Anda di halaman 1dari 8

JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN

I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

PARTISIPASI PERAWAT DALAM Informasi


*)
PELAKSANAAN SISTEM JENJANG Coresponden Author: Nur
Miladiyah Rahmah; email:
KARIR DI RSUD CHASBULLAH ABDUL
nur.miladiyah@stikesbanisaleh.ac.id
MADJID: STUDI FENOMENOLOGI
Submitted: 10 Juli 2021
Approved: 17 Juli 2021
Nur Miladiyah Rahmah1 2, Rr. Tutik Sri hariyati2, Published: 28 Februari 2022
Junaiti Sahar2, Mulyono3
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bani Saleh Bekasi,
Copyright: @ 2022 Rahmah, N. M,
Indonesia
2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia et al.,
3
RSUD Chasbullah Abdul Madjid Bekasi, Indonesia
Ini adalah artikel open acces yang
didistribusikan dibawah Universitas
Timor, memungkinkan untuk
ABSTRAK penggunaan, distribusi dan
reproduksi dalam media apa pun,
Latar Belakang: Sistem jenjang karier memberikan asalkan karya asli dikutip / disitasi
penghargaan kepada perawat berdasarkan pendidikan, dengan benar.
dan kompetensi perawat.
Metode: Penelitian ini melibatkan 6 orang partisipan Kata kunci: Jenjang karir Perawat,
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengembangan Professional
Hasil: Hasil penelitian mengidentifikasi 5 tema utama berkelanjutan
yaitu 1) Pengembangan Profesional Berkelanjutan, 2)
Sosialisasi Sistem Jenjang Karir, 3) Implementasi
Jenjang Karir Belum Sesuai Dengan Beban Kerja Dan
Kewenangan Klinis Perawat, 4) Dukungan Manajemen
dan Pemimpin dalam Sistem Jenjang Karir
Keperawatan, 5) Asuhan Keperawatan Profesional.
Rekomendasi: Rekomendasi dari hasil penelitian ini
diharapkan Bagi Pimpinan/kepala ruangan diharapkan
dapat meningkatkan program supervisi untuk dapat
mengkawal kompetensi klinis yang sesuai dengan
jenjang karir masing-masing perawat, sehingga perawat
pelaksana dapat melaksanakan kompetensi klinis sesuai
dengan kewenangan klinisnya

PENDAHULUAN Parker and Hill, (2017) menyatakan bahwa


program jenjang karir perawat dirancang
Peningkatan profesionalisme perawat
untuk menghargai keunggulan klinis yang
dilakukan melalui pengembangan karir
dimiliki perawat. Shi and Li, (2016)
perawat sesuai dengan jenjang keahliannya.
menyatakan pengembangan jenjang karir
Sistem Jenjang karir memberikan
perawat harus berdasarkan kepada latar
penghargaan kepada perawat berdasarkan
belakang pendidikan, pengalaman, pelatihan
kepada pendidikan, dan kompetensi perawat,
dan kinerja.
(Birkhead, Araldi and Cummings, 2016).

