Anda di halaman 1dari 5

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


Judul: Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan
“Memberikan kompres pada klien yang demam”

AST ke – 6

Nama Pasien/Usia : Tn.N 86 tahun


No. Rekam Medis : 16-65-45 TTD Preseptor

Diagnosa Medis : ISK


Nama Ruang Rawat : Lantai 5D03
Tanggal Masuk : 29 April 2019
Tanggal Tindakan : 30 April 2019
Nama Mahasiswa : Natan Sigit Sayogya
NIM : 1503180202
Pembimbing : Ns. Elysabeth Sinulingga, M.Kep.,Sp.Kep.M.B

No Kriteria Nilai
1 Diagnosa Keperawatan (PE): /10
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)
2 Data Subjekif: /10

 Klien mengatakan tubuhnya terasa lemas.


 Klien mengatakan tubuh terasa panas.
 Klien mengatakan sempat turun demamnya, namum panas lagi.
3 Data Objektif: /10
 Klien terlihat lemas dan sedikit pucat.
 Klien terlihat menggunakan selimut.
 Klien tampak mulai berkeringat.
 Klien tampak tidak tenang/gelisah.
 Klien tampak sesekali menggigil.
 Nilai TTV :
TD : 110/80 mmHg, N : 89 X/menit, RR : 20 X/menit, S : 39,4 oC.

Terapi
Paracetamol 100 mg
4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan: /10
Alat yang dipersiapakan :
1. Washlap 3 buah
2. Kom (berisi air hangat).
3. Thermometer
Langkah –langkah tindakkan yang dilakukan :
1. Menetapkan kontrak dengan klien.
2. Membawa alat yang telah dipersiapkan ke ruangan klien.
3. Menjelaskan pada pasien mengenai tindakan yang akan diberikan.
4. Cuci tangan.
5. Membasahi washlap dengan air hangat, kemudian peras agar tidak terlalu
basah.
6. Letakan washlab pada daerah yang akan dikompres (leher, ketiak, dan lipat
paha).
7. Tinggalkan klien dan kembali lagi ± 10 – 20 menit untuk mengobservasi
demam klien (mengukur suhu). Jika klien masih demam, lanjutkan kompres
dengan membasahi washlab yang sudah kering atau dingin dan letakan di
daerah yang akan di kompres.
8. Monitor suhu kembali ± 10-20 menit sambil mengecek washlab yang
digunakan untuk mengompres klien. Ulangi sampai suhu tubuh klien dalam
rentang normal suhu aksila 34,7-37,3 oC (atiq, 2009).
9. Merapikan alat yang telah digunakan.
10. Cuci tangan.
11. Mengevaluasi respon klien.
12. Memastikan alat kompres terpasang dengan benar.
Kembali ke nurse station dan melaporkan tindakkan telah dilakukan dan suhu tubuh
klien kepada perawat ruangan untuk didokumentasikan.

5 Dasar Pemikiran : /15

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada
juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C, sedangkan bila suhu tubuh lebih
dari 40°C disebut demam tinggi/hiperpireksia. Demam dapat membahayakan apabila
Timbul dalam suhu yang tinggi. Demam tinggi adalah demam yang mencapai 41,1°C
(106°F) atau lebih. Kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu
tubuh. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena
pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat
kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan
memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat
lebih banyak. Lingkungan luar yang hangat akan membuat tubuh
menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas sehingga akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi,
juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga mempermudah pengeluaran
panas dari tubuh (Mulyanti, 2015).

Memberi aliran udara yang baik, memaksa tubuh berkeringat, dan mengalirkan
hawa panas ke tempat lain juga akan membantu menurunkan suhu tubuh.
Membuka pakaian/selimut yang tebal bermanfaat karena mendukung terjadinya
radiasi dan evaporasi. Pemberian kompres hangat dengan temperatur air 29,5-32°C
(tepidsponging) dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer. Hal ini menyebabkan
pembuangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu
tubuh menjadi normal kembali (Zahroh & Khasanah, 2011). Oleh karena itu,
pemberian intervensi kompres pada klien dengan hipertermi merupakan salah satu
langkah yang tepat guna menangani demam yang klien alami dan mempercepat suhu
tubuh turun/menjadi normal kembali selain dari pada pemberian medikasi pada
klien.

6 Prinsip Tindakan: /5
Bersih
7 Analisa Tindakan Keperawatan: /15
Klien badan terasa lemas dan kadang menggigil. Menggigil ditimbulkan agar dengan
cepat meningkatkan kondisi panas, sedangkan vasokontriksi kulit juga berlangsung
dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong
suhu naik, dengan demikian pembentukkan demam sebagai respon terhadap
rangsangan pirogenik adalah suatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh
kerusakkan mekanisme termoregulasi (Atiq, 2009). Menurut wibisono (2015) untuk
menurunkan suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu
dengan cara di kompres, sehingga intervensi kompres pada demam dikatakan tepat
pada klien dengan demam selain pemberian medikasi.

Menurut saya tindakkan yang saya lakukan merupakan intervensi yang tepat bagi
klien, namun belumlah dapat dikatakan cukup, perlu tetap dilakukan monitor
terhadap suhu klien dan jika klien masih demam maka pemberian kompres dapat
terus dianjutkan bersamaan pemberian medikasi/antipiretik pada klien.

8 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) /10


Bahaya :
 Jika air untuk dikompreskan terlalu panas maka akan mengakibatkan kerusakan
intergritas kulit.
Pencegahan :
Hal yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain :
 Kain/washlab harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan..
 Kain/washlab kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres.

9 Hasil yang didapat: /5


S : Klien mengatakan panas yang rasakan berkurang.
Klien mengatakan tubuh msih terasa sedikit lemas.
Keluarga klien mengatakan demam berkurang dan sudah tidak mengigil lagi.
O :Klien terlihat lebih nyaman .
Klien tampak tidak mengigil lagi namun masih menggunakan selimut.
Klien terlihat tidak berkeringat lagi.
Nilai TTV :
TD : 120/80 mmHg, N : 87 X/menit, RR : 20 X/menit, S : 37,8 oC.
A : Masalah hipertermi belum teratasi, intervensi dilanjutkan.
P:
1. Monitor TTV klien.
2. Anjurkan klien untuk banyak minum.
3. Anjurkan klien untuk menggunakan selimut secukupnya.
4. Ajarkan keluarga klien teknik kompres ketika klien mulai demam.
5. Terapi sesuai IMR (pemberian antipiretik).

10 Evaluasi Diri: /5
Saya sudah mampu melakukan tindakan secara mandiri dan percaya diri.

Namum saya masih kurang mempertahankan suhu kompres, saya kadang lupa
untuk kembali mengganti dengan kompres baru.

Untuk kedepannya setiap asuhan keperawatan yang saya berikan kepada klien dapat
lebih baik lagi, dan saya dapat terus belajar dari pengalaman yang saya dapatkan
sekarang untuk menjadi bekal dalam mengembangkan skill yang saya miliki.
/5
11 Daftar Pustaka:

Ayu, Eny Inda, Irwanti, Winda, Mulyanti. (2015). Kompres Air Hangat pada
Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien
Demam. JNKI Vol. 3, No. 1, 10-1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata
Yogyakarta.

Atiq, Baitil. (2009). Gambaran Orang Tua Dalam Pemberian Antipiretik Pada Anak
Sebelum Berobat Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua. Fakultas
kedokteran. Universitas Indonesia.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ; Definisi Dan Indikator


Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

Wibisono, Afif. (2015). Gangguan Sistem Persarafan : Kejang Demam Di Ruang


Mawar Rsud Banyudono Boyolali. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Zahroh, Roihatul & Khasanah, Ni’matul .(2017). Efektifitas Pemberian Kompres Air
Hangat Dan Sponge Bath Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pasien Anak.
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Gresik.
Nilai 100

Anda mungkin juga menyukai