Anda di halaman 1dari 48

Similarity Report ID: oid:8299:37884563

PAPER NAME

proposal_Amelia Devin K_Fikkes_S1Kep -


1903009 AMELIA DEVIN KRISNAWATI_2
0 juni2023.docx

WORD COUNT CHARACTER COUNT

5745 Words 38088 Characters

PAGE COUNT FILE SIZE

42 Pages 325.9KB

SUBMISSION DATE REPORT DATE

Jun 20, 2023 1:05 PM GMT+7 Jun 20, 2023 1:06 PM GMT+7

31% Overall Similarity


The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.
31% Internet database 13% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database

Excluded from Similarity Report


Bibliographic material Quoted material
Cited material Small Matches (Less then 10 words)

Summary
PENGARUH PELATIHAN PASIENT SAFETY
DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
PERAWAT TENTANG PASIENT SAFETY DI
PUSKESMAS BRATI GROBOGAN

PROPOSAL
49
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Keperawatanpada Universitas Karya
Husada Semarang

Oleh :

AMELIA DEVIN KRISNAWATI

NIM : 1903009

39
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN UNIVERSITAS KARYA
HUSADA SEMARANG 303
33
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas adalah salah satu fasilitas kesehatan yang bertugas

merencanakan inisiatif kesehatan di tempat kerja yang bersifat promosional,


30
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Tujuan pembangunan kesehatan adalah

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kapasitas setiap orang untuk

hidup sehat untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat yang berkelanjutan

secara sosial dan ekonomi setinggi mungkin (Ulumiyah, 2018).


8
Berdasarkan Permenkes No. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi

Puskesmas, Klinik Pratama, Menurut The Doctor's Independent Practice

Place, puskesmas harus dikelola dengan tepat untuk menyelesaikan tugasnya

sebaik mungkin, dimulai dengan pemberian layanan, prosedur layanan, dan

penggunaan sumber daya. Agar Puskesmas dapat mengelola untuk

memberikan layanan yang komprehensif kepada masyarakat, upaya harus

dilakukan untuk meningkatkan kualitas, manajemen risiko, dan keselamatan

pasien (Moeloek, 2019). Sebagai bagian dari proses akreditasi untuk

puskesmas, keselamatan pasien juga dievaluasi, sehingga perlu untuk

menegakkan standar ini setiap saat ketika menawarkan layanan

puskesmas..(Astriyani et al., 2021) Keselamatan pasien adalah kriteria yang

digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur kemanjuran layanan

keperawatan yang berdampak pada perawatan kesehatan. Kejadian Tak


36
Diharapkan (KTD), yang sering terjadi pada pasien ketika mereka berada di

rumah sakit dan sangat berbahaya bagi pasien dan sistem medis, adalah

sesuatu yang ingin dihindari oleh inisiatif keselamatan pasien (Ayudhita et

al., 2018).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keselamatan pasien

adalah masalah bagi rumah sakit baik internasional maupun domestik, elemen

penting dari perawatan pasien berkualitas tinggi, prinsip dasar perawatan

pasien, dan bagian penting dari manajemen kualitas. Keselamatan rumah


16
sakit memiliki lima komponen utama: keselamatan pasien, keselamatan

pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan rumah

sakit, keselamatan lingkungan (produktivitas hijau), dan keselamatan bisnis

rumah sakit. Setiap rumah sakit dan fasilitas lain yang menyediakan layanan

kesehatan rawat inap harus menerapkan lima faktor keamanan (Muhammad,

2017). keselamatan pasien menjadi prioritas utama yang harus dilakukan


4
karena berkaitan dengan mutu dan citra pelayanan kesehatan. Penelitian

tentang keselamatan pasien menyebabkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

di 26 negara berpenghasilan menengah dan rendah, frekuensi KTD berkisar

8% dengan 83% KTD tersebut dapat dicegah, dan dengan angka kematian

sebesar 30%. Angka estimasi hospitalisasi setiap tahun didunia adalah sebesar

421 juta dengan sekitar 42,7 juta pasien mengalami KTD.


Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), rumah sakit perlu

memberi perhatian ekstra pada keselamatan pasien. Institute of Medicine

(IOM) menyatakan pada tahun 2020 bahwa ada 98.000 kasus kematian di

Amerika Serikat yang dapat dicegah dengan kesalahan medis. 52 kejadian

ditemukan di 11 rumah sakit di lima negara berbeda, menurut penelitian yang

dilakukan di lembaga terakreditasi Joint Commission International (JCI).

Hong Kong memiliki kasus terbanyak, dengan total 31%, diikuti oleh

Australia dengan 25%, India dengan 23%, Amerika Serikat dengan 12%, dan

Kanada dengan 10%. Menurut data tahun 2019, terdapat 7.465 kejadian

keselamatan pasien di Indonesia, antara lain 171 korban jiwa, 80 luka berat,

372 luka sedang, 1183 luka ringan, dan 5659 tanpa cedera. Hanya 12% dari

insiden keselamatan pasien — atau 7.465 laporan — telah terjadi di 2.877

rumah sakit yang diakui di Indonesia, meskipun ada banyak institusi di negara

ini. Ini terdiri dari 38% kejadian near-injury (KNC), 31% non-injury events

(KTC), dan 31% kejadian tak terduga (KTD).(Toyo et al., 2022).

Tujuan layanan keperawatan dipertimbangkan ketika memberikan


1
asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan untuk tujuan

pencapaian tujuan pelayanan kesehatan sesuai dengan tugas, wewenang, dan

tanggung jawab serta dengan mengacu pada standar profesi berdampak pada
46
tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit (UU No. 36 Tahun 2009, pasal

24). Setiap petugas kesehatan, terutama perawat yang melayani sebagai staf

garis depan sistem, harus memainkan peran terbaik mereka agar layanan

kesehatan berkualitas tinggi dan aman. Untuk mempromosikan gerakan


keselamatan pasien, perawat sekarang diharapkan untuk memainkan peran

yang lebih penting dalam peningkatan kualitas layanan keperawatan.

