Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70- 77, November 2018 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah


Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70 - 77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

PENGALAMAN PERAWAT TENTANG CARING BERBASIS


TEKNOLOGI PADA PASIEN KRITIS DI INTENSIVE CARE UNIT
Lina Anggraeni1, Suhartini Ismail2
1
Mahasiswa Departemen Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Dosen Divisi Keperawatan Dewasa, Sub Divisi Keperawatan Emergensi dan Kritis Departemen Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
linaanggraeni27@gmail.com

Abstrak
ICU merupakan suatu unit dengan pasien yang menerima perawatan intensif dan monitoring yang ketat.
Untuk itu, diperlukan perawat yang terlatih secara khusus dengan menggunakan teknik yang canggih dan
dapat memenuhi kebutuhan dasar dari pasien. Dengan membangun keseimbangan antara aspek perawatan
pasien dan teknologi, perawat akan dapat memberikan perawatan yang lebih efisien dengan kualitas yang
lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman perawat tentang caring berbasis
teknologi pada pasien kritis di intensive care unit. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif fenomenologi. Penelitian dilakukan di Himpunan Perawat Critical Care Jawa
Tengah. Partisipan penelitian sebanyak 10 perawat yang ditentukan dengan metode purpose sampling.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada partisipan selama 40-60 menit sesuai
dengan pedoman wawancara yang telah disusun sebelum penelitian. Data yang terkumpul dianalisa
menggunakan metode Colaizzi. Hasil penelitian menghasilkan tiga tema yaitu kompetensi penggunaan
teknologi menjadi bagian dari caring yang harus dimiliki perawat, keseimbangan perilaku caring dan
kompetensi teknologi perawat di ruang pelayanan kritis, serta maleficient dan beneficient. Perawat ICU
harus berperilaku caring yang ditunjukkan dengan memiliki kompetensi yang tinggi pada penggunaan
teknologi agar terciptanya perawatan yang lebih baik untuk pasien kritis.

Kata kunci: Caring berbasis teknologi, perawat ICU, pasien kritis, intensive care unit

Abstract
The nurses’ experiences of technology-based caring in critical patients in the intensive care unit.
Intensive Care Unit (ICU) is a unit in which patients receive intensive care and strict monitoring. For this
reason, nurses who are specifically trained to use sophisticated techniques and able to meet the basic
needs of patients are needed. By developing a balance between the aspects of patient care and
technology, nurses will be able to provide more efficient care with higher quality. This study aimed to
describe the nurses’ experiences of technology-based caring in critical patients in the intensive care unit.
This study was qualitative research with a descriptive phenomenological approach conducted at the
Critical Care Nurse Association of Central Java. The participants were ten nurses selected by using
purposive sampling technique. The data were collected through in-depth interviews with the participants
for 40-60 minutes based on the prepared interview guidelines. The collected data were analyzed using the
Colaizzi method. The results showed three themes that technological competence to be part of the caring
that nurses must have, the balance between nurses’ caring behaviors and technological competence in the
critical area, then, maleficient and beneficient. Nurses should behave caring which is shown by having
high competence using of technology to provide better care for critical patients.

Keywords: Caring based on technology, critical nurse, critical patient, intensive care unit

Pendahuluan Belanda menunjukkan bahwa terdapat


ICU adalah salah satu ruang atau unit setengah dari 67% perawat yang
di rumah sakit yang mana pasien menerima menanggapi, perawat menilai secara positif
perawatan intensive dan mendapatkan terhadap pengenalan teknologi baru dalam
monitoring yang ketat (Darmayanti & tiga tahun terakhir (Isabelle, 2011). Selain
Oktamianti, 2014). Unit perawatan intensif itu, teknologi dapat mempersulit pekerjaan
bertujuan untuk merawat pasien yang sakit perawat karena kurangnya pengetahuan
parah oleh perawat yang terlatih secara dan kompetensi untuk menafsirkan semua
khusus dengan menggunakan teknik yang data yang diterima dari teknologi mesin itu
canggih (Sabzevari & Mirzaei, et al., sendiri (Sabzevari & Mirzaei, et al., 2015).
2015). Survey kepada 685 perawat di
70
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70-77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Penelitian McGrath (2008) mengenai semua aspek kebutuhan pasien


