TINGGI ILMU
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan dan
pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit pemenuhan kebutuhan
dan tuntutan dari pemakai jasa pelayanan (pasien) yang mengharapkan penyembuhan dan pemulihan
yang berkualitas dan penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman dan aman. Era global seperti saat ini
tuntutan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan standar
internasional sudah didepan mata.
Pelayanan tidak lagi hanya berfokus pada kepuasan pasien tetapi lebih penting lagi adalah keselamatan
pasien (patient safety). Harapan pelayanan profesional yang bermutu tinggi yang berfokus pada
keselamatan (safety) dan kepuasan pasien dapat terlaksana. Keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit..
Rumah Sakit yang memperoleh suatu akreditasi internasional, harus menerapkan beberapa syarat yang
ditetapkan untuk keselamatan pasien yaitu Six Goal Pasient safety atau Enam Sasaran Keselamatan
Pasien, meliputi ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi-tepat prosedur-tepat pasien post operasi,
pengurangan resiko infeksi, dan pengurangan resiko pasien jatuh untuk gerakkan keselamatan pasien .
Intervensi pencegahan pasien jatuh antara lain penilaian MFS, memasang gelang identifikasi pasien
resiko jatuh berwarna kuning pada pergelangan pasien, tanda pencegahan jatuh (label segitiga
kuning/merah) dipapan tempat tidur, menuliskan di whiteboard pada nurse station, mengatur tinggi
rendahnya tempat tidur sesuai dengan prosedur pencegahan pasien jatuh, memastikan pagar pengaman
tempat tidur dalam keadaan terpasang, pada pasien gelisah menggunakan restrain.
Berdasarkan data yang didapat dari team patient safety RS Pertamina jaya, tahun 2021 dan 2022 tidak
ada insiden pasien jatuh, baru di bulan juni 2023 terjadi 1 insiden pasien jatuh. Dampak dari pasien
jatuh, Rumah Sakit Pertamina jaya banyak dirugikan contohnya mengeluarkan uang untuk
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang, hari rawat menjadi panjang, dan tidak ada kepercayaan pasien
terhadap pelayanan Rumah Sakit. Harapan Rumah Sakit Pertamina Jaya terhadap pasien jatuh adalah
nol/zero.
Berdasarkan studi pendahuluan, peneliti melakukan observasi terhadap 5 orang perawat dalam
menerima 5 pasien baru di Ruang rawat lantai 2 pada tanggal 21 Juli sampai tanggal 25 Juli 2023.
Semua pasien yang diterima dilakukan pengkajian resiko jatuh pada tahap assesment awal pasien baru.
Dalam pengkajian 5 pasien baru ditemukan 4 orang pasien dengan resiko jatuh. Semua pasien dengan
resiko jatuh dipasang kancing kuning, didapatkan 2 pasien resiko jatuh diberikan tanda segitiga kuning
didalam dan luar kamar pasien dan ditemukan 2 pasien yang resiko jatuh tetapi tidak diberikan tanda
segitiga kuning penanda pasien resiko jatuh. Setiap pasien yang beresiko tinggi jatuh harus ditemani
keluarga akan tetapi ditenukan 1 pasien yang tidak ditemani keluarga saat dalam perawatan. Seharusnya
penempatan kamar pasien dengan resiko tinggi paling tinggi ditempatkan didekat ruangan nurse station
akan tetapi penempatan ruangan kadang-kadang tidak sesuai dengan prioritas. Semua pasien yang resiko
jatuh harus dipasang badplang ditempat tidur, akan tetapi didapatkan 1 orang pasien dengan resiko
tinggi jatuh tidak dipasangkan badplang. Assesment ulang resiko jatuh dilakukan berkala sesuai
perubahan kondisi pasien dan maksimal dilakukan setiap hari, hasil observasi terhadap file pasien ada 2
dari 5 file sample yang diambil acak yang tidak dilakukan assesment ulang pasien resiko jatuh.
