Rumah Sakit
MINI TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Profesi Keperawatan
pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Galuh
NIM. 1490121112
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2
2022
2
Study Literature: Nurse's Perception of Career Levels at
Hospital
MINI TESIS
NIM. 1490121112
GALUH UNIVERSITY
FACULTY OF NURSING
CIAMIS
2022
LEMBAR PENGESAHAN
RUMAH SAKIT
NPM : 1490121112
Mengetahui
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
i
Abstrak
Jenjang karir merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme perawat. Dengan adanya sistem jenjang karir di harapkan dapat
menambah kinerja perawat dan kepuasan kerja perawat. Pelaksanaan jenjang karir di
dalam artikel telah ditetapkan berdasarkan kompetensi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing, tetapi di dalam artikel pelaksanaan jenjang karir dipersepsikan secara
berbeda oleh perawat rumah sakit khususnya perawat pelaksana. Tujuan literature ini
untuk melihat bagaimana persepsi perawat tentang jenjang karir.
Metode yang digunakan dalam kajian literatur ini yaitu narrative review
dengan kata kunci persepsi perawat, dan jenjang karir, menggunakan database
Google Schoolar, PubMed, dan Science direct. Jumlah seluruh artikel yang didapat
sebanyak 75 artikel kemudian dilakukan penyortiran kembali sesuai dengan kriteria
inklusi sehingga didapatkan 7 artikel yang sesuai.
Hasil dari 7 artikel didapatkan bahwa rata-rata persepsi perawat tentang
pelaksanaan jenjang karir di rumah sakit baik, dimana perawat sudah memberikan
pendapat yang positif terhadap pelaksanaan jenjang karir. Selain itu, dalam 7 artikel
ini ditemukan persepsi perawat yang kurang baik, dimana 3 artikel menjelaskan
bahwa persepsi yang kurang baik ditunjukan dengan intensif yang diterima tidak
sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan, 1 artikel lainnya menunjukan perawat
lebih menghargai tanggung jawab dan akuntabilitas dalam pekerjaan daripada
pengakuan dalam pekerjaan. Selanjutnya 2 artikel menjelaskan bahwa karakteristik
dari perawat sangat mempengaruhi baik dan kurang baik nya persepsi yang dimiliki.
Kesimpulan dari analisis yang sudah dilakukan ditemukan tujuh artikel,
didapatkan persepsi perawat tentang jenjang karir rata-rata baik. Salah satu persepsi
yang baik ditunjukan dengan meningkatnya kinerja perawat, meningkatnya kepuasan
kerja, dan dapat meminimalisir penurunan tingkat pengunduran diri perawat.
Kata Kunci : Jenjang karir, perawat, persepsi
Kepustakaan : 2010-2022
ii
Abstract
The method used in this literature review is narrative review with the
keywords of the perception of nurses, and career paths, using a database Google
Schoolar, PubMed, and Science direct. The total number of articles obtained was 75
articles then re-sorted according to the inclusion criteria so that 7 articles were
obtained accordingly.
The results of the 7 articles show that the average perception of nurses about
the implementation of career paths in the hospital is good, where nurses have given
positive opinions on the implementation of career paths. In addition, in these 7
articles, it was found that the perception of nurses was not good, where 3 articles
explained that the poor perception was shown by the intensity received that was not
proportional to the work done, 1 other article showed that nurses valued
responsibility and accountability in work rather than recognition. in work.
Furthermore, 2 articles explain that the characteristics of nurses greatly affect the
good and bad perceptions they have.
Conclusion From the analysis that has been carried out, it was found seven
articles, it was found that nurses' perceptions of career paths were good on average.
One good perception is shown by increasing nurse performance, increasing job
satisfaction, and minimizing the decrease in nurse resignation rate.
iii
iv
Bibliography: 2010-2022
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
penulis kesehatan dan kelancaran sehingga bisa menyelesaikan kajian literature yang
dan salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah berjuang
Kajian literature ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
bimbingan dan arahan dari Bapak dan Ibu dosen, akhirnya kajian literature ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Dalam pembuatan kajian literature ini peneliti menyadari
bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan
kritik sangat perlu untuk penelitian ini, agar peneliti lebih baik lagi untuk ke
depannya dan juga perbaikan dapat membantu dalam membangun di masa yang akan
datang. Besar harapan penulis agar kajian literature ini dapat bermanfaat untuk
Penulis
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini penelitian
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, sehingga peneliti ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT pencipta seluruh alam semesta yang sudah memberikan rahmat
karunianya
2. Ibu Tita Rohita., S.Kep., Ners., MM., M.Kep selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Galuh
3. Ibu Dini Nurbaeti., S.Kp., Ners., M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Fakultas Keperawatan Universitas Galuhn.
4. Bapak Daniel Wibowo., S.Kp., Ners., M.Kep selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, motivasi serta membantu dalam proses penyusunan
proposal hingga penyusunan literatur ini hingga selesai.
5. Bapak dedeng, S. Sos., S. Kep., Ners., M. Kes selaku pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, motivasi serta membantu dalam proses
penyusunan proposal hingga penyusunan literatur ini hingga selesai.
6. Ibu Dr. Ati Suryani Mediawati, S.Kp., M.Kep selaku penguji I yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses penyusunan
skripsi.
7. Ibu Valentina B.M Lumbantobing, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II yang
telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses
penyusunan skripsi.
8. Bapak H. Kosim, S.Kep., Ners., M.M selaku Dosen Wali yang telah
memberikan motivasi dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Udin Rosidin, SKM., S.Kep., M.Kes selaku Koordinator Skripsi
Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
10. Seluruh staff dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
v
11. Seluruh staff perpustakaan, laboratorium dan SBA yang telah memberikan
pelayanan kepada peneliti dengan sangat baik.
12. Ibu Evi Susana dan Bapak Aji Rahmat selaku kedua orang tua tercinta dan
keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun material
serta doa yang tidak pernah putus kepada peneliti selama proses penyusunan
skripsi ini.
13. Guruh Febrian Ramadan selaku kakak tercinta yang senantiasa memberikan
semangat dan doa kepada peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini.
14. Erdi Ramdhan, Ropi Alamsyah, Eka Sri Rahayu, Fitri Aulia, Nina
Suryaningsih, Dini Nurrul Agustiana, Sena Teza Pawestry, Septia Nadia,
Aldy Nugraha, dan Mulyadi selaku sahabat-sahabat saya tercinta yang telah
memberikan motivasi, semangat dan doa kepada peneliti dalam penyusunan
skripsi ini.
15. Intan Meilany Rahayu dan Resna Junjunan selaku teman seperjuangan
bimbingan yang senantiasa memberikan dukungan, saling memberikan
semangat dan doa kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
16. Seluruh teman-teman angkatan 2016 Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran yang senantiasa membantu, saling memberikan doa dan motivasi
serta kerjasamanya dari awal pembelajaran sampai penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua amal baiknya dengan sesuatu
yang jauh lebih baik. Peneliyi memohon maaf atas segala hal yang kurang berkenan
selama penyusunan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin yaa robbal’alamiin.............
vi
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan i
Abstrak ii
Kata Pengantar iv
Ucapan Terimakasih v
BAB I PENDAHULUAN
vii
2.1.7 Manfaat Jenjang Karir 29
Sertifikasi 38
4.2 Pembahasan 56
5.1 Kesimpulan 63
viii
5.2 Saran 63
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
3.1 Bagan Alur Proses Dan Kriteria Yang Digunakan Dalam Pencarian
Artikel 45
xi
BAB I
PENDAHULUAN
inap, jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative (UU NO.40
TAHUN 2009, 2009). Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian dari
sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang diberikan oleh profesi yang
berperan dalam pelayanan kesehatan. Salah satu profesi yang berperan penting dalam
melakukan pelayanan keperawatan serta dapat berinteraksi lebih lama dengan pasien
yaitu perawat.
Menurut Hidayat (2012), peran perawat adalah sebagai pemberi perawatan (Care
Giver), sebagai advocat keluarga, sebagai upaya dalam pencegahan penyakit, sebagai
sebagai peneiti. Menurut Koizer terdapat 3 fungsi perawat yaitu fungsi keperawatan
1
mencapai tujuan rumah sakit yang bertaraf internasional dengan menerapkan
pelayanan
2
2
diperlukan perawat yang kompeten dalam memberikan pelayanan yang aman kepada
pasien dan sesuai dengan kode etik profesi. Sehingga dalam hal ini, perawat dituntut
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam
diukur dari pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga pasien merasakan puas
atau tidak puas (Kurniadih, 2013). Kinerja perawat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Menurut Gibson terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja individu yaitu 1)
faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, 2) faktor psikologi terdiri
dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi sedangkan 3) faktor organisasi
terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
Dalam hal ini bahwa kinerja perawat tidak akan terlepas dari faktor yang
disemua layanan keperawatan, hal yang terjadi dalam masyarakat ini karena
pelayanan yang masih rendah. Kinerja perawat yang rendah dapat memberikan
dampak terhadap kualitas pelyanan keperawatan. Oleh karena itu, rumah sakit harus
memiliki perawat yang bekerja baik yang akan menunjang kinerja rumah sakit
sehingga dapat tercapainya kepuasan pasien. Salah satu upaya untuk menjaga kinerja
perawat tetap baik dengan menerapkan system jenjang karir dirumah sakit.
3
oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, maka perawat tersebut akan
kompetensi perawat pada tiap jenjang, akan memudahkan dalam rekruitmen, seleksi,
perawat profesioanal, didalamnya mengatur empat jalur karir yang dapat ditempuh
oleh perawat meliputi, Perawat Klinik (PK), Perawat Manajer (PM), Perawat
perawat di rumah sakit maupun pelayanan primer memiliki 5 (lima) level yaitu, level
I sampai dengan level V. Dalam hal ini, dalam Permenkes no 40 tahun 2017 telah
mengatur jenjang karir perawat professional perawat klinik menjadi 5 tingkatan yaitu
Beberapa rumah sakit telah menerapkan sistem jenjang karir perawat sesuai
karir pada saat ini lebih menekankan pada posisi atau jabatan baik struktural maupun
beberapa kendala atau hambatan, antara lain: belum optimalnya dukungan pimpinan
dimana belum adanya kebijakan dan ketentuan jenjang karir perawat, bervariasinya
penerapan jenjang karir perawat, dan perawat belum memahami sistem jenjang karir
dengan baik (Reza, 2015). Selain itu, sebagian perawat juga mempersepsikan bahwa
pelaksanaan jenjang karir di rumah sakit menjadi beban tersendiri bagi perawat
tersebut, karna semakin tinggi level jenjang karir maka akan semakin berat tugas
yang akan dikerjakan. Penelitian yang dilakukan Rahmad pada tahun 2015 di RSUD
Tugurejo menunjukan bahwa persepsi perawat tentang jenjang karir masih cukup
rendah sebanyak 27,9%, hal ini dikarenakan perawat belum mendapatkan informasi
tingkat kepuasan perawat di rumah sakit dan hal ini akan mempengaruhi motivasi
kerja perawat. Perawat merasa bahwa kinerja mereka tidak dihargai dan hal ini
et al., 2014). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti S, Hendriani S,
dipengaruhi dengan adanya sebagian perawat merasa bahwa gaji yang mereka terima
tidak mencukupi sehingga adanya turnover karyawan yang cukup tinggi, kurangnya
pengakuan di tempat kerja, adanya perawat yang merasa diberlakukan tidak adil
dalam upah dan promosi ditempat keja, kondisi kerja yang kurang mendukung.