25
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

Jenjang karir mempunyai makna tingkatan Implementasi jenjang karir bagi perawat
kompetensi untuk melaksanakan asuhan klinis lama (yang telah mempunyai
keperawatan yang akuntabel dan etis. Hasil pengalaman kerja) dapat dilakukan dengan
penelitian Herawati and Afifah, (2017) kredensial proses asesmen untuk dapat
sistem jenjang karir berhubungan terhadap memetakan (mapping) level kompetensinya,
pengembangan profesional berkelanjutan namun hasil mapping level jenjang karir
(PPB). Hasil ini didukung oleh penelitian ternyata masih belum menggambarkan
Hopia et al., (2019) yang menyatakan bahwa kompetensi dan kewenangan kritis perawat
pengembangan profesional berkelanjutan sesuai dengan level kompetensinya. Hal ini
merupakan hal yang penting bagi perawat. disebabkan karena perawat yang sudah
Pengembangan profesional berkelanjutan bekerja sudah mengganggap pekerjaan
merupakan proses untuk memperoleh tersebut sebagai rutinitas, sehingga
pengetahuan dan keterampilan yang terkait ketampilan berfikir kritis dan kewenangan
dengan tanggungjawab profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan
(Oyetunde and Oluwafunke, 2015). masih belum dapat dilakukan secara optimal.
Peningkatan tanggung jawab profesional
akan memberikan pengaruh pada kualitas METODE PENELITIAN
pemberian asuhan keperawatan secara Metode yang digunakan pada penelitian ini
optimal (Agyepong,2018) adalah studi kualitatif fenomenologi.
Berdasarkan hasil Survey Riskesdas Tahun penelitian deskriptif dengan pendekatan
2018 jumlah SDM Keperawatan di Indonesia cross sectional. Jenis penelitian ini dipilih
berjumlah 354.218 orang, dari jumlah karena peneliti ingin menggali pemahaman
tersebut yang berpendidikan SPK 5,17%, dan makna pengalaman dari masing-masing
Diploma Keperawatan 77,56%, profesi Ners partisipan di RS Chasbullah Abdul Madjid
10.84%, dan Ners Spesialis 5.17%. Jumlah Bekasi, Tempat penelitian yang dipilih oleh
ini menggambarkan jumlah perawat peneliti karena selama ini sudah dilakukan
vokasional masih lebih banyak daripada pemetaan jenjang karir dan belum pernah
perawat profesional. Berdasarkan Permenkes dilakukan penelitian yang serupa.
No. 40 Tahun 2017, pengembangan karir Pengambilan partisipan pada penelitian ini
professional perawat mendorong perawat menggunakan metode purposive sampling
menjadi perawat profesional. Perawat yaitu peneliti mempunyai tujuan tertentu
profesional diharapkan mampu berfikir kritis dalam memilih partisipan yang terlibat dalam
dan rasional, mengakomodasi kondisi penelitian. Kriteria inklusi partisipan dalam
lingkungan untuk dapat melaksanakan penelitian ini adalah Perawat yang sudah
asuhan keperawatan secara optimal. Ners, Wanita atau pria berusia diatas 25
Berdasarkan Hariyati and Fujinami (2017), tahun, Perawat yang sudah mengalami
implementasi jenjang karir keperawatan di pemetaan jenjang karir, Bersedia berbagi
Indonesia masih terbilang baru, meskipun pengalaman dengan menandatangani Informt
proses implementasi sudah dilaksanakan consent
sejak tahun 2006. Masih kuranghya jumlah
perawat profesional merupakan suatu Prinsip dasar dalam penentuan jumlah
tantangan dalam penerapan sistem jenjang partisipan pada penelitian kualitatif sampai
karir di Rumah sakit. Masih banyak Rumah saturasi data, terdapat 6 orang partisipan.
sakit di daerah yang level karir dan
kompetensinya berada pada Perawat Klinis I Penelitian ini lolos uji etik penelitian yang
(PK I), sehingga belum dapat memberikan dilakukan oleh komisi etik penelitian Stikes
dampak peningkatan kualitas asuhan Bani Saleh No. 48/KEPK/XI/2019.
keperawatan yang optimal terhadap pasien.

26
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

Analisi data yang digunakan dalam penelitian Keperawatan sebanyak 3 orang dan Ners 3
ini adalah analisis Collaizi. pernyataan- orang. Lama kerja partisipan dari 2 tahun
pernyataan spesifik dan mengkategorisasikan sampai dengan 18 tahun. Jenjang karir
ke dalam kluster-kluster yang akan partisipan bervariasi dari PK 1 sampai
membentuk suatu tema. Peneliti melakukan dengan PK 3.
keabsahan data dengan melaksanakan Tema yang teridentifikasi dari hasil
credibility (derajat Kepercayaan), wawancara adalah sebanyak 8 tema yang
transferability (keteralihan), dependability memaparkan berbagai pengalaman perawat
(Ketergantungan), dan confirmability pelaksana dalam mengikuti sistem jenjang
(kepastian). karir keperawatan di RS. Chasbullah Abdul
Madjid. Tema tersebut adalah: (1)
Credibility peneliti terlibat langsung dalam Pendidikan profesional berkelanjutan, (2)
pengumpulan data dan mengamati langsung Sosialisasi sistem jenjang karir, (3)
situasi dan kondisi partisipan. Kemudian Implementasi jenjang karir belum sesuai
peneliti mendiskusikan kembali dengan dengan beban kerja dan kewenangan klinis
pembimbing untuk hasil penelitain yang perawat, (4) Dukungan Manajemen dan
sudah dilakukan, dan menvalidasi kembali isi pemimpin dalam sistem jenjang karir
verbatim kepada partisipan. Transferability keperawatan, (6) Sistem Penghargaan
merupakan validitas eksternal dengan cara berdasarkan pendidikan dan lama masa kerja,
melakukan validasi pada perawat yang sudah (7) Asuhan Keperawatan Professional
mengalami pemetaan jenjang karir.
Tema 1: Pengembangan Profesional
Dependability dilakukan oleh peneliti dengan
Berkelanjutan
cara mengumpulkan data dengan lengkap dan
menyusun data bersama-sama dengan Tema yang pertama adalah Pendidikan
fasilitator. Confirmabilty dilakukan untuk profesional berkelanjutan,
meminimalkan bias. Confirmability
dilakukan oleh peneliti dengan melakukan
analisis catatan lapangan bersama dengan
pembuatan transkrip partisipan

HASIL PENELITIAN
Informan dalam penelitian ini adalah perawat
pelaksana yang telah memiliki jenjang karir
minimal PK 1 dan masa kerja minimal 2
tahun. Sebanyak 4 orang informan terlibat
dalam studi ini. Karakteristik informan
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1 Karakteristik Partisipan
Kategori I1 I2 I3 I4 I5 I6 “Sekolah lagi biar jenjang karirnya naik´(I1)
Inisial Ny. N Tn. E Ny. F Ny. Nl Ny. D Tn. H ‘....Perwakilan dari rumah sakit ikut
Umur 30 24 25 36 33 40 Pelatihan CODE Blue ATCLS di RS Harapan
Masa kerja 5 2 6 12 12 18 kita...” (I2)
Tingkat D3 Kep Ners Ners Ners D3 Kep D3 “...saya kebagian untuk ikut pelatihan
pendidikan Kep
Jenjang karir PK 2 PK 1 PK 2 PK 3 PK 2 PK 3
kegawat daruratan observasi dari
Sumber: hasil analisis neonatus...”(I3)
Pada tabel 1 menjelaskan bahwa usia “ ...saya ikut pelatihan apa aja, supaya
informan dari usia termuda dan usia tertua. jenjang karirnya bisa naik”(I6)
Tingkat pendidikan semua partispan D3

27
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

Partisipan menyatakan bahwa untuk dapat Tema 3: Implementasi Jenjang Karir


meningkatkan jenjang karirnya dapat Belum Sesuai Dengan Beban Kerja Dan
dilakukan dengan tiga tahapan yaitu, Kewenangan Klinis Perawat
memenuhi buku logbook tindakan
keperawatan, melakukan assesment dan
membuat portofolio.
” Sudah disiapin ujian-ujian dari komite ya
bu, ada buku logbooknya juga biar kita kerja
sesuai dengan logbook” (I1)
“Asesment bukan ya namanya?nah dari
asesment dilihat, nah nanti apa yang mau
kita kerjakan baru diajukan, nanti apa yang
mau dilakukan” (I3)

Tema 2: Sosialisasi Sistem Jenjang Karir


Implementasi jenjang karir yang dirasakan
Tema berikutnya adalah sosialisasi jenjang oleh perawat pelaksana dirasakan masih
karir. Tema ini terbentuk dari hasil belum sesuai dengan beban kerja dan
pertanyaan bagaimana keikutsertaan perawat kewenangan klinis perawat pelaksana.
dalam melaksanakan sistem jenjang karir. Implementasi jenjang karir, sesuai dengan
petikan sebagai berikut:
“SDM kita kurang dilapangan itu minim
banget kita belum belum bisa kerja sesuai
dengan PK” (I1)
“Kerjaan sehari-hari itukan kita ga sempet
mengerjakan pekerjaan PK 1, karena terlalu
banyak pekerjaan di PK2” (I4)
Tema 4: Dukungan Manajemen dan
Pemimpin dalam Sistem Jenjang Karir
Keperawatan
Faktor pendukung untuk sistem jenjang karir
keperawatan yang disampaikan oleh
partisipan adalah adanya sistem remunerasi
Gambaran partisipan tentang jenjang dan dukungan dari Kepala ruangan sebagai
sosialisasi jenjang karir, sesuai dengan faktor pendukung sistem jenjang karir
petikan sebagai berikut: keperawatan. Tema tersebut bisa dilihat dari
skema sebagai berikut:
“Sebagai suatu peraturan ya ikutin” (I1)
“Ribet, Cuma yah memang saya rasa
memang itu harus demi kemajuan kita,
untuk kita, ya ga papa”(I2)
“Kayaknya belum sosialisasi” (I3)

28
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

“Jadi bisa diskusi sama dokter, jadi


nyambung”(I2)

PEMBAHASAN
1. Persepsi Perawat Tentang Sistem Jenjang
Karir Keperawatan Di RS. Chasbullah
Abdul Madjid
Persepsi perawat tentang sistem jenjang
karir dibentuk dari dua tema yaitu tema
pengembangan profesional berkelanjutan
Informan menyatakan adanya dukungan dan sosialisasi tentang jenjang karir. Tema
untuk penerapan sistem jenjang karir dari tersebut dibentuk tema konsep mengenai
kepala ruangan dan dari sistem remunerasi pengetahuan perawat tentang jenjang
yang diterimanya. karir, didapatkan sub tema pendidikan
“Kita harus mencontohkan terjun ke formal, non formal, kredensial jenjang
lapangan, turun langsung untuk karir keperawatan. Menurut Gardenier, et
mencontohkan”(I4) al, (2019) pengembangan profesional
“Wah, ga tahu deh bu, kepala ruangan saya berkelanjutan merupakan salah satu dari
biasa saja ga nyuruh nyuruh naik ke PK” (I2) tahapan tujuan dari jenjang karir
keperawatan.

Tema 5: Asuhan Keperawatan Profesional Hal ini sesuai dengan Tutik, et al (2017)
yang menyatakan bahwa pengembangan
Tema ke 5 dari pertanyaan harapan perawat profesinal berkelanjutan dapat menjaga
terhadap sistem jenjang karir. Perawat keberlangsungan kompetensi, dan
menyatakan harapan adanya perubahan di meningkatkan kompetensi, pengetahuan
sistem penghargaan yang menghargai dan profesionalitas dalam memberikan
jenjang pendidikan dan lama kerja perawat. asuhan keperawatan. Menurut Luck, et al,
(2015) perawat harus diberikan fasilitas
untuk dapat meningkatkan kompetensi
dan pengetahuna baik secara pendidikan
Sistem penghargaan formal maupun informal. Pengembangan
profesional berkelanjutan ini merupakan
Fokus area keperawatan langkah awal bagi perawat dalam
Asuhan
mempersiapkan karir selanjutnya.
Pemberian Asuhan Keperawatan
Keperawatan Profesional
Tema kedua tentang sosialisasi jenjang
Kolaborasi karir masih belum optimal, menurut Tutik,
et al., 2017) sistem jenjang karir di
Gambaran partisipan terhadap harapan Indonesia memang masih belum
dengan sistem jenjang karir keperawatan diterapkan secara optimal. Program
membentuk tema asuhan keperawtan jenjang karir keperawatan sudah dimulai
profesional sejak tahun 2006, namun setiap rumah
”yang tadinya tidak tau menjadi tau jadi kaya sakit memiliki pola jenjang karir yang
gitu, jadi bisa dipake implementasi ke pasien berbeda-beda. Jenjang karir keperawatan
– pasien, apalagi saya di ruang Perina”(I3) di Indonesia masih disosialisasikan

29
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

kembali pada sesuai dengan Permenkes Menurut Sanders, (2017) terdapat empat
No. 2017 tentang sistem jenjang karir pilar dalam implementasi jenjang karir
keperawatan di Indonesia. Sejak baru yaitu: persiapan pendidikan, pemetaan
program sosialisasi baru dilaksanakna ke area klinis, dukungan dari pimpinan dan
tiap-tiap rumah sakit di Indonesia, manajemen, serta adanya riset-riset yang
sehingga program tersebut masih belum mendukung proses implementasi jenjang
dapat menjangkau semua perawat di karir.
Indonesia.
3. Dukungan Dalam Proses Pelaksanaan
2. Implementasi Jenjang Karir Keperawatan Sistem Jenjang Karir Keperawatan Di RS
di RS Chasbullah Abdul Madjid Chasbullah Abdul Madjid
Faktor pendukung untuk sistem jenjang
Gambaran tentang implementasi jenjang karir keperawatan yang disampaikan oleh
karir keperawatan di Indonesia terbentuk partisipan adalah adanya sistem
dari tujuan dua terbentuk dari 2 sub tema remunerasi dan dukungan dari kepala
yaitu beban kerja tidak sesuai dengan ruangan sebagai faktor pendukung sistem
pendidikan dan pekerjaan yang dilakukan jenjang karir keperawatan. Menurut
melewati kewenangan klinis jenjang karir Browder and Mosier, (2015) proses
yang dimiliki. Berdasarkan Tian et al., pelaksanaan jenjang karir harus didukung
(2015) kompetensi klinis pada setiap dengan pengembangan organisasi secara
tahapan jenjang karir memiliki adekuat. Dukungan oragnisasi dapat
kewenangan yang berbeda-beda. berupa dukungan dari pemimpin perawat
Kewenangan jenjang karir disusun sesuai dalam memfasilitasi perawat untuk
dengan tahapan kompetensi klinis. meningkatkan jenjang karirnya.
Menurut Benner, (2011) tahapan Browder & Mosier (2015) menyatakan
kompetensi klinis disusun dari novice dukungan terhadap pengembangan
menuju expert. Pada tahap kompetensi jenjang karir dapat berupa adanya
klinis novice perawat pemula dapat penghargaan terhadap kompetensi klinis
melakukan tindakan keperawatan dasar yang sudah dicapai perawat bisa dalam
dibawah supervisi dari senior. Namun bentuk penghargaan secara finansial
pada hasil riset ini, perawat Novice sudah maupun reward dalam bentuk pendidikan
melakukan kompetensi klinis stage 2 berkelanjutan untuk dapat meningkatkkan
(advance beginner) dan stage 3 kompetensi klinisnya. Pernyataan ini
(competent). Sehingga terjadi didukung oleh Adeniran et al., (2013)
ketidaksesuaian antara jenjang karir yang dukungan dari pimpinan akan
dimiliki dengan kompetensi klinis yang memberikan self efikasi yang baik kepada
sudah dilakukan. Menurut Oyetunde and perawat pelaksana untuk dapat
Oluwafunke, (2015) implementasi jenjang meningkatkan jenjang karirnya.
karir harus dilakukan secara sinergis
dengan perkembangan akademik dan 4. Harapan Perawat Terhadap Sistem
kompetensi profesional perawat di tempat Jenjang Karir Keperawatan Di RS
kerjanya. Chasbullah Abdul Madjid
Jenjang karir keperawatan harus Harapan perawat terhadap Sistem Jenjang
terintegrasi kepada program Karir Keperawatan adalah dengan
pengembangan Sumber Daya Manusia melaksanakan asuhan keperawatan secara
(SDM) sehingga bagian SDM dapat profesional. Tema ini sesuai dengan Browder
mengetahui mapping jenjang karir dan and Mosier, (2015) yang menyatakan
jumlah sumber daya manusia yang kerangka kerja sistem jenjang karir harus
dibutuhkan di ruangan rawat inap. meliputi adanya dukungan dari pimpinan,
30
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

