Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nita Nadila Febriyanti

NIM : E.0105.20.030

Tingkat : 1

Prodi : D3 Keperawatan

1. Sebutkan dan jelaskan indikasi dari kompres hangat dan kompres dingin?

Kompres Hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah di kompres-hangat
celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu.

Indikasi

1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh rendah)


2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian
4. Spasme otot
5. Adanya abses hematoma

Kompres Dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis. Aplikasi kompres dingin adalah mengurangi aliran darah ke suatu
bagian dan mengurangi perdarahan serta edema.

Indikasi

1. Suhu tinggi
2. Radang
3. memar
4. batuk/ muntah darah
5. pasca transilektomi
6. luka tertutup

2. Sebutkan dan jelaskan kehilangan panas secara konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi?

1. Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.
Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer.
Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan
mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan
panas.Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat
di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan
kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses
pergerakan udara sehinggaudara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.

2. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di
sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan
dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu
kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan
dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi
secara efektif terus menerus.

3. Evaporasi

Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas setiap satu gram air yang
mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi
individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini
menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini
tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui
kulit dan system pernafasan.Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang
melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh
memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara
tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu
tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari
keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.

4. Konveksi

Perpindahan panas melalui aliran udara/ air.Menurut Tamsuri Anas (2007), suhu tubuh dibagi menjadi :
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C Febris /
pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5°C Hipertermi, bila suhu tubuh diatas 40°C.

3. Buat contoh kasus terkait keadaan pasien yang membutuhkan tindakan kompres hangat/ dingin (pilih
salah satu)?

KASUS

Pasien bernama An.M umur 1 tahun berjenis kelamin laki – laki tempat tinggal di Boyolali. Diagnosa
medis Kejang Demam. Keluhan Utama, pasien panas, suhu : 38,5° C. Riwayat Kesehatan Sekarang, Ibu
pasien mengatakan anaknya demam (suhu tidak terkaji) sejak tanggal 15 April 2015 sore, kemudian
oleh ibunya dibawa ke Bidan dan mendapat obat (nama obat tidak di ketahui karna ibu lupa), demam
pasien tidak turun. Pada waktu malam hari jam 22.00 wib pasien mengalami kejang ± 1 menit lalu oleh
ibu pasien di bawa ke IGD RSUD Banyudono Boyolali. Hasil S: 38,5°C, N:120 x/menit, RR:32 x/menit.
Setelah itu dirawat diruang Mawar RSUD Banyudono.

4. Buat proses keperawatan berdasarkan kasus (soal no 3) yang dibuat (pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi)?

A. Pengkajian :

1. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada hari selasa, tanggal 15 April 2015

Didapatkan hasil :

Kesadaran : Composmetis.

TD : 120/80 mmHg

Nadi: 120 x/menit

RR: 32 x/menit

Suhu: 38,5º C.

2. Pemeriksaan Fisik head to toe

1. Kepala

Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak

2. Mata

Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.

3. Mulut dan lidah


Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
4. Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus mata, keluar cairan, terjadi
gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.

5. Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris, mukosa hidung
berwarna merah muda.

6. Leher

Biasanya terjadi pembesaran KGB


7. Dada

a) Thoraks

(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama

(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.

8. Jantung

Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung

I: Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus cordis di SIC V teraba

P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri

(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri.


Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV

kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I

9. Abdomen

biasanya lemas dan datar, kembung

10. Anus

biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak

11. Ekstermitas :

a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
3. Data pemeriksaan penunjang

Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium 15 April 2015 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-18
gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-
400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %). Terapi Pengobatan

4. Analisa data
Ds : Klien mengatakan badan terasa demam

Do : Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi: 120 x/menit

RR: 32 x/menit

Suhu: 38,5º C.

B. Diagnosa

Hipertemi b.d peningkatan laju metabolisme

C. Intervensi

1. Kaji faktor terjadinya hipertermi

2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

3. Pertahanan suhu tubuh normal

4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres pada kepala dan ketiak

5. anjurkan klien untuk menggunakan baju tipis yang terbuat dari katun

D. Implementasi.

1. Melakukan pengkajian pada suhu tubuh pasien

2. Melakukan Tanda-tanda vital.

3. Memberikan klien banyak minum air putih.

4. Memberikan kompres hangat pada aksila,dahi,dan lipatan paha.

4. Memberikan klien banyak minum air putih.

5. Melakukan pakaian tipis

E. Evaluasi

S : Klien mengatakan klien demam

- klien mengatakan suhu badannya belum stabil.

O : Badan klien terasa panas


- klien tampak gelisah

- suhu 38,5°C

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

5. Buat SOP untuk salah satu prosedur tindakan kompres hangat/ dingin. sesuaikan dengan kasus pada
no 3?

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KOMPRES HANGAT

A. PENGERTIAN

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada

bagian tubuh yang memerlukan.

B. TUJUAN

1. Memperlancar sirkulasi darah

2. Menurunkan suhu tubuh

3. Mengurangi rasa sakit

4. Memberikan rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien

5. Memperlancar pengeluaran eksudat

6. Merangsang peristaltik usus

C. INDIKASI

1. Klien yang kedinginan

2. Klien dengan perut kembung

3. Klien yang punya penyakit peradangan seperti persendian

4. Spasme otot

5. Adanya abses
D. ALAT DAN BAHAN

1. Larutan kompres berupa air hangat 40 derajat C dalam wadah atau kom

2. Handuk / kain / washlap untuk kompres

3. Handuk pengering

4. Sarung tangan

5. Perlak dan pengalas

6. Thermometer

E. PROSEDUR TINDAKAN

1. Memberi tahu klien, dan menyiapkan alat, klien dan lingkungan

2. Mencuci tangan

3. Mengukur suhu tubuh

4. Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian tubuh yang akan dikompres

5. Membasahi kain pengompres dangan air, peras kain hingga tidak terlalu basah

6. Letakan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi, ketiak, perut, leher, lipat paha)

7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukan kembali kain kompres ke
dalam cairan kompres dan letakan kembali kedaerah kompres, lakukan berulang–ulang hingga efek yang
diinginkan tercapai

8. Mengevaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit

9. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan alat dan klien

10. Mencuci tangan

F. EVALUASI TINDAKAN

1. Respon klien

2. Alat kompres terpasang dengan benar

3. Suhu tubuh klien membaik

G. DOKUMENTASI

1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan dievaluasi

3. Nama perawat yang melaksanakan

Sumber :

Program Study S-1 Keperawatan STIKES Banyuwangi.2009.Panduan

Keterampilan Prosedur Lab KDM 2. Jawa Timur : EGC

DAFTAR PUSTAKA

Amalia M, dan Bulan A 2013 Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam Pada Anak

Balita Diruang Perawatan Anak RSUD Daya Kota Makasar Volume 1.3 2013

Fuadi, Tjipta B dan Wijayadi N. 2010 Sari Pediatri: Faktor Resiko Bangkitan Kejang

Demam Pada Anak vol 12.3:3 12 2010: 149-9

Hidayat A.A. 2009 Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Imaduddin K, Syarif I dan Rahmatini 2013 Jurnal Kesehatan Andalas: Gamabaran

Elektrolit dan Gula Darah Pasien Kejang Demam yang Dirawat Di


Bangsal Anak RSUP.Dr.M.Djamil 2(3) : 122-131
Judha M & Rahil H.N. 2011 Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan

http://eprints.ums.ac.id/34194/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai