Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika terjadi
pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian plasenta menjadi
organ defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan perdarahan dapat terjadi lebih dini.
Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi. Walaupun perdarahan vaginal setelah
minggu ke–29 harus dianggap mempunyai potensi serius . perdarahan pada saat yang lebih dini
dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan anterpatum yaitu
• Plasenta previa
• Soluto plasenta
3.1.1 Pengertian
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
3.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan
kekerapan terjadi plasenta previa yaitu :
• Parista
Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
• Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin
– Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum matang.
Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1) Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta
2) Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir pembukaan
4) Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak
mencapai ostium internum.
5)
3.1.3. Manifestasi klinis
• Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali,
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
• Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa
sakit.
• Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
• Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak
janin (letak lintang atau letak sunsang)
• Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian
besar kasus, janinnya masih hidup.
Gejala utama
• Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama
Komplikasi
• Anemia karena perdarahan
• Syok
• Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.
3.1.4. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan
ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan berusia 20
minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka. Dengan
demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan mengalami
pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarna merah
segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari plasenta.
Pasang infuse cairan Nacl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan proposal. Pantau
tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.
Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah. Bila tidak teratasi,
upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.
Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjetan, usia
gestasi <37 minggu, taksiran berat janin <2.500 g, maka :
• Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi
bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari
• Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan
preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g atau lebih,
lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila bukan, usahakan
partus pervaginam.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan
utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien HAP.
Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data. Adapun
data-data yang dikumpulkan yaitu :
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
– Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria
curettage yang berulang-ulang.
– Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakit
menular seperti hepatitis.
– Kemungkinan pernah mengalami abortus
6. Riwayat nipas
– Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
– Banyaknya 2 kali ganti duk besar
– Tentang laktasi
Colostrum ada
d. Pemeriksaan fisik
– Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
– Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
– Mata biasanya konjugtiva anemis
– Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
– Abdomen
• Inspeksi : terdapat strie gravidarum
• Palpasi : Leopoid I : Janin sering
belumcukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah Leopoid
II : Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
• Perkusi : Reflek lutut +/+
• Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
– Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
– Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
e. Pemeriksaan penunjang
– Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu – 500 ribu).
2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan pada
klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi masalahnya.
Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :
DX I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen bawah
rahim
Tujuan :
Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat
terjadi perdarahan
4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan tindakan
segera dalam mengatasi keadaan klien.
DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri
sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
melakukan asuhan keperawatan.
DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung
3. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada
janin meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada
janin.
DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa
nyeri
3.2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus, difisiensi
gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena kana inferior dan
vena ovarika.
3.2.3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian terbelah dan
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai
tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu
berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir
keluar dapt melepaskan selaput ketuban.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau
preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio plasentae
sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan kematian janin 50-
80%.
Tindakan mandiri :
a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan
sirkulasi
b.) Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya
c.) Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan.
R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume
sirkulasi
Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian oksigen sesuai indikasi R :
Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan
b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan
2). Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi
Kriteria :
• Keadaan umum ibu baik
• Pembekuan darah normal
• Tanda vital dalam batas normal
• Sirkulasi darah baik
Tindakan mandiri :
a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b. Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah)
R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
adekuat pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat
Kriteria :
• DJJ normal (120-160 x/menit)
• Kebutuhan oksigen janin terpenuhi
• Kontraksi uterus normal
• HIS normal
• Pergerakan janin baik
Tindakan mandiri :
a) Monitor DJJ dan pergerakan janin
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan
janin dan DJJ tidak normal
c). Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal distress
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HYPEREMESIS
4.1. Pengertian
Hyperemasis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari dan
keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering
dijumpai pada kehamilan trismeter 1. Kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida mengalami mual dan
muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya pada 1 dari 1.000 kehamilan.
4.2. Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain :
a) Faktor predisposisi, yaitu pamigravida, mola hidatidosa,dan kehamilan ganda
b) Faktor organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan metabolic
akibat hamil dan resistansi ibu yang menurun
c) Faktor psikologi
4.3. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia.,penurunan klorida urin. Selanjutnya terjadi
hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat
toksit. Pemakaian cadangan karbonhidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensu muntah marusak hepar. Selaput lender esofagus dan lambung
dapat robek (sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
c) Tingkat III.
Kesadaran pasien menurun dari samnolen sampai koma, muntah berhenti nadi kecil dan cepat,
suhu meningkat dan tekanan darah makin turun.
4.5 Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu :
a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik.
Kalori yang diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanyak 2
– 3 liter sehari.
b) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
c) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik, coba berikan
makanan dan minimaman yang sedikit demi sedikit ditambah.
d) Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital
e) Dianjurkan pemberian vitamin B1 Dan B6 ditambah
f) Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta
menghilankan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.
c) Riwayat menstruasi
• Kemungkinan menarche usia 12 – 14 th
• Siklus 28 – 30 hari
• Lamanya 5 – 7 hari
• Banyaknya 2 – 3 kali ganti duk
• Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, muntah.
d) Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
f) Data psikologis
Riwayat psikologis sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa klien sehubungan
dengan reaksi dan perilaku klien terhadap kehamilan. Keadaan jiwa klien yang labil, mudah
marah, cemas, dan takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih dan kecewa dapat
memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri yang digunakan klien hiperemisis
gravidarum tergantung kepada pengalaman klien terhadap kehamilan dan dukungan dari
keluarga serta perawat.
h) Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urine. Pemeriksaan
darah yaitu nilai haemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan homokonsentrasi
yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisa yaitu urine yang sedikit dan mempunyai
konsentrasi yang tinggi sebagai akibat dehidrasi. Terdapatnya aseton dalam urine.
Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan maka ada beberapa kemungkinan diagnosa
keperawatan yaitu:
Perencanaan
1) Kekurangan cairan dan elektrolit b/d muntah yang berlebihan dan pemasukan yang tidak
adekwat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit tidak terganggu
Intervensi :
• Istirahatkan klien di tempat yang nyaman
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi.Kerja metabolisme tidak meningkat
sehingga tidak merangsang untuk tidak terjadinya mual dan muntah
• Monitor vital sign serta tanda – tanda dehidrasi
Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui keadaan umum
klien dan sejauh mana kekurangan cairan pada klien.Tekanan darah menurun, suhu meningkat
dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan hipovolemia
Intervensi :
• Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat diamati sejauh mana
kekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya.
• Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi
pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus serta memudah kan penyerapan
makanan .
• Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan
(seperti roti dan biscuit )
Rasional : makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan dapat mengurangi mual dan
muntah .
3) Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi .
Intervensi :
• Kaji tingkat nyeri.
Rasional : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketahui tingkat nyeri pada klien
dan tindakan selanjutnya .
• Atur posisi klien dengan kepala lebihtinggi selama 30 menit setelah makan
Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastroinstestinal sehingga mengurangi muntah yang berulang .
4). Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan :Eliminasi teratur.
Intervensi :
• Kaji pola eliminasi klien
Rasional : Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi sehari hari
• Diskusikan bersama klien tentang masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah yang
dilakukan
Rasional : Melalui diskusi dapat diketahui pola pertahanan diri klien dalam menghadapi
masalahnya
• Bantu klien dalam memecahkan masalahnya terutama yang berhubungan dengan kehamilan
Rasional : Dengan membantu memecahkan masalah klien da[pat menemukan pola pertahanan
diri yang efektif.
6).Potensi perubahan nutrisi vetal b/d Berkurangnya peredaran darah dan makanan ke janin
Tujuan : Perkembangan janin tidak terganggu
Intervensi :
• Jelaskan pada klien pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
Rasional : Agar klien menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dank lien mengetahui
kebutuhan nutrisinya.
BAB V
GANGGUAN HEMATOLOGI
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia / hipervolumia) karena itu terjadi
pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
• Plasma darah bertambah: 30%
• Sel-sel darah bertambah : 18%
• Hemoglobin bertambah : 19%
Secara fisiologis pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.
Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang di anjurkan adalah:
• FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15mg-15mg.
• LIPI Indonesia (1968): 12mg-17mg-17mg.
Kemasan zat besi dapat di berikan peroral atau parenteral.
• Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x0,20mg.
• Parenteral: di berikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di saluran
pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau intravena. Kemasan ini
antara lain : imferon, jectover, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.
Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik tau pernisiosa. Penyebany adalah karena
kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12. biasanya karena
malnutrisi dan infeksi yang kronik
Pengobatan:
• asam folik 15-30mg per hari
• vitamin B12 3×1 tablet per hari
• sulvas ferosus 3×1 tablet per hari
• pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat di
berikan tranfusi darah.
Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah
baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan:
• Darah tepi lengkap
• Pemeriksaan pungsi sternal
• Pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya ini disebabkan oleh :
• Faktor intracorpusculer : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ; talasemia;
anemia sickle ( sabit); hemoglobinopati C, D,G, H , I; dan parasismal nocturnal
hemoglobinuria.
• Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan ; leukemia, dll
Gejala utama adalah : Anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelemahan, kelelahan
serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pencegahan
• Wanita leukemia sebaiknya jangan hamil
• Dianjurkan memakai kontrasepsi / tubektomi
Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam
situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang diterapkan. Tindakan keperawatan harus
mendetail agar semua tenaga perawatan dapat menjalankan dengan baik dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung melaksanakannya pada klien
dan perawat dapat mendelegasikannya kepada orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan
yang masih seprofesi dengan perawat.
Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan
peilaku klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi. Disamping itu perawat
juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yangh ditetapkan belum tercapai
dan proses keperawatan segera dimodifikasi.
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.( Winknjosastro, 1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan antepartum adalah:
• Plasenta previa.
• Solutio plasenta.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk .
Gangguan hematology adalah kelainan darah yang dapat ditemui pada ibu hamil yang dapat
menyebabkan kematiaqn pada janin maupun pada ibu.
Keempat factor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu penanganan
lebih dini .
5.2. Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan antepartum ,
hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap agar dapat
menetapkan diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien sehingga tercapainya
peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.