meningkatkan pelayanan asuhan kompetensi klinis sesuai dengan


keperawatan secara optimal sehingga dapat kewenangan klinisnya.
mengurangi terjadinya cedera pada pasien
dan keluarga, dan meningkatkan kemampuan REFERENSI
kompetensi klinis perawat pelaksana, dan Adeniran, R. K. et al. (2013) ‘Career
kolaborasi dengan tim medis lain dapat advancement and professional
meningkatkan pelayanan kesehatan lebih development in nursing’, Nursing Outlook.
berkualitas. Elsevier Ltd, 61(6), pp. 437–446. doi:
10.1016/j.outlook.2013.05.009.

KESIMPULAN Agyepong, E. B. (2013) ‘Analysis of the Concept


Continuing Education in Nursing
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian bab Education’, 5(1), pp. 96–107.
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
persepsi perawat pelaksana terhadap sistem Benner ’ s Stages of Clinical Competence Stage
jenjang karir keperawatan memiliki 5 tema 1 : Novice Stage 2 : Advanced Beginner
yaitu 1) pengembangan profesional Stage 3 : Competent Stage 4 : Proficient
berkelanjutan, 2) sosialisasi sistem jenjang Stage 5 : The Expert’ (2011), (1984), p.
karir, 3) implementasi jenjang karir belum 2011.
sesuai dengan beban kerja dan kewenangan
klinis perawat, 4) dukungan manajemen dan Birkhead, S., Araldi, M. and Cummings, R.
pemimpin dalam sistem jenjang karir (2016) ‘A Model of Practical Nurse to
Registered Nurse Educational
keperawatan, 5) asuhan keperawatan
Articulation : A Successful Approach to
professional. Advancing the Nursing Workforce’,
Persepsi perawat pelaksana dalam Teaching and Learning in Nursing.
menjalankan sistem jenjang karirnya, Organization for Associate Degree
mengungkapkan respon yang positif dan Nursing., 11(4), pp. 152–156. doi:
menyambut baik sebagai suatu peraturan 10.1016/j.teln.2016.07.003.
yang harus diikuti, namun perawat pelaksana
membutuhkan adanya dukungan dari Browder, B. and Mosier, M. (2015) ‘The
manajemen dan pimpinan agar dapat Evaluation of a Professional Nurse
menjalankan sistem tersebut lebih optimal Contribution Ladder in an Integrated
dan harapan perawat dengan adanya sistem Health Care System’, (June 2013).
jenjang karir diharapkan dapat memberikan
Forman, J. et al. (2019) ‘Qualitative research
asuhan keperawatan secara profesional. methods : Key features and insights gained
from use in infection prevention research’,
SARAN American Journal of Infection Control.
Elsevier Ltd, 36(10), pp. 764–771. doi:
1. Bagi rumah sakit melalui komite 10.1016/j.ajic.2008.03.010.
keperawatan diharapkan dapat membuat
sosialisasi lebih sering tentang sistem Gardenier, D., Jovanov, C. and Davlantes, T. B.
jenjang karir perawat di rumah sakit (2019) ‘The Journal for Nurse Practitioners
2. Bagi pimpinan/kepala ruangan diharapkan Should Nurse Practitioners Have Clinical
dapat meningkatkan program supervisi Ladders ?’, TJNP: The Journal for Nurse
Practitioners. Elsevier Inc., 15(9), pp.
untuk dapat mengkawal kompetensi klinis
620–621. doi:
yang sesuai dengan jenjang karir masing- 10.1016/j.nurpra.2019.07.005.
masing perawat, sehingga perawat
pelaksana dapat melaksanakan Herawati, T. M. and Afifah, E. (2017)
‘PENGEMBANGAN PROFESIONAL