Berdasarkan hasil observasi studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap tingkat kepatuhan hand
hygine di Ruang rawat lantai 2 pada tanggal 21 Juli sampai tanggal 25 Juli 2023, terhadap 5 orang
perawat, 5 orang cleaner dan 5 orang penyaji ketika melakukan pelayanan asuhan terhadap pasien
ditemukan, 1 dari 4 perawat yang tidak melakukan Hand hygiene ketika meninggalkan ruangan kamar
pasien, ditemukan 3 orang cleaner yang tidak melakukan hand hygiene ketika keluar masuk menggambil
sampah didalam ruangan pasien dan ditemukan 1 orang penyaji tidak melakukan hand hygiene ketika
meninggalkan ruangan kamar pasien. Ketika diwawancara alasan mereka tidak melakukan five moment
hand hygiene yang sesuai adalah dikarenakan lupa.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap kepatuhan pasien resiko jatuh dan tingkat
kepatuhan pelaksanaan hand hygiene maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “
kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO pencegahan pasien risiko jatuh di ruang perawatan lantai 2
rspj”
A. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada pasien di ruang Perawatan
lantai 2 RS Pertamina jaya jakarta
2. Tujuan Khusus
Secara Individu/kelompok mahasiswa dapat menunjukan kemampuan:
a. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang ada di Ruang Perawatan lantai 2 RS.
Pertamina Jaya Jakarta
b. Menentukan alternatif pemecahan masalah yang ada di Ruag Ruang Perawatan
lantai 2 RS. Pertamina Jaya Jakarta melalui Lokakarya Mini
c. Melakukan implementasi alternatif pemecahan masalah yang ada di Ruang Ruang
Perawatan lantai 2 RS. Pertamina Jaya jakarta
d. Melakukan evaluasi terhadap keefektifan alternatif penyelesaian
masalah yang telah dilaksanakan di Ruang Ruang Perawatan lantai 2 RS. Pertamina
Jaya jakarta
B. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan dalam peningkatan dan perkembangan fasilitas dan pelayanan sarana
dan prasarana dari segala aspek besar maupun kecil
2. Bagi Ruang perawatan
Sebagai masukan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan seehingga tercapai
tingkat kepuasan pasien dan keluarga serta terjalinnya hubungan yang baik antar sesame
pemberi asuhan
3. Bagi Mahasiswa
Tercapainya pengalaman menjalankan manajemen keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Cecep tahun 2013, menyatakan manajemen keperawatan secara singkat diartikan
sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga serta
masyarakat. Manajemen keperawatan suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-
sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.
1) Sebelum menyikat gigi pasien, memberikan obat tetes mata , pemerikasaan vagina
atau rektal, memerikasa mulut, hidung, telinga dengan atau tanpa instrumen,
memasukkan suppositori, dan melakukan suction mucus.
2) Sebelum membalut luka dengan atau tanpa instrument, pemberian salep pada kulit,
dan melakukan injeksi perkutan.
3) Sebelum memasukkan alat medis invasif (nasal kanul, Nasogastric Tube (NGT),
Endotracheal Tube (ETT), periksa urin, kateter, dan drainase, melepas/membuka
selang peralatan medis (untuk makan, pengobatan, pengaliran, penyedotan, dan
pemantauan).
4) Sebelum mempersilahkan makanan, pengobatan, dan peralatan steril
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI,2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko.Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
6. Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Human problems (masalah manusia)
c. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alurkerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak
memadai)
7. Istilah Dalam Patient Safety
a. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dar insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
b. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadianyang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial
Cedera.
c. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
d. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar kepasien.
e. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
f. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
g. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
h. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden
adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden.
8. Langkah-langkah Penatalaksanaan Patient Safety
Mengacu kepada standar keselamatan pasien pada Lampiran I, maka rumah sakit harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Proses perancangan tersebut
harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”. Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien menciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
1) Bagi Rumah Sakit:
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staf, pasien dan keluarga.