Menurut Mitchell dalam Hughes (2008), Melalui keselamatan pasien,

perawat sangat penting untuk kemajuan kualitas. Pada tahun 2000, Institute

of Medicine (IOM) merekomendasikan dua peran untuk perawat dalam

keselamatan pasien: satu adalah untuk menjaga keselamatan pasien dengan

mengubah lingkungan keperawatan untuk mendukung keselamatan pasien,

dan yang lainnya adalah untuk memainkan fungsi ini dengan menerapkan

standar keperawatan terbaru..(Ayudhita et al., 2018)

Tindakan berdasarkan pengetahuan tentang keselamatan pasien akan

jauh lebih baik daripada tindakan yang tidak didasarkan pada pengetahuan

itu. Pengetahuan atau kognitif sangat krusial dalam membentuk tindakan

seseorang. Perawat harus cukup waspada untuk memperhatikan ketika ada


45
sesuatu yang salah dan tidak boleh mengabaikan informasi klinis penting.

Jika terjadi sesuatu yang membahayakan pasien.(Ayudhita et al., 2018)


1
Pelatihan didefinisikan sebagai metode yang terorganisir Untuk

memastikan bahwa seseorang memiliki informasi, kemampuan, dan

pemahaman yang diperlukan tentang tugasnya di tempat kerja, pelatihan

adalah proses yang sistematis (Yulia et al., 2012). Pengetahuan untuk

meningkatkan produktivitas atau memberikan hasil positif, pengetahuan

dapat meningkatkan kapasitas afektif, motorik, dan kognitif..(Ningsih &

Endang Marlina, 2020).


47
Hasil studi pendahuluan secara wawancara dan observasi yang

dilakukan di Puskesmas Brati pada tanggal 31 mei 2023 memiliki 58 petugas

kesehatan terbagi dokter 4, perawat IGD 6, perawat rawat inap 17, perawat

gigi 3, bidan 14, fisioterapi 2, apoteker 2, rekam medis 2, laboratorium 4

dengan didapatkan bahwa pelaksanaan pasient safety di puskesmas tersebut

terbilang masih belum optimal dikarenakan terdapat kelalaian atau

ketidakpatuhan melakukan kajian pasien resiko jatuh dengan tidak

tersedianya fall risk di dalam pelayanan rawat inap adanya kejadian tersebu

sudah seharusnya diberlakukannya proses pasient safety. Peran perawat pada

pelayanan rawat inap sebagian belum terlaksana dengan baik karena adanya

perbedaan sifat dan pemahanan setiap individu serta kurangnya motivasi.

Sebagian perawat telah mengikuti beberapa sosialisasi atau seminar tentang

pasient safety, secara keseluruhan penerapan pasient safety telah berjalan

namun nilai kesadaran dan pemahaman dalam membangun budaya

keselamatan pasien untuk mencapai mutu kesehatan yang lebih baik masih

kurang.

Berdasarkan data pada studi pendahuluan yang diperoleh dari

Instalasi Penjamin Mutu diperoleh kejadian infeksi nosocomial pada rawat

inap mencapai 3,42 % pada tahun 2022. Dengan adanya kejadian tersebut
21
maka bisa dikatakan bahwa kejadian infeksi nosocomial terbilang cukup

tinggi, mengingat pada standar yang telah ditetapkan Kepmenkes No. 129

Tahun 2008 untuk kejadian infeksi nosocomial yang bisa ditolerir adalah

kurang dari 1,5 %, selain data kejadian infeksi nosocomial didapatkan bahwa
tindakan keperawatan belum semuanya sesuai dengan standar prosedur

operasional yang ada. Misalnya, meskipun Puskesmas Brati telah

menerapkan sistem komunikasi SBAR dan terdapat SOP di setiap ruangan,

namun beberapa tenaga kesehatan masih belum menerapkan sistem

komunikasi SBAR (Situasi, Latar Belakang, Penilaian, Rekomendasi) pada

saat pergantian penjaga. Beberapa perawat juga masih egois dan hanya

mencuci tangan setelah bersentuhan dengan pasien. Jika kesadaran akan

perlunya perbaikan masih rendah dan tidak ada upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kesadaran, itu dapat mempengaruhi pelaksanaan keselamatan

pasien dan menyebabkan insiden terus terjadi karena tidak ada upaya yang

dilakukan untuk belajar dari mereka, mengambil inisiatif, peduli tentang

mereka, dan menyerukan layanan yang lebih baik yang memprioritaskan

keselamatan pasien. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh pelatihan pasient safety

dengan pengetahuan perawat tentang pasient safety di puskesmas Brati”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Pengaruh pelatihan pasient safety dengan pengetahuan

perawat tentang pasient safety di puskesmas Brati?”


7
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh pelatihan pasient

safetydengan pengetahuan perawat tentang pasient safety di puskesmas

Brati.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik dan sikap perawat tentang pasient safety

b. Mengetahui pengetahuan perawat tentang pasient safety sebelum

pelatihanpasient safety

c. Mengetahui pengetahuan perawat tentang pasient safety setelah

pelatihan pasient safety

d. Menganalisis pengaruh pelatihan pasient safety dengan pengetahuan

perawat tentang pasien safety.


42
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian sangat berguna dalam memberikan informasi kepada

parapasien dalam pemberian pelayanan Safety

2. Bagi Puskesmas

Temuan penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada

pengembangan sumber daya manusia dan evaluasi, yang signifikan sebagai

faktor penentu kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan mutu pelayanan

kesehatan, serta peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan di

Puskesmas.
4
3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti

dalam memberikan pelayanan tentang Pasient Safety.

4. Bagi Institusi Keperawatan

Menambah literatur sebagai bahan pustaka bagi Universitas Karya

HusadaSemarang, khususnya program studi Sarjana Keperawatan tentang

pengaruh pelatihan pasient safety dengan pengetahuan perawat tentang

Pasient Safety

E. Originalitas Penelitian

Tabel 1 1Originalitas penelitian

Peneliti dan judul Hasil perbedaan


tahun Penelitian
6
Zainuddin,2018 Hubungan hasil Variablel penelitian
pengetahuan penelitian dari sebelumnya tentang
dan sikap 57 responden sikap dan penerapan
perawat dengan sikap pasient safety
terhadap positif
5 41
penerapan (83,9%). Jenis penelitian
pasient Berdasarkan kuantitatif dengan
safety di hasil uji desain quasi experiment
ruang rawat fisher’ s exact Populasi pada penelitian
inap diperoleh nilai sebelumnya semua
rsud h.m ρ = 0,000 < α perawat yang bekerja di
anwar = 0,05. Dari ruang rawat inap
makkatutu analisis sebanyak 66 orang
banteng tersebut maka Teknik pengumpulan
dapat data dengan pengisian
diartikan Ha kuesioner.
diterima atau
ada hubungan Sedangkan pada
antara sikap penalitian sekarang
perawa tentang pelatihan pasien
dalam safety dan pengetahuan
penerapan perawat tentang pasien
pasien safety safety
di jenis penelitian
Ruang Rawat sekarang menggunakan
Inap RSUD kuantitatif dengan
H.M Anwar desain quasi experiment
Makkatutu one grup design
Bantaeng.t populasi seluruh tenaga
Kesehatan dengan
sampel 20 orang
perawat
Teknik pengumpulan
data dengan pengisian
kuesioner pretest
posttest.

