Anda di halaman 1dari 43

LAPORAH KEGIATAN PRAKTIK PROFESI STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT LANTAI 2 RS. PERTAMINA JAYA JAKARTA

“KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN SPO PENCEGAHAN PASIEN


RISIKO JATUH DI RUANG PERAWATAN Lt 2 RSPJ”

Periode Praktik : 10 – 21 JULI 2023

Di Susun Oleh : Kelompok A RSPJ-HARKIT

Amelia Tahun 21231004


Bambang Rudiansyah 21231002
Dian Andriyanti 21231017
Hasan Al bana 21231129
Heti Rohayati 21231026
Rina Susanti 21231142 PROGRAM PROFESI NERS
Fahriah DJ 21231037
Masrivai 21231075 SEKOLAH

TINGGI ILMU

KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit pemenuhan kebutuhan
dan tuntutan dari pemakai jasa pelayanan (pasien) yang mengharapkan penyembuhan dan pemulihan
yang berkualitas dan penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman dan aman. Era global seperti saat ini
tuntutan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan standar
internasional sudah didepan mata.

Pelayanan tidak lagi hanya berfokus pada kepuasan pasien tetapi lebih penting lagi adalah keselamatan
pasien (patient safety). Harapan pelayanan profesional yang bermutu tinggi yang berfokus pada
keselamatan (safety) dan kepuasan pasien dapat terlaksana. Keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit..

Rumah Sakit yang memperoleh suatu akreditasi internasional, harus menerapkan beberapa syarat yang
ditetapkan untuk keselamatan pasien yaitu Six Goal Pasient safety atau Enam Sasaran Keselamatan
Pasien, meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi-tepat prosedur-tepat pasien post operasi,
pengurangan resiko infeksi, dan pengurangan resiko pasien jatuh untuk gerakkan keselamatan pasien .
Intervensi pencegahan pasien jatuh antara lain penilaian MFS, memasang gelang identifikasi pasien
resiko jatuh berwarna kuning pada pergelangan pasien, tanda pencegahan jatuh (label segitiga
kuning/merah) dipapan tempat tidur, menuliskan di whiteboard pada nurse station, mengatur tinggi
rendahnya tempat tidur sesuai dengan prosedur pencegahan pasien jatuh, memastikan pagar pengaman
tempat tidur dalam keadaan terpasang, pada pasien gelisah menggunakan restrain.

Berdasarkan data yang didapat dari team patient safety RS Pertamina jaya, tahun 2021 dan 2022 tidak
ada insiden pasien jatuh, baru di bulan juni 2023 terjadi 1 insiden pasien jatuh. Dampak dari pasien
jatuh, Rumah Sakit Pertamina jaya banyak dirugikan contohnya mengeluarkan uang untuk
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, hari rawat menjadi panjang, dan tidak ada kepercayaan pasien
terhadap pelayanan Rumah Sakit. Harapan Rumah Sakit Pertamina Jaya terhadap pasien jatuh adalah
nol/zero.
Berdasarkan studi pendahuluan, peneliti melakukan observasi terhadap 5 orang perawat dalam
menerima 5 pasien baru di Ruang rawat lantai 2 pada tanggal 21 Juli sampai tanggal 25 Juli 2023.
Semua pasien yang diterima dilakukan pengkajian resiko jatuh pada tahap assesment awal pasien baru.

Dalam pengkajian 5 pasien baru ditemukan 4 orang pasien dengan resiko jatuh. Semua pasien dengan
resiko jatuh dipasang kancing kuning, didapatkan 2 pasien resiko jatuh diberikan tanda segitiga kuning
didalam dan luar kamar pasien dan ditemukan 2 pasien yang resiko jatuh tetapi tidak diberikan tanda
segitiga kuning penanda pasien resiko jatuh. Setiap pasien yang beresiko tinggi jatuh harus ditemani
keluarga akan tetapi ditenukan 1 pasien yang tidak ditemani keluarga saat dalam perawatan. Seharusnya
penempatan kamar pasien dengan resiko tinggi paling tinggi ditempatkan didekat ruangan nurse station
akan tetapi penempatan ruangan kadang-kadang tidak sesuai dengan prioritas. Semua pasien yang resiko
jatuh harus dipasang badplang ditempat tidur, akan tetapi didapatkan 1 orang pasien dengan resiko
tinggi jatuh tidak dipasangkan badplang. Assesment ulang resiko jatuh dilakukan berkala sesuai
perubahan kondisi pasien dan maksimal dilakukan setiap hari, hasil observasi terhadap file pasien ada 2
dari 5 file sample yang diambil acak yang tidak dilakukan assesment ulang pasien resiko jatuh.

Berdasarkan hasil observasi studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap tingkat kepatuhan hand
hygine di Ruang rawat lantai 2 pada tanggal 21 Juli sampai tanggal 25 Juli 2023, terhadap 5 orang
perawat, 5 orang cleaner dan 5 orang penyaji ketika melakukan pelayanan asuhan terhadap pasien
ditemukan, 1 dari 4 perawat yang tidak melakukan Hand hygiene ketika meninggalkan ruangan kamar
pasien, ditemukan 3 orang cleaner yang tidak melakukan hand hygiene ketika keluar masuk menggambil
sampah didalam ruangan pasien dan ditemukan 1 orang penyaji tidak melakukan hand hygiene ketika
meninggalkan ruangan kamar pasien. Ketika diwawancara alasan mereka tidak melakukan five moment
hand hygiene yang sesuai adalah dikarenakan lupa.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap kepatuhan pasien resiko jatuh dan tingkat
kepatuhan pelaksanaan hand hygiene maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “
kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pencegahan pasien risiko jatuh di ruang perawatan lantai 2
rspj”
A. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien di ruang Perawatan
lantai 2 RS Pertamina jaya jakarta
2. Tujuan Khusus
Secara Individu/kelompok mahasiswa dapat menunjukan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang ada di Ruang Perawatan lantai 2 RS.
Pertamina Jaya Jakarta
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah yang ada di Ruag Ruang Perawatan
lantai 2 RS. Pertamina Jaya Jakarta melalui Lokakarya Mini
c. Melakukan implementasi alternatif pemecahan masalah yang ada di Ruang Ruang
Perawatan lantai 2 RS. Pertamina Jaya jakarta
d. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan alternatif penyelesaian
masalah yang telah dilaksanakan di Ruang Ruang Perawatan lantai 2 RS. Pertamina
Jaya jakarta

B. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan dalam peningkatan dan perkembangan fasilitas dan pelayanan sarana
dan prasarana dari segala aspek besar maupun kecil
2. Bagi Ruang perawatan
Sebagai masukan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan seehingga tercapai
tingkat kepuasan pasien dan keluarga serta terjalinnya hubungan yang baik antar sesame
pemberi asuhan
3. Bagi Mahasiswa
Tercapainya pengalaman menjalankan manajemen keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi Managemen Keperawatan
Menurut Gilies tahun 1985 dan Agus Kuntoro 2010, menyatakan manajemen keperawatan secara
singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui Upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada
pasien/keluarga serta masyarakat.

