Anda di halaman 1dari 8

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


Analisis & Sintesis Tindakan Keperawatan
Pemberian Kompres Air Biasa/Mengalir
untuk Menurunkan Deman

AST : 5

Nama Pasien : Ny. A.P


Usia : 24 Tahun Mengetahui,

No. Rekam Medis : SHLV-00-03-80-61


Diagnosa Medis : DHF
Nama Ruang Rawat : Genesaret
Tanggal Masuk RS : 8 Mei 2019 Preseptor
Tanggal Tindakan : 8 Mei 2019
Nama Praktikan : Restuh Lestary Tandi
NIM : 01503180239
Pembimbing : Ibu Ns. Ice Hendriani, M.Kep.

No. Kriteria Nilai


1 Diagnosa keperawatan (PE):

Hipertermi beruhubungan dengan proses penyakit (SDKI, 2016)

2 Data Subjektif:

- Pasien mengatakan demam sejak rabu malam

- Pasien mengatakan merasa mual dan pusing

- Pasien mengatakan merasa kedinginan


3 Data Objektif:

- Pasien tampak menggigil

- Akral teraba panas

- TD : 100/80, Nadi : 90x/menit, RR: 20x/menit, Suhu : 39,30C


4 Langkah-langkah Tindakan Yang Dilakukan:

1. Identifikasi pasien
2. Mempersiapkan alat: washlap, baskom
3. Mengisi baskom dengan air hangat
4. Merasakan suhu air dengan telapak tangan
5. Menanyakan apakah pasien dapat menoleransi kompres hangat tersebut
6. Membersihkan area ketiak dan leher
7. Memasukan washlap ke dalam baskom yang berisi air hangat
8. Meletakkan washlap di kedua ketiak
9. Memberikan kompres selama 5 menit
10. Merendam kembali washlap ke dalam baskom dan mengulanginya kembali

hingga 30 menit
11. Merapikan peralatan
12. Mengeringkan area leher dan kedua ketiak
13. Mengukur suhu pasien setelah dilakukan kompres
14. Terminasi
15. Mencucui tangan
5 Dasar Pemikiran

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang

disebabkan oleh serotype virus dengue yang ditandai dengan empat gejala klinis

utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegaly dan tanda-tanda

kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjantan (sindrom renjantan dengue) sebagai

akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Sucipto, 2011).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty

yang menyerang pada anak dan orang dewasa dengan gejala demam, perdarahan

pada gusi serta buang air besar dan syok (Soedarto, 2012).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Dengue

Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk kedalam tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk aedes aegypty, yang menyerang pada anak dan orang dewasa

dengan gejala utama demam tinggi, nyeri otot dan nyeri sendi, kegagalan sirkulasi,
perdarahan hingga kematian yang disebabkan oleh kebocoran plasma.

Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis,

tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Tindakan farmakologis

yaitu pemberian obat antipiretik, sedangkan tindakan non farmakologis yaitu

memberikan minuman yang banyak, ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal,

menggunakan pakaian yang tidak tebal, dan memberikan kompres (Wardiyah,et al,

2016, hal. 46).


Kompres merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan

cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang

membutuhkan (Asmadi, 2008). Kompres dilakukan untuk mengeluarkan panas yang

ada dalam tubuh. Panas dalam tubuh keluar melalui pembuluh-pembuluh darah

besar yang dekat dengan kulit yang berada di leher, axila dan lipatan paha. Sehingga

apabila melakukan kompres untuk menurunkan suhu tubuh, sebaiknya kompres di

berikan pada tempat tersebut, tidak di dahi karena tidak terdapat pembuluh darah

yang besar (Wardiyah,et al, 2016, hal. 46).


Beberapa tindakan kompres yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu

tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering menggunakan buli

buli hangat, kompres dingin basah dengan larutan obat anti septik, kompres dingin

basah dengan air biasa atau air mengalir. Mekanisme hilangnya panas dengan

kompres air biasa atau air mengalir melalui proses konduksi pada pemberian

kompres yang bekerja sebagai isolator yang efektif terhadap hilangnya panas yang

berlebihan. Pemberian kompres air biasa menyebabkan terjadi proses vasodilatasi

dalam menurunkan suhu tubuh, terjadinya vasodilatasi yang menyebabkan

pembuangan atau kehilangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadinya

penurunan suhu tubuh. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini terjadi karena

panas tubuh digunakan untuk penguapan air pada kain kompres (Fatkularini, Asih,
& Solechan, 2014, hal. 6).
Panas yang keluar dari tubuh melalui kulit dipengaruhi oleh perbedaan antara

suhu tubuh dan lingkungan, jumlah permukaan tubuh yang terpapar udara, jenis

pakaian yang dikenakan, serta pemberian kompres. Hal ini di dukung oleh penelitian

yang dilakukan Fatkularini, Asih, & Solechan (2014).


Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa penurunan suhu tubuh

tertinggi pada kompres air biasa yaitu 1,10C sedangkan penurunan terendah yaitu

0,7 0C dan rata-rata penurunannya yaitu 0,8°C (Fatkularini, Asih, & Solechan, 2014,

hal. 6).
Pada kasus Ny. A.P yang mengalami demam dengan suhu tubuh 39,30c,

diberikan kompres menggunakan air biasa/mengalir pada kedua ketiak pasien

selama 30 menit, pemberian kompres menyebabkan terjadi proses vasodilatasi

dalam menurunkan suhu tubuh. Terjadinya vasodilatasi yang menyebabkan

pembuangan atau kehilangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadinya

penurunan suhu tubuh. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini terjadi karena

panas tubuh digunakan untuk penguapan air pada kain kompres.