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
b) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
rumah sakit.
c) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
2) Bagi Unit/Tim:
a) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
b) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah
sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
b. Memimpin dan mendukung staf membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas
tentang keselamatan pasien dirumah sakit.
Langkah penerapan:
1) Untuk RumahSakit:
a) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas
Keselamatan Pasien
b) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan
untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan Pasien
c) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
d) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah
sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Gerakan KeselamatanPasien
b) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan KeselamatanPasien
c) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
c. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas dan
asesmen hal yang potensial bermasalah
Langkah penerapan:
1) Untuk RumahSakit:
a) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;
b) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
yang dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumahsakit;
c) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu -isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen
yangterkait;
b) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit;
c) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut;
d) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
d. Mengembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Langkah penerapan:
1) Untuk RumahSakit:
a) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan
cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan
para pasien dan keluarganya.
b) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan
jelas bilamana terjadi insiden.
c) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien dan keluarganya.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
b) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bila mana terjadi
insiden,dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar
secara tepat
c) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien
dan keluarganya.
f. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan:
1) Untuk RumahSakit:
a) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
b) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan
Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden
yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes
and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risikotinggi.
2) Untuk Unit/Tim:
a) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
b) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
g. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
1) Untuk RumahSakit
a) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan,asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi setempat.
b) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan
proses),penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
c) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yangdirencanakan.
d) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
e) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
2) Untuk Unit/Tim :
a) Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
b) Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
c) Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif
untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh
harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut
tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis
dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda
lainnya.
1. Di Rumah Sakit
a. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter, Anggota : dokter, dokter gigi,
perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya
b. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden
c. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia.
d. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
e. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan
hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang
baru dikembangkan.
Ruang perawatan 1 depan dan belakang adalah ruang rawat inap yang dikhususkan untuk
merawat pasien anak-anak dan dewasa dengan jaminan non BPJS dan BPJS baik dengan
kasus bedah maupun penyakit dalam. Total kapasitas ruang rawat 1 depan dan belakang
sebanyak 42 Tembat tidur yang terbagi menjadi 3 tempat tidur untuk ruang perawatan
anak, 3 tempat tidur untuk rawat gabung. 17 kamar untuk kelas 1, 4 kamar untuk kelas 2,
4 kamar untuk kelas 3, 4 kamar untuk VIP .Ruangan ini berada dibawah Instalasi Ranap
lantai 2. Ruang rawat 1 depan dan belakang di bawahi oleh Supervisor Inpatient . Setiap ruangan
memiliki 2 Ketua tim, 4 Ketua Regu, dan 16 Perawat Pelaksana. Sedangkan untuk tenaga
non keperawatan terdiri dari 4 orang PW (Pramu waluya) dan 4 orang Cleanning service.
2. Perencanaan
Perencanaan operasional layanan keperawatan kepada pasien dilakukan langsung oleh
perawat penanggung jawab pasien dan DPJP/Dokter Ruangan. Perencanaan tersebut
dicatat dalam formulir pengkajian keperawatan dan medis umum. Selain itu rencana
keperawatan akan dituangkan dalam format perencanaan keperawatan. Dalam
perencanaan ini termasuk juga kebutuhan edukasi dan discharge planning sesuai dengan
hasil pengkajian.
Perancanaan operasional ruangan dibuat oleh Kepala Ruangan untuk pelaksanaan satu
tahun. Perencanaan ini meliputi perencanaan anggaran pendapatan, anggaran biaya
investasi dan anggaran biaya operasional, penghitungan RKAP, perencanaan
pengembangan SDM, dll.