Menurut Cecep tahun 2013, menyatakan manajemen keperawatan secara singkat diartikan
sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga serta
masyarakat. Manajemen keperawatan suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-
sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.

2. Prinsip Manajemen Keperawatan


Swanburg (2000) menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:
a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat
Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan sosial
Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
e. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial, disiplin, dan
bidang studi
f. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan lembaga
dimana organisasi itu berfungsi
g. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
h. Manajemen keperwatan mengarahkan dari pemimpin
i. Manajemen keperawatan memotivasi
j. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
k. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.

3. Fungsi Manajemen Keperawatan


a. Fungsi perencanaan kegiatan keperawatan diruang rawat inap Perencanaan merupakan
suatu fungsi manajer yang mencakup pemulihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana
menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya
tujuan organisasi (Wijayanti, 2012). Menjalankan fungsi perencanaan dalam praktik
keperawatan merupakan fokus dari manajemen keperawatan, perencanaan yang baik akan
menghasilkan produk pelayanan keperawatan yang baik pula. Perencanaan merupakan
komponen yang penting, pada titik ini dapat merancang kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi, sehingga dapat menetapkan antisipasi melalui mekanisme kerja yang
profesional (Winarti et al, 2012).
b. Fungsi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat inap Perorganisasian merupakan
suatu fungsi manajemen yang dipandang sebagai alat yang dipakai oleh orang-orang atau
anggota organisasi untuk mencapai tujuan bersama secara efektif (Wijayanti, 2012).
c. Fungsi pengarahan keperawatan di ruang rawat inap Salah satu fungsi kepala ruangan
berdasarkan proses manajemen yang berkaitan dengan prosedur keperawatan menurut
Marquis dan Huston (2016) adalah pengarahan yang mencakup tanggung jawab dalam
mengelola sumber daya manusia seperti motivasi, komunikasi, pendelegasian, dan
manajemen konflik.
1) Motivasi Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan
pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berprilaku (Nursalam, 2016).
Pemimpin/manajer harus menciptakan lingkungan kerja yang dapat memenuhi, baik
kebutuhan organisasi maupun individu. Ketegangan yang memadai harus diciptakan
untuk mempertahankan produktivitas sekaligus mendorong kepuasan kerja pegawai
(Marquis & Huston, 2016).
2) Komunikasi Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Komunikasi suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan
pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerjasama
(Nursalam, 2016). Dalam organisasi pelayanan keperawatan ada beberapa bentuk
kegiatan pengarahan yang didalamnya terdapat komunikasi, Asmuji (2012) antar lain
sebagai berikut: Operan/Timbang Terima Operan merupakan suatu kegiatan
komunikasi yang bertujuan mengoperasikan asuhan keperawatan kepada shift
berikutnya. Kegiatan operan ini dipimpin oleh manajer ruangan (kepala ruang) atau
penanggung jawab shift jika tidak ada kepala ruang. Pemimpin operan bertugas dalam
mengatur kegiatan operan, sekaligus juga memberikan pengutan-pengutan yang
bertujuan untuk menggerakkan perawat bawahannya.
a) Pre Conference Pre-conference adalah komunikasi ketua tim/penanggung jawab
shift dengan perawat pelaksana setelah selesai operan. Kegiatan ini dilakukan pada
masing-masing tim. Kegiatan pre- conference dipimpin oleh ketua tim/penanggung
jawab shift memberikan arahan (pembagian penanggung jawab masing-masing
pasien, menanyakan rencana harian, dan lain-lain) kepada perawat pelaksana
sebelum terjun ke pasien.
b) Post Conference Post-conference adalah komunikasi ketua tim atau penanggung
jawab shift dengan perawat pelaksana sebelum timbang terima atau
operan/mengakhiri dinas dilakukan, kegiatan ini juga dilakukan pada masing-
masing tim. Isi komunikasi dalam kegiatan ini membahas segala hal yang telah
dilaksanakan dalam asuhan keperawatan kepada pasien, apa saja yang belum
dilaksanakan dan perlu disampaikan kepada shift berikutnya, apa saja yang perlu
dilaporkan terkait dengan kondisi pasien, kendala-kendala yang dialami selama
memberikan asuhan keperawatan, dan lain-lain.
c) Pendelegasian Delegasi adalah pemberian otorisasi atau kekuasaan formal dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada orang lain.
Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan agar organisasi dapat
berfungsi secara efisien karena tak ada atasan yang dapat mengawasi pribadi setiap
tugastugas organisasi (Winarti et al., 2012).
d. Fungsi pengawasan keperawatan di ruang rawat inap Fungsi pengawasan adalah penemuan
dan penerapan cara dan pelaran untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah manajemen yang di tujukan untuk mengamati dan memonitor secara
berkelanjutan yang penting, adalah apakah sesuai dengan rencana atau tujuan untuk
mengadakan pembenaran terhadap hasil yang menyimpang dari rencana (Winarti et al.,
2012).

B. Konsep Keselamatan Pasien ( Patien Safety)


1. Pengertian Hand Hygiene
Hand hygiene merupakan istilah umum yang biasa digunakan untuk menyatakan kegiatan yang
terkait membersihkan tangan (WHO, 2015). Salah satu cara untukmencegah kontaminasi
silang dari mikrorganisme sehingga dapat menurunkan dan mencegah insiden kejadian infeksi
nosokomial yaitu hand hygiene, baik itu melakukan proses cuci tangan atau disinfeksi tangan
merupakan salah satu cara terpenting dalam rangka pengontrolan infeksi agar dapat mencegah
infeksi nosokomial yaitu dengan cara melaksanakan hand hyigiene, baik melakukan cuci
tangan dengan handrub ataupun cuci tangan pakai sabun (Monica P, 2016)
2. Tujuan Hand Hygiene
Tujuan Hand Hygiene dilakukan secara rutin dalam perawatan pasien ialah untuk
menghilangkan kotoran dan bahan organik serta kontaminasi mikroba dari kontak dengan
pasien atau lingkungan (WHO, 2016). Kebersihan tangan tenaga kesehatan sangat membantu
pencegahan penularan kuman berbahaya dan mencegah infeksi
terkait perawatan kesehatan. Hal ini dikarenkan tangan adalah jalur utama penularan kuman
selama perawatan pasien (Pratama, 2017).
3. Lima Moment Hand Hygiene
WHO (2009), menetapkan indikasi five moment hand hygiene yang dimaksud meliputi
(Noorbaya, 2019) :
a. Sebelum menyentuh pasien
Hand hygiene yang dilakukan sebelum menyentuh pasien bertujuan untuk melindungi
pasien dengan melawan mikroorganisme, dan di beberapa kasus melawan infeksi dari
luar, oleh kuman berbahaya yang berada di tangan. Contoh tindakan dari indikasi ini yaitu
(Noorbaya, 2019):
1) Sebelum berjabat tangan dengan pasien
2) Sebelum membantu pasien melakukan personal hygiene
3) Sebelum membantu pasien melakukan perawatan dan tindakan non-invasif
lainnya: pemasangan masker oksigen dan melakukan masase.
4) Sebelum melakukan pemerikasaan fisik non-invasif : memerikasa nadi,
memerikasa tekanan darah, auskultasi dada, dan merekam ECG.
b. Sebelum melakukan prosedur bersih/aseptik
Hand hygiene yang dilakukan sebelum melakukan prosedur bersih/aseptic bertujuan
untuk melindungi pasien dengan melawan infeksi kuman berbahaya, termasuk kuman
yang berada didalam tubuh pasien. contoh tindakan indikasi ini adalah :

1) Sebelum menyikat gigi pasien, memberikan obat tetes mata , pemerikasaan vagina
atau rektal, memerikasa mulut, hidung, telinga dengan atau tanpa instrumen,
memasukkan suppositori, dan melakukan suction mucus.
2) Sebelum membalut luka dengan atau tanpa instrument, pemberian salep pada kulit,
dan melakukan injeksi perkutan.
3) Sebelum memasukkan alat medis invasif (nasal kanul, Nasogastric Tube (NGT),
Endotracheal Tube (ETT), periksa urin, kateter, dan drainase, melepas/membuka
selang peralatan medis (untuk makan, pengobatan, pengaliran, penyedotan, dan
pemantauan).
4) Sebelum mempersilahkan makanan, pengobatan, dan peralatan steril

c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien


Hand hygiene yang dilakukan setelah kontak dengan cairan tubuh pasien bertujuan
untuk melindungan petugas kesehatan dari infeksi oleh kuman berbahaya dari tubuh
pasien dan mencegah penyebaran kuman di lingkungan perawatan pasien. salah satu
tindakan indikasinya adalah:
1) Ketika kontak dengan membran mukosa atau dengan kulit yang tidak utuh.
2) Setelah melakukan injeksi: setelah pemasangan dan pelepasan alat medis invasive
(akses ke pembuluh darah, kateteran, selang, dan drainase); setelah melepas dan
membuka selang yang terpasang dalam tubuh.
3) Setelah melepaskan peralatan medis invasive
4) Setelah melepas alat perlindungan
5) Setelah menangani sampel yang mengandung bahan organik, setelah
membersihkan ekskresi dan cairan tubuh lainnya, setelah membersihkan benda
atau peralatan yang terkontaminasi.
d. Setelah menyetuh pasien
Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh pasien bertujuan untuk melindungi
petugas kesehatan dari kuman yang berada di tubuh pasien dan melindungi lingkungan
perawatan pasien dan penyebaran kuman.
1) Setelah berjabatan tangan
2) Setelah membantu pasien melalukan personal hygiene
3) Setelah melakukan pemerikasaan fisik non-invasif
4) Setelah melakukan pemeriksaan fisik non-invasif
e. Setelah menyentuh lingkungan pasien
Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh lingkungan pasien termasuk
menyentuh peralatan di sekitar pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan
dari kuman yang berada pada tubuh pasien yang kemungkinan juga berada disekitar
lingkungan maupun benda-benda di sekitar pasien. Contoh tindakan :
1) Setelah kontak fisik dengan lingkungan pasien, misalnya : mengganti sprei,
memegang rel tempat tidur, maupun memberaskan benda-benda yang berada di
sekitar pasien.
2) Setelah melakukan aktivitas perawatan, misalnya : membetulkan alarm infus
pump maupun syringe pump, membetulkan alrm monitor

C. Konsep Keselamatan Pasien ( Patien Safety)


1. Pengertian patient safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau
menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI,2006).

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko.Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

2. Tujuan patient safety


a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
c. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:


1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanandari
pengobatan resikotinggi)
4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh)
3. Urgensi Patient Safety
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien
segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga tidak dapat ditoleransi bila
dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya
risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga
keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program keselamatan pasien
tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya
urusan hukum, menurunkan efisisiensi, dll.
Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient safety;
4. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a. keselamatan pasien;
b. keselamatan pekerja(nakes);
c. keselamatan fasilitas (bangunan,peralatan);
d. keselamatan lingkungan;
e. keselamatan bisnis.
5. Elemen Patient safety
Salah satunya adalah insiden pasien Falls (terjatuh)

6. Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Human problems (masalah manusia)
c. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alurkerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak
memadai)
7. Istilah Dalam Patient Safety
a. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dar insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
b. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadianyang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial
Cedera.
c. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
d. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar kepasien.
e. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
f. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
g. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
h. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden
adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden.
8. Langkah-langkah Penatalaksanaan Patient Safety
Mengacu kepada standar keselamatan pasien pada Lampiran I, maka rumah sakit harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut
harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”. Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien menciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
1) Bagi Rumah Sakit:
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staf, pasien dan keluarga.
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
b) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
c) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
2) Bagi Unit/Tim:
a) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
b) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah
sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
b. Memimpin dan mendukung staf membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien dirumah sakit.
Langkah penerapan:
1) Untuk RumahSakit:
a) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
b) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan
untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
c) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
d) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah
sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Gerakan KeselamatanPasien
b) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan KeselamatanPasien
c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
c. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas dan
asesmen hal yang potensial bermasalah
Langkah penerapan:

1) Untuk RumahSakit:
a) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;
b) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
yang dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumahsakit;
c) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.