6 Prinsip Tindakan : Tindakan keperawatan menggunakan prinsip bersih.


7 Analisa Tindakan Keperawatan

- Mampu mengkritisi tindakan yang dilakukan apakah sudah sesuai

dengan teori
Menurut Kusyati (2006), kompres air biasa diberikan dengan menggunakan

wahsalp atau kain kasa yang dimasukkan ke dalam air bersuhu normal (18-

26°C) dan diletakan pada area yang akan dikompres. Kompres dilakukan

selama 15-30 menit dengan menggantinya setiap 5 menit. Tindakan yang

dilakukan pada Ny. A.P sudah sesuai dengan teori, dimana kompres

dilakukan dengan menggunakan washlap, karena bisa dipakai berulang-

ulang sedangkan kasa harus diganti setelah dipakai (sekali penggunaan), hal
ini juga meminimalkan penggunaan kasa diruangan (Fatkularini, Asih, &

Solechan, 2014, hal. 3).


- Apakah tindakan memerlukan modifikasi
Dalam melakukan kompres pada pasien demam, modifikasi yang dapat

dilakukan seperti mengganti washlap dengan handuk kecil bila pasien

memiliki atau jika pasien kurang nyaman dengan washlap dari rumah sakit

karena dipakai oleh banyak orang. Selain itu, perawat dapat mengajarkan

cara melakukan kompres kepada keluarga agar keluarga dapat mandiri.

- Apakah dosis / tindakan yang diberikan cukup untuk pasien


Tindakan pemberian kompres air biasa/mengalir hanyalah salah satu terapi

non farmakalogi yang dapat dilakukan dalam menurunkan suhu tubuh

pasien. Tindakan kompres air biasa/mengalir tidak cukup untuk pasien,

dimana demam mungkin akan turun setelah kompres namun demam dapat

timbul lagi sehingga tindakan kolaborasi dapat diberikan dengan pemberian

paracetamol atau farmadol untuk membantu menurunkan demam pada

pasien.
- Bagaimana cara menentukan bahwa tindakan tersebut sesuai dengan

kebutuhan pasien
Tindakan pemberian kompres pada Ny. A.P sudah sesuai dengan kebutuhan

pasien karena saat itu klien sedang demam dan setelah di beri kompres

demam klien turun menjadi 37,4 °C dari 39,3 °C.


8 Bahaya yang dapat terjadi (Komponen Bahaya dan Pencegahan)

Efek samping : Menurut Asmadi (2008) untuk kompres air biasa atau air dingin

dalam kompres dapat menimbulkan efek menggigil pada pasien.

Pencegahan : Menanyakan apakah pasien dapat mentoleransi kompres air

biasa/mengalir yang diberikan.


9 Hasil yang didapat:
S :

- Pasien mengatakan sudah merasa lebih baik

- Pasien mengatakan pusing dan mual sudah berkurang

- Pasien mengatakan tidak merasa kedinginan lagi

O:

- Pasien tampak lebih baik

- Pasien tampak tidak menggigil lagi

- TD: 100/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 37,40 C

A:

- Hipertermi teratasi

P:

- Observasi tanda-tanda vital/ 8 jam

- Manajemen fiver dan cairan

- Batasi penggunaan selimut/pakaian tebal

- Anjurkan klien untuk banyak minum air putih

- Anjurkan klien untuk menggunakan selimut dan pakaian tipis


10 Evaluasi Diri:

Kelebihan dan Kekurangan :

- Kelebihan saya dalam melakukan tindakan tersebut adalah saya

mampu melakukan tindakan keperawatan mandiri dengan cukup baik


untuk membantu menurunkan demam klien.

- Kekurangan : Setelah mengajarkan keluarga untuk melakukan

kompres saya tidak lagi mengevaluasi apakah sudah sesuai atau tidak

karena sudah sibuk dengan pasien lain.

- Perbaikan: Setelah melakukan edukasi harusnya dievaluasi apakah

keluarga atau orang yang diajar sudah benar-benar memahami dan

mampu melakukan dengan benar.


11 Daftar Pustaka:

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue/ Dengue Haemorragic Fever. Jakarta:

Sagung Seto.

Sucipto. (2011). Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: EGC.

Fatkularini, D., Asih, S. H., & Solechan, A. (2014). Efektivitas Kompres Air Suhu

Biasa Dan Kompres Plester Terhadap Penurunan Suhu Tubuh. Jurnal Ilmu

Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).

Wardiyah, A., Setiawati, & Setiawan, D. (2016). Perbadingan Efektivitas Pemberian

Kompres Air Hangat Dan Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh.

Jurnal Ilmu Keperawatan, 44-56.

Herdman, PhD, RN, FNI, T. H., & Kamitsuru, PhD, RN, FNI, S. (2018). NANDA

Internasional Nursing Diagnoses Definitions and Classification 2018-2020

Eleventh Edition. New York: Thieme.

SDKI, DPP & PPNI. (2016). Stndar Diagnosis Keperawatan Indonesia : defenisi

dan indikator diagnostic Edisi 1. Jakarta: DPPPPNI.


Nilai

Anda mungkin juga menyukai