Anda di halaman 1dari 23

ASKEP PERDARAHAN

Dosen pembimbing:Hj.Nirmala Daulay.MKM

Disusun oleh:
Nama: Nediara Salpa kenanga
Nim:2018.19.1488

AKADEMI KEPERAWATAN GARUDA PUTIH


JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
ASKEP PADA PASIEN PERDARAHAN 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PERDARAHAN

Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan minggu ke-28 dan awal partus.
Pada satu kehamilan perdarahan  dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika terjadi
pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta
menjadi  organ defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat
terjadi lebih dini . Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun
perdarahan vaginal  setelah minggu ke–29 harus dianggap mempunyai potensi serius .
perdarahan pada saat yang lebih dini dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama
pedarahan anterpatum yaitu;
•  Plasenta previa
•  Soluto plasenta
3.1. Plasenta previa
3.1.1 Pengertian
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh  pembukaan jalan lahir.

3.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun  demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kekerapan  terjadi plasenta previa yaitu  :
•    Parista
Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
•    Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin
besar kemungkinan kehamilan plasenta previa.
•    Umur dam paritas
-    Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.
-    Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah
-    Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang.
•    Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.
•    Kadang-kadang pada malnutrisi

Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1)    Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta
2)    Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
3)    Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir
pembukaan
4)    Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya
tidak mencapai ostium internum.
5)
3.1.3. Manifestasi klinis
•    Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali, biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan
ketiga.
•    Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya
rasa sakit.
•    Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
•    Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin (letak lintang atau letak sunsang)
•    Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan.
Sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

Gejala utama
•    Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama

Komplikasi
•    Anemia karena perdarahan
•    Syok
•    Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.

3.1.4. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya  kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan
berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan
mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka.
Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan
mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan.
Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis
marginali dari plasenta.

3.1.5. Manajemen Therapeutik


Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan
pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kiri, tidak melakukan sanggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut missal batuk,mengedan karena sulit
buang air besar)

Gambar 35.3 Skema Penanganan


Plasenta previa
Pasang infuse cairan Nacl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan proposal.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk
mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan
pergerakan janin.
Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah. Bila tidak
teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.
Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjetan,
usia gestasi <37 minggu, taksiran berat janin <2.500 g, maka :
•    Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan
mobilisasi bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari
•    Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti
persalinan preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g
atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila
bukan, usahakan partus pervaginam.

3.1.6. Asuhan keperawatan


Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi
individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan
menolong mereka meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan
profesinya.
Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa akan
berhasil apabila asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini
perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja yang
harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis.
Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang dihadapi
klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah sertamempertimbangkan klien
sebagai makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan spiritual) dan bersifat unik.
Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian, intervestasi
dan evaluasi.

1.     Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok
dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan
klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus
mengenai keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal
keperawatan pada klien HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP
adalah mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu :
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1.     Riwayat kesehatan dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio
sasaria curettage yang berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus
2.     Riwayat kesehatan sekarang
-     Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
-    Perdarahan tanpa rasa nyeri
-    Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.

3.     Riwakat kesehatan keluarga


-    Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
- Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini
-    Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
-    Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit
menular.

4.    Riwayar Obstetri


Riwayat Haid/Menstruasi
- Minarche                    : 12 th
- Siklus        : 28 hari
- Lamanya        : ± 7 hari
- Baunya        : amis
- Keluhan pada haid  : tidak ada keluhan nyeri haid

5.    Riwayat kehamilan dan persalinan


- Multigravida
- Kemungkinan abortus
- Kemungkinan pernah melakukan curettage

6.    Riwayat nipas


- Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
-  Banyaknya 2 kali ganti duk besar
- Tentang laktasi
Colostrum ada

c.    Pemeriksaan tanda-tanda vital


- Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
- Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
- Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
- Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

d.    Pemeriksaan fisik


- Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
- Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
- Mata biasanya konjugtiva anemis
- Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
- Abdomen
•    Inspeksi : terdapat strie gravidarum
•    Palpasi   :
    Leopoid I  : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah
    Leopoid II    :  Sering dijumpai kesalahan letak
    Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
    Leopoid IV   : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
•    Perkusi  : Reflek lutut +/+
•    Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
- Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
- Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.

