya, sebenarnya penting lo dalam penginputan data ke
salah input kadang dek kalau di pikir-pikir buku aplikasi e-klaim
petunjuk itu biar kita paham juga kan,
biar nggak tanya-tanya terus juga kan
6. Bagaimana agar buku petunjuk teknis penggunaan e-klaim dapat memenuhi kebutuhan Anda dalam proses penginputan data?
Ya di kasih dek atau adek mau Ya seharusnya pihak BPJS sih buatin Kalau dibuatin buku petunjuk Perlu dibuatkan buku
buatin buat kita gitu dek, kan itu salah satu bentuk mungkin dapat memenuhi setidaknya petunjuk teknis penggunaan
tanggung jawab mereka itu kan bisa meminimalisir kesalahan e-klaim
dek
306
Lampiran 32. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri Data Berdasarkan Faktor Organizing
Organizing
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
Pembagian Kerja
1. Apakah di RS Mitra Sehat Situbondo terdapat tim JKN?
Nggak ada namanya dek, ya unit Ya ini dah dek yang ngurusi klaim, Ada, ya kita-kita ini yang ngurus RS Mitra Sehat Situbondo
rekam medis sih nggak ada namanya klaim terdapat tim JKN
2. Tim JKN terdiri dari apa saja?
Ada pendaftaran 2 orang terus ada Pendaftaran 2 orang terus ada 2 pendaftaran, 3 verifikator internal Terdapat 2 orang bagian
verifikator internal 3 orang verifikator internal 3 orang pendaftaran dan 3 orang
verifikator internal
3. Bagaimana kerjasama antar karyawan saat menginputkan data ke aplikasi INA-CBGs?
Yang ngeinput data itu ada 3 Ya pokok kita gantian kalau beda Dibagi-bagi aja kayak biasanya bagi Kerjasama antar karyawan
orang tapi itu nggak pakem dek, shift terus kalau shiftnya sama kita tugas di kampus lo dek, kamu bagian adalah membagi tugas agar
ya emang yang paling sering bagi, ini buat kamu ini buat saya, gitu ini, kamu bagian ini, saya bagian itu, pekerjaan lebih cepat selesai
nginput itu saya, mungkin gara- aja sih dek gitu aja
gara saya lulusan TI
4. Bagaimana kerjasama antar karyawan jika beda shift?
Ya nanti di kasih tau pas mau Kalau beda shift pasti diomongi, yang Sama sih dek, ya kita bagi-bagi tugas Jika pergantian shift akan
pulang, saya sudah input yang ini, belum itu ini ya, yang uda itu, nanti aja biar cepet selesai disampaikan berkas yang
yang ini belum saya input, nanti yang belum tolong kamu lanjutin ya, sudah diinput dan berkas
tolong dilanjutkan ya, gitu aja sih gitu sih yang belum diinput
307
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
5. Bagaimana pembagian kerja apabila terdapat petugas yang cuti?
Waduh kalau itu pokok pinter- Langsung diatur gini gini gini, ya Ya pokok bagi-bagitugas lah dek biar Pembagian tugas dengan
pinter bagi tugas aja, biasanya mau nggak mau ya dek emang tugas cepet menambah beban kerja
kita saling bantu kok kita lebih banyak kalau ada yang cuti setiap karyawan
apalagi kalau cutinya lama
6. Apa Anda paham tugas dan fungsi dari pekerjaan Anda?
Saya disini kerjanya ngecek Paham, ya tugas saya itu ngecek Paham dek sangking pahamnya Petugas entri data paham
kelengkapan berkas, entri data, kelengkapan itu, terus inpu data juga sampai kadang aku lupa, soalnya kan dengan tugas dan fungsinya
scan, sama nganter ke BPJS iya, scan apa lagi tugasnya buanyak buanget
Job Description
7. Apa tugas dan fungsi Anda sudah rinci pada SK direktur? Jika tidak mengapa?
Nggak tau kalau itu saya dek, ya Nggak tau, nggak ada yang ngasih Nggak tau dek, kayaknya sih belum, Petugas entri data tidak tahu
soalnya saya nggak perna lihat tau dek jadi saya nggak tau saya kalau masalah itu nggak tau apakah fungsi dan tugas
emang dek sudah rinci atau belum
8. Apa SK direktur terkait tim JKN sudah berdiri sendiri artinya tidak menyatu dengan SK lainnya misalnya Jamkesda?
Nggak deh kayaknya Nggak tau saya dek Emmm nggak tau saya kalau itu dek Petugas entri data tidak
mengetahui SK direktur
terkait tim JKN sudah berdiri
sendiri atau belum
9. Mengapa tidak berdiri sendiri?
Ya berdirinya jadi satu sama unit Saya kan nggak tau dek, jadi no Saya nggak tahu dek Petugas entri data tidak
rekam medis sih comment mengetahui mengapa SK
tidak berdiri sendiri
10. Apa job description awal/tes wawancara sudah sama saat bekerja?
Sama sih dek, saya awal kerja Nggak dek padahal job desc saya itu Beda banget dek, la saya padahal pas Job desc awal bekerja dan
dikasih job description bagian awalnya assembling, mungkin gara- awal kerja itu katanya bgian saat bekerja berbeda karena
pendaftaran. Sekarang saya gara kurang petugas di bagian sini assembling eh tapi ternyata malah jumlah petugas kurang
ngerjakan apa yang disuruh sama jadi saya di rolling di bagian sini ditempatkan di bagian sini, mungkin
atasan gara-gara kurang petugasnya disini
308
Lampiran 33. Lembar Hasil Wawancara Ketidaksesuaian Kaidah Koding oleh Petugas Entri Data Berdasarkan Faktor Controlling
Controlling
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
1. Apa ada suatu kegiatan menemukan dan mengoreksi penyimpangan terhadap hasil entri data dari rencana yang telah dibuat sebelumnya? Mengapa?
