Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN APLIKASI JURNAL

KOMPRES AIR HANGAT PADA DAERAH AKSILA DAN DAHI


TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA PASIEN DEMAM
DI PKU MUHAMMADIYAH KUTOARJO

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Tahap Profesi


Stase Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :
Asep Tedi Nurmanto
NIM : 1490121014

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Review Jurnal yang berjudul
“KOMPRES AIR HANGAT PADA DAERAH AKSILA DAN DAHI
TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA PASIEN DEMAM DI
PKU MUHAMMADIYAH KUTOARJO" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
manajemen nyeri nonfarmakologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen dan CI. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya laporan review jurnal ini ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Garut, Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suhu tubuh yang meningkat lebih dari normal atau demam merupakan
suatu pertanda adanya gangguan kesehatan dan disebut sebagai keluhan
yang dirasakan oleh seseorang tetapi bukan merupakan suatu diagnosis.
Suhu tubuh pada kondisi demam dapat digunakan sebagai salah satu ukuran
mengenai membaik atau memburuknya kondisi pasien. Demam mengacu
pada peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi atau peradangan
sebagai respon terhadap invasi mikroba, sel-sel darah putih tertentu
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang
memiliki banyak efek untuk melawan infeksi(1).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C
atau lebih. Ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C, sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi/ hiperpireksia. Demam
dapat membahayakan apabila timbul dalam suhu yang tinggi. Demam tinggi
adalah demam yang mencapai 41,1°C (106°F) atau lebih. Pada demam tinggi
dapat terjadi alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, kerusakan hati, kelainan
EKG, dan berkurangnya aliran darah otak. Selain itu dampak yang dapat
ditimbulkan jika demam tidak ditangani maka akan dapat menyebabkan
kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsy,
retardasi mental atau ketidakmampuan belajar(2)
Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan berbagai
cara. Cara yang paling sering digunakan adalah meminum obat penurun
demam seperti Paracetamol ataupun Ibuprofen. Selain itu adalah dengan
mengobati penyebab demam, dan apabila ternyata demamnya karena
infeksi oleh bakteri maka diberikan antibiotik untuk membunuh bakteri.
Tetapi obat- obatan saja tidak cukup, sehingga perlu dilakukan kompres
untuk membantu menurunkan suhu tubuh saat demam(3).
Kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh(4).
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena
pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat
kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan
memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan
kali lipat lebih banyak(5). Lingkungan luar yang hangat akan membuat
tubuh menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas sehingga akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan
pengatur suhu tubuh lagi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka
sehingga mempermudah pengeluaran panas dari tubuh(6). Kenyataan yang
ditemukan di lokasi penelitian yaitu di Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik
Dasar (KRIPMD) PKU Muhammadiyah Kutoarjo, dengan jumlah rata-rata
40 pasien demam setiap bulan dengan lama 3-4 hari perawatan, pelaksanaan
kompres sebagai salah satu tindakan mandiri untuk menangani demam
masih sering diabaikan oleh pasien dan keluarga. Selama ini pasien dan
keluarga lebih memilih untuk melakukan kompres pada daerah dahi dengan
alasan kompres pada daerah dahi lebih mudah dilakukan dan tidak
membasahi baju yang dipakai oleh pasien. Hingga saat ini, di KRIPMD
PKU Muhammadiyah Kutoarjo belum pernah dilakukan penelitian untuk
melihat perbedaan efektivitas kompres pada daerah dahi dan aksila.

B. Tujuan Review Jurnal


I. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas
pemberian kompres air hangat di aksila dan dahi terhadap penurunan
suhu tubuh pada pasien demam di KRIPMD PKU Muhammadiyah
Kutoarjo
II. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perubahan yang terjadi setelah dilakukan
teknik kompres hangat pada daerah aksila dan dahi pada pasien
demam
b. Mengidentifikasi prosedur teknik kompres hangat pada daerah
aksila dan dahi pada pasien demam
BAB II
TINJAUAN JURNAL

POPULATION INTERVENTION COMPARATION OUTCOME TIME


populasi sebesar 40 dengan Tujuan penelitian ini Hasil penelitian jurnal ini Hasil penelitian Penelitian ini dilakukan di
subyek sebanyak 38 orang engan adalah untuk diketahui bahwa rerata diketahui bahwa rerata Klinik Rawat Inap Pelayanan
teknik consecutive sampling. mengetahui perbedaan penurunan suhu tubuh pada derajat penurunan suhu Medik Dasar PKU
Pengukuran suhu dilakukan efektivitas pemberian pasien demam yang dikompres tubuh sebelum dan Muhammadiyah Kutoarjo.
sebelum dan sesudah perlakuan kompres air hangat di pada daerah aksila adalah sesudah dilakukan Penelitian ini dilakukan pada
menggunakan thermometer air aksila dan dahi terhadap 0,247 dan rerata penurunan kompres hangat pada bulan November 2013.
raksa. Analisis data penurunan suhu tubuh suhu tubuh pada pasien daerah aksila pada
menggunakan uji t. Hasil: Rerata pada pasien demam demam yang dikompres pada pasien demam di
derajat penurunan suhu tubuh di KRIPMD PKU daerah dahi adalah 0,111. KRIPMD PKU
sebelum dan sesudah dilakukan Muhammadiyah Setelah dilakukan uji MuhammadiyahKutoarjo
kompres air hangat pada daerah Kutoarjo perbandingan kedua rerata sebesar 0,247oC, rerata
aksila sebesar 0,247oC. Rerata menggunakan uji t diperoleh derajat penurunan suhu
derajat penurunan suhu tubuh thitung sebesar 5,879 dengan tubuh sebelum dan
sebelum dan sesudah dilakukan p=0,000. Karena p<0,05 maka sesudah dilakukan
kompres air hangat pada daerah Ho ditolak dan Ha diterima, kompres hangat pada
sebesar 0,111oC. Analisis uji t artinya ada perbedaan secara daerah dahi pada pasien
menunjukkan teknik pemberian signifikan pada rerata demam di KRIPMD
kompres hangat pada daerah penurunan suhu pada pasien PKU Muhammadiyah
aksila lebih efektif terhadap yang diberikan kompres air Kutoarjo sebesar
penurunan suhu tubuh hangat pada daerah aksila dan 0,111oC. Teknik
dibandingkan dengan teknik pasien yang diberikan pemberian kompres
pemberian kompres hangat pada kompres air hangat pada hangat pada daerah
dahi (t hitung=5,879 p=0,000). daerah dahi. Hal ini aksila lebih efektif
Simpulan: Teknik pemberian menunjukkan bahwa teknik terhadap penurunan suhu
kompres air hangat pada daerah pemberian kompres air hangat tubuh dibandingkan
aksila lebih efektif terhadap pada daerah aksila lebih dengan teknik pemberian
penurunan suhu tubuh. efektif terhadap penurunan kompres hangat pada
suhu tubuh dibandingkan dahi pada pasien demam
dengan teknik pemberian di KRIPMD PKU
kompres air hangat pada Muhammadiyah
daerah dahi pada pasien Kutoarjo
demam di Klinik Rawat Inap
Pelayanan Medik Dasar PKU
Muhammadiyah Kutoarjo.
Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan teori yang
dikemukakan oleh Tamsuri
yang menyatakan daerah
ketiak terdapat vena besar
yang memiliki kemampuan
proses vasodilatasi yang
sangat baik dalam
menurunkan suhu tubuh dan
sangat dekat dengan otak yang
merupakan tempat terdapatnya
sensor pengatur suhu tubuh
yaitu hypothalamus(10). Hasil
penelitian ini mendukung hasil
penelitian Juwariyah bahwa
kompres air hangat lebih
efektif 74,6% untuk
menurunkan suhu pada pasien
anak dengan demam daripada
kompres plester(11). Hasil
penelitian didukung hasil
penelitian Sukmawati yang
menunjukkan kompres di
ketiak memberikan efektivitas
tinggi bila dibandingkan
kompres di dahi dengan
derajat penurunan suhu
masing 0,234oC dan
0,145oC(12). Hasil analisis
menggunakan uji t diperoleh t
hitung sebesar 5,673 dengan
p=0,018. Serta penelitian
Wening menyatakan bahwa
pasien yang dikompres di
bagian ketiak memiliki
penurunan suhu lebih besar
daripada pasien yang
dikompress pada daerah dah
BAB III
TINJAUAN KASUS KELOLAAN