e.    Pemeriksaan penunjang


- Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu – 500 ribu).

f.   Data sosial  ekonomi


Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi
pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang dimilikinya.
Dari pengkajian yang telah diuraikan diatas dapat disusun beberapa diagnosa
keperawatan yang memungkinkan ditemukan pada klien HAP atas indikasi plasenta
precia antara lain :
1.    Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
2.    Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan
merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3.    Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi
darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio.
4.    Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme
otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).
5.    Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara Enggram :
1998:371)
6.    Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya mikro organisme
sekunder terhadap luka operasi sesarea.
7.    Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan
pengobatan (Susan Martin Tucker,dkk 1988).

2.    Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan
pada klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi
masalahnya. Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :

DX I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim
Tujuan :
Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
1.    Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga
dapat terjadi perdarahan

2.    Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu)


Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran
atau kemajuan keadaan klien.

3.    Kontrol perdarahan pervaginam


Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan
pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.

4.    Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih
banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan
tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.

5.    Monitor bunyi jantung janin


Rasional  : Denyut jantung lebih >160 serta< 100dapat menunjukkan gawat janin
kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta

6.    Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan


Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.

DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan
merawat diri sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1.    Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
melakukan asuhan keperawatan.

2.    Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar


Rasional engan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga
kebutuhan klien terpenuhi,

3.    Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan


Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh
keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan.
4.    Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional :    Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.

5.    Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan
Rasional :    Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.

DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1.    Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2.    Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional :  Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke jantung
3.    Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2
janin terpenuhi
4.    Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi
pada janin meningkat.
5.    Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital
pada janin.

DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi

Intervensi :
1.    Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat
disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.

2.    Jelaskan pada klien penyebab nyeri


Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi
dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.

3.    Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional  : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
4.    Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada
rasa nyeri

5.    Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)


Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar
dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.

6.    Kontrol vital sign klien


Rasional engan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau
kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.

7.    Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik


Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkurang.

3.2. Solusio Plasenta


3.2.1. Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta  dari insersi  sebelum waktunya

3.2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus,
difisiensi gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena
kana inferior dan vena ovarika.

3.2.3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian
terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah
yang mengalir keluar dapt melepaskan selaput ketuban.

3.2.4. Manifestasi Klinis


•    Anamnesis : perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginam
berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang
disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok dak
kematian janin intrauterine.
•    Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
•    Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar
dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan
karena tercampur darah.
3.2.5. Manajemen Terapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran pasien
untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit
buang air besar). Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan
cairan peronai.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi atau syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila
terdapat rejatan,segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi,
Upayakan Penyelamatan optimal bila teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan
diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan pervaginam
diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan tidak dapat diatasi, upayakan  tindakan
penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan. Bila
lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang dari 6cm lakukan
seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu atau
taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.Penanganan berdasarkan berat atau ringannya
penyakit yaitu :
a). Solusio Plasenta Ringan
•    Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin
hidup) dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan.
•    Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat
mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse
oksitosin bila memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau
persalinan masih lama, lakukan seksio sesarea.

b). Solusio plasenta sedang/berat


    Resusitasi cairan
    Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah
    Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan
bila tak dapat
Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau
lebih. Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan
berlangsung lama.

Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau
preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio
plasentae sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan
kematian janin 50-80%.