3. Ketenagaan dan Staffing
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa jumlah tenaga perawat
22 orang dengan kualifikasi 10 orang perawat dengan pendidikan S1 Keperawatan dan 12
orang perawat dengan pendidikan D3 Keperawatan. Untuk sertifikasi skil yang dimiliki
oleh masing-masing perawat adalah 17 orang sudah memiliki sertifikat BTCLS
selebihnya sudah memiliki sertifikat BLS. Berdasarkan perhitungan kepala ruangan yang
disesuaikan BOR dengan BOR di tahun 2022 menurut Gillies didapatkan kebutuhan
perawat sebanyak 19 Orang dengan alokasi dinas pagi 5 orang, dinas siang 5 orang, dan
dinas malam 4 orang
4. Sarana dan Prasarana
Ruang rawat edelweis dengan kapasitas total 45 tempat tidur terdiri dari 1 ruang rawat
anak dengan kapasitas 20 tempat tidur, dan 1 ruang rawat dewasa dengan kapasitas 25
tempat tidur. Masing-masing ruangan memiliki 1 kamar sweat room 9 kamar VIP, 10
ruangan kelas 1. Dimasing-masing ruang rawat terdapat 1 ruangan untuk tindakan. Selain
itu juga terdapat gudang linen, kamar mandi, pantry dan ruang utilitas. Dokter anak yang
tersedia berjumlah 2 orang dokter tetap dan 5 orang dokter mitra. Fasilitas yang ada
cukup lengkap terdiri dari 1 nurse station lengkap dengan fasilitas komputer dan printer,
fasilitas telpon, fasilitas faximile, nurse call, trolley emergency, EKG, oksimetri, monitor
EKG, peralatan pengukuran TTV, peralatan pemasangan akses vaskuler, lemari obat dan
trolley mobile untuk tindakan maupun visite.
5. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Metode yang diterapkan adalah metode tim dimana asuhan keperawatan terbagi dalam 4
tim yang terdiri dari 4 shift yaitu shift pagi 06.00-14.00, shift siang 14.00-22.00 dan shift
malam 22.00-06.00 serta 1 shift libur. Pola yang berlaku adalah satu shift dengan orang
yang sama dan sistem kerja berpola 7:2 artinya 7 hari kerja 2 hari libur.
Setiap shift dipimpin oleh seorang Ketua Regu yang akan membagi tanggung jawab
pasien kepada penata/perawat pelaksana di regunya masing-masing. BOR rata-rata
selama 3 bulan ini adalah 66, 45 % (22 orang pasien) sehingga rata-rata seorang perawat
pelaksana akan melayani 5-6 orang pasien. Pendelegasian wewenang dalam asuhan
keperawatan dilakukan oleh KaTim dan Ketua Regu atas dasar pada penilaian/asesmen
yang telah dilakukan sebelumnya. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
penata/perawat pelaksana sesuai dengan program yang telah dibuat oleh DPJP/ team
Medis serta dari Ketua Tim dan Ketua Regu.
6. Dokumentasi
Pendokumentasian pengkajian menggunakan format yang telah tersedia dan telah sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Pengisian pengkajian keperawatan secara umum sudah
lengkap. Untuk pencatatan rencana keperawatan sudah menggunakan ceklist sedangkan
catatan implementasi dan evaluasi keperawatan dilakukan manual pada catatan
keperawatan dan catatan perkembangan pasien terintegrasi. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 22 Mei 2023 pukul 16.00 didapatkan dari 18 file berkas rekam
medik sebanyak 16 file (88,89%) pelaksanaan dokumentasi keperawatan tidak sesuai
yaitu mencatat tindakan keperawatan yang belum dilakukan, Pada formulir resiko jatuh
dan formulir assessment nyeri belum terisi dengan lengkap dan konsisten
Dokumentasi pada saat implementasi keperawatan khususnya pengukuran TTV dan
monitoring balans cairan biasanya menggunakan lembaran kertas yang akan dipindahkan
ke file berkas rekam medis. Dari hasil pengamatan hanya satu regu yang langsung
mencatat di berkas rekam medis. Duplikasi ini berisiko untuk terjadi kesalahan penulisan
serta menambah beban kerja perawat.
7. Pemberian Obat
Pelaksanaan pemberian obat dibagi dalam dua katagori yaitu parenteral dan enteral.
Rencana pemberian obat ditulis oleh DPJP/team medis dalam Catatan Pengobatan.
Penyediaan kebutuhan obat pasien dilakukan oleh petugas farmasi. Implementasi
pemberian obat injeksi dilakukan menggunakan stiker dengan menuliskan identitas
pasien, nama dan dosis obat serta jam pemberian dan rutenya. Penulisan stiker dilakukan
pada saat akan memberikan obat dan ditempelkan pada syringe obat yang telah dioplos.
Pemantauan dilakukan dengan mencocokkan catatan pengobatan dengan stiker. Setelah
pemberian diparaf pada catatan pengobatan oleh perawat yang memberikan dan saksi.
Sedangkan pelaksanaan pemberian obat oral menggunakan kartu obat untuk setiap
pasien. Kartu ini terlepas dari catatan pengobatan, apabila ada perubahan obat harus
langsung ditulis dan tidak boleh lupa. Dengan sistem ini berisiko terjadi kesalahan.
8. Pelaksanaan Edukasi
Edukasi adalah faktor penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat diharuskan
memberikan edukasi sesuai dengan pengkajian yang dilakukan. Sesuai dengan standar
dari Akreditasi RS bahwa seorang pasien yang dirawat di RS minimal mendapatkan
edukasi tentang penyakit, pengobatan, nutrisi dan penanganan nyeri. Untuk pemenuhan
kebutuhan edukasi, di RSKM telah ada Komite PKRS yang telah mempunyai program
untuk pemberian edukasi baik perorangan maupun kelompok. Dari pengamatan pada
tanggal 22
Mei 2023 didapatkan bahwa secara umum pengkajian kebutuhan edukasi telah
dilakukan, namun untuk implementasi masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini
tergambar dari 18 file berkas rekam medis didapatkan bukti pelaksanaan edukasi sebesar
30,36%. Di nurse station telah tersedia beberapa leaflet dan alat peraga untuk melakukan
edukasi. Pelaksanaan edukasi dimonitor setiap bulan oleh Kepala Ruangan untuk
dilaporkan sebagai indikator mutu rawat inap.
9. Supervisi
Supervisi dilakukan oleh Kepala Ruangan pada saat timbang terima shift atau secara
tentatif, sedangkan oleh Ketua Regu dilakukan pada saat jam kerja shiftnya. Apabila ada
hal-hal yang terkait dengan medis akan dilaporkan oleh Katim dan Ka Regu kepada
Dokter Jaga Ruangan atau ke DPJP untuk ditindaklanjuti. Selain itu supervisi
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh KaRu juga dilakukan terhadap pasien yang sudah
pulang rawat dengan melihat kelengkapan berkas rekam medis.
10. Mutu Pelayanan
Dalam rangka evaluasi kegiatan di ruangan dilakukan pemantauan mutu layanan melalui
pengukuran indikator mutu yang dilakukan oleh Kepala Ruang Rawat Inap yang
dilaporkan setiap bulan ke Manajemen Mutu. Selain itu untuk kepuasan pelanggan
terhadap layanan yang diberikan dilakukan melalui kuisioner pelanggan yang dilaporkan
setiap 2 minggu.
B. Analisa SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. RSKM sudah terakreditasi: Standar Akreditasi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan
(StarKes) tahun 2012 dengan predikat Paripurna, Pelaksanaan implementasi ISO
9001, dan Standar Pertamina Quality Assesment (PQA).
b. Dokter Spesialis Anak tetap dan mitra yang cukup serta adanya dokter ruangan.
c. Jumlah tenaga perawat sudah sesuai
d. Sebagian besar perawat sudah berpendidikan S1 Keperawatan
e. Semua Perawat sudah memliki STR aktif
f. Sarana dan prasarana peralatan medis untuk mendukung asuhan keperawatan lengkap
g. Sarana komputer tersambung jaringan internet dan printer tersedia
h. Sebagian asuhan keperawatan terintegrasi pada sistim Morbis
i. Ketersediaan SPO dan SAK cukup lengkap
j. Telah adanya komite PKRS dan leaflet/sarana edukasi tersedia di nurse station
k. Pengelolaan obat sudah dilakukan oleh petugas farmasi
2. Weakness (Kelemahan)
a. Pengaturan tenaga keperawatan masih belum sesuai dengan beban kerja (fixed)
b. Belum optimalnya dokumentasi catatan keperawatan dan pemberian edukasi
c. Adanya duplikasi pencatatan hasil TTV dan Balans Cairan menggunakan kertas
selembar untuk dipindahkan ke file berkas rekam medis.
d. Pemberian obat oral masih menggunakan kartu obat
e. Metode pemberian asuhan keperawatan masih metode tim
3. Oportunity (Peluang)
a. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan
b. Tren bisnis kesehatan saat ini pasien mau membayar mahal untuk layanan kesehatan
yang bermutu dan profesional
c. Dokumentasi keperawatan yang baik dan benar akan meningkatkan mutu layanan
keperawatan.
4. Threat (Ancaman)
a. Banyaknya rumah sakit pesaing yang lebih mewah
b. Semakin tingginya harapan dan tuntutan masyarakat akan kualitas layanan
c. Semakin kritisnya masyarakat terhadap aspek legal dan etik
d. Semakin luasnya informasi diantara masyarakat melalui jaringan media sosial
C. Analisa data dan Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil Pengamatan dan wawancara di ruang rawat Edelweis dari tanggal 22 Mei
s/d tanggal Mei 2023, kelompok menemukan ada beberapa masalah diruang rawat tersebut
diantaranya:
No Data Penunjang Masalah
1 Layanan Edukasi Pasien Baru Belum efektifnya pelaksanaan
Dari hasil pengamatan di ruang edelweiss, edukasi untuk pasien baru
didapatkan bahwa pelaksanaan edukasi secara
langsung belum optimal dibuktikan dengan
- hasil wawancara dengan 6 pasien baru dan
keluarganya, mereka merasa belum menerima
edukasi secara menyeluruh.
- Dan hasil wawancara dengan perawat yang
sedang berdinas juga, mereka merasa untuk
memberikan edukasi secara langsung akan
memakan waktu.
- Hasil observasi pun didapatkan beberapa
keluarga pasien yang sedang menunggu belum
melakukan tata cara hand hygiene yang
berlaku di RSKM
secara baik dan benar.
2 - Dari hasil pengamatan didapatkan dari 18 file Belum Optimalnya
berkas rekam medis sebanyak 16 file pendokumentasian
pelaksanaan dokumentasi keperawatan tidak Keperawatan
sesuai yaitu mencatat tindakan keperawatan
yang belum dilakukan
- Ceklist formulir assessment resiko jatuh dan
assessment nyeri belum diisi dengan lengkap
dan
konsisten
Alur Bisnis Proses Ruang Edelweis
6. Kurangnya kepatuhan 0
petugas dalam penyampaian
edukasi
7. Pemahaman edukasi yang 0
berbeda pada setiap pasien
3 Material Tidak adanya Membuat Media Menjelaskan semua Video yang disajikan dalam
media visual visual dalam fasilitas yang ada di mengorientasikan ruangan dan
dalam bentuk bentuk video ruangan, mempraktekkan edukasi harus menarik, dan hal
video untuk untuk cara cuci tanganyang ini dapat menjadi metode baru
mendukung mendukung benar danetika dalam penyampaian
edukasi pasien edukasi pada batuk dalam edukasi kepada pasien baru
pasien baru video
Setelah dilakukan loka karya mini di ruang Edelweis dan telah dipaparkan permasalah yang ada
yaitu belum efektifnya pelaksanaan edukasi dan belum optimalnya pelasanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan terutama dalam hal pencatatan. Maka, dari masalah yang
ada tersebut setelah dilakukan diskusi dan penilian ditentukan masalah yang dijadikan prioritas
yaitu belum efektifnya pelaksanaan edukasi dan kami dari kelompok mengusulkan alternative
pemecahan masalah yang sekaligus menjadi proyek inovasi kami yaitu berupa pembuatan media
eukasi secara digital yaitu dengan menggunakan QR Code sebagai media Edukasi. Dengan
dibuatnya media edukasi secara digital ini diharapkan kegiatan edukasi dapat bejalan efektif dan
efisien.
A. Kesimpulan
Dalam keperawatan, edukasi merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri
untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang di dalamnya perawat berperan
sebagai perawat pendidikan.
Pelaksanaan edukasi dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-
langkah yang sama dengan asuhan keperawatan yang terdiri dari : pengkajian kebutuhan
edukasi, penegakan diagnosa keperawatan terkait dengan kebutuhan edukasi, perencanaan
edukasi, implementasi edukasi, evaluasi edukasi, dan dokumentasi edukasi.
Dokumentasi catatan keperawatan merupakan bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dimana dokumentasi tersebut dapat
dijadikan bukti hukum pada saat ditemukan masalah dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Oleh sebab itu maka seorang perawat diharuskan melakukan dokumentasi catatan
keperawatan dengan baik dan benar.
Sistem edukasi dibuat dengan memanfaatkan Quick Respon Code (QR CODE) sebagai
komponen utama dimana QR CODE yang berisi primary key sebagai sumber informasi
dimana isi kode dapat diuraikan dengan cepat dan tepat sehingga di era digital saat ini QR
Code merupakan salah satu alternative untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan, salah
satunya untuk Edukasi pasien baru (Orientasi ruangan, Hand Hygiene dan etika Batuk).
Dengan kehadiran QR Code dapat mempermudah Pelanggan (pasien) dalam mengenal ruang
rawat yang mereka tempati. pasien & keluarga berinteraksi dengan media melalui ponsel
secara efektif dan efisien. Selain itu, dengan adanya QR Code dapat memudahkan perawat
dalam memberikan edukasi dan waktu untuk edukasi pasien baru menjadi lebih efektif dan
efisien. Materi edukasi pun bisa diputar berulang yang membuat pasien lebih mengerti
terhadap edukasi yang diberikan.
B. Saran
1. Perlu mensosialisasikan ulang untuk pemenuhan dokumentasi dan edukasi pasien sesuai
dengan standar yang telah ada.
2. Perlu dilakukan monitoring pelaksanaan dokumentasi dan edukasi
3. Perlu pelatihan TOT edukator bagi perawat
DAFTAR PUSTAKA
Bastable, Susan, B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip Pengajaran. Jakarta: EGC.
Green, Lawrence W., Marchel W Kreuter (1999). Health Promoting Planning an educational and
environmental aproach. Second Edition. Mayfield Publishing Company: Mountain View.
Kamsinah. (2008). Metode dalam Proses Pembelajaran. Lentera Pendidikan. Vol. 11, No. 1 , pp.
101-114.
Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya (Teori, konsep, dan edukasi
aplikasi). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Patton, Quinn, Michael. (2001). ”Qualitative Research & Evaluation Methods,” Sage Publications
Inc.,California.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4 volume 1.EGC. Jakarta
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta : EGC
Sadiman, Arif. (2002). Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar, Pengertian
Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suliha, Uha. (2002). Pendidikan Kesehatan : Pendidikan Kesehatan, Jakarta, EGC Buku kedokter