Nggak dek soalnya nggak sempat, Nggak ada dek, sebenarnya emang Nggak ada dek, biar nggak lama dek Tidak ada kegiatan
kalau nanti di cek satu-satu lagi harus ada ya dek, ya soalnya kerjaan apalagi kalau uda mendekati tanggal menemukan dan mengoreksi
malah tambah lama dek, malah kita banyak dek terus nanti malah pengiriman penyimpangan terhadap hasil
nanti bisa terlambat pengiriman tambah lama prosesnya kalau ngecek entri data karena dianggap
ke BPJS-nya lagi akan memperlambat
pekerjaan
2. Apa ada rapat rutin untuk membahas pelaksanaan entri data misalnya 3 atau 6 bulan sekali? Mengapa?
Kalau ada masalah saja dek, kalau Nggak ada dek, rapat rutin aja nggak Nggak pernah yang rapat serius gitu Tidak ada rapat rutin untuk
nggak ada masalah ya nggak ada ada soalnya kan pada sibuk lagian dek, ya kalau ada salah ya di bahas membahas pelaksanaan entri
rapat, mungkin itu gara-gara kepala rekam medisnya masih belum sama orang terkait langsung, cuma data karena kepala rekam
tradisi kali ya, terus nggak ada jelas juga kan gitu aja sih, mungkin gara-gara medis belum jelas
kebijakan juga kan, juga kita kepala rekam medisnya belum jelas
sama-sama sibuk sih kali ya dek, nggak tau kalau nanti di
SK uda ditetapkan
3. Apa yang biasanya dibahas pada saat rapat terkait inputan ke aplikasi INA-CBGs?
Ya palingan kalau ngeinput harus Kalau ada yang salah sama lembar Kalau ada salah input mangkanya Yang di bahas pada saat rapat
hati-hati soalnya nanti ngaruh, INA-CBGs pasti di bahas dek terus kalau input data itu benar-benar harus rutin adalah apabila terdapat
kalau uda di kirim ke Kemenkes, kalau ada yang lupa diinput apalagi hati-hati dek soalnya kalau salah dikit kesalahan dalam
309
No. Petugas Entri Data 1 Petugas Entri Data 2 Petugas Entri Data 3 Kesimpulan
uda nggak bisa diubah-ubah lagi, kalau sampai terjadi kerugian secara aja bisa fatal menginputkan data apalagi
kalau nggak pending klaim ya finansial jadi itu urgent kan jika terjadi kerugian secara
rugi mangkanya perlu di bahas finansial
4. Menurut Anda apa yang dikerjakan selama ini bisa dikatakan sudah berhasil?
Belum banget dek, kita masih Belum lah dek, kalau uda berhasil Belum dek soalnya masih ada Program masih belum
jauh dari kata berhasil, tapi kita nggak mungkin ada masalah, kalau beberapa masalah yang belum pernah berhasil karena masih terjadi
sama-sama berusaha kok uda berhasil nggak mungkin ada tuntas kan, ya kayak pengembalian masalh yang sama yaitu
berkas yang kembali berkas klaim ini lah salah satunya pengembalian berkas klaim
5. Apa perlu dilakukan pembaharuan perencanaan? Mengapa?
Perlu soalnya biar ada ketegasan Perlu banget dek apalagi kalau Perlu lah dek biar jelas juga tugas Perlu dilakukan pembaharuan
dalam bekerja sih, dan biar kita perencanaannya dibuat bareng-bareng kita biar kita itu benar-benar punya perencanaan agar ada
nggak mengentengkan tugas juga, biar kita kan bisa mengemukakan tujuan gitu buat kerja ketegasan dalam bekerja
biar kita sama-sama semangat lah pendapat kita masing-masing. Nah
dalam bekerja kegiatan itu nanti kan juga bisa
dijadikan sebagai bahan evaluasi
sama sosialisasi perencanaan kalau
uda di buat. Jadi nanti kan kesannya
kita uda tau isinya perencanaan itu
seperti apa
6. Jika iya, perencanaan seperti apa yang Anda butuhkan dan inginkan?
SOP diperbaharui terus Bisa kayak SOP, bisa kayak SOP bisa dek terus perencanaan yang Perencanaan yang dibutuhkan
disosialisasikan ke pihak-pihak perencanaan biaya yang dibutuhkan buat kedepannyakira-kira tahun dan diinginkan adalah SOP
terkait biar masalah itu nggak dan target-target biar lebih jelas depan kayak apa terus harus berhasil atau pun perencanaan mas
berulang-ulang kejadian berapa gitu depan seperti rencana
strategis
310
311
FAKTOR PENYEBAB PENGEMBALIAN BERKAS KLAIM RAWAT INAP OLEH BPJS KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT MITRA SEHAT SITUBONDO
315
No Pertanyaan Verifikator internal 1 Verifikator internal 2 Verfikator internal 3 Kesimpulan
4. Berkas apa saja yang sering Penunjang sih Penunjang sama tanda Penunjang Berkas yang sering tidak
tidak lengkap? tangan DPJP di resume lengkap adalah berkas
penunjang
5. Mengapa berkas tersebut Kita kecolongan dek, Kurang teliti soalnya Kurang teliti sih Berkas tidak lengkap karena
tidak lengkap? kurang teliti aja kerjaannya banyak verifikator internal kurang teliti
6. Mengapa bisa sampai tidak Banyak yang harus Capek, banyak kerjaan, Banyak kerjaannya dek, Verifikator internal tidak teliti
teliti? dikerjakan dek, kita uda apalagi kalau mendekati kita masih buat laporan karena pekerjaan banyak
lihat berkas menumpuk penyerahan ke BPJS kita internal eksternal, scan,
saja, pikiran uda dimana- lembur bagai kuda haha koding, milah-milah
mana berkas
7. Memangnya, tanggal berapa Tanggal 15 bulan Tanggal 15 bulan berikutnya Tanggal 15 bulan Batas penyerahan berkas
batas penyerahan ke BPJS berikutnya, jadi misalnya berikutnya, itu sudah terakhir tanggal 15 bulan
Kesehatan? berkas untuk pasien maksimal batas berikutnya
Januari, jadi penyerahan tolerasinya, kalau dulu
terakhir tanggal 15 bulan kan tanggal 10 bulan
Februari berikutnya
8. Antara berkas rawat jalan dan Rawat inaplah Rawat inap, kalau rawat Rawat inap, ya kan Berkas yang sering
rawat inap, berkas apa yang jalan alhamdulillah kita mbak? dikembalikan adalah berkas
sering dikembalikan oleh aman rawat inap
BPJS Kesehatan?
Ketidaksesuaian Kaidah Koding
1. Apakah di RS Mitra Sehat Iya dek Iya dek Iya Terjadi pengembalian berkas
Situbondo terjadi klaim oleh BPJS Kesehatan
pengembalian berkas klaim karena ketidaksesuain koding
oleh BPJS Kesehatan karena dengan BPJS Kesehatan
ketidaksesuain koding
dengan BPJS Kesehatan?
2. Kode apa saja yang tidak Apa ya….itu dek yang Dispepsia, Hipokalemi, itu Sama satu lagi yang kode Kode yang dikembalikan adalah
sesuai dengan BPJS kemarin banyak itu ISK, aja deh kayaknya gabungan. Setau kita itu pada kasus ISK, PPOK, GEA,
Kesehatan sehingga berkas terus PPOK, terus GEA, saja sih dek nggak tahu Dispepsia, Hipokalemi, dan
tersebut dikembalikan ke RS apalagi ya, apa mbak? kalau yang dulu-dulu apa kode kombinasi
Mitra Sehat? saja soalnya kan kita
316
No Pertanyaan Verifikator internal 1 Verifikator internal 2 Verfikator internal 3 Kesimpulan
baru, yang dulu uda
pindah kerja.
3. Apa alasan BPJS Kesehatan Kalau ISK itu jadi gini Iya itu dah dek sama Oh iya yang kode Alasan BPJS menyatakan kode
menyatakan bahwa koding ceritanya, dokter nulis gabungan itu memang salah adalah ISK + Batu Saluran
yang dikode oleh koder diagnosa Batu Saluran salah kita, kita yang Kencing dianggap hanya ada
rumah sakit salah? Kencing diagnosa utama kurang teliti. kasus yaitu ISK. Jika dispepsia
terus di diagnosa sekunder sudah pasti vertigo. Kasus TB
adar ISK, nah kan sama jadi PPOK. Kasus GEA tidak
kita di kode N39.0 tapi perlu dikoding kalau ada typoid
ternyata katanya BPJS jadi yang dikoding hanya typoid
kalau penyakitnya Batu saja.
Saluran Kencing dianggap
sama dengan ISK jadi
kodenya N20.2.
Kalau dispepsia sudah
pasti vertigo
TB jadi PPOK
GEA tidak perlu dikoding
kalau ada typoid jadi yang
dikoding hanya typoid
saja.
4. Mengapa BPJS menyatakan Waduh nggak tau ya dek, Iya dek, juga kan disana latar Nggak tau juga ya dek BPJS Kesehatan menyatakan
seperti itu? kan verifikator di sana belakang pendidikannya kode salah karena verifikator
beda-beda bukan perekam medis BPJS selalu berbeda-beda dan
latar belakang pendidikan juga
berbeda
5. Apakah terjadi penurunan Iya Banget dek Pasti Terjadi penurunan tarif karena
tarif karena kaidah koding kaidah koding tidak sesuai
tidak sesuai?
6. Berapa tingkat penurunanya? Yang ISK itu kita rugi 2 Nggak tau saya dek, yang Ada yang 1 juta, 2 juta, Tingkat penurunan tarif macam-
juta mengurus itu bukan saya 500 ribu tergantung macam bergantung pada
kasusnya diagnosa pasien
7. Apakah kepala rekam medik Nggak berani Nggak dek Sepertinya nggak pernah Kepala rekam medik tidak
317
No Pertanyaan Verifikator internal 1 Verifikator internal 2 Verfikator internal 3 Kesimpulan
pernah melakukan banding pernah melakukan banding ke
ke BPJS Kesehatan terkait BPJS Kesehatan terkait kaidah
kaidah koding yang tidak koding yang tidak sesuai
sesuai?
8. Mengapa tidak melakukan Takut dek Kita kan masih baru, nggak Takut lah dek Tidak melakukan banding
banding jika pihak rumah ada yang senior, kita takut karena takut
sakit merasa benar kodenya? dek
318
319
LEMBAR OBSERVASI
CHECKLIST
Tidak
No. Observasi Dilaksanakan Keterangan
Dilaksanakan
Pengembalian Berkas Klaim
Berkas klaim rawat inap yang di
1. √
kembalikan oeh BPJS Kesehatan
2. Data berkas yang diklaimkan √
Data kunjungan pasien BPJS
3. √
Kesehatan
Ketersediaan SDM
Data petugas yang berisi data
Belum
4. karyawan rekam medis meliputi √
diperbaharui
nama, pendidikan, dan lama kerja
Planning
SOP Pengklaiman yang berisi
tentang prosedur klaim mulai dari
5. √
di TPP sampai diserahkan ke BPJS
Kesehatan
SOP kelengkapan berkas klaim
yang berisi standar pengisian dan
6. √
berkas yang harus dilengkapi untuk
diserahkan ke BPJS Kesehatan
SOP pengkodingan berisi prosedur
cara pengkodingan dengan
menggunakan ICD-10 dan ICD-9-
7. √
CM versi 2010 dan membedakan
antara kode JKN dengan kode
umum
Technology
Printer tersedia di ruang casemix
untuk proses pencetakan SEP
8. √
maupun pencetakan lembar INA-
CBGs dan laporan lainnya
Komputer tersedia di TPPRI untuk
9. menginputkan SEP dan data pasien √
di aplikasi INA-CBGs
Wifi untuk mengkoneksikan ke
10. √
jaringan internet
320
Tidak
No. Observasi Dilaksanakan Keterangan
Dilaksanakan
Server untuk menampung data dari
11. √
client dan back-up data sementara
Scanner portabel tersedia untuk
12. menscan berkas klaim sehingga √
tidak terjadi penumpukan pekerjaan
Aplikasi INA CBG’s tersedia untuk
13. penginputan data klaim ke BPJS √
Kesehatan
SIMRS untuk membantu cross
14. check data sebelum berkas klaim √
dikirimkan ke BPJS Kesehatan
Berupa buku,
ICD-10 versi 2010 yang digunakan ICD pdf,
15. √
untuk mengkoding diagnosa pasien aplikasi ICD
versi 2005
ICD-9-CM versi 2010 yang
Berupa buku,
16. digunakan untuk mengkoding √
ICD pdf,
tindakan yang telah dilakukan
Organizing
Bagan struktur organisasi sebagai Belum
17. √
identitas kestrukturan organisasi diperbaharui
Job description petugas Belum
pendaftaran yang jelas dan rinci diperbaharui
18. √
sehingga mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas
Job description petugas koding Belum
yang jelas dan rinci sehingga diperbaharui
19. √
mudah dipahami dan dilaksanakan
oleh petugas
Job description verifikator internal
yang jelas dan rinci sehingga
20. √
mudah dipahami dan dilaksanakan
oleh petugas
SK Direktur tim JKN yang berisi
21. rincian pembagian tugas dan √
penetapan tim JKN
Controlling
Data pelaksanaan rapat dapat
berupa notulen rapat atau video
22. √
yang membahas tentang masalah
dan solusi terkait proses klaim
Actuating
Surat edaran Reward yang berisi
penghargaan akan diberikan kepada
karyawan apabila rajin dalam
23. √
bekerja yang dilakukan setiap 1
tahun sekali. Reward berupa
bingkisan, sertifikat, atau lain-lain.
Surat edaran Punishment yang
berisi sanksi akan diberikan kepada
24. √
karyawan yang tidak disiplin.
Sanksi berupa teguran secara lisan,
321
Tidak
No. Observasi Dilaksanakan Keterangan
Dilaksanakan
SP 1-3
Lingkungan Kerja
Data bangunan berisi tentang luas
bangunan, sarana prasarana yang
25. √
tersedia khususnya di ruang unit
rekam medis
Ventilasi berupa jendela sebagai
26. sirkulasi udara ataupun keluar √
masuknya cahaya
AC/Kipas yang mencukupi
27. sehingga petugas tidak merasa √ 1
kepanasan
Lampu yang menerangi petugas
28. sehingga tidak terjadi kegelapan √ 1
dalam melakukan pekerjaan
Meja yang berfungsi untuk
meletakkan komputer dan tempat
29. √ 1
mengecek kelengkapan maupun
proses koding di setiap komputer
Kursi tersedia di setiap meja
30. √ 2
sehingga petugas dapat duduk
Almari/rak berfungsi meletakkan
31. berkas klaim yang sudah lengkap √ 1
dan belum lengkap
Pelaksanaan Kodefikasi
Alur klaim yang berisi proses
32. pelaksanaan klaim mulai dari TPP √
hingga ke BPJS Kesehatan
322
LEMBAR OBSERVASI
CHECKLIST
Tidak
No. Observasi Dilaksanakan Keterangan
Dilaksanakan
Kedisiplinan
Checlist yang membantu petugas
dalam identifikasi kelengkapan berkas
1. √ Tidak ada
klaim secara kuantitatif maupun
kualitatif
Pelaksanaan Koding
Menentukan kode diagnosis setelah
2. √
membaca tulisan dokter
Kadang
3. Menentukan leadterm √
dilaksanakan
Langsung
Mencari leadterm ke dalam ICD-10
mencari/search
4. versi 2010 Volume 3 atau Indeks √
di aplikasi e-
Alphabetic
klaim
Langsung
Lihat pada beberapa lokasi modifiers mencari/search
5. √
dan tanda identitas pada leadterm di aplikasi e-
klaim
Langsung
Menemukan kode penyakit di Volume
mencari/search
6. 3, crosscheck di ICD-10 versi 2010 √
di aplikasi e-
Volume 1
klaim
Langsung
Koreksi tanda baca seperti inclusion, mencari/search
7. √
exclusion term, see site, dan lain-lain. di aplikasi e-
klaim
Langsung
mencari/search
Mengoreksi adanya karakter ke-4 dan di aplikasi e-
8. √
ke-5 di ICD-10 versi 2010 volume 1. klaim namun
kadang
dikoreksi
Mengurutkan penulisan kodefikasi Langsung
sesuai dengan aturan BPJS Kesehatan otomatis
9. √
yang terdiri dari: sistem yang
a. Digit ke-1 (alfabetik): menentukan
323
Tidak
No. Observasi Dilaksanakan Keterangan
Dilaksanakan
menggambarkan kode Casemix
Main Groups (CMG).
b. Digit ke-2 (numerik):
menggambarkan tipe kelompok
kasus (Case Groups).
Tipe Kasus Group
1) Prosedur Rawat Inap Group-
1.
2) Prosedur Besar Rawat Jalan
Group-2.
3) Prosedur Signifikan Rawat
Jalan Group-3.
4) Rawat Inap Bukan Prosedur
Group-4.
5) Rawat Jalan Bukan Prosedur
Group-5.
6) Rawat Inap Kebidanan
Group-6.
7) Rawat Jalan kebidanan
Group-7
8) Rawat Inap Neonatal Group-
8.
9) Rawat Jalan Neonatal Group-
9.
10) Error Group-0.
c. Digit ke-3 (numerik):
enggambarkan spesifikasi
kelompok kasus.
Sub-group ketiga menunjukkan
spesifik CBGs yang dilambangkan
dengan numerik mulai dari 01
sampai dengan 99.
d. Digit ke-4 (romawi):
menggambarkan tingkat keparahan
kelompok kasus.
1) “0” Untuk Rawat jalan.
2) “I - Ringan” untuk rawat inap
dengan tingkat keparahan 1
(tanpa komplikasi maupun
komorbiditi).
3) “II - Sedang” Untuk rawat
inap dengan tingkat keparahan
2 (dengan mild komplikasi dan
komorbiditi)
4) “III - Berat” Untuk rawat inap
dengan tingkat keparahan 3
(dengan
major komplikasi dan komorbiditi)
324
LEMBAR OBSERVASI
CHECKLIST
Kelengkapan Berkas Validitas Isi
Persyaratan Tidak Tidak
Ada Persyaratan Pengisian Sesuai Keterangan
Kelengkapan Ada Sesuai
No. SEP
Tanggal SEP
No. kartu
Nama peserta
Tanggal lahir
SEP No. telepon
Faskes perujuk
Diagnosa awal
Peserta
Jenis rawat
Kelas rawat
Tanggal MRS
Ruang
Alasan MRS
Penyakit penyerta
Hasil pemeriksaan saat
MRS
Diagnosa utama
Diagnosa sekunder
Tata laksana
d. Medika mentosa saat
dirawat
Resume Medis e. Tindakan medis
f. Medika mentosa saat
pulang
Keadaan waktu keluar RS
Cara keluar RS
Sebab meninggal (jika
ada)
Instruksi tindak
lanjut/kontrol (jika ada)
Tempat dan tanggal
membuat resume
Ttd DPJP
Nama peserta
Lembar INA-
No. RM
CBG’s
Umur tahun
325
LEMBAR OBSERVASI
CHECKLIST
Kelengkapan Berkas Validitas Isi
Persyaratan Tidak Tidak
Ada Persyaratan Pengisian Sesuai Keterangan
Kelengkapan Ada Sesuai
No. SEP
Tanggal SEP
No. kartu
Nama peserta
Tanggal lahir
SEP No. telepon
Faskes perujuk
Diagnosa awal
Peserta
Jenis rawat
Kelas rawat
Tanggal MRS
Ruang
Alasan MRS
Penyakit penyerta
Hasil pemeriksaan saat
MRS
Diagnosa utama
Diagnosa sekunder
Tata laksana
g. Medika mentosa saat
dirawat
Resume Medis h. Tindakan medis
i. Medika mentosa saat
pulang
Keadaan waktu keluar RS
Cara keluar RS
Sebab meninggal (jika
ada)
Instruksi tindak
lanjut/kontrol (jika ada)
Tempat dan tanggal
membuat resume
Ttd DPJP
Nama peserta
Lembar INA-
No. RM
CBG’s
Umur tahun
328
LEMBAR BRAINSTORMING
PEDOMAN BRAINSTORMING
LEMBAR BRAINSTORMING
FAKTOR PENYEBAB PENGEMBALIAN BERKAS KLAIM RAWAT INAP OLEH BPJS KESEHATAN
DI RUMAH SAKIT MITRA SEHAT SITUBONDO
332
No. Variabel Masalah Upaya Perbaikan Masalah
Lamanya dalam identifikasi kelengkapan berkas klaim a. Melakukan manajemen waktu
untuk 1 pasien membutuhkan waktu lebih dari 3 menit. b. Membuat target 1 hari dapat menyelesaikan berapa berkas
Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? c. Melakukan manajemen waktu dan Membuat target 1 hari dapat
menyelesaikan berapa berkas
Kurangnya jumlah verifikator internal sehingga banyak a. Penambahan karyawan sesuai dengan beban kerja yang dikerjakan
pekerjaan yang harus ditunda. Kira-kira solusi apa yang b. Sama
dapat dilakukan? c. Sama
2. Organization Ruangan casemix sempit. Kira-kira solusi apa yang dapat a. Pelebaran ruangan
dilakukan? b. Sama
c. Penataan interior yang tepat sehingga ruangan bisa tampak lebih
luas
Tidak ada sekat kaca di pendaftaran sehingga a. Penggunaan masker oleh petugas pendaftaran
kemungkinan terjadinya penularan penyakit menular b. Sama
besar. Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? c. Sama
Ruangan berdebu dan rekam medis berserakan. Kira-kira a. Ruangan dibersihkan setiap hari.