2) Untuk Unit/Tim:
a) Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu -isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen
yangterkait;
b) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit;
c) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut;
d) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
d. Mengembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Langkah penerapan:

1) Untuk Rumah Sakit:


Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden kedalam maupun ke luar,
yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2) Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktifmelaporkan setiap
insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
Langkah penerapan:

1) Untuk RumahSakit:
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan
cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan
para pasien dan keluarganya.
b) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan
jelas bilamana terjadi insiden.
c) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bila mana terjadi
insiden,dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar
secara tepat
c) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien
dan keluarganya.
f. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:

1) Untuk RumahSakit:
a) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
b) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan
Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden
yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes
and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risikotinggi.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
b) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
g. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:

1) Untuk RumahSakit
a) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan,asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi setempat.
b) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses),penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
c) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yangdirencanakan.
d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
e) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
2) Untuk Unit/Tim :
a) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b) Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
c) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh
harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut
tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis
dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda
lainnya.

B. Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


1. Standar SKP VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera
karena jatuh.

2. Maksud dan Tujuan Sasaran VI


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam
konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya,
rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.

3. Elemen Penilaian Sasaran VI


a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan
b. melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, danlain-lain.
c. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisikojatuh.
d. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh dan dampak dari kejadian tidakdiharapkan.
e. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit

C. Kriteria Monitoring Dan Evaluasi Patient Safety


Kriteria Monitoring dan Evaluasi Patient Safety Kementerian Kesehatan telah menetapkan
beberapa kriteria monitoring dan evaluasi di layanan kesehatan.

1. Di Rumah Sakit
a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter, Anggota : dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden
c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.
d. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan
hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang
baru dikembangkan.

D. Peran Perawat Dalam Patient Safety


1. Penerapan patient safety di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh peran perawat. Hal ini
karena perawat merupakan komunitas terbesar di rumah sakit dan perawat adalah orang yang
paling dekat dengan pasien. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP
yang ditetapkan.
b. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan.
c. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan.
d. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
e. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya.Peka,proaktif dan
melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan.
f. Mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dan keluarga.
2. Manfaat penerapan sistim keselamatan pasien antara lain:
a. Budaya safety meningkat dan berkembang
b. Komunikasi dengan pasienberkembang
c. Kejadian tidak diharapkan menurun. Peta KTD selalu ada dan terkini,
d. Resiko klinis menurun,
e. Keluhan dan litigasi berkurang,
f. Mutu pelayanan meningkat,
g. Citra rumah sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat.
3. Kewajiban perawat secara umum terhadap keselamatan pasien adalah
a. Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan mematuhi standar.
b. Melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan kompetensi. Menjalin hubungan empati
dengan pasien.
c. Mendokumentasikan secara lengkap asuhan. Teliti, obyektif dalam kegiatan. Mengikuti
peraturan dan kebijakan institusi. Peka terhadap terjadinya cedera.
BAB III
ANALISA SITUASI
A. Analisa Situasi Ruangan
1. Struktur Organisasi