31
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN
I S S N: 2 6 5 6 – 1 1 1 5
Tersedia Online di: https://jurnal.unimor.ac.id/JSK

KEPERAWATAN Pendahuluan Hasil Needs of Novice to Mid- to Late-Career


Metode’, 20(1), pp. 40–47. doi: Nurses throughout Their Career Span’, pp.
10.7454/jki.v20i1.501. 41–52. doi: 10.3390/admsci7020017.

Hippensteel, D. (2017) ‘Clinical Ladder Program Sanders, T. (2017) ‘Development and regulation
Evolution : Journey From Novice to Expert of advanced nurse practitioners in the UK
to Enhancing Outcomes’, (August 2010). and internationally’, 32(14), pp. 43–51.
doi: 10.3928/00220124-20100503-07.
Shi, Y. and Li, J. (2016) ‘Research progress of
Hopia, H. et al. (2019) ‘European Journal of hierarchical division in nursing ladder
Oncology Nursing The voice of paediatric management in China’, Chinese Nursing
oncology nurses : A longitudinal diary Research. Elsevier Ltd, 3(3), pp. 109–112.
study of professional development’, doi: 10.1016/j.cnre.2016.06.012.
European Journal of Oncology Nursing.
Elsevier, 42(July), pp. 28–35. doi: Sutton, J. and Austin, Z. (2015) ‘Qualitative
10.1016/j.ejon.2019.07.009. Research : Data Collection , Analysis , and
Management’, 68(3), pp. 226–231.
Kim, Y. H. et al. (2017) ‘Development and
validation of a nursing professionalism Tian, X. et al. (2015) ‘Research Status and
evaluation model in a career ladder Competence of Clinical Nursing Specialist
system’, pp. 1–15. doi: and Construction on Core Competence
10.1371/journal.pone.0186310. Model for Osteoporosis Specialized Nurse
in Mainland China’, 8(1), pp. 152–164.
Luck, L., Wilkes, L. and Baugh, J. O. (2015)
‘Treading the clinical pathway : a Tutik, R., Hariyati, S. and Fujinami, Y. (2017)
qualitative study of advanced practice ‘Correlation between Career Ladder ,
nurses in a local health district in Continuing Professional Development and
Australia’. BMC Nursing, pp. 1–8. doi: Nurse Satisfaction : A Case Study in
10.1186/s12912-015-0105-7. Indonesia’, 10(3), pp. 1490–1497.

Nabavi, R. T. (2014) ‘Theories of Developmental Undang-undang Republik Indonesia No. 38


Psychology Title : Bandura ’ s Social tahun 2014 tentang Keperawatan
Learning Theory & Social Cognitive
Learning Theory Razieh Tadayon Nabavi’,
(January 2012).

Oyetunde, M. O. and Oluwafunke, K. I. (2015)


‘Professional Development and Career
Pathway in Nursing’.

Parker, J. M. and Hill, M. N. (2017) ‘International


Journal of Nursing Sciences A review of
advanced practice nursing in the United
States , Canada , Australia and Hong Kong
Special Administrative Region ( SAR ),
China’, International Journal of Nursing
Sciences. Elsevier Ltd, 4(2), pp. 196–204.
doi: 10.1016/j.ijnss.2017.01.002.

Price, S. and Reichert, C. (2017) ‘administrative


sciences The Importance of Continuing
Professional Development to Career
Satisfaction and Patient Care : Meeting the
32
JURNAL SAHABAT KEPERAWATAN, Vol 04, No. 01; Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai