Disusun Oleh:
Riyan sah
E.0105.20.037
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan keluar darah saat hamil yaitu abrupsi plasenta,
plasenta previa, dan vasa previa.
1. Abrupsi plasenta
Abrupsi plasenta atau solusio plasenta adalah kondisi lepasnya plasenta dari rahim. Ada
beberapa hal yang diyakini bisa memicu kondisi ini, yaitu kurangnya suplai darah ke
plasenta dan benturan keras akibat kecelakaan.
2. Plasenta previa
Seorang ibu hamil disebut mengalami plasenta previa apabila posisi plasentanya
menutupi serviks atau leher rahim yang merupakan jalur lahir. Kondisi ini bisa
menyebabkan keluar darah saat hamil tua tapi belum kontraksi, meski seringkali terjadi
tanpa disertai rasa sakit.
3. Vasa previa
Pada tali pusar terdapat pembuluh darah yang berfungsi memberikan asupan makanan
untuk oleh janin. Pada orang yang mengalami vasa previa, pembuluh darah tersebut
tumbuh secara berlebihan sehingga menutupi serviks dan jalur lahir.
2. Manifestasi Klinis
1. keluar darah melalui vagina
2. Perdarahan ini dapat disertai dengan nyeri atau tidak. Jika disertai dengan nyeri,
kemungkinan perdarahan disebabkan karena robekan plasenta. Namun jika
sebaliknya, kemungkinan besar penyebabnya adalah plasenta previa
3. Timbulnya kontraksi Rahim
4. Adanya syok hipovolemik pada ibu hamil akibat kehilangan banyak darah
5. Linglung
6. Pucat
7. bernapas dengan cepat
8. berkeringat dingin
9. produksi urine berkurang atau tidak berkemih sama sekali
10. lemas
11. pingsan.
Factor predisposisi:
- Multiara gravidarum
- Ibu hamil dengan usia > 40 tahun (ibu >40 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu < 20 tahun)
- Sering halim (ultiple pregnancy)
- Merokok
4. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertamadari
plasenta previa. walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan
ketiga,akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 46 minggu karena sejak itu
segmen bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanyakehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher
rahim mulai membuka. apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim,
pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpaterlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada
saat itulah mulai terjadi perdarahan.Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang
terobek karena terlepasnya plasentadan dinding rahim atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta.
Perdarahannyatidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen baw
ah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut ot
ot uterusmenghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal,
makin rendahletak plasenta, makin dini perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005).
Pathway
Anterpatum bleeding
Plasenta previa
B2 B3 Perdarahan berulang
Perdarahan aktif
Kontraksi uterus
Ansietas
Suplai O2 perifer
menurun Impuls nyeri disalurkan
ke medulla spinalis.
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Nyeri Akut
5. Penatalaksanaan, pengobatan dan implikasi keperawatan
Penatalaksanaan
Menurut Nugroho (2010), penatalaksanaan adalah:
1. Bila usia kehamilan kurang 37 minggu atau berat badan janin kurang 2500 gram.
a. Perdarahan sedikit, Keadaan ibu dan janin baik maka biasanya penanganan konservatif
sampai usia kehamilan aterm.
b. Tirah baring,
c. Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilissasi secara bertahap,
d. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan pasien boleh pulang,
e. Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera kerumah sakit jika
terjadi perdarahan.
2. Bila usia kehamilan 37 minggu atau lebih dan berat badan janin 2500 gram.
a. Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri
kehamilan, baik secara pervaginam atau perabdominal.
b. Persalinan dengan sectio caesaria diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin
mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana perbukaan.
Pengobatan:
Perdarahan antepartum merupakan kondisi serius yang perlu mendapat penanganan
secepat mungkin oleh dokter. Untuk mengganti darah dan cairan tubuh yang keluar dari
perdarahan, ibu perlu mendapat terapi cairan dan transfusi darah.
Implikasi keperawatan:
Pasien dengan diagnosa medis Plasenta Previa memerlukan dorongan serta dukungan
pada saatdilakukannya pemeriksaan fisik baik secara psikis atau yang lainnya untuk
meneliti beberapakemungkinan terjadi suatu kejadian yang tidak diharapkan. Kita sebagai
perawat harusmenjelaskan kepada pasien beserta anggota keluarganya mengenai
perawatan tindak lanjut dan berbagai tindakan darurat yang harus dilakukan kepada
pasien tersebut. Kepada pasien jugadisarankan untuk menggunakan identitas diri seperti
tanda pengenal dan menyimpan obat sertainformasi tentang kelainan pada setiap saat.
Pada saat menangani pasien dengan diabetes insipiduskita sebagai perawat juga bisa
menggunakan kesempatan ini untuk melakukan studi tentang penyakit tersebut sehingga
hasilnya dapat di publikasikan guna menambah wawasan bagi temans ejawat.
6. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari sebuah proses keperawatan dan juga merupakan
proses sistematis yang dilakukan untuk mengumpukan data dari berbagai sumber,
yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan seorang
pasien. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai dengan kejadian atau kenyataan
kebenaran dalam data ini sangat diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan
dan juga digunakan dalam pemberian pelayanan kesehatan sesuai dengan respon
masing- masing individu yang kemudian telah ditentukan dalam standar praktik
keperawatan.
A. Identitas Pasien
meliputi nama pasien nama yang bertanggung jawab, alamat, nomor register, agama,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis
B. Status kesehatan
Meliputi dating pada tanggal berapa, alasan kunjungan, keluhan-keluhan dan riwayat
kehamilan, persalinan, riwayat menstruasi, kontrasepsi yang pernah digunakan,
riwayat penyakit sistemik yang di derita seperti jantung, ginjal, asama/TBC, hepatitis,
DM, hipertensi, epilepsy dan lain lain, riwayat penyakit keluarga dan riwayat social
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum:
- Kesadaran
- TTV
- Tinggi badan
- Berat badan
2. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ),
kesimetrisan, dan pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
Palpasi : Nyeri tekan, fontanella cekung
Rambut: warna rambut, kebersihan rambut
Mata: kelengkapan dan kesimetrisan mata. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ),
atau Enofthalmus ( mata tenggelam ). Kelopak mata / palpebra : adakah oedem,
ptosis, peradangan, luka, atau benjolan. Bulu mata : rontok atau tidak Konjunctiva
dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau pucat. Warna iris serta
reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar, pin point / kecil
sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar. Kornea, warna merah biasanya karena
peradangan, warna putih atau abu-abu di tepi kornea ( arcus senilis ), warna biru,
hijau pengaruh ras. Amati kedudukan kornea.
Hidung : inspeksi dengan menggunakan senter
Telinga : bisa dengan menggunakan garputala
Mulut dan gigi ; Kaji mukosa bibir nya, ada caries/tidak
3. Leher
Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada orang dengan gizi
jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas, adakah
peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa Kelenjar tiroid, ada
pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal pada saat klien menelan,
normalnya tidak teraba kecuali pada orang kurus Vena jugularis, ada pembesaran atau
tidak, dengan cara lakukan pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada
ujung proximal vena jugularis sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula,
ukurlah jarak vertical permukaan atas Palpasi pada leher untuk mengetahui
pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan posisi trakea, pembesarn kelenjar limfe
leher ( Adenopati limfe )menandakan adanya peradangan pada daerah kepala,
orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi
yodium
4. Dada
Inspeksi : menilai dan melaporkan inspeksi dada dalam keadaan statis (bentuk dada,
kelainan dinding dada) dan dinamis (keterlambatan gerak, retraksi).adanya ganggua
respirasi ditandai dengan peningkatan frekuensi nafas. Retraksi dinding dada saat
ispirasi, adanya stridor atau wheezing, kontraksi berlebihan dari otot otot pernafasan,
pergeseran letak trakea, sianosis, clubbing finger, dan peningktan diameter
anterposterior dinding dada.
Palpasi : menilai adanya nyeri tekan, massa (disertai deskripsi massa), patah
tulang.dengan cara palpasi pada dinding thorak menggunakan seluruh telapak tangan
dan ari kiti dan kanan dengan maksud meraba dan merasakan getaran dinding dada
sewaktu klien mengucapkan kata berulang ulang.
Perkusi : dengan cara mengetuk dinding thorak dengan jari tengah tangan kanan pada
jari tengah tengah kiri yang ditempekan dengan erat ke dinding dada dicelah
intercostals (kecuali pemeriksa kidal tentu sebaliknya)
Auskultasi : yaitu mendengarkan suara pada diding thorak dengan menggunakan
stetoskop dengan cara klien diminta bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka dan
letakkan stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan membandingkan kiri
dan kanan.
Jantung:
Inspeksi : yaitu denyutan dinding thorax karena pukulan ventrikel kripada dinding
thorax. Bila normal, akan berada di ICS 5 pada linea medio clavicularis kiri selebar 1
cm saja.
Palpasi :dengan meraba ictus cordis dengan telapak jari 1, 2,dan 3 di ICS 5 pada linea
media clavicularis kiri, dan herat rate dengan menghitung denyut nadi
Perkusi : dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai landasan rapat
rapat pada dinding dada.
Auskultasi : yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat setoskop
5. Payudara
Inspeksi: bentuk, putting susu nya ke dalam, mendatar atau menonjol
Palpasi: apakah ada rasa nyeri saat di tekan
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: apakah ada bekas luka/tidak, membesar, apakah adanya striae,
oedemada/tidak, ascitesada/tidak, adanya kelainan lain/tidak
Aukultasi: dengar detak jantung janin
7. Punggung dan pinggang
Inspeksi:lihat posisi tulang belakang
Palpasi: apakah adanya pinggang nyeri
8. Ekstermitas atas dan bawah
Inspeksi: kebersihan, kekuatan otot, pergerakan
Palpasi: reflek bisep/trisep, fatella reflek, Babinski, oedema
9. Genetalia
Vulva/vagina
Inspeksi: Keadaan, apakah ada pembengkakan, perineum:ada luka/tidak
Palpasi: pengeluaran pervaginam, kelenjar bartolin, apakah adanya rasa nyeri
10. Anus
Adanya hemoroid atau tidak
Data psikososial: mencakup psikis dan sosial bagaimana berinteraksi dengan perawat,
keluarga dan pasien yang lain
E. Diagnosa Keperawatan
- Syok hipovolemik
- Ansietas
- Intoleransi aktivitas
F. Intervensi keperawatan
NO Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1. D.0009 L.02011 I.02079
Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Observasi: Observasi:
Efektif Ekspetasi: 1. Periksa sirkulasi 1.Untuk mengetahui
Gejala dan tanda meningkat perifer apakah adanya
mayor: Kriteria hasil: 2. Identifikasi penyumbatan
Subjektif: 1. Denyut faktor resiko pembuluh darah
(Tidak tersedia). nadi perifer 3. Monitor panas, 2.untuk mengetahui
Objektif : meningkat kemerahan, faktor resiko
1. Pengisian 2. Penyembu nyeri, atau 3.untuk mengetahui
kapiler >3 han luka bengkak pada adanya panas,
detik. meningkat ekstremitas kemerahan, nyeri,
2. Nadi perifer 3. Warna Terapeutik: atau bengkak pada
menurun atau kulit pucat 1. Hindari ekstremitas
tidak teraba. menurun pemasangan Terapeutik :
3. Akral teraba 4. Edema infus atau 1. untuk
dingin. perifer pengambilan mencegah
4. Warga kulit menurun darah di area peningkatan
pucat. 5. Turgor keterbatasan tekanan
5. Turgor kulit kulit cukup perfusi intraserebral.
menurun. membaik 2. Lakukan 2. Untuk
6. Tekanan pengukuran mendeteksi
Gejala dan tanda darah tekanan darah tanda-tanda
Minor: diastole pada bahaya
Subjektif: cukup ekstremitas 3. Untuk
1. Parastesia. membaik dengan menghindari
2. Nyeri 7. Tekanan keterbatasan cedera
ekstremitas darah perfusi 4. Untuk
(klaudikasi systole 3. Hindari mencegah
intermiten) cukup pemasangan adanya
Objektif: membaik dan penekanan infeksi
1. Edema. torniquet pada 5. Untuk
2. Penyembuhan area yang menjaga
luka lambat. cedera kebersihan
3. Indeks ankle- 4. Lakukan 6. Untuk
brachial < pencegahan menghindari
0,90. infeksi kekurangan
4. Bruit femoral. 5. Lakukan cairan
perawatan kaki Edukasi
dan kuku 1.untuk
6. Lakukan hidrasi menghidari
Edukasi: resiko
1. Anjurkan 2.agar tubuh
berhenti tetap sehat
merokok 3. untuk
2. Anjurkan menghundari
berolahraga resiko
rutin terjadinya
3. Anjurkan luka
mengecek air 4.untuk
mandi untuk menurunkan
menghindari tekanan
kulit terbakar darah,untuk
4. Anjurkan mengencerka
penggunaan n darah,untuk
obat penurun menurunkan
tekanan darah, kolestrool
antikoagulan 5.agar
dan penurun tekanan darah
kolesterol, jika stabil
perlu 6.untuk
5. Anjurkan menghindari
meminum obat penghambata
pengontrol n pembulu
tekanan darah darah
secara teratur 7. untuk
6. Anjurkan mencegah
menghindari adanya
obat penyekat infeksi
beta 8.untuk
7. Anjurkan memperbaiki
melakukan kondisi fisik
perawatan kulit 9.untuk
yang tepat memperbaiki
8. Anjurkan sirkulasi
program 10.untuk
rehabilitasi mengetahui
vaskular tanda gejala
9. Ajarkan darurat
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi
10. Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang
harus
dilaporkan
Edukasi Edukasi
1. Kolaborasi
pemberian
obat anti
anxietas, jika
perlu