melakukan wawancara kepada 10 perawat dan berusaha untuk mencapainya,
berpengalaman dari 2 unit perawatan kritis sementara pada saat yang bersamaan,
kardiotoraks di Irlandia dengan hasil menjadi kompeten dan ahli dalam bekerja
bahwa studinya memberikan pandangan dengan alat teknis tingkat lanjut
optimis/pesimis terhadap teknologi (Bagherian & Sabzevari, dkk., 2017).
keperawatan dan teknologi mendukung Berdasarkan latar belakang tersebut,
kehidupan pasien kritis sehingga dapat penelitian bertujuan mendeskripsikan
membawa pengalaman sangat dekat pengalaman perawat tentang caring
dengan pasien dan keluarga pasien. berbasis teknologi pada pasien kritis di
Perawat membutuhkan tingkat Intensive Care Unit.
keterampilan dan pengetahuan yang lebih
tinggi untuk penggunaan teknologi yang Metode
semakin maju, tingkat selanjutnya agar Desain penelitian ini adalah kualitatif
lebih fokus pada inti dasar caring (Adams, dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
2016). Hal tersebut dengan pertimbangan Teknik pengambilan sampel adalah
bahwa teknologi dapat melakukan banyak purposive sampling, dengan kriteria inklusi
hal untuk pasien seperti fisik dan fisiologis usia lebih dari 21 tahun, pernah bekerja
namun tidak termasuk emosional, spiritual pada area kritis selama minimal 2 tahun
dan psikologis seperti yang dibutuhkan atau lebih, pendidikan D3/S1/S2. Besar
(Adams, 2016). sampel adalah 10 orang partisipan yang
Penelitian Bagherian & Sabzevari tergabung dalam HIPERCCI (Himpunan
dkk (2017) di sebuah rumah sakit di Iran Perawat Critical Care Indonesia) Jawa
menunjukkan bahwa terdapat sampel 200 tengah. Data diambil berdasarkan pedoman
perawat perawatan kritis mengenai wawancara yang telah disusun peneliti,
pendapat tentang pengaruh teknologi menggunakan indepth interview semi
terhadap tindakan keperawatan caring terstruktur yang terdiri dari beberapa
menunjukkan sampel perawat tersebut pertanyaan terkait caring berbasis
memiliki pendapat positif mengenai teknologi. Validasi data menggunakan
pengaruh teknologi pada praktik perawat triangulasi teori. Data yang terkumpul
dengan anggapan bahwa teknologi dianalisis menggunakan metode Colaizzi.
memfasilitasi dan meningkatkan perawatan Pengambilan data dilakukan pada Mei
pasien, membantu perawat mengendalikan 2018. Penelitian dinyatakan laik etik oleh
lingkungan kerja mereka dan mengarah Komisi Etik Penelitian Kesehatan RSUD
pada promosi profesi keperawatan Dr Karyadi dengan nomor 292/EC/FK-
(Bagherian & Sabzevari, dkk., 2017). RSDK/V/2018.
Penelitian Bagherian & Sabzevari dkk
pada tahun 2017 dengan fenomenologi Hasil
hermeneutik di Rumah Sakit di Iran, Karakteristik Demografi Partisipan
terdapat penelitian mengenai pengalaman Sepuluh orang perawat ruang rawat
hidup perawat perawatan kritis dalam intensif telah berpartisipasi dalam penelitin
caring di lingkungan teknologi kepada 9 ini dengan rentang usia yaitu 25-56 tahun,
perawat ICU perawat dalam perilaku berpendidikan D3 dan S1, masa kerja lebih
caring di ICU sebagai proses holistik yang dari 2 tahun, jenis kelamin laki-laki 4
membutuhkan kewaspadaan perawat orang dan perempuan 6 orang.

71
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70 - 77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 1.
Karakteristik Demografi Partisipan
Inisial Usia Pendidik Masa kerja Pelatihan Jenjang karir
nama (tahun) an (tahun)
Ny.L 38 D3 10 BTCLS, ICU PK 3
Ny.N 56 S1 20 BTCLS, ICU PK 3
Ny.A 25 S1 2 BTCLS, ICU PK 1
Tn.W 37 S1 10 BTCLS, ICU, PK 3
Kardiologi Dasar,
ACLS
Ny.D 34 D3 10 BTCLS, ICU PK 2
Ny.W 53 S1 15 BTCLS, ICU PK 3
Ny.E 30 D3 7 BTCLS, ICU PK 2
Tn.P 38 S1 16 BTCLS, ICU PM
Tn.F 36 S1 6 BTCLS, ICU PK 3
Tn.A 40 S1 15 BTCLS, ICU, PK 3
Ventilator,
TPPK
Keterangan: ICU (Intensive Care Unit), BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support), TPPK (Tenaga
Pelatih Program Kesehatan), ACLS (Advanced Cardiac Life Support)

Kompetensi penggunaan teknologi memakai jurnal dalam mengatasi hal


menjadi bagian dari caring yang harus tersebut .”(P10)
dimiliki perawat
Kompetensi teknologi perawat “setiap konferen kita melakukan review
meliputi strategi meningkatkan kompetensi ulang mengenai pasien maupun
teknologi dan kompetensi penggunaan pengoperasian alat agar perawat tidak lupa
teknologi berdampak positif untuk pasien. dan dapat merefresh kembali ilmunya, kami
Partisipan mengungkapkan bahwa strategi juga bergabung diskusi dengan himpunan
dalam meningkatkan kompetensi dalam agar dapat mempelajari hal-hal yang masih
teknologi meliputi pelatihan ICU, trend”(P4)
pemanfaatan clinical research untuk
mengetahui dan memecahkan masalah “menurut saya ada kemauan untuk belajar,
kondisi pasien di ICU, terlibat aktif dalam memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
diskusi, untuk menambah pengetahuan sehingga menuntut kita untuk terus belajar
dengan sharing knowledge oleh perawat meningkatkan ilmu, jangan malu untuk
yang lebih berpengalaman dan senior, bilang tidak bisa, jangan malu untuk nanya,
adanya kemauan atau keinginan untuk jangan malu untuk belajar dari
terus belajar, membaca buku instruksi atau siapapun.”(P3)
panduan dari alat secara mandiri,
mengaplikasikan langsung penggunaan “menurut saya teknologi adalah alat yang
teknologi kepada pasien. dapat dipelajari secara manual melalui
buku manual yang menyertai alat tersebut
“perawat yang mengikuti pelatihan ICU seperti bagaimana caranya, tujuannya
memiliki skill yang berbeda dengan untuk apa sehingga kita dapat
perawat yang tidak mengikuti menyesuaikan dalam penggunaannya“(P2)
pelatihan”(P9)
“jika kita tidak memakaikan alat tersebut
“ketika di ICU membutuhkan pemecehan kepada pasien, kita tidak akan tahu
kasus dari pasien kami dapat mencari dan bagaimana perlakuan alat tersebut apalagi
72
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70-77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

jika dikaitkan dengan respon pasien maka “tidak ada gunanya paham teknologi tapi
kita harus mencobanya kepada pasien tidak peduli dengan kebutuhan atau
“(P2) tanggap dengan permasalahan pasien,
apabila perawat tidak memahami respon
Partisipan mengungkapkan bahwa pasien maka tidakakan matching“(P2)
perawat yang paham dalam teknologi dapat
menjadikan pasien dalam keadaan yang Perawat harus memenuhi kebutuhan
aman dan tidak membahayakan pasien, dasar pasien kritis secara holistic (bio-
serta dapat membuat kondisi pasien psiko-sosio-kul-spiritual).
menjadi lebih baik.
“pasien kritis memiliki gangguan fungsi
“ICU identik dengan penggunaan organ yang cukup signifikan yang
teknologi tingkat tinggi sehingga berpotensi mengancam jiwa sehingga
bagaimana cara kita memelihara saat alat secara fisik memang dominan
aman dipakai pasien... sebagai perawat membutuhkan pengelolaan untuk
harus tahu dalam pengoperasian alat, pemenuhan kebutuhannya serta masalah-
jangan sampai alat yang kita berikan masalah yang lain seperti psikis, spiritual
kepada pasien tidak aman pastikan alat dan yang lain yang perlu dikelola dan
tersebut safety untuk pasien.“(P1) diperhatikan“(P2)

“alat akan membantu kita bekerja Perubahan yang dialami pada


sehingga perawat praktis dalam bekerja perawat dalam meyeimbangkan perilaku
juga dapat membantu pasien dalam hal caring dan kompetensi teknologi yaitu
proses perawatan dan penyembuhan.“(P4) perawat menjadi lebih percaya diri
sehingga tindakan yang dilakukan perawat
Keseimbangan perilaku profesional jelas dan tepat kepada pasien.
perawat dengan kompetensi pada
teknologi di ruang pelayanan kritis “perubahan saat kita melakukan
Partisipan menjelaskan bahwa perawatan dan pasien menjadi lebih baik
teknologi sebagai bagian dari pendukung setelah kita melakukan perawatan, tentu
perilaku caring dalam perawatan pasien. ada penambahan percaya diri sehingga
Teknologi hanya sebagai menolong, akan menambah keinginan kita untuk terus
membantu, penunjang dan tambahan bukan belajar“(P10)
sebagai pengganti peran perawat.
Partisipan menyatakan bahwa dari
“Menurut saya teknologi hanya menolong, efek adanya high technology menjadikan
tapi kepedulian tetap nomer perawat timbul sifat malas dalam
satu...kompetensi teknologi hanyalah melakukan perawatan kepada pasien.
bagian dari kompetensi perawat, perawat
adalah memahami kebutuhan pasien yang “teknologi memang meringankan kerja
ditolong dengan kemampuan terkini yaitu perawat, namun efek negatifnya adalah
teknologi“(P2) malas yang akan menjadikan skill kita
tumpul“(P4)
Hasil yang muncul dari adanya
teknologi disesuaikan dengan respon klinis Namun, partisipan menyatakan
dari pasien, sehingga perawat harus bahwa adanya teknologi, sebagai perawat
mempertimbangan dan memahami respon harus meminimalkan ketergantungan yang
pasien yang menggunakan teknologi. muncul dari efek negatif teknologi
sehingga lebih fokus pada perawatan yang
baik kepada pasien.

73
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70 - 77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

“menurut saya, bergantung dengan mesin Partisipan menyatakan bahwa perlu


tidak akan baik karena kita akan terfokus adanya strategi dalam menanggulangi
hanya dengan teknologi sehingga seni hambatan yang muncul seperti
merawat kita akan hilang“(P9) meningkatkan pemahaman mengenai
trouble shooting, melakukan pemantauan
Maleficient dan Beneficient alat secara berkala,
Perawat dalam melakukan perilaku “perawat harus memahami trouble
caring dan kompetensi teknologi muncul shooting ketika ada alarm atau eror pada
beberapa hal yang menghambat atau alat, ada buku panduan untuk dapat
ketidaknyamanan perawat dalam caring membantu kita memahami trouble
berbasis teknologi sehingga dibutuhkan shooting, jika belum bisa teratasi secara
perawat yang dapat mengambil langkah mandiri maka segera mengkomunikasikan
positif untuk meminimalkan hambatan kepada teknisi.”(P2)
yang ada. Berdasarkan tema maleficient
dan beneficient, peneliti menentukan sub “Teknologi yang ada di ICU ada
tema yaitu alat dan sarana yang kurang pemantauan dan pengecekan alat oleh
lengkap untuk mendukung caring berbasis perawat, jika mengindikasikan eror maka
teknologi, persepsi keluarga pasien perawat harus segera memanggil petugas
terhadap penerapan teknologi, caring elektromedik agar segera tertangani
berbasis teknologi didasari oleh diri dengan benar dan dapat digunakan
perawat, dan kurang adanya dukungan kembali.”(P3)
teman sejawat.
“jika mood saya masih kurang bagus, saya
“terdapatnya factor alat yang tidak akan melibakan tim, karena biasanya
mendukunng dalam perwatan kepada dengan menciptakan suasana tim yang
pasien sehingga kami tidak dapat enak maka suasana kerja menjadi ringan
melakukan perwatan kepada pasian dan dan mood akan kembali baik.”(P3)
akhirnya kami harus merujuk pasien
“(P10) “...selain itu, kurang tidur dapat
mempengaruhi mood sehingga kita harus
“problematika muncul dalam membahas menjaga stamina, perbaiki jam tidur
kondisi pasien kepada keluarga, namun supaya istirahatnya cukup sehingga kerja
penerimaan keluarga terhadap kondisi pun juga bagus.”(P5)
pasien kritis dinamis sekali beda-beda
sehingga kami perlu memberikan edukasi
yang lebih“(P2) Pembahasan
Pengalaman Perawat tentang Caring
“Manusia memiliki mood masing-masing Berbasis Teknologi pada Pasien Kritis di
dan menjaga mood itu susah dan sebagai Intensive Care Unit
perawat ICU memiliki pressure yang tinggi Kompetensi teknologi merupakan
sehingga sewaktu-waktu dapat aspek penting yang dapat mempengaruhi
menurunkan mood apabila mood sudah perawat dalam memberikan perawatan
tidak baik mau melakukan apapun akan kepada pasien kritis. Peningkatan
malas“(P3) kompetensi teknologi dapat didukung
dengan mengikuti training karena
“muncul komentar kurang mengenakan pelatihan mampu memperbaiki dan
dari teman saya terkait dengan perawatan meningkatkan skill perawat dalam
yang saya lakukan kepada pasien”(P7) perawatan kepada pasien kritis, hal ini
sesuai dengan penelitian Samaher (2011)
yang menjelaskan bahwa perawat yang
terlatih dalam penggunaan perangkat
74
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70-77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

teknologi memiliki pengalaman dan yang mana perawat memiliki kewajiban


persepsi yang jauh lebih positif dari dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien
pengaruh teknologi pada perawatan klien. kritis yang harus diperhatikan sehingga
Perawat yang melakukan strategi untuk dapat tercukupi dengan baik, hal ini sesuai
meningkatkan kompetensi penggunaan dengan penelitian Samaher pada tahun
pada teknologi dapat berdampak positif 2011 menyatakan perawat percaya bahwa
pada pasien yang mempengaruhi untuk menjadi perawat yang peduli dalam
kenyamanan dan kondisi pasien menjadi lingkungan teknologi, perawat harus
lebih membaik. Hal ini didukung pendapat terbuka mengenai kebutuhan bio-psiko-
Locsin (2007) yang menjelaskan bahwa sosial dan spiritual pasien. Terpenuhinya
melalui penggunaan kompetensi yang kebutuhan dasar pasien yang didukung
kompeten dapat meningkatkan dengan kompetensi teknologi dan perilaku
kemampuan perawat dalam hal untuk caring perawat, muncul perubahan yang
mengetahui, merawat, dan dapat dialami perawat dalam menyeimbangkan
menghadirkan diri kepada pasien. perilaku caring dan teknologi dimana
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat menjadi lebih percaya diri dalam
partisipan menganggap penggunaan melakukan tindakan perawatan kepada
teknologi merupakan bagian yang dapat pasien kritis. Perawat yang menggunakan
menunjang perilaku caring perawat teknologi dengan baik mampu
terhadap pasien, hal ini sesuai dengan meningkatkan kepercayaan dirinya dan
penelitian McGrath tahun 2008 meningkatkan kompetensinya dalam
menjelaskan bahwa teknologi dianggap memenuhi kebutuhaan perawatan pasien
sebagai fasilitator praktik. Penelitian (Greger, 2012).
lainnya dari Bagherian & Sabzevari dkk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tahun 2017 menyatakan bahwa kehadiran partisipan lebih memilih untuk
teknologi tidak mengurangi pentingnya meminimalkan efek negatif penggunaan
perawatan. Pada penelitian ini, persepsi teknologi dimana pendapat tersebut
perawat bahwa teknologi dibutuhkan mengartikan bahwa perawat tidak harus
sebagai tambahan dalam proses mengandalkan mesin dan teknologi dalam
keperawatan yang mana perawat perawatan pasien, hal ini sesuai dengan
mempersepsikan positif adanya teknologi, penelitian Bagherian & Sabzevari dkk pada
hal ini sesuai dengan penelitian Bagherian tahun 2017 menyatakan jika data yang
& Sabzevari dkk tahun 2017 bahwa salah disediakan oleh peralatan teknologi
satu faktor pengaruh teknologi pada asuhan membutuhkan interpretasi akurat oleh
keperawatan dan caring perawat kritis perawat karena perawatan yang berkualitas
yaitu sikap dan persepsi perawat yang juga melengkapi teknologi, memfasilitasi proses
dapat mempengaruhi pendapat terhadap pemulihan pasien yang bergantung pada
teknologi dalam keperawatan. Partisipan teknologi, hal sebaliknya juga terjadi,
menyatakan bahwa perlu mengedepankan karena kelalaian dalam perawatan atau
klinis pasien, hal ini sesuai dengan ketergantungan sepenuhnya pada teknologi
penelitian Bagherian & Sabzevari dkk pada membuat teknologi menjadi tidak berguna.
tahun 2017 menyatakan perawat harus Perawat dalam menerapkan caring
memperhatikan semua hal lainnya seperti berbasis teknologi pada perawatan pasien
penampilan pasien jika pasien telah kritis mengalami halangan atau
membiru di wajah atau tidak dan kondisi ketidaknyamanan yang terdiri dari alat dan
klinis pasien yang merupakan sarana yang kurang lengkap untuk
pemverifikasi utama keakuratan data yang mendukung caring berbasis teknologi,
diterima dari peralatan teknologi. persepsi keluarga pasien terhadap
Respon pasien termasuk dalam aspek penerapan teknologi, caring berbasis
yang dapat dilihat secara fisik pada pasien teknologi didasari oleh diri perawat, dan

75
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70 - 77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