Bernadeta Dece
14
pengetahuan Hasil yang Variable pada penelitian
H, Ani perawat diperoleh dari sebelumnya yaitu
Sutriningsih,2015 tentang responden pengetahuan perawat
keselamatan (81,7%) dengan pelaksanaan
pasien dengan prosedur keselamatan
dengan pengethuan pasien di ruma sakit
pelaksanaan cukup dan Jenis penelitian atau
prosedur 7
nilai korelasi desain penelitian
keselamatan sebesar 0.420 menggunakan deskriptif
pasien dengan korelasional
7
dengan
rumah sakit signifikansi populasi 200 perawat di
(kprs) di sebesar 0.001 rumah sakit Panti
rumah sakit (p<0.05) Waluyo dengan
panti maka Ho pengambilan sampel
waluya ditolak yang sebanyak 60 orang
sawahan atinya menggunakan simple
malang terdapat random sampling
hubungan Sedangkan pada
yang penalitian sekarang
signifikan tentang pelatihan pasien
(bermakna) safety dan pengetahuan
antara perawat tentang pasien
pengetahuan safety
perawat jenis penelitian
dengan sekarang menggunakan
pelaksanaan kuantitatif dengan
KPRS desain quasi experiment
one grup design
populasi seluruh tenaga
Kesehatan dengan
sampel 20 orang
Teknik pengumpulan
data dengan pengisian
kuesioner pretest
posttest.
Riris Andriati Hubungan Berdasarkan Variable pada penelitian
29
et.al,2022 tingkat hasil uji terdahulu yaitu tingkat
pengetahuan Spearman’rho pengetahuan dan
dengan dengan nilai pelaksanaan identifikasi
pelaksanaan r= 0,613 dan
25
pasien safety
identifikasi p-value 0,000 Jenis penelitian
pasien = <0,05 maka menggunakan
safety dapat pendekatan cross
pad disimpulkan sectional dengan desain
a perawat di bahwa Ha observasional12analitik
ruang rawat diterima yang Populasi pada penelitian
inap rumah artinya ada ini adalah perawat di
sakit MP hubungan ruang rawat inap RSMP
tingkat 66 orang dengan sampel
pengetahuan sebanyak 53 orang
dengan Teknik pengumpulan
pelaksanaan data menggunakan
identifikasi kuesioner 20 pertanyaan
pasient safety menggunakan analisis
sintetik dengan rumus
spearman rho
Sedangkan pada
penalitian sekarang
tentang pelatihan pasien
safety dan pengetahuan
perawat tentang pasien
safety
jenis penelitian
sekarang menggunakan
kuantitatif dengan
desain quasi experiment
one grup design
populasi seluruh tenaga
Kesehatan dengan
sampel 20 orang
Teknik pengumpulan
data dengan pengisian
kuesioner pretest
posttest.
38
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Pasient Safety

a. Pengertian Pasient Safety


18
Pasient safety adalah prinsip dasar perawatan kesehatan (WHO).

Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah tidak ada

kesalahan atau bebas dari cedera akibat kecelakaan. Pasien Safaty


48
bebas dari cedera yang tidak disengaja atau menghindari cedera pada

pasien karena perawatan medis, infeksi nosokomial, dan kesalahan

pengobatan yang tidak tepat. Keselamatan pasien adalah prioritas

utama dalam pemberian kesehatan.(Ningsih & Endang Marlina, 2020)

Keselamatan adalah Penerapan solusi untuk mengurangi risiko


11
dan mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan

saat mengambil tindakan atau gagal mengambil tindakan yang tepat,


11
serta penilaian risiko, identifikasi dan manajemen risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dari insiden

dan tindak lanjutnya, dan keselamatan adalah sistem yang membuat

perawatan pasien lebih aman. Menyelamatkan pasien melalui

prosedur dan perilaku yang aman dan tidak berbahaya adalah salah

satu landasan perawatan kesehatan (Tristantia, 2018) .


8
Salah satu prinsip dalam pelayanan adalah menyelamatkan pasien

dengan perawatan atau rindakan yang aman serta tidak


8
membahayakan pasien (Ulumiyah, 2018). fasilitas layanan kesehatan

harus semestinya menjaga keamanan proses perawatan kesehatannya

untuk menghindari terjadinya kesalahan medis yang bisa

mempengaruhi kualitas pelayanan Kesehatan.


4
Pasient safety merupakan sistem yang berada di rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman.(Kemenkes & RI, 2015)


22
menggabungkan sistem penilaian risiko, identifikasi dan perawatan

pasien koma, pelaporan dan analisis kecelakaan, kapasitas untuk

belajar dari kecelakaan dan efek sampingnya, dan penerapan tindakan

pencegahan untuk mengurangi risiko. (Dep Kes RI, 2006).(Depkes

RI, n.d.)

b. 27Standar Pasient Safety(Adventus et al., 2019) di Puskesmas yaitu


terdiri dari :

1) Hak pasien

2) Memdidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


15
4) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

5) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien

c. Tujuan Pasient Safety(Adventus et al., 2019)

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien

2) Meningkatnya akuntabilitas pelayanan kesehatan terhadappasien


2
dan masyarakat
3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4) Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi

kejadian tidak diharapkan

d. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Pasient Safety


(Faridah et al., 2019)