Dalam hal ini, kepuasan kerja mempunyai peran penting dalam rangka mendukung
tercapainya tujuan. Teori hirarki Maslow, yang mengatakan bahwa setiap individu
5
akan merasakan kepuasan setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi dan selalu berusaha
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sistem jenjang karir di rumah
sakit dapat meningkatkan kinerja perawat, dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan
sistem jenjang karir. Untuk itu, dalam pencapaian tujuan rumah sakit, dan untuk
perawat yang memiliki persepsi yang baik, karna jika persepsi perawat baik mengenai
kinerja perawat dan kepuasan kerja masih menjadi masalah di semua pelayanan
keperawatan. Oleh karena itu, perlu adanya study literature unutk melihat bagaimana
persepsi perawat tentang jenjang karir, sehingga adanya informasi yang jelas terkait
kajian literature review yang membahas tentang persepsi perawat tentang jenjang
motivasi dan kepuasan kerja pada perawat. Apabila perawat termotivasi dan puas
terhadap pekerjaannya, maka perawat akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pasien. Tetapi disamping itu perawat memiliki kepuasan kerja yang cukup rendah
Oleh karena itu diperlukannya study literature ini untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan variabel. Variabel tersebut meliputi persepsi tentang jenjang karir,
sehingga dengan demikian, rumusan masalah dalam pnenelitian ini adalah bagaimana
1.4 Manfaat
keperawatan dan menjadi referensi pembelajaran terkait jenjang karir bagi perawat
dan atasan rumah sakit mengenai persepsi perawat tentang jenjang karir.
Diharapkan hasil literature ini dapat menjadi hasil artikel jurnal yang
bermanfaat bagi tenaga kesehatan terutama perawat dan bagi penulis dalam hal riset
penelitian lanjutan.
(Kementrian Kesehatan RI, 2017). Secara umum, jenjang karir diperlukan untuk
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang
7
dimiliki, maka akan berkontribusi terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan
perawat pendidik dan perawat peneliti. Untuk saat ini bidang yang sedang dan
2017). Dalam hal ini, Permenkes 2017 telah mengatur jenjang karir perawat
sampai Perawat klinik V (PK V). Selain itu, model jenjang karir perawat di enam
negara sepeperti yang dikembangkan oleh Patricia Benner yang diadaptasi dari
Model Dreyfus yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori
menjadi empat yaitu perawat klinik, manajemen, pendidik dan peneliti. Model
Model jenjang karir Blakemore yang dikembangkan sejalan dengan konsep Banner
dan Swansburg yang menetakan empat jalur karir. Namun konsep pengembangan
karir selanjutnya diarahkan pada lima career pathways yang meliputi family and
public health, acute and critical care, firt contact, acces and urgent care,
8
supporting long-term care, Mental health and psychososial care. Model jenjang
karir di Jepang terdiri dari perawat generalis dan advanced spesialis. Perawat
Registered Nurse (RN), Public Health Nurse (PHN) dan Bidan. Perawat di Taiwan
memungkinkan mencapai jalur lisensi lanjutan berupa Nurse Practitioner (NP) yang
memiliki dua aea spesialis medis dan bedah. Sedangkan di Thailand terdapat dua
jalur karir lanjutan (advanced practice nurse/APNs) yaitu nurse specialist (CNS)
yang memiliki lima area spesialis termasuk medis dan bedah, anak, Kesehatan
mental dan kejiwaan, usia dan keperawatan bersalin. Dan Nurse Practitioner (NP)
Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan
kadang tidak disadari, dimana seseorang dapat mengenali stimuls yang diterimanya.
Persepsi yang dimiliki akan mempengaruhi tindakan seseorang. Begitu juga dengan
persepsi yang dimiliki perawat tentang jenjang karir, semakin tinggi persepsi yang
dimiliki maka akan semakin tinggi motivasi dan kepuasan kerja yang dimiliki
rumah sakit dimana perawat belum merasa termotivasi dan belum merasakan
jenjang karir di rumah sakit menjadi suatu beban tersendiri bagi perawat tersebut,
karna semakin tinggi level jenjang karir maka akan semakin berat tugas yang akan
dikerjakan. Penelitian yang dilakukan Rahmad pada tahun 2015 di RSUD Tugurejo
menunjukan bahwa persepsi perawat tentang jenjang karir masih cukup rendah
9
sebanyak 27,9%, hal ini dikarenakan perawat belum mendapatkan informasi secara
TINJAUAN PUSTAKA
Karir merupakan suatu deretan posisi yang yang diduduki oleh seseorang
selama perjalanan usianya (Robbins, 2006). Karir diartikan sebagai semua pekerjaan
yang dipegang seseorang selama kehidupan dalam pekerjaannya (Davis & Werther,
1996 dalam Meldona 2009). Karir perawat menurut Departemen Kesehatan RI (2014)
(Umaya, 2017). Jenjang karir merupakan jalur mobilitas vertikal yang ditempuh
pengalaman praktik klinis yang diakui. Dengan arti lain, jenjang karir merupakan
penerapannya, jenjang karir memiliki kerangka waktu untuk pergerakan dari satu
level ke level lain yang lebih tinggi dan dievaluasi berdasarkan penilaian kinerja.
11
12
jenjang karir perawat yaitu kepribadian kerja, kinerja, dan orientasi profesional serta
Depkes juga menyebutkan bahwa terdapat 4 komponen sistem jenjang karir yang
terdiri dari:
1) Alur karir
seseorang.
2) Tujuan karir
Merupakan suatu pandangan tentang masa depan yang ingin dicapai oleh
3) Perencanaan kakrir
Merupakan proses dimana seseorang memilih dan memilah tujuan dan arus karir
4) Pengembangan karir
tersebut.
ditentukan oleh hal lain yaitu adalah peran dan perawat itu sendiri. Hal ini sejalan
dengan teori yang disampaikan oleh Davis dan Werther (1996) dalam Meldona
(2009) terdapat 5 faktor yang terkait dengan jenjang karir yaitu bagaimana
13
kerja.
Ada beberapa prinsip dalam pengembangan jenjang karir perawat (Depkes RI,
2014) yaitu:
1. Kualifikasi
perawat masih ada yang lulusan SPK, maka perlu dilakukan penanganan
2. Penjenjangan
5. Standar profesi
14
6. Komitmen pimpinan
keperawatan.
pendidikan keperawatan.
Tujuan dari pengembangan jenjang karir dapat meninkatkan moral kerja dan
mengurangi kebutuhan karir (dead end job/career), dengan adanya jenjang karir
RI (2014) adalah :
digambarkan tentang jenjang karir perawat profesional yang meliputi perawat klinik,
perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti. Dimana secara umum:
c. Perawat Pendidik (PP) yaitu seseorang yang berperan dalam pendidikan dan
bidang dan ini artinya bersifat terbuka tetapi harus memenuhi kualifikasi sebagai
1) Perawat Klinik I
pengalaman kerja 2 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus pendidikan
2) Perawat Klinik II
dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan plus
pendidikan profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners spesialis dengan
pengalaman kerja 0 tahun dan memiliki sertifikat PK III. Bagi lulusan D-III
4) Perawat Klinik IV
pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners spesialis dengan
5) Perawat Klinik V
tahun atau Ners spesialis konsultan dengan pengalaman kerja 1 tahun dan
memiliki sertifikat PK V.
18
klinis di Rumah Sakit dideskripsikan sesuai level jenjang karir perawat klinis
a. Perawat Klinis I
keperawatan.
dasar.
klien.
b. Perawat Klinis II
yaitu:
care.
keperawatan.
klien.
intervensi keperawatan.
klien.
asuhan keperawatan.
klinis.
10) Melakukan kajian terhadap kejadian dan risiko infeksi pada klien.
keperawatan spesifik.
keperawatan.
21
rawat.
keperawatan.
d. Perawat Kinis IV
yaitu:
area spesialistik.
10) Menerapkan prinsip caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah
Mode & Effect Analysis atau Analisis Efek & Mode Kegagalan di
e. Perawat Klinis V
lintas disiplin.
spesialistik.
24
11) Melakukan pembinaan tata laku dan pertimbangan etik profesi, legal
diadaptasi dari Model Dreyfus yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart
profesi meliputi: (1) Novice, (2) Advence Beginner, (3) Competent, (4) proficient
1) Novice
Tingkatan novice pada akusisi peran Model Dreyfus adalah seseorang tanpa
latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut
untuk melihat situasi yang relevan dan irelevan. Secara umum level ini
2) Advence Beginner
suatu situasi. Fungsi perawat pada situsi ini dipandu dengan aturan dan
pasien. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
3) Competent
dan sudah dapat dilepaskan. Selain itu tahap kompetent ditandai dengan
responsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat
4) Proficient
dan pasien.
5) Expert
mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia. Aspek
Model jenjang karir Swansburg (2000) ini banyak dikembangkan oleh negara-
sejak tahun 2006 mengalami proses modernisasi dengan model karir yang
dengan konsep Benner (84) dan Swansburg (2000), yang menetapkan empat jalur
pathways yang meliputi : Family and public health, Acute and critical care, First
contact, acces and urgent care, Supporting long-term care, Mental health and
psychosocial care.
dikembangkan oleh negara-negara di Benua Asia dan Afrika, antara lain Jepang,
dengan kualifikasi tertentu. Secara umum kenaikan karir perawat di tiga Negara
terdiri dari perawat generalis dan advanced spesialis. Perawat general memiliki
Nurse (RN), Public Health Nurse (PHN) dan Bidan. Karir perawat lanjutan
Nurse (CN), Certified Nurse Administrator (CNA) dan Clinical Nurse Specialist
lanjut, kesehatan anak, kesehatan wanita, perawatan kronis, perawatan kritis, dan
Nurse Practitioner (NP) yang memiliki dua area spesialis medis dan bedah.
Perawat harus memiliki izin Registered Nurse Practitioner (RNP), lima tahun
praktek di area khusus tersebut, dan mendapat pengesahan dari manajemen rumah
Nurses /APNs); Clinical Nurse Specialist (CNS) yang memiliki lima area
spesialis termasuk medis dan bedah, anak, kesehatan mental dan kejiwaan, usia,
30
dan keperawatan bersalin. Nurse Practitioner (NP) yang saat ini difokuskan pada
nasional untuk lisensi dan pemeriksaan semua program APN. Calon yang
mengejar lisensi sebagai APN, baik CNS maupun NP, harus menyelesaikan gelar
Secara umum manfaat penerapan sistem jenjang karir menurut Sulistiyani dan
Manfaat sistem jenjang karir perawat berdasarkan riset dan penerapan di rumah sakit
1) Pengembangan karir
dapat dipandang sebagai proses hidup kritis yang melibatkan individu dan
manajemen suatu organisasi untuk menciptakan jalur karir termasuk cara yang
dapat ditempuh oleh pegawainya agar mencapai karir tersebut. Penciptaan tangga
karir dan program melanjutkan pendidikan oleh organiasi juga dapat mengarah
31
pada pemberdayaan perawat (Laschinger & Havens, 1996 dalam Marquis &
klinik melalui praktek keperawatan di rumah sakit (Benner, 84). Sistem jenjang
karir juga bermanfaat untuk memperbaiki moral perawat melalui kepuasan kerja
2) Pengakuan
Sistem jenjang karir klinik dapat meningkatkan pengakuan dari profesi lain
dengan kepuasan kerja perawat. Bentuk pengakuan yang tampak adalah memberi
mereka (Robins, 2006). Pengakuan dan iklim kerja yang baik antara Perawat
dengan profesi lain seperti dokter, dapat menurunkan stres kerja dan
3) Penghargaan
Organisasi dalam hal ini dituntut untuk tidak hanya memberikan pekerjaan
kepada pekerja untuk hidup mereka, tetapi organisasi atau perusahaan dapat
dalam kondisi yang kacau. Pengembangan karir yang paling mendasar adalah
karyawan (Neubaeur,1995 dalam Marquis & Huston, 2010). Sistem jenjang karir
dukungan untuk mencapai tingkat yang lebih maju dan sertifikasi serta
mengandung konskuensi dan tanggung jawab yang semakin besar pada tiap
levelnya. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai tantangan bagi perawat untuk terus
dengan pernyataan Robins (2006), bahwa pekerjaan yang sedikit tantangan akan
menimbulkan kebosanan.
5) Promosi
biasanya diikuti dengan kenaikan gaji (Marquis & Huston, 2010). Promosi
berkaitan erat dengan peningkatan status, perubahan titel, kewenangan yang lebih
banyak dan tanggung jawab yang lebih besar. Peneliti berpendapat bahwa
promosi menjadi hal penting yang diharapakan oleh sebagian besar atau bahkan
seluruh karyawan. Sehingga sistem jenjang karir dapat menjadi alat yang
keperawatan secara khusus dan layanan kesehatan pada umumnya dalam upaya
Hermina Grup, 2014). Sutrisno (2009) mengemukakan bahwa jenjang karir secara
organisasi atau institusi dari bahwa sampai ke atas. Jenjang karir juga bertujuan untuk
implementasi jenjang karir perawat di rumah sakit melibatkan beberapa unsur terkait
yaitu pimpinan rumah sakit, kepala bidang keperawatan, komite keperawatan dan unit
rumah sakit dalam implementasi jenjang karir sebagai pengarah dan pembuat
34
rumah sakit.
drumah sakit.
sebagai berikut :
e) Pada akhir magang bagi perawat baru untuk memberi pengakuan sebagai PK I
dan pada perawat sesuai hasil mapping untuk validasi dan pengakuan terhadap
di rumah sakit.
e) Pada akhir magang bagi perawat baru untuk memberi pengakuan sebagai PK I
dan pada perawat sesuai hasil mapping untuk validasi dan pengakuan terhadap
36
di rumah sakit.
3) Komite Keperawatan
sebagaiberikut:
verifikasi bagi yang berhak untuk diterbitkan penugasan klinis oleh direktur
rumah sakit.
dipergunakan.
jenjang karir perawat merupakan manajemen informasi dalam bentuk dan proses
informasi tentang perkembangan karir perawat yang bertujuan agar perawat, bidang
keperawatan dan jajaran, komite keperawatan, pimpinan rumah sakit dan unit-unit
1) Data dasar profil perawat di rumah sakit yang selalu di updatesetiap 6 bulan.
2) Kema yang menggambarkan proses implementasi jenjang karir baik bagi perawat
Semua informasi tersebut di atas dapat dengan mudah diakses oleh semua
dikatakan bahwa penyusunan kompetensi perawat klinik didasarkan pada tiga ranah
1. Praktek professional, etis, legal, dan peka budaya adalah kemampuan perawat
undangan yang berlaku serta memperhatikan budaya dan adat istiadat klien.
dalam mengelola dan memberikan asuhan keperawatan pada klien atau pasien.
situasi tertentu perawat dapat melakukan tindakan yang bukan merupakan kompetensi
dan kewenangan nya dengan bimbingan penuh dan terbatas oleh perawat yang
perlu dijabarkan kedalam sub kompetensi dan kriteria untuk kerja, sehingga dapat
Sertifikasi
yang harus dilakukan oleh setiap individu perawat dalam rangka mempertahankan
perawat agar tetap dapat melaksanakan tugas berorientasi pada proses dan
keselamatan klien. Dalam mencapai karirnya setiap perawat harus mengikuti program
CPD. Terdapat 2 (dua) alasan perlunya CPD yaitu: 1) Gap kompetensi hasil
kredensial, atau karena terjadi perkembangan IPTEK sehingga perlu penyesuaian atau
memperoleh kompetensi baru, dan terhadap kompetensi baru ini perlu dilakukan
kredensial ulang untuk mendapatkan penugasan klinis. Program CPD disusun sesuai
2. Komunikasi Theraupetik
3. Keselamatan Klien
5. Caring
41
6. Etika Profesi
4. Preceptorship
5. Pendidikan Kesehatan
5. Case Manajer
Kesehatan Kompleks
5. Manajemen Konseling
Kesehatan Kompleks
43
Eksperimen
dalam melaksanakan asuhan keperawatan seperti yang dijabarkan pada uraian tugas.
Penilaian kinerja yang dilaksanakan dengan benar dan tepat dapat meningkatkan
pelaksanaan tugasnya,
e. Penilaian akan lebih disenangi dan memperoleh hasil positif jika penilai
minimal dilakukan oleh diri sendiri, atasan langsung dan peer review.
METODE PENELITIAN
(literature review) adalah jenis penelitian yang objek penelitiannya ditemukan dalam
kepustakaan (jurnal ilmiah, artikel, buku, majalah dan media lainnya). Metode yang
digunakan dalam kajian literature ini yaitu narative review atau kajian naratif. Dalam
kajian naratif ini tidak mutlak dibutuhkan metode penelusuran pustaka yang
sistematis, terstruktur dan tervalidasi, akan tetapi mencari artikel yang sesuai dengan
topik yang dibahas (Pae, 2015). Penelitian kepustakaan ini berfokus pada penemuan
berbagai teori, hukum, dalil, prinsip atau gagasan yang digunakan untuk menganalisis
Tahap awal yang akan dilakukan dalam studi literature adalah menentukan
topik atau judul yang diteliti pada literature review. Topik yang diteliti yaitu persepsi
Tahap selanjutnya dengan memasukan kata kunci yang tertera pada tabel 3.1
44
45
Dalam tahap ini, peneliti mengumpulkan dan memilih artikel yang sudah
sesuai dan relavan dengan topik studi literature yaitu persepsi perawat tentang jenjang
karir. Didapatkan dari pencarian melalui 3 database yaitu Google Scholar, PubMed,
dan Science Direct didapatkan 75 artikel penelitian yang sesuai dengan judul.
artikel yang sesuai. Kriteria inklusi dalam literature ini yaitu artikel jurnal dengan
Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing, persepsi perawat tentang jenjang karir, subyek
perawat, artikel yang dipublikasi maksimal 10 tahun terakhir, artikel fultext, original
artikel penelitian (bukan review penelitian), dan ketersediaan aktikel. Sehingga hasil
yang didapat terdapat 7 artikel yang telah memenuhi dalam studi literature ini.
menggunakan tabel yang didalamnya terdiri dari judul, penulis, tahun terbit, tujuan,
sampel yang digunakan, metode penelitian, variabel, instrumen, dan hasil penelitian
Pubmed Dan Science Direct. Pencarian artikel dengan kata kunci didapatkan
Kriteria inklusi
Database yang Artikel yang muncul Jumlah artikel yang Jumlah artikel yang
digunakan sesuai kata kunci sesuai dengan
kriteria inklusi
Google Scholar 1.7200 33 4
PubMed 24 24 2
Science Direct 461 18 1
Jumlah 2.205 75 7
Artikel hasil penelusuran yang sesuai dengan topik akan dibaca sepenuhnya,
selanjutnya artikel tersebut akan dianalisis serta dilakukan penyajian dalam hasil tabel
artikel yang terdiri dari judul, penulis, tahun terbit, metode yang digunakan, sampel,
Pencarian arrtikel :
Memasukan kata kunci yang telah
ditetapkan data base : Google Scholar,
PubMed, Science Diret
Total artikel yang didapat n= 2.205 artikel
Artikel dispesifikan
dengan kriteria yang
sudah ditentukan
dijelaskan oleh peneliti yaitu terkait hasil analisis artikel mengenai persepsi perawat
tentang jenjang karir, yang terdiri dari judul, penulis, lokasi penelitian, tahu, metode
penelitian, sampel penelitian, variabel dan instrument serta hasil dari artikel. Selain
4.1 Hasil
pada database Google Scholar, PubMed dan Science Direct sesuai dengan kata kunci
yang telah ditentukan. Namun setelah dilakukan pemilihan lebih lanjut diperoleh
berbahasa Asing. Artikel berasal dari negara Indonesia, Amerika Serikat dan Korea
Selatan.
kriteria inklusi yang dibuat dimana artikel yang didapat mengacu pada tujuan
penelitian.
dengan pendekatan cross sectional, dari hasil analisa artikel terdapat karakteristik
perawat yaitu usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, riwayat lama bekerja,
terhadap kurang baik nya persepsi perawat. Responden yang digunakan disemua
artikel yaitu perawat. Hasil yang diperoleh dalam menganalisis artikel yaitu baik dan
kurang baik nya persepsi yang dimiliki, dapat dikatakan bahwa persepsi baik atau
kurang baik akan selalu mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu
tindakan. Dan munculnya persepsi yang baik atau kurang baik tergantung pada
46
bagaimana cara individu menggambarkan segala pengetahuannya tentang suatu
obyek yang dipersepsikan. Dalam 7 artikel selain persepsi yang baik tentang jenjang
karir namun ada persepsi yang kurang baik ditunjukan oleh perawat dimana artekel
Park Gwang-Ok (2010), Mayke T (2017) dan Sahrudin (2014) menyatakan persepsi
yang kurang baik karena intensif yang diterima tidak sebanding dengan apa yang
yang kurang baik ditunjukan karena perawat lebih menghargai tanggung jawab dan
46
51
Sun dan Kim turnover regression persepsi keluar dari pekerjaan. Perawat spesialis 2
In Sook
analysis with Instrumen: memiliki skor yang lebih tinggi untuk
Tahun : 2014
the SPSS Kuesioner persepsi sistem jenjang karir dibandingkan
2. Survey on The Untuk Rumah sakit 169 Penelitian Variabel Hasil penelitian menunjukan bahwa
Perception of
mengetahui Seoul, perawat deskriptif bebas: sistem perawat yang naik jenjang karirnya
The Nurses
bagaimana Korea yang yaitu untuk jenjang karir memiliki persepsi partisipasi yang lebih
Career
Development perawat memenuhi mengkonfirm Variabel tinggi secara signifikan dalam aktivitas
53
사 경 력 개 발 kan sistem untuk perawat persepsi umum tentang sistem jenjang karir lebih
시 스 템 에 대 jenjang karir mendukun tentang Intrumen: banyak dibandingkan dengan perawat yang
한 인식도 조
(career g sistem sistem Kuesioner tidak naik jenjang karirnya. Namun,
사
ladder pengemba jenjang karir perawat yang naik jenjang karir nya
Penulis : Park
Gwang-ok, Lee system ngan karir perawat yang memiliki persepsi yang jauh lebih rendah
Yoon-young (CLS)) yang perawat dilakukan di tentang hasil yang diharapkan dari sistem
Tahun : 2010
dikembangka rumah sakit. jenjang karir dibandingkan dengan perawat
pertumbuhan professional.
3. Nurses’ Untuk Rumah Sampel Sebuah studi Variabel Hasil penelitian menunjukan bahwa skor
Perception of
mengukur Sakit dalam deskriptif bebas: persepsi yang dimiliki rata-rata 3,44 pada
Clinical
persepsi Pendidikan penelitian kuantitatif program skala 5 poin. Dalam hal ini persepsi
Ladder
Programs perawat yang Perawatan ini yaitu menggunaka jenjang karir perawat tentang jenjang klinis sudah cukup
(M=2.98)
4. Pelaksanaan Untuk RSUP Dr. 90 Metode Variabel Penelitian menunjukan persepsi perawat
pengembangan
mengetahui Kiriadi perawat penelitian bebas: secara keseluruhan dalam pelaksanaan
jenjang karir
persepsi Semarang menggunaka pengembanga pengembangan jenjang karir perawat
perawat di
rumah sakit perawat n deskriptif n jenjang karir cukup baik sebanyak 67,8%, meliputi
Hasib Ardan, pengembang penelitian persepsi kompetensi sebesar 75,6% cukup baik,
Retno Mulyani
an jenjang survei Instrumen: persepsi pemberin rekomendasi Sebagian
Kurniastanti
Tahun : 2016 karir Kuesioner besar cukup baik sebesar 66,7%, persepsi
5. Persepsi Untuk Di RSUD Sempel 79 Desain Variabel Hasil penelitian menunjukan bahwa
Perawat
mengetahui Tugurejo perawat penelitian bebas: jenjang persepi perawat tentang jenjang karir di
Tentang
gambaran Semarang yang karir RSUD Tugurejo Semarang baik dengan
Jenjang Karir
Di RSUD persepsi digunakan Variabel hasil 75% baik. Hasil penelitian dari
Tugurejo
perawat yaitu terkait: persepsi tingkatan jenjang karir perawat
Semarang
tentang deskriptif persepsi Sebagian besar baik sebanyak 48
Penulis : Mona jenjang karir dengan Instrumen: responden (60%), manfaat jenjang karir
Saparwati Dan
di RSUD pendekatan Kuesioner perawat Sebagian besar baik sebanyak 55
Mutinik
Tahun : 2017 Tugurejo crossectional responden ( 69%), standar kompetensi
4.2 Pembahasan
Artikel yang ditemukan dan ditulis dalam kajian literatur ini berasal dari Benua
Asia dan Benua Amerika, dimana 4 artikel berasal dari Negara Indonesia, 2 artikel
berasal dari Negara Korea Selatan dan 1 artikel berasal dari Amerika Serikat.
professional perawat yaitu, perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan
perawat peneliti. Untuk saat ini bidang yang sedang dan masih dikembangkan adalah
Artikel Chae Se Na, Go Il Sun dan Kim In Sook (2014) di Rumah sakit Samsung
Medical Center Seoul, Korea menunjukan bahwa persepsi yang dimiliki perawat
dikategorikan baik. Dalam persepsi sistem jenjang karir yang baik diketahui bahwa
perawat dengan usia lebih tinggi atau lebih tua dan perawat yang memilik kebutuhan
pertumbuhan pribadi yang lebih tinggi memiliki persepsi yang lebih tinggi untuk
sistem jenjang karir ini. Dan perawat spesialis 2 memliki persepsi yang lebih tinggi
untuk sistem jenjang karir dibandingkan dengan perawat baru, perawat umum dan
perawat spesialis 1. Bagitu juga dengan kepuasan kerja bahwa perawat dengan usia
yang lebih tinggi dan mempunyai pengalaman kerja yang lebih lama memiliki tingkat
kepuasan kerja yang lebih tingi. Sealian itu, perawat yang memiliki kebutuhan
pertumbuhan pribadi yang lebih kuat memiliki tingkat yang lebih rendah untuk
berhenti dari pekerjaannya. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa fator usia, lama
nya bekerja, perawat yang memiliki kebutuhan pertumbuhan pribadi yang lebih kuat,
dan status perawat dalam jenjang karir sanagat mempengaruhi persepsi perawat
tersebut. Semakain tinggi persepsi jenjang karir yang bekaitan dan semakin tinggi
pula kepuasan kerja yang dimiliki, semakin tinggi harapan perawat pada sistem
jenjang karir maka semakin rendahnya niat perawat untuk berhenti bekerja.
61
Artikel Park Gwang-ok, Lee Yoon-young (2010) di Rumah sakit Seoul, Korea
lainnya pemahaman keseluruhan tentang sistem jenjang karir dalam kegiatan
professional menunjukan bahwa perawat dengan pengalaman lanjutan menunjukkan
persepsi yang lebih tinggi daripada perawat tanpa pengalaman promosi. Dimana
perawat yang berhasil dalam jenjang karir akan mendorong pengembangan karir,
perawat dengan pengalaman promosi menilai sistem jenjang karir dapat memberikan
intensif sesuai dengan nilai pekerjaannya. Namun, dalam efek sistem jenjang karir
yang diharapkan lebih tinggi untuk perawat tanpa pengalaman promosi daripada
perawat yang sudah mempunyai pengalaman promosi. Perawat yang menyadari
bahwa status, keahlian dan otonomi perawat akan meningkat melalui sistem jenjang
karir. Dan mereka menganggap efek sistem jenjang karir yang diharapkan akan
tinggi. Perawat dengan pengalaman tingkat lanjut sangat menyadari sistem jenjang
karir dan juga menyadari bahwa sistem jenjang karir merangsang untuk berpartisipasi
dalam aktivitas profesioanal. Tetapi terdapat perawat yang memiliki persepsi rendah,
dimana dengan adanya sistem jenjang karir dapat memberatkan utnuk menambah
waktu diluar jam kerja. Kemudian, persepsi yang rendah di tunjukan dengan adanya
intensif yang tidak sebanding sehingga perawat merasa bahwa pekerjaan yang
dilakukan tidak dihargai. Selain itu, persepsi yang rendah tentang kemudahan
dukungan untuk sistem jenjang karir ditunjukan apakah dengan adanya sistem jenjang
karir dapat meminimalisir terhadap penurunan pada tingkat pengunduran diri
perawat.
jenjang karir. Persepsi cukup rendah ini dikarenakan perawat lebih menghargai
tanggungjawab dan akuntabilitas dalam pekerjaan daripada pengakuan dalam
pekerjaan.
(84.4%) telah memahami bahwa pemberian jenjang karir baru melalui tim kridensial
melalui Direktur SDM RSDK akan memberikan informasi berhubungan dengan surat
penugasan klinik yang baru. Sedangkan dalam proses ini yang belum dilakukan
adalah perawat yang sudah melakukan uji kompetensi dan dinyatakan kompeten akan
menerima bukti secara tertulis.
sebagian perawat memliki persepsi yang baik tentang manfaat jenjang karir sebanyak
jenjang karir yaitu baik sebanyak 40 responden (50,6%), hal ini dikarenakan
Keteknisan Medis. Tetapi Sebagian besar perawat memliki persepsi yang kurang baik
responden (58,2%). Hal ini menunjukan bahwa perawat masih belum memahami
pelaksanaan jenjang karir di dua rumah sakit dianggap baik, karena rata-rata dari
karir. Tetepi terdapat berbedaan persepsi di dua rumah sakit tersebut diantaranya
64
perbedaan persepsi tentang intensif yang diberikan oleh rumah sakit. Dimana perawat
mereka dapatkan yang nilainya jauh lebih dari jumlah yang diterima oleh perawat RS
sebagai program untuk mempromosikan karir secara klinis dan akhirnya bisa
memotivasi pelayanan keperawatan berkualitas tinggi. Tetapi hal ini tidak bisa terjadi
jika perawat tidak merasa dihargai dalam bekerja salah satunya dengan pemberia
Artikel Sahrudin, Rr. Tutik Sri Haryati (2014) di Rumah Sakit Krakatau Medika
Cilegon menunjukan bahwa perawat di rumah sakit tersebut memiliki persepsi yang
baik terhadap jenjang karir. Perawat menganggap bahwa sistem jenjang karir sebagai
salah satu pekerjaan yang menantang, karena perawat menganggap dengan adanya
pekerjaannya karena pekerjaan yang dilakukan perawat akan berbeda setiap harinya
dan kemampuan dalam bekerja akan semakin meningkat. Dalam penelitian ini
terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat dengan sistem jenjang
karir. Sedangkan perawat di Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon yang mempunyai
persepsi kurang baik terhadap promosi, karena perawat menyatakan bahwa mereka
jarang memperoleh kesempatan untuk melanjutkan ke posisi yang lebih tinggi yang
Dari artikel yang telah di review menunjukan persepsi perawat tentang jenjang
karir baik. Hal ini dikarenakan perawat sudah memberikan respon positif terhadap
65
sistem jenjang karir. Persepsi yang baik juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
usia, lama bekerja, pengalaman promosi, status dalam jenjang karir, dan riwayat
pendidikan. Namun, beberapa persepsi yang kurang baik tentang intensif. Penting
bagi fasilitas kesehatan untuk memberikan intensif kepada perawat dengan cara
Berdasarkan kajian literatur ini peneliti menemukan kelemahan yang ada dalam
artikel yang sudah dianalisis, diantaranya yaitu jurnal dengan ukuran sampel yang
BAB V
5.1 Kesimpulan
pelaksanaan jenjang karir di rumah sakit baik, dimana perawat sudah memberikan
pendapat yang positif terhadap pelaksanaan jenjang karir. Selain itu, dalam 7 artikel
ini ditemukan persepsi perawat yang kurang baik, dimana 3 artikel menjelaskan
bahwa persepsi yang kurang baik ditunjukan dengan intensif yang diterima tidak
dari perawat sangat mempengaruhi baik dan kurang baik nya persepsi yang dimiliki.