3.2.6. Asuhan Keperawatan


a). Pengkajian
1). Data Biografi Demografi
Usia, jenis kelamin, pekerjaan serta identitas lain yang mendukug.
2). Riwayat Kesehatan
    Riwayat penyakit dahulu(DM,gagal ginjal dan hipertensi)
    Riwayat kesehatan keluarga
    Riwayat kehamilan yang lalu
    Riwayat ginekologis
    Status kesehatan sekarang
    Riwayat status nutrisi
3). Kebiasaan (merokok, penggunaan obat-obatan dan alkohol)
4). Status psikologis
5). Kepercayaan Keagamaan
6). Pemeriksaan Fisik
    Vital sign (TD, nadi, respirasi dan suhu)
    Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil)
    Sistem kardiovaskuler, hipotensi, tachicardi, dan cyanosis)
    Sistem perkemihan (intake dan output)
    Sistem integument (udem,pucat, kulit dingin)
    Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I – IV, kontraksi uterus yang meningkat.
Status serviks, perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang
makin tinggi).
    Status janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).
7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia
darah})

b). Diagnosa Keperawatan


1)    Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock.
2)    Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan
darah
3)    Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau
pengeluaran kehamilan
4)    Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang
tidak adekuatnya pada plasenta

c).    Intervensi Keperawatan


1)    Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock
Tujuan : pefusi jaringan adekuat
Kriteria :
    Tanda vital dalam batas normal
    Kulit hangat dan kering
    Nadi perifer adekuat

Tindakan mandiri :
a).    Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau
penurunan sirkulasi
b.)    Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya
c.)    Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan.
R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume
sirkulasi

Tindakan kolaborasi :
a.    Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan
b.    Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan

2).    Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan


darah
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi
Kriteria :
•    Keadaan umum ibu baik
•    Pembekuan darah normal
•    Tanda vital dalam batas normal
•    Sirkulasi darah baik

Tindakan mandiri :
a.    Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b.    Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah)
R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah
yang ditemukan.

c.    Pemberian trasfusi dan komponen darah sesuai dengan indikasi


R : tranfusi darah dapat membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses
pembekuan yang abnormal .

d.    Pemberian  obat sesuai dengan indikasi


R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor
pembekuan darah

3).    Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang
tidak adekuat pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat
Kriteria :
•    DJJ normal (120-160 x/menit)
•    Kebutuhan oksigen janin terpenuhi
•    Kontraksi uterus normal
•    HIS normal
•    Pergerakan janin baik
Tindakan mandiri :
a)    Monitor DJJ dan pergerakan janin
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga
pergerakan janin dan DJJ tidak normal

b).    Anjurkan ibu mempertahankan posisi tidur lateral


R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta

Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat

b).    Menyiapkan klien untuk memeriksakan amniosintesis jika diperlukan


R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat janin.

c).    Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal
distress
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HYPEREMESIS

4.1.    Pengertian
Hyperemasis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang
paling sering dijumpai pada kehamilan trismeter 1. Kurang lebih pada 6 minggu setelah
haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida
mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari
1.000 kehamilan.

4.2.    Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain :
a)    Faktor predisposisi, yaitu pamigravida, mola hidatidosa,dan kehamilan ganda
b)    Faktor organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan
metabolic akibat hamil dan resistansi ibu yang menurun
c)    Faktor psikologi

4.3.    Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia.,penurunan klorida urin. Selanjutnya
terjadi hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan
tertimbunnya zat toksit. Pemakaian cadangan karbonhidrat dan lemak menyebabkan
oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensu muntah marusak hepar.
Selaput lender esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal.
4.4      Manifestasi klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemisis grafidarum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a) Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah,
nafsu makan tak ada, berat badan turun dan nyeri apigastrium. Frekwensi nadi pasien
naik sekitar 100 x/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung.

b) Tingkat II
Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik  dan
mata sedikit icterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi,
oliguria, konstipasi, dan napas bau aseton.

c) Tingkat III.
Kesadaran pasien menurun dari samnolen sampai koma, muntah berhenti nadi kecil dan
cepat, suhu meningkat dan tekanan darah makin turun.

4.5    Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu :
a)  Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara    
yang baik. Kalori yang diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam  cairan
fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari.
b) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
c) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba
berikan makanan dan minimaman yang sedikit demi sedikit ditambah.
d)    Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital
e)    Dianjurkan pemberian vitamin B1 Dan B6 ditambah
f)    Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan
serta menghilankan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.

