Budaya perilaku keselamatan telah menjadi isu global di berbagai bidang dan lintas institusi termasuk
rumah sakit. Kecelakaan kerja dan sakit di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan industri lainnya.
Kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan safety behavior perawat di ruang rawat inap. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan safety behavior perawat, tingkat stres, dan
komitmen Rumah Sakit Mitra Keluarga. Metode penelitian kuantitatif yaitu cross sectional. Hasil
penelitian jenis kelamin perempuan 88,5%, usia lebih besar 40 tahun 45,8%, Pendidikan Perawat
45,8%, lama bekerja lebih dari 5 tahun 83,3%, safety training 54,2%. Rata-rata jawaban baik (skor 4)
terjadi pada komitmen organisasi, komitmen manajemen, motivasi, gaya kepemimpinan. Analisis
korelasi bivariat faktor yang bermakna nilai p adalah stres kerja, insentif, komunikasi, gaya
kepemimpinan, motivasi, pelatihan, komitmen manajemen, komitmen organisasi, motivasi perawat
baik, tetapi jika stres perawat tinggi maka safety behavior tidak optimal. Studi ini menemukan bahwa
diantara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keselamatan perawat seperti komitmen
organisasi, gaya kepemimpinan, pelatihan dan nilai-nilai, faktor yang paling mengkhawatirkan adalah
stres kerja yang tinggi di kalangan perawat yaitu 58%. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
metode kualitatif tentang stres kerja di kalangan perawat dan pengaruhnya akan memberikan
pemahaman baru tentang faktor-faktor penyebab lain yang belum dibahas dalam penelitian ini.
Abstract
Safety behavior culture has become a global issue in many fields and across institutions including
hospitals. Work accidents and hospital sickness are higher than in other industries. Both of these are
strongly related to the safety behavior of nurses in the inpatient room. The purpose of the study is to
find out the relationship of safety behavior nurses, stress level, and Mitra Keluarga Hospital
commitment. Quantitative research methods, namely cross-sectional. Results of the study gender of
women 88.5%, greater age 40 years 45.8%, Ners Education 45.8%, duration of work more than 5 years
83.3%, safety training 54.2%. Average good answers (score 4) occur in organizational commitment,
management commitment, motivation, leadership style. Analysis of bivariate correlation of
meaningful factors is the value of p is work stress, incentives, communication, leadership style,
motivation, training, management commitment, organizational commitment, nurse motivation is
good, but if the nurse's stress is high then safety behavior is not optimal. This study found that among
the influencing factors affecting nurse safety behavior such as the organizational commitment,
leadership style, training and values, the most worrying factor was the high work stress among nurses
which is 58%. Further research using the qualitative method on work stress among nurses and its
effect will provide a new understanding on other underlying factors which has not been addressed in
this study.
52
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Vol. 7 No 1, Februari 2023 P-ISSN: 2868-6298
53
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
yang buruk (63,3%). Berdasarkan hasil kepala ruangan atau manajemen lainnya di
penelitian ini agak berbeda dengan kenyataan, ruang rawat inap saat pertama kali kebijakan
karena pada waktu Akreditasi KARS beberapa telah dibuat, tetapi struktur organisasi K3, SPO
saat yang lalu, RS. Mitra Keluarga Bekasi K3 masih belum diberitahukan kepada seluruh
mendapatkan bintang lima dalam perihal perawat sehingga perawat masih banyak yang
safety. tetapi hasil penelitian ini dibenarkan belum mengetahui dengan struktur organisasi.
oleh pernyataan Kepala Departemen Komunikasi dalam menjelaskan visi, regulasi,
Keperawatan, Ketua Tim Pencegahan dan dan sebagainya masih kurang efektif dalam
Pengendalian Infeksi (PPI), dan perawat yang cara penyampaiannya secara langsung saat
menjabat sebagai Infection Prevention and waktu sedang bertugas.
