Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan & Kebidanan

P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987


Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

PELAKSANAAN ASESMEN BERBASIS KOMPETENSI DI RUMAH SAKIT


SWASTA TIPE C KOTA TASIKMALAYA

Fitri Nurlina
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
fitri.nurlina92@gmail.com

ABSTRAK

Rumah sakit mempunyai sumber daya manusia terbanyak dari profesi perawat. Perawat yang
bekerja di rumah sakit dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan yang profesional kepada
masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan oleh rumah sakit untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi profesionalisme perawat yaitu dengan melakukan asesmen kompetensi
perawat. Namun masih banyak yang belum melaksankannya. Untuk itu tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan asesmen kompetensi perawat yang dilakukan oleh
rumah sakit. Metode yang digunakan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan 2 orang
partisipan yang dijaring menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ditemukan tema
1) instrument asesmen; 2) Asesmen Kompetensi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dalam
asesmen kompetensi diperlukan sebuah instrument sebagai penunjang pelaksanaan yang harus valid
dan reliabel. Ada empat jenis instrument yang dapat digunakan tergantung kebutuhan dan kebijakan
asesor. Asesmen dilakukan oleh seorang asesor tersertifikasi dengan beberapa tahap yaitu pengajuan
asesmen, asesmen mandiri, asesmen, usulan banding (bila perlu) dan keputusan hasil serta
pemberian sertifikat kompetensi bagi asesi yang kompeten. Pelaksanaan asesmen ini bukan hanya
tanggung jawab rumah sakit tetapi yang paling utama adalah perawat itu sendiri, sehingga
diharapkan perawat dapat terus memanfaatkan asesmen ini sebagai cara untuk peningkatan
kompetensi dan karir.

Kata Kunci: Asesmen Kompetensi, Asesor, Perawat Klinik


dan keselamatan (Subbag RSJ Prof. Dr.
PENDAHULUAN Soerojo Magelang, 2017).
Rumah sakit merupakan instansi Kompetensi merupakan kemampuan
pelayanan kesehatan yang mempunyai kerja dari setiap individu yang mencakup
sumber daya manusia terbanyak dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan
profesi perawat. Tugas utama dari seorang sikap kerja sesuai dengan standar yang
perawat yaitu memberikan pelayanan sudah ditetapkan (Kemendikbud Republik
asuhan keperawatan. Dalam memberikan Indonesia, 2011). Kompetensi diperlukan
pelayanan kepada pasien dan keluarga bagi seorang perawat untuk mendapatkan
diperlukan perawat yang mempunyai kewenangan dalam memberikan asuhan
kompetensi sesuai dengan bidang dan keperawatan. Perawat kompeten akan
kemampuannya. Hal ini diperlukan agar mendapat penugasan klinis yang berisi
pasien mendapatkan jaminan keamanan kewenangan-kewanangan yang dapat
dilakukan. Penugasan klinis tersebut
32
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