kurang adanya dukungan teman sejawat. meningkatkan pengetahuan, kemampuan


Perawat dalam penerapan caring berbasis dan melatih kompetensi teknologi dengan
teknologi memiliki adanya perubahan tetap meyeimbangkan perilaku caring guna
emosional atau mood dan latar belakang memahami pasien dan melakukan
sebelum masuk kerja sehingga dapat perawatan kepada pasien kritis dengan baik
mempengaruhi perawat dalam melakukan
perawatan kepada pasien. Faktor yang Daftar Pustaka
berhubungan dengan caring perawat Sabzevari S, Mirzaei T, Bagherian B,
kepada pasien salah satunya yaitu faktor Iranpour M. Critical Care Nurses’
personal yang mengacu pada pribadi Attitudes about Influences of
perawat itu sendiri seperti lama Technology on Nursing Care. Br J
pengalaman kerja, pelatihan, kesadaran diri Med Med Res. 2015;9(8):1–10.
dan distress (Kusumarini, 2016). Selain itu,
adanya perbedaan pola pikir dan cara kerja Barnard A, Locsin R. Technology and
dari teman sejawat memunculkan Nursing: practice, concepts, and
tanggapan negatif seperti opini teman issues. New York: Palgrave
dengan komentar yang tidak enak, sesuai Macmillan; 2007.
dengan penelitian Bagherian & Sabzevari
dkk pada tahun 2017 menyatakan beberapa Isabelle Szmigin GF. Successful
peserta melaporkan ketakutan diejek oleh implementation of new technologies
teman sebaya sebagai halangan untuk in nursing care: a questionnaire
menyediakan layanan perawatan termasuk survey of nurse-users. BMC Med
berbicara kepada pasien yang tidak sadar, Inform Decis Mak. 2011;11(1):1–12.
menjelaskan kondisi mereka kepada
mereka, dan menyentuh mereka. Maka McGrath M. The challenges of caring in a
faktor lingkungan tempat kerja berperan technological environment: Critical
penting dalam memberikan perawatan care nurses’ experiences. J Clin
yang berkualitas (Kusumarini, 2016). Nurs. 2008;17(8):1096–104.
Perawat harus memiliki strategi
dalam menanggulangi halangan atau Bagherian B, Sabzevari S, Mirzaei T,
ketidaknyamanan saat melakukan caring Ravari A. Effects of technology on
berbasis tekologi seperti peningkatan nursing care and caring attributes of
pemahaman perawat mengenai trouble a sample of Iranian critical care
shooting dan pemantauan alat secara nurses. Intensive Crit Care Nurs.
berkala, perawat dapat memperbaiki 2017;39:18–27.
suasana hati atau mood dengan bergabung
bersama teman sejawat dan menciptakan Price AM. Caring and technology in an
suasana yang nyaman, perawat intensive care unit: An ethnographic
mengibaratkan terjadinya konflik internal study. Nurs Crit Care.
sebagai cara pendewasaan diri, serta 2013;18(6):278–88.
perawat harus menjaga stamina dengan
memperbaiki pola tidur sehingga perawat Bagherian B, Sabzevari S, Mirzaei T,
dapat melakukan perawatan yang baik Ravary A. Meaning of Caring from
kepada pasien. Critical Care Nurses’ Perspective: A
Phenomenological Study. iMedPub
Simpulan dan Saran Journals J Intensive Crit Care.
Penelitian ini didapatkan bahwa 2017;3(3):1–9.
kompetensi perawat sangat penting untuk
menunjang perawatan dan kesembuhan Korhonen ES, Nordman T, Eriksson K.
pasien kritis. Sebaiknya perawat selalu Technology and its ethics in nursing

76
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 2, Hal 70-77, November 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

and caring journals: An integrative


literature review. Nurs Ethics.
2015;22(5):561–76.

Greger J. Master of Arts in Nursing


Theses Facilitating Caring Behaviors
in Technology- Dependent Nursing
Practice Through the use of
Simulation Training and Confluent
Education Strategies. 2012

Locsin RC. Machine Technologies and


Caring in Nursing. Image J Nurs
Scholarsh. 1995;27(3):201–3.

Kusumarini E. Faktor-faktor yang


mempengaruhi perilaku caring
perawat di ruang sulaiman 3-4 RS
Roemani Muhammadiyah Semarang.
2016

Samaher A. Laila NTMAMMAM.


Nurses’ Perception Regarding the
Use of Technological Equipment in
the Critical Care Units.
2011;7(10):42–4.

AACN. Competencies and Curricular


Expectations for Clinical Nurse
Leader Education and Practice. 2013

Shosha G. Employment of Colaizzi’S


Strategy in Descriptive
Phenomenology: a Reflection of a
Researcher. Eur Sci J.
2012;8(27):31–43.

77

Anda mungkin juga menyukai