1) Karakteristik

2) Lama bekerja

3) Pengetahuan perawat

4) Motivasi perawat

5) Supervise

6) Pengaruh organisasi
2
e. Insiden Keselamatan Pasien

Insiden keselamatan pasien disebut sebagai kejadian tanpa sengaja

dan kondisi yang berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat

dicegah pada pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan (KTD),

kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak Cedera (KTC), dan


34
kejadian potensial cedera (KPC).(Sithi & Widiastuti, 2018) Di

indonesia secara nasional seluruh fasilitas kesehatan diberlakukan

Sasaran Keselamatan Pasien Nasinonal (SKPN), yang terdir dari

sebagai berikut (Salawati, 2020):


2
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif

3) Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai

4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang


benar, pembedahan pada pasien yang benar

5) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan

6) Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

7) Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan

pasien

2. Pengetahuan / Pemahaman
37
a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003), Mengetahui tentang keselamatan

pasien adalah hasil dari merasakan sesuatu, dan ini terjadi setelah

seseorang merasakan objek tersebut. Panca indera tubuh manusia,

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan sentuhan digunakan

untuk mendeteksi objek. Mata dan telinga adalah indera utama yang

melaluinya sebagian besar informasi tentang keselamatan pasien

manusia diperoleh. Kemampuan untuk mengingat informasi yang

telah dipelajari dan disimpan dalam memori mencakup pengetahuan

tentang keselamatan pasien. Hal ini dipengaruhi oleh unsur-unsur

seperti latar belakang pendidikan, status sosial ekonomi, dan bidang

pekerjaan yang menghipnotis kesadaran akan keselamatan pasien.

Pengetahuan dalam bahasa Inggris, khususnya pengetahuan dari

kamus filsafat dengan penjelasan tentang definisi pengetahuan, akan

diberikan beberapa definisi dalam terminologi. Pengetahuan adalah

komponen penting dalam pengembangan apa yang dikenal sebagai


19
perilaku terbuka dan akan muncul dari rasa ingin tahu melalui proses
sensorik, terutama di mata dan mendengar hal-hal tertentu.(S.

Notoatmodjo, 2012b).

b. Tingkat Pengetahuan
5
Ada 6 tingkatan Pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012)yaitu sebagai

berikut :

1) Mengetahui (know)

Mengingat materi yang sudah dipelajari sebelumnya, termasuk

kemampuan buat mengingat balik (rrcall) sesuatu yg khusus asal

informasi kesehatan yang telah dipelajari

2) Memahami (comprehension)

Memahami atau tahu diartiakan menjadi suatu kemampuan

buat mengungkapkan secara sahih wacana objek


26
3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan menjadi kemampuan buat menggunakan

materi secara benar.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk memecah suatu zat atau

item menjadi bagian-bagian komponennya sambil menjaga


35
semuanya dalam satu kerangka kerja organisasi dan terhubung satu

sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis atau buatan mengacu pada kapasitas untuk

menggabungkan atau menghubungkan elemen untuk menciptakan


bentuk yang segar dan komprehensif.
24
6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atauobjek.

Menurut (Nursalam, 2011), tingkat pengatahuan dikategorikan

menjadi tiga kategori nilai sebagai berikut :

19
1) Baik : nilai presentasi 75%-100%

2) Cukup : nilai presentasi 65%-75%

3) Kurang : nilai presentadi <56%

1
c. Cara Memeroleh Pengetahuan menurut ( soekidjo Notoatmodjo, 2014)

Berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni

1) Prosedur konvensional atau non-ilmiah digunakan dalam metode ini

untuk memastikan kebenaran pengetahuan sebelum proses ilmiah


20
sistematis dan logis atau metode penemuan ditemukan., cara- cara

penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

a) Cara Coba Salah (Trial and Error) Belajar sambil melakukan

Dalam pendekatan ini, potensi pemecahan masalah digunakan, dan

jika tidak berhasil, potensi yang berbeda dicoba. Coba lagi dengan
kemungkinan ketiga jika opsi kedua masih salah, dan seterusnya

sampai masalah teratasi. Pendekatan trial and error adalah nama

lain untuk teknik ini.

b) Secara kebetulan atau secara tidak sengaja

c) Cara kekuasaan atau otoritas pengetahuan merupakan metode


6
pemberian kekuasaan atau otoritas pengetahuan berdasarkan tradisi

kekuasaan atau otoritas, baik tradisi pemerintah, otoritas, tokoh

agama, maupun ahli pengetahuan. Secara umum, orang diharapkan

untuk mempercayai pernyataan yang dibuat oleh mereka yang

memiliki kekuatan untuk mendukung mereka dengan data empiris

atau logika mereka sendiri.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi, dari pengalaman pribadi,

memang benar bahwa "pengalaman adalah guru terbaik," yang

menunjukkan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman atau

menggunakannya sebagai sarana belajar.

e) Melalui jalan pikiran, pemikiran manusia berkembang sebagai

hasil dari berpikir dengan cara yang konsisten dengan

pertumbuhan manusia. Manusia telah mampu memperoleh

pengetahuan dengan menggunakan penalarannya. Atau, dalam

memperoleh pengetahuannya.
13
2) Cara Modern atau cara ilmiah, Metode terbaru untuk memperoleh

pengetahuan saat ini lebih metodis, rasional, dan ilmiah, dan dikenal sebagai

cara modern atau ilmiah, khususnya melalui proses penelitian.


9
d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Budiman, 2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor sebagaiberikut :

1) Faktor Internal

a) Jasmani

Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan inderaseseorang

b) Rohani

Unsur-unsur spiritual meliputi kesehatan psikologis, intelektual, dan

psikomotor seseorang serta keadaan fungsional dan kognitif mereka.