keluarkan oleh direktur/pimpinan rumah PMK RSUD Banyumas terhadap 20


sakit (Lembaran Negara Republik responden menyatakan bahwa pelaksanaan
Indonesia, 2017) asesmen kompetensi menunjukan adanya
Dengan adanya kewenangan klinis peningkatan motivasi belajar bagi perawat,
yang jelas, perawat akan merasa aman dan meningkatkan komunikasi terhadap pasien,
yakin bahwa pelayanan asuhan dan sebagian besar menyatakan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan bermanfaat. Untuk itu rumah sakit sudah
standar yang ditetapkan. Hal ini akan seharusnya mempunyai sistem bahwa yang
memberikan dampak terhadap peningkatan merawat pasien adalah perawat yang
mutu pelayanan kesehatan. Dimana salah berkompeten (Widiati, 2018)
satu pilar utama dalam peningkatan mutu Asesmen Kompetensi merupakan
pelayanan tersebut adalah sumber daya salah satu bagian dari sistem penjenjangan
manusia yang kompeten (Diklat RSHJ, karir perawat klinis. Penjenjangan karir ini
2018) terdiri dari proses Mapping, Asesmen,
Seperti hasil penelitian yang Kredensialing, CPD dan Penugasan Klinis.
dilakukan oleh Fadholi (2018) menyatakan Namun menurut beberapa penelitian
bahwa seorang perawat di tuntut untuk Sistem ini masih belum di terapkan di
bekerja secara professional dan sesuai semua rumah sakit. Seperti menurut hasil
standar yang ada. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Nazeli &
perawat termasuk kedalam human capital Adisasmito (2007) yang menyatakan
yang ada di rumah sakit, yang harus bahwa Rumah Sakit Tentara Jakarta yang
didapatkan, dipertahankan, dan merupakan rumah sakit swasta tipe C
dikembangkan. Untuk melaksanakan penempatan kerja belum berdasarkan
semua itu, maka seorang perawat yang kompetensi.
bekerja di rumah sakit harus memiliki Kemudian menurut hasil penelitian
kualifikasi dan kompetensi tertentu. yang dilakukan oleh Kornela, Hariyanto,
Upaya yang dapat dilakukan oleh & Pusparahaju (2014) yang hasilnya
rumah sakit untuk mempertahankan dan menyatakan bahwa belum melaksanakan
meningkatkan kompetensi profesionalisme pengembangan karir berbasis kompetensi,
perawat yaitu dengan melakukan asesmen sehingga belum melaksanakan asesmen
berbasis kompetensi perawat (Lembaran berbasis kompetensi. Selain itu, belum
Negara Republik Indonesia, 2017). adanya pengelola dalam sistem berbasis
Asesmen berbasis kompetensi adalah kompetensi ini menjadi permasalahan di
proses pengumpulan bukti dan membuat beberapa rumah sakit. Seperti di RSUD
keputusan apakah seorang asesi dapat Banyumas yang belum ada pembentukan
mencapai kompetensi yang diajukannya tim khusus pengelola sistem berbasis
atau tidak. Asesmen berbasis kompetensi kompetensi (Suroso, 2011).
ini dinilai berdasarkan unit kompetensi Selain itu menurut hasil penelitian
yang diajukan oleh asesi. (BNSP, 2013). Indriani (2018) menyatakan bahwa belum
Seperti yang diungkapkan oleh Jason ada pengklasifikasian penjenjangan dan
(2011) dalam survei yang diadakan oleh penilaian berbasis kompetensi. Sehingga
33
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

tidak diketahui perawat klinis mana yang HASIL PENELITIAN DAN


kompeten dan yang tidak kompeten. Hal PEMBAHASAN
ini berpengaruh terhadap beban kerja dan Hasil penelitian ini diperoleh
pemberian pelayanan asuhan keperawatan melalui wawancara mendalam dengan
yang belum sesuai dengan kompetensi, partisipan, dokumentasi dan catatan
peran dan fungsi perawat. lapangan yang dilakukan saat wawancara
Melihat asesmen berbasis kompetensi berlangsung. Dari hasil analisa data,
ini sangat penting dilaksanakan oleh rumah didapatkan dua sub tema yang menjelaskan
sakit, dan banyak permasalahan sehingga permasalahan penelitian. Peneliti akan
tidak berjalannya sistem tersebut. Maka menggambarkan dan membahas satu
dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti persatu sub tema yang muncul berdasarkan
tentang pelaksanaan asesmen berbasis jawaban-jawaban partisipan yang mengacu
kompetensi di rumah sakit swasta tipe c pada tujuan penelitian.
Kota Tasikmalaya.
1. Instrumen Asesmen
METODE PENELITIAN Asesmen kompetensi merupakan
Penelitian ini menggunakan metode proses penilaian berbasis kompetensi
kualitatif, karena menekankan pada sebagai dasar membuat putusan seseorang
mengungkapkan situasi yang terjadi secara dapat dikatakan kompeten atau tidak.
alami dan menyeluruh (Prastowo, 2011) Penilaian ini dilakukan supaya
Penelitian dilakukan terhadap 2 meningkatkan profesionalisme, dimana
partisipan, dengan teknik purposive seorang perawat akan melaksankan asuhan
sampling. Adapun kriteria partisipan yaitu keperawatan sesuai dengan keahliannya
orang yang melaksanakan asesmen (Lembaran Negara Republik Indonesia,
berbasis kompetensi. 2017). Unit kompetensi yang digunakan
Instrument utama adalah peneliti yang untuk penilaian disesuaikan dengan
dibantu dengan pedoman wawancara, alat tingkatan kompetensi yang sedang dan
perekam suara, dan alat tulis (Moleong, yang akan dicapai. Agar seorang perawat
2012). Teknik pengumpulan data dapat di katakan kompeten, semua unit
dilakukan dengan wawancara mendalam kompetensi yang di uji harus terpenuhi.
(in-depth interview) dan melihat dokumen- (BNSP, 2013).
dokumen apa saja yang terkait dengan Menurut partisipan, dokumen
asesmen berbasis kompetensi. penunjang pelaksanaan asesmen yang
Analisis dilakukan dengan analisis paling penting adalah sebuah instrument
tematik dengan 6 tahapan: Mengenali data; penilaian yang valid dan reliabel, sehingga
menginisialkan kode; mencari tema; dalam pengembangan instrument untuk
meninjau tema; mendefinisikan tema dan asesmen memerlukan waktu yang cukup
memberi nama tema; dan membuat laporan lama. Seperti yang diungkapkan oleh
(Braun & Clarke, 2006). Sumiyarrini, Rahayu, & Suhoyo (2017)
yang menyatakan bahwa untuk
memastikan instrumen yang
34
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

dikembangkan valid dan reliabel, harus (ceklis) observasi demonstrasi, daftar


dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hal periksa observasi produk atau jasa,
ini dilaksanakan untuk memudahkan tim portofolio, daftar pertanyaan tertulis, daftar
penilai atau penguji dalam memberikan pertanyaan wawancara dan lain
penilaian karena adanya standar dan sebagainya. Berbagai macam bentuk alat
deskriptor yang jelas. Deskriptor yang jelas bantu ini dapat digunakan untuk instrumen
akan memudahkan pemberian koreksi dan pada saat asesmen (BNSP, 2013).
feed back bagi perawat yang sedang Penggunaan instrumen penilaian
asesmen. untuk asesmen tidak harus digunakan ke
Terdapat beberapa cara yang dapat empatnya. Di rumah sakit ini hanya
dilakukan untuk uji validitas dan reabilitas. menggunakan tiga instrumen saja yaitu
Menurut partisipan cara sederhana yang lisan, observasi dan logbook. Hal ini
dapat dilakukan yaitu dengan cara validitas diperbolehkan karena disesuaikan dengan
konten kepada master asesor kompetensi unit kompetensi apa yang akan di nilai dan
sampai ada keputusan boleh digunakan tergantung kebijakan dari asesornya itu
untuk asesmen. Sesuai dengan yang sendiri. Asesor merupakan seseorang yang
diungkapkan oleh Hendryadi (2017) bahwa mempunyai kompetensi dan memenuhi
validitas konten dilakukan dengan cara syarat untuk melaksanakan asesmen serta
review oleh expert panel untuk mendapatkan penugasan resmi untuk
menentukan relevansi domain, dengan melakukan penilaian pada jenis dan
domain penting yang harus ada di setiap kualifikasi tertentu. Pengembangan
kompetensi perawat klinis. instrument hanya boleh dilakukan oleh
Kemudian, menurut partisipan ada seorang asesor. Tidak boleh sembarang
empat jenis instrument yang digunakan orang, hanya orang-orang yang sudah
untuk asesmen yaitu instrument tulis, lisan, pelatihan asesor yang mempunyai
observasi dan log book. Instrumen tulis kewenangan untuk pengembangan
digunakan untuk uji tulis yang terdiri dari instrumen (BNSP, 2015).
isian pignet (PG), sedangkan instrumen Kemudian menurut Prayetni
lisan digunakan untuk uji lisan/wawancara (2016) menjelaskan bahwa dalam
yang didalamnya sudah tertera jawaban, mengembangkan instrument ada beberapa
kemudian untuk instrumen observasi tahap yang bisa dilakukan oleh seorang
berupa lembar ceklis digunakan untuk uji asesor. Pertama yaitu dengan menentukan
praktek, dan logbook berupa rincian kebutuhan perangkat asesmen dengan
kegiatan sehari-hari yang diisi oleh berdasar pada fokus asesi, tujuan, konteks,
perawat sesuai dengan kewenangan dan standar kompetensi, metode yang
klinisnya. mendukung dan memilih instrument dari
Dalam buku pedoman pelaksanaan setiap metode. Kedua yaitu merancang dan
asesmen dijelaskan bahwa ada yang mengembangkan perangkat asesmen
disebut dengan perangkat asesmen. berdasarkan standar dan prinsip asesmen.
Perangkat asesmen ini merupakan alat Ketiga yaitu meninjau serta menguji coba
bantu yang dapat berupa daftar periksa perangkat asesmen. Sehingga hal ini
35
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

menjadi data dasar bahwa tidak semua seseorang (Palan, 2007). Seorang asesor
jenis instrumen harus ada dan harus kompetensi harus mempunyai kualifikasi
digunakan. yang relevan dan kompeten dalam
melaksanakan atau menilai atau menguji
2. Asesmen berbasis kompetensi (BNSP, 2015).
Menurut partisipan, asesmen Menurut partisipan asesor kompetensi di
kompetensi di rumah sakit ini sesuai rumah sakit merupakan panitia khusus
dengan regulasi terbaru yang diatur dalam yang dibentuk untuk melaksanakan
Permenkes 40 tahun 2017 tentang asesmen kompetensi kepada perawat
pengembangan jenjang karir profesional dengan dipimpin oleh bidang keperawatan.
perawat klinis. Dalam aturan tersebut Hal ini sesuai dengan yang tercantum
menyatakan bahwa dalam kredensialing dalam Permenkes 40 tahun 2017 yang
perawat harus dilakukan asesmen berbasis menyatakan bahwa pengelolaan asesmen
kompetensi dengan tujuan meningkatkan kompetensi menjadi tanggung jawab
kemampuan perawat dalam memberikan kepala bidang keperawatan.
asuhan keperawatan, meningkatkan Menurut partisipan, pelaksanaan
kepuasan individu terhadap bidang kerja asesmen kompetensi sedikit terlambat dari
profesi yang di tekuni dan menempatkan waktu yang sudah direncanakan.
perawat pada jenjang yang sesuai Penyebabnya dikarenakan tidak ada
kompetensinya (Lembaran Negara perawat yang mengajukan untuk asesmen
Republik Indonesia, 2017). sesuai batas waktu yang di tentukan.
Pelaksanaan asesmen di rumah Sehingga langkah lain yang diambil yaitu
sakit ini dilakukan dengan tiga cara yaitu asesor menentukan dan menjadwalkan
tes lisan/wawancara, praktek dan logbook langsung untuk dilakukannya asesmen.
sebagai pembanding. Sedangkan menurut Sesuai dengan aturan yang berlaku, asesi
penelitian yang dilakukan oleh Herawati, atau perawatlah yang seharusnya
Hariyati, & Afifah (2017) menyatakan mengajukan untuk proses asesmen.
bahwa, pelaksanaan asesmen dilaksanakan Kemudian tahap selanjutnya ada asesmen
di salah satu rumah sakit dilakukan dengan madiri yang dilakukan oleh asesi dan pra
tiga cara yaitu tes tulis, wawancara dan konsultasi untuk merencanakan proses
psikotes. Pelaksanaan asesmen tersebut asesmen. Selanjutnya dilakukan asesmen
dilakukan enam bulan sekali bagi dan dapat dilakukan juga usulan banding
karyawan kontrak. Dan untuk peningkatan bila perlu. Yang terakhir yaitu keputusan
jenjang karirnya secara otomatis setelah hasil dan pemberian sertifikat kompetensi
mencapai 2-3 tahun masa kerja. bagi asesi yang kompeten (Lembaran
Pelaksanaan asesmen ini tergantung dari Negara Republik Indonesia, 2017).
jenis instrumen yang sudah dikembangkan Seperti yang diungkapkan oleh
oleh asesor. Sinambela (2016) dan dalam penelitian
Asesmen dilaksanakan oleh yang dilakukan oleh Noe, Hollenbeck,
seorang asesor kompetensi untuk Gerhart, & Wrigh (2011) dimana sama-
menentukan jenjang kompetensi kepada sama mejelaskan bahwa orang yang paling
36
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