Control Nurse (IPCN) ada faktor yang
Hampir separuh dari total responden
menurunkan motivasi mereka dalam
berpersepsi bahwa komitmen manajemen K3
mengutamakan pekerjaan sehingga banyak
baik. Pada subvariabel keterlibatan karyawan,
pelanggaran dan ketidakdisiplinan yang
lebih dari separuh dari total responden
muncul dalam perilaku safety mereka saat
berpersepsi baik. Pada subvariabel safety
bekerja di ruang rawat inap.
leadership, lebih dari separuh dari total
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden berpersepsi baik. Komitmen
jumlah perawat yang mempunyai perilaku manajemen Tim Komite K3 ditemukan masih
safety yang buruk lebih besar daripada jumlah kurang dalam mengajak perawat untuk
perawat yang berperilaku safety baik, yaitu berperan aktif dalam setiap kegiatan K3
sebesar 63,3% dan sekitar 36,7% jumlah maupun rapat, seperti ajakan atau dorongan
perawat yang berperilaku safety yang baik. untuk memberikan masukan dan
Lebih dari separuh perawat dikatakan berpartisipasi aktif mengenai K3, mencari hal-
mempunyai perilaku yang kurang safety. hal yang bisa menyebabkan bahaya yang tidak
Perilaku kurang safety ini terlihat pada diinginkan. Safety leadershipnya yang
kurangnya kesadaran dalam menggunakan dirasakan oleh para perawat ruang rawat inap
sepatu yang tahan tembusan benda tajam, juga kurang memberikan contoh dan
bekerja memperhatikan safety sign, dukungan kepada mereka.
pembuangan BHP ke tempatnya, dan
Pada variabel pelatihan, kurang dari separuh
pengembalian alat setelah digunakan.
dari total responden berpersepsi baik.
Penurunan perilaku safety ini mulai terjadi
Pelatihan dirasakan kurang oleh perawat dan
setelah selesai Akreditasi Rumah Sakit.
sebagian besar mengatakan belum pernah
Pada distribusi responden berdasarkan mendapatkan pelatihan mengenai K3 sejak
persepsi terhadap komitmen organisasi K3, awal mulai bekerja di RS. Mitra Keluarga Bekasi
lebih dari setengah dari total responden dan hingga saat ini mereka jarang
berpersepsi baik. Pada subvariabel struktur mendapatkan pelatihan K3. Pelatihan K3 sudah
organisasi K3, kurang dari separuh dari total mulai diberikan, namun hanya perawat yang
responden berpersepsi ada. Pada subvariabel ditunjuk yang mengikuti pelatihan secara
kebijakan, kurang dari separuh dari total langsung, kemudian perawat yang lain akan
responden berpersepsi ada. Untuk subvariabel diberitahukan oleh teman yang mengikuti
SPO, sebagian besar responden berpersepsi pelatihan secara grup di nurse station atau
ada. Untuk subvariabel komunikasi, kurang secara personal keesokan harinya pada saat
dari separuh berpersepsi buruk. Sebagian jam kerja.
besar responden mengatakan bahwa
Variabel komitmen organisasi tidak
komitmen organisasi Komite K3 sudah cukup
berhubungan secara signifikan terhadap
baik. Hal ini terlihat dari kebijakan yang telah
perilaku safety. Subvariabel struktur organisasi
disosialisasikan melalui pemberitahuan oleh
54
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
tidak berhubungan secara signifikan dengan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Mitra
perilaku safety perawat di ruang rawat inap. Keluarga Bekasi. Pelatihan dikatakan sangat
Subvariabel kebijakan K3 berhubungan secara berhubungan dalam mengubah perilaku safety
signifikan dengan perilaku safety perawat di perawat di ruang rawat inap karena dengan
ruang rawat inap. Subvariabel SPO tidak diberikan secara langsung, dan sering
berhubungan secara signifikan terhadap dilakukan, pelatihan menambah pengetahuan
perilaku safety perawat di ruang rawat inap. dan ketrampilan yang lebih dalam lagi sehingga
Subvariabel komunikasi tidak berhubungan dapat mengubah perilaku safety perawat di
secara signifikan dengan perilaku safety ruang rawat inap.
perawat di ruang rawat inap. Komitmen
Variabel yang paling dominan dari lima
organisasi seperti struktur organisasi dan SPO
variabel yang berhubungan adalah variabel
yang sudah disosialisasikan dan dijalankan
pelatihan. Dari semua yang hal-hal yang
sejak pertama kali Tim Komite K3 dibuat
berhubungan dengan perilaku safety perawat
ternyata tidak mempengaruhi perilaku safety
dikatakan bahwa pelatihan yang paling dapat
perawat, sedangkan kebijakan yang telah
mempengaruhi perilaku safety perawat karena
diberitahukan oleh manajemen di ruang rawat
dengan adanya penambahan ilmu dan
inap secara langsung ternyata mempengaruhi
ketrampilan.
perilaku perawat karena regulasi telah
disebarkan kepada perawat di ruang rawat
inap. Komunikasi yang telah dilakukan oleh
manajemen dengan perawat di ruang rawat Daftar Pustaka
inap dirasakan tidak mempengaruhi perilaku 1. Lulu. Construction Safety Management
safety mereka walaupun mereka telah A System Approach. USA: Lulu Inc.;
mengetahuinya. 2005.
Kesimpulan 2. National Safety Council. National Safety
Council Annual Report. USA; 2018.
Variabel komitmen manajemen tidak
3. Tiesman H. NA. CW. SK& FG.
berhubungan secara signifikan terhadap
Effectiveness of a ceiling-mounted
perilaku safety. Subvariabel keterlibatan
Patient Lift System in Reducing
perawat tidak berhubungan secara signifikan
dengan perilaku safety perawat di ruang rawat Occupational Injuries in Long Term
inap. Subvariabel safety leadership tidak Care. J Healthc Saf. 2003;1(1):34–40.
berhubungan secara signifikan dengan 4. Gaol MJL, Camelia A, Rahmiwati A.
perilaku safety perawat di ruang rawat inap. ANALISIS FAKTOR RISIKO KELELAHAN
Komitmen manajemen, seperti keterlibatan KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN
perawat dan safety leadership yang sudah PRODUKSI PT. ARWANA ANUGRAH
dijalankan di ruang rawat inap Mitra Keluarga KERAMIK, Tbk. J Ilmu Kesehat Masy.
Bekasi ternyata tidak mengubah perilaku 2018 Mar 1;9(1).
safety perawat. Keterlibatan perawat yang 5. Dominic Cooper. Surfacing Your Safety
kurang aktif dalam setiap kegiatan K3 Culture . In: Major Hazard Commission
membuat mereka kurang mengetahui tentang Of The Federal Ministry Of
tujuan dan program kerja K3 sehingga perilaku Environment: Human Factor
mereka tidak berubah. Safety leadership yang
Conference. Loccum, Germany: Ev.
kurang memberikan contoh dan dukungan
Academie; 2002.
sulit untuk mengubah perilaku safety mereka.
6. Heinrich W. Industrial accident
Adanya hubungan yang signifikan antara prevention : a scientific approach. 1st
pelatihan (Training) dan perilaku safety ed. New York: McGraw-Hil; 1931.
55
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
7. Bandura A. Social Learning Theory. New 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Jersey: Prentice-Hall, Inc; 1977. Pedoman Manajemen K3 di RS dan
8. Razieh Tadayon Nabavi. Bandura’s OHSAS 18001 tentang Standar Sistem
Social Learning Theory & Social Manajemen K3. Jakarta : DPR RI; 2007.
Cognitive Learning Theory. Theor Dev 22. Zohar D. dan Marshall S. SQ,
Psychol . 2011; Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
9. Ismail F, Salimin RH, Ismail R. The Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik
Organisational Environment-Behaviour untuk Memaknai Kehidupan. Bandung:
Factor’s Towards Safety Culture Mizan; 2001.
Development. Procedia - Soc Behav Sci. 23. Bangun W. Manajemen Sumber Daya
2012;35. Manusia. Jakarta: Erlangga; 2012.
10. Hamouda AS. attitude towards safety 24. Deddy Mulyadi. Perilaku Organisasi dan
culture among employees at the Kepemimpinan Pelayanan. Bandung:
intensive care unit in the governmental Alfabeta;
hospital of gaza city. [Gaza]: Islamic 25. Jaselski Edward J. et al. Strategies for
University - Gaza; 2013. Achieving Excellence in Construction
13. Robbins SP. Perilaku Organisasi. Safety Performance . J Constr Eng
Jakarta: PT Prenhanllindo; 2001. Manag . 1996;
14. Mowday R. PL and SR. Employee— 26. Chacón F, Mora F, Gervás-Ríos A,
Organization Linkages: The Psychology Gilaberte I. Efficacy of lifestyle
of Commitment, Absenteeism, and interventions in physical health
Turnover. New York: Academic Press; management of patients with severe
1982. mental illness. Ann Gen Psychiatry.
15. John W. Newstrom KD. Organizational 2011;10(1).
Behavior: Human Behavior at Work. 27. Ramli S. Petunjuk Praktis Manajemen
New York: McGraw-Hill; 1993. Kebakaran (Fire Management). Jakarta:
16. R K Price 1 CSNSWVJF. Estimating the Dian Rakyat; 2010.
prevalence of chronic fatigue syndrome 28. O’Toole M. The relationship between
and associated symptoms in the employees’ perceptions of safety and
community. Public Heal Rep. organizational culture. J Safety Res.
1992;107(5):514–22. 2002 Jun;33(2).
17. Anderson. Public Policy Making Third 29. Hughes RL. GRC. dan CG. Leadership:
Edition. USA: Houghton Miffin Memperkaya Pelajaran dari
Company; 1984. Pengalaman,. 7th ed. Jakarta: Salemba
18. Islamy MI. Prinsip-prinsip Perumusan Humanika; 2012.
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi 33. Umi Farida BM. Peran Beban Kerja dan
Aksara; 2004. Komitmen Organisasi terhadap
19. International Labour Organization. Turnover Pekerja. J Ilmu Manaj Univ
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Muhammadiyah Palembang.
Sarana untuk Produktivitas. Indonesia; 2019;9(1):52–63.
2013. 34. Safety in Malaysian Construction: The
20. Dra. Sri Redjeki MS. Kesehatan Dan Challenges and Initiatives. Ghani M.K.,
Keselamatan Kerja . Jakarta: Pusdik Abdul Hamid Z., Mohd Zain M.Z., Abdul
SDM Kesehatan ; 2016. Rahim A.H., Mohamad Kamar K.A.,
21. Kemenkes RI. SK Menkes No. Abdul Rahman M.A. Kuala Lumpur:
56
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Contruction Research Institute
Malaysia (CREAM); 2010.
35. Wong Y, Ngo H, Wong C. Affective 49. Dominic Cooper. The Impact of
organizational commitment of workers Management’s Commitment on
in Chinese joint ventures. J Manag Employee Behavior: A Field Study. In:
Psychol. 2002 Nov;17(7). 7th Professional Development
36. McDonald HBM dan WJK. Marketing Conference & Exhibition . Bahrain:
Plans That Work. 1st ed. Jakarta: American Society of Safety Engineer;
Erlangga; 1999. 2006.
37. Manpower Services Commission. 50. Firdiansyah, F., Nurminingsih, N., &
Glossary of training terms. London; Haryana, A. (2022). Pengaruh Budaya
1981. Organisasi, Lingkungan Kerja Dan Gaya
38. Truelove. The handbook of training and Kepemimpinan Terhadap Kinerja
development. Massachusetts: Back Karyawan PT Central Mega Kencana.
Publisher. Inc; 1995. Jurnal Administrasi Dan Manajemen,
44. Departemen Kesehatan RI. Pedoman 12(3), 268–277.
pencegahan dan pengendalian infeksi https://doi.org/10.52643/jam.v12i3.24
di rumah sakit dan fasilitas pelayanan 78
kesehatan lainnya. Jakarta: 51. Hidayat, C. N., Nurminingsih, N., &
Departemen Kesehatan RI; 2008. Tamba, M. (2021). Pengaruh
45. Borman WC& MS. Expanding The Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan
Criterion Domain to Include Elements Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
of Extra-role Performance. Schmitt N& Dalam Mengembangkan Bisnis
BW., editor. San Francisco: Jossey-Bass; Periklanan Pada PT Bangun Selaras.
1993. Jurnal Administrasi Dan Manajemen,
46. Neal A, Griffin MA. A study of the lagged 11(2), 168–180.
relationships among safety climate, https://doi.org/10.52643/jam.v11i2.98
safety motivation, safety behavior, and 1
accidents at the individual and group
levels. J Appl Psychol. 2006;91(4).
47. David Oswald FSSS. Exploring factors
affecting unsafe behaviours in
construction. In: ARCOM Conference
Annual. USA: ARCOM Conference;
2013.
57
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI