Disusun oleh:
Nama: Nediara Salpa kenanga
Nim:2018.19.1488
Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan minggu ke-28 dan awal partus.
Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika terjadi
pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta
menjadi organ defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat
terjadi lebih dini . Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun
perdarahan vaginal setelah minggu ke29 harus dianggap mempunyai potensi serius .
perdarahan pada saat yang lebih dini dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama
pedarahan anterpatum yaitu;
Plasenta previa
Soluto plasenta
3.1. Plasenta previa
3.1.1 Pengertian
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
3.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kekerapan terjadi plasenta previa yaitu :
Parista
Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin
besar kemungkinan kehamilan plasenta previa.
Umur dam paritas
- Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.
- Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah
- Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang.
Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.
Kadang-kadang pada malnutrisi
Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1) Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta
2) Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir
pembukaan
4) Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya
tidak mencapai ostium internum.
5)
3.1.3. Manifestasi klinis
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali, biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan
ketiga.
Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya
rasa sakit.
Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin (letak lintang atau letak sunsang)
Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan.
Sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
Gejala utama
Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama
Komplikasi
Anemia karena perdarahan
Syok
Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.
3.1.4. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan
berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan
mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka.
Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan
mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan.
Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis
marginali dari plasenta.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok
dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan
klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus
mengenai keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal
keperawatan pada klien HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP
adalah mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu :
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio
sasaria curettage yang berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
- Perdarahan tanpa rasa nyeri
- Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan
pada klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi
masalahnya. Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :
DX I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim
Tujuan :
Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga
dapat terjadi perdarahan
4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih
banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan
tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan
merawat diri sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
melakukan asuhan keperawatan.
5. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke jantung
3. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2
janin terpenuhi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi
pada janin meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital
pada janin.
DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat
disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.
3. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada
rasa nyeri
3.2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus,
difisiensi gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena
kana inferior dan vena ovarika.
3.2.3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian
terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah
yang mengalir keluar dapt melepaskan selaput ketuban.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau
preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio
plasentae sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan
kematian janin 50-80%.
Tindakan mandiri :
a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau
penurunan sirkulasi
b.) Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya
c.) Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan.
R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume
sirkulasi
Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan
b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan
Tindakan mandiri :
a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b. Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah)
R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah
yang ditemukan.
3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang
tidak adekuat pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat
Kriteria :
DJJ normal (120-160 x/menit)
Kebutuhan oksigen janin terpenuhi
Kontraksi uterus normal
HIS normal
Pergerakan janin baik
Tindakan mandiri :
a) Monitor DJJ dan pergerakan janin
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga
pergerakan janin dan DJJ tidak normal
Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat
c). Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal
distress
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HYPEREMESIS
4.1. Pengertian
Hyperemasis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang
paling sering dijumpai pada kehamilan trismeter 1. Kurang lebih pada 6 minggu setelah
haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida
mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari
1.000 kehamilan.
4.2. Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain :
a) Faktor predisposisi, yaitu pamigravida, mola hidatidosa,dan kehamilan ganda
b) Faktor organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan
metabolic akibat hamil dan resistansi ibu yang menurun
c) Faktor psikologi
4.3. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia.,penurunan klorida urin. Selanjutnya
terjadi hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan
tertimbunnya zat toksit. Pemakaian cadangan karbonhidrat dan lemak menyebabkan
oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensu muntah marusak hepar.
Selaput lender esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal.
4.4 Manifestasi klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemisis grafidarum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a) Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah,
nafsu makan tak ada, berat badan turun dan nyeri apigastrium. Frekwensi nadi pasien
naik sekitar 100 x/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung.
b) Tingkat II
Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik dan
mata sedikit icterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi,
oliguria, konstipasi, dan napas bau aseton.
c) Tingkat III.
Kesadaran pasien menurun dari samnolen sampai koma, muntah berhenti nadi kecil dan
cepat, suhu meningkat dan tekanan darah makin turun.
4.5 Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu :
a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara
yang baik. Kalori yang diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam cairan
fisiologis sebanyak 2 3 liter sehari.
b) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
c) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba
berikan makanan dan minimaman yang sedikit demi sedikit ditambah.
d) Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital
e) Dianjurkan pemberian vitamin B1 Dan B6 ditambah
f) Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan
serta menghilankan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.
Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan maka ada beberapa kemungkinan diagnosa
keperawatan yaitu:
Perencanaan
1) Kekurangan cairan dan elektrolit b/d muntah yang berlebihan dan pemasukan yang
tidak adekwat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit tidak terganggu
Intervensi :
Istirahatkan klien di tempat yang nyaman
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi.Kerja metabolisme tidak
meningkat sehingga tidak merangsang untuk tidak terjadinya mual dan muntah
2). Perubahan nutrisi ; Kurang dari keburuhan tubuh b/d muntah yang terus menerus
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat diamati sejauh mana
kekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya.
Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan
mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus serta memudah
kan penyerapan makanan .
Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang
pencernaan (seperti roti dan biscuit )
Rasional : makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan dapat mengurangi
mual dan muntah .
3) Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi .
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri.
Rasional : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketahui tingkat nyeri pada klien
dan tindakan selanjutnya .
Atur posisi klien dengan kepala lebihtinggi selama 30 menit setelah makan
Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastroinstestinal sehingga mengurangi muntah yang berulang .
4). Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan :Eliminasi teratur.
Intervensi :
Kaji pola eliminasi klien
Rasional : Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi sehari hari
Diskusikan bersama klien tentang masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah
yang dilakukan
Rasional : Melalui diskusi dapat diketahui pola pertahanan diri klien dalam menghadapi
masalahnya
6).Potensi perubahan nutrisi vetal b/d Berkurangnya peredaran darah dan makanan ke
janin
Tujuan : Perkembangan janin tidak terganggu
Intervensi :
Jelaskan pada klien pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
Rasional : Agar klien menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dank lien mengetahui
kebutuhan nutrisinya.
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia / hipervolumia) karena itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma
darah. Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
Plasma darah bertambah: 30%
Sel-sel darah bertambah : 18%
Hemoglobin bertambah : 19%
Secara fisiologis pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja
jantung.
Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang di anjurkan
adalah:
FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15mg-15mg.
LIPI Indonesia (1968): 12mg-17mg-17mg.
Kemasan zat besi dapat di berikan peroral atau parenteral.
Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x0,20mg.
Parenteral: di berikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di
saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena.
Kemasan ini antara lain : imferon, jectover, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat
dibandingkan per oral.
Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik tau pernisiosa. Penyebany adalah
karena kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12.
biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik
Pengobatan:
asam folik 15-30mg per hari
vitamin B12 3×1 tablet per hari
sulvas ferosus 3×1 tablet per hari
pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat di
berikan tranfusi darah.
Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah
merah baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan:
Darah tepi lengkap
Pemeriksaan pungsi sternal
Pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya ini disebabkan oleh :
Faktor intracorpusculer : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ; talasemia;
anemia sickle ( sabit); hemoglobinopati C, D,G, H , I; dan parasismal nocturnal
hemoglobinuria.
Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan ; leukemia, dll
Gejala utama adalah : Anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelemahan,
kelelahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pencegahan
Wanita leukemia sebaiknya jangan hamil
Dianjurkan memakai kontrasepsi / tubektomi
Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan
dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang diterapkan. Tindakan keperawatan
harus mendetail agar semua tenaga perawatan dapat menjalankan dengan baik dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung melaksanakannya
pada klien dan perawat dapat mendelegasikannya kepada orang lain yang dipercayai
dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.
Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan peilaku klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi.
Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
yangh ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segera dimodifikasi.
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi
dapat terjadi sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.( Winknjosastro, 1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi
antara kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan
antepartum adalah:
Plasenta previa.
Solutio plasenta.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk .
Gangguan hematology adalah kelainan darah yang dapat ditemui pada ibu hamil yang
dapat menyebabkan kematiaqn pada janin maupun pada ibu.
Keempat factor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu
penanganan lebih dini .
5.2. Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan
antepartum , hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap
agar dapat menetapkan diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien
sehingga tercapainya peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.