bertanggung jawab dalam pengembangan implementasi penilaian kompetensi


karir sebagai salah satu upaya memungkinkan perawat untuk menambah
pengembangan kompetensi adalah pegawai kompetensi baru dan utnuk mencapai
itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu kompetensi ke jenjang yang lebih tinggi.
prinsip dasar dalam pengembangan karir. Sehingga dalam hal ini pemahaman yang
Maka dari itu, dalam pengembangan baik terhadap asesmen kompetensi dapat
keprofesionalan perawat harus dimotivasi meningkatkan pelaksanaan asuhan
agar selalu mengembangkan keperawatan dengan profesional. Hal ini
kompetensinya. menunjukan bahwa setiap rumah sakit
Menurut partisipan kendala seperti harus melaksanakan asesmen berbasis
ini dapat disebabkan karena kesadaran kompetensi bagi perawat klinis.
perawat yang kurang sehingga kurang
memahami pentingnya asesmen. Meskipun KESIMPULAN
sudah dilakukan sosialisasi jauh sebelum 1. Instrumen asesmen merupakan
dilaksanakannya asesmen. Asesmen dokumen penunjang yang paling
berbasis kompetensi di rumah sakit ini penting dalam pelaksanaan asesmen
sebenarnya bukan terbilang baru, Sembilan kompetensi. Ada empat macam
tahun yang lalu rumah sakit ini sudah instrument yang dapat digunakan,
menerapkan asesmen berbasis kompetensi namun disesuaikan dengan kebijakan
bahkan penjenjangannya sudah masuk asesor dan unit kompetensi yang akan
sistem penggajian. Namun untuk saat ini diuji. Tahapan dalam pengembangan
pelaksanaan asesmen kompetensi instrument yaitu menentukan
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan kebutuhan perangkat, merancang dan
menurut Permenkes No. 40 tahun 2017. mengembangkan perangkat dan ketiga
Asesmen berdasarkan kompetensi meninjau dan menguji coba instrumen.
penting untuk dilakukan oleh rumah sakit. 2. Asesmen kompetensi dilakukan oleh
Seperti menurut hasil penelitian yang seorang asesor dengan kualifikasi
dilakukan oleh Indriani (2018) yang tertentu dan kompeten untuk
menyatakan bahwa kompetensi yang mengasesmen. Pelaksanaan asesmen
dimiliki oleh perawat berpengaruh positif terlambat dikarenakan tidak ada
terhadap kinerja pelaksanaan asuhan perawat yang mengajukan asesmen,
keperawatan di rawat inap. Semakin baik sedangkan dalam aturan perawatlah
kompetensi yang dimiliki oleh perawat yang bertanggung jawab untuk
semakin baik kinerja dalam pelayanan pelaksanaan asesmen tersebut.
asuahan keperawatannya. Asesmen dilakukan beberapa tahap
Kemudian menurut hasil penelitian dengan cara pengajuan asesmen,
yang dilakukan oleh Sulistyawati,dkk asesmen mandiri, asesmen, usulan
(2016) menyatakan bahwa ada hubungan banding (bila perlu) dan keputusan
antara persepsi perawat tentang penilaian hasil serta pemberian sertifikat
kompetensi dengan pelaksanaan discharge kompetensi bagi asesi yang kompeten.
planning. Dimana dengan adanya
37
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

SARAN Technology and Public Health


Diharapkan perawat dapat terus Journal, Vol 2 No 1.
memanfaatkan asesmen berbasis
kompetensi di rumah sakit sebagai cara Hendryadi. 2017. Validitas Isi : Tahap
untuk peningkatan kompetensi dan karir. Awal Pengembangan Kuesioner.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan Jurnal Riset Manajemen dan
dapat meneliti dengan metode berbeda
Bisnis (JRMB), Vol 2 No 2: 169-
yaitu kuantitatif, untuk melihat berapa
persen pelaksanaan yang sesuai dengan 178.
standar yang berlaku.
Herawati, T. M., Hariyati, R. S., & Afifah,
DAFTAR PUSTAKA E. 2017. Pengembangan
BNSP. 2013. Pedoman Pelaksanaan Profesional Keperawatan
Asesmen Kompetensi Profesi. Berhubungan dengan Kemampuan
Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi Perawat dalam Mengatasi Nyeri.
Profesi Republik Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Vol. 20 No. 1 .
BNSP. 2015. Modul Merencanakan dan
Mengorganisasikan Asessmen. Indriani, I. 2018. Pengaruh kompetensi dan
Jakarta: Badan Nasional Sertifikasi beban kerja terhadap kinerja
Profesi. pelaksanaan asuhan keperawatan
pada bagian rawat inap rumah
Braun, V., & Clarke, V. 2006. Using sakit umum Dr. Slamet Garut.
Thematic Analysis in Psychology. Jurnal Wacana Ekonomi, Vol. 17,
Auckland: University of Auckland. No 2.

Diklat RSHJ. 2018, Juni 24. Pelatihan Jason. 2011. Asesmen Kompetensi
Asesor Keperawatan. Retrieved Perawat Meningkatkan Motivasi
from Rumah Sakit Haji Jakarta: Belajar. Retrieved from Nursing
https://rshaji- Informatics:
jakarta.com/diklat/detail/4- https://nursinginformatic.wordpres
pelatihan-asesor-keperawatan s.com/2011/08/13/asesmen-
kompetensi-perawat-
Fadholi, A. 2018. Rekomendasi meningkatkan-motivasi-belajar/
peningkatan kualifikasi dan
kompetensi perawat rumah sakit x Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
mojokerto melalui pendekatan Republik Indonesia. 2011.
human capital. Medical Kerangka Kualifikasi Nasional

38
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

Indonesia. Retrieved from untuk Meningkatkan Daya Saing


https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/KK Organisasi. . Jakarta: Salemba
NI/Kompetensi-LO.pdf Empat.

Kornela, F., Hariyanto, T., & Pusparahaju, Prastowo, A. 2011. Metode Penelitian
A. 2014. Pengembangan Model Kualitatif dalam Persfektif
Jenjang Karir Perawat Klinis di Rancangan Penelitian. Jogjakarta:
unit rawat inap rumah sakit. Jurnal Ar-Ruzz Media.
kedokteran brawijaya, Vol. 28/No.
1. Prayetni, D. 2016. Implementasi
Penjenjangan Karir Perawat
Lembaran Negara Republik Indonesia. Profesional Di Indonesia. Ciamis:
2017. Peraturan Menteri Materi Assesor Kompetensi.
Kesehatan No.40 Tahun 2017
tentang Pengembangan Jenjang Sinambela, P. P. 2016. Manajemen
Karir Profesional Perawat Klinis. SumberDaya Manusia
Kementerian Kesehatan. (Membangun Tim Kerja yang
Solid untuk Meningkatkan
Moleong, L. J. 2012. Motodologi Kinerja). Jakarta: Bumi Aksara.
Penelitian Kualitatif, edisi revisi.
Jakarta: Remaja Rosdakarya. Subbag RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
2017, Maret 27. RSJS Magelang
Nazeli, B., & Adisasmito, W. 2007. Sertifikasi Kembali 21 Asesor
Rancangan Pola Karir Perawat Kompetensi Keperawatan.
Klinik Di Rumah Sakit Tentara Retrieved from Seputar Pelayanan
Jakarta. Jurnal Keperawatan Kesehatan:
Indonesia, Volume 11, No 2. http://yankes.kemkes.go.id/read-
rsjs-magelang-sertifikasi-kembali-
Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., 21-asesor-kompetensi-
& Wrigh, P. M. 2011. Manajemen keperawatan-
Sumber Daya Manusia: Mencapai 1615.html#targetText=Asesmen%
Keunggulan Bersaing. Jakarta: 20kompetensi%20perawat%20adal
Salemba Empat. ah%20proses,yang%20dilakukan
Palan. 2007. Competency management : %20oleh%20seorang%20asesor.
Teknis Mengimplementasikan Sulistyawati, w. 2016. Hubungan
Manajemen Sumber Daya Implementasi Asesmen
Manusia Berbasis Kompetensi
39
Jurnal Keperawatan & Kebidanan
P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987
Volume 3 Nomor 2, November 2019, Hal. 38 – 46

Kompetensi dengan Pelaksanaan Suroso, J. 2011. Penataan Sistem Jenjang


Discharge Palnning. Jurnal Care, Karir Berdasarkan Kompetensi
Volume 4, No 3. untuk Meningkatkan Kepuasan
Kerja dan Kinerja Perawat di
Sumiyarrini, R., Rahayu, G. R., & Suhoyo, Rumah Sakit. Explanasi, Volume
Y. (2017). Rubrik Nursing Clinical 6 Nomor 2.
Exercise: Pengembangan
Instrumen Penilaian Kompetensi Widiati, E. 2018. Pelatihan Asesor
Klinis pada Pendidikan Klinik Kompetensi. Surabaya: News
Keperawatan. Jurnal Pendidikan UNAIR.
Kedokteran Indonesia, Vol.6 No.3.

40

Anda mungkin juga menyukai