5.2 Saran
Studi literature ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan
sampel yang lebih banyak dan keterangan nama tempat lebih jelas yang menjelaskan
Afriani, T., Hariyati, R. T. S., & Gayatri, D. (2017). DUKUNGAN ATASAN DAN
TEMAN SEJAWAT MEMENGARUHI EKSPEKTASI PERAWAT DALAM
PENERAPAN JENJANG KARIR. Jurnal Keperawatan Indonesia.
https://doi.org/10.7454/jki.v20i2.516
Ardani, muhammad habis. (2016). Pelaksanaan Pengembangan Jenjang Karir
Perawat. Medical Faculty of Diponegoro University, 1, 109–114.
Baucom, B. (2012). Nurses ’ perception of clinical ladder programs. Nursing Theses
Amd Capstone Projects Gardner-Webb University.
Chae, S. N., Ko, I. S., Kim, I. S., & Yoon, K. S. (2015). Effect of Perception of
Career Ladder System on Job Satisfaction, Intention to Leave among
Perioperative Nurses. Journal of Korean Academy of Nursing Administration,
21(3), 233. https://doi.org/10.11111/jkana.2015.21.3.233
Damayanti Hutapea. (2015). Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015.
160204107, 6–42.
Herdiana. (2013). Analisis pengaruh kinerja perawat terhadap penerapan sistem
jenjang karier perawat profesional di rumah sakit pertamina jaya. Journal of
Chemical Information and Modeling.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kariadi, R., Istirochah, S., & Santoso, A. (2017). Gambaran pelaksanaan praktik
keperawatan profesional perawat klinik III berdasarkan kewenangan klinis di
instalasi rawat inap. Jurnal UNDIP.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 tentang
Pengembangan Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis. Pengembangan
Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis,. https://doi.org/10.1111/j.1469-
7610.2010.02280.x
Kornela Kolibu, F., Hariyanto, T., & Pusparahaju, A. (2014). Pengembangan Model
Jenjang Karir Perawat Klinis di Unit Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2014.028.01.24
Pae, C. U. (2015). Why systematic review rather than narrative review? In Psychiatry
Investigation. https://doi.org/10.4306/pi.2015.12.3.417
Park, K. O., & Lee, Y. Y. (2010). Career Ladder System Perceived by Nurses.
Journal of Korean Academy of Nursing Administration, 16(3), 314.
https://doi.org/10.11111/jkana.2010.16.3.314
Pasang, M. T., Kadar, K., & Natzir, R. (2018). Nurses’ Perceptions and Expectations
on the Implementation of Career Ladder in Public Hospitals in Makassar.
Indonesian Contemporary Nursing Journal (ICON Journal), 2(1), 30.
https://doi.org/10.20956/icon.v2i1.3582
Reza, R. S. (2015). Hubungan persepsi tentang jenjang karir dengan motivasi kerja
dan kepuasan kerja perawat di rumah sakit umum daerah tugurejo semarang.
Publikasi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang 2015.
Sahrudin, & Hariyati Sri Tutik, R. (2014). Persepsi Tentang Peningkatan Jenjang
Karir Perawat Rumah Sakit di Cilegon. Fik Ui, 1–8.
Saparwati, M., & Mutinik, M. (2017). Persepsi Perawat Tentang Jenjang Karir di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Smart Keperawatan.
https://doi.org/10.34310/jskp.v4i2.131
Saragih, S. G., & Lala, A. (2013). Hubungan jenjang karir dan kepuasan kerja
perawat di Rumah Sakit Santo Borromeus. Jurnal Stikes Santo Boromeus, 11(7),
1–5. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Sausan, A., & Yusuf, M. (2020). Jenjang Karir Perawat Di Rumah Sakit Umum
Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh Nursing Career Advancement Level At
Meuraxa Regional Hospital of Banda Aceh. 2, 119–125.
Siswanto, S. (2012). SYSTEMATIC REVIEW SEBAGAI METODE PENELITIAN
UNTUK MENSINTESIS HASIL-HASIL PENELITIAN (SEBUAH
PENGANTAR). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
https://doi.org/10.22435/bpsk.v13i4
Sulistya Wati, W. (2016). IMPLEMENTASI SISTEM JENJANG KARIR DALAM
PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING. Jurnal Ilmu Keperawatan
(Journal of Nursing Science). https://doi.org/10.21776/ub.jik.2016.004.01.4
Susanti, S., Hendriani, S., & Amsal, C. (2014). Pengaruh Pengembangan Karir dan
Kepuasan Kerja Perawat Terhadap Komitmen Organisasi RS. Eka Hospital
Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 1(2),
1–15.
Umaya, I. (2017). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN
JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT KLINIS. Universitas
Nusantara PGRI Kediri.
UU NO.40 TAHUN 2009. (2009). UU RI momor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
Jakarta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004