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Pendidikan hanya mengacu pada memberikan informasi kepada

orang lain sehingga mereka dapat memahaminya. Tidak diragukan lagi,

semakin terdidik seseorang, semakin mudah bagi mereka untuk

mempelajari hal-hal baru, dan pada akhirnya, semakin banyak

pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya, sikap seseorang terhadap

pembelajaran dan pengenalan cita-cita baru akan terhambat jika tingkat

pendidikannya rendah. Tanggapan yang diterima dari luar akan

bervariasi tergantung pada tingkat pendidikan individu. Orang dengan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan bereaksi terhadap informasi

secara lebih logis dan akan mempertimbangkan manfaat potensial dari


proposal tersebut.

b) Pekerjaan

Berada di lingkungan pekerjaan bisa dijadikan seseorang dapat

pengalman maupun pengetahuan baik langsung maupun tidak langsung.

c) Umur

Perubahan dalam kualitas mental psikis dan psikologis seseorang

seiring bertambahnya usia. Dalam hal pertumbuhan fisik, ada empat jenis

perubahan: variasi ukuran, proporsi, hilangnya sifat-sifat sebelumnya,

dan penampilan sifat-sifat baru. Pematangan fungsi organ inilah yang

menyebabkan hal ini. Pemikiran seseorang berkembang secara

psikologis dan mental.

d) Minat atau keinginan yang tinggi

Seseorang yang tertarik pada sesuatu akan mencoba menjelajahinya

dan akhirnya belajar lebih banyak tentangnya.

e) Pengalaman
6
Kecenderungan memiliki pengalaman yang baik secara psikologis

akan menimbulkan kesan yang membekas dalam emosi sehingga

menumbuhkan sikappositif.

f) Paparan informasi

Masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi melalui berbagai

media cetak dan elektronik, sehingga memudahkan mereka yang terpapar

media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dll) lebih sering


melakukannya. Akibatnya, paparan media massa dapat secara efektif

meningkatkan pengetahuan seseorang.

3. Pelatihan

Pelatihan adalah prosedur metodis untuk memperoleh atau

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk

meningkatkan kinerja. Pelatihan adalah komponen pendidikan yang

melibatkan perolehan cepat dan pengembangan keterampilan di luar

lingkup sistem pendidikan yang sesuai. Kemampuan yang dibahas di

sini datang dalam berbagai bentuk dan ukuran, termasuk keterampilan

manajerial, intelektual, dan fisik. Pendekatan yang digunakan untuk

mempromosikan kualitas, efektivitas, dan kinerja staf adalah pelatihan.

Pengetahuan ini dapat meningkatkan kapasitas afektif, motorik, dan

kognitif anggota staf, menghasilkan peningkatan produktivitas atau

hasil positif..(Apriliana & Nawangsari, 2021)

a. Manfaat Pelatihan
1
Pelatihan memiliki makna kemanfaatan baik dari aspek staf

maupun organisasi. Rivai dan Sagala (2009) menjelaskan

pengetahuan karyawan ke pekerjaan mereka berdampak pada

kinerja mereka di masa mendatang. Selain itu, perusahaan dapat


1
memperoleh keuntungan dari pelatihan dan pengembangan dengan

meningkatkan kualitas dan kuantitas output, mengurangi biaya

limbah dan pemeliharaan, mengurangi kecelakaan dan biaya

terkait, dan meningkatkan kepuasan karyawan. Keuntungan


tambahan yang dapat diperoleh staf dari pelatihan termasuk

kewajiban dan pencapaian yang lebih dapat diinternalisasi,

peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan sikap, dan bantuan

dalam mengatasi kecemasan mengambil tanggung jawab baru.

Karakter moral tentang arah yang ingin dituju organisasi juga

dipandang sebagai keuntungan oleh organisasi..(Wicaksono, 2016)

b. Jenis Pelatihan.(Yulia, 2010)


1
1) On the job training

On-the-job training adalah pelatihan berbasis instruksi di mana

karyawan bertempatkan di pengaturan aktual dan dipandu oleh

personil yang berpengetahuan atau supervisor.

2) Off the job training


1
Beberapa pendektan off the job training antara lain ialah

ceramah kelas, case study, simulasi, praktek laboratorium, role

playing dan behavior modeling. Berikut penjelasan terkait

a) Ceramah kelas

Dengan melakukan percakapan selama kuliah,

ketergantungan metode pada komunikasi, umpan balik, dan

partisipasi peserta dapat diperkuat.

b) Case study

Dalam metode pengajaran ini, masalah saat ini dijelaskan

secara tertulis. Proses terpandu yang disebut identifikasi

masalah, pemilihan solusi, dan implementasi solusi


memungkinkan personel untuk membuat keputusan saat

mereka mengembangkan kemampuan pengambilan

keputusan mereka.

c) Simulasi

Simulator yang meniru elemen kunci dari tempat kerja

digunakan untuk melakukan simulasi.

d) Praktek laboratorium
12
Tujuan dari jenis pelatihan ini adalah untuk

meningkatkan kemampuan interpersonal. Selain itu, dapat

diterapkan untuk membuat perilaku yang diinginkan untuk

tugas-tugas staf yang akan datang.


1
e) Role playing

Metode pelatihan ini merupakan perpaduan antara

metode kasus dan pengembangan sikap. Setiap peserta

disajikan dengan keadaan dan diinstruksikan untuk bermain

peran dan menanggapi peserta lain. Keberhasilan pendekatan

pelatihan ini, yang menggabungkan metode kasus dan

pengembangan sikap, tergantung pada kapasitas peserta


1
untuk memenuhi peran mereka seefektif mungkin.

f) Behavior modelling

Teknik ini memungkinkan proses psikologis yang

menghasilkan pengembangan pola baru dan meninggalkan

pola lama. Untuk mengembangkan keterampilan


interpersonal, proses pembelajaran berlangsung melalui

pengamatan dan imajinasi berdasarkan pengalaman orang

lain.

4. Tenaga Kesehatan

Definisi Tenaga Kesehatan

3
Mengetahui apa yang dimaksud dengan "tenaga kesehatan" dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang

dimaksud adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang

kesehatan, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan, serta memerlukan kewenangan dalam

memberikan pelayanan kesehatan (Depkes, 1996). Tenaga kesehatan

yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri dari

1. Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi

2. Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan

3. Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten

apoteker

4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan,

entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan,

administrator kesehatan dan sanitarian

5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien


6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis

7. Terapis wicara

Radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis

kesehatan, refraktor optik, teknisi otosis prostetik, teknisi transfusi, dan

perekam medis adalah contoh teknisi medis. Petugas yang memiliki


43
hubungan dengan tenaga kesehatan didefinisikan oleh Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 sebagai dokter, dokter gigi, perawat,

bidan, dan teknisi medis. (Medica, 2012)

Dimungkinkan untuk menjamin adanya kriteria kompetensi untuk

semua pekerjaan, termasuk yang melibatkan perawatan kesehatan.

Kemampuan profesional kesehatan untuk memenuhi kriteria kompetensi

sangat penting untuk pemberian perawatan pasien berkualitas tinggi dan

terkait langsung dengannya. perlu ditingkatkan penguasaan serta

pemahaman tenaga kesehatan terhadap standar kompetensi yang relevan,

baik dari segi standar kompetensi sendiri maupun penguasaannya.


B. Kerangka Teori
Bagan 2 1Kerangka Teori

Pelatihan Keberhasilan
PasientSafety Sasaran pelatihan PenerapanPasient
Pasient Safety Safety
Meliputi:
1. Lingkungan
1. Dokter
Eksternal
2. Perawat (rawat
inap,gigi,IGD)
2. Kepemimpinan
3. Bidan 3. Budaya
rekammedis organisasi
4. Fisioterapi 4. Praktek
5. laboratorium manajemen
5. System struktur
6. Pengetahuan dan
keterampilan
individu
7. Lingkungan kerja
dan motivasi

Pengetahuan Pasient
Safety

Insiden Pasient
Safety Meliputi: Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) :
17
1. Kejadian 1. 2Mengidentifikasi pasiendengan
Tidak benar
Diharapkan 2. Meningkatkan komunikasiyang
(KTD) efektif
2. Kejadian Nyaris 3. Meningkatkan keamanan obat-obat yang
Cedera(KNC) harus diwaspadai
3. Kejadian Tidak 4. Memastikan lokasi pembedahan yang
Cedera(KTC) benar, prosedur yang benar,
4. Kondisi Potensial pembedahan pada pasien yangbenar
Cedera(KPC) 5. Mengurangi risiko infeksi akibat
perawatan kesehatan
6. Mengurangi risiko cederapasien
akibat terjatuh
7. Mencegah cedera melalui
implementasi system keselamatan
pasien
31
C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah Hubungan antara konsep atau variabel

yang akan dikuantifikasi melalui penelitian yang akan dilakukan

dijabarkan dan divisualisasikan dalam kerangka konsep (Nursalam,

2008).
40
Bagan 2 2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pelatihan Pasient Safety Pengetahuan dan Sikap Perawat

44
D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah Segala sesuatu yang dipilih peneliti

untuk dipelajari dengan cara apa pun untuk mengumpulkan data dari

mana untuk membuat kesimpulan disebut sebagai variabel


10
penelitian..(Nursalam, 2008) Variabel yang digunakan pada

penelitian ini adalah

1. Variabel Independen atau Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel lain atau sebagai variabel stimulus

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terkait. Pada penelitian ini yang menjadi variabelindependen

adalah Pelatihan Pasient Safety


2. Variabel Dependen atau Terikat

Variabel dependen, juga dikenal sebagai output,


28
kriteria, atau konsekuen, adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi oleh variabel lain atau berkembang sebagai

akibat dari variabel independen.Variabel terikat pada

penelitian ini adalah Pengetahuan Perawat.

E. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian, hipotesis adalah solusi jangka pendek atau


9
dugaan terhadap rumusan masalah yang telah diberikan dalam bentuk

kalimat pernyataan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada pengaruh pelatiahan pasient safety dengan pengetahuan

perawat tentang pasient safety di Puskesmas Brati Grobogan.

Ho : Tidak ada pengaruh pelatihan pasient safety dengan pengetahuan

pasient safety tentang pasient safety di Puskesmas Brati

Grobogan.
32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif yang bertujuan

untuk mendeskripsikan pengaruh pelatihan pasient safety dengan

pengetahuan perawat tentang pasient safety


1
Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan

pendekatan pretest-posttest one group design untuk mengetahui

pengaruh pelatihan pasient safety terhadap pengetahuan perawat

tentang pasient safety

23
B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian atau pengumpulan data akan dilakukan

pada bulan September 2022- Juli 2023

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di puskesmas Brati Grobogan

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel yang

diteliti, sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data


13
dan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena.(Hidayat, 2015) Definisi operasional dalam penelitian ini


meliputi variable independent yaitu berupa pelatihan pasient safety kepada

perawat sedangkan variable dependent yaitu pemahaman atau pengetahuan

perawat tentang pasient safety

Tabel 3 1definisi operasional

Variable Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variable Memberikan pelatihan Term Of - -
independe kepada perawat Reference
nt : mengenai pasient (TOR)
Pelatihan safety berupa
Pasient -konsep dan model
Safety pasient safety
-konsep dasar dan
sasaran pasient safety
-budaya pasient safety
-peran perawat dalam
pasient safety
Dilakukan secara
daring oleh pemateri
selama kurang lebih 45
menit
Variable Kemampuan Koesioner - Baik : nilai Ordinal
dependent menjawab pertanyaan pertanyaa n presentasi
: untuk mengetahui pre dan post 75%- 100%
Pengetahu tingkat pengetahuan test dengan - Cukup :
an dan dan sikap perawat 36 pertanyaa nilai
sikap dalam n mengenai presentasi
perawat mengidentifikasi pasien 65%- 75%
pelaksana pasien secara benar, safety - Kurang :
meningkatkan dengan nilai
komunikasi efektif, kategori presentasi
meningkatkan jawaban <56%
keamanan obat, Benar :
kepastian tepat lokasi skore 1
dan Salah : skore
prosedur,pengurangan 0
risiko infeksi,
pengurangan resiko
pasien jatuh, kejadian
tidak diharapkan
D. Populasi, Sample dan Teknik sampling

1. populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang memenuhi kriteria

tertentu.(S. Notoatmodjo, 2012a) Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh tenaga kesehatan dengan jumlah sebanyak 60

orang dengan jumlah perawat 32 orang yang bekerja di

Puskesmas Brati Grobogan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari seluruh karakteristik yang

dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel dari penelitian ini yaitu

perawat yang bekerja di Puskesmas Brati Grobogan. Penentuan

jumlah sampel ini sesuai dengan rumus Arikunto (2012: 104) jika

jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka jumlah sampel

diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih dari 100

maka bisa diambil 10-15 % dari jumlah populasi. Berdasarkan

jumlah populasi yang didapatkan 60 orang maka sampel diambil

secara keseluruhan dari populasi tersebut ( P.D. Sugiyono, 2012).

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga

jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah


menggunakan Total Sampling yaitu teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Peneliti

menggunakan teknik Total Sampling karena jumlah populasi

yang kurang dari 100 sehingga seluruh populasi dijadikan

sampel. Adapun penentuan responden berdasarkan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi antara lain :

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Perawat yang aktif bekerja di Puskesmas Brati

2) Memiliki latar belakang pendidikan minimal DIII

Keperawatan dan bukan termasuk pegawai negeri

sipil

3) Tidak sedang berada dalam masa tugas belajar atau

mengikuti pendidikan/pelatihan yang meninggalkan

tugasnya di Puakesmas.

4) Responden tidak dalam masa cuti kerja pada saat

keseluruhanproses penelitian dilakukan.

5) Responden sehat (tidak sedang sakit).

6) Bersedia menjadi responden yang dibuktikan dengan

suratkesediaan menjadi responden.


b. Kriteris eksklusi adalah meghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang tidak memenuhi kriteria sebagai responden

karena berbagai sebab. Adapun kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah :

1) Tidak hadir dalam proses penelitian

2) Tidak melanjutkan proses penelitian

E. Instrument Penelitian (Alat Penelitian)

Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam

penelitian.(Nursalam, 2008) Instrumen penelitian yang digunakan

dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pelatihan Pasient Safety

Instrument pelatihan pasien safety menggunakn lembar TOR

Term Of Reference

2. Pengetahuan Perawat Pelaksana

Instumen pada tingkat pengetahuan perawat tentang pasien safety

yang diadopsi dari penelitian (Siti Nurhaliza ) menggunakan

lembar kuesioner yang berisi 36 pertanyaan mengenai pasien

safety
F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh langsung dari

responden melalui kuesioner yang di isi oleh perawat tentang

pasient safety diPuskesmas Brati Grobogan.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

Puskesmas BratiGrobogan yaitu jumlah tenaga kesehatan dan

didapatkan hasil dari 60 petugas terbagi dokter 4, perawat

IGD 8, perawat rawat inap 18, perawat gigi 6, bidan 14,

fisioterapi 2, apoteker 2, rekam medis 2, laboratorium 4.

2. Cara Pengumpulan Data

Tahapan yang telah dilakukan dalam pengumpulan data pada

penelitian iniadalah sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

1) Peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian kepada Universitas Karya Husada

Semarang untuk melakukan penelitian di

Puskesmas Brati Grobogan.

2) Peneliti memperoleh surat izin untuk melakukan

penelitian dari Universitas Karya Husada


Semarang.

3) Peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Grobogan

4) Peneliti memperoleh surat izin penelitian dari

Dinas KesehatanKabupaten Grobogan.

5) Peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian kepada Puskesmas Brati Grobogan.

6) Peneliti melakukan uji Expert pada ahli

7) Peneliti mencari fasilitator

8) Peneliti menyiapkan tempat pelatihan

b. Tahap pelaksanaan

1) Penelitimenetukan responden H-2 sesuai dengan

kriteria inklusi dan kesediaan perawat sebagai

responden

2) Peneliti memberi penjelasan terkait tujuan

penelitian kepada reponden sesuai dengan kriteri

3) Peneliti memberi lembar persetujuan (informe

consent) kepada responden

4) Peneliti membuat Grup WA yang bertujuan untuk

mempermudah pemberian informasi saat sebelum

pelatihan dan sesudah pelatihan dilakukan

5) Mengingatkan responden untuk segera berkumpul


ke tempat pelatihan sebelum pelatiha dimulai

6) Peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner

pretest

7) Fasilitator memberikan lembar kuesioner

penelitian terkait pasien safety kepada responden

untuk kemudian diisi dengan waktu sekitar 15

menit.

8) Peneliti melakukan pengecekan kembali pada

kuesioner yang telah diberikan pada responden.

Jika masih ada pertanyaan yang belum diisi maka

peneliti akan meminta responden untuk

mengisinya kembali

9) Persiapan pemateri masuk

10) Peneliti menjelaskan alur pelatihan kepada

responden

11) Peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner

posttest

12) Peneliti memberikan lembar kuesioner penelitian

posttest terkait pasien safety kepada responden

untuk kemudian diisi dengan waktu sekitar 15

menit.

13) Peneliti melakukan pengecekan kembali pada

kuesioner yang telah diberikan pada responden.


Jika masih ada pertanyaan yang belum diisi maka

peneliti akan meminta responden untuk

mengisinya kembali

c. Tahap penyelesaian

1) Peneliti melakukan pengolahan data

menggunakan program SPSS for windows.

G. Cara Pengolahan Data

Proses pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini

akan dikerjakanmelalui beberapa tahap sebagai berikut (Ardianto,

2019) :

1. Editing (Pengecekan Data)

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

pengisian formulir atau kuesioner. Peneliti akan melakukan

pengecekan ulang kelengkapan data karakteristik sampel,

kuesioner pelatihan pasient safety dan kesehatan mental yang

sudah diperoleh dari sampel.

2. Skoring (Penilaian)

Skoring adalah suatu kegiatan untuk mengubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

Scoring dalam pnelitian ini total


nilai (score) : jika jawaban Benar akan diberi Skore 1 dan jika

jawaban Salahakan diberi skore 0.

Kategori :

- Baik : nilai presentasi 75%-100%

- Cukup : nilai presentasi 65%-75%

- Kurang : nilai presentadi <56%

3. Codding (Pemberian Code)

Codding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan untuk masing-

masing variable terhadap data yang diperoleh dari sumber data

yang telah diperiksa kelengkapannya. R1 untuk reaponden 1,R2

untuk resppnden 2, R3 untuk responden 3, dan seterusnya.

4. Tabulating (Penyusunan Data)

Tabulating adalah penyajian data dalam bentuk tabel yang

bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami laporan

penelitian.

5. Entry Data

Entry data adalah memasukkan jawaban dari masing-masing

responden dalam bentuk kode (angka) ke program computer

(SPSS) untuk dianalisis.

6. Cleaning (Pembersihan Data)


Cleaning adalah pengecekan kembali data hasil penelitian,

setelah dipastikan tidak ada kesalahan maka akan dilakukan

tahap analisis data sesuai jenis data.

H. Analisa Data

Setelah memperoleh data maka selanjutnya melakukan

analisa datamenggunakan pengolahan data kuantitatif.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap

setiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan suatu

distribusi frekuensi dan presentasi dari masing-masing

variabel(Sugiyono, 2010).

X = 𝑓 ×100%

Keterangan :

X = Hasil presentase

f = frekuensi hasil pencapaian

N = Jumlah seluruh observasi

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui persentase

dari variable dependen dan independen pengetahuan tiap

responden menurut hasil pengisian kuesioner. Analisa univariat

dalam penelitian ini adalah pelatihan pasient safety dan


pengetahuan perawat

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk menjelaskan pengaruh

antara kedua variable (variable independent dan variable

dependen). Sebelum dilakukan uji bivariat untuk menentukan uji

hipotesis statistic maka dilakukan uji normalitas, uji normalitas

adalah uji statistik yang digunakan untuk mengetahui sebaran

sebuah data

a) Uji normalitas peneliti menggunakan Shapiro-wilk dimana

jumlah populasi sampel ≤ 50 yaitu 20 sampel. Nilai uji

normalitas yaitu ≤ 50 dikatakan normal tetapi apabila nilai ≤

0,05 maka dikatakan tidak normal.

b) Uji paired T test terdistribusi normal jika nilai p-value ≥ 0,05.

Sebaliknya apabila ditemukan distribusi data tidak normal

menggunakan uji non parametik Wilcoxon jika nilai p-value

≤ 0,05. Dasar pengambilan keputusan untuk meremia atau

menolak Ho pada uji Wilcoxon Signed Rank test adalah

sebagai berikut :

1) Jika probabilitas (Asymp.Sig) ≤ 0,05 maka Ho

ditolak dan Ha diterima.

2) Jika probabilitas (Asymp.Sig) ≥ 0,05 maka Ho

diterima dan Ha ditolak.


I. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini merupakan hal penting dalam sebuah

pelaksanaan penelitian mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia dan hak asasi yang dimiliki

maka dari itu etika dalam melakukanpenelitian harus diperhatikan.

Ada beberapa prinsip etika keperawatan dalam pengumpulan data

yaitu (Hidayat, 2015)

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Informed consent merupakan persetujuan tndakan yang

diberikan kepada responden setelah mendapatkan penjelasan

yang lengkap, sehingga bersedia menjadi responden untuk

mengisi kuesioner. Penelitian ini semua responden setuju

menjadi responden.

2. Tanpa nama (anonimity)

Anonimity adalah untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak

mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut di

berikan kode berupa angka.

3. Kerahasiaan (confidential)

Confidential adalah berupa kerahasiaan data responden yang

dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan hasil peneliti. Data penelitian yang sudah di


masukan ke komputer dijaga kerahasiaannya dengan

menggunakan password sehingga tidak bisa diakses orang lain.

4. Manfaat (beneficience)

Pelaksanaan penelitian ini mendapatkan hasil yang

bermanfaat bagi responden. Peneliti memberikan informasi

yang baik untuk responden . peneliti memberikan informasi

yang baik untuk responden dalam meningkatkan pengetahuan

pasient safety sehingga dapat meningkatkan keterampilan

perawat dan kualitas pelayanan yang baik.


Similarity Report ID: oid:8299:37884563

31% Overall Similarity


Top sources found in the following databases:
31% Internet database 13% Publications database
Crossref database Crossref Posted Content database

TOP SOURCES
The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be
displayed.

scribd.com
1 3%
Internet

123dok.com
2 3%
Internet

repository.uksw.edu
3 3%
Internet

media.neliti.com
4 2%
Internet

journal.umpalopo.ac.id
5 1%
Internet

repository.itekes-bali.ac.id
6 1%
Internet

id.123dok.com
7 <1%
Internet

e-journal.unair.ac.id
8 <1%
Internet

es.scribd.com
9 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8299:37884563

repo.uinsatu.ac.id
10 <1%
Internet

repository.upnvj.ac.id
11 <1%
Internet

eprintslib.ummgl.ac.id
12 <1%
Internet

pt.scribd.com
13 <1%
Internet

files.osf.io
14 <1%
Internet

repository.umy.ac.id
15 <1%
Internet

ejournal.poltekkesternate.ac.id
16 <1%
Internet

pdfcoffee.com
17 <1%
Internet

repository.itsk-soepraoen.ac.id
18 <1%
Internet

repository.stikeselisabethmedan.ac.id
19 <1%
Internet

egeedeatesha.blogspot.com
20 <1%
Internet

perpustakaanrsmcicendo.com
21 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8299:37884563

journal.ppnijateng.org
22 <1%
Internet

text-id.123dok.com
23 <1%
Internet

digilib.unimus.ac.id
24 <1%
Internet

repository.poltekkes-denpasar.ac.id
25 <1%
Internet

repository.ub.ac.id
26 <1%
Internet

vdocuments.site
27 <1%
Internet

eprints.undip.ac.id
28 <1%
Internet

openjournal.wdh.ac.id
29 <1%
Internet

perdesaansehat.com
30 <1%
Internet

yumnaarayyaa.blogspot.com
31 <1%
Internet

eprints.poltekkesjogja.ac.id
32 <1%
Internet

evynurhidayah.blogspot.com
33 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8299:37884563

ojs.unimal.ac.id
34 <1%
Internet

gucisetia.blogspot.com
35 <1%
Internet

repo.htp.ac.id
36 <1%
Internet

zulfitriani28.blogspot.com
37 <1%
Internet

core.ac.uk
38 <1%
Internet

documents.mx
39 <1%
Internet

repository.umpri.ac.id
40 <1%
Internet

scilit.net
41 <1%
Internet

aroellili.blogspot.com
42 <1%
Internet

docobook.com
43 <1%
Internet

etheses.uin-malang.ac.id
44 <1%
Internet

ijohm.rcipublisher.org
45 <1%
Internet

Sources overview
Similarity Report ID: oid:8299:37884563

ilmuasuransi.com
46 <1%
Internet

khairinanurfitriautami.blogspot.com
47 <1%
Internet

repository.uki.ac.id
48 <1%
Internet

repository.usd.ac.id
49 <1%
Internet

Sources overview

Anda mungkin juga menyukai