Ruang perawatan 1 depan dan belakang adalah ruang rawat inap yang dikhususkan untuk
merawat pasien anak-anak dan dewasa dengan jaminan non BPJS dan BPJS baik dengan
kasus bedah maupun penyakit dalam. Total kapasitas ruang rawat 1 depan dan belakang
sebanyak 42 Tembat tidur yang terbagi menjadi 3 tempat tidur untuk ruang perawatan
anak, 3 tempat tidur untuk rawat gabung. 17 kamar untuk kelas 1, 4 kamar untuk kelas 2,
4 kamar untuk kelas 3, 4 kamar untuk VIP .Ruangan ini berada dibawah Instalasi Ranap
lantai 2. Ruang rawat 1 depan dan belakang di bawahi oleh Supervisor Inpatient . Setiap ruangan
memiliki 2 Ketua tim, 4 Ketua Regu, dan 16 Perawat Pelaksana. Sedangkan untuk tenaga
non keperawatan terdiri dari 4 orang PW (Pramu waluya) dan 4 orang Cleanning service.
2. Perencanaan
Perencanaan operasional layanan keperawatan kepada pasien dilakukan langsung oleh
perawat penanggung jawab pasien dan DPJP/Dokter Ruangan. Perencanaan tersebut
dicatat dalam formulir pengkajian keperawatan dan medis umum. Selain itu rencana
keperawatan akan dituangkan dalam format perencanaan keperawatan. Dalam
perencanaan ini termasuk juga kebutuhan edukasi dan discharge planning sesuai dengan
hasil pengkajian.
Perancanaan operasional ruangan dibuat oleh Kepala Ruangan untuk pelaksanaan satu
tahun. Perencanaan ini meliputi perencanaan anggaran pendapatan, anggaran biaya
investasi dan anggaran biaya operasional, penghitungan RKAP, perencanaan
pengembangan SDM, dll.
3. Ketenagaan dan Staffing
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa jumlah tenaga perawat
22 orang dengan kualifikasi 10 orang perawat dengan pendidikan S1 Keperawatan dan 12
orang perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan. Untuk sertifikasi skil yang dimiliki
oleh masing-masing perawat adalah 17 orang sudah memiliki sertifikat BTCLS
selebihnya sudah memiliki sertifikat BLS. Berdasarkan perhitungan kepala ruangan yang
disesuaikan BOR dengan BOR di tahun 2022 menurut Gillies didapatkan kebutuhan
perawat sebanyak 19 Orang dengan alokasi dinas pagi 5 orang, dinas siang 5 orang, dan
dinas malam 4 orang
4. Sarana dan Prasarana
Ruang rawat edelweis dengan kapasitas total 45 tempat tidur terdiri dari 1 ruang rawat
anak dengan kapasitas 20 tempat tidur, dan 1 ruang rawat dewasa dengan kapasitas 25
tempat tidur. Masing-masing ruangan memiliki 1 kamar sweat room 9 kamar VIP, 10
ruangan kelas 1. Dimasing-masing ruang rawat terdapat 1 ruangan untuk tindakan. Selain
itu juga terdapat gudang linen, kamar mandi, pantry dan ruang utilitas. Dokter anak yang
tersedia berjumlah 2 orang dokter tetap dan 5 orang dokter mitra. Fasilitas yang ada
cukup lengkap terdiri dari 1 nurse station lengkap dengan fasilitas komputer dan printer,
fasilitas telpon, fasilitas faximile, nurse call, trolley emergency, EKG, oksimetri, monitor
EKG, peralatan pengukuran TTV, peralatan pemasangan akses vaskuler, lemari obat dan
trolley mobile untuk tindakan maupun visite.
5. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode yang diterapkan adalah metode tim dimana asuhan keperawatan terbagi dalam 4
tim yang terdiri dari 4 shift yaitu shift pagi 06.00-14.00, shift siang 14.00-22.00 dan shift
malam 22.00-06.00 serta 1 shift libur. Pola yang berlaku adalah satu shift dengan orang
yang sama dan sistem kerja berpola 7:2 artinya 7 hari kerja 2 hari libur.
Setiap shift dipimpin oleh seorang Ketua Regu yang akan membagi tanggung jawab
pasien kepada penata/perawat pelaksana di regunya masing-masing. BOR rata-rata
selama 3 bulan ini adalah 66, 45 % (22 orang pasien) sehingga rata-rata seorang perawat
pelaksana akan melayani 5-6 orang pasien. Pendelegasian wewenang dalam asuhan
keperawatan dilakukan oleh KaTim dan Ketua Regu atas dasar pada penilaian/asesmen
yang telah dilakukan sebelumnya. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
penata/perawat pelaksana sesuai dengan program yang telah dibuat oleh DPJP/ team
Medis serta dari Ketua Tim dan Ketua Regu.
6. Dokumentasi
Pendokumentasian pengkajian menggunakan format yang telah tersedia dan telah sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Pengisian pengkajian keperawatan secara umum sudah
lengkap. Untuk pencatatan rencana keperawatan sudah menggunakan ceklist sedangkan
catatan implementasi dan evaluasi keperawatan dilakukan manual pada catatan
keperawatan dan catatan perkembangan pasien terintegrasi. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 22 Mei 2023 pukul 16.00 didapatkan dari 18 file berkas rekam
medik sebanyak 16 file (88,89%) pelaksanaan dokumentasi keperawatan tidak sesuai
yaitu mencatat tindakan keperawatan yang belum dilakukan, Pada formulir resiko jatuh
dan formulir assessment nyeri belum terisi dengan lengkap dan konsisten
Dokumentasi pada saat implementasi keperawatan khususnya pengukuran TTV dan
monitoring balans cairan biasanya menggunakan lembaran kertas yang akan dipindahkan
ke file berkas rekam medis. Dari hasil pengamatan hanya satu regu yang langsung
mencatat di berkas rekam medis. Duplikasi ini berisiko untuk terjadi kesalahan penulisan
serta menambah beban kerja perawat.
7. Pemberian Obat
Pelaksanaan pemberian obat dibagi dalam dua katagori yaitu parenteral dan enteral.
Rencana pemberian obat ditulis oleh DPJP/team medis dalam Catatan Pengobatan.
Penyediaan kebutuhan obat pasien dilakukan oleh petugas farmasi. Implementasi
pemberian obat injeksi dilakukan menggunakan stiker dengan menuliskan identitas
pasien, nama dan dosis obat serta jam pemberian dan rutenya. Penulisan stiker dilakukan
pada saat akan memberikan obat dan ditempelkan pada syringe obat yang telah dioplos.
Pemantauan dilakukan dengan mencocokkan catatan pengobatan dengan stiker. Setelah
pemberian diparaf pada catatan pengobatan oleh perawat yang memberikan dan saksi.
Sedangkan pelaksanaan pemberian obat oral menggunakan kartu obat untuk setiap
pasien. Kartu ini terlepas dari catatan pengobatan, apabila ada perubahan obat harus
langsung ditulis dan tidak boleh lupa. Dengan sistem ini berisiko terjadi kesalahan.
8. Pelaksanaan Edukasi
Edukasi adalah faktor penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat diharuskan
memberikan edukasi sesuai dengan pengkajian yang dilakukan. Sesuai dengan standar
dari Akreditasi RS bahwa seorang pasien yang dirawat di RS minimal mendapatkan
edukasi tentang penyakit, pengobatan, nutrisi dan penanganan nyeri. Untuk pemenuhan
kebutuhan edukasi, di RSKM telah ada Komite PKRS yang telah mempunyai program
untuk pemberian edukasi baik perorangan maupun kelompok. Dari pengamatan pada
tanggal 22
Mei 2023 didapatkan bahwa secara umum pengkajian kebutuhan edukasi telah
dilakukan, namun untuk implementasi masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini
tergambar dari 18 file berkas rekam medis didapatkan bukti pelaksanaan edukasi sebesar
30,36%. Di nurse station telah tersedia beberapa leaflet dan alat peraga untuk melakukan
edukasi. Pelaksanaan edukasi dimonitor setiap bulan oleh Kepala Ruangan untuk
dilaporkan sebagai indikator mutu rawat inap.
9. Supervisi
Supervisi dilakukan oleh Kepala Ruangan pada saat timbang terima shift atau secara
tentatif, sedangkan oleh Ketua Regu dilakukan pada saat jam kerja shiftnya. Apabila ada
hal-hal yang terkait dengan medis akan dilaporkan oleh Katim dan Ka Regu kepada
Dokter Jaga Ruangan atau ke DPJP untuk ditindaklanjuti. Selain itu supervisi
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh KaRu juga dilakukan terhadap pasien yang sudah
pulang rawat dengan melihat kelengkapan berkas rekam medis.
10. Mutu Pelayanan
Dalam rangka evaluasi kegiatan di ruangan dilakukan pemantauan mutu layanan melalui
pengukuran indikator mutu yang dilakukan oleh Kepala Ruang Rawat Inap yang
dilaporkan setiap bulan ke Manajemen Mutu. Selain itu untuk kepuasan pelanggan
terhadap layanan yang diberikan dilakukan melalui kuisioner pelanggan yang dilaporkan
setiap 2 minggu.
B. Analisa SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. RSKM sudah terakreditasi: Standar Akreditasi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan
(StarKes) tahun 2012 dengan predikat Paripurna, Pelaksanaan implementasi ISO
9001, dan Standar Pertamina Quality Assesment (PQA).
b. Dokter Spesialis Anak tetap dan mitra yang cukup serta adanya dokter ruangan.
c. Jumlah tenaga perawat sudah sesuai
d. Sebagian besar perawat sudah berpendidikan S1 Keperawatan
e. Semua Perawat sudah memliki STR aktif
f. Sarana dan prasarana peralatan medis untuk mendukung asuhan keperawatan lengkap
g. Sarana komputer tersambung jaringan internet dan printer tersedia
h. Sebagian asuhan keperawatan terintegrasi pada sistim Morbis
i. Ketersediaan SPO dan SAK cukup lengkap
j. Telah adanya komite PKRS dan leaflet/sarana edukasi tersedia di nurse station
k. Pengelolaan obat sudah dilakukan oleh petugas farmasi
2. Weakness (Kelemahan)
a. Pengaturan tenaga keperawatan masih belum sesuai dengan beban kerja (fixed)
b. Belum optimalnya dokumentasi catatan keperawatan dan pemberian edukasi
c. Adanya duplikasi pencatatan hasil TTV dan Balans Cairan menggunakan kertas
selembar untuk dipindahkan ke file berkas rekam medis.
d. Pemberian obat oral masih menggunakan kartu obat
e. Metode pemberian asuhan keperawatan masih metode tim
3. Oportunity (Peluang)
a. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan
b. Tren bisnis kesehatan saat ini pasien mau membayar mahal untuk layanan kesehatan
yang bermutu dan profesional
c. Dokumentasi keperawatan yang baik dan benar akan meningkatkan mutu layanan
keperawatan.
4. Threat (Ancaman)
a. Banyaknya rumah sakit pesaing yang lebih mewah
b. Semakin tingginya harapan dan tuntutan masyarakat akan kualitas layanan
c. Semakin kritisnya masyarakat terhadap aspek legal dan etik
d. Semakin luasnya informasi diantara masyarakat melalui jaringan media sosial
C. Analisa data dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil Pengamatan dan wawancara di ruang rawat Edelweis dari tanggal 22 Mei
s/d tanggal Mei 2023, kelompok menemukan ada beberapa masalah diruang rawat tersebut
diantaranya:
No Data Penunjang Masalah
1 Layanan Edukasi Pasien Baru Belum efektifnya pelaksanaan
Dari hasil pengamatan di ruang edelweiss, edukasi untuk pasien baru
didapatkan bahwa pelaksanaan edukasi secara
langsung belum optimal dibuktikan dengan
- hasil wawancara dengan 6 pasien baru dan
keluarganya, mereka merasa belum menerima
edukasi secara menyeluruh.
- Dan hasil wawancara dengan perawat yang
sedang berdinas juga, mereka merasa untuk
memberikan edukasi secara langsung akan
memakan waktu.
- Hasil observasi pun didapatkan beberapa
keluarga pasien yang sedang menunggu belum
melakukan tata cara hand hygiene yang
berlaku di RSKM
secara baik dan benar.
2 - Dari hasil pengamatan didapatkan dari 18 file Belum Optimalnya
berkas rekam medis sebanyak 16 file pendokumentasian
pelaksanaan dokumentasi keperawatan tidak Keperawatan
sesuai yaitu mencatat tindakan keperawatan
yang belum dilakukan
- Ceklist formulir assessment resiko jatuh dan
assessment nyeri belum diisi dengan lengkap
dan
konsisten
Alur Bisnis Proses Ruang Edelweis

Alur Sub Alur Bisnis Masalah


Proses
Dashboard tidak sesuai dengan kamar yang
ditempati
Kurang patuhnya petugas dalam melakukan ceklis
Pemesanan Kamar kamar

Terpisahnya tempat perlengkapan untuk persiapan


In
pasien baru

Tempat tersedia Kurang patuhnya petugas dalam melakukan cek


list kamar

Kurangnya pemahaman pasien terhadap edukasi


yang disampaikan terutama edukasi cuci tangan
dengan 6 langkah
Membutuhkan waktu yang lama untuk edukasi
Edukasi pasien pasien baru
Kurang terpaparnya pasien terhadap edukasi
dan orientasi saat baru masuk rawat

Pasien masuk ruangan Operan dengan petugas pengantar kurang jelas


Lapor pasien DPJP Ketidak patuhan petugas, dalam pengunaan SBAR
Proses
Kurangnya pengetahuan perawat terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan

Pemahaman yang tidak sama tentang


pendokumentasian keperawatab
Pengkajian pasien
Form ceklist tidak terisis dengan lengkap
Kurang konsisten pendokumentasian assesment
resiko jatuh dan assesment nyeri

Pemeriksaan Expertise lama


penunjang Pengambilan sample penunjang (LAB) oleh
perawat
Belum adanya list pemeriksaan penunjang yang
dijaminkan
Belum adanya target waktu penerimaan obat di
Order obat ranap
Pengulangan dalam pengecekan obat oleh perawat
Belum berjalan nya sop/ clinichal pathway suatu
diagnosa
Lama hari perawatan Kurang informasi tentang prosedur, tindakan
operasi
Belum adanya target waktu penjaminan pasien
Administrasi/keuangan post ranap
Pemakaian barang yang tidak tercatat di LHP
Obat pulang di berikan oleh perawat
Pasien dinyatakan Ketidakpatuhan perawat dalam melengkapi
boleh pulang
persiapan pasien pulang
Cek out lebih dari 2 jam
Barang-barang milik pasien tertinggal
Out Pasien keluar
Hasil penunjang tertinggal
Kuranng terpantaunya pasien post rawat
D. Alur Proses Ruang Perawatan
E. Diagram Sebab Akibat
Analisa Akar Penyebab
Data kuesioner Akar Masalah dari Staff Unit Edelweis

No Factor Setuju Persentase setuju


1. Tidak adanya media khusus 5 33,5%
untuk memudahkan proses
edukasi
2. Belum ada yang memikirkan 0
3. Tidak adanya media visual 5 33,5%
dalam bentuk video untuk
mendukung edukasi pasien
4. Metode baru di RSKM 0
5. Teknik penyampaian edukasi 2 13%
yang beragam

6. Kurangnya kepatuhan 0
petugas dalam penyampaian
edukasi
7. Pemahaman edukasi yang 0
berbeda pada setiap pasien

8. Kondisi pasien yang tidak 0


memungkinkan untuk dilakukan
edukasi

9. Penyampaian eduaksi yang lama 3 20%

10. Waktu akan banyak terbuang 0


jika pasien baru lebih dari satu

11. Mobilisasi petugas tinggi 0


12. Tuntutan pasien 0
Total 15 100%
F. Penetapan Prioritas (Skoring)
Skoring menggunakan metode CARL
No Masalah Capability Accesability Readiness Laverage Total
1. Belum
efektifnya
5 4 4 5 400
pelaksanaan
edukasi
2. Belum
optimalnya
dokumentasi 4 4 3 4 192
asuhan
keperawatan
Keterangan:
Capability : Kemampuan melaksanakan alternatif
Accesability : Kemudahan melaksanakan alternatif
Readiness : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
Laverage : Daya ungkit alternatif dalam menyelesaikan masalah
Rentang Nilai
5 : Sangat Mampu
4 : Mampu
3 : Cukup Mampu
2 : Kurang Mampu
1 : Tidak Mampu
Plan Of Action (POA)
Masalah Yang Rencana Strategi Penanggung
No Tujuan Sasaran Alat Waktu Tempat
Muncul Kegiatan Pelaksanaan jawab
1 Belum Re eduasi Pengisian Perawat Diskusi  Laptop 25 Mei Perawat Ani & Rifa
optimlanya mengenai formulir ruang  Form 2023 jam ruang
pengisian form pengisian form resiko jatuh Edelweiss resiko 14.00 Edelweiss
resiko jatuh resiko jatuh menjadi & Melati jatuh
optimal
2 Belum Re eduasi Pengisian Perawat Diskusi  Laptop 25 Mei Perawat Susi & Euis
optimalnya mengenai formulir ruang  Form 2023 jam ruang
pengisian form pengisian form nyeri Edelweiss nyeri 14.00 Edelweiss
nyeri nyeri menjadi & Melati
optimal
3 Belum Membuat QR Orientasi Perawat  Membuat Video  HP 29 Mei Perawat Ainun & Lili
optimalnya code mengenai pasien baru ruang mengenai fasilitas  Laptop 2023 ruang
pemberian fasilitas lebih efektif Edelweiss ruangan  kamera Edelweiss
orientasi fasilitas ruangan dan efisien & Melati edelweiss & Jam 14.00
ruangan pada Melati
pasien baru  Membuat &
Melakukan uji
coba QR Code
fasilitas ruangan
edelweiss &
Melati
 Menjelaskan
mengenai
penggunaan QR
Code Fasilitas
ruangan
 Mempraktekkan
cara mendowload
QR Code
Fasilitas ruangan
4 Belum Membuat QR Orientasi Perawat  Membuat Video  HP 29 Mei Perawat Yenni &
optimalnya barcode pasien baru ruang mengenai etika  Laptop 2023 ruang MIrsa
pemberian mengenai etika lebih Edelweiss batuk dan cuci  kamera Edelweiss
edukasi batuk dan cuci efektif dan & Melati tangan Jam 14.00
mengenai cuci tangan efisien  Membuat &
tangan & etika Melakukan uji
batuk pada coba QR Code
pasien baru etika batuk dan
cuci tangan
 Menjelaskan
mengenai etika
batuk dan cuci
tangan
 Mempraktekkan
cara mendowload
QR Code etika
batuk dan cuci
tangan
Langkah-langkah Perbaikan
No Faktor Penyebab Rencana Cara perbaikan Gambar Hasil
1 Metode Tidak adanya Membuat QR Berdikusi dengan Yang harus di buat QR
media khusus Code untuk tim untuk Code dalam mempercepat
untuk mempercepat menentukan apa proses edukasi yaitu
memudahkan proses saja edukasi yang membuat QR Code
proses edukasi penyampaian akan di buat dalam orientasi ruangan, edukasi
edukasi pada QR Code cuci tangan dan etika batuk
pasien baru Proses pembuatan QR Code berhasil dibuat
QR Code untuk dapat mempercepat
proses orientasi dan
edukasi pada pasien baru

Mensosialisasikan Petugas perawat mengerti


kepada semua tentang tata cara
petugas perawat di penggunaan QR Code
ruang edelweiss untuk mengorientasikan
tentang orientasi pasien baru
dan edukasi pasien
baru dengan
menggunakan QR
Code
2 Manusia Teknik Merancang atau Cara penyampaian Penyampaian dalam
penyampaian membuat video orientasi dan mengorientasikan ruangan
edukasi yang agar orientasi edukasi yang jelas dan edukasi dalam video
beragam dan edukasi dan mudah di jelas dan mudah di pahami
yang di pahami
berikan
sama pada
setiap pasien
baru

3 Material Tidak adanya Membuat Media Menjelaskan semua Video yang disajikan dalam
media visual visual dalam fasilitas yang ada di mengorientasikan ruangan dan
dalam bentuk bentuk video ruangan, mempraktekkan edukasi harus menarik, dan hal
video untuk untuk cara cuci tanganyang ini dapat menjadi metode baru
mendukung mendukung benar danetika dalam penyampaian
edukasi pasien edukasi pada batuk dalam edukasi kepada pasien baru
pasien baru video

4 Lingkungan Orientasi dan Mengoptimalkan Pengaplikasian QR code


edukasi yang waktu untuk pada saat orientasi dan
membutuhkan orientasi dan edukasi
waktu lama edukasi
Pelaksanaan
Orientasi ruangan, Edukasi cuci
Pasien
tangan dan etika batuk

Orientasi dan edukasi dilakukanpada


Tn.D & Keluarga pasien. Dengan
menggunakan QR Codewaktu edukasi
dan orientasi menjadi lebih singkat.

Orientasi dan edukasi dilakukanpada


Tn.D & Keluarga pasien. Dengan
menggunakan QR Codewaktu edukasi
dan orientasi menjadi lebih singkat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan loka karya mini di ruang Edelweis dan telah dipaparkan permasalah yang ada
yaitu belum efektifnya pelaksanaan edukasi dan belum optimalnya pelasanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan terutama dalam hal pencatatan. Maka, dari masalah yang
ada tersebut setelah dilakukan diskusi dan penilian ditentukan masalah yang dijadikan prioritas
yaitu belum efektifnya pelaksanaan edukasi dan kami dari kelompok mengusulkan alternative
pemecahan masalah yang sekaligus menjadi proyek inovasi kami yaitu berupa pembuatan media
eukasi secara digital yaitu dengan menggunakan QR Code sebagai media Edukasi. Dengan
dibuatnya media edukasi secara digital ini diharapkan kegiatan edukasi dapat bejalan efektif dan
efisien.

A. Belum Efektifnya Pelaksanaan Edukasi


Dari hasil diskusi pada saat loka karya mini masih ditemukan kendala dalam pemberian
edukasi kepada pasien. Pencapaian yang diperoleh untuk implementasi edukasi baru sebesar
36,6%. Tanggapan dari Kepala Ruangan dan seluruh perawat di ruang Edelweis menyadari
bahwa edukasi terhadap pasien adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang perawat
dalam menjalankan salah satu perannya sebagai edukator.
Salah satu usulan alternative pemecahan masalah dari kami adalah kami membuatkan video
edukasi mengenai pencegahan infeksi melalui hand hygiene dan edukasi etika batuk, lalu
kami juga membuatkan video tentang fasilitas yang dimiliki ruang rawat inap edelweis. Lalu
setelah video dibuat, kami membuat QR Code yang akan dijadikan tempat untuk
menyimpan file video yang akan dijadikan materi edukasi. Setelah QR Code dibuat, barulah
file video dimasukan kedalam QR Code. Setelah semua materi edukasi dan QR Code jadi,
kami melakukan uji coba kepada beberapa tim perawat edelweiss dan penunggu pasien.
Setelah dirasa metode tersebut terlaksanan dengan baik, lalu kami mengadakan seminar
untuk mensosialisasikan apa yang telah kami buat.
Implementasi dari usulan alternative ini sudah dijalankan selama satu minggu, dan mendapat
respon positif dari pasien dan keluarganya. Selain itu juga menapat respon dan support dari
tim perawat dan kepala ruangan ruang edelweiss. Harapan kami usulan tersebut dapat
diaplikasikan untuk semua ruang perawatan yang ada di RS Krakatau Medika sehingga
didapatkan kepuasan pasien yang meningkat.

B. Belum Optimalnya Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Untuk masalah belum optimalnya pendokumentasian asuhan keprawatan, kami belum dapat
memberikan alternative pemecahan masalah tersebut mengingat keterbatasan waktu kami
dalam praktik stase manajemen keperawatan. Mengingat keterbatasan kami, Kami hanya
melakukan brain stomming dengan tim perawat edelweiss mengenai pentingnya
pendokumentasian asuhan keperawatan. Harapan kami, implementasi masalah ini dapat
dilakukan oleh kelompok stase manajemen keperawatan berikutnya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri
untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang di dalamnya perawat berperan
sebagai perawat pendidikan.
Pelaksanaan edukasi dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-
langkah yang sama dengan asuhan keperawatan yang terdiri dari : pengkajian kebutuhan
edukasi, penegakan diagnosa keperawatan terkait dengan kebutuhan edukasi, perencanaan
edukasi, implementasi edukasi, evaluasi edukasi, dan dokumentasi edukasi.
Dokumentasi catatan keperawatan merupakan bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dimana dokumentasi tersebut dapat
dijadikan bukti hukum pada saat ditemukan masalah dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Oleh sebab itu maka seorang perawat diharuskan melakukan dokumentasi catatan
keperawatan dengan baik dan benar.
Sistem edukasi dibuat dengan memanfaatkan Quick Respon Code (QR CODE) sebagai
komponen utama dimana QR CODE yang berisi primary key sebagai sumber informasi
dimana isi kode dapat diuraikan dengan cepat dan tepat sehingga di era digital saat ini QR
Code merupakan salah satu alternative untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan, salah
satunya untuk Edukasi pasien baru (Orientasi ruangan, Hand Hygiene dan etika Batuk).
Dengan kehadiran QR Code dapat mempermudah Pelanggan (pasien) dalam mengenal ruang
rawat yang mereka tempati. pasien & keluarga berinteraksi dengan media melalui ponsel
secara efektif dan efisien. Selain itu, dengan adanya QR Code dapat memudahkan perawat
dalam memberikan edukasi dan waktu untuk edukasi pasien baru menjadi lebih efektif dan
efisien. Materi edukasi pun bisa diputar berulang yang membuat pasien lebih mengerti
terhadap edukasi yang diberikan.
B. Saran
1. Perlu mensosialisasikan ulang untuk pemenuhan dokumentasi dan edukasi pasien sesuai
dengan standar yang telah ada.
2. Perlu dilakukan monitoring pelaksanaan dokumentasi dan edukasi
3. Perlu pelatihan TOT edukator bagi perawat
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2013). KonsepDasarKeperawatan. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC

Bastable, Susan, B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip Pengajaran. Jakarta: EGC.

Green, Lawrence W., Marchel W Kreuter (1999). Health Promoting Planning an educational and
environmental aproach. Second Edition. Mayfield Publishing Company: Mountain View.

Kamsinah. (2008). Metode dalam Proses Pembelajaran. Lentera Pendidikan. Vol. 11, No. 1 , pp.
101-114.

Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya (Teori, konsep, dan edukasi
aplikasi). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku kesehatan.Cetakan 2 Jakarta:PT. Rineka Cipta.

. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta : Salemba Medika

Patton, Quinn, Michael. (2001). ”Qualitative Research & Evaluation Methods,” Sage Publications
Inc.,California.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4 volume 1.EGC. Jakarta

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta : EGC

Sadiman, Arif. (2002). Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar, Pengertian
Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.

Simamora, Henry. (2006)Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta

Suliha, Uha. (2002). Pendidikan Kesehatan : Pendidikan Kesehatan, Jakarta, EGC Buku kedokter

Anda mungkin juga menyukai