Teknik relaksasi dan teknik distraksi ini di aplikasikan pada satu pasien post
operasi ekterpasi masa a/r STT gluteal di ruang Mawar RS TNI AD Guntur Garut.
Berikut ini adalah data-data pasien :
I.  Pengkajian
A. Identitas Klien
1.  Nama : Ny. G
2.  Umur : 21 tahun
3.  Jenis Kelamin                        : Perempuan
4. Status Perkawinan : Kawin
5.  Pendidikan                          : SMU
6   Pekerjaan                           : IRT
7. Agama : Islam
8. No. Medrec : 06-79-22
9.  Tanggal Masuk                       : 1 September 2015
10. Tanggal pengkajian                  : 3 September 2015
11. Diagnosa Medik                      : Dengue Hemorargic Fever
12. Alamat : Kp. Alikhlas 04/02 Kota Wetan
Garut

B. Identitas Penanggung Jawab


 1. Nama                             : Tn. A
 2. Umur                           : 35 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
 4. Pendidikan                        : SMA
 5. Pekerjaan : Wiraswsta
 6. Hubungan dengan klien                 : Istri
 7. Alamat                          : Kp. Alikhlas 04/02 Kota Wetan
Garut
C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut klien sudah 2 hari klien mengalami Demam, yang disertai
adanya nyeri ulu hati, badan pegal – pegal, mual- mual, muntah (-),
BAB darah (-). Pada saat dikaji klien mengeluh demam, demam yang
dirasakan pada siang hari maupun malam hari, demam di rasakan pada
seluruh tubuh, demam yang di rasakan hilang timbul dan turun naik.
3. Riwayat penyakit dahulu
Menurut suami klien, sebelumnya klien tidak pernah mengalami
penyakit seperti sekarang ini, dan belum pernah di rawat di RS.
4. Riwayat penyakit keluarga
Menurut penuturan klien, diantara anggota keluarga yang lain tidak
punya riwayat penyakit menular seperti TBC ataupun hepatitis ataupun
penyakit yang berat dan menurun seperti DM, hipertensi asma dan
penyakit lainnya.
II. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 MmHg
b. Nadi : 80 kali/menit
c. Respirasi : 20 kali/menit
d. Suhu : 38,8ºC
e. TB : 175 cm
f. BB : 45 kg
3. Kesadaran : Compos Metis.GCS : 15
4. Skala nyeri : 5 rantang (0-10)
5. Klien mengeluh seluruh badan terasa panas, hasil pengukuran suhu
tubuh 38,8ºC
6. Hasil pemereksiaan iGg dan Igm +

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PERIORITAS


1. Gangguan Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan
proses infeksi virus dengue
BAB IV
HASIL APLIKASI JURNAL

A. Metode pelaksanaan
Pelaksanaan di bagi kedalam beberapa tahapan kerja, diantarnya sebagai
berikut:

A. Alat dan bahan :


1. Air hangat sesuai kebutuhan (40 - 45C)
2. 1 buah baskom berukuran sedang
3. 1 handuk kecil
4. Handscoon

B. Presedur pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Tuangkan air hangat kedalam baskom
3. Pakai handscoon
4. Masukkan handuk kecil ke dalam baskom berisi air hangat
kemudian
peras
5. Letakkan handuk kecil pada bagian yang akan dikompres
6. Masukkan lagi handuk kecil ke dalam baskom berisi air
hangat jika
handuk sudah tidak terasa hangat lagi
7. Ulangi sampai 5 - 10 menit
8. Lepaskan handscoon
9. Bereskan semua alat
10. Cuci tangan
B. Hasil
Hasil penelitian jurnal ini diketahui bahwa rerata penurunan suhu tubuh
pada pasien demam yang dikompres pada daerah aksila adalah 0,247 dan
rerata penurunan suhu tubuh pada pasien demam yang dikompres pada daerah
dahi adalah 0,111. Setelah dilakukan uji perbandingan kedua rerata
menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 5,879 dengan p=0,000. Karena
p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada perbedaan secara
signifikan pada rerata penurunan suhu pada pasien yang diberikan kompres
air hangat pada daerah aksila dan pasien yang diberikan kompres air hangat
pada daerah dahi. Hal ini menunjukkan bahwa teknik pemberian kompres air
hangat pada daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh
dibandingkan dengan teknik pemberian kompres air hangat pada daerah dahi
pada pasien demam di Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar PKU
Muhammadiyah Kutoarjo.
BAB V
DISKUSI

Hasil penelitian jurnal ini diketahui bahwa rerata penurunan suhu tubuh
pada pasien demam yang dikompres pada daerah aksila adalah 0,247 dan
rerata penurunan suhu tubuh pada pasien demam yang dikompres pada
daerah dahi adalah 0,111. Setelah dilakukan uji perbandingan kedua rerata
menggunakan uji t diperoleh thitung sebesar 5,879 dengan p=0,000. Karena
p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada perbedaan secara
signifikan pada rerata penurunan suhu pada pasien yang diberikan kompres
air hangat pada daerah aksila dan pasien yang diberikan kompres air hangat
pada daerah dahi. Hal ini menunjukkan bahwa teknik pemberian kompres air
hangat pada daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh
dibandingkan dengan teknik pemberian kompres air hangat pada daerah dahi
pada pasien demam di Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar PKU
Muhammadiyah Kutoarjo.
Sedangkan hasil pengaplikasian di ruang Mawar didapatkan kompres
hangat pada aksila lebih efektif daripada kompres hangat pada daerah dahi
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada pasien DHF salah satu keluhan utama yang dirasakan adalah
hipertermi. Salah satu tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan oleh
perawat adalag dengan cara teknik kompres hangat pada daerah aksila dan
dahi
B. Saran
1. Bagi bidang akademik
Untuk bidang akademik khususnya mahasiswa keperawatan, laporan
ini hanya melakukan teknik kompres hangat pada daerah aksila dan
dahi untuk menurunkan suhu pada pasien demam. Diharapkan
mahasiswa dapat mebandingkan atau mengkombinasikan teknik
teknik kompres hangat pada daerah aksila dan dahi untuk menurunkan
suhu pada pasien demam
2. Bagi Ruangan
Untuk bidang institusi keperawatan khususnya ruang mawar mengenai
pengunjung harus di tingkatkan lagi, supaya lingkungan pasien
menjadi lebih konsdusif.
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta: EGC; 2002.

Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC;2002.

Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:EGC; 2008.

Hegner BR. Asisten Keperawatan SuatuPendekatan Proses Keperawatan.


Jakarta:EGC; 2003.

Crowin. Buku Saku Patofisiolog. Jakarta: EGC;2002.

Sunardi. Kontrol Persyarafan Terhadap SuhuTubuh. Jakarta: Fakultas Ilmu


KeperawatanUniversitas Indonesia; 2009.

Asmadi. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan DasarKlien. Jakarta: EGC; 2008.

Carolina A. Hubungan Pola Makan denganKejadian Penyakit GE pada Remaja di


PuskesmasRempoah. Purwokerto: Akper Muhammadiyah Purwokerto; 2011.

Effendy F, Makhfudli. Keperawatan KesehatanKomunitas. Jakarta: Salemba


Medika; 2009.

Tamsuri A. Tanda-tanda Vital: Suhu Tubuh. Jakarta: EGC; 2006.

Juwariyah. Efektivitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Hangat


dan Kompres Plester pada Anak Demam [internet]. 2011 [cited 2013 Des 26].
Available from: http://repository.
usu.id.

Sukmawati. Perbandingan Penurunan Suhu pada Pasien yang Dikompres Pada


Daerah Ketiakdengan Kompres Pada Dahi di RSI Ibnu Shina Magelang.
Surakarta: Fakultas Kesehatan UMM Surakarta; 2010.

Wening, Endang. Perbandingan Penurunan Suhu Pada Pasien yang Dikompres pada
Daerah Ketiak dengan Kompres pada Dahi di Ruang Rawat Inap Kelas III RS
Hasan Sadikin Bandung. Bandung: Akper Parahiyangan; 2011.

Anda mungkin juga menyukai