4.6. Asuhan Keperawatan


Pengkajian
Pengkajian pendekatan yang sistemik untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data
dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan
klien. Tujuan utama dari pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus
menerus mengenai keadaan  kesehatan klien yang memungkinkan perawat merencanakan
asuhan keperawatan pada klien.
Langkah pertama dalam pengkajian klien hyperemisis gravidarum adalah mengumpulkan
data. Adapaun data-data yang akan dikumpulkan adalah :
a)    Data Riwayat Kesehatan.
1.    Data Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai
dengan gejala-gejala pada hyperemisis gravidarum yaitu : mual, muntah yang terus
menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus, terasa asam dimulut, konstipasi dan
demam.Kemudian dapat juga ditemukan berat badan yang menurun, turgor kulit yang
jelek, gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, tachicardi mata cekung dan ikterik.
2.    Riwayat kesehatan dahulu
• Kemungkinan klien pernah mengalami hioremisis gravidarum
sebelumnya.
• Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran  pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.

3.    Riwayat kesehatan keluarga


Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga

b)    Data fisik biologis


Data yang dapat ditemui pada klien hiperemisis gravidarum adalah mammae membesar,
hiperpikmentasi areola mammae, terdapat cloasma gravidarum, mukosa membrane dan
bibir kering, turgor jelek, mata cekung dan sedikit ikterik, klien terlihat lemah dan lelah,
tachycardia, hipotensi, pusing kehilangan kesadaran dan terasa asam di mulut.

c)    Riwayat menstruasi


• Kemungkinan menarche usia 12 – 14 th
• Siklus 28 – 30 hari
• Lamanya 5 – 7 hari
• Banyaknya 2 – 3 kali ganti duk
• Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, muntah.

d)    Riwayat perkawinan


Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda

e)    Riwayat kehamilan dan persalinan


• Hamil muda : Klien pusing, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan.
• Hamil tua : Pemeriksaan umum terhadap klien tentang berat badan, tekanan
darah dan tingkat kesadaran.

f)    Data psikologis


Riwayat psikologis sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa klien
sehubungan dengan  reaksi dan perilaku klien terhadap kehamilan. Keadaan jiwa klien
yang labil, mudah marah, cemas, dan takut  akan kegagalan persalinan, mudah menangis,
sedih dan kecewa dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri yang
digunakan klien hiperemisis gravidarum tergantung kepada pengalaman klien  terhadap
kehamilan dan dukungan dari keluarga serta perawat.

g)    Data sosial ekonomi.


Hiperemisis gravidarum bisa terjadi pada semua tingkat ekonomi. Namun pada umumnya
terjadi pada ekonomi tingkat menengah ke bawah, hal ini juga dipengaruhi oleh
pengetahuan yang dimiliki.

h)    Data penunjang


Data penunjang didapat dari hasil laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urine.
Pemeriksaan darah yaitu nilai haemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan
homokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisa yaitu urine
yang sedikit dan mempunyai konsentrasi yang tinggi sebagai akibat dehidrasi.
Terdapatnya aseton dalam urine.

Diagnosa Keperawatan
Dari  pengkajian yang telah diuraikan maka ada beberapa kemungkinan diagnosa
keperawatan yaitu:

1) Kekurangan cairan dan elektrolit   berhubungan dengan muntah yang berlebihan


dan pemasukan yang tidak adekuat (ireneM. Bobak, 1995: 637)
2) perubahan nutrisi ; b/d mual dan muntah yang terus menerus (Irene M.Bobak :638)
3) gangguan rasa nyaman : nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang ( Marie
S Jaffe . 1989 hal 37 )
4) Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat ( Marie S .
Jaffe . 1989 hal 37 )
5) Tidak efektif nya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan
perubahan sebagai ibu ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)
6) Potensial perubahan nutrisi fetal b/d berkurang nya peredaran darah makanan ke
janin (  ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)

Perencanaan
1)    Kekurangan cairan dan elektrolit b/d muntah yang berlebihan dan pemasukan yang
tidak adekwat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit tidak terganggu

Intervensi :
• Istirahatkan klien di tempat yang nyaman
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi.Kerja metabolisme tidak
meningkat sehingga tidak merangsang untuk tidak terjadinya mual dan muntah

• Monitor vital sign serta tanda – tanda dehidrasi


Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui
keadaan umum klien dan sejauh mana kekurangan cairan pada klien.Tekanan darah
menurun, suhu meningkat dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan
hipovolemia

• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infuse


Rasoinal : Pemberian cairan infuse dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang hilang
dengan cepat

• Monitor tetesan cairan infuse


Rasional : Jumlah dan tetesan infuse yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
kelebihan atau kekurangan cairan pada sistim sirkulasi.
• Catat intek dan out put
Rasional : Dengan mengetahui intek dan out put cairan diketahui keseimbangan cairan
dalam tubuh.

• Setelah 24 jam pertama anjurkan minum tiap-tiap jam


Rasional : Minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan melalui oral

2).    Perubahan nutrisi ; Kurang dari keburuhan tubuh b/d muntah yang terus menerus
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi :
• Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat diamati sejauh mana
kekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya.

• Observasi tanda-tanda kekurangan nutrisi


Rasional :Untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat muntah yang
berlebiahan.

• Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan
mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus serta memudah
kan penyerapan makanan .

•  Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi.


Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menambah nafsu makan .

• Beri makanan yang tidak berlemak dan tidak berminyak.


Rasional : makanan yang tidak berlemak dan berminyak mengurangi rangsangan   saluran
pencernaan sehingga muntah berkurang.

• Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang
pencernaan (seperti roti dan biscuit )
Rasional : makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan dapat mengurangi
mual dan muntah .

• Beri klien motivasi agar mau menghabiskan makanan


Rasional :  Klien merasa diperhatikan dan mau menghabiskan makanan

• Timbang berat badan klien.


Rasional  : Dengan menimbang berat badan dapat diketahui keseimbangan berat badan
sesuai usia kehamilan dan pengaruh nutrisi.

3) Gangguan rasa nyaman :  Nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi .
Intervensi :
• Kaji tingkat nyeri.
Rasional : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketahui tingkat nyeri pada klien
dan tindakan selanjutnya .

• Atur posisi klien dengan kepala lebihtinggi selama 30 menit setelah makan
Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastroinstestinal sehingga mengurangi muntah yang berulang .

• Perhatikan kebersihan mulut klien sebelumdan sesudah muntah .


Rasional : Kebersihan mulut yang baik dan terpelihara dapat menimbulkan ras nyaman
dan muntah berkurang .

• Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan


Rasional : Dengan mengalihkan perhatian diharapkan klien dapat melupakan rasa
nyeri akibat muntah yang berulang.

• Anjurkan klien untuk beristirahat dan batasi pengunjung


Rasional : Dengan istirahat yang cukup dan membatasi pengunjung  dapat
menambah ketenangan klien .

• Kolaborasi pemberian obat anti emetik dan sedative dengan dokter


Rasional  : Obat anti emetic mengurangi muntah danobat sedative membuat klien
tenang sehingga mengurangi rasa nyeri .

4). Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan  :Eliminasi teratur.
Intervensi :
• Kaji pola eliminasi klien
Rasional : Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi sehari hari

• Anjurkan klien makan buah-buahan dan sayuran


Rasional : Dengan memakan buah-buahan dan sayuran yang banyak dapat melancarkan
BAB.

• Anjurkan klien untuk menghabiskan diet yang diberikan.


Rasional : Dengan menghabiskan diet yang diberikan intek makanan adekwat dan
konstipasi tidak terjadi

• Anjurkan klien banyak minum


Rasional : Cairan yang banyak memperlunak veses sehingga mencegah komplikasi

• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar.


Rasional : Pemberian obat pencahar dapat melancarkan BAB
5). Tidak efektifnya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan
perubahan sebagai ibu.
Tujuan: Pola pertahanan diri afektif
Intervensi :
• Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung terhadap kehamilan.
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan klien dapat diketahui reaksi klien terhadap
kehamilan

• Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian


Rasional : Klien merasa diperhatikkan dan tidak sendiri dalam menghadapi masalah.

• Diskusikan bersama klien tentang masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah
yang dilakukan
Rasional : Melalui diskusi dapat diketahui pola pertahanan diri klien dalam menghadapi
masalahnya

• Bantu klien dalam memecahkan masalahnya terutama yang berhubungan dengan


kehamilan
Rasional : Dengan membantu memecahkan masalah klien da[pat menemukan pola
pertahanan diri yang efektif.

• Dukung klien jika pemecahkan masalah konstruktif


Rasional : Akan menambah percaya diri dalam melakukan pemecahan masalah.

• Libatkan keluarga dalam kehamilan klien


Rasional : Keluarga dapat diajak bekerja sama dalam memberikan dorongan pada klien
terhadap kehamilannya.

• Kolaborasi dengan ahli psikiatri jika diperlukan


Rasional : Untuk mengetahui adanya kemungkinan factor psikologis yang lebih berat
sebagai penyebab masalah.

6).Potensi perubahan nutrisi vetal b/d Berkurangnya peredaran darah dan makanan ke
janin
Tujuan : Perkembangan janin tidak terganggu
Intervensi :
• Jelaskan pada klien pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
Rasional : Agar klien menyadari  akan pentingnya nutrisi bagi janin dank lien mengetahui
kebutuhan nutrisinya.

• Periksa Fundus uteri


Rasional : Untuk mengetahui fundus uteri yang sesuai dengan kehamilan

• Monitor denyut jantung janin


Rasional : Denyut jantung yang masih dalam keadaan normal dan aktif menandakan janin
masih dalam keadaan baik.
BAB V
GANGGUAN HEMATOLOGI

1. ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang, seseorang di sebut menderita
anemia bika kadar hemoglobin ( HB ) kurang dari 10 gr%, di sebut anemia berat, atau
bila kurang dari 6 gr%, di sebut anemia gravis .
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-
54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil. Oleh karena itu,
pemeriksaan, hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama
pengawasan antenatal.

Penyebab anemia umumnya adalah:


• Kurang gizi (malnutrisi )
• Kurang zat besi dalam diet
• Malabsorbsi
• kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid  dll.
• Penyakit –penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus, malaria dll.

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia / hipervolumia) karena itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma
darah. Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
• Plasma darah bertambah: 30%
• Sel-sel darah bertambah : 18%
• Hemoglobin bertambah : 19%
Secara fisiologis  pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja
jantung.

Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan , persalinan , dan Nifas:


• Keguguran
• Partus Prematurus
• Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
• Atonia uteri dan  menyebabkan pendarahan
• Syok
• Afibrinogenemia dan hipofibrinogenimia
• Infeksi intrapartum dan dalam nifas
• Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung, yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.

Pengaruh Anemia terhadap hasil konsepsi


Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk
pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi.
Jumlah ini membutuhkan 1\10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa,dan sumsum tulang
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila
persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan 5-6 kehamilan, pada waktu
janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil
konsepsi adalah:
• Keguguran
• Kematian jann dalam kandungan
• Kematian janin waktu lahir
• Kematian perinatal tinggi
• Prematuritas
• Dapatterjadi cacat bawaan
• Cadangan besi kurang

Klasifikasi Anemia dalam kehamilan


• Anemia defisiensi besi (62,3%)
• Anemia megaloblastik (29,05)
• Anemia hipoplastik (8,0%)
• Anemia hemolitik ( sel sickle) (0,7%)

Anemia defisiensi besi (62,3%)


Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling banyak di
jumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.

Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang di anjurkan
adalah:
• FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15mg-15mg.
• LIPI Indonesia (1968): 12mg-17mg-17mg.
Kemasan zat besi dapat di berikan peroral atau parenteral.
• Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x0,20mg.
• Parenteral: di berikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian  per oral atau absorbsi di
saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena.
Kemasan ini antara lain : imferon, jectover, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat
dibandingkan per oral.

Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik tau pernisiosa. Penyebany adalah
karena kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12.
biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik

Pengobatan:
•  asam folik 15-30mg per hari
• vitamin B12 3×1 tablet per hari
• sulvas ferosus 3×1 tablet per hari
• pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat di
berikan tranfusi darah.
Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah
merah baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan:
• Darah tepi lengkap
• Pemeriksaan pungsi sternal
• Pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.

Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya ini disebabkan oleh :
• Faktor intracorpusculer : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ; talasemia;
anemia sickle ( sabit); hemoglobinopati C, D,G, H , I; dan parasismal nocturnal
hemoglobinuria.
• Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan ; leukemia, dll

Gejala utama adalah : Anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelemahan,
kelelahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

II LEOKEMIA DAN KEHAMILAN


Leokemia dan kehamilan  tidak begitu saling mempengaruhi, namun pada wanita
leukemia, bila hamil, harus memeriksakan diri secara lebih teratur dan lebih sering,
karena ancaman terhadap kehamilan dan jiwanya tetap ada.
Terhadap hasil konsepsi  dapat terjadi abortus dan prematuritas. Bahaya perdarahan paska
persalinan cukup besar, karena pada leukemia terjadi gangguan pembekuan darah.
Prognosis untuk ibu dan janin tidak begiti baik.
Sampai sat ini belum ada obat-obat yang memuaskan terhadap leukemia. Cara
pengobatan adalah :
• Radiasi : ini sangat membehayakan janin dalam kandungan, karena akan menimbulkan
kelainan teratogenik atau kematian janin dalam kandungan. Bila akan diberikan terapi
radiasi dan kemoterapi, sebaiknya terlebih dulu hasil konsepsi dikeluarkan ( abortus
terapeutik)
• Transfusi darah
• Kemoterapi dan sirtotastika
• Anti metabilit
• Kortikosteroid

Pencegahan
• Wanita leukemia sebaiknya jangan hamil
• Dianjurkan memakai kontrasepsi / tubektomi

HEMOSTATIS DAN KELAINAN PEMBEKUAN DARAH


Penyakit ini adalah terhentinya atau penghentian aliran darah dari pembuluh darah yang
terbuka atau terluka.

Ada 3 faktor dalam proses hemostasis:


1.  Faktor ekstra vaskuler : factor jaringan seperti kulit, otot, subkutis dan
jaringan lain.
2.  Faktor vaskuler yaitu dinding pembuluh darah
3. Faktor intra vaskuler yaitu : zat yang terdapat dalam pembuluh darah:

Implementasi
Setelah  rencana tindakan keperawatan selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan
dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang diterapkan. Tindakan keperawatan
harus mendetail agar semua tenaga perawatan dapat menjalankan dengan baik dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung melaksanakannya
pada klien dan perawat dapat mendelegasikannya kepada orang lain yang dipercayai
dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.

Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan peilaku klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi.
Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
yangh ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segera dimodifikasi.

BAB VI
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan . penyakit ini mungkin  timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi
dapat terjadi sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.( Winknjosastro, 1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi
antara kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan
antepartum adalah:
•  Plasenta previa.
•  Solutio plasenta.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk .

Gangguan hematology adalah kelainan darah yang dapat ditemui pada ibu hamil yang
dapat menyebabkan kematiaqn pada janin maupun pada ibu.
Keempat factor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu
penanganan lebih dini .

5.2. Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan
antepartum , hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap
agar dapat menetapkan diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien
sehingga tercapainya peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.

Anda mungkin juga menyukai