solusi apa yang dapat dilakukan? b. Berkas ditata supaya lebih rapi dan disediakan rak/keranjang
c. Ruangan dibersihkan setiap hari dan Berkas ditata supaya lebih rapi
dan disediakan rak/keranjang
3. Technology Tidak ada petugas IT tetap. Kira-kira solusi apa yang a. Kontrak petugas IT diperpanjang
dapat dilakukan? b. Sama
c. Sama
Kurangnya scanner. Kira-kira solusi apa yang dapat a. Penambahan scanner minimal 1 scanner
dilakukan? b. Sama
c. Sama
4. Planning Belum ada SOP kelengkapan berkas klaim dari rumah a. Menyusun dan menetapkan SOP kelengkapan klaim
sakit. Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? b. Sama
c. Sosialisasi SOP kelengkapan klaim
Belum ada perencanaan strategis. Kira-kira solusi apa a. Membuat rencana strategis di bagian casemix khususnya
yang dapat dilakukan? pengkodingan
b. Sama
c. Sama
5. Organizing Job description tidak jelas dan tidak rinci. Kira-kira solusi a. Pemberian job description kepada masing-masing karyawan
333
No. Variabel Masalah Upaya Perbaikan Masalah
apa yang dapat dilakukan? b. Pembaharuan job description dengan kejelasan tugas dan tanggung
jawab
c. Pemberian job description kepada masing-masing karyawan dan
Pembaharuan job description dengan kejelasan tugas dan tanggung
jawab
6. Actuating Kurangnya semangat bekerja. Kira-kira solusi apa yang a. Pemberian reward (kenaikan gaji insentif 5%, pemberian pujian,
dapat dilakukan? pemberian sertifikat, pemberian hadiah kecil) dan punishment
(pemberian pemberian peringatan secara lisan, pemberian SP 1-3)
b. Wah setuju itu
c. Sama
7. Controlling Tidak ada rapat rutin. Kira-kira solusi apa yang dapat a. Dilakukan rapat rutin minimal 6 bulan atau 1 tahun sekali
dilakukan? b. Sama
c. Sama
Evaluasi program. Kira-kira solusi apa yang dapat a. Membuat kebijakan baru/merevisi kebijakan baru maupun
dilakukan? kebijakan minimal setiap 1 tahun sekali
b. Sama
c. Sama
Ketidaksesuan Kaidah Koding
8. Human Verifikator internal tidak paham regulasi pengkodingan. a. Sosialisasi regulasi BPJS Kesehatan yang berlaku.
Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? b. Pelatihan kodefikasi yang mengacu pada regulasi BPJS Kesehatan
yang berlaku.
c. Dua-duanya sudah
Verifikator internal tidak paham perbedaan penyakit akut a. Persamaan persepsi dengan semua pihak
dan kronis. Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? b. Sama
c. Sama
Petugas entri data tidak paham struktur dari keluaran a. Sosialisasi regulasi BPJS Kesehatan yang berlaku.
INA-CBGs seperti contoh A-1-11-III. Kira-kira solusi apa b. Sama
yang dapat dilakukan? c. Sama
Petugas entri data tidak paham perbedaan diagnosa utama a. Membuat petunjuk teknis pengisian di aplikasi e-klaim 5.1 dengan
dan sekunder. Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? dilengkapi maksud dari masing-masing item
b. Sama
c. Sama
334
No. Variabel Masalah Upaya Perbaikan Masalah
Waktu istirahat lebih awal dari ketentuan jam istirahat. a. Pemberian peringatan kepada karyawan
Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? b. Sama
c. Sama
Tulisan dokter sulit di baca. Kira-kira solusi apa yang a. Konfirmasi dengan dokter terkait diagnosa yang tidak jelas
dapat dilakukan? b. Sama
c. Sama
Kurangnya jumlah verifikator internal sehingga banyak a. Penambahan karyawan sesuai dengan beban kerja yang dikerjakan
pekerjaan yang harus ditunda. Kira-kira solusi apa yang b. Sama
dapat dilakukan? c. Sama
9. Organization Ruangan casemix sempit. Kira-kira solusi apa yang dapat a. Pelebaran ruangan
dilakukan? b. Penataan interior yang tepat sehingga ruangan bisa tampak lebih
luas\
c. Dua-duanya bisa digunakan
Kurangnya keranjang berkas. Kira-kira solusi apa yang a. Penambahan kerangjang/kardus tidak terpakai
dapat dilakukan? b. Sama
c. Sama
10. Technology Tidak ada petugas IT tetap. Kira-kira solusi apa yang a. Kontrak petugas IT diperpanjang
dapat dilakukan? b. Sama
c. Sama
11. Planning Belum ada SOP pengkodingan klaim dari rumah sakit. a. Menyusun dan menetapkan SOP pengkodingan klaim
Kira-kira solusi apa yang dapat dilakukan? b. Sosialisasi SOP pengkoidngan klaim
c. Dua-duanya sama
Belum ada perencanaan strategis. Kira-kira solusi apa a. Membuat rencana strategis di bagian casemix khususnya
yang dapat dilakukan? pengkodingan
b. Sama
c. Sama
12. Organizing Job description tidak jelas dan tidak rinci. Kira-kira solusi a. Pemberian job description kepada masing-masing karyawan
apa yang dapat dilakukan? b. Pembaharuan job description dengan kejelasan tugas dan tanggung
jawab apabila ada perubahan
c. Dua-duanya bisa
13. Actuating Kurangnya semangat bekerja. Kira-kira solusi apa yang a. Pemberian reward (kenaikan gaji insentif 5%, pemberian pujian,
335
No. Variabel Masalah Upaya Perbaikan Masalah
dapat dilakukan? pemberian sertifikat, pemberian hadiah kecil) dan punishment
(pemberian pemberian peringatan secara lisan, pemberian SP 1-3)
b. Setuju banget
c. Yes
14. Controlling Tidak ada rapat rutin. Kira-kira solusi apa yang dapat a. Dilakukan rapat rutin minimal 6 bulan atau 1 tahun sekali
dilakukan? b. Sama
c. Sama
Evaluasi program. Kira-kira solusi apa yang dapat a. Membuat kebijakan baru/merevisi kebijakan baru maupun
dilakukan? kebijakan minimal setiap 1 tahun sekali
b. Sama
c. Sama
a. Tahap klasifikasi
Pada tahap ini peneliti mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok brainstorming berupa
klasifikasi berdasarkan unsur variabel human, organization, technology, planning, organizing, actuating, dan controlling.
b. Tahap verifikasi
Kelompok brainstorming yaitu kepala rekam medis, petugas koding, petugas assembling, verifikator internal, dan petugas entri
data untuk melihat kembali kesepakatan yang telah dibuat. Apabila terdapat sumbang saran yang kurang relevan dengan
permasalahan bisa dicoret.
c. Tahap konklusi
Pada tahap ini kelompok brainstorming menyimpulkan butir-butir alternatif atau solusi sebagai solusi pemecahan masalah
sebagai upaya perbaikan yang disetujui. Setelah semua sepakat, maka diambil kesepakatan terakhir yang dianggap paling cocok dan
tepat.
336
No. Variabel Masalah Upaya Perbaikan Masalah
Ketidaklengkapan Berkas Klaim
1. Human Petugas pendaftaran bingung dalam a. Konfirmasi kembali dengan dokter terkait diagnosa.
penentuan kode jika antara koding di surat b. Ada list terminologi medis
pengantar rawat inap berbeda dengan aplikasi
v-klaim
Verifikator internal belum memahami a. Membuat list kelengkapan berkas seperti persalinan harus
regulasi kelengkapan (berkas apa saja yang berkas apa saja yang diikutsertakan.
harus dilengkapi khususnya pemeriksaan b. Sosialisasi regulasi kelengkapan.
penunjang) dan pathway pasien sehingga
formulir penunjang sering tidak disertakan
Tidak berjalannya lembar checklist karena Membuat checklist kelengkapan klaim atau membuat kartu
tidak ada checklist kelengkapan klaim kendali
ataupun kartu kendali
Belum bisa mengetik 10 jari sehingga proses Melatih diri untuk mengetik 10 jari
penginputan lebih dari 1 menit
Sering salah input tanggal lahir Lebih teliti dalam penginputan dan pengecekan kembali sebelum
SEP di cetak
Lamanya dalam identifikasi kelengkapan a. Melakukan manajemen waktu
berkas klaim untuk 1 pasien membutuhkan b. Membuat target 1 hari dapat menyelesaikan berapa berkas
waktu lebih dari 3 menit
Kurangnya jumlah verifikator internal Penambahan karyawan sesuai dengan beban kerja yang dikerjakan
sehingga banyak pekerjaan yang harus
ditunda
2. Organization Ruangan casemix sempit a. Pelebaran ruangan
b. Penataan interior yang tepat sehingga ruangan bisa tampak
lebih luas
Tidak ada sekat kaca di pendaftaran sehingga Penggunaan masker oleh petugas pendaftaran
kemungkinan terjadinya penularan penyakit
menular besar
337
No. Variabel Masalah Upaya Perbaikan Masalah
Ruangan berdebu dan rekam medis Ruangan dibersihkan setiap hari.
berserakan Berkas ditata supaya lebih rapi dan disediakan rak/keranjang
3. Technology Tidak ada petugas IT tetap Kontrak petugas IT diperpanjang
338
No. Variabel Masalah Upaya Perbaikan Masalah
Waktu istirahat lebih awal dari ketentuan jam Pemberian peringatan kepada karyawan
istirahat
Tulisan dokter sulit di baca Konfirmasi dengan dokter terkait diagnosa yang tidak jelas
Kurangnya jumlah verifikator internal Penambahan karyawan sesuai dengan beban kerja yang dikerjakan
sehingga banyak pekerjaan yang harus
ditunda
9. Organization Ruangan casemix sempit a. Pelebaran ruangan
b. Penataan interior yang tepat sehingga ruangan bisa tampak
lebih luas
Kurangnya keranjang berkas Penambahan kerangjang/kardus tidak terpakai
10. Technology Tidak ada petugas IT tetap Kontrak petugas IT diperpanjang
11. Planning Belum ada SOP pengkodingan klaim dari a. Menyusun dan menetapkan SOP pengkodingan klaim
rumah sakit b. Sosialisasi SOP pengkoidngan klaim
Belum ada perencanaan strategis Membuat rencana strategis di bagian casemix khususnya
pengkodingan
12. Organizing Job description tidak jelas dan tidak rinci a. Pemberian job description kepada masing-masing karyawan
b. Pembaharuan job description dengan kejelasan tugas dan
tanggung jawab apabila ada perubahan
13. Actuating Kurangnya semangat bekerja Pemberian reward (kenaikan gaji insentif 5%, pemberian pujian,
pemberian sertifikat, pemberian hadiah kecil) dan punishment
(pemberian pemberian peringatan secara lisan, pemberian SP 1-3)
14. Controlling Tidak ada rapat rutin Dilakukan rapat rutin minimal 6 bulan atau 1 tahun sekali
15. Evaluasi program Membuat kebijakan baru/merevisi kebijakan baru maupun
kebijakan minimal setiap 1 tahun sekali
339
340
Diagnosa utama dan sekunder tidak Diagnosa utama dan sekunder tidak
terisi pada resume medis pasien terisi pada resume medis pasien
341
Tanda tangan DPJP tidak terisi pada Tanda tangan DPJP, diagnosis, dan
resume medis pasien kode tidak terisi pada clinical pathway
Dengan hormat,
Diberitahukan bahwa formulir rekam medis dengan rincian sebagai berikut.
Nama pasien :.......................................
No. RM :.......................................
Membutuhkan kelengkapan/kejelasan*
terkait......................................................................................... (data terlampir)
Hal tersebut berkaitan dengan pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan dan mutu pelayanan di RS
Mitra Sehat Situbondo. Mengingat pentingnya kelengkapan berkas klaim maka dimohon
diselesaikan dalam 1x24 jam (tanggal ....-....-.......).
Situbondo, .......................
Verifikator Internal BPJS
Perihal
Tidak
No. Kuantitatif Lengkap Keterangan
Lengkap
Tidak
No. Kualitatif Lengkap Keterangan
Lengkap
344
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
Menerima berkas rekam medis dari tempat Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan isi dari
bangsal/URI setiap berkas rekam medis yang di layani
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
1. Diagnosa dan tindakan yang dapat di klaim ke BPJS Kesehatan adalah diagnosa
HAL-HAL YANG yang terdapat dokter spesialisnya, apabila diagnosa tersebut tidak ada dokter
spesialis maka tidak dapat di klaim.
PERLU 2. Ikuti aturan terbaru tentang klaim yang diedarkan oleh BPJS Kesehatan.
DIPERHATIKAN 3. Penilaian kelengkapan dan ketepatan isi berkas klaim dilakukan setiap hari oleh
verifikator internal dan dilaporkan setiap 3 bulan sekali ke tim audit internal untuk
ditindaklanjuti.
DOKUMEN Berkas rekam medis yang meliputi resume, clinical pathway, ringkasan masuk
TERKAIT keluar, dan pemeriksaan penunjang.
UNIT TERKAIT Bangsal/Unit Rawat Inap, Ruang Casemix
349
perawatannya.
7. Pembuatan SEP (Surat Eligibilitas Peserta) oleh petugas TPPRI apabila
berkas sudah lengkap.
8. Pasien diantar ke ruang perawatan oleh petugas IGD/Polikinik/URI.
9. Pemberian pelayanan kesehatan sesuai indikasi medis dan paket INA
CBG’s, termasuk:
a. Obat sesuai dengan E-Catalogue
b. Pemeriksaan penunjang (yang ada di RS Mitra Sehat Situbondo)
c. Tranfusi
10. Pemberian/peresepan obat pasien untuk penggunaan per hari.
11. Petugas rawat inap memberikan tagihan per hari ke kasir.
12. Petugas TPPRI melakukan pengkodingan sementara dan pengecekan
selisih tarif RS dengan tarif INA-CBG’s.
13. Pengecekan administrasi sebelum pasien pulang:
a. Perawat memberikan informasi kepada kasir dan petugas TPPRI
pasien pulang/rujuk/meninggal.
b. Petugas kasir membuat tagihan perawatan dan berkordinasi dengan
pihak TPPRI dan apotik (apakah ada obat atau pelayanan yang
tidak di jamin BPJS Kesehatan)
c. Keluarga/pasien menandatangi bukti pelayanan di kasir dan
diberikan faktur berwarna merah muda dan kuning untuk di berikan
kepada perawat.
d. Faktur warna putih di berikan kepada petugas TPPRI.
14. Pasien pulang:
a. Perbaikan
b. Rujuk
c. Meninggal
d. Pulang Paksa
351
HAL-HAL YANG 1. Perhatikan jika ada pasien kasus kecelakaan, pastikan kasus kecelakaan tersebut
dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Apabila bukan ditanggung oleh BPJS
PERLU Kesehatan maka petugas TPPRI mengarahkan keluarga pasien untuk mengurus
DIPERHATIKAN ke Jasaraharja.
2. Fotokopi berkas rangkap 3.
DOKUMEN Buku ekspedisi, surat pengantar rawat inap, SEP, kwitansi
TERKAIT
UNIT TERKAIT TPPRI, Bangsal/Unit Rawat Inap, dan kasir
352
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
Halaman : 1/1
dr. Divi Maediana
NIP.
HAL-HAL YANG 1. Perhatikan jika ada pasien kasus kecelakaan, pastikan kasus kecelakaan tersebut
dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Apabila bukan ditanggung oleh BPJS
PERLU Kesehatan maka petugas TPPRI mengarahkan keluarga pasien untuk mengurus
DIPERHATIKAN ke Jasaraharja.
2. Fotokopi berkas rangkap 3.
DOKUMEN Buku ekspedisi, surat pengantar rawat inap, SEP, kwitansi
TERKAIT
UNIT TERKAIT TPPRI
356
DAFTAR ISI
Untuk Buku Petunjuk Aplikasi Surat Eligibilitas Peserta secara lengkapnya sudah
diserahkan ke RS Mitra Sehat Situbondo.
357
Untuk Buku Petunjuk Aplikasi Surat Eligibilitas Peserta secara lengkapnya sudah
diserahkan ke RS Mitra Sehat Situbondo.
358
SURAT PERNYATAAN
Riwayat Pendidikan
Education Information